Anda di halaman 1dari 45

PRESENTASI KASUS

DIABETES MELLITUS DALAM KEHAMILAN

Pembimbing:

dr. Reza Tigor Manurung, Sp.OG (K)

Penyusun :

Abdul Rahman(41181396100018)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI

FAKULTAS KEDOKTERAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

PERIODE AGUSTUS – OKTOBER 2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan izin-Nya penulis
dapat menyelesaikan presentasi kasus yang berjudul ”DIABETES MELLITUS
DALAM KEHAMILAN” ini.
Presentasi kasus ini disusun sebagai salah satu tugas dalam mengikuti
kepaniteraan klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan di Rumah Sakit
Umum Pusat Fatmawati. Selain itu, penulis juga ingin lebih memahami tentang
penyakit Diabetes Mellitus Gestasional itu sendiri.
Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada dr. Reza Tigor Manurung, Sp.OG(K) selaku pembimbing.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam proses pembuatan presentasi kasus ini.
Penulis menyadari pada penulisan presentasi kasus ini masih terdapat
banyak kekurangan, untuk itu penulis menerima kritik dan saran yang membangun
untuk penyempurnaan presentasi kasus ini.
Akhir kata, penulis mengharapkan semoga presentasi kasus ini dapat
berguna dan memberikan manfaat bagi kita semua. Aamiin.

Jakarta, 22 September 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I ...................................................................................................................... 2

PENDAHULUAN .................................................................................................. 2

BAB II ..................................................................................................................... 4

ILUSTRASI KASUS .............................................................................................. 4

KASUS 1 ............................................................................................................. 4

KASUS 2 ........................................................................................................... 10

KASUS 3 ........................................................................................................... 16

BAB III ................................................................................................................. 21

TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 22

Definisi .............................................................................................................. 23

Epidemiologi ..................................................................................................... 23

Faktor Risiko ..................................................................................................... 23

Klasifikasi ........................................................... Error! Bookmark not defined.

Patofisiologi....................................................................................................... 24

Manifestasi Klinis............................................... Error! Bookmark not defined.

Diagnosis ........................................................................................................... 28

Komplikasi ........................................................................................................ 29

Bagi janin ....................................................................................................... 29

Bagi Ibu.......................................................................................................... 30

Tatalaksana ........................................................................................................ 31

Prognosis ........................................................................................................... 36

BAB IV ................................................................................................................. 37

ANALISIS KASUS .............................................................................................. 37

iii
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 42

iv
BAB I

PENDAHULUAN
Diabetes Mellitus merupakan salah satu penyulit medik yang sering terjadi
selama kehamilan. Angka kejadian 3-5% dari semua kehamilan. Peningkatan angka
kematian dan angka kesakitan perinatal pada kehamilan dengan DM berkolerasi
langsung dengan kondisi hiperglikema pada ibu. Kelainan bawaan janin saat ini
merupakan salah satu penyebab kematian perinatal pada 10% kasus kehamilan
dengan DM tipe 1 dan tipe 2 yang tidak teregulasi dengan baik. Bayi-bayi dengan
makrosomia akan terjadi kelambatan maturasi paru janin yang akhirnya juga
meningkatkan kejadian RDS. Kejadian kematian janin intrauterin yang terjadi pada
kasus-kasus kehamilan dengan DM juga dikaitkan dengan kondisi hiperglikemia
yang berakhir dengan keadaan acidosis laktat.
Peningkatan angka penderita penyakit ini akan terjadi di negara berkembang
karena pertumbuhan populasi, penuaan, diet yang tidak sehat, obesitas dan kurang
aktivitas fisik. Di Indonesia, menurut data Riset Kesehatan Dasar 2013 didapatkan
proporsi kejadian DM sebesar 6,9% pada penduduk usia ≥ 15 tahun.1 DM
Gestasional adalah salah satu jenis DM yang terjadi pada ibu hamil. WHO (2013)
mendefinisikan DM Gestasional sebagai derajat apapun intoleransi glukosa dengan
onset atau pengakuan pertama selama kehamilan. Kehamilan sendiri merupakan
stres bagi metabolisme karbohidrat ibu. Pada kehamilan terjadi peningkatan
produksi hormon-hormon antagonis insulin, antara lain: progesteron, estrogen,
human placenta lactogen, dan kortisol. Peningkatan hormon-hormon tersebut
menyebabkan terjadinya resistensi insulin dan peningkatan kadar glukosa darah.
DM Gestasional menyebabkan komplikasi yang signifikan dan berpotensi bagi ibu
dan janin termasuk preeklampsia, eklampsia, polihidramnion, makrosomia janin,
trauma kelahiran, kelahiran operatif, komplikasi metabolik neonatal dan kematian
perinatal.2
DM Gestasional meningkatkan morbiditas neonatus, yaitu hipoglikemia,
ikterus, polisitemia, dan makrosomia. Hal ini terjadi karena bayi dari ibu DM
Gestasional mensekresi insulin lebih besar sehingga merangsang pertumbuhan bayi
dan makrosomia. DM Gestasional juga dapat meningkatkan risiko bagi ibu 3-5%

2
untuk menjadi DM di masa mendatang. Wanita dengan DM Gestasional hampir
tidak pernah memberikan keluhan, sehingga perlu dilakukan skrining. Deteksi dini
sangat diperlukan untuk menjaring DM Gestasional agar dapat dikelola sebaik-
baiknya terutama dilakukan pada ibu dengan faktor risiko. Dengan adanya deteksi
dini pada ibu hamil juga dapat membantu untuk meningkatan kesejahteraan ibu baik
selama kehamilan ataupun sesudah masa kehamilan.3

3
BAB II

ILUSTRASI KASUS

KASUS 1
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. A
No. RM : 01648716
Usia : 29 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : Tamat SLTA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status Perkawinan : Kawin

II. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Mulas-mulas sejak 1 hari SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien masuk ke IGD RSUP Fatmawati pada tanggal 30 Juli 2019
rujukan dari RS Hermina Ciputat. Pasien mengeluhkan mules sejak 1 hari
SMRS, keluar cairan, keluar darah disangkal. Gerak janin aktif. Pasien
mengaku hamil 8 bulan, HPHT pasien lupa. Pasien rutin ANC di RSIA
Ananda lebih dari 5 kali. Setiap control pasien melakukan USG namun saat
ini pasien tidak membawa hasil USG. 3 tahun yang lalu pasien mengalami
sering haus, sering berkemih dan sering ngemil tapi berat badan menurun.
Saat itu pasien berobat ke RS dan dikatakan mengalami DM (gula darah
saat itu lupa). Saat ini pasien menggunakan obat novorapid 3x16 IU dan
lantus 1x22 IU.

4
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat tekanan darah tinggi, penyakit jantung dan asma sebelumnya
disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada riwayat penyakit kencing manis, tekanan darah tinggi,
penyakit jantung, asma, liver maupun paru dalam keluarga

Riwayat Menstruasi
Pasien haid pertama kali pada usia 13 tahun, dengan lama haid kurang
lebih 7 hari dan frekuensi ganti pembalut dalam sehari 2-3 kali . Keluhan
nyeri haid tidak ada.

Riwayat Pernikahan
Menikah 1 kali.

Riwayat Kontrasepsi
KB Suntik 3 bulan

Riwayat Sosio-ekonomi
Pasien tidak merokok, tidak konsumsi alcohol, tidak menggunakan obat
terlarang, tidak menggunakan tattoo. Pasien makan 3-4x sehari dan
pasien jarang olahraga.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan Umum : Tampak Sakit Ringan
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda vital :
Tekanan Darah : 140/90 mmHg
Nadi : 100x/menit reguler, kuat angkat, isi cukup
Napas : 20x/menit reguler
Suhu : 36⁰C

5
Berat Badan : 65 kg Tinggi Badan : 158 cm IMT : 26 kg/m2
Kepala : Normosefali
Mata : Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik
Paru : Suara napas vesikuler pada kedua lapang paru, tidak terdapat
ronkhi dan tidak terdapat wheezing
Jantung : Bunyi jantung I-II reguler, tidak ada murmur dan gallop
Abdomen : membuncit sesuai usia kehamilan, bising usus (+) normal
Ekstremitas : Akral hangat, tidak edema, capillary refill time < 2 detik
Kulit : Tidak tampak pucat
Status obstetrik :
TFU 30 cm
Kontraksi ada, reguler
DJJ 140 dpm
I v/u tenang
Io portio licin, OUE tertutup, fluor (-) , fluksus (-)
RT/VT tidak dilakukan
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG 1 Agustus 2019.
JPKTH, TBJ 3200 gr, biometri sesauikehamilan 35 minggu.
Laboratorium:

PEMERIKSAAN HASIL RUJUKAN SATUAN


HEMATOLOGI
Hemoglobin 9.2 11.7-15.5 g/dL
Hematokrit 25 33-45 %
Leukosit 9.0 5-10 ribu/uL
Trombosit 485 150-440 ribu/uL
Eritrosit 14.4 3.8-5.2 juta/uL
VER/HER/KHER/RDW
VER 79.9 80-100 fl
HER 29.1 26-34 pg
KHER 36.5 32-36 g/dL

6
RDW 14.4 11.5-14.5 %
HITUNG JENIS
Basofil 0 0-1 %
Eosinofil 1 1-3 %
Netrofil 64 50-70 %
Limfosit 27 20-40 %
Monosit 5 2-8 %
Luc 2 <5 %
HEMOSTASIS
APTT 26.8 26.3-40.3 detik
Kontrol APTT 30.7 detik
PT 12.1 11.5-14.5 detik
Kontrol PT 13.6 detik
INR 1.01
KIMIA KLINIK
FUNGSI HATI
SGOT 23 0-34 U/L
SGPT 14 0-40 U/L
Albumin 3.9 3.4-4.8 g/dL
FUNGSI GINJAL
Ureum Darah 9 20-40 mg/dL
Kreatinin Darah 0.5 0.6-1.5 mg/dL
DIABETES
Glukosa Darah 84 70-140 mg/dL
Puasa
Glukosa Darah 2 - 80-145 mg/dL
Jam PP
ELEKTROLIT DARAH
Natrium Darah 135 135-147 mmol/L
Kalium Darah 2.15 3.1-5.1 mmol/L
Klorida Darah 106 95-108 mmol/L

7
SERO-IMUNOLOGI
HEPATITIS
HBsAg Non Reaktif Non Reaktif -
Golongan Darah B/Rhesus (+)
URINALISA
Urobilinogen 0.2 <1 E.U./dL
Albumin +2 Negatif
Berat Jenis 1.015 1.005-1.03
Bilirubin Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
Nitrit Negatif Negatif
pH 6 4.8-7.4
Leukosit 5.646 Negatif
Darah/HB Negatif Negatif
Glukosa Urin/Reduksi Negatif Negatif
Warna Kuning Kuning
Kejernihan Jernih Jernih

V. RESUME
Pasien Ny. A 29 tahun, G2P1A0 hamil 33 minggu, BSC 1 kali dengan
DM tipe 2. Pasien masuk ke IGD RSUP Fatmawati pada tanggal 30 Juli
2019 Rujukn dari RS Hermina ciputat.pasien mengeluhkan mules mules
sejak 1 hari SMRS. Tidak ada kleuar air-air dan tidak ada keluar darah dari
jalan lahir. Pasien mengaku hamil 8 bulan (HPHT lupa), pasien rutin ANC
di RSIA Ananda. Pasien didiagnosis sebagai DM tipe 2 sejak 3 tahun yang
lalu. Pasien saat ini masih dilakukan terapi DM dengan novorapid dan
lantus. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit sedang,
compos mentis, TD 140/90mmHg, konjungtiva anemis, pemeriksaan status
generalis lainnya dalam batas normal. Pemeriksaan TFU didapatkan 30cm,
DJJ 140dpm, kontraksi tidak ada,Vulva uretra tenang, OUE tertutup, tidak
ada perdarahan. Dari hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan anemia

8
(HB 9.2 g/dl), urin albumin +2. Hasil USG JPKTH, biometri sesuai usia
kehamilan 35 minggu. Pada 4 Agustus dilakukan SC atas indikasi PEB,
BSC 1 X dan lahir bayi laki-laki dengan berat 3200 gram, PB 47cm, sedikit
kuning, A/S 9/10, KGDH 41mg/74mg/62mg. pasien mendapat terapi
oksitosin 20IU/8 jam selama 24 jam, MgSo4 1g/jam syringepump,
seftriaxone 1x2 gram iv, ketorolac 3x1 amp iv, nivedipine 4x1 tab po,
sulfasferosus 1x1tab, novorapid 3x16 IU, lantus 1x22IU. Pasien pulang
rawat pada 7 agustus 2019 dan mendapat obat pulang sulfasferosus 1x1 tab,
asammefenamat 500mg 3 dd tab 1, ranitidine 2 dd tab 1, novorapid 3x16
IU, lantus 1x22 IU. Pasien kontrol ulang dipoli Obgyn pada tanggal 16
agustus 2019. Saat kontrol pasien dilakukan GV dan mendapat gentamicin
salep.

VI. DIAGNOSIS
G2P1A0 hamil 33 minggu, JPKTH, BSC 1 kali
Ibu dengan:
- PEB
- DMT II dd/ DMG
- Anemia ( HB : 9.2 g/dl)

VII. TATALAKSANA
- Edukasi kondisi ibu dan janin
- Konsul IPD mengenai tatalaksana diabetes mellitus
- Pematangan paru: deksametason 2x6 gr, selama 2 hari.
- Tokolitik: nifedipin 4x10 mg.
- MgSo4 1g/jam syringe pump.

9
KASUS 2
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. IPK
No. RM : 01707250
Usia : 28 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : Tamat SLTP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status Perkawinan : Kawin

II. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Keluar air-air 4 jam SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien masuk IGD RSUP fatmawati pada tanggal 15 agustus 2019
dengan keluhan keluar cairan 4 jam SMRS, cairan berwarnah bening
tidak disertai darah. Gerak janin aktif. HPHT pasien 15 januari 2019.
Pasien ANC 6 kali di RS buah hati ciputat. 3 hari yang lalu pasien
dirawat di RS Buah hati karena perut mules-mules dan saat itu dilakukan
pematangan paru. Pasien mengalami keputihan sejak 1 bulan yll. Pasien
mengalami diabetes melitus. Pasien didiagnosis DM sejak tahun 2014.
Sejak saat itu pasien konsumsi metformin dan glibenclamid tapi tidak
rutin.

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat tekanan darah tinggi sejak 10 tahun terakhir, tidak terkontrol
karena pasien tidak rutin berobat.

Riwayat Penyakit Keluarg

10
Tidak ada riwayat penyakit tekanan darah tinggi, penyakit jantung,
asma, liver maupun paru dalam keluarga. Ibu menderita diabetes
mellitus.

Riwayat Menstruasi
Pasien haid pertama kali pada usia 12 tahun, dengan lama haid kurang
lebih 7 hari dan frekuensi ganti pembalut dalam sehari sebanyak 3 kali.
Keluhan nyeri haid tidak ada.

Riwayat Pernikahan
Pasien menikah 1 kali
Riwayat Kehamilan
Saat ini kehamilan yang kedua dan sudah melahirkan sebanyak dua kali
dengan rincian sebagai berikut:
1. Tahun 2014, aterm, lahir bayi perempuan 2200gram, dilakukan
sesar atas indikasi KPD. Saat ini anak dalam keadaan sehat.
2. Tahun 2019. Preterm, lahir bayi perempuan 1800gram, pervaginam

Riwayat Kontrasepsi
Pasien KB suntik 3 bulan
Riwayat Sosio-ekonomi
Pasien merupakan ibu rumah tangga.

III. PEMERIKSAAN FISIK

11
Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda-Tanda Vital :
Tekanan Darah : 127/72 mmHg
Nadi : 88x/menit, reguler, kuat angkat, isi cukup
Napas : 16x/menit, tidak teratur
Suhu : 36⁰C
Antropometri :
Berat badan :
Tinggi Badan :
Kepala : Normosefali
Mata : konjungtiva pucat +/+, sklera tidak ikterik
Paru : retraksi iga sterna dan suprasernal +/+
ronkhi +/+, wheezing -/-

Jantung : BJ I-II reguler, tidak ada galloup dan murmur

Abdomen : Membuncit, ascites (+)

Ekstermitas : Akral dingin, edema +/+, capillary refill time <2 s

Kulit : Tampak pucat

Status Obstetrik :
TFU 24 cm
His tidak ada
Kontraksi tidak ada
DJJ 144 dpm

I v/u tenang, perdarahan aktif (-)

Io tidak dilakukan (posisi pasien duduk tegak)

RT/VT tidak dilakukan (posisi pasien duduk tegak)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

12
USG TV:
JPKTH, taksiran usia 31 minggu, ICA 8.
Laboratorium:

PEMERIKSAAN HASIL RUJUKAN SATUAN


HEMATOLOGI
Hemoglobin 11.5 11.7-15.5 g/dL
Hematokrit 35% 33-45 %
Leukosit 10.3 5-10 ribu/uL
Trombosit 255 150-440 ribu/uL
Eritrosit 4.114.04 3.8-5.2 juta/uL
VER/HER/KHER/RDW
VER 87 80-100 fl
HER 28.4 26-34 pg
KHER 32.6 32-36 g/dL
RDW 14.3 11.5-14.5 %
HITUNG JENIS
Basofil 0 0-1 %
Eosinofil 1 1-3 %
Netrofil 64 50-70 %
Limfosit 27 20-40 %
Monosit 5 2-8 %
Luc 2 <5 %
HEMOSTASIS
APTT 26.8 26.3-40.3 detik
Kontrol APTT 30.7 detik
PT 12.1 11.5-14.5 detik
Kontrol PT 13.6 detik
INR 1.01
KIMIA KLINIK
FUNGSI HATI
SGOT 44 0-34 U/L

13
SGPT 15 0-40 U/L
Albumin 3.40 3.4-4.8 g/dL
FUNGSI GINJAL
Ureum Darah 21 20-40 mg/dL
Kreatinin Darah 0.7 0.6-1.5 mg/dL
DIABETES
Glukosa Darah 225 70-140 mg/dL
Puasa
Glukosa Darah 2 - 80-145 mg/dL
Jam PP
ELEKTROLIT DARAH
Natrium Darah 138 135-147 mmol/L
Kalium Darah 3.4 3.1-5.1 mmol/L
Klorida Darah 104 95-108 mmol/L
SERO-IMUNOLOGI
HEPATITIS
HBsAg Non Reaktif Non Reaktif -
Golongan Darah B/Rhesus (+)

V. RESUME

Pasien Ny. IPK 28 tahun, G2P1A0 hamil 31 minggu. Masuk ke IGD RSUP
Fatmawati dengan keluhan keluar air-air 4 jam SMRS. Cairan berwarna bening
tidak disertai darah. pasien mengalami keputihan sejak 1 bulan yll. Keputihan tidak
disertaui gatal dan tidak ada rasa terbakar. Pasien mengalami diabetes melitus.
Pasien didiagnosis DM sejak tahun 2014. Sejak saat itu pasien konsumsi metformin
dan glibenclamid tapi tidak rutin. Pada Tahun 2014, pasien dilakukan SC, aterm,
lahir bayi perempuan 2200gram, dilakukan sesar atas indikasi KPD. Saat ini anak
dalam keadaan sehat. Pada tanggal 24 agustus 2019 pasien dilakukan persalinan
pervaginam dan lahir bayi perempuan dengan berat lahir 1800gr, A/S 8/9, GDS
44mg/dl. Pasien mendapat terapi nifedipin 10mg 4 dd tab 1, metformin 500mg 3 dd

14
tab 1, lovemir 20IU I dd tab 1. Pasien pulang rawat pada tanggal 25 agustus 2019
dan mendapat terapi metformin 500mg 3 dd tab1 dan lovemir 20 IU 1 dd 1.

VI. DIAGNOSIS
G2P1A0 hamil 31 minggu, JPKTH, BSC 1 X, KPD 4 jam SMRS, ibu
dengan DM tipe 2

VII. TATALAKSANA
1. Nifedipin titrasi/ 20 menit dilanjut 4x10 mg
2. Konsul IPD

15
KASUS 3
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. NH
No. RM : 01706132
Usia : 35 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : Tamat SLTA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status Perkawinan : Kawin

II. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Pasien rujukan dari RSUD Tebet dengan PEB susp IUGR

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien masuk IGD RSUP Fatmawati pada tanggal 9 agustus 2019
rujukan dari RSUD tebet dengan diagnosis PEB. Pasien mengeluhkan
perut mules mules sejak 7 jam SMRS. Pasien mengaku hamil 32
minggu. Pasien rutin ANC di puskesmas. Saat ini tidak ada keluar air-
air, tidak ada keluar lender, tidak ada keluar darah dari jalan lahir.
Gerakan janin aktif, psasien tidak pernah mengalami keputihan baik
sebelum maupun saat hamil. Nyeri kepala frontal (-), nyeri ulu hati (-),
mual (+), muntah (-). Saat awal kehamilan pasien dikatakan mengalami
peningkatan kadar gula darah (GDS >200mg/dl). Sejak saat itu pasien
mendapat terapi insulin diusia 3 bulan kehamilan. Selama hamil, pasien
juga mengalami peningkatan tekanan darah, tekanan darahg tertinggi
180/100 mmHg dan pasien mendapat terapi nifedipin.

Riwayat Penyakit Dahulu

16
Tidak ada riwayat tekanan darah tinggi , kencing manis dan asma
sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada riwayat penyakit tekanan darah tinggi, penyakit jantung,
asma, liver maupun paru dalam keluarga. Ibu menderita diabetes
mellitus.

Riwayat Menstruasi
Pasien haid pertama kali pada usia 12 tahun, dengan lama haid kurang
lebih 7 hari dan frekuensi ganti pembalut dalam sehari sebanyak 3 kali.
Keluhan nyeri haid tidak ada.

Riwayat Pernikahan
Pasien menikah 1 kali

Riwayat Kehamilan
Saat ini kehamilan yang ketiga dengan rincian sebagai berikut:
1. Lahir bayi perempuan BB 1700gram, 32 minggu, pervaginam di RS.
2. Abortus pada usia kehamilan 12 minggu
3. Lahir bayi perempuan BB 1300gram, 31 minggu, dengan SC
4. Hamil sekarang

Riwayat Kontrasepsi
KB suntik 3 bulan

Riwayat Sosio-ekonomi
Pasien merupakan ibu rumah tangga

III. PEMERIKSAAN FISIK

17
Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda-Tanda Vital :
Tekanan Darah : 162/98 mmHg
Nadi : 92x/menit, reguler, kuat angkat, isi cukup
Napas : 20x/menit
Suhu : 36,5⁰C
Antropometri :
Berat badan : 72 kg
Tinggi Badan : 158 cm
IMT : 32,8 kg/m2
Kepala : Normosefali
Mata : konjungtiva pucat -/-, sklera tidak ikterik
Paru : vesikuler-vesikuler, wheezing -/-, rhonki -/-

Jantung : BJ I-II reguler, tidak ada galloup dan murmur

Abdomen : Membuncit sesuai usia kehamilan

Ekstermitas : Akral hangat, edema -/-, capillary refill time <2 s

Status Obstetrik :
TFU 27 cm
His tidak ada
Kontraksi tidak ada
DJJ 146 dpm

I v/u tenang, perdarahan aktif (-)

Io portio licin, OUE tertutup, fluor (-), fluksus (-)

RT/VT tidak dilakukan

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


USG

18
JPKTH, plasenta di fundus, DJJ 148dpm, ICA 15, TBJ 1200gram,.

Laboratorium

PEMERIKSAAN HASIL RUJUKAN SATUAN


HEMATOLOGI
Hemoglobin 11.8 11.7-15.5 g/dL
Hematokrit 35 33-45 %
Leukosit 7200 5-10 ribu/uL
Trombosit 259 150-440 ribu/uL
Eritrosit 3.97 3.8-5.2 juta/uL
VER/HER/KHER/RDW
VER 81.8 80-100 fl
HER 27.4 26-34 pg
KHER 33.5 32-36 g/dL
RDW 13.5 11.5-14.5 %
HITUNG JENIS
Basofil 0 0-1 %
Eosinofil 1 1-3 %
Netrofil 62 50-70 %
Limfosit 22 20-40 %
Monosit 6 2-8 %
Luc 2 <5 %
HEMOSTASIS
APTT 27.9 26.3-40.3 detik
Kontrol APTT 30.7 detik
PT 12.1 11.5-14.5 detik
Kontrol PT 13.6 detik
INR 1.01
KIMIA KLINIK
FUNGSI HATI
SGOT 23 0-34 U/L

19
SGPT 25 0-40 U/L
Albumin 3.30 3.4-4.8 g/dL
FUNGSI GINJAL
Ureum Darah 9 20-40 mg/dL
Kreatinin Darah 0.7 0.6-1.5 mg/dL
DIABETES
Glukosa Darah 235 70-140 mg/dL
Puasa
Glukosa Darah 2 - 80-145 mg/dL
Jam PP
ELEKTROLIT DARAH
Natrium Darah 138 135-147 mmol/L
Kalium Darah 3.3 3.1-5.1 mmol/L
Klorida Darah 96 95-108 mmol/L
SERO-IMUNOLOGI
HEPATITIS
HBsAg Non Reaktif Non Reaktif -
Golongan Darah B/Rhesus (+)
URINALISA
Urobilinogen 0.2 <1 E.U./dL
Albumin +2 Negatif
Berat Jenis 1.005 1.005-1.03
Bilirubin Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
Nitrit Negatif Negatif
pH 6 4.8-7.4
Leukosit +2 Negatif
Darah/HB Negatif Negatif
Glukosa Urin/Reduksi Negatif Negatif
Warna Kuning Kuning
Kejernihan Jernih Jernih

20
V. RESUME

Pasien masuk IGD RSUP Fatmawati pada tanggal 9 agustus 2019 rujukan
dari RSUD tebet dengan diagnosis PEB. Pasien mengeluhkan perut mules
mules sejak 7 jam SMRS. Pasien mengaku hamil 32 minggu. Pasien rutin ANC
di puskesmas. Saat ini tidak ada keluar air-air, tidak ada keluar lender, tidak ada
keluar darah dari jalan lahir. Gerakan janin aktif, psasien tidak pernah
mengalami keputihan baik sebelum maupun saat hamil. Nyeri kepala frontal (-
), nyeri ulu hati (-), mual (+), muntah (-). Saat awal kehamilan pasien dikatakan
mengalami peningkatan kadar gula darah (GDS >200mg/dl). Sejak saat itu
pasien mendapat terapi insulin diusia 3 bulan kehamilan. Selama hamil, pasien
juga mengalami peningkatan tekanan darah, tekanan darahg tertinggi 180/100
mmHg dan pasien mendapat terapi nifedipin. TD 162/98mmHg, TFU 27cm,
DJJ 146dpm. GDS 235mg/dl, albumin urin +1. Pada tanggal 9 agustus pasien
dilakukan SC atas indikasi PEB, BSC 1 X pada G4P2A1 hamil 32 minggu ibu
dengan hiperglikemia ec DMG. Lahir bayi perempuan BB 1300gram, PB 46cm,
A/S 8/9. Gula darah bayi 74 mg/dl. Pasien mendapat terapi MgSo4 bolus 4 gram
dilanjutkan drip 1g/jam dan nifedipin 4x10 mg. Pasien juga dilakukan
pematangan paru janin dengan dexamethasone 2x6 mg, serta metformin 500 mg
2 dd tab 1.

VI. DIAGNOSIS
Preeklampsia ringan pada G4P2A1 hamil 32 minggu, BSC1X, ibu
dengan hipergilkemia Ec DMG DD DM tipe 2

VII. TATALAKSANA
Observasi KU, TTV, kontraksi, DJJ
MgSo4 bolus 4 gram dilanjutkan drip 1g/jam
Nifedipine 4x10 mg
Metformin 500mg 2 dd tab 1
Deksametason 2x6 mg, selama 2 hari
Pro SC

21
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

22
3.1 Definisi
Diabetes mellitus gestasional (DMG) adalah intoleransi glukosa yang
dimulai atau baru ditemukan pada waktu hamil.4,5 Definisi ini berlaku apakah
insulin digunakan untuk pengobatan atau kondisi terus berlanjut setelah kehamilan.
Ini tidak mengesampingkan kemungkinan bahwa intoleransi glukosa yang belum
diakui mungkin telah mendahului kehamilan.Setelah melahirkan, keadaan
intoleransi ini pada sebagian besar pasien akan berubah menjadi regulasi gula darah
normal. Kata gestasional juga menunjukkan bahwa kelainan ini diinduksi oleh
kehamilan, dan harus dibedakan dengan wanita menderita diabetes yang hamil,
yang disebut sebagai Diabetes Melitus Pragestasional (Diabetes yang mendahului
kehamilan); Konsensus PERKENI nampaknya kurang membedakan 2 hal tersebut,
disamping menyebut intoleransi karbohidrat ringan sebagai Toleransi Glukosa
Terganggu, sedang yang berat sebagai Diabetes Melitus, di mana terminologi ini
kurang dikenal dalam klasifikasi kepustakaan Obstetri; yang ada adalah
subklasifikasi A1 dan A2.

3.2 Epidemiologi
Prevalensi terjadinya diabetes mellitus gestasional secara global akan
mencapai 380 juta pada tahun 2025. Pada tahun 2002 terdapat 131.000 perempuan
hamil dengan diabetes mellitus gestasional di Amerika. Prevalensi GDM bervariasi
di seluruh dunia, yang terdiri dari 1% sampai 14% dari seluruh kehamilan
tergantung pada populasi yang diteliti dan tes diagnostik. GDM lebih mungkin
untuk mengembangkan dalam kelompok - kelompok tertentu perempuan, termasuk
mereka yang memiliki riwayat keluarga diabetes tipe 2, ibu lanjut usia, obesitas
(indeks massa tubuh lebih besar dari 27 kg/m2), dan etnis kulit putih. Afrika
Amerika, Hispanik Amerika, dan perempuan asli Amerika, serta mereka yang
berasal dari anak benua India, tampaknya berisiko lebih besar untuk GDM. Dengan
menggunakan cara dan kriteria diagnosis O’Sullivan - Mahan para peneliti
melaporkan prevalensi DMG antara 1 - 3%. Di Indonesia dengan menggunakan
kriteria yang sama dilaporkan prevalensi DMG antara 1,9 - 3,6%. 6

3.3 Faktor Risiko


Risiko rendah Risiko tinggi

23
a. Usia < 25 tahun a. Usia > 30 tahun
b. Berat badan normal sebelum hamil b. Obesitas
c. Tidak ada histori keluarga/orang tua c. Polycystic ovary syndrome (PCOs)
DM d. Kehamilan yang lalu ada intoleransi glucosa
d. Tidak ada histori kelainan toleransi e. Kehamilan yang lalu dengan bayi besar (>
glukosa 4000g)
e. Tidak ada histori obstetri yang jelek f. Riwayat kematian janin dalam rahim yang
f. Bukan dari kelompok etnis dengan tidak diketahui sebabnya
prevalensi tinggi untuk DM g. Keluarga dengan DM tipe 2 (first-degree
relatives)

3.4 Klasifikasi dan Kriteria Diagnosis


Terdapat 4 macam klasifikasi diabetes, yaitu 4 :

1. Diabetes tipe 1 yang disebabkan oleh destruksi sel yang akan menyebabkan
difisiensi absolut insulin.
2. Diabetes tipe 2 yang disebabkan oleh defek sekresi insulin yang progresif
karena adanya insulin yang resisten.
3. Tipe spesifik diabetes lainnya, disebabkan oleh faktor genetic, penyakit
eksokrin pancreas atau obat-obatan.
4. Diabetes mellitus gestasional.

24
Pembagian klasifikasi Diabetes Mellitus Gestasional berdasarkan kriteria
White 6

3.5 Patofisiologi
Sebagian pada kehamilan ditandai dengan adanya resistensi insulin dan
hiperinsulinemia, pada beberapa perempuan hal ini menjadi faktor predisposisi
terjadinya DMG. Resistensi ini terjadi karena ada hormone diabetogenik yang
berasal dari plasenta yang terdiri atas hormone pertumbuhan ( growth hormone ),
corticotropin releasing hormone, placental lactogen, dan progesterone. Hormone
ini bertujuan untuk menjamin cukupnya pasokan nutrisi untuk janin.7 Akan terjadi
DMG jika fungsi pancreas ternyata tidak mencukupi keadaan resistensi insulin yang
terjadi akibta perubahan hormonal ini4.

Metabolisme karbohidrat wanita hamil dan tidak hamil sangat berbeda yang
ditandai dengan adanya hipoglikemia puasa, hiperglikemia postprandial yang
memanjang dan hiperinsulinisme terutama pada trimester tiga. Gambar dibawah ini
dapat memperjelas pernyataan diatas. Efek kehamilan yang memperberat diabetes
melitus yang sebelumnya telah diderita ibu hamil, ataupun menimbulkan diabetes
gestasional disebut sebagai efek diabetogenik.

Tujuan mekanisme ini adalah untuk mempertahankan pasokan glukosa


postprandial untuk janin. Mekanisme ini juga sesuai dengan timbulnya resistensi
perifer terhadap insulin yang ditandai dengan peningkatan respons insulin terhadap
glukosa, baik dalam jumlah maupun lamanya, adanya pengurangan penggunaan
glukosa perifer dan adanya penekanan respons glucagon.

25
Etiologi Diabetes Mellitus6

Sekresi insulin pada kehamilan normal dan DMG meningkat selama


kehamilan dan mencapai puncaknya pada trimester tiga, tetapi pada DMG
jumlahnya lebih sedikit. Dibandingkan dengan wanita tidak hamil, puncak
plasma insulin selama OGTT tercapai lebih lambat, dan terjadi perbedaan
respon insulin pada fase 1, selain ditemukannya juga hipertropi, hiperplasia,
dan hipersekresi sel B pankreas. Juga didapatkan konsentrasi asam lemak
bebas, trigliserida dan kholesterol pada wanita hamil puasa yang lebih tinggi
yang disebut oleh Freinkel dkk sebagai accelerated starvation. Rendahnya
autoantibodi ICA, IAA dan GAD menunjukkan tidak adanya kerusakan sel
B pankreas oleh autoantibodi, tetapi banyak ahli berpendapat bahwa ibu
hamil dengan DMG nampaknya merupakan fase awal proses IDDM.
Perubahan metabolisme karbohidrat ini seharusnya menyebabkan

26
penapisan maupun diagnosis DMG tidak sama dengan wanita yang tidak
hami

27
Proses yang terjadi pada kehamilan dengan DMG7

3.6 Diagnosis
Menurut American Diabetes Association, teknik skrining dianjurkan bagi
semua wanita hamil dengan cara :
1. Pasien diberikan 50 gr beban glukosa oral, lalu kadar gula darahnya
diperiksa 1 jam kemudian. Bila kadar glukosa plasma > 140 mg/dl
maka perlu dilanjutkan dengan tes toleransi glukosa 3 jam atau 2
jam.
2. Jika pemeriksaan awal glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dl atau
glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dl, maka dilakukan pemeriksaan
ulangan. Jika sama, pemeriksaan tes toleransi glukosa oral tidak
diperlukan lagi.
3. Untuk tes toleransi glukosa oral American Diabetes Association
ngusulkan dua jenis tes, yaitu yang disebut tes toleransi glukosa
oral 3 jam dan 2 jam. Perbedaan utama yaitu jumlah beban glukosa,
yaitu pada yang 3 jam menggunakan beban glukosa 100 gram,
sedangkan yang 2 jam hanya menggunakan 75 gram glukosa.
4. Penilaian hasil tes toleransi glukosa oral 3 jam maupun yang 2 jam
sama, yaitu dengan ditemukannya dua atau lebih angka yang
abnormal.
Glukosa Plasma (mg/dl)
Waktu Plasma Level National Plasma or Serum
pengukuran Diabetes Data Group Glucose of Carpenter
and Coustan
Puasa 105 95
1 Jam 190 180
2 Jam 165 155
3 Jam 145 140

World Health Organization (WHO) merekomendasikan kriteria diagnostik


menggunakan tes beban glukosa oral 75 gr. Diabetes melitus gestasional
didiagnosis bila:8

28
Nilai Glukosa Plasma Puasa dan Tes Toleransi Glukosa Oral dengan Beban
Glukosa 75 gr
Glukosa plasma puasa
Normal < 110 mg/dl
Glukosa Puasa Terganggu ≥ 110 mg/dl - < 126mg/dl
Diabetes Melitus ≥ 126 mg/dl
Glukosa plasma 2 jam setelah pemberian 75gr glukosa oral
Normal < 140mg/dl
Toleransi Glukosa Terganggu ≥ 140mg/dl - < 200mg/dl
Sedang puasa < 126 mg/dl
Diabetes Melitus ≥ 200mg/dl

Tujuan skrining diabetes melitus gestasional adalah untuk


meningkatkan kewaspadaan ibu hamil dan meyakinkan seorang ibu untuk
melakukan pemeriksaan skrining setelah melahirkan.9
Bila diabetes melitus gestasional tidak terdiagnosis, maka pemeriksaan
gula darah diulang pada minggu 24 – 28 kehamilan atau kapanpun ketika
pasien mendapat gejala yang menandakan keadaan hiperglikemia (kadar gula
di dalam darah berlebihan).10

3.7 Komplikasi

Bagi janin
Sebagian besar wanita yang mengalami diabetes melitus gestasional dapat
melahirkan bayi yang sehat. Akan tetapi, diabetes gestasional yang tidak dimonitor
dengan baik dapat mengakibatkan kadar gula darah yang tidak terkontrol dapat
menyebabkan masalah kesehatan pada sang ibu dan bayi, termasuk kemungkinan
untuk melahirkan dengan cara operasi caesar. Berikut adalah beberapa resiko yang
dapat terjadi akibat diabetes gestasional11 :

1. Bayi lahir dengan berat berlebih.


Kadar glukosa yang berlebih dalam darah dapat menembus plasenta, yang
megakibatkan pankreas bayi akan memproduksi insulin berlebih. Hal ini

29
dapat menyebabkan bayi tumbuh terlalu besar (macrosomia). Bayi yang
terlalu besar dapat mengakibatkan bayi terjepit ketika melewati jalan lahir,
dan beresiko untuk terjadinya luka saat lahir yang membutuhkan operasi
caesar untuk melahirkannya.
2. Lahir terlalu awal dan sindrom sulit untuk bernafas.
Ibu dengan kadar gula darah yang tinggi dapat meningkatkan resiko untuk
melahirkan sebelum waktunya. Atau dapat juga dokter yang menyarankan
demikian, karena bayinya tumbuh terlalu besar. Bayi yang dilahirkan
sebelum waktunya dapat mengalami sindrom sulit untuk bernafas. Bayi
yang mengalami sindrom tersebut memerlukan bantuan pernafasan hingga
paru-parunya sempurna. Bayi yang ibunya mengalami diabetes gestasional
juga dapat mengalami sindrom sulit untuk bernafas meskipun dilahirkan
tepat waktu.
3. Kadar gula darah rendah (hipoglikemia).
Terkadang, bayi dari ibu yang mengalami diabetes gestasional mempunyai
kadar gula darah yang rendah (hipoglikemia) setelah dilahirkan, karena
kadar insulin dalam tubuhnya yang tinggi. Hipoglikemia berat yang dialami
oleh bayi, dapat mengakibatkan kejang pada bayi. Pemberian nutrisi secara
cepat, terkadang juga dengan pemberian cairan glukosa secara intra vena
dapat mengembalikan kadar gula darah bayi kembali ke normal.
4. Bayi kuning (jaundice).
Warna kekuningan pada kulit dan mata dapat terjadi bila hati bayi belum
berfungsi dengan sempurna untuk memecah zat yang bernama bilirubin,
yang secara normal terbentuk ketika tubuh mendaur ulang sel darah merah
yang tua ataupun rusak. Meskipun jaundice tidak menimbulkan
kekhawatiran, tetapi pengawasan secara menyeluruh tetap diperlukan.
5. Diabetes tipe 2 di kemudian hari.
Bayi dari ibu yang mengalami diabetes gestasional mempunyai resiko lebih
besar untuk menderita obesitas dan diabetes tipe 2 di kemudian hari.
6. Kematian pada bayi, baik sebelum ataupun setelah lahir.

Bagi Ibu
1. Tekanan darah tinggi, preeklampsia dan eklampsia

30
Diabetes melitus gestasional akan meningkatkan resiko ibu untuk
mengalami tekanan darah yang tinggi selama kehamilan. Hal tersebut juga
akan meningkatkan resiko ibu untuk terkena preeklampsia dan eklampsia,
yaitu 2 buah komplikasi serius dari kehamilan yang menyebabkan naiknya
tekanan darah & gejala lain, yang dapat membahayakan ibu maupun sang
buah hati.
2. Diabetes di kemudian hari
Jika mengalami diabetes melitus gestasional, maka kemungkinan besar
akan mengalami kembali pada kehamilan berikutnya. Selain itu, ibu juga
beresiko untuk menderita diabetes tipe 2 di kemudian hari. Akan tetapi
dengan mengatur gaya hidup seperti makan makanan yang bernutrisi dan
berolahraga dapat mengurangi resiko terkena diabetes tipe 2 nantinya.

3.8 Tatalaksana
Selain monitoring, terapi diabetes dalam kehamilan adalah10 :
a. Diet
Terapi nutrisi adalah terapi utama di dalam penatalaksanaan diabetes.
Tujuan utama terapi diet adalah menyediakan nutrisi yang cukup bagi ibu
dan janin, mengontrol kadar glukosa darah, dan mencegah porsi sekali
makan dalam jumlah yang banyak dan makanan yang mengandung
karbohidrat dalam jumlah besar. Dianjurkan dalam sehari untuk makan
sebanyak 6 kali sehari dengan 3 makanan utama dan 3 makanan
pendamping untuk membatasi jumlah intake glukosa kedalam peredaran
darah. Diet harus berupa makanan dengan karbohidrat kompleks dan
selulosa. Jumlah karbohidrat yang dikonsumsi tidak boleh lebih dari 50%
dalam aturan diet dengan memperhatikan jumlah intake protein dan lemak.
Diet yang dilakukan harus disupervisi ahli gizi. Untuk wanita dengan
obesitas (IMT >30 kg/m2), pembatasan kalori sebanyak 30-33% (25
kkal/kgBB/hari) terbukti menurunkan hiperglikemia dan kadar trigliserida
plasma tanpa menyebabkan ketonuria.

b. Olahraga

31
Berjalan, berenang, senam yoga, dan olah raga tubuh bagian atas
direkomendasikan pada wanita dengan diabetes gestasional. Para wanita
dianjurkan meraba sendiri rahimnya ketika berolahraga, apabila terjadi
kontraksi maka olahraga segera dihentikan. Olahraga berguna untuk
memperbaiki kadar glukosa darah.
c. Pengobatan insulin
Penderita yang sebelum kehamilan memerlukan insulin diberikan
insulin dengan dosis yang sama seperti sebelum kehamilan, sampai
didapatkan tanda-tanda perlu ditambah atau dikurangi. Menurut The
American Diabetes Association (2017), terapi insulin direkomendasikan
ketika terapi diet gagal untuk mempertahankan kadar gula darah.
Terapi obat oral pada diabetes gestasional tidak direkomendasikan oleh
ADA karena obat-obat tersebut dapat melalui plasenta, merangsang
pankreas janin, dan menyebabkan hiperinsulinemia pada janin.

d. Terapi Obstetrik
Pada penderita diabetes gestasional yang ringan, gula darah dapat
dikendalikan melalui diet, dan tidak memiliki riwayat melahirkan bayi
makrosomia, maka ibu dapat melahirkan secara normal dalam usia
kehamilan 37 – 40 minggu selama tidak ada komplikasi lain. Apabila
diabetesnya lebih berat dan memerlukan pengobatan dengan insulin, maka
sebaiknya kehamilan diakhiri lebih dini pada kehamilan 36 – 38 minggu
terutama bila kehamilannya diikuti oleh komplikasi lain seperti
makrosomia, preeklampsia, atau kematian janin. Pengakhiran kehamilan
lebih baik lagi dengan induksi (perangsangan) atau operasi Caesar.
Wanita dengan diabetes gestasional memiliki risiko meningkat untuk
mengalami diabetes tipe 2 setelah melahirkan. Kadar glukosa darah ibu
harus diperiksa 6 minggu setelah melahirkan dan setiap 3 tahun ke depan.
Rincian penatalaksanaan Diabetes Mellitus
1. Gestasional Perawatan Antenatal

32
 Program perawatan kasus DMG dilaksanakan secara
multidisiplin yang terdiri dari bagian kebidanan, internis, gizi,
anak dan anestesi
 Perawatan antenatal, kunjungan setiap 2 minggu sampai usia
kehamilan 36 minggu kemudian 1 minggu sekali sehingga aterm
( bila kadar gula darah terkendali dengan baik)
 Target glukosa darah senormal mugkin dengan kadar glukosa
puasa=100 mg/dL dan 2 jam PP = 140 mg/dI dengan dicapai
dengan diet, olahraga dan insulin
 Obat Anti Diabetik (OAD) tidak dianjurkan oleh karena dapat
menembus barier plasenta, dikhawatirkan efek teratogenik dan
lebih merangsang sel beta langerhans pada janin
 Terapi insulin
- Multiple insulin injection
 Prandial insulin ( regular/ insulin lispro) diberikan
bersama saat makan
 Basal insulin ( Neutral Protamine Hagedom/ NHP)
diberikan sebelum makan pagi ( 2/3 dosis) dan
sebelum tidur (1/3 dosis)
- Continuous subcutaneous Insulin Infusion (Insulin pump)
Insulin lispro diberikan secara continous basal rate dan bolus
pada pasien dengan kepatuhan tinggi
 Diet yang dianjurkan
- Rencana: 3 kali makan dan 3 kali snack
- Kalori: 30-35 kcal/kg normal body weight, total 2000-2400
kkal/ hari
- Komposisi: karbohidrat 40-50%, kompleks dan tinggi serat
- Protein 20%, lemak 30 - 40% ( asam lemak jenuh/ saturated
< 10%)
- Pertambahan berat badan ibu 22 - 25 lb ( 10 -11 kg)
2. Pedoman penggunaan insulin dan asupan karbohidrat

33
- 1 unit rapid acting insulin akan menurunkan glukosa darah
30 mg/dL
- 10 g karbohidrat akan meningkatkan glukosa darah 30
mg/dL ( 1 unit insulin rapid acting diberikan pada intake
karbohidrat 10 g)
3. Pemantauan janin
Pemantauan kesejahteraan janin antenatal untuk mencegah kematian
janin.
- Profil biofisik janin
a. Pemantauan gerakan janin sejak usia kehamilan 28
minggu
b. Non Stress Test (NST) dua kali seminggu pada usia
kehamilan 28 - 30 minggu
c. Non Stress Test (NST) dua kali seminggu pada usia
kehamilan 32 minggu/ lebih
d. Profil biofisik janin setiap saat bila diperlukan
- USG untuk memantau pertumbuhan janin
- Amniosentesis bila diperlukan, untuk memperkirakan
maturasi paru janin bila direncanakan untuk seksio elektif
sebelum 39 minggu.
4. Perawatan Selama Persalinan
• Pasien dengan kadar glukosa darah terkendali dengan diet saja
diperbolehkan melahirkan sampai dengan aterm. Bila sampai
dengan 40 minggu belum terjadi persalinan maka mulai
dilakukan pemantauan kesejahteraan janin 2 kali seminggu
• Pasien dengan hipertensi dalam kehamilan sebelumnya harus
dilakukan pemantauan kesejahteraan janin 2 kali seminggu mulai
usia hamil 32 minggu.
• Perkiraan berat lahir secara klinis dan pemeriksaan USG
dilakukan untuk mendeteksi adanya tanda-tanda makrosomia.
Untuk mengurangi kelainan janin akibat trauma kelahiran
dianjurkan mempertimbangkan Seksio Caesar elektif

34
• Pasien dengan diabetes mellitus gestasional yang dalam terapi
insulin disertai diet untuk mengendalikan kadar glukosa darah
direncanakan prgram pemantauan/ evaluasi janin antenatal
(antepartum fetal surveillance)
• Perawatan intensive untuk mendeteksi dan mengatasi kejadian
hiopoglikemia, hiperkalsemia dan hiperbilirubinemia pada
neonatus.
5. Saat persalinan
Pengelompokan resiko kehamilan dengan DM ini ditujukan
ke arah resiko terjadinya kematian janin dalam rahim
- Resiko rendah
a) Regulasi baik
b) Tidak ada vaskulopati
c) Pertumbuhan janin normal
d) Pemantauan kesejahteraan janin anterpatum baik
e) Tidak pernah melahirkan mati
f) Persalinan dibolehkan sampai usia kehamilan 40 minggu
- Resiko tinggi
a) Regulasi jelek
b) Ada komplikasi vaskulopati
c) Pertumbuhan janin abnormal (makrosomia)
d) Polihidramion
e) Pernah lahir mati
f) Pertimbangkan untuk persalinan pada usia hamil sejak 38
minggu (bila tes maturasi paru janin positif)
- Cara persalinan
a) Pada kasus resiko rendah diperbolehkan melahirkan
ekspektatif spontan pervaginam sampai dengan usia
kehamilan aterm
b) Pada resiko tinggi dianjurkan terminasi pada usia kehamilan
38 minggu dengan pemberian kortikosteroid untuk

35
pematangan paru janin. Cara persalinan tergantung indikasi
obstetric
c) Pada kasus makrosomia dengan perkiraan berat janin 4500
gram diperkirakan untuk Seksio Cesar elektif
- Regulasi Glukosa Intrapartum
a) Periksa kadar glukosa darah ( kapiler) setiap jam dan
pertahankan selalu dibawahi 10 md/dL
b) Kontol glukosa selama proses persalinan
6. Perawatan Pasca Persalinan
Evaluasi untuk mengantisipasi intoleransi karbohidrat yang
menetap terdiri dari:
a) self monitoring untuk mengevaluasi profil glukosa darah
b) Pada 6 minggu pasca persalinan, dilakukan TTGO dengan
loading 75 gram glukosa kemudian diukur kadar glukosa
plasma saat puasa dan 2 jam
c) Bila TTGO diatas menunjukkan kadar yang normal, evaluasi
lagi setelah 3 tahun dengan kadar glukosa puasa, olahraga
teratur dan menurunkan berat badan pada yang obesitas. 9,10

3.9 Prognosis
Prognosis bagi wanita hamil dengan diabetes pada umumnya cukup
baik, apalagi penyakitnya lekas diketahui dan dengan segera diberikan
pengobatan oleh dokter ahli, serta kehamilan dan persalinannya ditangani
oleh Dokter spesialis kebidanan. Kematian sangat jarang terjadi, apabila
penderita sampai meninggal biasanya karena penderita sudah mengidap
diabetes sudah lama dan berat, terutama yang disertai komplikasi pembuluh
darah atau ginjal. Sebaliknya, prognosis bagi anak jauh lebih buruk dan di
pengaruhi oleh :
 Berat dan lamanya penyakit, terutama disertai asetonuria
 Insufisiensi plasenta
 Prematuritas
 Gawat napas (respiratory distress)
 Cacat bawaan

36
 Komplikasi persalinan (distosia bahu)
Pada umumnya angka kematian perinatal diperkirakan anatara 10-
15%, dengan pengertian bahwa makin berat diabetes, makin buruk pula
prognosis perinatal.Komplikasi persalinan (distosia bahu)
Pada umumnya angka kematian perinatal diperkirakan anatara 10-
15%, dengan pengertian bahwa makin berat diabetes, makin buruk pula
prognosis perinatal.10

BAB IV
ANALISIS KASUS

Pada kasus pertama pasien didiagnosis dengan G2P1A0 hamil 33 minggu,


JPKTH, BSC 1 kali Ibu dengan PEB, DMT II, Anemia. Pasien didiagnosis diabetes
pertama kali saat 3 tahun yang lalu. Saat ini pasien dalam terapi novorapid dan
lantus. Karena pasien telah didiagnosis menderita DM tipe 2 sejak 3 tahun yang lalu
maka saat ini pasien tidak bisa dikatakan sebagai diabetes mellitus gestasional.

37
Diagnosis DM gestasional ditegakkan sesuai dengan definisinya adalah suatu
keadaan intoleransi glukosa yang dimulai atau baru ditemukan pada waktu hamil.

Pasien kasus pertama datang ke rumah sakit dengan keluhan mulas-mulas


satu hari SMRS. Sehingga direncanakan untuk dirawat untuk pematangan paru
karena ada risiko preterm labour, saat itu pasien diberikan terapi pematangan paru
berupa dexamethasone 2x6 gr, selama 2 hari. Selain itu pasien juga diberikan terapi
nifedipin 4x10 mg sebagai tokolitik untuk membantu mempertahankan kehamilan
dengan mengurangi kontraksi yang terjadi dan ini sudah sesuai dengan panduan
yang ada. Dari pemeriksaan tekanan darah didapatkan hasil 140/90mmHg dan
urinalisa didapatkan albumin +2. Dari hal ini pasien didiagnosis sebagai
preeklampsia. Hal ini sesuai juga dengan teori bahwa Ibu hamil dengan kadar gula
darah yang tinggi akan meningkatkan resiko ibu untuk mengalami tekanan darah
yang tinggi selama kehamilan. Hal tersebut juga akan meningkatkan resiko ibu
untuk terkena preeklampsia dan eklampsia, yaitu 2 buah komplikasi serius dari
kehamilan yang menyebabkan naiknya tekanan darah & gejala lain, yang dapat
membahayakan ibu maupun sang buah hati.

Maka dari itu pasien diberikan terapi MgSo4 sebagai profilaksis kejang
pada pasien preeklampsia. Pasien juga mendapat terapi novorapid dan lantus atas
indikasi diabetes mellitus tipe II yang diderita pasien. Kadar gula darah puasa
pasien saat itu adalah 84mg/dl. Hal ini menunjukkan bahwa kadar gula darah pasien
masih terkontrol dengan terapi sekarang.

Pada 4 Agustus dilakukan SC atas indikasi PEB, BSC 1 X dan lahir bayi
laki-laki dengan berat 3200 gram, PB 47cm, sedikit kuning, A/S 9/10, KGDH
41mg/74mg/62mg. Dari usia kehamilan 33 minggu dan saat lahir bayi terlihat
sedikit kuning, kedua hal ini merupakan tanda komplikasi dari diabetes mellitus
yang dialami oleh pasien. Hal ini sesuai dengan literature bahwa Ibu dengan kadar
gula darah yang tinggi dapat meningkatkan resiko untuk melahirkan sebelum
waktunya. Selain itu Warna kekuningan pada kulit bayi dapat terjadi bila hati bayi
belum berfungsi dengan sempurna untuk memecah zat yang bernama bilirubin,
yang secara normal terbentuk ketika tubuh mendaur ulang sel darah merah yang tua
ataupun rusak.

38
Pada kasus kedua, Pasien Ny. IPK 28 tahun, G2P1A0 hamil 31 minggu.
Masuk ke IGD RSUP Fatmawati dengan keluhan keluar air-air 4 jam SMRS. Cairan
berwarna bening tidak disertai darah. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
Nitrazin test didapatkan lakmus berubah warna dari merah menjadi biru hal ini
menunjukkan bahwa pasien mengalami ketuban pecah dini. Factor risiko yang
berhubungan dengan ketuban pecah dini dari pasien adalah pasien mengalami
keputihan sejak 1 bulan yll disertai gatal. Pasien mendapat terapi berupa flagystatin
ovula yang mengandung antibakterisid metronidazol dan nystatin. Untuk terapi
fluor albus pada pasien, belum ditemukan adanya indikasi pemberian flagystatin
jika diagnosis awal suspek karena bakterial vaginosis. Namun, berdasarkan
pemeriksaan inspekulo memang didapatkan hasil keputihan yang bergumpal dan
tidak berbau yang dapat mengarah kearah infeksi akibat jamur candida albicans
sehingga dapat diterapi dengan flagystatin. Berdasarkan literatur, kandidiasis
vaginalis memang biasa terjadi pada wanita yang memiliki kadar estrogen
meningkat seperti selama kehamilan.15 Untuk penegakkan diagnosis fluor albus
pada pasien perlu dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang seperti swab vagina
untuk mengambil sekret dari fluor albus, kemudian ditinjau berdasarkan warna,
konsistensi, banyaknya, dan bau yang ditimbulkan saat pengambilan.

Dari hasil pemeriksaan tanda-tanda vital dan status generalis masih dalam
batas normal. Dari hasil pemeriksaan kurva gula darah harian didapatkan hasil
KGDH 225/243/250 mg/dl. Hal ini menunjukkan bahwa kadar gula darah pasien
masih diatas dari angka normal. dikonsulkan ke penyakit dalam dan diberikan tata
laksana kepada pasien berupa novorapid 3 x 4 IU, levemir 1 x 12 IU, dan
pemantauan kurva gula darah harian. Pada tanggal 24 agustus 2019 dilakukan
persalinan pervaginam dan lahir bayi perempuan dengan berat 1800gr, A/S 8/9.
Dilakukan pemeriksaan gula darah sewaktu didapatkan hasil 24 mg/dl. Hal ini
menggambarkan salah satu komplikasi DM terhadap bayi yaitu hkeadaan
hipoglikemia dan distress pernapasan. Hipoglikemia pada bayi terjadi kurang lebih
24 jam setelah bayi dilahirkan. Ini sesuai dengan teori bahwa salah satu komplikasi
yang terjadi pada bayi yang lahir dari ibu hamil dengan diabetes mellitus
gestasional adalah hipoglikemia. Hipoglikemia ini terjadi karena sebelum
dilahirkan, bayi terpapar konsentrasi gula darah ibu yang tinggi sehingga pankreas

39
bayi memproduksi insulin yang banyak. Insulin yang banyak diproduksi oleh bayi
menyebabkan penurunan gula darah pada bayi setelah aliran darah dari ibu yang
mengandung banyak glukosa terputus.

Pada kasus ketiga, pasien Ny. NH 35 tahun G3P1A1 hamil 32 minggu denga
PEB pada G3P1A1 hamil 32 minggu, JPKTH, hiperglikemia ec DMG dd DM tipe
2. Pasien rujukan dari RSUD tebet dengan diagnosis PEB. Pasien datang ke IGD
dengan keluhan perut mules mules sejak 7 jam SMRS. Sehingga direncanakan
untuk dirawat untuk pematangan paru karena ada risiko preterm labour, saat itu
pasien diberikan terapi pematangan paru berupa dexamethasone 2x6 gr, selama 2
hari. Selain itu pasien juga diberikan terapi nifedipin 4x10 mg sebagai tokolitik
untuk membantu mempertahankan kehamilan dengan mengurangi kontraksi yang
terjadi dan ini sudah sesuai dengan panduan yang ada. Pasien dikatakan
preeklampsia dari hasil pemeriksaan tekanan darah 162/98mmHg, albumin urin +2,
nyeri kepala frontal (-), nyeri ulu hati (-), mual (+), muntah (-). Hal ini berhubungan
juga dengan teori bahwa Ibu hamil dengan kadar gula darah yang tinggi akan
meningkatkan resiko ibu untuk mengalami tekanan darah yang tinggi selama
kehamilan. Maka dari itu pasien diberikan terapi MgSo4 sebagai profilaksis kejang
pada pasien preeklampsia.

Saat awal kehamilan pasien dikatakan mengalami peningkatan gula darah


sewaktu dengan kadar gula darah sewaktu saat itu diatas 200mg/dl, sejak sat itu
pasien mendapat terapi insulin 10 unit/hari. Namun pasien stop menggunakan
insulin diusia 3 bulan kehamilan. Gula darah saar pasien masuk RS 235mg/dl dan
mendapat terapi metformin 500mg 3 dd tab 1, lovemir 20 iu 1 dd 1. Hal ini kurang
sesuai dengan panduan penatalaksaan diabetes gestasional, dimana pasien
mendapat terapi antidiabetic oral. Obat Anti Diabetik (OAD) tidak dianjurkan oleh
karena dapat menembus barier plasenta, dikhawatirkan efek teratogenik dan lebih
merangsang sel beta langerhans pada janin . Terapi insulin, disarankan untuk
melanjutkan terapi DM berupa multiple insulin injection yang sudah digunakan
yaitu Lantus 10 IU dan Novorapid . Diet yang dianjurkan yaitu berupa, rencana: 3
kali makan dan 3 kali snack, kalori: 30-35 kcal/kg normal body weight, total 2000-

40
2400 kkal/ hari, komposisi: karbohidrat 40-50%, kompleks dan tinggi serat, protein
20%, lemak 30 - 40% ( asam lemak jenuh/ saturated < 10%).

Pada 9/8/19 dilakukan SC cito. Lahir bayi perempuan BB 1300g, PB 46cm,


A/S 6/8 ketuban janin jumlah cukup, gula darah bayi 74 mg/dl. Ibu dalam keadaan
baik di ruangan dengan TD terkontrol 128/80 mmHg dengan nifedipin 4x10 mg.
Bayi riwayat GDS 28 mg/dL dirawat di ruang perinatologi 2A dengan O2 nasal
kanul 0,5 L/menit.

Kemudian, pada pemeriksaan hasil lab ibu post SC didapatkan nilai GDS
125 mg/dL. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa gula darah pasien kembali
normal setelah melahirkan janinnya. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa pada ibu dengan diabetes meliitus gestasional, gula darah dapat kembali
normal. Namun, ibu harus diedukasi bahwa jika mengalami diabetes melitus
gestasional, maka kemungkinan besar akan mengalami kembali pada kehamilan
berikutnya. Selain itu, ibu juga beresiko untuk menderita diabetes tipe 2 di
kemudian hari. Akan tetapi dengan mengatur gaya hidup seperti makan makanan
yang bernutrisi dan berolahraga dapat mengurangi resiko terkena diabetes tipe 2
nantinya.

41
DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes RI. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2014. Jakarta: Badan


Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
2. Sedigheh, S., Mogibian, M., Saghand, S.R, et al. Incidence of Gestational
Diabetes Mellitus in Pregnant Women. Iranian Journal of Reproductive
Medicine, Vol.8, No.1, PP: 24-28, Winter 2010.
3. World Health Organization. Global report on diabetes. 2016.
4. Pettis S. Gestattional diabetes : Is your patient at risk 2005.
5. Kim C, Newton KM, Knopp RH. Gestational diabetes and the incidence of
type 2 diabetes. Diabetes care. 2002;25:1862-8.
6. Murphy VE, Smith R, Giles WB, Clifton VL. Endocrine regulation of
human fetal growth : the role of the mother, placenta and fetus. Endocrine
Reviews. 2006;27(2):141-69.
7. M. H. Gestational Diabetes Mellitus : past, present and future. International
Diabetes Monitor. 2002;14(1):1-7.
8. Hyer SL, Shehata HA. Gestational diabetes mellitus. Current Obstetrics &
Gynaecology. 2005;15:368-74.

9. American Diabetes Association, 2003. Standards of Medical Care For


Patients with DM. Clinical Diabetes Vol 21 No.1 pp.27-37.
10. American Diabetes Association, 2007. Clinical Practice Recommendation.
The American College of Obstetricians and Gynecologist. ACOG Practice
Bulletin; clinical management guidelines of gestational diabetes mellitus
for obstetricians-gynecologist. Wolters Kluwer Health. Vol.131. 2018.
11. Hosler et al. Stressful events, smoking exposure and other maternal risk
factors associated with gestational diabetes mellitus. Journal of Paediatric
and Perinatal Epidemiology 2011; 25, 566–574.

42

Anda mungkin juga menyukai