Anda di halaman 1dari 13

ANATOMI DAN KASUS PADA HIDUNG

“Inflamasi pada hidung, Trauma, Tumor, Herediter dan kongenital,


penyakit pada hidung tersumbat satu sisi dan dua sisi

Disusun oleh:

Maghfiratulliza (41191396100051)

Pembimbing:

dr. Vick Sp. THT-KL

Kepaniteraan Klinik Telinga Hidung dan Tenggorokan – Kepala Leher


Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati
Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2020
ANATOMI HIDUNG

Hidung luar

Os nasalis, prosesus frontalis os maksila, prosesus nasalis os frontalis.

Kerangka tulang rawan:

 1 psang krt nasalis lateralis superior,

 1 psng krt nasalis lateral inferior,

 beberapa pasang krt alar minor, tepi anterior kartilago septum.

Rongga hidung: dibagi dua oleh septum nasi, menjadi kavum nasi kanan dan kiri, dengan nares
anterior dan nares posterior (koana). tepat bagian depan nares anterior vestibulum.

Dinding kavum nasi:

 Medial =septum nasi.

 Lateral = ager nasi dan konka,


 Inferior = os maksila dan palatum,

 Superior = lamina kribriformis.

Septum nasi: membagi cavum nasi kana dan kiri, dibentuk oleh tulang dan tulang rawan, dilapisi
oleh periosteum dan prerikondrium, bagian luar mukosa hidung. Septum nasi bagian tulang:
lamina perpendikularis os etmoid, os vomer, krista nasalis os maksila, krista nasalis os palatina.
Bagian tulang rawan: kartilago septum (lamina quadrangularis), kolumela.

Konka: tonjolan yang terdiri dari tulang rawan yang terpisah dengan tulang sekitarnya, ditutup
oleh selaput tebal yang kaya pembuluh darah, bersifat semi erektil, terdapat 3-4 konka
diantaranya: inferior konka media, konka superior dan suprema. Dengan dinding lateral
membentuk rongga (meatus) meatus inferior muara ductus lakrimalis, m medius terdapat bula
etmoid, prosesus unsinatus, hiatus semilunaris dan infundibulum etmoid (komplek osteomeatal).
Hiatus semilunar celah sempit melengkung, terdapat muara sinus frontal, sinus maksila, sinus
etmoid anterior dan pada konka superius terdapat muara sinus etmoid posterior dan sfenoid.

Perdarahan;

 bagian atas rongga hidung = arteri etmoid anterior dan posterior, cabang dari a.oftalmika
yang berasal dari a.karotis interna.

 Bagian bawah rongga hidung = arteri palatina mayor dan a.sfenopalatina cabang dri
arteri maksilaris interna.

 Hidung luar: cabang a.fasialis. bagian depan septum pleksus kiesselbach anastomosis dari
: a.sfenopalatina, a.etmoid anterior, a. labialis superior, a.palatina mayor.

 Vena hidung bermuara ke v.optalmika sinus kavernosus. Vena hidung tidak memiliki
katup.

Persarafan:

 rongga hidung depan atas dipersarafi oleh n.etmoidalis cabang n.nasosiliaris. n.optalmika,
rongga hidung lain N.maksila melalui ganglion sfenopalatina.

 Ganglion sfenopalatina: sensoris dan s.otonom untuk mukosa. Menerima serabut sensoris
N.maksila, serabut parasimpatis menerima N.petrosus superfisial. Serabut simpatis n
petrosus profundus, lokasi ujung posterior konka media.

 Nervus olfaktorius: turun melalui lamina kribosa. Berakhir pada resptor sel penghidu
pada mukosa olfaktorius.

Mukosa hidung: mukosa pernafasan (repiratori), mukosa penghidu (olfactory)


Mukosa pernafasan: terdapat pada sebagian besar rongga hidung, permukaan epitel torak berlapis
semu bersilia.

Mukasa penghidu: diatap, konka superior, 1/3 atas septum epitel torak berlapis semu tak bersilia.
Epitel terdiri dari 3 macam sel:

 sel penunjang,

 sel basal,

 sel reseptor.

Trasportasi mukosiliar hidung adalah suatu mekanisme mukosa hidung untuk membersihkan
dirinya dengan mengangkut partikel-partikel asing yang terperangkap pada palut lender kearah
nasofaring. Merupakan fungsi pertahanan local pada mukosa hidung. Transportasi mukosiliar
disebut juga clearance mukosiliar. Trosportasi mukosiliar terdiri dari dua system yang
merupakan gabungan dari lapisan mukosa dan epitel yang bekerta secara simultan. Sitem ini
tergantung dari gerakan aktif silia yang mendorong gumpalan mucus. Lapisan mukosa
mengandung enzim lisozom (muramidase), dimana enzim ini dapat merusak beberapa bakteri.

Patofisiologi rhinosinusitis

Rhinosinusitis dibagi menjadi 2 berdasarkan penyababnya, yaitu akut dan kronis,


Rhinosinusitis akut paling sering disebabkan oleh invfeksi virus yang dapat diikuti oleh infeksi
bakteri, infeksi dapat menyebakan peradangan pada mukosa hidung karena adanya sitokin
sitokin yang dihasilkan baik oleh epitel maupun oleh sel-sel radang, yang menyebabkan
meningkatnya permaebilitas kapiler hidung sehingga mengakibatkan kongesti mukosa hidung
terutama osteomeatal complex. Kongesti pada osteomeatal complex menyebabkan berkurangnya
pasokan oksigen kedalam mukosa sinus sehingga dapat menyebabkan infamasi jaringan setempat
dan mengganggu funsi normal dari mukosilia sinus , dan juga mengubah viskositas mucus
menjadi lebih kental, akibatnya terjadilah transudasi pada sinus dan mucus yang dihasilkan sinus
menjadi stasis sehingga memudahkan kolonisasi bakteri dan terjadilah rhinosinusitis akut.

Rhinosinusitis akut juga dapat disebakan oleh proses alergi. Ikatan allergen dan imun
tubuh dapat memicu terjadinya hipersensitivitas tipe 1, ditandai dengan meningkatnya produksi
igE yang beriktan dng sel mast dan memicu degranulasi sel mast (histamine dan sitokin
proinflamasi lain) sehingga menyebabkan peningkatan permeabilitas vascular, destabilisasi
membrane lisosom yang menyebabkan edema mukosa saluran pernafasan dan terjadi obstruksi
dan inflamasi pada sinus.
Kelainan Hidung Tersumbat Sebelah

Benda asing Beda asing adalah yang berasal dari luar atau
dalam tubuh yang dalam keadaan normal tidak
ada pada hidung. Benda asing terbagi menjadi
dua yaitu benda asing eksogen, yaitu yang
berasal dari luar tubuh, biasanya masuk melalui
hidung atau mulut. Benda asing terdiari dari bnda
padat, cair, atau gas. Benda asing padat seperti
akacang-kacangan, tulang, dan zat anorganik lain.
Benda asing endogen yaitu yang berasal dari
dalam tubuh. Benda asing endogen dapat berupa
secret kental, darah/ bekuan darah, nanah,
krusta.
Deviasi septum Deviasi septum ialah suatu keadaan dimana
terjadi peralihan posis septum nasi dari letaknya
yang bera di garis medial tubuh. Biasa disebabkan
oleh trauma, kelainan kongenital, trauma
sesudah lahir, trauma waktu lahir, perbedaan
pertumbuhan anta septum dan palatum, tekanan
torsi pada hidung. Bentuk deformitas biasanya
berbentuk C atau S, dislokasi bagian bawah
kartilago septum keluar dari krista maksilaris dan
masuk kedalam rongga hidung, penonjolan
tulang/tulang rawan septum, bila memanjang
dari depan kebelakang disebut krista, dan bila
sangat runcung dan pipih disebut spina.
Manifestasi klinis yang biasa timbul adalah
sumbatan pada salah satu/kedua sisi, rasa nyeri
dikepla dan disekitar mata, penciuman
terganggu, kongesti nasalis biasanya pada salah
satu sisi, pendarahan hidung(epistaksis),
menyumbat ostium sinus, mengdengkur ketika
tidur (pada bayi dan anak-anak).
Polip Polip hidung adalah masa lunak yang
mengandung banyak cairan didalam rongga
hidung, berwarna putih kebau-abuan, yang
terjadi akibat inflamasi mukosa. Polip dapat
timbul pada penderita laki-laki maupun
perempuan, dari usia anak-anak sampai usia
lanjut. Dulu diduga predisposisi timbulnya polip
nasi adalah adanya rhinitis alergi atau penyakit
atopi. Keluhan penderita polip nasi adalah hidung
terasa tersumbat dari yang ringan samapai yang
berat, rinorea dri yang jernih sampai purulent,
hipoosmia atau anosmia. Mungkin disertai
bersin-bersin, rasa nyeri dihidung desertai sakit
kepala di daerah frontal. Bila disertai infeksi
sekunder mungkin didapati post nasal drip dan
rinorea purulent.

Kelainan Hidung Tersumbat Dua Sisi

Sinusitis Peradangan yang terjadi pada rongga sinus


paranasal. Sinusitis bisa terjadi pada salah satu
dari ke empat sinus yang ada (maksilaris,
etmoidalis, frontalis/sfenoidalis. Sinusitis lebih
sering terkena pada sinus maksilaris dikarenakan
merupakan sinus yang terbesar, letak ostiumnya
lbih tinggi dari dasar, sehingga aliran secret
tergantung dari gerakan silia, dasarnya adalah
akar gigi, ostium sinus maksilaris terletak
dimeatus media, disekitar hiatus semilunar yang
sempit, sehingga mudah tersumbat. Sinusitis
dapat menimbulkan gejala mayor dan minor
berupa nyeri/rasa tertekan pada wajaah, secret
nasal purulent, demam, kongesti nasal, obstruksi
nasal, hiposmia/anosmia. Gejala minor berupa
sakit kepala, batuk, rasa lelah, halitosis, nyeri gigi.
Rhinitis Rhinitis tergolong infeksi saluran nafas yang
dapat muncul akut/kronik. Rhinitis akut biasanya
di sebabkan oleh virus yaitu pada selesma/
menyertai campak, tetapi dapat juga menyertai
infeksi bakteri seperti pertusis. Rhinitis di sebut
kronik bila radang berlangsung lebih dari satu
bulan. Manifestasi utama dari rhinitis adalah
rinorea, gatal hidung, bersin- bersin dan
sumbatan hidung. Tanda – tanda fisik yang sering
di temui juga meliputi perkembangan wajah yang
abnormal, maloklosi gigi, aleri gape (mulut selalu
terbuka), alergi shiners (hitam di bawah kelopak
mata, transverse nasal chrease(lipatan
transversal pada hidung), edema konjungtiva,
mata gatal dan kemerahan.

Kelaiana Kongenital

Labio dan palatoskisis Dekatnya anatomi bibir dan hidung serta


precursor embriologi yang sama dari bibirdan
hidung menyebabkan anak yang lahir dengan
labio atau palatoskisis juga akan mengalami
deformitas hidung, deformitas hidung
menyebabkan gangguan fungsional maupun
estetik seiring dengan perkembangan waktu
Kista dermoid hidung Kista/sinus dermoid hidung kongenital susah
untuk diketahui hingga masa kanak-kanak/
dewasa, kista dermoid mengandung semua unsur
kulit, rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea
dan jaringan ikat. Ksta ini tidak berdenyut dan
tidak dapat ditekan,tampak sebagai suatu lubang
pada dorsum nasi dengen sekelompok rambut.
Dan kadang mengeluarkan secret purulent. Usia
optimum untuk pembedahan adalah 5-6 tahun.
Glioma dan ensefalokel Glioma dan ensefalokel adalah lesi jarang yg
hamper serupa dalam hal embryogenesis dan
histologi. Keduanya terbentuk oleh jaringan glia
ekstradural. Ensefalokel lesi yg berhubungan
dengan saraf pusat, glioma pata dan tidak dapat
ditekan,bewarna abu-abu/keunguan, glioma
biasanya diketahui pada saat lahir aatau sesaat
sesudahnya. Ensefalokel sering kali disertai
dengan cacat fusi garis tengah lainnya.
Atresia koana Kelainan kongenital yang diakibatkan oleh bagian
belakang rongga hidung tersumbat oleh tulang
yang abnormal atau terdapatnya jaringan lunak
yang di sebabkan oleh gagalnya membrane
bukonsalais untuk membelah sejak embrional.
Biasanya tidak terdeteksi pada kelainan yang
terjadi unilateral, karena bayi/anak sudah
beradaptasi dengan hanya menggunakan satu
lubang hidung. Menjadi berbahaya ketika
kelainan ini terjadi pada kedua hidung. Beberapa
tanda yang dapat dilihat adalah adanya sianosis
pada bayi saat menyusu, dan membaiik ketika
bayi menangis, hal ini dikarenakan saluran udara
akan tersumbat oleh lidah yang sedang menyusu.
Penegakan diagnosis menggunakan CT Scan.
Tatalaksana dengan melakukan pembedahan
untuk membuat jalan napas nasofarig.

Penyakit Radang

Common cold Dikenal dalam masyarakat sebagai flu, diawalai


dengan sumbatah hidung, secret yang
berlebihan, bersin-bersin, sedikit batuk,
kelemahan umum dengan atau tanpa nyeri
kepala, suhu tubuh mungkin normal atau sedikit
meningat, banyak etiologi yang mendasari.
Rhinitis influenza Disebakan oleh virus A, B dan C dari golongan
ortomiksovirus, gejala bersin, secret hidung
berair, dan hidung tersumbat sama dengan
common cold.infeksi bakteri sekunder dan
nekrosis epitel bersilia lebih sering terjadi pada
influenza.
Rhinitis dan eksantema virus Rhinitis sering kali merupakan gejala prodromal
dari campak, rubrlla, dan cacar air sering kali
mendahuluiensantem dalam 2-3 hari. Infeksi
bakteri sekunder lebih sering terjadidibanding flu
Infeksi Bakteri Akut Rhinitis supuratif sebagai infeksi sekunder pada
dewasa, sering kali disertai sinusitis
bakterialis,dan pada anak sering di jumpai
adenoiditis. Kadang dapat terjadi rhinitis
bakterialis primer yang mirip dng common cold.
Fuungkulosis dan vestibulitis
Rhinosinusitis Akut  terjadi < 4 minggu, subakut >4
minggu dan < 12 minggu. Paling sering sinus
ethmoid dan maksila/antrum highmore. Acute 
gejala awal yang muncul seperti batuk, nasal
discharge, dan kongesti yang memberat dalam 10
hari.
Etiologi : 1. Viral : rhinovirus 2. Bacterial: S.
pneumonia, Haemophylus Influenzae &
Moraxella Catarrhalis. 3. Rinitis alergi dan
obstruksi pada rongga hidung.ll
Gejala : timbulnya 2 atau lebih gejala yang salah
satunya harus berupa hidung tersumbat atau ingus
purulent atau post nasal drip dengan Nyeri/nyeri
tekan pada wajah, gangguan menghidu atau
kehilangan fungsi menghidu.
Diagnostik: terdapat air fluid level atau air bubble
dalam opasitis CT-Scan, dengan MRI terdapat
penebalan mukosa dan dapat membedakan antara
cairan atau pus dalam lumen sinus.
Kronik  terjadi > 12 minggu/3 bulan32.
Karakteristik gejala  anterior atau posterior
mucopurulent nasal drainage dan obstruksi nasal.
Dapat terjadi facial pain atau terdapat rasa
tertekan pada wajah dan hyposmia. Halitosis (+)

Allergic rhinitis Terjadi karena adanya paparan alergen. Sering


terjadi rhinorea atau bersin-bersin pada pagi hari
atau malam hari. Biasanya memiliki riwayat atopi,
memiliki hubungan dengan riwayat penyakit
keluarga.
Sifat rhinorea  clear and watery
Harus dibedakan dengan vasomotor rhinitis 
terjadi karena kegagalan termoregulasi, rhinorea
muncul karena perubahan suhu. Misal pada suhu
dingin.
Food allergy with rhinitis Berhubungan dengan alergi makanan, biasanya
timbul setelah memakan makanan sumber
alergen.
Riwayat atopi (+), memiliki riwayat hubungan
dengan riwayat penyakit keluarga.
Sifat rhinorea  clear and watery.
Occupational rhinitis with eosinophilia (IgE- Rhinitis yang terjadi karena terpaparnya alergen
Mediated) dalam tempat kerja yang diperantarai oleh IgE.
Biasanya keluhan rhinitis muncul di tempat kerja.
Cigarette smoke-induce atophy-like rhinitis Terjadi pada perokok, dapat menginduksi
terjadinya atopy. Sehingga dapat menyebabkan
rhinitis alergi.
Retensi kista dan polip Biasanya asimptomatik, ditemukan pada sinus
paranasal dan bisa sebagai komplikasi dari
sinusitis.
Retensi kista  biasanya kista serous, dan
disebabkan oleh obstruksi kelenjar seromucinous.
Terdapat akumulasi cairan dalam lapisan
submucosal. Sering terjadi pada sinus maksilaris.
Dapat menyebabkan obstruksi mucociliary
pathways.
Polip  merupakan retensi kista karena
akumulasi cairan dilapisan mukosa, dan pada
stroma terdapat eosinophil yang banyak. biasanya
asimptomatik, Sering berada di OMC
(osteomeatal complex). Jika polip berukuran besar
dapat menyumbat drainase sinus sehingga dapat
simptomatik.
Mucocele dan pyocele Mucocele  mengandung mucus dan epitel yang
mengalami deskuamasi, terjadi karena obstruksi
ostium sinus dan bisa merupakan komplikasi dari
CRS (Chronic Rhinosinusitis), polyposis, FESS
(Functional Endoscopic Sinus Surgery) atau
trauma. Sering terjadi pada sinus frontal (65%),
sinus ethmoid (25%), sinus maksilaris (10%).
Dapat terjadi superimposed dengan infeksi
sehingga dapat terjadi pyocele.
Atrophic rhinitis Karakteristik  atrofi pada mukosa nasal dan
pembesaran cavum nasi dengan kongesti nasal
disertai resorpsi tulang di bawahnya. Atrophic
rhinitis sekunder dapat terjadi karena trauma,
intranasal surgery granulomatosis disease,
paparan infeksi dan radiasi.
Silent sinus syndrome (SSS) Terjadi tekanan negatif dalam sinus maksila
karena obstruksi drainase. Dinding sinus menjadi
kolaps dan enophtalmos dapat terjadi.
Fungal sinusitis Terjad karena Ireaksi alergi IgE-mediated pada
pasien dengan riwayat atopi.
Noninvasive  element fungal terbatas pada
lumen dari sinus.
Invasive  elemen fungal masuk dalam mukosa
termasuk dalam pembuluh darah, tulang, orbital,
dan intracranial.
Diagnostik kriteria 1) sinusitis yang
terkonfirmasi dengan radiologi imaging, 2)
terdapat hypha dalam mukosa, submucosa,
vaskular, dan tulang pada pemeriksaan
histopatlogi.
Localized nasal mucosal allergic responses Pada beberapa individu, memiliki mukosa nasal
yang terlokalisir hipersensitif sehingga mudah
mengalami alergi
Asymptomatic atopy Pada pasien dengan atopi, namun keluhan rhinitis
tidak ada.

Kelainan Pada Trauma

Fraktur hidung Tanda fraktur hidung yang lazimadalah depresi /


pergeseran tulang hidung, edema hidung,
epistaksis, fraktur dari kartilagoseptum disertai
pergeseran atau ataupun dpt digerakkan. Hrus
diperiksa terhadap adanya hematom septum
akibat fraktur.
Fraktur mandibular Fraktur kedua tersering pada wajah tanda dan
gejala yang mengarah yaitu maloklusigeligi, gigi
dapat digerakkan, laserasi intraoral, nyeri
mengunyah, dan defermitas tulang, evaluasi awal
termasuk pemeriksaan apakah terdapat fraktur
pada geligi, baik di tanya atau melihat lansung.
Fraktur zigoma dan dasar orbita Cedera yang menimbulkan fraktuk zigoma
biasanya aibat suatu benturan pada korpus zigom
atu tonjolan malar. Dasar orbita dapat pula
mengalami fraktur pada proses tersebut, atau
dapat di “hantam” oleh suatu objek seperti
baseball atau bola tenis yang menutup orbita aat
benda menerpa wajah.fraktur zigoma dapat
cirikan oleh deformitas yang dapat ddiraba pada
lingkar bawah orbita, diplopia saat melirik ke
atas, hipestasia pada pipi, pendataran sisi lateral
pipi, eqimosis periorbital, pergeseran bola mata
kebawah. Adakalanya hanya arkus zigomatikus
yang mengalami fraktur dengan suatu
pencekungan pada sis lateral region temporalis.
Fraktur dasar orbita dapat hanya ditandai oleh
ketrbatasan untuk melirik keatas akibat
terperangkapnya otot rektus inferior.
Fraktur maksilaris f.maksilaris merupakan salah satu cedera wajah
yang paling berat, dan dicirikan oleh mobilitas
atau pergeseran paltum, moblitas hidung yang
menyertai palatum, epistaksis, mobilitas atau
pergeseran seluruh bagian 1/3 tengah wajah.

Fraktur sinus frontalis Cedera ini dicirikan oleh depresi tabula anterior
dari sinus frontalis, epistaksis, kadang-kadang
terputusnya tabula posterior sinus frontalis
dengan ruptut duramater dan rinore cairan
serebropinalis.
Kelainan akibat Tumor

Estesioneuroblastoma Tumor ganas elemen penunjang epitel


olfaktorius yang jarang terjadi. Tumor ini
tumbuh lambat dan mampu bermetastasi ke
paru-paru dan servical. Akhirnya tumor
mengikis kedalam cranium anterior melalui
lempeng kribriformis. Gejala dini biasanya
epistaksis dan obstruksi hidung. Ct scan
adalah pemeriksaan untuk melihat apakah
ada perluasan pada intracranial.jika tumor
papiloma Papilloma terbalik merupakan tumor hidung
yang tidak biasa yang tampak sebagai seli
polypoid yang tampak gemuk. Walaupun
tidak ganas angka kekambuhan lebih dari
40% jika tidak dieksisi dengan sempurna
atau luas. Tumor ini 80% terjadi pada
dinding lateral hidung pada daerah meatus
media.walaupun tidak mengalami
degenerasi ganas, pada 5% kasus dapat
disertai daerah keganasan dalam masa
jaringan.
Karsinoma nasofaring Nasofaring merupakan daerah utama untuk
karsinoma sel skuamosa, karsinoma yang
tidak berdeferensiasi, adenokarsinoma,dan
limfoma primer. Tumor-tumor ganas pada
nasofaring dapat tetap tenang sampai tumor
tersebut mengenai struktur sekitarnya.
Terkenanya saraf kranial kelima dapat
menyebabkan nyeri local atau nyeri fasial
atau mati rasa. Jika tumor meluas ke atas
dapat menyebabkan diplopia karena
terkenanya saraf ke 6 dan ke 3. Perluasan
kedepan menyebabkan obstruksi hidung,
perluasan kelateral mengenai tuba estacius
menyebakan otitis media serosa unilateral
dengan tuli telinga hantaran (konduksi).
Metastasis tumor ini keretrofaring,jugular
profunda, dan klenjar betah bening
assesorius spinal.
Karsinoma Sel Basal Merupakan keganasan pada kulit yang
terjadi karena sering terpapar sinar
matahari. Prognosisnya baik, karena hanya
1% kasus yang dilaporkan mengalami
metastasis. Daerah yang sering terkena
adalah pipi, hidung, dahi, dan telinga. Jika
tidak diobat dapat menjadi masalah besar
seperti karsinoma sel basal pre-aurikular
dapat meluas sepanjang tulang rawan
saluran telinga atau ke kelenjar parotis
superfisial
Adenokarsinoma papiler Merupakan tumor yang biasa terjadi pada
superior hidung atau kubah hidung pada
daerah konka media dan superior. Kejadian
tumor ini dilaporkan lebih sering terjadi
pada laki laki.

Anda mungkin juga menyukai