Anda di halaman 1dari 27

DEFINISI

Peradangan pada selaput otak (meningen) yang

disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.


Penyakit ini merupakan salah satu bentuk komplikasi

yang sering muncul pada penyakit tuberkulosis paru.

Epidemiologi
Meningitis tuberkulosa masih banyak ditemukan di

Indonesia karena morbiditas tuberkulosis anak masih tinggi.


Angka

kejadian

tertinggi

dijumpai

pada

anak

terutama pada bayi dan anak kecil dengan kekebalan

alamiah yang masih rendah.

Patofisiologi
Meningitis tuberkulosis pada umumnya muncul

sebagai penyebaran tuberkulosis primer. Fokus primer ada di paru, namun dapat juga ditemukan di abdomen, dan kelenjar limfe leher. Dari fokus primer, kuman masuk ke sirkulasi darah melalui duktus torasikus dan kelenjar limfe regional. Diawali oleh pembentukan tuberkel di otak, selaput otak atau medula spinalis, akibat penyebaran kuman secara hematogen selama masa inkubasi infeksi primer.

MANIFESTASI KLINIS
1.

Stadium I (Stadium Inisial/ Non Spesifik/ Fase


Prodromal)

2. Stadium II (Stadium Transisional/ Fase Meningitik) 3. Stadium III (Koma/ Fase Paralitik)

Stadium Inisial
Berlangsung 1-3 minggu
Biasanya gejalanya tidak khas, dan timbul perlahan-

lahan.
Gejala : demam (tidak terlalu tinggi), anoreksia, mual,

muntah,

nyeri

perut,sakit

kepala,

rasa

lemah,

penurunan berat badan, konstipasi, malaise, apatis dan iritable.

Stadium Transisional
Pada fase ini terjadi rangsangan pada selaput otak.
Pemeriksaan kaku kuduk (), refleks Kernig dan

Brudzinski (+).
Gejala : sakit kepala berat dan muntah (keluhan

utama); disorientasi; kejang; tremor; penurunan kesadaran; hemiparesis.

Pemeriksaan Kaku Kuduk


Pasien

berbaring

terlentang,

tangan

pemeriksa

ditempatkan di bawah kepala pasien. Kemudian


kepala ditekukkan (fleksi) dan diusahakan agar dagu mencapai dada. Selama penekukan ini diperhatikan adanya tahanan. Bila terdapat kaku kuduk kita dapatkan tahanan dan dagu tidak dapat mencapai

dada.

Pemeriksaan Kernigs Sign


Penderita yang sedang berbaring difleksikan pahanya

pada persendian panggul sampai membuat sudut 90 derajat. Setelah itu tungkai bawah diekstensikan pada persendian lutut. Biasanya kita dapat melakukan ekstensi ini sampai sudut 135 derajat, antara tungkai bawah dan tungkai atas. Bila terdapat tahanan dan rasa nyeri sebelum mencapai sudut ini, maka dikatakan bahwa tanda kernig positif.

Pemeriksaan Brudzinskis sign


Tangan ditempatkan di bawah kepala pasien yang

sedang berbaring, kita tekukkan kepala sejauh mungkin sampai dagu mencapai dada. Tangan yang satu lagi sebaiknya ditempatkan di dada pasien untuk mencegah diangkatnya badan. Bila tanda brudzinski

positip, maka tindakan ini mengakibatkan fleksi


kedua tungkai.

Stadium Koma
Terjadi percepatan penyakit, berlangsung selama 2-

3 minggu.
Gejala : nadi dan pernafasan ireguler; demam tinggi;

hiperglikemia; kesadaran makin menurun sampai koma; otot ekstensor menjadi kaku dan spasme; pupil

melebar dan tidak bereaksi sama sekali dan akhirnya


pasien dapat meninggal

Kriteria diagnosa
1.

Dari anamnesis

2. Dari pemeriksaan fisik 3. Uji tuberkulin posisif 4. Mantoux test 5. Pemeriksaan laboratorium 6. Pemeriksaan penunjang

Dari Anamnesis
Riwayat kejang (jenis kejang, suhu sebelum atau saat

kejang, frekuensi kejang, interval kejang, lamanya kejang).


Riwayat penuruna kesadaran
Riwayat demam kronis

Imunisasi BCG
Riwayaat kontak dengan pasien tuberkulosis.

Pemeriksaan Fisik
Terdapat tanda rangsang meningen seperti kaku

kuduk, Kernigs sign, Brudzinskis sign (+)

Mantoux Tes
Pada uji mantoux tes dilakukan penyuntikan PPD

(Purified Protein Derivative) pada bagian atas lengan bawah kiri bagian depan secara intrakutan.
Hasil Mantoux tes dibaca dalam 48 72 jam setelah

penyuntikkan dan ukur diameter, dan tentukan

indurasi yang terjadi.

Interpretasi hasil uji mantoux


1. Pembengkakan 0-4 mm uji mantoux negatif. Arti klinis ( Indurasi ) : tidak ada infeksi Mycobacterium tuberculosis. 2. Pembengkakan (Indurasi) 3-9 mm uji mantoux meragukan. Hal ini bisa karena kesalahan teknik, reaksi silang dengan Mycobacterium atypic atau setelah vaksinasi BCG. 10 mm uji mantoux positif. Arti klinis : sedang atau pernah terinfeksi Mycobacterium tuberculosa.

3. Pembengkakan (Indurasi)

Pemeriksaan Laboratorium
Lekosit meningkat
Laju endap darah meningkat Liquor cerebrospinalis dengan cara pungsi lumbal.

Pemeriksaan Radiologi
Foto Thorax.

Dapat menunjukkan adanya gambaran tuberkulosis dengan infiltrat di apex paru


Pemeriksaan EEG (electroencephalography) CT Scan kepala dan MRI

Dapat menunjukkan lesi parenkim pada daerah basal


otak, infark, tuberkuloma, maupun hidrosefalus.

Pengobatan
1.

Obat anti tuberkulosis


Fase intensif selama 2 bulan dengan 4-5 macam obat anti tuberkulosis, yakni isoniazid, rifampisin, pirazinamid, streptomisin, dan etambutol.

Terapi

lanjutan

dengan

macam

obat anti

tuberkulosis, yaitu isoniazid dan rifampisin selama


10 bulan.

Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dan efek samping jangka panjang


Nama Obat Isoniazid (INH) Rifampisin (RIF)** Dosis (mg/kg/BB) 5-15* (300mg) 10-20 (600mg) Komplikasi Hepatitis, Neuritis perifer, hipersensitif Gastrointestinal, Erupsi kulit, Hepatitis, Trombositopenia, Cairan tubuh berwarna orange Hepatotoksik, Atralgia, Gastrointestinal Ototoksik, Nefrotoksik Neuritis optik, Buta warna hijau Ketajaman mata berkurang, Hipersensitif, gastrointestinal

Pirazinamid (PZA) Streptomisin Etambutol (EMB)

25-35 (2gram) 15-40 (1gram) 15-25 (1gram)

Keterangan dosis didalam kurung adalah dosis maksimal per hari * Bila INH dikombinasi dengan rifampisin, dosisnya tidak boleh

melebihi 10 mg/kgBB/hari ** Rifampisin tidak boleh diracik dalam satu puyer dengan OAT lain karena dapat mengganggu bioavailabitias rifampisin

Pengobatan
2. Kortokosteroid Diberikan untuk menurunkan inflamasi dan edema serebral. Prednison 1-2 mg/kgBB/hari.

Faktor Resiko
Malnutrisi
Infeksi HIV Penyakit keganasan

Pencegahan
Imunisasi BCG

Komplikasi
Yaitu gejala sisa neurologis (sekuele) :
1.

Paresis spastik

2. Paraplegia 3. Kelumpuhan saraf otak 4. Ataksia 5. Nistagmus

Prognosis
Tergantung pada umur pasien. Pada pasien yang

berumur kurang dari 3 tahun mempunyai prognosis yang buruk.


Semakin

lanjut

stadiumnya,

semakin

buruk

prognosisnya.

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai