0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
4 tayangan4 halaman
Ensefalitis toksoplasma adalah infeksi otak yang disebabkan oleh parasit Toxoplasma gondii. Gejala klinisnya berupa gangguan status mental, demam, nyeri kepala, dan defisit neurologis. Diagnosis didasarkan pada pemeriksaan otak, serologi, dan respon terhadap terapi anti-toksoplasma. Pengobatan standar menggunakan kombinasi pirimetamin dan klindamisin selama beberapa minggu hingga bulan. Prognosis tergantung kondisi k
Ensefalitis toksoplasma adalah infeksi otak yang disebabkan oleh parasit Toxoplasma gondii. Gejala klinisnya berupa gangguan status mental, demam, nyeri kepala, dan defisit neurologis. Diagnosis didasarkan pada pemeriksaan otak, serologi, dan respon terhadap terapi anti-toksoplasma. Pengobatan standar menggunakan kombinasi pirimetamin dan klindamisin selama beberapa minggu hingga bulan. Prognosis tergantung kondisi k
Ensefalitis toksoplasma adalah infeksi otak yang disebabkan oleh parasit Toxoplasma gondii. Gejala klinisnya berupa gangguan status mental, demam, nyeri kepala, dan defisit neurologis. Diagnosis didasarkan pada pemeriksaan otak, serologi, dan respon terhadap terapi anti-toksoplasma. Pengobatan standar menggunakan kombinasi pirimetamin dan klindamisin selama beberapa minggu hingga bulan. Prognosis tergantung kondisi k
HK.03.04/III/271/2017 1/2 RSUP DR. M. DJAMIL PADANG DITETAPKAN DIREKTUR UTAMA PANDUAN TANGGAL REVISI PRAKTEK 5 JANUARI 2022 KLINIK Dr.dr. Yusirwan, SpB, SpBA(K), MARS Nip. 196211221989031001 PENGERTIAN Ensefalitis toxoplasma adalah penyakit perdangan pada jaringan otak yang disebabkan oleh protozoa Toxoplasma gondii. Penyakit ini muncul akibat terjadinya reaktivasi kista laten di jaringan. Infeksi primer umumnya menyerang otak atau dapat berupa peyakit sistemik. ANAMNESIS Gangguan status mental, demam, nyeri kepala, defisit neurologis fokal, penurunan kesadaran, kejang dan gangguan penglihatan PEMERIKSAAN FISIK Defisit neurologis fokal akibat lesi intracranial seperti hemiparese, afasia, parese nervus kranialis, kejang fokal, defisit sensorik, Gerakan involunter, distonia chorea athetosis, hemiballismus dan mioklonus. KRITERIA DIAGNOSIS Kriteria Diagnosis 1. Diagnosis definitif ensefalitis toxoplasma hanya dapat ditegakkan dengan pemeriksaan histologi biopsi jaringan otak. Sedangkan diagnose persumtif ensefalitis toxoplasma dapat di buat berdasarkan respon terhadap terapi empirik anti – toxoplasma secara klinis dan imajing. 2. Secara praktis semua ODHA dengan lesi massa intracranial dengan gejala neurologic yang progresif dapat diberikan terapi empiric anti- toxoplasma selama 2 minggu, walaupun serologinya negative atau lesinya tunggal. Bila tidak terdapat perbaikan klinis maupun radiologic setelah terapi empiric, barulah dianjurkan untuk biopsy. Syarat pemberian terapi empiric anti toxoplasma yaitu: Pasien HIV positif Terdapat gejala neurologis fokal yang progresif Terdapat lesi fokal pada pemeriksaan imajing.
Tidak disarafnkan untuk memberikan terapi
empiric anti toxoplasma bila: CD4> 200 sel/mm3 IgG antitoxoplasma (-) Telah menerima terapi profilaksis adekuat dengan Cotrimoxazole.
DIAGNOSIS KERJA ENSEFALITIS TOXOPLASMA
DIAGNOSIS BANDING 1. Progressive multifocal leukoencephalopathy (PML); perjalanan penyakitnya kronik dengan gambaran imajing lesi fokal yang tidak menyangat kontras dan tanpa efek massa. 2. Infeksi TBC pada sistik saraf pusat harus dipertimbangkan bila terdapat bukti infeksi TBC ditempat lain. 3. Limfoma sistim saraf pusat berada pada urutan kedua setelah ensefalitis toksoplasma sebagai penyebab lesi massa intrakranial pada ODHA, keduanya dapat memberikan gambaran imajing yang serupa. Pada MRI lesi tunggal dengan penyangatan kontras yang homogen lebih menyokong pada diagnosis limfoma. Pemeriksaan SPECT , PET dan MRS dapat membedakan lesi ET atau limfoma sistim saraf pusat. PEMERIKSAAN 1. Pemeriksaan Penunjang PENUNJANG 2. CT Brain atau MRI Brain dengan kontras 3. Lab: DPL (Hb/Leu/Ht/Plt), GDA, SGOT, SGPT, Alb, Cl/Na/K, Ur/Cr, analisa cairan serebro spinal, faal hemostasis, kultur+ resistensi (aerob & anaerob), pemeriksaan serologis Toxoplasma gondii, ELISA, Western Blot analysis, IFA, RIPA, lymphosit cell CD4 dan CD8, viral load. Antibody toksoplasma lmunoglobulin (Ig) M dan titer IgM toksoplasma , Untuk fase kronik dapat dilakukan pemeriksaan IgG. 4. Lumbal pungsi 5. EKG &Thorax PA/AP
TATALAKSANA Standar terapi ensefalitis toksoplasma adalah kombinasi
pirimetamin dan sulfadiazin. Namun karena di Indonesia sulfadiazin tidak tersedia, kombinasi pilihan yaitu pirimetamin dan klindamisin, dengan dosis: Fase akut (4-6 minggu): - Pirimetamin loading 200 mg, lalu dilanjutkan, jika BB <50 kg: 2x25 mg per hari per oral dan jika BB >50 kg: 3x25 mg per hari per oral - Klindamisin 4x600 mg Antiedema: - Steroid dapat digunakan dalam waktu singkat pada terapi fase akut, terutama bila dijumpai efek massa yang signifikan. Terapi fase akut, selain ini dapat pula digantikan preparat lain sebagai alternatif, yaitu trimethoprim sulfamethoxazole 5 mg/kg/12 jam (dosis maksimum 15-20 mg/kg/hari), azitromisin (1,2-1,5 g/hari), klaritromisin 1000 mg diberikan per oral tiap 12 jam atau atovaquone 1,5 mg per oral tiap 12 jam, minosiklin 150-200 mg diberikan tiap 12 jam atau doksisiklin diberikan 300-400 mg/hari.
Terapi fase perawatan:
• Pirimetamin dan klindamisin dengan dosis 1⁄2 dari dosis fase akut dengan asam folat 5-25 mg oral per hari atau menggunakan kotrimoksazol 2x480 mg, • Fase rumatan diteruskan hingga pasien mencapai nilai CD4 > 200
Pada penderita dengan diagnosis presumtif dapat diterapi
dengan sulfadiazine oral (mulai 4 g, kemudian dilanjutkan 4-6 g tiap hari) dan pirimetamin (mulai 200mg, kemudian 50-100mg tiap hari). leukovorin, 15-20mg harus diberikan setiap hari untuk mengurangi efek antifolat dari pirimetamin. Pengobatan harus diberikan selama minimal 6 minggu. Pada penderita dengan AIDS, terapi pada dosis rendah dilanjutkan hingga CD4 melewati 200- 250/llL selama 6 bulan atau lebih, terapi harus diberikan sepanjang hidup untuk mencegah relaps. Respon klinik terhadap terapi empirik anti-toksoplasma biasanya terlihat dalam 7 hari. Respon radiologik berupa berkurangnya ukuran lesi dan dan penyangatan kontras mulai terlihat pada minggu ke-2.
LAMA PERAWATAN 7-14 hari
EDUKASI 1. Penjelasan Sebelum MRS (rencana rawat, biaya, pengobatan, prosedur, masa dan tindakan pemulihan dan latihan, manajemen nyeri, risiko dan komplikasi) 2. Penjelasan mengenai risiko dan komplikasi selama perawatan 3. Penjelasan mengenai faktor risiko dan pencegahan rekurensi 4. Penjelasan program pemulangan pasien (Discharge Planning) 5. Penjelasan mengenai gejala dan apa yang harus dilakukan sebelum dibawa ke RS PROGNOSIS Ad vitam : dubia ad bonam (tergantung klinis) Ad Sanationam : dubia ad malam Ad Fungsionam : dubia ad bonam (tergantung klinis TINGKAT EVIDENS TINGKAT REKOMENDASI PENELAAH KRITIS dr.Spesialis Neurologi INDIKATOR MEDIS KEPUSTAKAAN 1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer 2. Standar Kompetensi Dokter Spesialis Neurologi Indonesia, 2015 3. Kelompok Studi Neuroinfeksi Perhimpunan Dokter Saraf Indonesia. Modul Neuro Infeksi. Jakarta. UB Press. 2019. Hal 35-55.