LAPORAN PENDAHULUAN
MENINGITIS TUBERCULOSA
Disusun oleh :
Meningitis Tuberkulosa adalah reaksi peradangan yang mengenai salah satu atau
semua selaput meningen disekeliling otak dan medulla spinalis yang disebabkan
oleh kuman tuberkulosa (Mycobacterium Tuberculosa).
2. Etiologi
Penyebab utama terjadinya meningitis TB adalah kuman Mikobakterium
Tuberkulosa varian homoris.
3. Patofisiologi
Nyeri kepala
Demam
a. Pemeriksaan CSF
M. Purulenta M. Serosa/TBC M. Viral
Tekanan Normal
Glukosa normal
b. Thorax foto
c. Laboratorium
d. LED
e. Mantoux test
f. Diagnosa pasti dengan ditemukannya BTA dalam CSF
7. Penatalaksanaan
1. Medis
Dasar pengobatan Meningitis Tuberkulosa adalah :
Pengkajian
1). Biodata
Terdiri dari identitas pasien: nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, nomor register klien, tanggal
masuk dirawat, tanggal pengkajian, diagnosa medis.
2). Keluhan utama
pasien dengan Meningitis Tuberkulosa menunjukkan gejala gangguan
kesadaran dan kelumpuhan.
3). Riwayat kesehatan sekarang/Alasan masuk rumah sakit
4). Riwayat kesehatan masa lalu
5). Data psikososial spiritual
6). Pola kebiasaan sehar-hari, terdiri dari: makan/minum, istirahat/tidur, pola
eliminasi BAB dan BAK, akativitas sehari-hari sebelum dan selama
sakit.
7). Pemeriksaan fisik meliputi :
a). Inspeksi : (mulai kepala sampai ujung kaki).
Keadaan umum: gangguan kesadaran, ubun-ubun menonjol, muntah,
kejang, kelumpuhan saraf mata sehingga terjadi strabismus dan
nigtasmus, pernafasan Cheyne Stoke.
b). Palpasi : anak dengan meningitis akan menunjukkan aku seluruh
tubuh, suhu tubuh meningkat (panas), nadi tidak teratur, kaku kuduk.
c). Perkusi : anak dengan Meningitis Tuberkulosa akan menunjukkan
adanya refleks tendon yang meninggi.
d). Auskultasi : akan terdengar bunyi pernafasan yang tidak teratur,
ronchi basah.
8). Pemeriksaan penunjang
Pada kasus Meningitis Tuberkulosa biasanya dilakukan pemeriksaan
penunjang :
a). Lumbal punksi untuk memeriksa CSF yang meliputi :
(1). Warna : xanthacrom
(2). Kekeruhan : tergantung pada jumlah sel dalam liquor, bila lebih
dari 200 mm3 liquor sedikit keruh.
(3). Sel : terdiri dari PMN dan limposit. Semakin akut keadaan
penyakit maka makin banyak jumlah PMN
(4). Protein : selalu lebih dari 40%.
b). Tes tuberkulin : pada stadium awal memberikan hasil positif, sedang
distadium akhir hasil negatif.
c). Pemeriksaan radiologis : adanya perubaan gambaran yang dapat
menyokong Meningitis Tuberkulosa.
d). Pemeriksaan heatologi : Hb, leukosit, hitung jenis., analisa gas darah.
Nilai normal CSF :
- Warna : jernih.
- Nonne : (-) sampai (+)
- Pandy : (-) sampai (+)
- Sel : 0 sampai 10 /mm3
- Protein : 10 – 35 mg/100 ml.
- Glukosa : 50 – 80 mg/100 ml.
6. Kolaborasi
Berikan analgetik ;seperti asetarninofen, kodein
Kriteria Evaluasi:
Kriteria Hasil:
Berinteraksi secara sesuai dengan orang lain dan lingkungan
Memperlihatkan pengaturan pikiran secara logis
Menginterpretasikan ide yang dikomunikasikan orang lain secara
benar
Mengkompensasi deficit sensori dengan memaksimalkan indra yang
rusak.
Intervensi
5. Rujuk pada ahli fisioterapi, terapi okupasi, terapi bicara dan terapi
kognitif.
Kriteria Evaluasi:
Tidak demam
Jumlah leukosit dalam rentang normal
Intervensi :
3. Pantau suhu secara teratur catat munculnya tanda – tanda klinis dan
proses infeksi
Rasional: Terapi obat biasanya akan diberikan terus menerus selama
kurang lebih 5 hari setelah suhu turun (normal) dan tanda –tanda
klinisnya yang jelas. Timbulnya tanda klinis yang terus menerus
merupakan indikasi perkembangan dari meningokosemia akut yang
dapat bertahan sampai Berminggu – minggu atau berbulan –bulan atau
terjadi penyebaran patogen salama hematogen / sepsis.
4. Teliti adanya keluhan nyeri dada berkembangnya nadi yang tidak tertur /
disritmia atau demam yang terus menerus
Rasional: Infeksi sekunder seperti miokarditis / perikarditis dapat
berkembang dan memerlukan intervensi lanjut
6. Ubah posisi pasien dengan teratur dan anjurkan untuk melakukan nafas
dalam
Rasional: Memobilisasi sekret dan mwningkatkan kelancaran sekret
yang akan menurunkan resiko terjadinya komplikasi terhadap
pernafasan
7. Catat karakterisitik urine, seperti warna, kejernihan dan bau
Rasional: Urine statis, dehidrasi dan kelemahan umum meningkatlan
risiko terhadap infeksi kandung kemih / ginjal / awitan sepsis
Doenges, Marilyn. E., et al, 1999. Rencana asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi III. Jakarta:
EGC.
Arief Mansjoer. 2000. Asuhan Keperawatan Pada System Saraf. Jakarta. EGC