Anda di halaman 1dari 27

Meningitis Tuberculosis

JURNAL CASE REPORT


Identitas

Anamnesis
Nama : -
Jenis kelamin : laki laki
Usia : 58 tahun
Anamnesis

Pasien datang ke RS karena :

sakit kepala yang parah, terutama di daerah parietal, afasia motorik, dan
kesulitan bergerak.

Pada hari kedua rawat inap pasien dirujuk ke ruang rawat inap Neurologis
dengan dugaan stroke hemoragik.
Pasien dirujuk ke Departemen Neuro karena dicurigai menderita
ensefalitis.
 Selama 6 bulan di bawah perawatan Klinik Paru, karena batuk

produktif yang persisten, kehilangan berat badan (25kg) dan


kelemahan, dirawat di Departemen Penyakit Menular dan Neuroinfeksi
dengan dugaan ensefalitis.
Pemeriksaan fisik
 Suhu tubuh 38,8˚C
 GCS 10
 leher kaku 4 cm
 tanda Kerning bilateral positif
 tanda Oppenheim sisi kanan positif
 Dehidrasi
 suara vesikuler yang tenang
 simpul supraklavikula kiri teraba
 serta nodus inguinalis dan kerusakan gigi.
Pemeriksaan penunjang

CT scan menunjukkan hanya pelebaran ventrikel

Rontgen dada yang menunjukkan tuberkulosis milier

Tes laboratorium :

-peningkatan parameter inflamasi (CRP- 35.9mg / l, ESR- 58/70, WBC-10k)

-hiponatremia ringan (131mmol / l).

-Dalam 24 jam berikutnya dilakukan pungsi lumbal.

Pemeriksaan cairan serebrospinal (CSF) :

pleositosis polinuklear, peningkatan konsentrasi protein dan kadar glukosa rendah


 Dalam 3 pemeriksaan sputum berturut-turut, ditemukan

basil tahan asam, selain itu dalam sistem kulturBacT /


ALERT serta dalam LJ medium peningkatan tingkat
mikobakteri ditemukan.
 Selanjutnya csf (sampel diambil dalam 48 jam pertama)

rawat inap, kultur bakteri setelah 38 hari tumbuh


mikobakteri resisten asam.
Tatalaksana

antituberkulotik (Rifampicin 600mg / d, Pyrazinamid 1500 / d, Nidrazid

300mg / d, Streptomicin 1.0 / d)


 Selain obat antioedematous digunakan (Mannitol 20%) dan

glukokortikosteroid (Dextamethasone 16mg / hari dalam menurunkan


dosis untuk seluruh durasi rawat inap).
Setelah 19 hari pemeriksaan csf kontrol pengobatan antituberkulotik

menunjukkan normalisasi parameter CSF Pasien dipulangkan setelah 23


hari rawat inap dengan kondisi kesehatan yang baik dengan rekomendasi
untuk melanjutkan pengobatan
Setelah 7 minggu dan modifikasi pengobatan dengan dua obat

Selama masuk pasien dalam keadaan sehat secara umum, tanpa kelainan
pada pemeriksaan fisik.

Rontgen dada menunjukkan remisi bertahap dari perubahan milier.


Pasien dipulangkan ke rumah dalam keadaan umum baik dengan
rekomendasi untuk melanjutkan pengobatan antipulotik
Diagnosis

Tuberculosis meningitis
Diagnosis banding

ensefalitis tuberkulosis
Meningitis bacterialis
Diskusi

Definisi
Meningitis tuberkulosis adalah peradangan selaput otak atau meningen
yang disebabkan oleh bakteri  M.tuberculosis.

Meningitis tuberkulosis merupakan hasildari penyebaran hematogen dan 
limfogen bakteri M. Tuberculosis dari infeksi primer pada paru
Etiologi

Mycobacterium tuberculosis
Klasifikasi

Meningitis tuberkulosis diklasifikasikan ke dalam tiga tingkat keparahan


berdasar British Medical Research Council TBM grade.7

• Tingkat 1 MTB didefinisikan dengan Glasgow coma score (GCS) 15


dengan tanpa defisit neurologi fokal.

• Tingkat 2 MTB dengan GCS 15 dan defisit neurologi fokal, atau GCS 11-
14.

• Tingkat 3 MTB dengan GCS ≤10.


Faktor Resiko

1. Orang dengan peningkatan risiko Meningitis Tuberkulosis termasuk


anak muda anak-anak dengan TB primer dan pasien dengan
imunodefisiensi yang disebabkan oleh penuaan, malnutrisi, atau
gangguan seperti HIV dan kanker.
2. Penggunaan antibodi antitumor necrosis factoralpha (TNFα) juga
telah dikaitkan dengan peningkatan risiko TB luar paru termasuk
Meningitis tuberkulosis
bakteremia membawa basil
tuberkulosis ke sirkulasi
serebral

terbentuknya lesi primer


tuberkulosis di otak

dorman dalam waktu


lama

meningitis tuberkulosis terjadi akibat


pelepasan basil Mycobacterium
tuberculosis ke dalam ruang meningen
dari lesi subependimal atau subpial
Proses patologi yang menyebabkan defisit neurologis pada
meningitis tuberkulosis adalah

(1) eksudat dapat menyebabkan obstruksi aliran CSS sehingga


terjadi hidrosefalus,

(2) granuloma dapat bergabung membentuk tuberkuloma atau


abses sehingga terjadi defisit neurologis fokal, dan

(3) vaskulitis obliteratif yang dapat menyebabkan infark dan


sindrom stroke
Manifestasi klinis

 Fase prodromal

demam ringan, malaise, sakit kepala, pusing, muntah, dan /


atau perubahan kepribadian dapat berlangsung selama
beberapa minggu,
 setelah itu pasien dapat mengalami sakit kepala yang lebih

parah
 perubahan status mental, stroke, hidrosefalus, dan neuropati

kranial, dan kejang


Diagnosis

 Anamnesis
 Pemeriksaan fisik :
-Pemeriksaan GCS
-Pemeriksaan saraf cranial
-Kekuatan motorik
-Kaku kuduk
-Refleks kernig dan Brudzinky
 CT scan / MRI
 Laboratorium
 Ehrlich-Ziehl Neelsen (EZN)
 Kultur
diagnosis

Temuan CSS yang khas dari Meningitis Tuberculosis meliputi:

(i) pleiositosis dominan limfositik. Putih total jumlah sel biasanya


antara 100 dan 500 sel / μ L.Pada awal penyakit, jumlah yang lebih
rendah dan dominasi neutrofil dapat ditemukan,

(ii) peningkatan kadar protein, biasanya antara 100 dan 500mg / dL,

(iii) glukosa rendah, biasanya kurang dari 45mg / dL atau CSS: plasrasio

ma <0,5.
Tatalaksana

 kombinasi obat antituberkulotik mencakup pengobatan intensif 4x

(Isoniazid INH, RifampicinRMP, Pyrzinamid PZA, dan Streptomycin


SM), yang kelanjutannya akan menjadi dua terapi pemeliharaan obat
(INH + RMP) selama 12 bulan.
 glukokortikoid (Dextameth-asone) diberikan secara berurutan selama

6-8 minggu dengan dosis yang diturunkan


Tatalaksana
Prognosis

 Penundaan pengobatan dapat memperburuk hasil.

 Risiko kematian paling tinggi pada mereka dengan

komorbiditas
Referensi

Grace E. Marx1 and Edward D. Chan : Tuberculous Meningitis: Diagnosis and Treatment Overview 2011

Török ME. Tuberculous meningitis: advances in diagnosis and treatment. British Medical Bulletin.

2015; 113:117-31. 9.

Isabel BE, Rogelio HP. Pathogenesis and immune response in tuberculous meningitis. Malays J Med

Sci. 2014; 21(1): 4-10

Bang ND, Caws M, Truc TT, Duong TN, Dung NH, Ha DTM, et al. Clinical presentations, diagnosis,

mortality and prognostic markers of tuberculous meningitis in Vietnamese children: a prospective

descriptive study. BMC Infect Dis [Internet]. 2016;16(1):573. Available from:

http://bmcinfectdis.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12879-016-1923-2

Jerome H. Chin, MD, PhD, MPH ,Tuberculous meningitis Diagnostic and therapeutic challenges 2014 .

Retrieved from National Center of Biotechnology Information (NCBI)


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai