Anda di halaman 1dari 24

CASE REPORT

SINDROM STEVENS-JOHNSON

Disusun oleh
Nungki Pramita Sari
1102013217

Pembimbing
dr. Chadijah Risti Latief, Sp.KK
KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
10 SEPTEMBER – 13 OKTOBER 2018
BERKAS PASIEN
IDENTITAS PASIEN
• Nama : Ny. M • Alamat : Jl. Pembangunan 2
• Jenis Kelamin : Perempuan • Agama : Islam
• Tempat dan Tanggal Lahir : Jakarta, • Suku bangsa : Betawi
1 Maret 1989 • No RM : 001044015
• Umur : 29 tahun

ANAMNESIS (14-09-2018)
Keluhan Utama Riwayat Penyakit Riwayat Penyakit Riwayat Penyakit
Sekarang Dahulu Keluarga
Wajah bengkak
kemerahan Tidak ada keluhan
serupa pada
Terlampir Gangguan psikotik keluarga
(F.23) Riwayat atopi :
Keluhan Tambahan . Kejang demam riwayat alergi (-)
riwayat asma (-)
Mata berair, nyeri riwayat penyakit
menelan dan lemas kulit (-)
Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Penyakit Sekarang

RS
3 hari SMRS 2 hari SMRS 6 jam SMRS (11/09/2018)

• Kedua mata • Wajah bengkak • Wajah bengkak


• Konsumsi obat
berair
amoxicilin dan (mata, bibir) • Bibir kering dan
• Nyeri menelan • Demam (+) bengkak
asam mefenamat
• Intake sulit • Mata berair dan
• Lemas memerah
Riwayat Pengobatan Riwayat Sosial dan Lingkungan Sekitar

• amoxicilin dan asam Riwayat Sosial :


mefenamat • Sosial ekonomi pasien dirasa cukup terpenuhi
• Konsumsi rutin obat • Mandi 2x sehari
pengobatan jiwa
Riwayat Lingkungan Sekitar :
• Pasien tinggal dirumah bersama kedua orangtua serta
2 orang kakanya.
• Lingkungan rumah pasien merupakan lingkungan padat
penduduk
PEMERIKSAAN FISIK
Pada hari jumat, 14/09/2018 di bangsal perawatan 7C

Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang


C
Kesadaran : Compos mentis. (GCS 15)
Frekuensi nadi : 80 x/menit, teratur, isi cukup.
Frekuensi napas : 20 x/menit
Suhu : 37,2 °C
Tekanan darah : 100/60 mmHG
PEMERIKSAAN FISIK

Kepala Normocephal

Mata Palpebra tidak edema


Konjungtiva tidak anemis
Hidung DBN

Mulut Lidah merah dan tidak kotor, faring hiperemis, tonsil T1-T1,
uvula tidak deviasai, ginggiva tidak ada perdarahan, dan
Leher bibir kering.
Dada
Jantung DBN
Paru

Abdomen

Ekstremitas
PEMERIKSAAN FISIK

Status Lokalis

Regio oris  labium superium dan


inferium

Bentuk , ukuran dan penyebaran  multiple,


lentikular, regional.

Efloresensi : Makula eritem, Krusta, Erosi


PEMERIKSAAN PENUNJANG

LABORATORIUM
DARAH RUTIN
• LEUKOSITOSIS
KIMIA KLINIK
• GDS DBN
DIAGNOSIS

DIAGNOSIS BANDING

Nekrolisis epidermal toksik


Cutaneous adverse drug eruption

DIAGNOSIS KERJA

Sindrom Stevens-Jhonson
TATALAKSANA

• Kenalog in orabase
• Metilprednisolon 2x16 mg
• Cefixim 2x200 mg
PROGNOSIS

• Quo ad Vitam : dubia adbonam


• Quo ad Functionam : dubia ad bonam
• Quo ad sanam : dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI

SINDROM STEVENS-JHONSON (epidermal necrolysis, Lyell’s disease)

SSJ merupakan reaksi mukotan akut yang mengancam nyawa, ditandai dengan
nekrosis epidermis yang luas sehingga terlepas.

LESI KULIT Eritema, vesikel/bula, purpura

Erosi, ekskoriasi, krusta

Konjungtivitis kataralis
EPIDEMIOLOGI

SSJ merupakan penyakit yang jarang, secara umum insidens SSJ


adalah 1-6 kasus/juta penduduk/tahun. Angka kematian SSJ adalah
5%-12%. Penyakit ini dapat terjadi pada setiap usia, terjadi
peningkatan risiko pada pada usia diatas 40 tahun. Perempuan
lebih sering terkena dibandingkan laki-laki dengan perbandingan
1,5:1. Data dari ruang rawat inap RSCM tahun 2010-2013 terdapat
57 kasus.
REAKSI PENGGUNAAN OBAT
ETIOLOGI
• Antibiotik : sulfona,id, betalaktam, aminoglikosid,
• Penggunaan obat tetrasiklin
• Idiopatik • NSAID : ibuprofen, naproxen, Na diclofenac,
• Infeksi indometasin, oxyphenbutazon
• Keganasan • Anti konvulsan : fenitoin, carbamazepin, phenobarbital
• Diuretik : furosemid, methazolamide,
• Topical Ocular Medication : scopolamine, tropicamide

PENYAKIT INFEKSI

• Virus : HSV1, HSV2, HIV, morbili, influenza, HBV,


mumps, EBV, Variola
• Bakeri : streptococcus, cholera, yersinia, diphteria,
pneumococcus, salmonella
• Jamur : coccidiodomycosis, dermatophytosis
• Protozoa : malaria, trichomoniasis
Hipersensitifitas tipe IV Hipersensitifitas tipe III
PATOGENESIS

Reaksi sitotoksisk terhadap Limfosit T yang tesintesisasi Kompleks antigen


kertainosit berkontak kembali dengan antibodi
antigen yang sama
Apoptosis
luas sel T
Aktivasi sistem
Limfokin dilepaskan komplemen
Reaksi sitotoksik (sebagai reaksi radang) Degradasi
melibatkan sel NK, sel sel mast
limfosit T CD8+ yang Akumulasi netrofil
spesifik terhadap obat Penghancuran sel Fagositosis
penyebab.
sel yg rusak
Melepaskan enzim

Siklus Penimbunan
peradangan sisa sel Menyebabkan
berlanjut kerusakan jaringan
pada organ sasaran
GEJALA KLINIK

• Timbul dalam waktu 8 minggu setelah awal pajanan obat


• Sebelum terjadi lesi kkulit, dapat timbul gejala non-spesifik.
 demam, sakit kepala, batuk, pilek
 Malaise 1-3hari
• Lesi kulit tersebar secara simetris pada wajah, badan dan
bagian proksimal ekstremitas berupa (makula eritematosa atau
purpurik, dapat juga dijumpai lesi target)
• Dengan bertambahnya waktu, lesi kullit meluas dan
erkembang  nekrotik  sehingga terjadi bula kendur dengan
kendur dengan tanda Nikolsky positif
PEMERIKSAAN FISIK

Lesi pada mukosa berupa


eritema dan erosi biasanya
dijumpai minimal pada 2
lokasi yaitu mulut dan
kojungtiva, dapat juga
ditemukan erosi di mukosa
genital.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang penting untuk menunjang diagnosis.


Pemeriksaan histopatologis kulit dapat menyingkirkan diagnosis banding, dan
umumnya diperlukan untuk kepentingan medikolegal.

• Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan untuk evaluasi keparahan penyakit


dan untuk tatalaksana pasien.
 Darah tepi lengkap
 Analisis gas darah
 Kadar elektrolit
 Albumin dan protein darah
 Fungsi ginjal, fungsi hepar
 Gula darah sewaktu
 Rontgen paru

Awasi tanda-tada sepsis.


DIAGNOSIS BANDING

Nekrolisis epidermal toksik (NET)


Dibedakan berdasarkan keparahan saja. Pada SSJ, terdapat epidermolisis sebesar <10%
luas permukaan badan, sedangkan pada NET 30%

Cutaneous adverse drug eruption

Erupsi Obat Alergi dapat bermanifestasi klinis ringan dan berat hingga mengancam
jiwa, Lesi yang timbul merupakan petunjuk reaksi hipersensitivitas yang mendasari.
• Urtikaria dan angiodema
• Erupsi makulopapular
• Fixed drug eruption
• Pustulosis eksantematosa generalisata akut
• Eritroderma
• Sindrom Hipersensitivitas Obat
TATALAKSANA

SSJ  mengancam nyawa


Tatalaksana optimal :
• Deteksi dini dan penghentian segera obat tersangka
• Perawatan suportif :
- mempertahankan keseimbangan cairan, elektrolit, suhu lingkungan optimal 28-30
derajat celcius
- nuturisi sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan asupan makanan
- Perawatan kulit secara aseptik tanpa debridement
- Perawatan mata dan mukosa mulut
• Kortikosteroid sistemik
PROGNOSIS

• Apabila bertindak cepat dan tepat maka prognosis


cukup memuaskan

• Angka kematan pada pasien sindrom Stevens-Jhonson


mencapai 5-12%

• Dalam perjalanan penyakitnya, SSJ dapat menimbulkan


 sepsis dan multiple organ failure
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai