Anda di halaman 1dari 13

PRAKTIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

LAPORAN PENDAHULUAN
MENINGITIS TUBERCULOSA

Disusun oleh :

Nama : ahmad yusep ripai


Npm : 214291517006

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS NASIONAL
2021
1. Pengertian
Meningitis adalah Peradangan pada susunan saraf, Radang umum pada araknoid
dan piameter, disebabkan oleh bakteri, virus, riketsia atau protozoa, yang dapat
terjadi secara akut dan kronis. (Arief Mansjoer : 2010)

Meningitis Tuberkulosa adalah reaksi peradangan yang mengenai salah satu atau
semua selaput meningen disekeliling otak dan medulla spinalis yang disebabkan
oleh kuman tuberkulosa (Mycobacterium Tuberculosa).

2. Etiologi
Penyebab utama terjadinya meningitis TB adalah kuman Mikobakterium
Tuberkulosa varian homoris.

3. Patofisiologi

Meningitis Tuberkulosa timbul sebagai akibat invasi kuman ke jaringan


sel otak (meningen). Penyebaran kuman ke otak melalui penjalaran
hematogen pada saat terjadinya Tuberkulosa millier. Meningitis tuberkulosa
merupakan akibat komplikasi penyebaran tuberculosis primer, biasanya dari
paru. Terjadinya meningitis bukanlah karena terinfeksinya selaput otak
langsung oleh penyebaran hematogen, melainkan biasanya sekunder melalui
pembentuklan tuberkel pada permukaan otak, sum-sum tulang belakang
atau vertebra yang kemudian pecah ke dalam rongga arakhnoid.

4. Tanda dan gejala

 Nyeri kepala

 Demam

 Perubahan tingkat kesadaran

 Mual, muntah tidak nafsu makan,

 Penurunan berat bedan


5. pathway
6. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan CSF
M. Purulenta M. Serosa/TBC M. Viral

Tekanan   Normal

Warna merah, kuning / Opalesen kuning Jernih


hijau

Tes none ++ / +++ ++ / +++ -/+

Tes pandi -- / +++ ++ / +++ -/+

Jumlah sel 1000 – 10.000 200 – 500 50 – 100

Protein 100 – 500 mg % 100 – 500 mg % 50 – 100 mg %

Glukosa   normal

Bakteri  dgn pewarnaan  dgn pewarnaan (-) dgn pewarnaan

b. Thorax foto
c. Laboratorium
d. LED
e. Mantoux test
f. Diagnosa pasti dengan ditemukannya BTA dalam CSF

7. Penatalaksanaan
1. Medis
Dasar pengobatan Meningitis Tuberkulosa adalah :

a. Pemberian kombinasi obat antituberkulosa.


b. Kortikosteroid
c. Simtomatis
d. Pemberian O2
e. IVD dengan Dextrose 10% dan NaCl 0,9% dalam perbandingan 3 :
1.
2. Perawatan
a. Pemberian nutrisi melalui NGT
b. Pasang kateter
c. Atur posisi yang nyaman
3. Lakukan fisioterapi bila sudah memungkinkan

Pengkajian

1). Biodata
Terdiri dari identitas pasien: nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, nomor register klien, tanggal
masuk dirawat, tanggal pengkajian, diagnosa medis.
2). Keluhan utama
pasien dengan Meningitis Tuberkulosa menunjukkan gejala gangguan
kesadaran dan kelumpuhan.
3). Riwayat kesehatan sekarang/Alasan masuk rumah sakit
4). Riwayat kesehatan masa lalu
5). Data psikososial spiritual
6). Pola kebiasaan sehar-hari, terdiri dari: makan/minum, istirahat/tidur, pola
eliminasi BAB dan BAK, akativitas sehari-hari sebelum dan selama
sakit.
7). Pemeriksaan fisik meliputi :
a). Inspeksi : (mulai kepala sampai ujung kaki).
Keadaan umum: gangguan kesadaran, ubun-ubun menonjol, muntah,
kejang, kelumpuhan saraf mata sehingga terjadi strabismus dan
nigtasmus, pernafasan Cheyne Stoke.
b). Palpasi : anak dengan meningitis akan menunjukkan aku seluruh
tubuh, suhu tubuh meningkat (panas), nadi tidak teratur, kaku kuduk.
c). Perkusi : anak dengan Meningitis Tuberkulosa akan menunjukkan
adanya refleks tendon yang meninggi.
d). Auskultasi : akan terdengar bunyi pernafasan yang tidak teratur,
ronchi basah.
8). Pemeriksaan penunjang
Pada kasus Meningitis Tuberkulosa biasanya dilakukan pemeriksaan
penunjang :
a). Lumbal punksi untuk memeriksa CSF yang meliputi :
(1). Warna : xanthacrom
(2). Kekeruhan : tergantung pada jumlah sel dalam liquor, bila lebih
dari 200 mm3 liquor sedikit keruh.
(3). Sel : terdiri dari PMN dan limposit. Semakin akut keadaan
penyakit maka makin banyak jumlah PMN
(4). Protein : selalu lebih dari 40%.
b). Tes tuberkulin : pada stadium awal memberikan hasil positif, sedang
distadium akhir hasil negatif.
c). Pemeriksaan radiologis : adanya perubaan gambaran yang dapat
menyokong Meningitis Tuberkulosa.
d). Pemeriksaan heatologi : Hb, leukosit, hitung jenis., analisa gas darah.
Nilai normal CSF :
- Warna : jernih.
- Nonne : (-) sampai (+)
- Pandy : (-) sampai (+)
- Sel : 0 sampai 10 /mm3
- Protein : 10 – 35 mg/100 ml.
- Glukosa : 50 – 80 mg/100 ml.

1. Diangnosa dan intervensi

1. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi


Intervensi
1. Berikan lingkungan yang tenang, ruangan agak
gelap sesuai indikasi
Rasional : Menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari luar atau
sensitivitas pada cahaya dan meningkatkan istirahat/relaksasi

2. Tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan


perawatan diri yang penting
Rasional : Menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri

3. Letakkan kantung es pada kepala, pakaian dingin


diatas mata.
Rasional : Meningkatkan vasokonstriksi, penumpukan resepsi sensori
yang selanjutnya akan menurunkan nyeri

4. Berikan latihan rentang gerak aktif/pasif secara


tepat dan masase otot daerah leher/bahu
Rasional : Meningkatkan relaksasi otot dan menurunkan rasa sakit.

5. Gunakan pelembab yang agak hangat pada nyeri


leher/punggung jika tidak ada demam
Rasional : membantu merelaksasikan ketegangan otot yang
meningkatkan reduksi (nyeri) atau rasa tidak nyaman tersebut.

6. Kolaborasi
Berikan analgetik ;seperti asetarninofen, kodein

Rasional: Mungkin diperlukan untuk menghilangkan nyeri yang berat

2. Kerusakan mobiltas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler


Tujuan: mempertahankan kekuatan dan fungsi otot yang optimal

Kriteria Evaluasi:

 Peningkatan rentang ROM


 Tidak terjadi kontraktur
 Dapat melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari yang optimal
Intervensi

1. Periksa kembali kemampuan dan keadaan secara fungsional pada


kerusakan yang terjadi
Rasional: Mengidentifikasi kemungkinan kerusakan secara
fungsional dan mempengaruhi pilihan intervensi yang akan
dilakukan

2. Bantu klien untuk melakukan latihan rentang gerak


Rasional: Mempertahankan mobilisasi dan fungsi sendi , posisi
normal ekstremitas dan menurunkan vena yang statis

3. Periksa adanya daerah yang mengalami nyeri tekan, kemerahan,


kulit yang hangat, otot yang tegang dan sumbatan pada vena kaki.
Observasi adanya dipneu tiba-tiba, takikardi, demam, distres
pernafasan dan nyeri dada
Rasional: Pasien seperti diatas mempunyai resiko berkembangnya
trombosis vena dalam (TVD) dan emboli pulmonal yang
memerlukan tindakan, intervensi, penilaian medis,untuk mencegah
komplikasi

4. Berikan matras udara atau air, terapikinetik sesuai kebutuhan


Rasional: Menyeimbangkan tekanan jaringan , meningkatkan
sirkulasi dan membantu meningkatkan arus balik vena untuk
menurunkan resiko terjadinya trauma jaringan.

3. Perubahan persepsi sensorik berhubungan dengan perubahan resepsi


sensorik, integrasi.
Tujuan: Meningkatkan tingkat kesadaran dan fungsi persepsi

Kriteria Hasil:
 Berinteraksi secara sesuai dengan orang lain dan lingkungan
 Memperlihatkan pengaturan pikiran secara logis
 Menginterpretasikan ide yang dikomunikasikan orang lain secara
benar
 Mengkompensasi deficit sensori dengan memaksimalkan indra yang
rusak.
Intervensi

1. Evaluasi atau pantau secara teratur perubahan orientasi, kemampuan


berbicara, alam perasaan sensorik dan proses fikir.
Rasional: Fungsi serebral bagian atas biasanya terpengaruh lebih
dahulu oleh adanya gangguan sirkulasi dan oksigenasi. Perubahan
motorik, persepsi, kognitif dan kepribadian mungkin berkembang dan
menetap dengan perbaikan respon secara perlahan-lahan atau tetap
bertahan secara terus-menerus pada derajat tertentu

2. Kaji kesadaran sensorik seperti respon sentuhan, panas, dingin, benda


tajam atau tumpul dan kesadaran terhadap gerakan dan letak tubuh.
Perhatikan adanya masalah penglihatan atau sensasi yang lain.

Rasional: Semua sistem sensorik dapat terpengaruh dengan adanya


perubahan yang melibatkan peningkatan atau penurunan sensitivitas
atau kehilangan sensasi/kemampuan untuk menerima dan berespon
sesuai pada suatu stimulasi

3. Observasi respon prilaku seperti rasa bermusuhan, menangis, fektif


yang tidak sesuai, agitasi dan halusinasi.

Rasional: Pencatatan padatingkah luku memberikan informasi yang


diperlukan untuk perkembangan prilaku
4. Berikan lingkungan terstruktur termasuk terapi dan aktivitas. Buatkan
jadwal untuk pasien jika memungkinkan dan tinjau kembali secara
teratur.

Rasional: Meningkatkan konsistensi dan keyakinan yang dapat


menurunkan ansietas yang berhubungan dengan ketidaktahuan pasien
tersebut. Meningkatkan kontrol atau melatih kognitifnya kembali.

5. Rujuk pada ahli fisioterapi, terapi okupasi, terapi bicara dan terapi
kognitif.

Rasional : Pendekatan antar disiplin dapat menciptakan rencana


penatalaksanaan terintegrasi yang didasarkan atas kombinasi
kemampuan atau ketidakmampuan secara individu yang unik dengan
berfokus pada peningkatan evaluasi dan fungsi-fungsi fisik, kognitif,
keterampilan perseptual.

4. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan status cairan tubuh, penekanan


respon inflamasi, pemanjangan terhadap patogen
Tujuan: tidak terjadi infeksi

Kriteria Evaluasi:

 Tidak demam
 Jumlah leukosit dalam rentang normal
Intervensi :

1. Beri tindakan isolasi sebagai tindakan pencegahan


Rasional: Pada fase awal mwningitis mwningokokus atau infeksi
ensefalitis lainnya, isolasi mungkin diperlukan sampai organismenya
diketahui / dosis antibiotik yang cocok telah diberikan untuk
menurunkan resiko penyebaran pada orang lain.
2. Pertahankan teknik aseptik dan teknik cuci tangan yan tepat baik pasien
pengunjung maupun staf. Pantau dan batasi pengunjung / staf sesuai
kebutuhan
Rasional: Menurunkan resiko pasien terkena infeksi sekunder.
Mengontrol penyebaran sumber infeksi, mencegah pemajanan pada
individu terinfeksi ( misalnya, individu yangmengalami infeksi saluran
nafas)

3. Pantau suhu secara teratur catat munculnya tanda – tanda klinis dan
proses infeksi
Rasional: Terapi obat biasanya akan diberikan terus menerus selama
kurang lebih 5 hari setelah suhu turun (normal) dan tanda –tanda
klinisnya yang jelas. Timbulnya tanda klinis yang terus menerus
merupakan indikasi perkembangan dari meningokosemia akut yang
dapat bertahan sampai Berminggu – minggu atau berbulan –bulan atau
terjadi penyebaran patogen salama hematogen / sepsis.

4. Teliti adanya keluhan nyeri dada berkembangnya nadi yang tidak tertur /
disritmia atau demam yang terus menerus
Rasional: Infeksi sekunder seperti miokarditis / perikarditis dapat
berkembang dan memerlukan intervensi lanjut

5. Auskultasi suara nafas. Pantau kecepatan pernafasan dan usaha


pernafasan
Rasional: Adanya rochi atau mengi, takipnea dan peningkatan kerja
pernafasan mungkin mencerminkan adanya akumulasi sekret dengan
risiko terjadinya infeksi pernafasan

6. Ubah posisi pasien dengan teratur dan anjurkan untuk melakukan nafas
dalam
Rasional: Memobilisasi sekret dan mwningkatkan kelancaran sekret
yang akan menurunkan resiko terjadinya komplikasi terhadap
pernafasan
7. Catat karakterisitik urine, seperti warna, kejernihan dan bau
Rasional: Urine statis, dehidrasi dan kelemahan umum meningkatlan
risiko terhadap infeksi kandung kemih / ginjal / awitan sepsis

8. Identifikasi kontak yang beresiko terhadap perkembangan proses infeksi


serebral dan anjurkan mereka untuk meminta pengobatan
Rasional: Orang –orang dengan kontak pernafasan memerlukan terapi
antibiotik profilaksis untuk mecegah penyebaran infeksi.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn. E., et al, 1999. Rencana asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi III. Jakarta:
EGC.

Arief Mansjoer. 2000. Asuhan Keperawatan Pada System Saraf. Jakarta. EGC

Anda mungkin juga menyukai