Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KASUS:

PENURUNAN KESADARAN EC
MENINGITIS TB
Identitas Pribadi

Nama : Ny. x
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 27 tahun
Keluhan utama: Penurunan kesadaran
Riwayat Penyakit Sekarang :
Seorang pasien wanita berusia 27 tahun dibawa keluarganya
datang ke IGD RS dengan keluhan penurunan kesadaran sejak
1 hari sebelum masuk rumah sakit. Keluhan ini terjadi pertama
kali pada pagi hari saat pasien bangun tidur, pasien terlihat
lemas dan tidak ada respon saat diajak berkomunikasi.
Sebelumnya pasien mengeluhkan sakit kepala, demam, mual
muntah, lemas dan tidak nafsu makan sejak 1 minggu sebelum
masuk rumah sakit. Demam dirasakan hilang timbul tetapi
tidak disertai dengan kejang. Nyeri kepala dirasakan menetap
sepanjang hari di seluruh bagian kepala.
Pasien juga mengeluh sering mengalami batuk
berdahak sejak 1 tahun sebelum masuk rumah
sakit. Pasien selama ini mengeluhkan adanya
keringat di malam hari dan penurunan berat
badan. Tidak ada riwayat trauma dan riwayat
kontak tuberkulosis di keluarga. Pasien pernah
mengonsumsi obat anti tuberkulosis namun hanya
2 bulan dan tidak dilanjutkan karena merasa
batuk telah berkurang. Pasien mengatakan tidak
memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus.
 Riwayat Penyakit Dahulu : hipertensi (-), Kolesterol
(-), Penyakit Jantung Koroner(-), Diabetes Melitus (-)
 Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada.
 Riwayat Pekerjaan, Sosial Ekonomi dan Kebiasaan :
tidak diketahui
 Riwayat pengobatan: Riawayat OAT 2 bln tidak
tuntas
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
◦ Kesadaran : Samnolen/ GCS: E3V2M5=10
◦ Tekanan Darah : 100/80 mmHg
◦ Nadi : 84 x/menit
◦ Pernapasan : 20 x/menit
◦ Suhu : 38,9 ⁰C
◦ Anemis/ Ikterik : +/-
◦ Sianosis : -/-
◦ Bunyi Pernapasan : Vesikuler
◦ Rhonki/ Wheezing : +/-
◦ S1/S2 : dalam batas normal
Status Internus : dalam batas normal
Status Psikiatri : dalam batas normal
Status Gizi : Buruk
Status Neurologis :
◦ GCS : E3M5V2
◦ Rangsang Menings : Kaku Kuduk (+)
◦ Nn. Cr : dalam batas normal
◦ Nn. Cr lainnya : tdk ada
Pemeriksaan Fisik

◦ Motorik : sulit dinilai


 Babinski (+)
◦ Sensorik : sulit dinilai
◦ Otonom : sulit dinilai
Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Parameter Nilai Satuan Rujukan


WBC 19.1 10^3/ul 4–9
HGB 7.5 g/dL 12 – 18
HCT 23 % 36 – 56
PLT 199 10^3/ul 120 – 380
Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan Radiologi:
◦ Rontgen toraks menunjukkan adanya kavitas pada
lobus superior pulmo sinistra dan infiltrat pada
lobus inferior pulmo dekstra sehingga disimpulkan
sebagai tuberkulosis paru lesi luas.
Diagnosa Kerja
 Diagnosis Klinis : penurunan kesadaran
 Diagnosis Topis : Meningeal
 Diagnosis Etiologis : Meningitis TB
Planning
IVFD Ringer Laktat
kortikosteroid deksametason intravena 5mg /
8 jam
obat anti tuberkulosis (OAT) berupa rifampisin
450 mg, isoniazid 200 mg, pirazinamid 1000
mg, etambutol 750 mg, streptomisin injeksi
750 mg,
Parasetamol 3x500 mg per Naso Gastric Tube
(NGT).
PEMBAHASAN
DEFINISI

Meningitis tuberkulosis adalah reaksi


peradangan yang mengenai selaput otak
yang disebabkan oleh kuman tuberkulosis
dan merupakan bentuk terparah dari infeksi
Mycobacterium tuberculosis yang dapat
menyebabkan kematian atau defisit
neurologis berat. Fokus primer biasanya di
tempat lain dan yang terbanyak adalah di
paru.
1. Takahashi T, Tamura M, Takasu T. The pcr-based diagnosis of central nervous system tuberculosis: up to date. Tuberculosis Research and Treatment. 2012;
doi:10.1155/2012/831292. 2. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indoneisa. Standar Pelayanan Medik. Jakarta: Perdossi; 2
EPIDEMIOLOGI

Kasus TB ekstraparu di Indonesia adalah sejumlah 6,05% dari


total kasus TB yang tercatat. Suatu studi epidemiologi TB
ekstraparu di Amerika Serikat menunjukkan bahwa 5–10% dari total
kasus TB ekstraparu merupakan TBM. CDC (Centers for disease
control and prevention) tahun 2005 menunjukkan persentase TBM
sebesar 6,3% dari kasus TB ekstraparu (1–3% dari keseluruhan
kasus TB)

CDC. Extrapulmonary tuberculosis cases and percentages by site of disease: reporting areas. Atlanta, GA: Centers for Disease Control and Prevention; 2005
ETIOPATOGENESIS

TBM disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis complex.


Bakteri tahan asam ini masuk ke dalam tubuh inang melalui droplet
inhalasi. Infeksi lokal di paru menjadi luas dan menyebar secara
hematogen ke ekstraparu termasuk sistem saraf pusat (SSP).
Penyebaran hematogen bisa terjadi pada saat awal infeksi sebelum
dikendalikan oleh sistem imun adaptif. Orang yang terinfeksi TBM,
bakteri basil tersebut berdiam di meningen atau parenkim otak
sebagai hasil dari pembentukan fokus subpial atau subependimal
kecil dari lesi kaseosa metastatik yang dikenal sebagai fokus Rich.
Fokus Rich semakin membesar sehingga ruptur atau pecah dan
masuk ke dalam ruang subarakhnoid dan menyebabkan meningitis.
1.Krishnan N, Robertson BD, Thwaites G. The mechanisms and consequences of the extra-pulmonary dissemination of Mycobacterium tuberculosis. Tuberculosis (Edinb) 2010; 90: 361–
66.

2.Rich AR, McCordock HA. The pathogenesis of tuberculous meningitis. Bull. Johns Hopkins Hosp. 1933; 52:5–37.
Manifestasi Klinis

• Malaise
• Anoreksia
• Demam
• Nyeri kepala yang semakin memburuk
• Perubahan mental
• Penurunan kesadaran
• Kejang
• Kelemahan 1 sisi
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan tanda vital dan pemeriksaan fisik
menyeluruh
Pemeriksaan neurologis: pemeriksaan GCS
pemeriksaan kaku kuduk, pemeriksaan saraf
kranialis (kelumpuhan saraf kranialis II, III, IV, VI,
VII, VIII)
kekuatan motorik (hemiparesis)
pemeriksaan funduskopi (tuberkel pada khoroid
dan papil edema sebagai tanda peningkatan
tekanan intrakranial).
Pemeriksaan Penunjang
• CT-scan kepala / MRI kepala dengan kontras
• Thorax foto PA
• Lab: darah rutin (Hb/leuko), ureum, kreatinin, gula
darah sewaktu, natrium
• Test HIV
• Pemeriksaan mikrobiologi: pewarnaan langsung
dengan ZN, kultur Ogawa, GeneXpert
Terapi Farmakologi
 Isoniazid (INH) 10-20 mg/KgBB/hari (anak), 400 mg/hari (dewasa).
 Rifampisin 10-20 mg/KgBB/hari, dosis 600 mg/hari dengan dosis tunggal
(dewasa).
 Etambutol 25 mg/KgBB/hari sampai 150 mg/hari.
 PAS (Para-Amino-Salicilyc0-Acid) 200 mg/KgBB/hari dibagi dalam 3 dosis
dapat diberikan sampai 12 g/hari.
 Streptomisin IM kurang lebih 3 bulan dengan dosis 30-50 mg/KgBB/hari.
 Kortikosteroid: prednisone 2-3 mg/KgBB/hari (dosis normal), 20 mg/hari
dibagi dalam 3 dosis selama 2-4 minggu kemudian diteruskan dengan dosis
1 mg/KgBB/hari selama 1-2 minggu. Deksametason IV (terutama bila ada
edema otak) dengan dosis 10 mg setiap 4-6 jam, bila membaik dapat
diturunkan sampai 4 mg setiap 6 jam.
Terapi non farmakologi
Penderita sebaiknya dirawat di perawatan
intensif
Perawatan penderita meliputi kebutuhan
cairan dan elektrolit, kebutuhan gizi, posisi
penderita, perawatan kandung kemih, dan
defekasi.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai