Anda di halaman 1dari 22

MIGRAIN

ANDI ASHILAH NUR FATIHA


C111 16 819
IDENTITAS
Nama: -
Jenis kelamin: laki-laki
Umur: 28 tahun
Masuk UGD
ANAMNESIS
◦ Sakit kepala yang parah sejak 7 hari sebelumnya
◦ Terlokalisasi di sisi kiri kepala tanpa radiasi
◦ Rasa sakit berdenyut-denyut, pasien menilai nyeri 9/10 pada skala analog visual
◦ Sakit kepala dikaitkan dengan fotofobia unilateral dan disangkal adanya gangguan penglihatan
◦ Tidak ada gejala terkait lainnya dan tidak ada kelainan neurologis fokal
◦ Memiliki riwayat migrain sejak 2 tahun yang lalu, mengalami satu episode setiap 2 minggu sekali.
◦ Biasanya, episode tersebut mereda dengan parasetamol dan Ibuprofen. Pasien juga biasanya harus datang
ke UGD untuk penanganan lebih lanjut.
◦ Ada beberapa lesi eritematosa linier 1–2 cm non-blansing yang muncul di dahinya dan menghilang
beberapa hari setelah sakit kepala mereda, tanda ini terulang beberapa kali
◦ Pasien mengkorelasikan tingkat keparahan nyeri dengan ukuran dan jumlah tanda. Bahwa saat rasa
sakitnya meningkat, tanda itu akan menjadi lebih intens warnanya dimulai dari warna merah tapi
akhirnya berubah menjadi biru / hitam menyerupai memar
◦ Riwayat medis pasien sebelumnya hanya signifikan untuk dislipidemia, dimana dia menggunakan statin
◦ Pasien memiliki riwayat keluarga yang migrain, tetapi menyangkal manifestasi kulit terkait migrain
dalam keluarga
PEMERIKSAAN FISIK
◦ Suhu 36,8 ° C, nadi 118 bpm, frekuensi pernafasan 18 bpm, dan tekanan darah 148/91 mmHg
◦ Pupils reactive & GCS 15
◦ Dada dan paru-parunya normal dan tidak memiliki defisit saraf fokal
◦ Dahinya menunjukkan beberapa tanda eritematosa 1-2 cm yang berwarna ungu dan tidak lunak
PEMERIKSAAN PENUNJANG
◦ Pemeriksaan laboratorium tidak dikirim, karena pasien merasa jauh lebih baik setelah menjalani
pemeriksaan sebelumnya
◦ MRI normal
TATALAKSANA
◦ Memberi pasien masker oksigen
◦ Memberi 20 mg metoclopramide IM
◦ Pasien kemudian ditempatkan di ruangan untuk istirahat
FOLLOW UP
◦ Dalam 30 menit setelah pemberian tatalaksana, nyeri pasien berkurang dari tingkat keparahan 9/10 menjadi
4/10
◦ Tanda eritematosa telah hilang sama sekali beberapa hari setelah keluar dari rumah sakit dan sudah tidak
memiliki gejala migren lagi
DIAGNOSIS BANDING
◦ Tumor otak
◦ Tension headache
◦ Cluster headache
◦ Kelainan pembuluh darah
DIAGNOSIS
Diagnosis klinis adalah migrain dengan manifestasi kulit
DISKUSI
◦ Hanya sejumlah kecil kasus seperti ini yang telah dilaporkan, tetapi tidak ada yang memiliki tanda kulit
yang begitu luas.
◦ Salah satu kasus pertama dilaporkan oleh Sethi et al. Seorang pria 40 tahun dengan gejala migrain klasik
dengan titik merah di dahinya yang membentang di sepanjang distribusi N. V1 dari saraf trigeminal.
Hasil pemeriksaannya normal.
◦ Kasus lain dilaporkan oleh Sethi. Seorang wanita 32 tahun dengan sakit kepala episodik dengan titik
merah serupa di dahinya disertai dengan ekimosis pada kelopak matanya di distribusi N. V1 dari saraf
trigeminal.
◦ Meskipun pada kasus lain memiliki riwayat migrain klasik seperti pasien pada kasus ini dan masing-
masing dari mereka mengalami manifestasi kulit, tapi tidak satupun dari mereka memiliki tanda yang
begitu parah.
◦ Tanda pasien pada kasus ini tidak seperti tanda pada kasus Sethi, tidak mengikuti distribusi N. V1 dan
jauh lebih menonjol dalam ukuran dan jumlahnya.
KESIMPULAN KASUS
◦ Migrain dengan manifestasi kulit adalah presentasi yang sangat jarang dan baru saja ditemukan. Lebih
banyak penelitian perlu dilakukan termasuk lebih banyak pengujian untuk mengetahui etiologinya.
◦ Pengujian genetik mungkin dapat dilakukan untuk melihat apakah itu bisa terkait dengan mutasi gen dan
karenanya lebih meningkatkan pengelolaan pasien tersebut.
◦ Selain itu, pasien dengan kondisi ini memerlukan tindak lanjut tambahan untuk menentukan riwayat
alami dan perkembangan manifestasi kulit yang terjadi dengan migrain tersebut.
DEFINISI
Migrain adalah nyeri kepala berulang dengan manifestasi serangan selama 4-72 jam, dengan karakteristik
nyeri kepala unilateral, berdenyut, intensitas sedang atau berat, bertambah berat dengan aktivitas fisik yang
rutin dan diikuti dengan nausea dan atau fotofobia dan fonofobia
FAKTOR PENCETUS
◦ Perubahan hormon
◦ Makanan: yang mengandung histamin dan tiramin
◦ Stres
◦ Rangsangan sensorik: sinar yang terang dan menyilaukan, serta bau yang menyengat
◦ Aktivitas fisik yang berlebih
◦ Perubahan lingkungan
◦ Alkohol
◦ Merokok
PATOFISIOLOGI
KRITERIA DIAGNOSIS (IHS)
A. Migrain tanpa aura B.Migrain dengan aura
◦ Sekurang-kurangnya terjadi 5 serangan yang memenuhi kriteria ◦Sekurang-kurangnya terjadi 2 serangan nyeri kepala berulang
berikut: ◦Yang didahului gejala neurologi fokal yang reversibel secara
◦ Durasi 4 sampai 72 jam apabila tidak diobati. bertahap 5-20 menit dan berlangsung kurang dari 60 menit.
◦ Nyeri kepala dengan paling sedikit dua dari empat gambaran berikut: ◦Terdapat sedikitnya satu aura berikut ini yang reversibel
- lokasi unilateral, seperti:
- kualitas berdenyut (pulsating), - gangguan visual,
- intensitas nyeri sedang sampai berat, - gangguan sensoris,
- nyeri yang diperparah oleh aktifitas fisik rutin. - gangguan bicara disfasia
◦ Paling sedikit terdapat satu dari dua hal berikut selama nyeri kepala: ◦Paling sedikit dua dari karakteristik berikut:
- mual dan muntah atau keduanya, - gejala visual homonim dan / atau gejala sensoris unilateral.
- fotofobia dan fonofobia. - paling tidak timbul satu macam aura secara gradual > 5 menit
◦ Serangan nyeri kepala tidak berkaitan dengan kelainan yang lain. dan / atau jenis aura yang lainnya > 5 menit.
- tiap gejala berlangsung > 5 menit dan < 60 menit
◦Tidak berkaitan dengan kelainan lain.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak ada pemeriksaan penunjang khusus untuk membantu menegakkan diagnosis. Pemeriksaan penunjang diperlukan bila dicurigai
adanya kelainan struktural yang mempunyai gejala seperti migrain.
Jika gejala pasien sesuai dengan kriteria untuk migrain dan ada pemeriksaan neurologis yang normal, perbedaannya seringkali terbatas.
Jika ada kelainan neurologis pada pemeriksaan atau jika pasien memiliki tanda-tanda atau gejala tertentu, atau “red flag headache”,
maka neuroimaging harus dilakukan untuk menyingkirkan penyebab sekunder sakit kepala.

“Red flag headache”:


- Pasien dengan sakit kepala berulang dan gejala sistemik (demam, penurunan berat badan)
- Gejala neurologis atau tanda-tanda abnormal (kebingungan, gangguan kewaspadaan atau kesadaran)
- Onset mendadak, tiba-tiba
- Pasien berusia >50 tahun dengan onset baru atau sakit kepala progresif
- Riwayat sakit kepala sebelumnya dengan sakit kepala baru atau berbeda (perubahan frekuensi, keparahan, atau gambaran klinis)
- Jika ada faktor risiko sekunder (HIV, kanker)
TATALAKSANA
A. Non- farmako:
◦ Hindari faktor pencetus
◦ Perubahan gaya hidup

B. Farmako:
◦ Terapi abortif (pengobatan saat serangan)
- Non-spesifik: Analgaetik / NSAIDs, antiemetik
- Spesifik: Triptans, ergots
◦ Terapi preventif/profilaksis (mengurangi frekuensi dan tingkat keparahan serangan di masa depan)
- Antihipertensi
- Antiepilepsi
- Antidepresan
REFERENSI
◦ Berdouk, S. & Khan, S. (2018, June 07). Migraine with extensive skin markings: a case report.
International Journal of Emergency Medicine.
◦ http://tmedweb.tulane.edu/pharmwiki/doku.php/migraine_headaches
◦ http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/21750/5.%20BAB%20II.pdf?sequence=5&isAll
owed=y
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai