Anda di halaman 1dari 24

Meningitis

Tuberkulosis

CA S E R E P ORT S ES SION
KU R N I A F I T R A HA SA N A
1 2 1 0313080
Tinjauan Pustaka
Definisi
Meningitis :
Meningitis tuberkulosis merupakan peradangan pada selaput otak (meningen)
yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberkulosis. Penyakit ini
merupakan salah satu bentuk komplikasi yang sering muncul pada penyakit
tuberkulosis paru. Infeksi primer muncul di paru-paru dan dapat menyebar
secara limfogen dan hematogen ke berbagai daerah tubuh di luar paru, seperti
perikardium, usus, kulit, tulang, sendi, dan selaput otak.
Mycobacterium tuberkulosis merupakan bakteri berbentuk batang pleomorfik
gram positif, mempunyai sifat tahan asam, dapat hidup selama berminggu-
minggu dalam keadaan kering.
Epidemiologi

- Di Amerika Serikat: meningitis TB meliputi 1% dari semua


kasus TB
- Di Indonesia, meningitis tuberkulosis masih banyak
ditemukan dengan angka kematian akibat meningitis TB
mencaoai 10-20%
- Sebagian besar memberikan gejala sisa, hanya 18% pasien
yang akan kembali normal secara neurologis dan intelektual.
Patofisiologi
Meningitis tuberkulosis pada umumnya muncul sebagai
penyebaran tuberkulosis primer. Dari fokus primer, kuman masuk
ke sirkulasi darah melalui duktus torasikus dan kelenjar limfe
regional, dan dapat menimbulkan infeksi pada organ lain.
Terjadinya meningitis tuberkulosis diawali olen pembentukan
tuberkel di otak, selaput otak atau medula spinalis, akibat
penyebaran kuman secara hematogen selama masa inkubasi
infeksi primer atau selama perjalanan tuberkulosis kronik
walaupun jarang. Meningitis tuberkulosis juga dapat merupakan
reaktivasi dari fokus tuberkulosis (TB pasca primer). Salah satu
pencetus proses reaktivasi tersebut adalah trauma kepala.
Patofisiologi
Kuman kemudian langsung masuk ke ruang subarachnoid dan
akan merangsang reaksi hipersensitivitas yang hebat dan
selanjutnya akan menyebabkan reaksi radang yang paling banyak
terjadi di basal otak.
tiga keadaaan yang terjadi pada meningitis tuberculosis
A. Araknoiditis proliferative
Proses ini terutama terjadi di basal otak. Reaksi radang akut di
leptomening ini ditandai dengan adanya eksudat gelatin, Secara
mikroskopik, eksudat terdiri dari limfosit dan sel plasma dengan
nekrosis perkijuan. Pada stadium lebih lanjut, eksudat akan
mengalami organisasi dan mungkin mengeras serta mengalami
kalsifikasi.
Patofisiologi
B. Vaskulitis dengan trombosis dan infark pembuluh
darah kortikomeningeal yang melintasi membran
basalis atau berada di dalam parenkim otak. Hal ini
menyebabkan timbulnya radang obstruksi dan
selanjutnya infark serebri. Kelainan inilah yang
meninggalkan sekuele neurologis bila pasien selamat.
C. Hidrosefalus komunikans akibat perluasan inflamasi
ke sisterna basalis yang akan mengganggu sirkulasi dan
resorpsi cairan serebrospinalis.
Manifestasi Klinis
Menurut Lincoln, manifestasi klinis dari meningitis tuberculosa
dikelompokkan dalam tiga stadium:
A. Stadium I (fase prodromal/stadium inisial)
B. Stadium II (fase transisional/fase meningitik)
C. Stadium III (koma / fase paralitik)
Klasifikasi menurut British Medical Research Council
A. Stage I
B. Stage II
C. Stage III
Diagnosis
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
Trias meningitis: Demam, nyeri kepala, kaku kuduk
3. Pemeriksaan Penunjang
◦ Laboratorium
◦ Uji mantoux
◦ Lumbal Pungsi
◦ Rontgen thorax
◦ EEG
◦ CT Scan
Diagnosis Banding
Tatalaksana
Pengobatan meningitis tuberkulosis harus tepat dan adekuat,
termasuk kemoterapi yang sesuai, koreksi gangguan cairan dan
elektrolit, dan penurunan tekanan intrakranial.
Terapi diberikan sesuai dengan konsep baku tuberkulosis yakni:
- Fase intensif selama 2 bulan dengan 4 sampai 5 obat anti
tuberkulosis, yakni isoniazid, rifampisin, pirazinamid, streptomisin,
dan etambutol.
- Terapi dilanjutkan dengan 2 obat anti tuberkulosis, yakni isoniazid
dan rifampisin hingga 12 bulan.
LAPORAN KASUS
Alloanamnesis :
Seorang pasien laki-laki, Tn. A, umur 67 tahun dirawat di bangsal saraf
RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 24 Agustus 2017 dengan:
Keluhan Utama :
Penurunan Kesadaran
Riwayat Penyakit Sekarang:
Penurunan kesadaran sejak 2 hari yang lalu yang terjadi secara
berangsur-angsur. Awalnya pasien banyak tidur namun masih menyahut
dan membuka mata saat dipanggil keluarga. Keluhan diawali nyeri
kepala sejak 3 bulan yang lalu, nyeri terutama dirasakan pada seluruh
bagian kepala. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk, nyeri berkurang
saat dibawa istirahat dan minum obat penghilang nyeri. Tidak tampak
kelemahan anggota gerak oleh keluarga. Demam sejak tiga minggu yang
lalu, tidak tinggi, terus menerus dan tidak menggigil. Demam tidak
disertai dengan batuk dan sesak nafas. Penurunan BB drastis tidak ada.
Kejang tidak ada Muntah tidak ada. Riwayat trauma kepala tidak ada
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat diabetes melitus, hipertensi, stroke, dan penyakit jantung tidak
ada
Riwayat tumor dibagian tubuh lain, yaitu tumor di paru kanan
Riwayat batuk-batuk lama ada, batuk berdahak sejak 1 bulan yang lalu

Riwayat penyakit keluarga:


Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ini.
Tidak ada keluarga dengan riwayat diabetes melitus, hipertensi, stroke,
dan penyakit jantung.
Riwayat pribadi dan sosial:
Pasien seorang petani dengan aktivitas harian berat.
Pemeriksaan Fisik
Umum

◦ Keadaan umum : sedang


◦ Kesadaran : somnolen
◦ Tekanan darah : 110/70 mmHg
◦ Nadi/ irama : 80x/menit, nadi teraba kuat, teratur
◦ Pernafasan : 20x/menit, torakoabdominal, teratur
◦ Suhu : 36,2oC
◦ Turgor kulit : normal
◦ KGB : tidak ada pembesaran
◦ Thorak dan abdomen : tidk ada kelainan
Status Neurologikus
Tanda rangsangan meningeal : kaku kuduk (+) tanda kernig (+)
Tanda peningkatan tekanan intrakranial : negatif
Pemeriksaan N. Cranialis
◦ NI
◦ N II
◦ N III
◦ N IV
◦ NV
◦ N VI
◦ N VII
◦ N VIII
◦ N IX
◦ NX
◦ N XI
◦ N XII
Pemeriksaan koordinasi dan keseimbangan : tidak dilakukan
Pemeriksaan fungsi motorik
Kekuatan motorik ekstremitas atas 555/555, bawah 555/555
Pemeriksaan sensibilitas tidak dilakukan
Pemeriksaan refleks
Refleks fisiologis :
- Biseps : ++/++
- triseps : ++/++
- APR : ++/++
- KPR : ++/++
Refleks patologis
- Babinski : -/-
- Chaddoks : -/-
- Oppenheim : -/-
- Gordon : -/-
- Schaeffer : -/-
Fungsi Otonom
Miksi :+
Defekasi :+
Sekresi keringat :+
Fungsi Luhur : normal
Pemeriksaan Laboratorium
Rutin
Hb : 12,4 gr/dL
Leukosit : 18.290
Hematokrit : 38 %
Trombosit : 350.000
Kimia Klinik
Ureum : 23
Kreatinin: 0,6 GDS : 88
Rencana Pemeriksaan Tambahan
Rontgen Thorax: Tampak perselubungan di lap. Paru dextra
Lumbal Pungsi:
Warna : Bening Aliran : cepat
None :+ Pandi : ++
Lab :
Volume : ± 2 cc Kekeruhan : negative
Warna : bening Jumlah sel : 2/mm3
Glukosa : 70 mg/dl

Diagnosis
Diagnosis Klinis : Meningitis subakut
Dianosis Topik : Leptomeningen
Diagnosis Etiologi: Mycobacterium TB DD/ bakteri
Diagnosis Sekunder : Tumor paru dextra
Tatalaksana
Umum : - elevasi kepala 30o - O2 3L/menit
- IVFD NaCl 0,9% 12jam/kolf - Kateter: balance cairan
- NGT MC TKTP 1800 kkal

Khusus :
Inj Dexametason 4x10 mg tapp off
Inj Ranitidin 2x50 mg
Ceftriaxon 2x2 gr
DISKUSI
Telah dirawat seorang pasien, Tn A, laki-laki, umur 67 tahun di bagian saraf
RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 24 Agustus 2017 dengan diagnosis
klinik pada saat pasien masuk adalah meningitis subakut. Diagnosis topik
adalah leptomeningen. Diagnosis etiologi adalah infeksi bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Berdasarkan anamnesis diketahui bahwa pasien datang dengan Penurunan
kesadaran sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit yang terjadi secara
berangsur-angsur. Awalnya pasien banyak tidur namun masih menyahut dan
membuka mata saat dipanggil keluarga. Keluhan ini diawali nyeri kepala sejak
3 bulan yang lalu, nyeri terutama dirasakan pada seluruh bagian kepala. Nyeri
dirasakan seperti ditusuk-tusuk, nyeri berkurang saat dibawa istirahat dan
minum obat penghilang nyeri. Tidak tampak kelemahan anggota gerak oleh
keluarga.
Pasien memiliki riwayat demam sejak tiga minggu yang lalu, tidak tinggi, terus
menerus dan tidak menggigil. Demam juga tidak disertai dengan batuk dan sesak
nafas. Penurunan BB drastis tidak ada. Kejang, muntah dan riwayat trauma kepala
tidak ada. Pasien memiliki riwayat tumor dibagian tubuh lain, yaitu tumor di paru
kanan. Selain itu, riwayat batuk-batuk lama ada pada pasien, dimana batuk
berdahak sejak 1 bulan yang lalu. Pasien merupakan seorang petani dengan
aktivitas harian berat.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran pasien somnolen dengan GCS
12 (E3M5V4). Suara nafas terdengar melemah pada lapangan paru kanan
setinggi RIC IV. Pada status neurologis, nervus kranialis baik, namun
didapatkan kaku kuduk positif dan tanda kernig positif. Tanda-tanda
peningkatan TIK tidak ada. Pupil isokor Ø 3mm/3mm, reflek cahaya +/+,
bola mata bergerak bebas, plika nasolabialis simetris, reflek muntah (+),
motorik dan sensorik normal, serta reflek fisiologis dan reflek patologi tidak
ada kelainan.
Pada pasien ini dianjurkan untuk melakukan rontgen foto thorak
dan lumbal pungsi. Rontgen foto thorak dilakukan untuk melihat
kemungkinan adanya tanda-tanda infeksi TB pada paru dan untuk
melihat kelainan lain. Lumbal pungsi dilakukan untuk memastikan
penyebab infeksi pada pasien karena dengan hasil pemeriksaan
penunjang, dapat diberikan terapi khusus yang sesuai.
Penatalaksanaan pada pasien ini secara umum infus NaCl 0,9% 12 jam per
kolf, O2 3L/menit, dan MB TKTP. Untuk penatalaksanaan secara khusus
diberikan inj dexametason 4x10 mg tapp off, inj ranitidin 2x50 mg,
Ceftriaxon 2x2 gr, Paracetamol 3x750mg.
Prognosis pada pasien dengan meningitis TB ini mengarah ke perbaikan,
dilihat dari perkembangan pasien setiap hari. Pasien harus diterapi TB
sampai tuntas selama 6 bulan.

Anda mungkin juga menyukai