Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN KASUS MENINGITIS

DI RUANG ZAITUN 1 RSUD AL IHSAN


PROVINSI JAWA BARAT

Tugas Ini Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Stase Keperawatan Dasar Profesi

Disusun Oleh :

Anissa Oktaviani (KHGD21055)


Anissa Uswatun (KHGD21002)
Dicky Gunawan (KHGD21084)
Dika Abdul Latif (KHGD21062)
Dinda Nur P (KHGD21094)
Nandini Sri Rezeki (KHGD22065)
Rifki Ferdiansyah (KHGD21019)
Riki Hanafi (KHGD21069)
Rini Rubiyanti (KHGD21104)
Risanti (KHGD22058)
Windi (KHGD22070)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARSA HUSADA GARUT


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2022
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi Meningitis Tuberkulosis
Meningitis tuberkulosis adalah infeksi pada meningen yang disebabkan
oleh basil tahan asam Mycobacterium tuberculosis. Meningitis tuberkulosis
adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal
kolumna yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Harsono,
2005).
Meningitis tuberkulosis adalah penyebaran tuberkulosis primer dengan
fokus infeksi ditempat lain. Meningitis tuberkulosis adalah komplikasi infeksi
primer dengan atau tanpa penyebaran milier (Mansjoer, 2000).
2. Klasifikasi

Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang


terjadi pada cairan otak, yaitu :
a. Meningitis serosa
Meningitis serosa adalah radang selaput otak araknoid dan
piameter yang disertai cairan otak yang jernih. Penyebab terseringnya
adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebab lainnya lues, Virus,
Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.
b. Meningitis purulenta
Meningitis purulenta adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter
yang meliputi otak dan medula spinalis. Penyebabnya antara lain :
Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis
(meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus,
Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae,
Peudomonas aeruginosa.
3. Etiologi
Penyakit meningitis tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis humanus, sedangkan menurut peneliti yang lain dalam literatur
yang berbeda meningitis Tuberkulosis disebabkan oleh duamicobacterium
yaitu Mycobacterium tubeculosis dan Mycobacterium bovis yang biasanya
menyebabkan infeksi pada sapi dan jarang pada manusia. Mycobacterium
tuberculosis merupakan basil yang berbentuk batang, berukuran 0,2-0,6 µm x
1,0-10µm, tidak bergerak dan tidak membentuk spora. Mycobacterium
tuberculosis bersifat obligat aerob, hal ini menerangkan predileksinya pada
jaringan yang oksigenasinya tinggi seperti apeks paru, ginjal dan otak.
Mycobacterium tidak tampak dengan pewarnaan gram tetapi tampak
dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen. Basil ini bersifat tahan asam, artinya tahan
terhadap pewarnaan carbolfuchsin Yang menggunakan campuran asam
klorida-etanol. Sifat tahan asam ini disebabkan karena kadar lipid yang tinggi
pada dinding selnya. Lipid pada dinding sel basil Mycobacterium tuberculosis
meliputi hampir 60% dari dinding selnya, dan merupakan hidrokarbon rantai
panjang yang disebutasam mikolat. Mycobacterium tuberculosa tumbuh
lambat dengan doubletime dalam 18-24 jam, maka secara klinis kulturnya
memerlukan waktu 8 minggu sebelum dinyatakan negatif.

4. Manifestasi klinis
Gejala klinis meningitis tuberkulosis dapat dibagi dalam 3 (tiga) stadium
(Anderson, 2010) :
a. Stadium I : Prodormal
Selama 2-3 minggu dengan gejala ringan dan nampak seperti gejala
infeksi biasa. Pada anak-anak, permulaan penyakit bersifat subakut, sering
tanpa demam, muntah muntah, nafsu makan berkurang, murung, berat
badan menurun, mudah tersinggung, cengeng, opstipasi, pola tidur
terganggu dan gangguan keadaran berupa apatis. Pada orang dewasa
terdapat panas yang
hilang timbul, nyeri kepala, konstipasi, kurang nafsu makan, fotofobia,
nyeri punggung, halusinasi, dan sangat gelisah.
b. Stadium II : Transisi
Berlangsung selama 1-3 minggu dengan gejala penyakit lebih berat
dimana penderita mengalami nyeri kepala yang hebat dan kadang-kadang
disertai kejang terutama pada bayi dan anak-anak. Tanda-tanda rangsangan
meningeal mulai nyata, seluruh tubuh dapat menjadi kaku, terdapat tanda-
tanda peningkatan intrakranial, ubun-ubun menonjol dan muntah yang lebih
hebat.
c. Stadium III : Terminal
Ditandai dengan kelumpuhan dan gangguan kesadaran sampai koma.
Pada stadium ini penderita dapat meninggal dunia dalam waktu tiga minggu
5. Patofisiologi
Meningitis tuberkulosis terjadi akibat penyebaran infeksi secara
hematogen ke meningen. Dalam perjalanannya meningitis tuberkulosis
melalui 2 tahap yaitu mula-mula terbentuk lesi di otak atau meningen akibat
penyebaran basil secara hematogen selama infeksi primer. Penyebaran secara
hematogen dapat juga terjadi pada TB kronik, tetapi keadaan ini jarang
ditemukan. Selanjutnya meningitis terjadi akibat terlepasnya basil dan antigen
TB dari fokus kaseosa (lesi permukaan di otak) akibat trauma atau proses
imunologi, langsung masuk ke subaraknoid. Meningitis tuberkulosis biasanya
terjadi 3-6 bulan setelah infeksi primer (Schlossberg, 2011) . Kebanyakan
bakteri masuk ke cairan serebrospinal dalam bentuk kolonisasi dari nasofaring
atau secara hematogen menyebar ke pleksus koroid parenkim otak, atau
selaput meningen. Vena-vena yang mengalami penyumbatan dapat
menyebabkan aliran retrograde transmisi dari infeksi. Kerusakan lapisan dura
dapat disebabkan oleh fraktur, paska bedah saraf, infeksi steroid secara
epidural, tindakan anestesi, adanya benda asing seperti implan koklear, VP
shunt, dan lain-lain. Sering juga kolonisasi organisme pada kulit dapat
menyebabkan meningitis. Meskipun
meningitis dikatakan sebagai peradangan selaput meningen, kerusakan
meningen dapat berasal dari infeksi yang dapat berakibat edema otak,
peyumbatan vena dan menghalang aliran cairan serebospinal yang dapat
berakhir dengan hidrosefalus, peningkatan tekanan intrakranial dan herniasi
(Schlossberg, 2011).
6. Pathway
7. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan CSF
M. Purulenta M. Serosa/TBC M. Viral

Tekanan   Normal

Warna merah, kuning / Opalesen kuning Jernih


hijau

Tes none ++ / +++ ++ / +++ -/+

Tes pandi -- / +++ ++ / +++ -/+

Jumlah sel 1000 – 10.000 200 – 500 50 – 100

Protein 100 – 500 mg % 100 – 500 mg % 50 – 100 mg %

Glukosa   normal

Bakteri  dgn pewarnaan  dgn pewarnaan (-) dgn pewarnaan

Pemeriksaan laboratorium yang khas pada meningitis adalah analisa


cairan otak. Analisa cairan otak diperiksa untuk jumlah sel, protein, dan
konsentrasi glukosa.
Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa hitung jenis sel
dan protein cairan cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya
peningkatan TIK. Lumbal punksi tidak dapat dikerjakan pada pasien dengan
peningkatan TIK.
 Analisa CSS dari fungsi lumbal
a. Meningitis bacterial : tekanan meningkat, cairan keruh / berkabut,
jumlah sel darah putih dan protein meningkat, glukosa menurun,
kultur positif terhadap beberapa jenis bakteri
b. Meningitis virus : tekanan bervariasi, CSS biasanya jernih, sel
darah putih meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur
biasanya negative, kultur virus biasanya hanya dengan prosedur
khusus.
2) Pemeriksaan Kaku Kuduk
Pada meningitis bisa ditemukan dengan melakukan pemeriksaan fleksi
pada kepala klien yang akan menimbulkan nyeri, disebabkan oleh adanya
iritasi meningeal khususnya pada nervus cranial ke XI, yaitu Asesoris yang
mempersarafi otot bagian belakang leher, sehingga akan menjadi
hipersensitif dan terjadi rigiditas.
3) Pada pemeriksaan Kernigs sign (+) dan Brudzinsky sign (+) menandakan
bahwa infeksi atau iritasi sudah mencapai ke medulla spinalis bagian
bawah.
4) Pemeriksaan darah ini terutama jumlah sel darah merah yang biasanya
meningkat diatas nilai normal.Serum elektrolit dan serum glukosa
dinilai untuk mengidentifikasi adanya ketidakseimbangan elektrolit
terutama hiponatremi.
5) Kadar glukosa darah dibandingkan dengan kadar glukosa cairan otak.
Normalnya kadar glukosa cairan otak adalah 2/3 dari nilai serum glukosa
dan pada pasien meningitis kadar glukosa cairan otaknya menurun dari nilai
normal.
6) Glukosa serum : meningkat
7) LDH serum : meningkat pada meningitis bakteri
8) Sel darah putih : meningkat dengan peningkatan neotrofil (infeksi bakteri)
9) Elektrolit darah : abnormal
10) LED : meningkat
11) Kultur darah / hidung / tenggorokan / urine : dapat mengindikasikan daerah
“pusat” infeksi atau mengidentifikasikan tipe penyebab infeksi
12) MRI /CT Scan : dapat membantu melokalisasi lesi, melihat ukuran /
letak ventrikel ; hematom daerah serebral, hemoragik maupun tumor
13) Rontgen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber infeksi intra
kranial.
14) Arteriografi karotis : Letak abses

8. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
1) Meningitis purulenta
a. Pemberian cairan secara intravena untuk menghindari
kekurangan cairan/elektrolit akibat muntah-muntah atau diare.
b. Bila pasien masuk dalam keadaan status konvulsivus, diberikan diazepam
0,5 mg/kg BB/ kali intravena, dan dapat diulang dengan dosis yang sama
15 menit kemudian. Bila kejang belum berhenti, ulangan pemberian
diazepam berikutnya (yang ketiga kali) dengan dosis yang sama diberikan
secara intramuskular.
c. Setelah kejang dapat di atasi, diberikan fenobarbital dosis awal untuk
neonatus 30 mg, anak kurang dari 1 tahun 50 mg dan di atas 1 tahun 75 mg.
Selanjutnya untuk pengobatan rumat diberikan fenobarbital dengan dosis 8-
9 mg/kg BB/hari di bagi dalam 2 dosis, diberikan selama 2 hari.
d. Berikan ampisisilin intravena sebanyak 400 mg/kg BB/ hari di bagi dalam
6 dosis di tambah kloramfenikol 100 mg/ Kg BB/hari intravena dibagi
dalam 4 dosis . Pada hari ke-10 pengobatan di lakukan pungsi lumbal
ulangan dan bila ternyata menunjukkan hasil yang normal pengobatan
tersebut di lanjutkan 2 hari lagi. Tetapi jika masih belum normal
pengobatan di lanjutkan dengan obat yang sama seperti di atas atau di ganti
dengan obat yang sesuai dengan hasil biakan dan uji resisten kuman.
2) Dasar pengobatan meningitis tuberkulosa ialah pemberian kombinasi
obat antituberkulosis dan ditambahkan dengan kortikosteroid,
pengobatan sitomatik bila terdapat kejang, koreksi dehidrasi akibat
masukan makanan yang kurang atau muntah dan fisioterapi. Umumnya
di pakai kombinasi streptomisin, PAS dan INH. Bila ada resisten
terhadap salah satu obat tersebut maka dapat digantikan dengan reserve
drugs. Streptomisin di berikan dengan dosis 30-50 mg/kg BB/hari
selama 3 bulan atau jika perlu di teruskan 2 kali seminggu selama 2-3
bulan lagi sampai likuor serebrospinalis menjadi normal. PAS dan INH
di teruskan paling sedikit sampai 2 tahun. Kortikostreoid biasanya di
berikan berupa prednison dengan dosis 2-3 mg/kg BB/hari (dosis
minimum 20 mg/ hari) dibagi 3 dosis selama 2-4 minggu, kemudian di
turunkan 1 mg/kg BB/hari setiap 1-2 minggu. Pemberian kortikosteroid
seluruhnya selama 3 bulan dan dihentikan bertahap untuk
menghindarkan terjadinya rebound phenomenon.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Masalah yang perlu diperhatikan pada pasien dengan meningitis
adalah gangguan kesadaran, resiko terjadi komplikasi, gangguan rasa aman
dan nyaman serta kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit.
a. Gangguan kesadaran
Pasien meningitis yang mengalami koma memerlukan pengawasan
tanda-tanda vital secara cermat karena pernapasannya sering cheyne-
Stokes sehingg terdapat gangguan O2. Untuk membantu pemasukan
O2perlu diberikan oksigen yaitu 1-2 liter/ menit. Selain itu pasien koma
juga mengalami inkontinensia urine maka perlu di pasang penampung
urine. Kebersihan kulit perlu di perhatiakn terutama sekitar genitalia
dan bagian tubuh yang tertekan. Oleh karena itu jika akan memasang
kateter urine harus konsultasi dahulu dengan dokter. Buat catatan
khusus jika belum ada catatan perawatan untuk mencatat hasil
observasi pasien.
b. Resiko terjadi komplikasi
Dehidrasi asidosis dapat terjadi pada pasien, oleh sebab itu untuk
memenuhi kebutuhan pasien perlu dilakukan pemasangan sonde tetapi
untuk kebutuhan elektroloit tidak akan cukup. Bila terjadi dehidrasi
cairan yang di berikan biasanya glukosa 10 % dan NACl 0,9% dalam
perbandingan 3:1. Pengawasan tetesan perlu dilakukan secara cermat
dan setiap mengganti cairan harus dicatat pada pukul berapa agar
mudah diketahui untuk memperhitungkan kecukupan cairan atau tidak.
Pengaturan posisi pada pasien juga perlu di perhatikan, teutama pada
pasien dengan penurunan kesadaran. Ubahlah sikap berbaringnya setiap
tiga jam, sekali-sekali lakukan gerakan pada sendi-sendi dengan
menekuk/meluruskan kaki dan tangan tetapi usahakan agar kepala tidak
ikut terangkat (bergerak).
c. Gangguan rasa aman dan nyaman
Gangguan aman dan nyaman perlu diperhatikan dengan selalu bersikap
lembut (jangan berpikir bahwa pasien koma tidak akan tahu). Salah
satu kesalahan yang sering terjadi ialah membaringkan pasien tersebut
menghadap cahaya matahari, sedangkan pasien koma matanya selalu
terbuka. Untuk menghindarkan silau yang terus menerus jangan
baringkan pasien kearah jendela. Untuk pasien yang akan melakukan
tindakan, ajak lah pasien berbicara sewaktu melakukan tindakan
tersebut walaupun pasien tidak sadar (Ngastiyah, 2012).
3. Penatalaksanaan kejang
a. Airway
1) Baringkan pasien ditempat yang rata, kepala dimiringkan dan
pasangkan sudip lidah yang telah dibungkus kasa atau bila
ada guedel lebih baik.
2) Singkirkan benda-benda yang ada disekitar pasien, lepaskan
pakaian yang mengganggu pernapasan
3) Berikan O2 boleh sampai 4 L/ mnt.
b. Breathing
1) Isap lendir sampai bersih
c. Circulation
1) Bila suhu tinggi lakukan kompres hangat secara intensif
2) Setelah pasien bangun dan sadar berikan minum hangat
(berbeda dengan pasien tetanus yang jika kejang tetap sadar).
B. Konsep Dasar Keperawatan
1. Data Fokus Pengkajian
1) Biodata
Terdiri dari identitas pasien: nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, nomor register klien, tanggal
masuk dirawat, tanggal pengkajian, diagnosa medis.
2) Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Alasan dibawa ke rumah sakit karena mengalami demam tinggi, sakit
kepala berat, kejang dan penurunan kesadaran.
b. Riwayat penyakit saat ini
Biasanya pasien meningitis keluhan gejala awal berupa sakit kepala dan
demam. Keluhan kejang perlu mendapat perhatian untuk dilakukan
pengkajian lebih mendalam, bagaimana sifat timbulnya kejang,
stimulus apa yang sering menimbulkan kejang dan tindakan apa yang
telah diberikan dalam upaya menurunkan keluhan kejang tersebut.
Terkadang pada sebagian pasien mengalami penurunan atau perubahan
pada tingkat kesadaran, Keluhan perubahan perilaku juga umum
terjadi, sesuai dengan perkembangan penyakit dapat terjadi letargi,
tidak responsif dan koma.
3) Riwayat penyakit dahulu
Pasien meningitis biasanya pernah memiliki riwayat penyakit yang
meliputi; infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media, mastoiditis, anemia
sel sabit dan hemoglobinopatis lain, tindakan bedah saraf, riwayat trauma
kepala dan adanya pengaruh imunologis pada masa sebelumya. Meningitis
tuberkulosis perlu dikaji tentang riwayat sakit TB. Selain itu pengkajian
tentang riwayat kehamilan pada ibu diperlukan untuk melihat apakah ibu
pernah mengalami penyakit infeksi pada saat hamil (Muttaqin, 2008).
4) Riwayat kesehatan keluarga
Orang tua, saudara kandung, anggota keluarga lain. faktor resiko tbc.
5) Keadaan psikologis : perilaku, pola emosional, konsep diri, penampilan
intelektual, pola pemecahan masalah, daya ingat.
6) Pola kebiasaan sehar-hari, terdiri dari: makan/minum, istirahat/tidur, pola
eliminasi BAB dan BAK, akativitas sehari-hari sebelum dan selama sakit.
7) Pemeriksaan Fisik
a. Tingkat Keadaran
Kesadaran anak menurun apatis sampai dengan koma. Nilai GCS yang
berkisar antara 3 sampai dengan 9 (GCS normal 15) (Riyadi &
Sukarmin, 2009).
b. Tanda-tanda vital
Pada pasien dengan meningitis biasanya di dapatkan peningkatan suhu
tubuh lebih dari normal. Penurunan denyut nadi terjadi berhubungan
dengan tanda-tanda peningkatan TIK, pernapasan meningkat > 30
x/menit dan tekanan darah biasanya normal atau meningkat karena
tanda-tanda peningktan TIK.(suhu normal 36,5-37,40 C, pernapasan
normal : untuk anak 2 bulan -< 12 bulan < 50 x/menit, 12 bulan-<
40x/menit) (Muttaqin,
2008).
c. Pemeriksaan fisik head to toe
a) Kepala
Pada neonatus di temukan ubun-ubun menonjol, sedangkan pada
anak yang lebih besar jarang di temukan kelainan. Pada pemeriksaan
meningeal dengan meningitis akan ditemukan kuduk kaku.
Terkadang perlu dilakukan pemeriksaan lingkar kepala untuk
mengetahui apakah ada pembesaran kepala pada anak (Wong, dkk,
2009).
b) Mata
Pada pasien dengan kesadaran yang masih baik fungsi dan reaksi
pupil biasanya tidak ada kelainan, sedangkan pada pasien dengan
penurunan kesadaran tanda-tanda perubahan dari fungsi dan reaksi
pupil mungkin akan ditemukan, dengan alasan yang tidak diketahui
pasien, meningitis mengeluh mengalami fotofobia atau sensitif yang
berlebihan terhadap cahaya.
c) Hidung
Biasanya tidak ditemukan kelainan.
d) Mulut
Mukosa bibir kering akibat kehilangan cairan melalui proses
evaporasi.
e) Telinga
Terkadang ditemukan keluarnya cairan dari telinga dengan
meningitis pneumokokus dan sinus dermal kongenital terutama di
sebabkan oleh infeksi E.colli
f) Dada
 Thoraks
 Inspeksi : akan nampak penggunaan otot bantu penapasan. 2
 Palpasi : pada pasien dengan meningitis jarang dilakukan
dan biasanya tidak ditemukan kelainan.
 Auskultasi : ditemukannya bunyi nafas tambahan seperti
ronkhi pada pasien dengan meningitis tuberkulosa
dengan penyebaran primer dari paru.
 Jantung
Penurunan kesadaran pada pasien akan diikuti dengan denyut
jantung yang terkesan lemah < 100x/menit. (normal 100- 140x/i).
g) Kulit
Pada kulit saat inspeksi akan ditemukan ruam petekia dengan lesi
purpura sampai ekimosis pada daerah luas. Selain itu turgor kulit
mengalami penurunan akibat peningkatan kehilangan cairan.
h) Ekstremitas
Kekuatan otot menurun dan mengalami opistotonus. Pada tahap
lanjut apasien akan mengalami gangguan koordinasi dan
keseimbangan pada alat gerak.
i) Genitalia
Jarang ditemukan kelainan.
j) Pemeriksaan saraf kranial
 Saraf I : biasanya pada pasien dengan meningitis fungsi
penciuman tidak ada kelainan.
 Saraf II :tes ketajaman penglihatan pada kondisi normal.
Pemeriksaan papiledema mungkin didapatkan terutama pada
meningitis supuratif disertai abses serebri dan efusi subdural
yang menyebabkan terjadinya peningkatan TIK berlangsung
lama.
 Saraf III : IV dan VI, pemeriksaan fungsi dan reaksi pupil pada
pasien dengan meningitis yang tidak disertai penurunan
kesadaran biasanya tanpa kelainan. Pada tahap lanjut
meningitis
yang telah mengganggu kesadaran, tanda-tanda perubahan dari
fungsi dan reaksi pupil akan di dapatkan. Dengan alasan yang
tidak di ketahui pasien meningitis mengeluh mengalami fotofobia
atau sensitif yang berlebihan terhadap cahaya.
 Saraf V : pada pasien dengan meningitis biasanya tidak di
dapatkan paralis pada otot wajah dan refleks kornea
biasanya tidak ada kelainan.
 Saraf VII : persepsi pengecapan dalam batas normal dan wajah
sismetris.
 Saraf VIII : tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli
persepsi.
 Saraf IX dan X : kemampuan menelan baik.
 Saraf XI : tidak ada atrofi otot strenokleidomastoideus dan
trapezius. Adanya usaha dari pasien untuk melakukan fleksi leher
dan kaku kuduk.
 Saraf XII : lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan
tidak ada fasikulasi serta indra pengecap normal.
k) Sistem motorik Kekuatan otot menurun, mengalami gangguan
koordinasi pada alat gerak, anak bisa mengalami hemiplegi
dan/atau hemiparise.
l) Pemeriksaan ransangan meningeal
- Kaku kuduk
Kaku kuduk adalah tanda awal. Adanya upaya untuk fleksi kepala
mengalami kesukaran karena adanya spasme otot-otot leher.
Fleksi paksaan menyebabkan nyeri berat.
- Tanda kernig positif
Ketika pasien di baringkan dengan paha dalam keadaan fleksi
kearah abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna.
- Tanda brudzinski
Tanda ini di dapatkan apabila leher pasien di fleksikan, maka d
hasilnya fleksi lutut dan pinggul, bila di lakukan fleksi pasif pada
ekstremitas bawah pada salah satu sisi, maka gerakan yang sama
terlihat pada sisi ekstremitas yang berlawanan (Muttaqin, 2008).
8) Pemeriksaan penunjang

Pada kasus Meningitis Tuberkulosa biasanya dilakukan pemeriksaan


penunjang :
a). Lumbal punksi untuk memeriksa CSF yang meliputi :

(1). Warna : xanthacrom

(2). Kekeruhan : tergantung pada jumlah sel dalam liquor, bila lebih
dari 200 mm3 liquor sedikit keruh.

(3). Sel : terdiri dari PMN dan limposit. Semakin akut


keadaan penyakit maka makin banyak jumlah PMN

(4). Protein : selalu lebih dari 40%.

b) Tes tuberkulin : pada stadium awal memberikan hasil positif,


sedang distadium akhir hasil negatif.

c) Pemeriksaan radiologis : adanya perubaan gambaran yang


dapat menyokong meningitis tuberkulosa.

d) Pemeriksaan hematologi : Hb, leukosit, hitung jenis., analisa gas


darah.

Nilai normal CSF :

- Warna : jernih.

- Nonne : (-) sampai (+)


- Pandy : (-) sampai (+)

- Sel : 0 sampai 10 /mm3

- Protein : 10 – 35 mg/100 ml.

- Glukosa : 50 – 80 mg/100 ml.

9) Analisa Data

Masalah
No Data Etiologi
Keperawatan
1 Subjektif : Inhalasi Mycobacterium Perfusi jaringan
1. Klien mengatakan tuberculosis serebral tidak efektif
pusing dan anggota
gerak bagian kanan Fagositosis oleh makrofag
lemas alveolus paru
Objektif :
1. Kesadaran menurun Organisme masuk ke
2. GCS : 4-5-6, aliran darah
3. TD darah abnormal/
normal Invasi kuman ke selaput
otak

Reaksi peradangan
jaringan serebral

Odema cerebral

TIK
Perubahan tinggakt
kesadaran

Perfusi jaringan
serebral tidak efektif
2 Gejala dan Tanda Mayor : Eksudat meningen Pola napas tidak
Subjektif : Dispnea efektif
Objektif : Reaksi septicemia jaringan
2. Penggunaan otot bantu otak/infeksi
pernapasan.
3. Fase ekspirasi Metabolism tubuh
memanjang. meningkat
4. Pola napas abnormal
(mis. takipnea. Kenaikan konpensasi
bradipnea, hiperventilasi ventilasi
kussmaul cheyne-
stokes). Hiperventilasi

Gejala dan Tanda Minor :


DS : Ortopnea Pola napas tidak efektif

DO :
1. Pernapasan pursed-lip.
2. Pernapasan cuping
hidung.
3. Diameter thoraks
anterior—posterior
meningkat
4. Ventilasi semenit
menurun
5. Kapasitas vital menurun
6. Tekanan ekspirasi
menurun
7. Tekanan inspirasi
menurun
8. Ekskursi dada berubah
3 Gejala dan Tanda Mayor Reaksi peradangan Defisit nutrisi
Subjektif : (tidak tersedia) jaringan serebral
Objektif :
1. Berat badan menurun Odema cerebral
minimal 10% di bawah
rentang ideal . TIK
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif : Menstimulasi reflek
1. Cepat kenyang setelah vasogal
makan
2. Kram/nyeri abdomen Mual muntah
3. Nafsu makan menurun .
Objektif : Defisit nutrisi
1. Bising usus hiperaktif
2. Otot pengunyah lemah
3. Otot menelan lemah
4. Membran mukosa pucat
5. Sariawan
6. Serum albumin turun
7. Rambut rontok
berlebihan
8. Diare
2 Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
a. Perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan infeksi otak B.
b. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas dibuktikan dengan pola
nafas abnormal
c. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan dibuktikan
dengan berat badan menurun, otot pengunyah lemah

3 Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan Intervensi


No Rasional
Keperawatan SLKI SIKI

1 Perfusi serebral tidak Setelah dilakukan Observasi :


efektif berhubungan intervensi keperawatan - Identifikasi penyebab - Untuk
dengan infeksi otak selama waktu yang peningkatan TIK mengetahui
ditentukan maka (mis.lesi menempati penyebab
ekspetasi membaik ruang, gangguan terjadinya
dengan kriteria hasil : metabolism, edema masalah
- Tingkat kesadaran serebral, peningkatan - Untuk menilai
meningkat tekanan vena, obstruksi kestabilan pasien
- Kognitif meningkat cairan serebrospinalis, - Untuk
- Tekanan intra cranial hipertensi intrakranial mengetahui
menurun idiopatik. tanda-tanda
- Sakit kepala - Monitor peningkatan kegawatan/bahaya
menurun tekanan darah - Pemantauan MAP
- Gelisah menurun - Monitor pelebaran untuk mengetahui
- Agitasi menurun tekanan nadi(selisih TDS apakah aliran
- Demam menurun dan TDD) darah tercukupi
- Tekanan darah - Monitor penurunan dengan baik untuk
membaik frekuensi jantung memasok semua
- Reflek saraf - Monitor organ utama
membaik ireguleritas irama tubuh
nafas - Untuk
- Monitor penurunan mengetahui
tingkat kesadaran tinggat tekanan
- Monitor perlambatan pada otak
atau kesimetrisan respon - Dengan
pupil memantau intake
- Monitor kadar CO2 input dan output
dan pertahankan dalam bertujuan untuk
rentang yang menjaga
diindikasikan keseimbangan
- Monitor tekanan perfusi cairan pada pasien
serebral - Pengambilan
- Monitor jumlah, cairan
kecepatan dan serebrospinalis
karakteristik dranase bertujuan untuk
cairan serebrospinalis mendeteksi
- Monitor efek stimulus kelainan seperti
lingkungan terhadap TIK adanya infeksi,
- Monitor MAP (Mean perdarahan atau
Arterial Pressure) kanker
- Monitor CVP (Central
Venous Pressure)
- Monitor ICP (Intra
Cranial Pressure), jika
tersedia
- Monitor intake dan
output cairan
- Monitor cairan
serebrospinalis
Terapeutik :
- Ambil sampel drainase
cairan serebrospinalis
- Kalibrasi transduser
- Pertahankan sterilitas
sistem pemantauan
- Pertahankan posisi
kepala dan leher
netral
- Bila sistem
pemantauan, jika perlu
- Atur interval
pemantauan sesuai
kondisi pasien
- Dokumentasi hasil
pemantauan
- Berikan posisi semi
fowler
- Hindari maneuver
Valsava
- Cegah terjadinya kejang
- Hindari menggunakan
cairan IV hipotonik
- Pertahankan suhu tubuh
Edukasi :
- Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
- Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu .
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
sedasi dan anti
konvulsan
- Kolaborasi pemberian
diuretic osmosis
- Kolaborasi pemberian
pelunak tinja
2 Pola nafas tidak Setelah dilakukan Observasi :
efektif b.d hambatan intervensi keperawatan - Monitor frekuensi, irama, - Pernapasan adalah
upaya nafas selama waktu yang kedalaman dan upaya adalah proses udara
dibuktikan dengan ditentukan maka nafas masuk dan keluar
pola nafas abnormal ekspetasi membaik - Monitor pola dari paru-
dengan kriteria hasil : nafas(seperti bradipnea, paruuntuk
- Ventilasi semenit takipnea, hiperventilasi, memfasilitasi
meningkat kassmaul, cheyne-stokes, pertukaran gas
- Kapasitas vital blot, ataksik) dengan internal
mambaik - Monitor kemampuan tubuh, terutama
- Tekanan ekspirasi batuk efektif dengan memasukan
membaik - Monitor adanya oksigen dan
- Dispnea menurun produksi sputum mengeluarkan
- Penggunaan otot - Monitor adanya sumbatan karbondioksida.
bantu menurun jalan nafas Sehinggal kegiatan
- Ortopnea menurun - Palpasi kesimetrisan monitoring tersebut
- Pernafasan cuping ekspansi paru berfungsi untuk
hidung menurun - Monitor saturasi oksigen
- Frekuensi nafas - Auskultasi bunyi nafas menilai keefektifan
membaik - Monitor saturasi oksigen pola napas
- Kedalaman nafas - Monitor nilai AGD - Bunyi napas
membaik - Monitor hasil x-ray tambahan adalah
thoraks suara napas tidak
Terapeutik : normal, sehingga
- Pertahankan kepatenan jika diketahui
jalan nafas dengan head- adanya bunyi napas
tilt dan chin-lift tersebut pemberian
- Posisikan semi fowler terapi sesuai
atau fowler dengan gejala
- Berikan minum hangat tersebut
- Lakukan fisioterapi dada - Kepatenan jalan
- Lakukan napas adalah
penghisapan lendir mengcek jalan
kurang dari 15 detik napas dengan
- Berikan oksigen, jika tujuan untuk
perlu menjaga jalan
Edukasi : napas agar tetap
- Ajarkan teknik stabil
batuk efektif - Posisi semi fowler
- Jelaskan tujuan dan atau fowler
prosedur batuk digunakan
efektif untukmembantu
Kolaborasi : mengembangkan
- Kolaborasi pemberian paru-paru dan
bronkodilator, mengurangi
ekspektoran, mukolitik, tekanan dari
jika perlu.
abdomen pada
diafragma sehingga
mengurangi
terjadinya sesak
napas
- Oksigen adalah
komponen vital
dari proses
respirasi, yang
dapat
menyebabkan
beberapa
organisme akan
mati bila tidak
mendapatkannya
dalam beberapa
menit bahkan detik
3 Defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan Observasi: - Untuk
ketidakmampuan intervensi keperawatan - Identifikasi status nutrisi mengetahui
menelan makanan selama waktu yang - Identifikasi alergi dan jumlah input dan
dibuktikan dengan ditentukan maka intoleransi makanan output makanan
berat badan ekspetasi membaik - Identifikasi makanan yang dan ciran
menurun, otot dengan kriteria hasil : disukai - Membantu
pengunyah lemah - Porsi makan yang - Identifikasi kebutuhan membentu koping
dihabisakan kalori dan jenis positif terkait
meningkat nutrien pemenuhan
- Identifikasi perlunya nutrisi
penggunaan selang
nasogastrik
- Kekuatan otot - Monitor asupan makanan - Modifikasi diet
pengunyah - Monitor hasil pemeriksaan untuk
meningkat laboratorium mempertahankan
- Kekuatan otot - Identifikasi kemungkinan nutrisi
menelan meningkat penyebab BB kurang - Untuk mencegai
- Pengetahuan tentang - Monitor adanya mual terjadinya
makanan sehat dan muntah konstipasi
meningkat - Monitor jumlah kalori
- Pengetahuan tentang yang dikonsumsi sehari-
standar asupan nutrisi hari
yang tepat meningkat - Monitor berat
- Penyiapan makanan badan Terapeutik :
dan penyimpanan - Lakukan oral hygiene
yang aman - Perasaan sebelum makan - Fasilitasi
cepat kenyang menentukan pedoman diet
menurun - Sajikan makanan secara
- Nyeri abdomen menarik dan suhu yang
menurun sesuai
- Sariawan menurun - Berikan makanan
- Berat badan membaik tinggi serat untuk
- Frekuensi makan mencegah kontipasi
membaik - Berikan makanan tinggi
- Nafsu makan kalori dan tinggi protein
membaik - Berikan suplemen
- Bising usus membaik makanan
- Hentikan pemberian makan
melalui selang nasogastrik
jika asupan oral ditoleransi
- Sediakan makanan yang
tepat sesuai kondisi pasien
- Berikan pujian pada
pasien atau keluarga untuk
peningkatan yang dicapai
Edukasi :
- Jelaskan tujuan dan
prosedur
pemberian nutrisi
parenteral
- Jelaskan jenis makanan
yang bergizi tinggi
- Jelaskan peningkatan
asupan kalori
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemasangan
akses vena sentral, jika
perlu

4 Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan sebuah fase dimana perawat
melaksanakan rencana atau intervensi yang sudah dilaksanakan sebelumnya.
Berdasarkan terminologi SIKI, implementasi terdiri atas melakukan dan
mendokumentasikan yang merupakan tindakan khusus yang digunakan untuk
melaksanakan intervensi (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
Implementasi keperawatan berlangsung dalam tiga tahap. Fase pertama
merupakan fase persiapan yang mencakup pengetahuan tentang validasi rencana,
implementasi rencana, persiapan pasien dan keluarga. Fase kedua merupakan
puncak implementasi keperawatan yang berorientasi pada tujuan. Fase ketiga
merupakan transmitsi perawat dan pasien setelah implementasi keperawatan
selesai dilakukan.

5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah tahapan terakhir dari proses keperawatan untuk
mengukur respons klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien ke
arah pencapaian tujuan (Potter & Perry, 2010). Evaluasi terdiri dari evaluasi
formatif yaitu menghasilkan umpan balik selama program berlangsung.
Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah program selesai dan mendapatkan
informasi efektivitas pengambilan keputusan (Deswani, 2011).
Evaluasi asuhan keperawatan didokumentasikan dalam bentuk SOAP yaitu
S (Subjektif) dimana perawat menemui keluhan pasien yang masih dirasakan
setelahdiakukan tindakan keperawatan, O (Objektif) adalah data yang berdasarkan
hasil pengukuran atau observasi perawat secara langsung pada pasien dan yang
dirasakan pasien setelah tindakan keperawatan, A (Assesment) yaitu interpretasi
makna data subjektif dan objektif untuk menilai sejauh mana tujuan yang telah
ditetapkan dalam rencana keperawatan tercapai. Dan yang terakhir adalah
planning
(P) merupakan rencana tindakan berdasarkan analisis. Jika tujuan telah dicapai,
maka perawat akan menghentikan rencana dan apabila belum tercapai, perawat
akan melakukan modifikasi rencana untuk melanjutkan rencana keperawatan
pasien. Evaluasi ini disebut juga evaluasi proses (Dinarti, Aryani, Nurhaeni,
Chairani, & Utiany., 2013).
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, dkk. (2010). Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan


Asesmen (Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arif, Mansjoer, dkk, 2000 . Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke-3. FKUI,. Jakarta:
Medica Aesculpalus.

Harsono. 2005. Kapita Skeletal Neurologi. Edisi ke-2. Yogyakarta: Gajah Mada.

Ngastiyah, 2012. Perawatan anak sakit.Edisi II. Jakarta: EGC.

Schlossberg D, Editor. Tuberculosis. 3rd ed. New York: Springer-Verlag New York,
Inc; 2011

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2017), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai