Oleh:
21904101067
Dosen Pembimbing
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sholawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW
yang telah menuntun menuju jalan kebenaran sehingga dalam penyelesaian tugas ini
penulis dapat memilah antara yang baik dan buruk. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada dosen pembimbing pada Laboratorium Ilmu Kesehatan Anak, yaitu dr. Indah
Sulistyani, Sp.A yang memberikan bimbingan dalam menempuh pendidikan ini. Tak
lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak sehingga dalam
penyusunan laporan kasus ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari dalam laporan ini belum sempurna secara keseluruhan oleh
karena itu kami dengan tangan terbuka menerima masukan-masukan yang membangun
sehingga dapat membantu dalam penyempurnaan dan pengembangan penyelesaian
laporan selanjutnya.
Demikian pengantar kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua. Amin.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................6
LAPORAN KASUS..........................................................................................................6
BAB III............................................................................................................................14
TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................................14
BAB IV............................................................................................................................20
PEMBAHASAN..............................................................................................................20
BAB V.............................................................................................................................22
PENUTUP.......................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................23
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi neonatal menunjukkan ciri khas yang tidak ditemukan pada usia
kehidupan yang lain. Neonatus, terutama bayi kurang bulan mempunyai pertahanan
fisik yang lemah dan fungsi imunitas yang imatur, sehingga menyebabkan rentan
terhadap invasi bakteri (yang secara normal hanya merupakan bakteri komensal) 1,2.
Sepsis masih merupakan penyebab kematian utama pada masa neonatal, tercermin dari
insidens global sepsis neonatal yang tetap tinggi, dari 1−8/1.000 lahir hidup, dan
dihubungkan dengan case fatality rate berkisar 10−50%3. Prevalensi pada negara
berkembang seperti Indonesia 1,8 – 18/1000 kelahiran bayi, sedangkan pada negara
maju sebesar 1- 5/1000 kelahiran bayi4. Prevalensi sepsis neonatorum secara nasional di
Indonesia masih belum diketahui secara pasti, namun berdasarkan hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2017 menyebutkan bahwa sepsis menjadi penyebab utama ke 3
kematian pada bayi usia 0-6 hari yaitu sebesar 12% dan pada bayi usia 6-28 hari
menjadi penyebab kematian utama sebesar 20,5%5.
Ada dua macam sepsis neonatal yaitu sepsis awitan dini (early onset sepsis/EOS)
dan sepsis awitan lanjut (late onset sepsis/LOS). Ada yang menyatakan bahwa EOS
adalah sepsis yang terjadi dalam 24 jam, atau terjadi dalam 24 jam sampai 6 hari, atau
ada juga yang menyatakan terjadi dalam 72 jam, sedangkan LOS adalah sepsis yang
terjadi >6 hari atau >72 jam. Selain itu, ada juga istilah very late onset sepsis, yaitu
onset >30 hari3,4.
Berdasarkan munculnya tanda awitan, sepsis dibedakan menjadi sepsis neonatus
awitan dini (SNAD) yaitu apabila tanda sepsis muncul dalam 3 hari pertama kehidupan
dan sepsis neonatus awitan lambat (SNAL) bila tanda muncul setelah 3 hari pertama
kehidupan. SNAD biasanya ditandai dengan adanya organisme yang ditransmisikan
secara vertikal dari ibu ke janin sebelum atau selama proses melahirkan dan mayoritas
disebabkan oleh bakteri gram positif6,7. Sementara itu, SNAL disebabkan oleh patogen
yang diperoleh dari proses persalinan atau dari rumah sakit dan mayoritas disebabkan
oleh bakteri gram positif6.7.
Masalah utama sepsis pada neonatus yaitu sering terjadi dengan gambaran klinis
yang tersembunyi serta tanda dan gejala yang tidak spesifik sehingga sulit dibedakan
4
dengan gangguan kesehatan lain seperti kelainan jantung bawaan yang menyebabkan
deteksi dini sulit dilakukan. Identifikasi karakteristik bayi dan ibu bayi dengan sepsis
penting untuk dilakukan sebagai data dasar untuk menilai faktor-faktor yang mungkin
dapat meningkatkan risiko neonatus mengalami sepsis8.
1.2 Tujuan
Mengetahui tentang definisi, klasifikasi, gejala dan tatalaksana early onset sepsis
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Teoritis
Penulisan ini dapat menjadi bahan rujukan bagi dokter klinisi dalam menangani
5
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Anamnesis
Identitas Pasien
Alamat : Bangkalan
Suku : Madura
Agama : Islam
No. RM : 239473
Umur : 34 th
Agama : Islam
Status : Menikah
Ibu : Ny. F
Umur : 32 th
Pendidikan : SMK
6
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Status : Menikah
terpasang infus. Keadaan umum bayi tampak aktif, gerak tangan dan kaki
kuat, tarikan dinding dada tidak ada, kuning tidak ada dan akral hangat.
Ibu pasien mengaku ini adalah kehamilannya yang kedua pada usia 32
bidan dan dokter secara rutin dan bergantian setiap bulannya, total
pemeriksaan USG 4 kali selama kehamilan. Ibu pasien mengaku tidak pernah
sakit ataupun dirawat di rumah sakit dan tidak memiliki riwayat penyakit
kencing manis ataupun darah tinggi. Selama masa kehamilan, ibu pasien
hanya minum vitamin dan Fe dari bidan. Ibu pasien juga mengaku masih
hingga usia kehamilan 8 bulan. Kenaikan berat badan ibu pasien selama masa
7
Riwayat Persalinan :
Syarifah Ambami Ratu Ebo pada tanggal 6 April 2021 pukul 08.40 wib, jenis
kelamin perempuan, Apgar Score 7-8, BB: 3,060 gr, PB : 51 cm, LK: 29 cm,
anus (+) cacat (-) caput (+) 3 cm, ketuban bercampur meconium. Ibu dengan
Bayi lahir langsung menangis namun pelan, kulit merah, dan tonus otot baik .
Setelah disedot cairan melalui mulut dan hidung serta diberikan rangsang,
bayi menangis keras dan kulit kemerahan. Bayi kemudian ditimbang, diukur
panjang badan dan lingkar kepala, diinjeksi vitamin K dan diberi antibiotik
Suhu : 36 oC
HR : 121 x/menit
Respirasi : 42 x/menit
Antropometri :
Panjang Badan : 51 cm
8
Lingkar Kepala : 29 cm
Pemeriksaan Deskripsi
Kepala Bentuk dan ukuran : normocephali, caput (+) 3 cm
Rambut: hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut
Ubun-ubun : terbuka, rata
Trauma (-)
Wajah Bentuk : wajah simetris
Pembengkakan : -
Wajah dismorfik : -
Mata Bentuk : normal, tidak ada kelainan, kedudukan kedua bola mata
simetris, tidak eksoftalmus
Konjungtiva : anemis (-/-), hiperemis (-/-), secret (-/-)
Sklera : ikterik (-/-)
Kornea : kanan dan kiri jernih
Pupil : kanan dan kiri bulat simetris (3mm/3mm), refleks cahaya
(+/+), Isokor
Telinga Bentuk : normotia, simetris
Sekret : -/-
Tanda infeksi : -/-
Hidung Bentuk : septum nasi tampak simetris dan tidak ada septum deviasi,
cavum nasi tidak hiperemis, tampak, pernafasan cuping hidung (-/-)
Bibir Mukosa bibir : pucat (-) , kering (-), sianosis (-)
Gigi geligi Tidak ada gigi yang tumbuh
Mulut Bentuk : tidak ada kelainan
Mukosa pipi : merah, pucat (-)
Perdarahan gusi : (-)
Lidah Bentuk dan ukuran : normal, lidah kotor (-)
Tonsil Tonsil tidak membesar (T1/T1),
Hiperemis (-)
Faring Hiperemis (-), uvula di tengah.
Leher Bentuk : tidak ada kelainan
9
KGB tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening
JVP : normal
Toraks Paru :
Inspeksi : Simetris, retraksi dinding dada (-)
Palpasi : Taktil fremitus kanan sama dengan kiri
Perkusi : sonor di kedua lapang paru
Auskultasi: vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung :
Inspeksi : Tidak tampak pulsasi ictus cordis, thrill (-)
Palpasi : tidak teraba ictus cordis dan thrill, massa (-)
Perkusi : pembesaran jantung (-)
Auskultasi: BJ I/ II normal (tidak mengeras/melemah), murni reguler,
Bising sistole dan diastole (-), Gallop (-).
Abdomen Inspeksi : Datar, umbilikus tidak menonjol, gambaran vena
kolateral (-), gerakan peristaltik usus (-)
Neonatus Aterm
10
2.5 Pemeriksaan Penunjang
Tabel 2.1 Pemeriksaan Darah Lengkap tanggal 6 April 2021 jam 11.27 WIB
2.7 Penatalaksanaan
Farmakodinamik :
Non-farmakodinamik :
11
Pemberian susu tiap 3 jam
Follow Up
12
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Sepsis adalah keadaan penyakit sistemik disebabkan oleh invasi mikrob pada
bagian tubuh yang biasanya steril8. Definisi ini memberi arti bahwa berbeda dengan
penyakit oleh mikrob yang berasal dari kelainan yang bukan disebabkan mikrob.
Apabila disertai dengan gejala hipoperfusi atau disfungsi minimal 1 sistem organ, maka
dinamakan sepsis berat. Akhirnya, apabila sepsis ini diikuti oleh hipotensi dan
memerlukan vasopresor selain resusitasi cairan, hal ini dinamakan syok septik. Ada dua
macam sepsis neonatal yaitu sepsis awitan dini (early onset sepsis/EOS) dan sepsis
awitan lanjut (late onset sepsis/LOS). Ada yang menyatakan bahwa EOS adalah sepsis
yang terjadi dalam 24 jam, atau terjadi dalam 24 jam sampai 6 hari, atau ada juga yang
menyatakan terjadi dalam 72 jam, sedangkan LOS adalah sepsis yang terjadi >6 hari
atau >72 jam. Selain itu, ada juga istilah very late onset sepsis, yaitu onset >30 hari6.
13
mengidentifikasi air ketuban bercampur mekonium sebagai salah satu faktor risiko
terjadinya infeksi intraamnion. Penelitian in vitro air ketuban yang diberi mekonium
dengan konsentrasi 1% menyokong terjadinya pertumbuhan bakteri, antara lain bakteri
anaerob, Streptokokus grup B dan Escherichia coli. Air ketuban merupakan media
kultur yang kurang baik untuk bakteri, tetapi jika ada sejumlah mekonium di dalamnya
akan meningkatkan pertumbuhan bakteri, terutama Escherichia coli dan Listeria
monocytogenes9.
3.3 Patofisiologi
Air ketuban keruh bercampur mekonium (AKK) dapat menyebabkan sindrom
aspirasi mekonium (SAM) yang mengakibatkan asfiksia neonatorum yang selanjutnya
dapat berkembang menjadi infeksi neonatal10. Organisme penyebab infeksi dan pola
kepekaan terhadap infeksi sering kali berubah dan berbeda antara satu negara dan
negara lain. Di negara maju pada umumnya group B Streptococcus (GBS) dan E. coli
sebagai penyebab EOS, sedangkan penyebab LOS yaitu coagulase negative
Staphylococci (CONS) disusul dengan GBS dan Staphylococci aureus. Di negara yang
sedang berkembang keseluruhan penyebab adalah organisme gram−negatif (Klebsiella,
E. coli, dan Pseudomonas) dan gram−positif yaitu Streptococcus pneumoniae dan
Streptococcus pyogenes11.
3.4 Klinis
Diagnosis sepsis neonatal di negara berkembang biasanya didasarkan pada tanda
klinis, algoritma klinis WHO: Integrated Management of Childhood Illness (IMCI).
IMCI mendefinisikan tanda bahaya antara lain malas makan, kejang, mengantuk atau
tidak sadar, gerakan hanya jika dirangsang atau tidak ada gerakan sama sekali, napas
cepat ≥60 napas/menit, merintih, retraksi dada, suhu tubuh >38°C, hipotermia <35,5 C,
atau sianosis sentral serta tanda-tanda kuning yang parah, distensi perut yang besar, atau
tanda-tanda infeksi lokal. Tanda-tanda klinis tersebut lebih sensitif daripada spesifik
mengingat kasus infeksi neonatal yang tidak diobati memiliki risiko kematian sangat
tinggi. Spesies Klebsiella, Escherichia coli, Staphylococcus aureus, dan Grup B
Streptococcus (GBS) mendominasi SAD, sedangkan SAL (setelah minggu pertama
14
kehidupan) terutama disebabkan oleh patogen Gram-positif (Streptococcus pneumoniae,
Streptococcus pyogenes, S. aureus dan GBS)12,13.
Pemeriksaan penunjang berupa rasio I/T, salah satu indeks neutrofil, memiliki
sensitivitas terbaik. Ratio I/T memiliki akurasi positif prediktif buruk (sekitar 25%),
tetapi akurasi prediktif negatif sangat tinggi (99%). Rasio I/T mungkin meningkat pada
25% sampai 50% bayi tidak terinfeksi. Setelah memulai terapi antimikroba segera
setelah lahir, pemeriksaan jumlah leukosit dan diferensial perlu menunggu setelah 6
sampai 12 jam. Berbagai macam reaktan fase akut telah dievaluasi pada neonatus yang
dicurigai sepsis bakteri, namun hanya C-reactive protein (CRP) dan procalcitonin yang
telah diteliti; CRP meningkat cukup besar dalam 6 sampai 8 jam fase infeksi neonatus
dan memuncak pada 24 jam14.
Sistem skoring hematologi menggunakan beberapa nilai laboratorium (misalnya
jumlah leukosit, hitung jenis, dan jumlah trombosit) telah direkomendasikan sebagai
alat bantu diagnostik.8 Sistem penilaian: skor 1 untuk setiap temuan, termasuk kelainan
jumlah leukosit, neutrofil total, peningkatan polimorfonuklear leukosit (PMN) band,
peningkatan rasio I/T, rasio PMN batang dengan segmen >0,3, jumlah trombosit ≤150
000/mm3 , dan perubahan degeneratif (granulasi toksik) di PMN. Keakuratan prediksi
positif sistem penilaian umumnya rendah, kecuali jika skor sangat tinggi.8 Panel
skrining sepsis umumnya termasuk indeks neutrofil dan reaktan fase akut (biasanya
konsentrasi CRP). Nilai prediktif positif panel sepsis pada neonatus rendah (99%) 15.
Kultur darah adalah standar diagnosis sepsis neonatal; memiliki spesifisitas tinggi tetapi
sensitivitas rendah untuk infeksi invasif. Saat ini tidak ada biomarker alternatif yang
dapat diandalkan12.
15
Tabel 1. Kriteria Diagnosis Sepsis
16
Tabel 2. Tes Skrining Sepsis
Tes skrining sepsis (Tabel 1) berguna untuk menentukan terapi antimikroba pada
neonatus “berisiko tinggi” yang tampak sehat14.
Tabel 3. Algoritma Pencegahan Awal Infeksi Grup B Streptokokus
17
3.5 Tatalaksana
Pengobatan optimal bayi dengan dugaan awal sepsis adalah agen antimikroba
spektrum luas (ampisilin dan aminoglikosida). Setelah patogen diidentifikasi, terapi
antimikroba harus dipersempit sesuai hasil kultur. Terapi antimikroba harus dihentikan
setelah 48 jam dalam situasi klinis risiko sepsis rendah. Data terbaru menunjukkan
adanya hubungan antara pengobatan antibiotik spektrum luas jangka panjang empiris
bayi prematur (≥5 hari) dan meningkatnya risiko sepsis awitan lambat, necrotizing
enterocolitis, dan kematian16. Penelitian menunjukkan peningkatan resistensi
community acquired sepsis terutama disebabkan oleh Klebsiella spp. dan S. Aureus 17.
Data resistensi in vitro menunjukkan bahwa sefalosporin generasi ketiga tidak lebih
efektif dalam mengobati sepsis daripada rekomendasi antibiotik saat ini yaitu
benzilpenisilin dan gentamisin17. Saat ini belum ada bukti penelitian bahwa satu
régimen antibiotik lebih baik dibandingkan lainnya dalam penanganan sepsis neonatal
awitan dini18.
3.6 Prognosis
Prognosis sepsis neonatorum tergantung diagnosis dan terapi. Prognosis sepsis
neonatorum adalah baik apabila diagnosis dilakukan secara dini dan terapi yang
diberikan secara tepat. Angka kematian dapat meningkat apabila manifestasi klinis dan
faktor risiko sepsis neonatorum tidak teridentifikasi secara baik. Rasio kematian pada
sepsis neonatorum mencapai dua sampai empat kali lebih tinggi pada bayi kurang bulan
dibandingkan bayi cukup bulan.
18
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Dasar Diagnosis
Pasien lahir dengan berat badan 3,060 gram yang merupakan berat badan lahir
baik serta cukup bulan dengan pemeriksaan ballard score didapatkan score 38 (35-40
minggu). Ibu pasien memiliki riwayat ketuban bercampur meconium sehingga pasien
dicurigai mengalami sepsis awaitan dini atau EOS.
Pada saat persalinan, bayi lahir langsung menangis namun pelan, kulit merah,
dan tonus otot baik. Setelah disedot cairan melalui mulut dan hidung, dan bayi
dirangsang, bayi menangis keras. Hal ini menyebabkan APGAR score pasien
Pada siang hari, 3 jam setelah bayi lahir dilakukan pemeriksaan darah lengkap
untuk mendiagnosa sepsis awitan dini, dan didapatkan nilai trombosit yang lebih rendah
dari normal yaitu 119ribu/mm3, MPV 6,23 fl, dan peningkatan RDW CV 16,3%. Dari
Sehingga dapat disimpulkan pasien mengalami sepsis awitan dini resiko rendah
dikarenakan tidak didapatkan gejala atau tanda sepsis pada pemeriksaan fisik dan
penunjang, namun terdapat faktor resiko dari ibu yang mengalami ketuban bercampur
meconium saat persalinan yang mengindikasikan gejala atau tanda infeksi intra-amnion.
Tatalaksana bayi aterm atau cukup bulan dengan sepsis awitan dini resiko
rendah yaitu membersihkan jalan nafas, memulai pernafasan, merawat tali pusat dan
mata, dan memberikan vitamin K pada bayi, dilanjutkan pemenuhan kebutuhan cairan
selama 24 jam pertama berupa larutan infus D10 180cc, diberikan susu formula 6 jam
setelah masa observasi dikarenakan ibu masih belum bisa menyusui langsung.
19
Penatalaksanaan pada suspek sepsis awitan dini adalah penggunaan
antibiotik amphicilin dengan dosis 2x150 mg IV. Ampisilin adalah antibiotic yang
endokarditis. Obat ini juga digunakan untuk mencegah infeksi streptokokus grup B pada
bayi baru lahir. Ampisilin aktif melawan sebagian besar bakteri gram-positif dan
sebagian kecil bakteri gram-negatif, sehingga dapat dikatakan memiliki spektrum luas.
Obat ini bekerja dengan cara menembus dinding sel bakteri gram-positif dan beberapa
bakteri gram negatif dan selanjutnya menghambat secara irreversibel dari enzyme
transpeptidase yang dibutuhkan bakteri untuk sintesis dinding sel. Pada pasien juga
diberikan gentamisin dengan dosis 2x16 mg IV. Gentamisin diberikan pada bayi yang
yang aktif terhadap bakteri gram negatif dan sebagian bakteri gram positif dan bekerja
20
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan dan Saran
EOS atau sepsis awitan dini adalah sepsis yang terjadi dalam 24 jam, atau terjadi
dalam 24 jam sampai 6 hari, atau ada juga yang menyatakan terjadi dalam 72 jam,
sedangkan LOS adalah sepsis yang terjadi >6 hari atau >72 jam. Selain itu, ada juga
istilah very late onset sepsis, yaitu onset >30 hari. Tatalaksana sepsis awitan dini adalah
meningitis, endokarditis. Obat ini juga digunakan untuk mencegah infeksi streptokokus
grup B pada bayi baru lahir. Penggunaan antibiotic gentamisin pada bayi yang
pada bayi baru lahir dan diharapkan makalah ini bisa digunakan sebagai pelengkap dan
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Ceccon ME. Novas perspectivas na sepse neonatal. Pediatria (São Paulo).
2. Lewis DB, Wilson CB. Developmental immunology and role of host defenses
JO, penyunting. Infectious diseases of the fetus and newborn infant. Edisi
3. Stoll BJ, Hansen N, Fanaroff AA, Wright LL, Carlo WA, Ehrenkranz RA,
dkk. Late-onset sepsis in very low birth weight neonates: the experience of
Intensive Care Unit (NICU) RSUD Wangaya kota Denpasar. Intisari Sains
Medis. 2018;X(I):18–22
22
Pendahuluan Metode Rancangan penelitian adalah kasus kontrol. 2016;4:85–
93.
9. Roeslani RD, Amir I, Nasrulloh MH, Suryanil. Penelitian awal: Faktor resiko
http://kidshealth.org/parent/medical/lungs/meconium. html.
12. Obiero CW, Seale AC, Berkley JA. Empiric treatment of neonatal sepsis in
Definitions for sepsis and organ dysfunction in pediatrics. Pediatr Crit Care
Med. 2005;6:2–8
14. Benitz WE. Adjunct laboratory tests in the diagnosis of early-onset neonatal
15. Polin RA. Committee on fetus and newborn. Management of neonates with
2012;129(5):1006–15
16. Centers for Disease Control and Prevention. Prevention of perinatal group B
23
17. Downie L, Armiento R, Subhi R, Kelly J, Clifford V, Duke T. Community
302033
18. Mtitimila EI, Cooke RW. Antibiotic regimens for suspected early neonatal
24