Dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sistem Endokrin II
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan.Makalah ini membahas tentang sistem endokrin II
khususnya mengenai penyakit Hipertiroid.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menemui beberapa kendala, tetapi dapat teratasi
berkat bantuan berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Nursiswati, S.Kp., Ners., M.Kep, Sp.KMB selaku dosen koordinator mata
pelajaran Sistem Endokrin I
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun
demi penyempurnaan makalah ini di waktu yang akan datang. Akhirnya, penulis
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan
umumnya bagi pembaca. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat-Nya
kepada kita. Amin.
Penulis
ANALISA KASUS
Ny. UJ umur 33 tahun dating ke Poli Endokrin. Pasien kontrol rutin Poli Endokrin
sejak satu tahun yang lalu (dirujuk dari Poli Penyakit Dalam). Keluhan saat awal
terdapat pembesaran leher sejak 2 bulan terakhir, keluhan lain: keringat banyak,
gemetar, berdebar-debar. Selama kontrol di poli endokrin mendapat terapi PTU 3x200
kemudian diturunkan sampai terakhir 2x50 mg, saat ini kadang masih ada
gemetar/keringat banyak.
TB: 161 cm, BB:60 kg, Kesadaran Compos Mentis, TD: 110/80 mmHg, N: 100
x/menit, RR: 20 x/menit, suhu afebris
Pemeriksaan kepala dan leher: mata: eksoftalmus +/+, kelenjar tiroid: teraba
diffuse, lingkar leher: 33,5 cm
USG Tiroid
Tiroid kiri:
Tiroid kanan:
Step 1
Echoparenkim (Iis) : LO
Hipoechoick (Nuke) : LO
1.2.2 Step 2
1.2.3 Step 3
ASKEP Pembesaran
Farmako
Tiroid
Nonfarmako
Peningkatan Pengkajian
metabolisme tambahan
1.2.5 Step 5
1. Mind Map
2. Echoparenkim
3. Hipoechoick
4. Apa yang menyebabkan asanya lesi heterogen hipoechoick?
5. Mengapa timbuk diffuse di lingkar leher ?
Vaskularisasi
Kelenjar tiroid dialiri oleh beberapa arteri:
1. A. thyroidea superior (arteri utama).
2. A. thyroidea inferior (arteri utama).
3. Terkadang masih pula terdapat A. thyroidea ima, cabang langsung dari aorta
atau A. anonyma.
Sistem Limfatik
Pembuluh limfe tiroid terhubung dengan plexus tracheal dan menjalar sampai
nodus prelaringeal di atas isthmus tiroid dan ke nodus pretracheal serta paratracheal.
Beberapa bahkan juga mengalir ke nodus brachiocephal yang terhubung dengan
tymus pada mediastinum superior.
Aliran limfe terdiri dari 2 jalinan:
1. Jalinan kelenjar getah bening intraglandularis
2. Jalinan kelenjar getah bening extraglandularis
Kedua jalinan ini akan mengeluarkan isinya ke limfonoduli pretracheal lalu
menuju ke kelenjar limfe yang dalam sekitar V. jugularis. Dari sekitar V. jugularis ini
diteruskan ke limfonoduli mediastinum superior.
Persarafan kelenjar tiroid:
1. Ganglion simpatis (dari truncus sympaticus) cervicalis media dan inferior
2. Parasimpatis, yaitu N. laryngea superior dan N. laryngea recurrens (cabang
N.vagus)
N. laryngea superior dan inferior sering cedera waktu operasi, akibatnya pita
suara terganggu (stridor/serak).
Secara Histologis
Dipandang dari
sudut histologis, kelenjar
ini terdiri dari nodula-
nodula yang tersusun dari
folikel-folikel kecil yang
dipisahkan satu dengan
yang lainnya oleh suatu
jaringan penyambung.
Folikel-folikel tiroid
dibatasi oleh epitel kubis
dan lumennya terisi oleh koloid. Sel-sel epitel folikel merupakan tempat sintesis
hormone tiroid dan mengaktifkan pelepasannya kedalam sirkulasi, dua hormone
utama yang dihasilkan oleh folikel-folikel adalah tiroksin dan triyodotironin. Kelenjar
tiroid juga memiliki sel pensekresi hormon lain yaitu sel C (parafolikular) yang
terdapat pada dasar folikel yang berhubungan dengan membran folikel. Sel C
(parafolikular) mensekresi kalsitonin. Hormon-hormon folikel tiroid beasal dari
iyodinasi residu tirosil dari tiroglobulin. Tiroksin mengandung empat atom yodium
(T4) dan tryodotironin mengandung tiga atom yodium (T3).
Innervasi
Kelenjar tiroid diinnervasi oleh superior, middle, dan inferior cervical symphathetic
ganglia
anterior adalah
terjadi pengikatan dengan
TRH di dalam membran
hipofisis. Ikatan ini
selanjutnya mengaktifkan
sistem second messanger fosfolipase untuk menghasilkan sejumlah besar fosfolipase
C,yang diikuti dengan banyaknya hasil second messanger yang lain,termasuk ion
kalsium dan diasil gliserol yang akhirnya menyebabkan pelepasan TRH.
1.4 Reporting
1.4.1 Konsep Umum
a. Definisi
Hipertiroid dikenal juga sebagai tirotoksitosis, yang dapat di definisikan
sebagai respons jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolic hormone tiroid
yang berlebihan. (Sylvia A. Price, 2006).
b. Etiologi
Lebih dari 95% kasus hipertiroid disebabkan oleh penyakit graves, suatu
penyakit tiroid autoimun yang antibodinya merangsang sel-sel untuk
menghasilkan hormonyang berlebihan.
Penyebab hipertiroid lainnya yang jarang selain penyakit graves adalah:
a. Toksisitas pada strauma multinudular
b. Adenoma folikular fungsional atau karsinoma (jarang)
c. Edema hipofisis penyekresi-torotropin (hipertiroid hipofisis)
d. Tumor sel benih, misal karsinoma (yang kadang dapat menghasilkan bahan
mirip-TSH) atau teratoma (yang mengandung jarian tiroid fungsional)
c. Manifestasi Klinis
Pada stadium yang ringan sering tanpa keluhan. Demikian pula pada orang
usia lanjut, lebih dari 70 tahun, gejala yang khas juga sering tidak tampak.
Tergantung pada beratnya hipertiroid, maka keluhan bisa ringan sampai berat.
Keluhan yang sering timbul antara lain adalah :
a. Peningkatan frekuensi denyut jantung
b. Peningkatan tonus otot, tremor, iritabilitas, peningkatan kepekaan terhadap
katekolamin
c. Peningkatan laju metabolisme basal, peningkatan pembentukan panas,
intoleran terhadap panas, keringat berlebihan
d. Penurunan berat badan (tampak kurus), peningkatan rasa lapar (nafsu
makan baik)
e. Peningkatan frekuensi buang air besar
f. Gondok (biasanya), yaitu peningkatan ukuran kelenjar tiroid
g. Gangguan reproduksi
h. Tidak tahan panas
i. Cepat letih
d. Komplikasi
Muscle wasting (pelisutan otot), atrofi otot, dan paralisis
Kehilangan penglihatan atau diplopia
Gagal jantung, aritmia
Hipotiroidisme sesudah operasi dan hipotiroidisme sesudah terapi radioiodin
e. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Diagnostik pada Kelenjar Tiroid
a. Up take Radioaktif ( RAI )
Tujuan pemeriksaan adalah untuk mengukur kemampuan kelenjar tiroid dalam
menangkap iodida.
Persiapan
1. Klien puasa 6-8 jam
2. Jelaskan tujuan dan prosedur
Pelaksanaan
Klien diberi Radioaktif Jodium (I131) per oral sebanyak 50 microcuri. Dengan
alat pengukur yang ditaruh di atas kelenjar tiroid diukur radioaktif yang
tertahan. Juga dapat diukur clearence I131 melalui ginjal dengan
mengumpulkan urin selama 24 jam dan diukur kadar radioaktif jodiumnya.
Banyaknya I131 yang ditahan oleh kelenjar tiroid dihitung dalam persentase
sebagai berikut:
- Normal : 10-35%
b. T3 dan T4 Serum
Persiapan fisik secara khusu tidak ada. Spesimen yang dibutuhkan adalah
darah vena sebanyak 5-10 cc.
Nilai normal pada orang dewasa: Iodium bebas : 0.1-0.6 mg/dl
Nilai normal pada bayi/anak: T3 : 180-240 mg/dl
c. Up take T3 Resin
Bertujuan untuk mengukur jumlah hormon tiroid ( T3 ) atau tiroid
binding globulin (TBG) tak jenuh. Bila TBG naik berarti hormon tiroid bebas
meningkat. Peningkatan TBG terjadi pada hipertiroidisme. Dibutuhkan
spesimen darah vena sebanyak 5 cc. Klien puasa selama 6-8 jam.
Nilai normal pada dewasa : 25-35 % uptake oleh resin, sedangkan untuk anak
pada umumya tidak ada.
d. Protein Bound Iodine (PBI)
Bertujuan mengukur jodium yang terikat dengan protein plasma. Nilai
normal 4-8 mg% dalam 100 ml darah. Spesimen yang dibutuhkan darah vena
sebanyak 5-10 cc. Klien dipuaskan sebelum pemeriksaan sebelum
pemeriksaan 6-8 jam.
.e Laju Metabolisme Basal (BMR)
Bertujuan untuk mengukur secara tidak langsung jumlah oksigen yang
dibutuhkan tubuh di bawah kondisi basal selama beberapa waktu.
Persiapan:
- klien puasa sekitar 12 jam
- tidak mengkonsumsi obat-obat analgesik dan sedatif
- jelaskan pada klien tujuan pemeriksaan dan prosedurnya
- tidak boleh bangun dari tempat tidur sampai pemeriksaan dilakukan
Pelaksanaan :
- segera setelah bangun, dilakukan pengukuran tekanan darah dan nadi
- dihitung dengan rumus BMR (0.75 pulse ) + ( 0.74 Tek Nadi) -72
- nilai normal BMR : -10 s/d 15 %
f. Scanning Tyroid
Dapat digunakan dengan beberapa tehnik antara lain :
- Radio Iodine Scanning. Digunakan untuk menentukan apakah nodul tiroid
tunggal atau majemuk dan apakah panas atau dingin ( berfungsi atau tidak
berfungsi ). Nodul panas menyebabkan hipersekresi jarang bersifat ganas.
- Up take Iodine. Digunakan untuk menentukan pengambilan jodium dari
plasma.
Nilai normal 10 s/d 30 % dalam 24 jam
f. Penatalaksanaan
Farmakologi
1. Obat-obatan anti tiroid (OAT)
Obat antitiroid dianjurkan sebagai terapi awal untuk toksikosis pada semua
pasien dengan grave disease serta digunakan selama 1-2 tahun dan
kemudian dikurangi secara perlahan-lahan. Indikasi pemberian OAT
adalah :
a. Propiltiourasil (PTU)
Indikasi : hipertiroidisme
Dosis dan aturan pakai : untuk anak-anak 5-7 mg/kg/hari atau 150-200
mg/ m2/hari, dosis terbagi setiap 8 jam. Dosis dewasa 3000 mg/hari, dosis
terbagi setiap 8 jam. untuk hipertiroidisme berat 450 mg/hari, untuk
hipertiroidisme ocasional memerlukan 600-900 mg/hari; dosis pelihara
100-150 mg/haridalam dosis terbagi setiap 8-12 jam. Dosis untuk
orangtua 150-300 mg/hari (Lacy, et al, 2006)
Efek samping : ruam kulit, nyeri sendi, demam, nyeri tenggorokan, sakit
kepala, ada kecendrungan pendarahan, mual muntah, hepatitis.
Resiko khusus : .
Hati-hati penggunaan pada pasien lebih dari 40 tahun karena PTU bisa
menyebabkan hipoprotrombinnemia dan pendarahan, kehamilan dan
menyusui, penyakit hati (Lee, 2006).
b. Methimazole
Dosis dan aturan pakai : untuk anak 0,4 mg/kg/hari (3 x sehari); dosis
pelihara 0,2 mg/kg/hari (3 x sehari). maksimum 30 mg dalam
sehari.Untuk dewasa: hipertiroidisme ringan 15 mg/hari; sedang 30-40
mg/hari; hipertiroid berat 60 mg/ hari; dosis pelihara 5-15 mg/hari.
c. Karbimazole
Indikasi : hipertiroidisme
Dosis dan aturan pakai : 30-60 mg/hari sampai dicapai eutiroid, lalu dosis
diturunkan menjadi 5-20 mg/hari; biasanya terapi berlangsung 18 bulan.
Sebagai blocking replacement regimen, karbamizole 20 60 mg
dikombinasikan dengan tiroksin 50 -150 mg. Untuk dosis anak mulai
dengan 15 mg/hari kemudian disesuaikan dengan respon.
