Anda di halaman 1dari 49

Gastroesophageal Reflux Disease

(GERD)
Disusun oleh :

Dr. Yoan Rahmah Aprilia


 
Pembimbing
dr. Hj.  Sofiana
dr. Meliana Mulyawati
RUMAH SAKIT KARYA MEDIKA 1
PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA KEMENKES REPUBLIK INDONESIA
APRIL 2020
DEFINISI

Penyakit refluks gastroesofageal (PRGE)


atau Gastroesophageal reflux disease
(GERD) merupakan keadaan patologis
akibat dari refluks kandungan lambung ke
dalam esofagus yang dapat menimbulkan
gejala yang melibatkan esofagus, faring,
laring, dan saluran nafas.

Dapat menyebabkan gejala/komplikasi


yang mengganggu ->
ESOFAGITIS REFLUKS
EPIDEMIOLOGI

> Negara barat

< Negara Asia-Afrika

Rasio laki-laki : wanita  Di Indonesia sendiri belum ada data


2:1 sampai 3:1 epidemiologi mengenai penyakit ini, namun di
Divisi Gastroenterohepatologi Departemen IPD
Gerd negara berkembang
 usia 60-70 thn FKUI- RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta,
didapatkan kasus esofagitis sebanyak 22,8%
dari semua pasien yang menjalani
pemeriksaan endoskopi atas indikasi
ETIOLOGI
Mekanisme
Rintangan Anti-refluks Daya perusak bahan Isi lambung dan
pembersihan
(Anti Refluks Barrier) refluks pengosongannya
esofagus
• Kontraksi LES • Mekanisme : saat • Asam pepsin & • Lebih banyak isi
memegang peranan menelan, peristaltik empedu yang ada lambung lebih
penting untuk esofagus dengan dalam cairan refluks sering terjadi refluks
mencegah cepat mempunyai daya • Pengosongan
terjadinya GERD mengosongkan isi perusak terhadap lambung yang
• tekanan LES < 6 esofagus - > saliva mukosa esofagus lamban  >>
mmHg hampir & bicarbonat • Beberapa jenis kemungkinan
selalu disertai GERD menetralisasi asam makanan tertentu refluks tadi
• LES yang normal  yang masih tersisa  air jeruk nipis,
inappropriate / -> sebagian asam tomat dan kopi 
transient sphincter yang tersisa akan >>keluhan pada
relaxation turn ke lambung pasien
pengendoran oleh gravitasi &
sfingter yang terjadi peristaltik.
di luar proses
menelan
FAKTOR RISIKO
• Alkohol
• Diet tinggi lemak
• Rokok
• Obat-obatan : bronkodilator
MANIFESTASI
MANIFESTASIKLINIS
KLINIS
Tipikal
Atipikal
• Heart burn  disertai sendawa, mulut terasa
masam dan pahit & merasa cepat kenyang
• Disfagia
• nyeri dada non kardiak
• Mual
• asma
• Muntah
• bronkitis
• Rasa tercekik
• batuk kronik
• Batuk kering
• pneumonia rekuren
• Suara serak
• suara serak
• Sesak nafas
• laringitis posterior kronik
• aspirasi
• sensasi sukar menelan
PEMERIKSAAN
DIAGNOSISFISIK
• Anamnesis
• Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan penunjang
1. Endoskopi -> tidak harus selalu dilakukan pada saat
pertama didiagnosis -> GERD dapat ditegakkan
berdasarkan gejala

hasil yang diharapkan -> mucosal break di esofagus


(esofagitis refluks)
2. PPI Test
terapi empirik untuk menilai gejala dari GERD dengan memberikan PPI dosis tinggi
selama 1 -2 minggu sambil melihat respons terjadi -> (+) jika perbaikan dari 50%-75%
gejala yang terjadi.

3. Pemantauan pH 24 jam.
• Episode refluks gastroesofageal menimbulkan asidifikasi bagian distal esofagus.
• Episode ini dapat dimonitor dan direkam dengan menempatkan
mikroelektroda pH pada bagian distal esofagus. pengukuran pH pada esofagus
bagian distal dapat memastikan ada tidaknya refluks gastroesofageal.
• pH di bawah 4 pada jarak 5 cm di atas LES dianggap diagnostik untuk refluks
gastroesofageal.
Penunjang diagnosis lain :

1. Esofagografi dengan Barium.


Walaupun pemeriksaan ini tidak sensitif untuk diagnosis GERD, namun pada
keadaan tertentu pemeriksaan ini mempunyai nilai lebih dibandingkan endoskopi, yaitu
pada kondisi stenosis esofagus dan hernia hiatal.

2. Manometri esofagus
Tes ini bermanfaat terutama untuk evaluasi pengobatan pasien- pasien NERD dan
untuk tujuan penelitian.

3. Tes Bernstein
mengukur sensitivitas mukosa esofagus dengan memasang selang trans-nasal dan
melakukan perfusi bagian distal esofagus dengan HCl 0,1 N dalam waktu kurang dari 1
jam. Bila larutan ini menimbulkan rasa nyeri dada seperti yang biasanya dialami pasien,
sedangkan larutan NaCl tidak menimbulkan nyeri, maka test ini dianggap positif.
DIAGNOSIS BANDING
Akalasia (Kardiospasme, Esophageal aperistaltis, Megaesofagus) adalah suatu kelainan yang berhubungan

dengan saraf, yang tidak diketahui penyebabnya.


TATALAKSANA
PENATALAKSANAAN

1) Modifikasi gaya hidup (non farmako)


2) Terapi medikamentosa
3) Endoskopi
4) Terapi pembedahan

Target :
• Menghilangkan gejala/keluhan
• Menyembuhkan lesi esofagus
• Mencegah kekambuhan
• Memperbaiki kwalitas hidup
• Mencegah komplikasi
Modifikasi gaya hidup – NON Farmako

Jika
Meninggikan memugkinkan,
posisi kepala hindari
Mengurangi Menurunkan Menghindari
pada saat tidur pemakaian
& menghindari konsumsi berat badan makanan dan
Berhenti obat yang
makan sebelum merokok dan lemak dan dan minuman
dapat
tidur  mengurangi menghindari seperti coklat,
mengonsumsi meningkatkan
meningkatkan jumlah memakai teh kopi dan
bersihan asam alkohol  menurunkan
makanan yang pakaian ketat minuman
berpengaruh tonus SEB 
lambung selama di makan   soda  dapat
tidur serta pada tonus antikolinergik,
menimbulkan mengurangi merangsang
mencegah SEB. teofilin,
distensi tekanan asam
refluks asam diazepam,
lambung ke lambung. intrabdomen. lambung.
antagonis
esofagus. kalsium,
progesteron.
MEDIKAMENTOSA

Step up Step down


• dimulai dengan • PPI terlebih
obat yang dahulu 
kurang kuat perbaikan  H2
dalam menekan atau prokinetik
sekresi asam atau bahkan
(antagonis antasid
reseptor H2) /
golongan
prokinetik 
gagal  PPI
Antasida
• Cukup efektif dan aman dalam menghilangkan gejala
• Dapat memperkuat SEB
• Tidak menyembuhkan lesi esofagitis
• Tidak dianjurkan pada pasien peny. Jantung & ginjal
• Dosis : 4 x C1

Antagonis Reseptor H2
• penekan sekresi asam
• dinilai efektif bagi keadaan yang berat
• hanya efektif pada pengobatan esofagitis derajat ringan sampai sedang serta tanpa
komplikasi
• Simetidin : 2 x 800 mg atau 4 x 400 mg
• Ranitidin : 4 x 150 mg
• Famotidin : 2 x 20 mg
• Nizatidin : 2 x 150 mg
Obat prokinetik
• Scr teori dianggap paling sesuai untuk pengobatan GERD  lebih
condong kearah gangguan motilitas. Praktiknya  GERD
bergantung pada sekresi asam
• memperkuat tonus SEB dan mempercepat pengosongan gaster

Metoklopramid Domperidon Cisapride


• Efektifitas rendah dlm mengurangi • Antagonis reseptor dopamin  saja • antagonis reseptor 5HT4, 
gejala, tdk berperan dalam obat ini tidak melewati BBB  efek memperkuat tonus SEB &
penyembuhan lesi di esofagus kecuali sampingnya lebih jarang mempercepat pengosongan lambung.
dikombinasikan dengan antagonis • Dapat menigkatkan tonus SEB dan • Efektivitasnya dalam menghilangkan
reseptor H2 / PPI. percepat pengosongan lambung. gejala serta penyembuhan lesi lebih
• Melewati BBB  dapat tumbuh efek • Dosis : 3 x 10-20mg bagus dari domperidon.
terhadap saraf pusat (mengantuk, • Dosis 3x10 mg
pusing, agitasi, tremor, dan diskinesia)
• Dosis : 3 x 10mg
Sukralfat (Aluminium hidroksida + sukrosa oktasulfat)
• berefek pada meningkatkan pertahanan mukosa esofagus,
• sebagai buffer terhadap HCl di esofagus serta dapat mengikat pepsin dan garam empedu
• Dosis : 4 x 1 gr

Penghambat Pompa Proton (Proton pump inhibitor/PPI)


• obat terkuat dalam penatalaksanaan GERD,  drug of choice
• bekerja langsung pada pompa proton sel parietal dengan memperngaruhi enzim H, K ATP –
ase (tahap akhir proses pembentukan asam lambung)
• efektif dalam menghilangkan keluhan & penyembuhan lesi esofagus

 Omeprazole : 2x20 mg
 Lansoprazole: 2x30 mg
 Pantoprazole: 2x40 mg
 Rabeprazole : 2x10 mg
 Esomeprazole: 2x40 mg

pengobatan diberikan selama 6-8 minggu (terapi inisial)  dilanjutkan dengan dosis
pemeliharaan selama 4 bulan , tergantung esofagitisnya
• Pengobatan GERD dapat dimulai dengan PPI (2-4mgg)
setelah diagnosis GERD ditegakkan.
• Apabila masih ditemukan gejala sesuai GERD (PPI failure),
sebaiknya PPI diberikan secara berkelanjutan dengan
dosis ganda sampai gejala menghilang. Umumnya terapi
dosis ganda dapat diberikan sampai 4-8 minggu
• Apabila kondisi klinis masih belum menunjukkan
perbaikan harus dilakukan pemeriksaan endoskopi untuk
mendapatkan kepastian adanya kelainan pada mukosa
saluran cerna atas. Pengobatan selanjutnya dapat
diberikan sesuai dengan ringan-beratnya kerusakan
mukosa.
PEMBEDAHAN
• Pembedahan antirefluks (fundoplikasi
nissen) -> disarankan untuk pasien
yang intoleran terhadap terapi
pemeliharaan atau dengan gejala
menetap
• Studi menunjukkan, apabila dilakukan
dengan baik, efektivitas pembedahan
antirefluks = terapi medikamentosa,
namun memiliki efek samping :
disfagia, kembung, dan gangguan usus
pasca pembedahan.
KOMPLIKASI

 Esofagitis
 Striktur
 Barret esofagus
 Maloory-weiss tear
PROGNOSIS
 studi pengobatan memperlihatkan hasil tingkat kesembuhan
> 80% dalam waktu 6-8 minggu.
 Untuk selanjutnya dapat diteruskan dengan terapi
pemeliharaan (maintenance therapy) atau bahkan terapi
“bila perlu” (on-demand therapy) yaitu pemberian obat-
obatan selama beberapa hari sampai dua minggu jika ada
kekambuhan sampai gejala hilang.
IDENTITAS PASIEN

• Nama : Tn. I
• Umur : 42 tahun
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Alamat : Cikarang Barat
• Agama : Islam
• Suku : Betawi
• Tanggal Masuk RS : 28 Maret 2020
• Tanggal Periksa : 28 Maret 2020
• Rekam Medis : 81-78-37-00
ANAMNESIS (28/3/2020)

Dilakukan autoanamnesis terhadap pasien di ruang perawatan


asoka tanggal 28 Maret 2020
• Keluhan Utama : Dada terasa panas sejak 3 jam SMRS.
• Keluhan Tambahan : nyeri dada, mual, muntah, nafsu
makan menurun
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Pasien datang ke IGD RS Karya Medika I dengan keluhan dada terasa


panas sejak 3 jam SMRS. Keluhan ini disertai dengan rasa terbakar di dada.
Pasien juga mengeluhkan terdapat nyeri dada yang hilang timbul dan tidak
menjalar sampai ke tangan dan punggung. Pasien merasa berdebar-debar.
Pasien merasa sulit tidur semalam. Sebelumnya pasien merasakan nyeri ulu
hati sejak 3 hari SMRS. Mual (+) muntah (+) 5x lendir (-) darah (-) muntah
berwarna putih kecoklatan. Pasien muntah saat setiap kali ada makanan atau
minuman yang masuk sehingga pasien tidak nafsu makan Pasien mengeluh
terasa asam pada tenggorokan. es Demam (-) batuk (-) pilek (-) BAB dan BAK
biasa. Keluhan seperti ini pernah dialami pasien namun dirasa tidak seberat
sekarang dan membaik dengan obat warung. Namun kali ini saat pasien
mencoba mengobati dengan obat warung tidak ada perbaikan.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Riwayat hipertensi : disangkal


Riwayat diabetes melitus : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat asma : disangkal

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Tidak ada keluarga yang menderita penyakit seperti ini.

RIWAYAT PENGOBATAN
Pasien sebelumnya telah membeli obat warung namun
tidak ada perbaikan.
RIWAYAT KEBIASAAN
Pasien mengaku biasa merokok (+) sehari habis 5-8 batang,
alkohol (-)
PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis
• Keadaan umum : Tampak sakit sedang
• Kesadaran : Composmentis
• Tanda Vital
– Tekanan Darah : 130/90
– Nadi : 85x/menit
– Respirasi : 20x/menit
– Suhu : 36,5 0C
– SpO2 : 99%
PEMERIKSAAN FISIK

• Kepala : Normosefali, deformitas (-), rambut hitam


• Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil bulat isokor
3mm/3mm, refleks cahaya langsung +/+, reflex cahaya tidak langsung +/+
• Telinga : Bentuk normal, luka(-), perdarahan (-), cairan (-)
• Hidung : Septum nasi tidak deviasi, tidak ada perdarahan aktif, sekret t
• Mulut : Tidak ada ulkus, gigi-geligi baik, mukosa lembab.
• Thorax : Bentuk simetris, tidak ada retraksi
• Cor : Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba
Perkusi : batas-batas jantung normal
Auskultasi : bunyi jantung I dan II regular, bising (-)
PEMERIKSAAN FISIK

• Pulmo : Inspeksi : bentuk dadan dan pergerakan simetris


Palpasi : fremitus kanan sama dengan kiri
Perkusi : sonor kanan sama dengan kiri
Auskultasi : suara pernapasan vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing
(-/-)
• Abdomen : Inspeksi : dinding abdomen datar, distensi (-)
Palpasi : supel, nyeri tekan (+) epigastrium
Perkusi : timpani (+) shifting dullness (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
• Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
tanggal 28 Maret 2020
PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan EKG tanggal 28 Maret 2020
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan thorax
tanggal 28 Maret 2020
RESUME
Pasien Tn. I usia 42 tahun datang ke IGD RS Karya Medika I dengan keluhan dada terasa
panas sejak 3 jam SMRS. Keluhan ini disertai dengan rasa terbakar di dada. Pasien juga
mengeluhkan terdapat nyeri dada yang hilang timbul dan tidak menjalar sampai ke tangan dan
punggung. Pasien merasa berdebar-debar. Pasien merasa sulit tidur semalam. Sebelumnya
pasien merasakan nyeri ulu hati sejak 3 hari SMRS. Mual (+) muntah (+) 5x lendir (-) darah (-)
muntah berwarna putih kecoklatan. Pasien muntah saat setiap kali ada makanan atau minuman
yang masuk sehingga pasien tidak nafsu makan Pasien mengeluh terasa asam pada
tenggorokan. es Demam (-) batuk (-) pilek (-) BAB dan BAK biasa. Keluhan seperti ini pernah
dialami pasien namun dirasa tidak seberat sekarang dan membaik dengan obat warung. Namun
kali ini saat pasien mencoba mengobati dengan obat warung tidak ada perbaikan. Riwayat
alergi obat, diabetes mellitus, asma, hipertensi disangkal. Pasien mengaku biasa merokok 5-8
batang perhari.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum pasien sakit sedang, kesadaran
composmentis, tekanan darah 130/90, nadi 85x/menit, respirasi 20x/menit, suhu 36,5 0C. Pada
pemeriksaan abdomen didapatkan abdomen tampak datar, distensi (-), supel, nyeri tekan
epigastrium (+), serta bising usus (+) normal. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil
kalium 3.49 mmol/L. Pada pemeriksaan EKG didapatkan hasil normal sinus rhythm. Pada
pemeriksaan foto thorax didapatkan hasil normal.
DIAGNOSIS

• Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)


• Hipokalemia
TATALAKSANA

– IVFD RL 500cc/8 jam


– Inj invomit 2 x 4 mg
– Inj vomizole 2 x 40 mg
– Sucralfat syr 4 x C 1
– KSR tab 1 x 1
PROGNOSIS

• Quo Ad Vitam : Ad Bonam


• Quo Ad functionam : Dubia Ad Bonam
• Quo Ad sanationam : Dubia Ad Bonam
ANALISA KASUS
ANALISA KASUS
ANALISA KASUS
DAFTAR PUSTAKA
• Philip O, Lauren B, Marcelo F. Vela. The American Journal of
Gastroenterology 2013; published online 19 February 2013 .
• Ndraha S, Bahan ajar ilmu gastroenterohepatologi. Jakarta: Biro Publikasi
Fakultas Kedokteran UKRIDA, 2012.
• Syam AF, Aulia C. Revisi Konsensus Nasional Penatalaksanaan GERD di
Indonesia; 2013
• Sudoyo AW, Setiyohadi Bambang, Alwi Idrus, Simadibrata M, Setiati S,
editor, Buku ajar ilmu penyakit dalam, Jilid I, ed. IV. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Universitas Indonesia. h.
1803;2007
• Lilihata G dan Syam AF. Kapita selektea kedokteran: penyakit refluks
gastroesofageal. Edisi ke-4. Jakarta: Media Aeuscalapius, 2010

Anda mungkin juga menyukai