Anda di halaman 1dari 38

ASUHAN KEBIDANAN

PADA NY “W” GIP0000 UK 38 – 39 MINGGU, TUNGGAL,


HIDUP, INTRAUTERINE, LETAK KEPALA, PRO SC A/I PEB
DI RUANG EDELWEIS RSUD PADANGAN

DISUSUN OLEH:
NINIS RAHMAWATI
NIP. 19930910 202012 2 002

CPNS RSUD PADANGAN KABUPATEN BOJONEGORO


FORMASI TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Rabbil’Alamin puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah


SWT yang telah memberikan petunjuk hidaya-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Asuhan Kebidanan pada Ny “W” GIP0000 UK 38 – 39
Minggu, Tunggal, Hidup, Intrauterine, Letak Kepala, Pro SC a/i PEB di Ruang
Edelweis RSUD Padangan, dengan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin.
Dalam penyelesaian laporan ini penulis telah mendapat bimbingan dan arahan dari
berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada:
1. dr. Muhammad Agust Fariono, MMRS, selaku direktur RSUD Padangan
yang telah memberikan kesempatan untuk menyusun Laporan Asuhan
Kebidanan ini.
2. Ibu Ika Agustina P, S.Tr.Keb, selaku kepala ruangan dan pembimbing
klinik yang telah memberikan bimbingan sehingga Laporan Asuhan
Kebidanan ini dapat terselesaikan.
3. Pasien Ny.”W” yang telah memberikan kepercayaan untuk dipantau oleh
penulis.
4. Rekan-rekan yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Asuhan
Kebidanan ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan pahala atas segala
amal baik yang telah diberikan dan semoga Laporan Asuhan Kebidanan pada Ny
“W” GIP0000 UK 38 – 39 Minggu, Tunggal, Hidup, Intrauterine, Letak Kepala,
Pro SC a/i PEB di Ruang Edelweis RSUD Padangan ini berguna bagi semua
pihak yang memanfaatkan.

Bojonegoro, 25 Januari 2021

Ninis Rahmawati

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................1
1.1. Latar Belakang......................................................................................1
1.2. Ruang Lingkup......................................................................................2
1.3. Tujuan...................................................................................................2
1.3.1. Tujuan Umum.......................................................................................2
1.3.2. Tujuan Khusus......................................................................................2
1.4. Manfaat Penulisan.................................................................................3
1.5. Metode Penulisan..................................................................................3

BAB 2 TINJAUAN TEORI.........................................................................4


2.1. Konsep Dasar Pre Eklampsia................................................................4
2.1.1. Pengertian.............................................................................................4
2.1.2. Faktor Resiko Pre Eklampsia................................................................4
2.1.3. Klasifikasi Preeklampsia......................................................................6
2.1.4. Patofisiologi Preeklampsia....................................................................7
2.1.5. Penatalaksanaan pada Preeklampsia.....................................................10
2.1.6. Tata Cara Skrining Preeklampsia.........................................................14
2.1.7. Alur Penanganan Hipertensi dalam Kehamilan di Faskes Primer.......15
2.2. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Persalinan dengan PEB.........16
2.2.1. Subjektif................................................................................................16
2.2.2. Objektif.................................................................................................19
2.2.3. Analisa Data..........................................................................................21
2.2.4. Penatalaksanaan....................................................................................21

BAB 3 TINJAUAN KASUS.........................................................................23


3.1. Subjektif................................................................................................23
3.2. Objektif.................................................................................................26

iii
3.3. Analisa Data..........................................................................................28
3.4. Penatalaksanaan....................................................................................28

BAB 4 PEMBAHASAN...............................................................................30
4.1. Subjektif................................................................................................30
4.2. Objektif.................................................................................................30
4.3. Analisa Data..........................................................................................30
4.4. Penatalaksanaan....................................................................................31

BAB 5 PENUTUP.........................................................................................33
5.1. Kesimpulan...........................................................................................33
5.2. Saran.....................................................................................................33

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................v

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Preeklampsia Berat (PEB) adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai
dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan /
atau oedema pada kehamilan 20 minggu atau lebih (Rukiyah, 2010).
Preeklampsia Berat (PEB) juga dikenal sebagai texomia kehamilan yang
ditandai dengan hipertensi (tekanan darah tinggi), proteinuria (protein dalam
urin), oedema (pembengkakan) umum, dan kenaikan berat badan secara tiba-tiba.
Preeklampsia Berat (PEB) dapat di identifikasikan pada masa kehamilan dengan
memantau tekanan darah, tes protein urin, dan pemeriksaan fisik, deteksi dini
pengelolaan Preeklampsia Berat dapat mencegah perkembangannya menjadi
eklampsi (Juliarti, 2014).
Penyebab Preeklamsia sampai sekarang belum diketahui, tetapi ada teori
yang dapat menjelaskan tentang penyebab preeklamsia yaitu bertambahnya
frekuensi pada primigravida, kehamilan ganda, hidramnion, dan mollahidatidosa.
Bertambahnya frekuensi yang makin tuanya kehamilan. Dapat terjadi perbaikan
keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus. Timbulnya hipertensi,
oedema, proteinuria, kejang dan koma (Sukarni, 2014).
Masalah dapat teratasi dengan baik tetapi tidak menutup kemungkinan
masalah itu akan muncul kembali sehingga memerlukan perawatan dan
pengawasan lebih lanjut (Prawirohardjo, 2011). Komplikasi yang terjadi pada
kasus Preeklamsia Berat (PEB) yang terjadi pada ibu yaitu berupa sindrom
HELLP (Hemolysis Elevated Liver Enzime Low Platetet). Oedema paru-paru,
gangguan ginjal, perdarahan, solusio plasenta bahkan kematian ibu dan
komplikasi pada janin, dapat berupa kelahiran premature, gawat janin, berat badan
lahir rendah, atau Intra Uterine Fetal Death (IUFD) (Pudiastuti, 2012).
Di Negara miskin dan Negara berkembang, kematian wanita usia subur
disebabkan oleh masalah yang berkaitan dengan kehamilan persalinan sertanifas.
WHO memperkirakan diseluruh dunia setiap tahunnya lebih dari 585.000
meninggal karena komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas (WHO, 2014).

1
Untuk mencapai sasaran Millenium Development Goals (MDGs) yaitu Angka
Kematian Ibu (AKI) sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015,
perlu upaya percepatan yang lebih besar dan kerja keras karena kondisi saat ini
jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia tahun 2013 sebesar 359 per
100.000 kelahiran hidup. Kematian Ibu disebabkan oleh perdarahan, tekanan
darah tinggi (preeklampsia/ eklampsi saat hamil, persalinan dan nifas serta
persalinan macet dan komplikasi keguguran). Salah satu usaha yang dilakukan
oleh Pemerintah Indonesia untuk menurunkan AKI adalah memberikan pelayanan
pada ibu hamil dan ibu bersalin secara cermat dan tepat. Dalam rangka
menurunkan Angka Kematian Ibu, pemerintah menerapkan strategi Making
Pregnancy Safer (MPS) mempunyai visi agar kehamilan dan persalinan di
Indonesia berlangsung aman dan bayi yang dilahirkan hidup dan sehat (Kemenkes
RI, 2015).

1.2 Ruang Lingkup


Adapun ruang lingkup penulisan laporan ini meliputi Asuhan Kebidanan
pada Ny “W” GIP0000 UK 38 – 39 Minggu, Tunggal, Hidup, Intrauterine, Letak
Kepala, Pro SC a/i PEB di Ruang Edelweis RSUD Padangan.

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Dapat melaksanakan manajemen Asuhan Kebidanan pada Ny “W” GIP0000
UK 38 – 39 Minggu, Tunggal, Hidup, Intrauterine, Letak Kepala, Pro SC a/i PEB
di Ruang Edelweis RSUD Padangan dengan penerapan manajemen asuhan
kebidanan sesuai wewenang bidan.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Melaksanakan pengkajian data subjektif pada Ny “W” GIP0000 UK 38 – 39
Minggu, Tunggal, Hidup, Intrauterine, Letak Kepala, Pro SC a/i PEB di
Ruang Edelweis RSUD Padangan.

2
2. Melaksanakan pengkajian data objektif pada Ny “W” GIP0000 UK 38 – 39
Minggu, Tunggal, Hidup, Intrauterine, Letak Kepala, Pro SC a/i PEB di
Ruang Edelweis RSUD Padangan.
3. Menganalisa data dari pengkajian data subjektif dan data objektif pada Ny
“W” GIP0000 UK 38 – 39 Minggu, Tunggal, Hidup, Intrauterine, Letak
Kepala, Pro SC a/i PEB di Ruang Edelweis RSUD Padangan.
4. Melakukan penatalaksanaan dari analisa data yang didapat pada Ny “W”
GIP0000 UK 38 – 39 Minggu, Tunggal, Hidup, Intrauterine, Letak Kepala,
Pro SC a/i PEB di Ruang Edelweis RSUD Padangan.

1.4 Manfaat
1. Manfaat Praktis
Sebagai salah satu sumber informasi bagi penentu kebijakan dan
pelaksanaan program di RSUD Padangan dalam menyusun perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi penatalaksanaan ibu bersalin dengan PEB.
2. Manfaat Penulis
Penulisan ini merupakan pengalaman ilmiah yang berharga karena dapat
meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan tentang penatalaksanaan ibu
bersalin dengan PEB.

1.5 Metode
1. Studi Kepustakaan. Penulis mempelajari buku-buku, literatur dan media
internet yang berhubungan ibu bersalin dengan PEB.
2. Studi Kasus. Penulis melakukan asuhan kebidanan dengan menggunakan
manajemen SOAP.
3. Studi Dokumentasi. Yaitu studi yang mempelajari berkas rekam medis klien,
baik yang bersumber dari catatan buku status pasien seperti catatan dari
dokter dan bidan.

3
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Pre Eklampsia


2.1.1 Pengertian
Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil,
bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema, dan proteinuria yang
muncul pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah
persalinan (Sukarni Icesmidan Margaretha 2013).
Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang secara spesifik hanya muncul
selama kehamilan dengan usia lebih dari 20 minggu (kecuali pada penyakit
trofoblastik) dan dapat di diagnosis dengan kriteria sebagai berikut :
1. Ada peningkatan tekanan darah selama masa kehamilan sistolik ≥140 mmHg
atau diastolic ≥ 90 mmHg), yang sebelumnya normal, disertai proteinuria (≥
0,3 gram protein selama 24 jam atau ≥ 30 mg/dl dengan hasil reagen urine ≥
+1).
2. Apabila hipertensi selama kehamilan muncul tanpa proteinuria, perludicurigai
adanya preeklampsiaseiring kemajuan kehamilan, jika muncul gejala nyeri
kepala, gangguan penglihatan, nyeri pada abdomen, nilai trombosit rendah dan
kadar enzim ginjal normal (Norma Nita dan Mustika 2013).

2.1.2 Faktor Resiko Pre Eklampsia


Ada beberapa faktor resiko tertentu yang berkaitan dengan perkembangan
penyakit:
1. Primigravida. Kira-kira 85% preeclampsia terjadi pada kehamilan pertama.
Berdasakan teori immunologik, preeklampsia pada primigravida terjadi
dikarenakan pada kehamilan pertama terjadi pembentukan blocking antibodyes
terhadap antigen tidak sempurna. Selain itu pada kehamilan pertama terjadi
pembentukan Human Leucoyte Antigen (HLA-G) yang berperan penting
dalam modulasi respon imun sehingga ibu menolak hasil konsepsi atau terjadi
intoleransi ibu terhadap plasenta sehingga menyebabkan preeclampsia (Norma
Nita dan Mustika, 2013)

4
2. Grand Multigravida. Pada ibu yang grand multigravida beresiko mengalami
preeclampsia dikarenakan terjadi perubahan pada alat-alat kandungan yang
berkurang elastisnya termasuk pembuluh darah sehingga lebih memudahkan
terjadinya vasokontriksi, terjadi peningkatan cairan, timbul hipertensi yang
disertai oedema dan proteinuria (Norma Nita danMustika, 2013).
3. Distensi rahim berlebihan: hidramnion, hamil ganda, dan mola hidatidosa.
Preeklampsia terjadi pada 14% sampai 20% kehamilan dengan janin lebih dari
satu. Kehamilan ganda dan hidramnion sangan berkaitan dengan kejadian
preeklampsia. Ibu dengan hamil ganda dapat menyebabkan terjadinya
hidramnion akibat dua janin yang ada dalam rahim ibu sehingga tekanan dalam
rahim ibu berlebihan. Akibatnya cairan yang berlebihan dalam rahim akan
akan memudahkan terjadinya vasokontriksi dan peningkatan pada tekanan
darah ibu (Norma Nita dan Mustika 2013)
4. Morbid obesitas atau kegemukan dan penyakit yang meyertai kehamilan
seperti diabetes mellitus. Kegemukan disamping menyebabkan kolesterol
tinggi dalam darah juga menyebabkan kerja jantung lebih berat. Semakin
gemuk seseorang maka semakin banyak pula jumlah darah yang terdapat di
dalam tubuh yang berarti makin berat pula fungsi pemompaan jantung
sehingga dapat meyebabkan terjadinya preeklampsia. Preeklampsia lebih
cenderung juga terjadi pada wanita yang menderita diabetes melitus karena
pada saat hamil plasenta berperan untuk memenuhi semua kebutuhan janin.
Pertumbuhan janin dibantu oleh hormon-hormon dari plasenta, namun
hormone-hormon plasenta ini juga mencegah kerja insulin dalam tubuh ibu
hamil. Halini disebut resistensi insulin atau kebal insulin. Resistensi insulin
membuat tubuh ibu hamil lebih sulit untuk mengatur kadar gula darah sehingga
glukosa tidak dapat diubah menjadi energi dan menumpuk didalam darah
sehingga keadaan ini menyebabkan kadar gula dalam darah menjadi tinggi
(Dyah Ayu Wulandari, 2016)
5. Pada ibu yang mengalami hipertensi kronis atau penyakit ginjal, insiden dapat
mencapai 25%. Ibu hamil denganhipertensi kronis lebih memudahkan
terjadinya preeklampsia berat dikarenakan pembuluh darah ibu sebelum
mencapai 20 minggu sudah mengalami vasokontriksi. Hal ini akan

5
menyebabkan tekanan darah ibu tinggi dan kandungan dalam protein dalam
urin selama kehamilan semakin meningkat. Gagal ginjal juga menyebabkan
terjadinya preeklampsia akiba terjadi penurunan aliran darah ke ginjal sehingga
menyebabkan filtrasi glomelurus berkurang akibatnya terjadi proteinuria (Dyah
Ayu Wulandari, 2016)
6. Jumlah umur ibu diatas 35 tahun. Wanita pada usia lebih dari 35 tahun lebih
mudah mengalami berbagai masalah kesehatan salah satunya hipertensi dan
preeklampsia. Hal ini terjadi karena terjadinya perubahan pada jaringan alat-
alat kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi begitu pula dengan pembuluh
darah, juga diakibatkan tekanan darah yang meningkat seiring dengan
pertambahan usia sehingga memudahkan terjadinya vasokontriksi pada
pembuluh darah ibu, proteinuria dan oedema. Usia 35 tahun sebenarnya belum
dianggap rawan, hanya pada usia ini kemampuan reproduksi lebih menurun
sehingga usia diatas 35 tahun dianggap fase untuk menghentikan kehamilan
(Sukarni Icesmi dan Margaretha 2013).

2.1.3 Klasifikasi Preeklampsia


Adapun preeclampsia digolongkan kedalam preeclampsia ringan dan
preeclampsia berat dengan gejala dan tanda sebagai berikut:
1. Preeklampsia Ringan. Preeklampsia ringan adalah suatu sindroma spesifik
kehamilan dengan menurunnya perfusi organ yang berakibat terjadinya
vasopasme pembuluh darah dan aktivasi endotel (Prawihardjo 2014, 543).
Berikut diagnosis preeclampsia ringan:
1) Tekanan darah ≥140/90 mmHg pada usia kehamilan diatas 20 minggu
2) Tes celup urine menunjukkan protein uria 1+ atau pemeriksaan protein
kuantitatif menunjukkan hasil lebih dari 300 mg/24 jam.
2. Preeklampsia Berat. Preeklampsia berat adalah preeclampsia dengan tekanan
darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan diastolic ≥110 mmHg disertai
proteinuria lebih 5 g/24 jam (Prawihardjo 2014). Berikut diagnosis
preeclampsia berat:
1) Tekanan darah ≥160/110 mmHg pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu

6
2) Tes celup urine menunjukkan protein uria ≥ 2+ atau pemeriksaan protein
kuantitatif menunjukkan hasil lebih dari 5 g/24 jam
3) Atau keterlibatan organ lain:
(1) Trombositopenia (<100.000 sel/uL), hemolisis mikiroangiopati
(2) Peningkatan SGOT/SGPT, nyeri abdomen kuadran kanan atas
(3) Sakit kepala, skotoma penglihatan
(4) Pertumbuhan janin terhambat, oligohidramnione)Edema paru atau
gagal jantung kongestif
(5) Oliguria (<500 ml/24 jam), kreatinin lebih dari 1,2 mg/dl
(Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan
Rujukan, 2013)

2.1.4 Patofisiologi Preeklampsia


1. Teori kelainan vaskularisasi plasenta
Pada kehamilan normal, rahim dan plasenta mendapat aliran darah dari cabang-
cabang arteri uterine dan arteri ovarika. Kedua pembuluh darah tersebut
menembus meometrium berupa arteri akuarta memberi cabang arteri radialis.
Arteri radialis menembus endometrium menjadi arteri basalis member cabang
arteri spiralis. Pada hamil normal, terjadi invasi trofoblas ke dalam lapisan otot
arteri spiralis, yang menimbulkan degenerasi lapisan otot tersebut sehingga
terjadi dilatasi pada arteri spiralis. Invasi trofoblas juga memasuki jaringan
sekitar arteri spiralis, sehingga jaringan matriks menjadi gembur dan
memudahkan lumen arteri spiralis mengalami distensi dan dilatasi. Distensi
dan vasodilatasi lumen arteri spiralis ini memberi dampak penurunan tekanan
darah, penurunan resistensi vascular, dan peningkatan aliran darah pada daerah
utero plasenta. Akibatnya, aliran darah ke janin cukup banyak dan perfusi
jaringan juga meningkat, sehingga dapat menjamin pertumbuhan janin dengan
baik. Pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasisel-seltrofoblas
secara sempurna pada lapisan otot arteri spiralis menjadi tetap kaku dan keras
sehingga lumen arterispiralis tidak memungkinkan mengalami distensi dan
vasodilatasi. Akibatnya, arteri spiralis relative mengalami vasokontriksi

7
sehingga aliran darah uteroplasenta menurun, sehingga terjadilah hipoksia dan
iskemia plasenta.
2. Teori iskemia plasenta, radikal bebas dan disfungsi endotel
Sebagaimana dijelaskan pada teori invasi trofoblas, pada preeclampsia terjadi
kegagalan pada aliran pembuluh darah, akibatnya plasenta mengalami iskemia.
Plasenta yang mengalami iskemia plasenta dan hipoksia akan menghasilkan
oksidan (disebut juga radikal bebas). Oksidan dan radikal bebas adalah
senyawa penerima electron atau atom/ molekul yang mempunyai elektron yang
tidak berpasangan. Salah satu oksidan penting yang dihasilkan plasenta iskemia
adalah radikal hidroksil yang sangat toksis, khususnya terhadap membran sel
endotel pembuluh darah. Radikal hidroksil akan merusak membran sel, yang
mengandung banyak asam lemak tidak jenuh menjadi peroksida lemak.
Peroksida lemak selain akan merusak membran sel, juga akan merusak
nukleus, dan protein sel endotel. Produksi oksidan atau radikal bebas dalam
tubuh yang bersifat toksis, selalu diimbangi dengan produksi
antioksidan.Akibat sel endotel terpapar terhadap peroksida lemak, maka terjadi
kerusakan sel ednotel, yang kerusakannya dimulai dari membran sel endotel.
Kerusakan membran sel endotel mengakibatkan terganggunya fungsi endotel,
bahkan rusaknyaseluruh struktur sel endotel atau disebut dengan disfungsi
endotel. Pada waktu terjadi kerusakan sel endotel yang mengakibatkan
disfungsi endotel yang mengakibatkan disfungsi sel endotel, maka akan terjadi:
1) Gangguan metabolisme prostaglandin, karena salah satu fungsi sel endotel
adalah memproduksi prostaglandin yaitu menurunnya produksi
prostaglandin (PGE2): suatu vasodilator kuat.
2) Agregasi sel-sel trombosit pada daerah sel endotel yang mengalami
kerusakan. Agregasi sel trombosit ini adalah untuk menutup tempat-tempat
di lapisan sel endotel yang mengalami kerusakan. Agregasi trombosit
meproduksi tromboksan (TXA2): suatu vasokontriktor kuat. Dalam
keadaan normal perbandingan kadar prostasiklin/tromboksan lebih tinggi
kadar prostasiklin sehingga lebih tinggi vasodilator). Pada
preeklampsiakadar tromboksan lebih tinggi dari kadar prostasiklin sehingga
terjadi vasokontriksi, akibatnya tekanan darah mengalami kenaikan.

8
3) Peningkatan permeabilitas kapilar
3. Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin
Pada perempuan hamil normal, respon imun tidak menolak adanya hasil
konsepsi yang bersifat asing. Hal ini disebabkan adanya human leukocyte
antigen protein G (HLA-G), yang berperan penting dalam modulasi respon
imun, sehingga ibu tidak menolak hasil konsepsi. Adanya HLA-G pada
plasenta dapat melindungi trofoblas janin dari lisis oleh sel Natura Killer (NK)
ibu.Selain itu adanya HLA-G akan mempermudah invasi sel trofoblas ke dalam
jaringan desidua ibu. Jadi HLA-G merupakan prakondisi untuk terjadinya
invasi trofoblas kedalam jaringan desidua ibu, disamping untuk menghadapi sel
Natural Killer. Pada plasenta hipertensi dalam kehamilan, terjadi penurunan
ekspresi HLA-G. Berkurangnya HLA-G di desidua daerah plasenta,
menghambat invasi trofoblas kedalam desidua. Invasi trofoblas sangat penting
agar jaringan desidua menjadi lunak, dan gembur sehingga memudahkan
terjadinya dilatasi arteri spiralis. HLA-G akan merangsang produksi sitikon,
sehingga memudahkan terjadinya reaksi inflamasi. Kemungkinan terjadi
immune-maladapatationpada preeklampsia.
4. Teori adaptasi kardiovaskular
Pada hamil normal pembulu darah refrakter terhadap bahan-bahan vaseproser.
Refrakter berarti pembuluh darah tidak peka terhadap rangsangan bahan
vasepresor, atau dibutuhkan kadar vasopresor yang lebih tinggi untuk
menimbulkan respon vasokontrinksi. Pada kehamilan normal terjadi refrakter
pembuluh darah terhadap bahan vasopresor adalah akibat dilindungi oleh
adanya sintesis prostaglandin pada sel endotel pembuluh darah. Pada hipertensi
dalam kehamilan kehilangan daya refrakter terhadap bahan vasokontriktor, dan
ternyata terjadi peningkatan kepekaan terhadap bahan-bahan vasopresor.
Artinya, daya refrakter pembuluh darah terhadap bahan vasopresor hilang
sehingga pembuluh darah menjadi sangat peka terhadap bahan vasopresor. Ada
faktor keturunan dan familial dengan model gen tunggal. Genotipe ibu lebih
menentukan terjadinya preeklampsiadalam kehamilan secara familial jika
dibandingkan dengangenotipe janin. Telah terbukti bahwa pada ibu yang
mengalami preeklampsia, 26% anak perempuannya akan mengalami

9
preeklampsiapula, sedangkan hanya 8% anak menantu mengalami
preeklampsia.
5. Teori defisiensi gizi
Beberapa peneliti juga menganggap bahwa defisiensi kalsium pada diet
perempuan hamil mengakibatkan resiko terjadinya preeklampsia/eklamsia.
Penelitian di Negara Equador Andes dengan metode uji klinik, ganda tersamar,
dengan membandingkan pemberian kalsium dan placebo. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa ibu hamil yang diberi suplemen kalsium cukup, kasus
yang mengalami preeklampsiaadalah 14% sedangkan yang diberi glukosa 17%.
6. Teori stimulus inflamasi
Teori ini berdasarkan fakta bahwa lepasnya debris trofoblas di dalam sirkulasi
darah merupakan rangsangan utama terjadinya proses inflamasi. Pada
kehamilan normal plasenta juga melepaskan debris trofoblas sebagai sisa-sisa
proses apoptosis dan nekrotik trofoblas akibat reaksi stres oksidatif. Bahan-
bahan ini sebagai bahan asing yang kemudian merangsang timbulnya proses
inflamasi. Pada kehamilan normal, jumlah debris trofoblas masih dalam batas
wajar, sehingga reaksi inflamsi juga masih dalambatas normal. Berbeda dengan
proses apoptosis pada preeklampsia, di mana pada preeclampsia terjadi
peningkatan stress oksidatif, sehingga produksi debris apoptosis dan nekrotik
trofoblas juga meningkat. Makin banyak sel trofoblas plasenta misalnya pada
plasenta besar, pada hamil ganda, maka reaksi stress oksidatif kan meningkat,
sehingga jumlah sisa debris trofoblas makin meningkat. Keadan ini
menimbulkan beban reaksi inflamasi dalam darah ibu menjadi jauh lebih besar,
dibanding reaksi inflamasi pada kehamilan normal. Respon inflamasi ini akan
mengaktivasi sel endotel, dan sel-sel granulosit, yang lebih besar pula,
sehingga terjadi reaksi sistemik inflamasi yang menimbulkan gejala-gejala
preeclampsia pada ibu.

2.1.5 Penatalaksanaan pada Preeklampsia


1. Preeklampsia Ringan
1) Penatalaksanaan rawat jalan pasien preeclampsia ringan, dengan cara:Ibu
dianjurkan untuk beristirahat (berbaring tidur/miring), diet: cukup protein,

10
rendah karbohidrat, lemak dan garam; Pemberian sedative ringan: tablet
Phenobarbital 3x 30 mg atau diazepam 3x2mg peroral selama 7 hari (atas
instruksi dokter); roborantia: kujungan ulang setiap 1 minggu;
pemeriksaan laboratorium: hemoglobin, hemotokrit, trombosit, urin
lengkap, asam urat darah, fungsi hati dan fungsi ginjal.
2) Penatalaksanaan rawat tinggal pasien preeclampsia ringan berdasarkan
kriteria: setelah 2minggu pengobatan rawat jalan tidak menunjukkan
adanya perbaikan dari gejala-gejala preeklampsia, kenaikan berat badan
ibu 1 kg atau lebih perminggu selama dua kali berturut-turut (2minggu),
timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda preeclampsia berat.
Bila setelah 1 minggu perawatan diatas tidak ada perbaikan maka
preeclampsia ringan dianggap sebagai preeclampsia berat. Jika dalam
perawatan dirumah sakit sudah ada perbaikan sebelum 1 minggu dan
kehamilan masih preterm maka penderita tetap dirawat selama 2hari lagi baru
dipulangkan. Perawatan lalu disesuaikan dengan perawatan rawat jalan.
(Yeyeh Ai dan Lia Yulianti 2014). Jika kehamilan sudah diatas 37 minggu,
maka pertimbangkan terminasi sebagai berikut dibawah ini:
(1) Jika serviks matang, lakukan induksi dengan oksitosin 5 IU dalam 500
ml dekstrose IV 10 tetes/menit atau dengan prostaglandin
(2) Jika serviks belum matang, berikan prostaglandin, misoprostol atau
kateter Foley, atau terminasi dengan seksio sesaria (Pratono Ibnu
2014).
2. Preeklampsia Berat
1) Segera masuk ke rumah sakit
2) Tirah baringmiring kesatu sisi. Tanda-tanda vital diperiksa setiap 30 menit,
memeriksa reflex patella setiap jam.
3) Memasang infuse dengan cairan dexatose 5% dimana setiap 1 liter diselingi
dengan cairan infuse RL (60 -125CC/jam) 500cc.
4) Pemberian anti kejang /anti konvulsan magnesium sulfat (MgSO4) sebagai
pencegahan dan terapi kejang. MgSO4 merupakan obat pilihan untuk
mencegah dan mengatasi kejang pada preeklampsiaberat dan ringan.

11
Apabila terjadi kejang pada preeclampsia berat maka akan dilakukan
pencegahan:
1) Bila terjadi kejang, perhatikan jalan nafas, pernapasan (oksigen) sirkulasi
(cairan intravena)
2) MgSO4 diberikan secara intravena kepada ibu dengan eklampsia (sebagai
tatalaksana kejang) dan preeclampsia berat (sebagai pencegahan kejang).
Adapun syarat pemberian MgSO4 adalah sebagai berikut:
(1) Tersedia cairan glukosa 10%
(2) Ada reflex patella
(3) Jumlah urin minimal 0,5 ml/kg BB/jam
Adapun cara pemberian MgSO4 adalah sebagai berikut:
a. Berikan dosis awal 4 gram MgSO4 sesuai prosedur untuk mencegah
terjadinya kejang atau kejang berulang dengan cara:
a) Ambil 4 gram larutan MgSO4 (10 ml larutan MgSO4 40%) dan
larutan dengan 10 ml aquades.
b) Berikan larutan tersebut secara perlahan-lahan sevara IV selama 20
menit
c) Jika IV sulit, berikan masing-masing 5 gram MgSO4 (12,5 ml
larutan MgSO4 40%) secara intramuskular di bokong kiri dan kanan.
b. Sambil menunggu rujukan mulai dosis rumatan 6 gram MgSO4 dalam 6
jam sesuai prosedur dengan cara: Ambil 6 gram MgSO4 (15 ml larutan
MgSO4 40%) dan larutkan dalam 500 ml larutan Ringer Laktat, Asetat,
lalu berikan secara IV dengan kecepatan 28 tetes/menit selama 6 jam,
dan diulang hingga 24 jam setelah persalinan atau kejang berakhir (bila
eklampsia).
c. Melakukan pemeriksaan fisik setiap jam, meliputi tekanan darah,
frekuensi nadi, frekuensi pernapasan, reflex patella dan jumlah urin.
d. Bila frekuensi pernapasan <16x/menit, dan atau tidak didapatkan reflex
patella dan atau oliguria produksi urin <0,5 ml/kg BB/jam), hentikan
pemberian MgSO4.
e. Jika terajdi depresi nafas, berikan cairan glukosa 1 gram secara IV (10
ml larutan 10 %) bolus dalam 10 menit.

12
f. Segala ibu hamil dengan preeklampsia dan eklampsia dirujuk patau dan
nilai adanya perburukan preeklampsia. Apabila terjadi eklampsia,
lakukan penilaian awal dan tatalaksana kegawatdaruratan. Berikan
kembali MgSO4 gram secara IV perlahan-lahan (15-20 menit). Bila
setelah pemberian MgSO4 ulang masih terdapat kejang, dapat
dipertimbangkan untuk pemberian diazepam 10 mg secara IV selama 2
menit. Ada beberapa pertimbangan persalinan atau terminasi kehamilan
sebagai berikut:
a) Pada ibu dengan eklampsia, bayi harus segera dilahirkan dalam
12jam sejak terjadinya kejang
b) Induksi persalinan dianjurkan bagi ibu dengan preeclampsia berat
dengan janin yang belum viable atau tidak akan viable dalam 1-2
minggu.
c) Pada ibu dengan preeclampsia berat, dimana janin sudah viable
namun usia kehamilan belum mencapai 34 minggu, manajemen
ekspektan dianjurkan, asalkan tidak terdapat kontraindikasi.
d) Pada ibu dengan preeclampsia berat, di mana usia kehamilan antara
34-37 minggu, manajemen ekspektan boleh dianjurkan, asalkan tidak
terdapat hipertensi yang tidak terkontrol, disfungsi organ ibu, dan
gawat janin. Lakukan pengawasan ketat.
e) Pada ibu dengan preeklampsiaberat yang kehamilannya sudah aterm,
persalinan dini dianjurkan.
f) Pada ibu dengan preeclampsia ringan atau hipertensi gestasional
ringan yang sudah aterm, induksi persalinan dianjurkan
(Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan
Rujukan, 2013)

13
2.1.6 Tata Cara Skrining Preeklampsia
Berikut ini merupakan tata cara skrining preeclampsia, sehingga dapat
diketahui sejak dini bahwa kehamilan maupun persalinan ibu beresiko.

TATA CARA SKRINING PREEKLAMPSIA

Usia Kehamilan 12-28 minggu

Pemeriksaan anamnesa & fisik: Riwayat Khusus: Doppler


1. Riwayat keluarga preeclampsia 1. Riwayat Hipertensi Velocimetry
2. Primigravida dalam kehamilan 1. Peningkatan
3. Kehamilan kembar 2. Hipertensi kronis resistensi
4. Primitua sekunder (jarak antar 3. Kelainan ginjal 2. Notching (+)
kehamilan > 10 tahun) 4. Diabetes
5. Usia > 35 tahun 5. Penyakit autoimun
6. Body Mass Index: (Berat badan /
(Tinggi badan)2 > 30) / obesitas
7. Mean Arterial Pressure ({Sistole +
2 Diastole} / 3) > 90
8. Roll Over Test (perbandingan Salah satu Salah satu
diastolik miring kiri (left lateral hasil (+) hasil (+)
reccumbent) dan posisi terlentang
(supine) > 15 mmHg

≥ 2 hasil (+)

Screening (+)
Rujuk untuk evaluasi di Faskes Sekunder

 Low dose Aspirin 1 x 80 mg – 150 mg / hari sampai dengan 7 hari sebelum


persalinan
 Kalsium 1 gram / hari

14
2.1.7 Alur Penanganan Hipertensi dalam Kehamilan di Faskes Primer
Agar kasus hipertensi dalam kehamilan dapat ditangani dengan tepat
sampai dengan proses persalinan, berikut ini merupakan alur penanganan
hipertensi dalam kehamilan di Faskes Primer.

ALUR PENANGANAN HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN DI FASKES


PRIMER

Usia Kehamilan < 20 minggu Hipertensi Kronis  rujuk (poliklinik)


TD ≥ 140/ 90

TD ≥ 140/90 dan proteinuria (-)


HT Gestasional  rujuk (poliklinik)

TD ≥ 140/90 dan proteinuria (+1 / +2)


Usia Kehamilan ≥ 20 minggu Cek PER / Preeklampsia tanpa gejala
TD ≥ 140/ 90 Proteinuria berat  rujuk (poliklinik)

TD ≥ 160/110 dan proteinuria (+3 / +4)


PEB / Preeklampsia dengan gejala
berat  rujuk SEGERA (kamar
bersalin)
 Berikan SM (MgSO4) loading dose
sebelum merujuk

Jika didapatkan tanda-tanda persalinan:


 Diperkirakan tidak segera lahir  rujuk SEGERA (kamar bersalin)
 Diperkirakan akan segera lahir  lakukan persalinan, rujuk SEGERA (kamar bersalin)
setelah persalinan, lanjutkan pemberian MgSO4 (Maintenance dose) jika waktu untuk
memberikannya (6 jam) sudah tercapai sesuai prosedur pada preeclampsia dengan
gejala berat

15
2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Persalinan dengan PEB
Asuhan kebidanan adalah proses pengambilan keputusan dan tindakan yang
dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya
berdasarkan ilmu kebidanan. Asuhan kebidanan juga merupakan aplikasi atau
penerapan dari peran, fungsi dan tanggung jawab bidan dalam memberikan
pelayanan kebidanan sesuai kewenangan bidan dan kebutuhan klien dengan
memandang klien sebagai makhluk psikososial cultural secara menyeluruh/
holistik yang berfokus pada perempuan (Yulifah, 2014).
Pendokumentasian asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan PEB ini
menggunakan SOAP, antara lain:
2.2.1 Subjektif
Adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap
suatu situasi data kejadian, informasi tersebut dapat ditentukan dengan informasi
atau komunikasi (Bahiyatun, 2009).
1. Identitas
1) Nama Ibu
Ditanyakan nama dengan tujuan agar tidak terjadi kekeliruan dalam
memberikan asuhan kebidanan dan digunakan untuk sapaan klien.
2) Usia Ibu
Wanita pada usia lebih dari 35 tahun lebih mudah mengalami berbagai
masalah kesehatan salah satunya hipertensi dan preeklampsia. Hal ini
terjadi karena terjadinya perubahan pada jaringan alat-alat kandungan dan
jalan lahir tidak lentur lagi begitu pula dengan pembuluh darah, juga
diakibatkan tekanan darah yang meningkat seiring dengan pertambahan
usia sehingga memudahkan terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah
ibu, proteinuria dan oedema. Usia 35 tahun sebenarnya belum dianggap
rawan, hanya pada usia ini kemampuan reproduksi lebih menurun
sehingga usia diatas 35 tahun dianggap fase untuk menghentikan
kehamilan (Sukarni Icesmi dan Margaretha 2013).
3) Pendidikan
Pendidikan yang dijalani seseorang memiliki pengaruh pada peningkatan
kemampuan berfikir, dimana seseorang yang berpendidikan lebih tinggi

16
akan dapat mengambil keputusan yang lebih rasional, umumnya terbuka
untuk menerima perubahan atau hal baru dibandingkan dengan individu
yang berpendidikan lebih rendah. Hal ini untuk memudahkan dalam
pemberian KIE. (Wiknjosastro, 2008)
4) Pekerjaan
Untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya, karena dapat
mempengaruhi dalam hal gizi pasien tersebut. (Wiknjosastro, 2008)
5) Agama
Mengetahui kepercayaan sebagai dasar dalam memberikan asuhan saat
bersalin (Romauli, 2011).
6) Suku/ Bangsa
Untuk mengetahui factor bawaan atau ras.
7) Alamat
Mengetahui lingkungan ibu dan kebiasaan masyarakatnya.
2. Keluhan Utama
Merupakan alasan utama pasien untuk datang dan apa saja keluhan
yang dirasakan. Misalnya ibu datang dengan keluhan: (1) Adanya
bengkak pada kaki, tangan dan wajah walaupun sudah istirahat; (2) Pusing
yang berkunang-kunang muncul secara mendadak; (3) Ibu mengatakan nyeri
epigastrium. (Muslihatun, W.N, 2010)
3. Riwayat Kesehatan yang Lalu
Perlu ditanyakan apakah ibu pernah menderita penyakit yang mungkin
kambuh dan berpengaruh pada persalinan, antara lain:
1) Kencing manis : dapat memperlambat penyembuhan luka.
2) Anemia : potenisal menyebabkan perdarahan karena atonia
uteri.
3) Penyakit jantung : kemungkinan akan mengalami perdarahan karena
kondisi ibu yang lemah dan adanya infeksi.
4) TBC : resiko penularan pada bayi.
5) Hepatitis : resiko penularan pada bayi.
6) Hipertensi : potensi menyebabkan pre-eklamsi dan eklamsi.
(Bobak, 2005)

17
4. Riwayat Kesehatan Sekarang
Data penting tentang riwayat kesehatan pasien yang perlu ketahui, yaitu
apakah pasien pernah atau sedang menderita penyakit seperti penyakit
jantung, diabetes melitus, ginjal, hipertensi/hipotensi, atau hepatitis, HIV, dan
TBC. (Sulistyawati, 2015)
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ditanyakan mengenai latar belakang kesehatan keluarga, terutama anggota
keluarga yang mempunyai penyakit menular dan tinggal satu rumah seperti
TBC dan hepatitis, serta penyakit keluarga yang dapat diturunkan seperti
penyakit jantung, hipertensi, diabetes melitus yang mungkin diderita ibu.
Serta perlu ditanyakan apakah ada riwayat gemeli dalam keluarga ibu.
6. Riwatat Menstruasi
Data yang diperoleh bidan tentang menstruasi akan memberikan gambaran
tentang keadaan dasar dari organ reproduksinya (Sulistyawati, 2015). Data
yang dapat ditanyakan yaitu menarche, lama menstruasi, banyaknya, keluhan,
dan siklus menstruasi, Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) dan TP (Taksiran
Persalinan.
7. Riwayat Pernikahan
Dari data ini bidan akan mendapatkan gambaran megenai suasana rumah
tangga pasangan. Pertanyaan yang dapat diajukan yaitu: usia menikah
pertama kali, menikah berapa kali, status pernikahan, lama pernikahan.
(Sulistyawati, 2015)
8. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang Lalu
Anak Usia Persalinan Nifas
Anak Usia Jenis BB/PB Keadaan Kehamilan Jenis Penolong Tempat
ke (th) Kelamin Persalinan

9. Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah ibu pernah ikut KB dengan jenis apa, berapa lama,
adakah keluhan selama meggunakan kontrasepsi, serta rencana KB setelah
persalinan ini. (Wulandari dan Handayani, 2011)
10. Pola Pemenuhan Kebutuhan
1) Pola Nutrisi
Ibu dengan PEB dianjurkan untuk membatasi konsumsi garam.

18
2) Pola Istirahat
Istirahat sangat penting untuk ibu hamil dengan PEB.
3) Pola Eliminasi
Frekuensi berkemih akan meningkat seiring dengan dengan semakin
membesarnya uterus pasien yang mendesak kandung kemih.
4) Pola Aktivitas
Dianjurkan untuk mengurangi aktivitas fisik agar tekanan darah tidak
meningkat.
5) Pola Personal Hygiene
Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi dan
meningkatkan perasaaan kesejahteraan.
11. Riwayat Psikososial dan Budaya
Menanyakan persiapan persalinan ibu, pengetahuan tentang tekanan darah
normal, dan pengambil keputusan dalam proses persalinan ini.

2.2.2 Objektif
1. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan Umum
Guna mengetahui keadaan umum ibu apakah keadaannya baik atau
memperlihatkan respon yang baik terhadap lingkungan dan orang lain,
serta secara fisik pasien tidak mengalami ketergantungan dalam berjalan,
lemah atau buruk yaitu kurang atau tidak memberi respon yang baik
terhadap lingkungan dan orang lain, serta pasien sudah tidak mampu lagi
untuk berjalan sendiri (Sulistyawati, 2009).
2) Kesadaran
Tingkat kesadaran dari seorang klien bisa dibagi menjadi 4 yaitu
composmenthis, somnolen, koma dan apatis (Nursalam, 2008)
3) Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : Ada peningkatan tekanan darah selama masa
kehamilan sistolik ≥140 mmHg atau diastolic ≥ 90
mmHg)

19
Nadi : Guna mengetahui frekuensi nadi yang dihitung tiap 1
menit dengan batas normal 60-100x/menit
(Prawirohardjo, 2010).
Suhu : Batas normal suhu tubuh yaitu 36,5 ℃ – 37,5 ℃.
Suhu tubuh lebih dari 37,5 ℃ berindikasi bahwa
kemungkinan ibu mengalami infeksi (Mandriwati,
2008).
Pernafasan : Dikaji untuk mengetahui sistem pernafasan,
normalnya 16-24 kali per menit (Romauli, 2011).
2. Pemeriksaan Fisik
1) Rambut
Bersih atau kotor, pertumbuhan, warna, mudah rontok atau tidak. Rambut
yang mudah dicabut menandakan kurang gizi atau ada kelainan tertentu
(Sulistyawati, 2011)
2) Mata
Dikaji untuk mengetahui keadaan konjungtiva dan sclera, kebersihan mata,
ada kelainan atau tidak dan adakah gangguan penglihatan seperti rabun
jauh/dekat (Sulistyawati, 2009)
3) Mulut
Hal yang perlu diperhatikan oleh tenaga kesehatan adalah keadaan bibir
lembab atau tidak, pucat atau tidak, dan caries gigi ada atau tidak serta
perhatikan ada atau tidaknya stomatitis (Anonim, 2015)
4) Leher
Dikaji untuk mengetahui apakah terdapat penonjolan terutama pada
kelenjar tyroid yang berhubungan dengan kejadian abortus, hipertyroid
dapat menyebabkan abortus (Wiknjosastro, 2007)
5) Payudara
Periksa keadaan payudara, keadaan putting susu, dan produksi ASI.
6) Abdomen
Pada abdomen yang harus dilakukan adalah pemeriksaan posisi uterus atau
tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, dan ukuran kandung kemuh
(Saifuddin, 2014). Ada atau tidakknya nyeri epigastrium.

20
7) Genetalia
Periksa adanya pengeluaran lokhea, apakah warna lokhea sesuai dengan
harinya atau mengalami ke-abnormalan (Anonim, 2016)
8) Anus
Hemoroid sering didahului oleh konstipasi. Oleh karena itu, semua
penyebab konstipasi berpotensi menyebabkan hemoroid. Progesteron juga
menyebabkan relaksasi dinding vena dan usus besar. Selain itu,
pembesaran uterus mengakibatkan peningkatan tekanan, secara spesifik
juga secara umum pada vena hemoroid (Varney, et al. 2007)
9) Ekstremitas
Pemeriksaan ektremitas dilakukan untuk mengetahui adanya oedema atau
tidak, adanya varises, reflex patella positif atau negative, betis merah
lembek atau keras (Wiknjosastro, 2007)
3. Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan pemeriksaan protein urine, SGOT, SGPT.

2.2.3 Analisa Data


GPAPAH UK 37-40 minggu, tunggal, hidup, intrauterine, letak kepala pro SC
a/i PEB.

2.2.4 Penatalaksanaan
Penataksanaan yang dilakukan pada ibu bersalin dengan PEB yaitu:
1) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan mengenai kondisi ibu
Rasional: Informasi sangat penting untuk diberitahukan kepada klien dan
keluarga, karena hal ini akan sangat berkaitan dengan psikologis klien serta
keluarga dalam menanggapi kesehatan klien sehingga dengan adanya suatu
informasi yang baik maka klien dan keluarga akan merasa lega.
2) Melakukan observasi TTV dan DJJ
Rasional: Tanda-tanda vital merupakan asuhan untuk mengetahui keadaan
umum pasien. Pemeriksaan DJJ untuk mengetahui kondisi bayi .
3) Menganjurkan ibu istirahat cukup dan tidur di satu sisi (miring kiri).

21
Rasional: Istirahat yang cukup dan tidur miring di satu sisi dapat
memperlancar aliran darah ibu ke bayi.
4) Memberitahu ibu untuk diet makan yaitu cukup protein, serta rendah
karbohidrat, lemak, dan garam.
Rasional: Diet yang tepat dapat mencegah tekanan darah semakin meningkat.
5) Berikan terapi nifedipin, methyldopa, MgSO4
Rasional: Pemberian terapi sesuai program dapat mengantisipasi pasien
terjadi impending eklampsia.
6) Lakukan terminasi SC bila tekanan darah semakin meningkat.
Rasional: Terminasi SC merupakan tindakan yang tepat bila tidak ada
perubahan kondisi setelah diberikan terapi PEB.

BAB 3
TINJAUAN KASUS

22
Hari, Tanggal MRS : Selasa, 19 Januari 2021
Pukul : 15.30 WIB

Hari, Tanggal Pengkajian : Senin, 20 Januari 2021


Pukul : 11.00 WIB
Tempat : Ruang Edelweis RSUD Padangan

3.1 SUBJEKTIF
1. Identitas
Nama Ibu : Ny. “W” Nama Suami : Tn “S”
Umur : 32 tahun Umur : 38 tahun
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Petani
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Kemantren 3/2 Kedungtuban

2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan pusing kepala, tekanan darah tinggi sejak 1 bulan yang lalu,
bengkak di kaki dan tangan, perut kenceng-kenceng, dan sudah mengeluarkan
air ketuban sejak pukul 06.00 tanggal 20-01-2021.

3. Riwayat Kesehatan yang Lalu


Ibu tidak ada riwayat penyakit diabetes mellitus, anemia, penyakit jantung,
TBC, hepatitis, dan hipertensi.

4. Riwayat Kesehatan Sekarang


Ibu mengatakan periksa hamil 18 kali. Hamil muda ibu mengatakan mual dan
kadang-kadang muntah. Pada trimester kedua ibu tidak merasakan keluhan
apapun, pada trimester ketiga ibu mulai mengeluh kaki bengkak dan
kesemutan. Saat ini ibu tidak sedang menderita penyakit diabetes mellitus,
anemia, penyakit jantung, TBC, hepatitis, dan hipertensi.

23
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga ibu tidak ada riwayat penyakit diabetes mellitus, anemia, penyakit
jantung, TBC, hepatitis, dan hipertensi.

6. Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 tahun
Lama menstruasi : 5 – 7 hari
Jumlah darah : 2-3 kali ganti softex
Keluhan saat menstruasi : Dismenorea
Siklus menstruasi : 28 hari
HPHT : 25-04-2020
TP : 02-02-2021

7. Riwayat Pernikahan
Usia pertama kali menikah : 32 tahun
Berapa kali menikah : 1 kali
Status pernikahan : nikah sah
Lama pernikahan : 1 tahun

8. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang Lalu


Anak Usia Persalinan
Anak Usia Jenis BB/PB Keadaan Kehamilan Jenis Penolong Tempat Nifas
ke (th) Kelamin Persalinan
1 Hamil ini

9. Riwayat KB
Pasien mengatakan tidak pernah berKB dan rencana setelah melahirkan
memakai KB IUD.

10. Pola Pemenuhan Kebutuhan


1) Pola Nutrisi
Selama dirumah ibu makan 3x sehari, porsi sedang dengan komposisi nasi,
sayur, lauk, kadang makan buah. Minum susu 2x sehari, minum air putih

24
6-8 gelas sehari. Saat rawat inap pasien makan 3 kali sehari dengan diet
rendah garam.
2) Pola Istirahat
Selama dirumah ibu tidur malam ± 7-8 jam dan tidur siang ± 1-2 jam.
3) Pola Eliminasi
Selama dirumah ibu BAB rutin 1x sehari, konsistensi lunak, warna kuning,
tidak ada keluhan. BAK 4-5 kali sehari, warna kuning jernih, tidak ada
keluhan. Saat rawat inap pasien memakai dower chateter dengan produksi
urine 300 cc/ 5 jam.
4) Pola Aktivitas
Ibu dapat miring kanan dan miring kiri.
5) Pola Personal Hygine
Selama dirumah ibu mandi 2 kali sehari, sambil gosok gigi, ganti baju dan
celana 2x sehari atau bila merasa basah, setelah BAK atau BAB ibu selalu
sampai bersih dari arah depan kebelakang.
11. Riwayat Psikososial dan Budaya
1) Pengetahuan ibu tentang tekanan darah normal pada ibu hamil: ibu belum
mengetahui bahwa tekanan darah ibu tidak normal untuk kehamilan ibu
2) Persiapan persalinan: ibu mengatakan sudah mempersiapkan persiapan
persalinan seperti penolong persalinan, akan bersalin dimana, transportasi,
biaya persalinan perlengkapan ibu dan bayi, serta calon pendonor darah.
3) Tanggapan ibu dan keluarga terhadap kehamilannya: ibu dan keluarga
sangat senang dengan kehamilan ini.
4) Kekhawatiran Khusus: ibu mengatakan khawatir akan kondisi bayinya
5) Pengambil keputusan: suami

3.2 Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis

25
Tanda-tanda Vital :
Tekanan Darah : 180/120 mmHg
Nadi : 94 x/menit
Pernapasan : 17 x/menit
Suhu : 36,5 ℃
Tinggi Badan : 163 cm
Berat Badan : 97 kg
Lila : 26 cm

2. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala : Pusing
2) Rambut : Bersih, warna hitam, tidak mudah rontok
3) Mata : Konjungtiva merah muda, sclera putih, kebersihan baik,
pandangan mata tidak kabur.
4) Mulut : Bibir lembab, gigi tidak ada caries, tidak ada stomatitis,
tidak ada gusi berdarah
5) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, maupun kelenjar
limfe, tidak ada bendungan vena jugularis
6) Payudara : Lembek, puting susu menonjol, kebersihan baik, ASI
sudah keluar
7) Abdomen : Terdapat linea nigra, strie lividae, tidak ada nyeri ulu
hati.
8) Genetalia : Tidak oedema, tidak ada varices, tidak ada kondiloma
akuminata/matalata, tidak ada pembesaran kelenjar
bartholini maupun kelenjar skene, pengeluaran
pervagina bloodslym dan air ketuban jernih.
9) Anus : Tidak ada hemoroid
10) Ektremitas : Kedua tangan dan kedua kaki oedema, tidak ada
varises, reflek patella +/+.

3. Pemeriksaan Khusus
1) Palpasi

26
Leopold I : TFU 28 cm, teraba bagian agak bulat, lunak dan tidak
melenting (bokong janin).
Leopold II : Kanan teraba bagian keras, panjang dan ada tahanan seperti
papan (punggung janin). Kiri teraba bagian kecil-kecil dan
terdapat ruang kosong (ekstremitas janin).
Leopold III : Teraba bagian bulat, keras, dan melenting (kepala) dan
tidak dapat digoyangkan.
Leopold IV : Sebagian kecil bagian terbawah janin sudah masuk pintu
atas panggul (divergen). Penurunan bagian terendah
(perlimaan) : 4/5 bagian.
2) Auskultasi
DJJ 140 x/menit, kuat, dan regular.
3) Pemeriksaan Dalam
VT pembukaan 3 cm, efficement 50%, ketuban (+), preskep, kepala
hodge I.
4) Kontraksi
3 x 35 detik dalam 10 menit.

4. Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 19-01-2021
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Darah Lengkap
Hemoglobin 14,2 g/dl 12,0 – 15,0
RBC 4,97 Juta 4,0 – 4,9
Hematokrit 41,0 vol% 36 – 44
MVC 82,5 Fl 80 – 100
MHC 28,6 Pg 26 – 34
MCHC 34,6 % 31 – 37
RDW 13,5 % < 14,5
PLT 288 10^3/mm3 150 – 450
CMPV 11,6 Fl 7,2 – 11,1
PCT 0,33 % 0,15 – 0,5
PDW 14,1 Fl 11 – 18
WBC 15,8 10^3/mm3 4,0 – 10,0
Segmen 82 % 54 – 62
Limfosit 13 % 20 – 45
Monosit 6 % 2–8

27
Glukosa Sewaktu 91 mg/dl <180
Ureum 12 mg/dl 10 – 50
Creatinin 0,78 mg/dl 0,5 – 0,9
SGOT 25 U/L <31
SGPT 13 U/L <34
PT 14,1 Sec 11 – 18
APTT 28,9 Sec 27 – 42
HBs-Ag Non Reaktif Non Reaktif
Rapid Test COVID-19
IgG Non Reaktif Non Reaktif
IgM Non Reaktif Non Reaktif
Rapid Antigen Negatif Negatif
Protein Urine
Warna Kuning Kuning
Kejernihan Jernih Jernih
Berat Jenis 1,005 1,000 – 1,035
PH 5 4,5 – 8
Leukosit Negatif Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Protein +2 Negatif
Glukose Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
Urobilinogen Negatif <1
Bilirubin Negatif Negatif
Eritrosit Negatif Negatif

3.3 Analisa Data


GIP0000 uk 38 – 39 minggu, tunggal, hidup, intrauterine, letak kepala, pro
SC a/i PEB.

3.4 Penatalaksanaan
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan dan kondisi pasien.
Hasil : Pasien memahami kondisi saat ini.
2. Menjelaskan penyebab hipertensi bahwa ibu selama hamil dan sebelum
hamil tidak ada riwayat hipertensi, maka kemungkinan hipertensi yang di
alami ibu karena bawaan janin. Cara mengatasinya yaitu menganjurkan
ibu untuk tidak cemas, rileks dan memberikan obat sesuai dengan Advis
dokter SpOG.
Hasil : Pasien dan keluarga kooperatif.
3. Memberikan dukungan moral kepada pasien dan keluarga.

28
Hasil : Pasien dan keluarga kooperatif.
4. Mengevaluasi program dokter SpOG yaitu:
- MgSO4 40% 4 gram intravena pelan, dilanjutkan MgSO4 40% dosis
1 gram/ jam/ syringe pump
- Infus RL 500 cc/ 24 jam
- Nifedipin 3 x 10 mg
- Methyldopa 2 x 250 mg
- Siapkan SC + IUD
Hasil : Terapi telah dijalankan sesuai program.
5. Mengantarkan pasien ke kamar operasi.
Hasil : Pasien sudah masuk ke ruang operasi. Bayi lahir tanggal 21-01-
2021 pukul 12.20 WIB, A-S: 7-8, ketuban sisa jernih, jenis kelamin: laki-
laki, BB: 1850 gram, PB: 46 cm, Lila: 9 cm, Lingkar kepala: 29 cm,
Lingkar dada: 26 cm, bayi dirawat di NICU atas indikasi infeksi
neonatorum.

BAB 4
PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas tentang kesenjangan antara teori dan hasil
tinjauan kasus pada pelaksanaan Manajemen Asuhan Kebidanan pada Ny “W”

29
GIP0000 UK 38 – 39 Minggu, Tunggal, Hidup, Intrauterine, Letak Kepala, Pro
SC a/i PEB di Ruang Edelweis RSUD Padangan. Untuk memudahkan
pembahasan, maka penulis akan membahas berdasarkan pendekatan Manajemen
Asuhan Kebidanan dengan pendokumentasian SOAP sebagai berikut:
4.1 Subjektif
Dalam keluhan utama ibu mengatakan pusing kepala, tekanan darah tinggi
sejak 1 bulan yang lalu, bengkak di kaki dan tangan, perut kenceng-kenceng, dan
sudah mengeluarkan air ketuban. Hal ini sesuai dengan teori bahwa keluhan yang
dirasakan pada pasien dengan PEB adalah: (1) Adanya bengkak pada kaki, tangan
dan wajah walaupun sudah istirahat; (2) Pusing yang berkunang-kunang muncul
secara mendadak; (3) Ibu mengatakan nyeri epigastrium. (Muslihatun, W.N,
2010)

4.2 Objektif
Pada data objektif ditemukan data Tekanan Darah : 180/120 mmHg;
Ektremitas: Kedua tangan dan kedua kaki oedema, tidak ada varises, reflek patella
+/+; Hasil protein urine: +2. Hal ini sesuai dengan teori bahwa tanda-tanda pasien
dengan PEB adalah:
1. Tekanan darah ≥160/110 mmHg pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu
2. Tes celup urine menunjukkan protein uria ≥ 2+ atau pemeriksaan protein
kuantitatif menunjukkan hasil lebih dari 5 g/24 jam

4.3 Analisa Data


Penulisan diagnose sesuai dengan teori yaitu GIP0000 uk 38 – 39 minggu,
tunggal, hidup, intrauterine, letak kepala, pro SC a/i PEB.

4.4 Penatalaksanaan
1. MgSO4 40% 4 gram intravena pelan, dilanjutkan MgSO4 40% dosis 1 gram/
jam/ syringe pump.
Magnesium sulfat (MgSO4) adalah obat pilihan untuk mencegah kejang pada
PE. WHO menganggap bahwa MgSO4 aman dan hemat biaya dalam

30
profilaksis kejang dan dalam pengobatan PE parah dan eklamsia. Karena
tingkat konsentrasi magnesium serum terapeutik belum stabil, tingkat MgSO4
dalam darah dipantau oleh pengawasan rutin terhadap tanda dan gejala
toksisitas magnesium, yang meliputi hilangnya refleks patela, penglihatan
kabur, kantuk, bicara cadel, kelumpuhan otot , dan depresi pernapasan. Ini
adalah metode yang agak kasar untuk mengontrol dosis MgSO4, obat dengan
batas terapeutik yang sempit, dengan dosis yang terlalu rendah meningkatkan
risiko kejang, sementara dosis yang terlalu tinggi dapat menyebabkan
toksisitas pada ibu / janin. Oleh karena itu, data farmakokinetik (PK) dan
farmakodinamik (PD) adalah kunci untuk menetapkan rezim dosis yang
dioptimalkan untuk obat ini. (WHO)
2. Infus RL 500 cc/ 24 jam
Pengelolaan cairan pada preeclampsia bertujuan untuk mencegah terjadinya
edema paru dan oliguria.
3. Nifedipin 3 x 10 mg
Dalam jurnal yang berjudul Comparison Of Intravenous Hydralazine Versus
Oral Nifedipine For Control Of Blood Pressure In Severe Preeclampsia oleh
Sadia Zulfiqar et al tahun 2018, dinyatakan bahwa Obat yang digunakan
untuk mengontrol tekanan darah adalah nifedipine. Nifedipine adalah
penghambat saluran kalsium yang bekerja pada otot polos arteriol, onset kerja
yang cepat dan menginduksi vasodilatasi dengan menghalangi masuknya
kalsium ke dalam sel.
4. Methyldopa 2 x 250 mg
Metildopa adalah obat yang paling umum digunakan untuk hipertensi yang
diinduksi kehamilan tetapi membutuhkan waktu lebih lama untuk bertindak.
Tujuan utama pengobatan antihipertensi pada hipertensi yang diinduksi
kehamilan ringan sampai sedang adalah untuk mencegah atau mengobati
hipertensi berat (umumnya didefinisikan sebagai tekanan darah ≥160 / 110
mm Hg) dan komplikasi yang terkait serta untuk memperpanjang kehamilan
selama mungkin. Gangguan hipertensi tampaknya mempersulit sekitar 10%
kehamilan dan merupakan penyebab penting morbiditas dan mortalitas ibu
dan janin.

31
5. Siapkan SC + IUD
Terminasi dengan operasi SC merupakan pilihan yang tepat karena kondisi
ibu mengalami peningkatan tekanan darah.

BAB 5
PENUTUP

Setelah penulis mempelajari teori dan pengalam langsung dilahan praktek


melalui studi kasus tentang manajemen Asuhan Kebidanan pada Ny “W”

32
GIP0000 UK 38 – 39 Minggu, Tunggal, Hidup, Intrauterine, Letak Kepala, Pro
SC a/i PEB di Ruang Edelweis RSUD Padangan, maka bab ini penulis menarik
kesimpulan dan saran.
5.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan data subjektif Ny “W” didapatkan keluhan ibu pusing kepala,
tekanan darah tinggi sejak 1 bulan yang lalu, bengkak di kaki dan tangan,
perut kenceng-kenceng, dan sudah mengeluarkan air ketuban.
2. Berdasarkan data objektif ditemukan data Tekanan Darah : 180/120 mmHg;
Ektremitas: Kedua tangan dan kedua kaki oedema, tidak ada varises, reflek
patella +/+; Hasil protein urine: +2.
3. Dilakukan analisa sesuai dengan data subjektif dan data objektif yang didapat
sehingga didapat diagnosa GIP0000 uk 38 – 39 minggu, tunggal, hidup,
intrauterine, letak kepala, pro SC a/i PEB.
4. Dari analisa data tersebut dapat dilakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan
pada ibu bersalin dengan PEB yang sesuai dengan permasalahan dan
kebutuhan Ny ”W” dengan melakukan asuhan mandiri bidan dan kolaborasi
dengan dokter SpOG dalam pemberian terapi.

5.2 Saran
1. Untuk ibu hamil
Ibu sebaiknya menjaga kehamilan, kesehatan diri, segera memeriksa diri jika
muncul masalah dalam kehamilan dan banyak bertanya hal-hal yang tidak
diketahui pada tenaga kesehatan mengenai kehamilannya
2. Untuk petugas kesehatan
Petugas kesehatan sebaiknya meningkatkan taraf kesehatan masyarakat
dengan pelayanan kesehatan berkualitas, meningkatkan wawasan kesehatan
dengan memberikan asuhan kebidanan yang tepat sesuai kebutuhan ibu.

33
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba. 1998. Ilmu kebidanan, Penyakit kandungan & Keluarga berencana


untuk pendidikan bidan Edisi I. Jakarta: EGC
Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC
Mochtar. 1998. Sinopsis Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi Edisi 2. Jakarta:
EGC
Suririnah, 2008. Buku Pintar Kehamilan dan Persalinan. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama
Trijatmo. 2007. PreEklamsia dan Eklamsia, dalam Buku Ilmu Kebidanan
Sarwono Prawirohardjo Edisi IV. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo
Wibowo. 2006. Preeklampsia dan Eklampsia dalam Ilmu Kebidanan. Edisi III.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Anda mungkin juga menyukai