Efek samping : ruam kulit, nyeri sendi, demam, nyeri tenggorokan, sakit
kepala, ada kecendrungan pendarahan, mual muntah, leukopenia.
Resiko khusus : penggunaan pada pasien lebih dari 40 tahun karena PTU
bisa menyebabkan hipoprotrombinemia dan pendarahan, kehamilan dan
menyusui (Lacy, et al, 2006).
d. Tiamazole
Dosis dan aturan pakai : untuk pemblokiran total produksi hormon tiroid
25-40 mg/hari; kasus ringan 10 mg (2 x sehari); kasus berat 20 mg (2 x
sehari); setelah fungsi tiroid normal (3-8 minggu) dosis perlahan-lahan
diturunkanhingga dosis pemelihara 5 10 mg/hari.
Indikasi :
3. Pembedahan Tiroidektomi
Indikasi :
4. Obat-obatan lain
Antagonis adrenergik-beta
Non Farmakologi
a. Diet yang diberikan harus tinggi kalori 2600-3000 kalori perhari
b. Konsumsi protein yang tinggi yaitu 100-125 gr (2,5 gr/kgBB) per hari
seperti susu dan telur
c. Olahraga secara teratur
d. Mengurangi rokok, alcohol dan kafein yang dapat meningkatkan
metabolisme
Pendidikan Kesehatan
a. Penyuluhan kesehatan secara profesional dengan memberikan materi
penyuluhan seperti : apakah itu Hipertiroid dan bagaimana
penatalaksanaannya.
b. Informasikan kepada keluarga klien tentang emosi klien dan anjurkan
kepada keluarga untuk menjaga emosi klien.
c. Pemberian pengetahuan kepada klien dan keluarga tentang dosi-dosis
obat yang diberikan.
d. Informasikan kepada klien dan keluarga untuk melakukan aktivitas
yang ringan dan tidak melakukan aktivitas yang berat-berat.
e. Diet yang diberikan harus tinggi kalori, yaitu memberikan kalori 2600-
3000 kalori per hari baik dari makanan maupun dari suplemen
f. Konsumsi protein harus tinggi yaitu 100-125 gr (2,5 gr/kg berat badan
) per hari untuk mengatasi proses pemecahan protein jaringan seperti
susu dan telur.
g. Olah raga secara teratur.
h. Mengurangi rokok, alkohol dan kafein yang dapat meningkatkan kadar
metabolisme.
i. Gunakan obat tetes mata untuk mengurangi terjadinya iritai pada mata
g. Patofisiologi
HIPERTIROID
Peningkatan
Peningkatan aktivitas simpatik
Metabolisme
Peningkatan kontraktilitas
Vasodilatas Kebutuhan O2 otot jantung(Takikardi)
i pembuluh meningkat
darah
Peningkatan kebutuhan
hiperventilasi Hipoksia : oksigen,penurunan
peningkatan RR diastolik filling
Peningkatan
pembuanga Pola napas tidak
n panas efektif Metabolisme Hipoperfusi otot jantung
melalui kulit anaerob
Usia : 33 tahun
Pekerjaan :-
TB : 161 cm
BB : 60 kg
B. Keluhan Utama : -
Provoking Incident ( P )
apakah ada peristiwa yang menjadi yang menjadi faktor presipitasi
pembesaran leher, seperti kemungkinan adanya gangguan hormon
kelenjar tiroid, gangguan autoimun(teori)
Quality ( Q )
Menanyakan kepada klien seperti apa pembesaran leher yang dirasakan
atau digambarkan klien. Apakah ada keluhan nyeri tekan atau nyeri saat
menelan (teori)
Region : radiation ( R )
Pada kasus, klien merasakan pembesaran pada lehernya
Severity (Scale) ( S )
Kaji seberapa jauh pembesaran yang dirasakan atau menerangkan
seberapa jauh pembesaran leher ini mempengaruhi kemampuan
fungsinya, pada kasus lingkar leher klien 33,5cm
Time ( T )
Kaji sejak kapan pembesaran leher pada klien berlangsung, dan apakah
pembesarannya bertambah buruk (semakin besar) dari waktu ke
waktu.(teori)
Pembesaran leher sudah terjadi sejak 2 bulan terakhir(kasus)
Keluhan saat ini tidak ada ( gemetar atau keringat banyak (-) setelah minum
obat )
Dalam kasus tidak disebutkan, tetapi bila ada biasanya adanya riwayat
adenoma tiroid atau graves disease
E. Riwayat Penyakit Keluarga
Pengobatan atau tindakan apa sajakah yang klien lakukan selama proses
penyembuhan dan obat-obatan apa saja yang di konsumsi klien.
b. Kebutuhan nutrisi
c. Kebutuhan eliminasi
Klien mungkin akan mengalami gangguan tidur karena merasa tidak nyaman
seperti berkeringat, ansietas, berdebar-debar, dan mengeluhkan suhu ruangan
(intoleran terhadap panas). Oleh karena itu, kamar klien harus dijaga agar
suhunya selalu sejuk serta nyaman.(teori)
H. Pengkajian psikososial
Stress emosional.Pada pengkajian ini, mencakup laporan pasien atau
keluarga mengenai keadaan pasien yang mudah tersinggung (iritabel),
serta peningkatan reaksi emosionalnya. Status mental, emosional dan
perubahan penampilan
Kekhawatiran penderita hipertiroidisme harus diredakan dengan
penjelasan bahwa reaksi emosional yang dialaminya merupakan akibat
dari penyakit dan dengan bantuan terapi akan mengendalikan gejala
tersebut.
Karena efek negative (reaksi emosional) yang ditimbulkan oleh gejala ini
akan berpengaruh terhadap keluarga dan sahabatnya maka mereka perlu
diberikan penjelasan tentang gejala penyakit ini.
I. Pengkajian spiritual
Apakah klien secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan
keagamaan
J. Pemeriksaan Fisik
a. Antropometri
TB : 161 cm
BB : 60 kg
b. TTV
2. Kepala
Inspeksi bentuk simetris antara kanan dan kiri, bentuk lonjong, tidak
ada lesi
Palpasi ada / tidaknya nyeri tekan.
3. Mata
4. Telinga
Inspeksi : ukuran , simetris antara kanan dan kiri, tidak ada serumen
pada lubang telinga, tidak ada benjolan
5. Hidung
Inspeksi : simetris, tidak ada secret, tidak ada lesi, tidak ada benjola
6. Mulut
Inspeksi : bentuk mulut simetris, kebersihan lidah dan gigi
7. Leher
Inspeksi : dada simetris kanan dan kiri, ukuran, dan bentuk dada, nafas
dangkal dan cepat
Palpasi : adanya masa, berdebar, getaran focal femitus sama antara
kanan dan kiri, ada / tidaknya nyeri dada
Perkusi : pada semua bagian dada, dengarkan adanya bunyi abnormal
pada paru paru dan jantung
Auskultasi : bunyi jantung dan paru (biasanya denyut jantung
meningkat, bunyi nafas cepat dengan irama tidak beraturan), dengarkan
pula suara abnormal dari jantung dan paru paru (gallop, murmur,
crackle, dll)
9. Abdomen
7. Observasi efek
samping dari 7. Satu indikasi untuk
antagonis adrenergik menurunkan atau
menghrntikan terapi
Kolaborasi :
o Penyekat beta
(pronolol, o Menurunkan
frekuensi kerja jantung
atenolol)
o Memblok sintesis
o Hormon tiroid hormontiroid dan
antagonis (PTU, menghalangi
metimazol) perubahan T4 ke T3
o Natrium iodida o Mencegah
(lugol) atau saturasi pengeluaran hormon
kalium iodida ke sirkulasi dengan
menyimpan hormon
o RAI tersebut dalam
kelenjar tiroid
o Kortikosteroid
seperti deksametason o Menghancurkan
(dekaron) fungsi jaringan tiroid
o Diuresis mungkin
diperlukan jika terjadi
GJK
o Menurunkan suhu
tubuh berhubungan
dengan metabolisme
o Meningkatkan
istirahat sehingga
menurunkan beban
jantung
o Menurunkan proses
mengigil yang
berhubungan dengan
hipertermia
3. Pantau hasil
laboratorium sesuai 3. Rasional :
indikasi :
o Hipokalemiaebagai
o Kalium sero akibat dari kehilangan
Kalsium serum melalui GI
o Kultur sputum o Terjadinya
peningkatan dapat
o Sinar X dada mengubah kontraksi
4. Berikan oksigen jantung
sesuai indikasi o Infeksi paru
merupakanfaktor
5. Berikan terapi pencetus kritis yang
transfusi paling sering
plasmaferesis,hemo
perfusi, dialisis o Pembesaran jantung
mungkin terjadi
sebagai respon
6. Siapkan untuk
peningkatan kebutuhan
pembedahan
sirkulasi
4. Mendukung
peningkatan kebutuhan
metabolisme
5. Menangani
penurunan cadangan
hormon ekstratiroid
pada penyakit berat /
koma
6. Tiroidektomi parsial
mungkin cara
penanganan pilihan
terhadap hipertiroid
jika keadaan
hipertiroid
membahayakan
Kolaborasi
1. Berikan obat
sesuai indikasi:Obat 1. Sebagai lubrikasi
tetes mata metil mata
selulosa.
2. ACTH, Prednison.
2. Diberikan untuk
menurunkan radang
3. Obat antitiroid, yang berkembang
dengan cepat.
3. Dapat menurunkan
4. dieuretik tanda/ gejala atau
mencegah keadaan
semakin memburuk.
4. Dapat menurunkan
edema pada keadaan
ringan
Menunjukkkan 4. Dorongpasien
BB yang stabil 4. Memulihkan nutrisi
untuk makan
disertai dengan klien dan
meningkatkan
nilai mengembalikan BB
jumlah makan dan
laboratorium yang telah hilang
juga makanan kecil
yang normal dengan
dan terbebas menggunakan
dari tanda- makanan tinggi
tanda kalori yang mudah
malnutrisi dicerna
Kolaborasi :
1. Konsul dengan
ahli gizi untuk 1. Kebutuhan zat-zat
memberikan diet makanan klien
tinggi kalori, protein, terpenuhi
karbohidrat dan
vitamin
2. Berikan obat
dengan indikasi:
4. 4.Sarankan pasien
untuk mengurangi 4.Membantu melawan
aktivitas dan pengaruh dari
meningkatkan peningkatan
istirahat di tempat metabolisme
tidur sebanyak
banyaknya jika
memungkinkan.
5. 5.Berikan tindakan
yang membuat 5.Dapat menurunkan
pasien nyaman, energi dalam saraf
seperti yang selanjutnya
sentuhan/masase, meningkatkan
bedak yang sejuk. relaksasi
6.Memberikan 6.Memungkinkan
aktivitas untuk menggunakan
pengganti yang energi dengan cara
menyenangkan dan konstruktif dan
tenang, seperti mungkin juga akan
membaca, menurunkan ansietas
mendengarkan radio
dan mnonton
televisi.
7.Peningkatan
7. Hindari
kepekaan dari susunan
membicarakan topik
saraf pusat dapat
yang menjengkelkan
menyebabkan
atau yang
mengancam pasien.
Diskusikan cara pasien mudah untuk
untuk berespons terangsang, agitasi,
terhadap perasaan dan emosi yang
tersebut. berlebihan
5. Hal ini
5.Diskusikan dengan meningkatkan harga
sistem pendukung diri dan meningkatkan
klien pentingnya penyesuaian. (Dudas,
mengkomunikasik 1993)
an nilai dan
kepentingan klien.
Kolaborasi:
1. Konseling
1. Rujuk klien yang
professional
beresiko tinggi pada
diindikasikan untuk
konseling
klien dengan kekuatan
profesional bila
ego yang buruk dan
diindikasikan.
sumber koping yang
tidak adekuat
DAFTAR PUSTAKA
Baradero, Mary. 2009. Klien Gangguan Endokrin: Seri Asuhan Keperawatan
. Jakarta: EGC
Brashers, Valentina L. 2008. Aplikasi Klinis Patofisiologi: Pemeriksaan &
Manajemen ed.2. Jakarta: EGC
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta:
EGC
Doengoes. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2010/05/fungsi_dan_kelainan_kelenjar.pdf [di akses tgl 16 April
2010 pukul 19.00]
Lynda juall, 2007.Diagnosis keperawatan ed.10.Jakarta:2007
Mutaqin, Halim. 2001. Ilmu Penyaakit Dalam Diagnosis dan Terapi. Jakarta: EGC
Smeltzer, C. Suzzane. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Vol.2.
Jakarta: EGC
Stein, MD, Jay. H. 2001. Panduan Klinik lmu Penyakit Dalam Edisi 3. Jakarta: EGC
Sylvia A. Price. 2006. Patologi. Jakarta ; EGC