dan demam. Selain itu, kaku kuduk tidak selalu pasien ini karena penegakkan diagnosis pasti
ditemukan pada pasien sopor, koma, atau harus dilakukan melalui penemuan agen
pada lansia.9-12 penyebab infeksi pada cairan serebrospinal
Pasien pada kasus memang memiliki (CSS) baik melalui pemeriksaan gram ataupun
riwayat batuk sejak 2 bulan yang lalu namun melalui kultur.
belum dapat ditegakkan diagnosis TB karena Pemeriksaan anjuran pada pasien ini
riwayat terapi OAT pasien yang tidak jelas dan adalah lumbal pungsi dan CT scan kepala. Gold
keadaan pasien saat ini (kesadaran stupor) standard untuk menegakkan diagnosis
tidak memungkinkan untuk dilakukan meningitis adalah pemeriksaan pada cairan
pengumpulan sputum. Pada pemeriksaan fisik serebrospinal (CSS) yang diambil melalui
didapatkan rhonki pada kedua lapang paru. tindakan lumbal pungsi. Namun, pada pasien
Hasil pemeriksaan foto toraks pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan lumbal pungsi
menunjukkan adanya suatu proses spesifik dan kultur CSS karena hasil biakan spesimen
aktif berupa infiltrat di kedua apeks paru yang yang diperoleh dari TB ekstraparu jarang
merupakan tipikal tuberkulosis paru.3 memberikan hasil positif.13
Pasien ini juga memiliki keluhan Untuk kasus dengan hasil biakan negatif
penurunan berat badan sekitar 10 kg dalam 3 atau kasus yang tidak dapat dilakukan
bulan terakhir, nyeri saat menelan dan pengambilan spesimen maka diagnosis TB
sariawan yang tidak kunjung sembuh dalam 1 ekstraparu hanya dilakukan secara presumtif
bulan terakhir. Pemeriksaan generalis berdasarkan bukti klinis yang kuat atau
didapatkan stomatitis dan kandidiasis oral. dengan menyingkirkan kemungkinan
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan penyebab lain. Diagnosis ditegakkan
antibodi anti-HIV pasien ini reaktif dengan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan
Total Lymphocyte Count 234 sel/L. Oleh analisis CSS. Pada meningitis TB dapat
karena itu, pasien dinyatakan positif terinfeksi ditemukan pleiositosis dengan dominan
HIV. limfosit (total leukosit 100-500 sel/L),
Dari keseluruhan data tersebut maka peningkatan kadar protein (100-500 mg/dL),
dapat ditegakkan diagnosis tuberkulosis pada dan kadar glukosa yang rendah (<45 mg/dL)
pasien ini. Menurut Persatuan Dokter Paru atau ditemukan M. tuberculosis.14 Dapat
Indonesia (PDPI), dalam menegakkan dilakukan pemeriksaan basil tahan asam
diagnosis TB diperlukan sedikitnya 2 dari 3 terhadap CSS namun pemeriksaan ini memiliki
spesimen sputum yang positif ditemukan basil sensitivitas yang rendah (20-40%). Sedangkan,
tahan asam. Namun, pada kasus TB BTA kultur membutuhkan waktu beberapa minggu
negatif, PDPI menjelaskan bahwa jika foto dan memiliki sensitivitas yang rendah (40-
toraks mendukung diagnosis TB, maka dapat 80%).3,15
didiagnosis sebagai TB paru BTA negatif.3 Selain itu, diagnosis meningitis TB dapat
Sedangkan, WHO dalam pedoman terapi TB dibantu ditegakkan dengan neuroimaging.
edisi 4 menjabarkan bahwa diagnosis TB BTA Fitur neuroradiologis klasik yang dapat
negatif dapat ditegakkan berdasarkan kriteria ditemukan adalah pelebaran meningeal basal
abnormalitas radiografi (TB paru aktif) dan dan hidrosefalus. Hipodensitas akibat infark
positif terinfeksi HIV.13 serebral, edema serebral dan lesi nodular
Pasien ini didiagnosis dengan suspek dapat ditemukan. Penggunaan MRI dapat
meningitis TB dan AIDS. Diagnosis meningitis menunjukkan gambaran yang lebih jelas,
didasarkan pada manifestasi klinis yang namun CT Scan juga dapat digunakan untuk
didapatkan baik dari anamnesis dan evaluasi segera terhadap hidrosefalus terkait
pemeriksaan fisik. Sedangkan, diagnosis AIDS meningitis TB yang mungkin membutuhkan
atau infeksi HIV dengan stadium klinis 4 intervensi bedah.3,14,15
didasarkan pada kriteria sakit berat yaitu TB susunan SSP dapat bermanifestasi
meningitis (baik meningitis TB ataupun menjadi 3 bentuk yaitu meningitis (paling
kriptokokus) pada pasien ini, ditunjang dengan banyak), tuberkuloma dan arakhnoiditis
kadar CD4 sebesar 47 sel/L (CD4 <200 spinalis. Gejala klinis meningitis dibagi menjadi
sel/L). fase prodromal (selama 2-3 minggu berupa
Namun, belum dapat disingkirkan malaise, sefalgia, demam tidak tinggi, muntah,
diagnosis banding meningitis kriptokokal pada defisit neurologis) dan fase meningitis (gejala
3
dewasa.
Pada pasien ini, meskipun terjadi TB yang mengenai SSP dan perikardium.
peningkatan kadar SGOT dan SGPT, tetapi Dexamethasone digunakan pada TB SSP
diberikan OAT dengan pengawasan terhadap dengan dosis 0,30,4 mg/kg/hari selama 24
kadar kedua tes fungsi hati tersebut. Bila minggu, kemudian diturunkan 0,1
terdapat manifestasi klinis ikterik dan mg/kg/minggu hingga 0,1 mg/kg, kemudian
peningkatan kadar SGOT maupun SGPT 3 menjadi 4 mg/hari dan diturunkan 1
kali, maka OAT harus dihentikan.13 mg/minggu; total durasi pemberian 12
CDC merekomendasikan pemberian minggu. Prednison atau prednisolon
kortikosteroid tambahan karena dapat digunakan pada TB perikard dengan dosis 60
meningkatkan survival pada pasien HIV positif- mg/hari dan diturunkan 10mg/hari setiap
minggu, total durasi pemberian 6 minggu. Pasien dalam kasus memiliki jumlah
PDPI menyebutkan bahwa meningitis TB juga CD4 47 sel/L dan belum diberikan ART. Hal
merupakan indikasi penggunaan ini sesuai dengan teori yang menyatakan
kortikosteroid, biasanya yang digunakan bahwa pada pasien TB-HIV dengan diagnosa
adalah prednison oral yang diberikan dosis 30- TB sebelum memulai pengobatan HIV,
40 mg per hari dan dosis diturunkan 5-10 mg pemberian ART harus didasarkan pada jumlah
setiap 5-7 hari. Total lama pemberian selama CD4. Pasien dengan CD4 <50 diberikan ART
4-6 minggu.13,14,17 dalam 2 minggu pertama setelah terapi TB
Pemberian tambahan steroid dapat dimulai. Sedangkan, pada pasien dengan CD4
bermanfaat bagi pasien dengan TBM.18 >50 diberikan ART 2-8 minggu setelah terapi
Penelitian Thwaites et al. menunjukkan bahwa TB dimulai. Pada pasien dengan meningitis TB
pemberian deksametason pada pasien TBM (berapapun jumlah CD4), pemberian ART
dengan HIV memiliki angka kematian yang ditunda hingga 8 minggu setelah terapi TB
lebih rendah dibandingkan dengan pemberian dimulai terkait dengan efek samping yang
plasebo.19 lebih banyak terjadi pada pemberian minggu-
Pemberian deksametason dapat minggu awal terapi.17,24-27
menurunkan respons inflamasi di ruang Penundaan pemberian ini terkait
subaraknoid yang secara tak langsung dapat dengan interaksi obat ART dan OAT. Interaksi
menurunkan risiko edema serebral, rifampisin dengan efavirenz dapat
peningkatan tekanan intrakranial, gangguan meningkatkan kadar efavirenz sehingga
aliran darah otak, vaskulitis, dan cedera meningkatkan risiko efek samping terhadap
neuron. Beberapa penelitian menunjukkan susunan saraf pusat. Sedangkan, rifampisin
bahwa kortikosteroid dapat meningkatkan menurunkan konsentrasi nevirapin. Selain itu,
hasil dengan mengurangi tingkat kematian efek samping lain yang ditakutkan terjadi pada
dan keparahan dari komplikasi neurologis pemberian bersamaan kedua jenis obat yang
yang terjadi. Kortikosteroid dapat mengurangi belum ditoleransi oleh tubuh pasien ini adalah
inflamasi CSS dan waktu pemulihan pada Tuberculosis immune reconstitution
pasien meningitis TB. Deksametason diberikan inflammatory syndrome (TB-IRIS).28 Pemberian
selama 4 hari dengan dosis 10 mg setiap 6 jam ART dan OAT secara bersamaan dapat
secara intravena. Pada pasien ini diberikan menimbulkan TB-IRIS (47%) dan toksisitas
deksametason 3 x 5 mg. Dosis yang diberikan obat akibat metabolisme rifampisin dan
masih kurang tepat jika dibandingkan dengan efavirenz pada sitokrom p450 hepar.29 IRIS
literatur karena dosis deksametason pada disebabkan oleh kemampuan sistem imun
pasien tidak adekuat.12,15,19,20 untuk meningkatkan respon inflamasi setelah
Pemberian terapi meningitis kriptokokal pemberian ART dalam masa terapi OAT. IRIS
berupa kombinasi dua antifungal yaitu muncul dalam dua jenis, yaitu unmasking IRIS
amfoterisin B dan flusitosin/flukonazol. (timbulnya infeksi baru setelah pemberian
Regimen ini diberikan selama dua minggu ARV) atau paradoxical IRIS (meskipun terapi
dengan dosis amfoterisin B 0,7-1,0 mg/kg/hari yang diberikan efektif, namun terjadi
IV dan fluconazole 800 mg/hari peroral. perburukan klinis akibat infeksi).30-32
Fluconazole kemudian dilanjutkan sebagai Prognosis tergantung pada status
terapi konsolidasi dengan dosis 800 mg/hari neurologis dan inisiasi pemberian terapi.
per oral selama 8 minggu dan sebagai Tingkat kematian bervariasi dari 7-65% di
maintenance dan profilaksis diberikan negara berkembang. Risiko kematian terkait
fluconazole 200 mg/hari peroral.21,22 dengan penyakit komorbid, defisit neurologis
Selain itu, pasien dengan HIV positif yang muncul, progresivitas penyakit yang
seharusnya diberikan Antiretroviral Therapy cepat dan usia tua atau sangat muda.33,34
(ART) secara bersamaan. Pemberian ART Sekuele neurologis terjadi pada hampir 50%
diindikasikan pada semua pasien dengan CD4 pasien. Di RSCM, tingkat mortalitas meningitis
<200 sel/L atau pasien dengan CD4 <350 kriptokokal mencapai 23,1% pada tahun 2010.
sel/L dengan TB paru atau infeksi berat Sedangkan, tingkat mortalitas meningitis TB
lainnya.23 Namun, meskipun dengan mencapai 30%.22 Prognosis pada pasien ini
pemberian regimen terapi ini, tingkat sudah tepat, yaitu adalah dubia ad malam
mortalitas masih mencapai 15%.22