Anda di halaman 1dari 24

Laporan Kasus

Typhoid fever + ISPA


Oleh :
Yuliani Rahayu

Pembimbing :
dr. Adry Leonardy Tendean, Sp.PD

Bagian Ilmu Penyakit Dalam


Fakultas Kedokteran Halu Oleo
Kendari
2019
http://www.free-powerpoint-templates-design.com
IDENTITAS PASIEN
• Nama : Ny. H
• Umur : 36 tahun
• Jenis kelamin : Perempuan
• Agama : Islam
• Alamat : Kelurahan Sanua
• Tanggal masuk : 13 januari 2018
• DPJP : dr. Adry Leonardy Tendean, Sp.PD
• Ruang Perawatan : ST. Monica K23 RS St. Anna
ANAMNESIS
• Keluhan utama : Demam

• Anamnesis Terpimpin : Pasien masuk RS dengan keluhan demam tinggi dialami sejak 7 hari sebelum
di rawat di rumah sakit, bersifat naik turun dan demam mulai meninggi ketika sore menjelang malam
hari. Saat demam pasien sempat menggigil, nyeri kepala (+), pusing (+). Pasien mengeluh batuk sejak
1 minggu, tidak ada lendir ataupun darah. Pasien mengeluh buang air besar kemarin >4x dengan
konsistensi cair tidak ada ampas, perut melilit, namun tidak mual ataupun muntah. Pasien mengeluh
nyeri sendi, tidak ada mimisan ataupun gusi berdarah dan tidak timbul bintik merah pada kulit.
Riwayat keluhan yang sama sebelumnya (-), riwayat asma (-), riwayat penyakit idiopati (-), riwayat
penyakit autoimun (-). Riwayat keluarga denagn keluhan serupa (-), riwayat pengobatan (+) Minum
obat puskesmas : paracetamol, obat batuk, dan B com, Alergi obat (-).
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
Status Gizi : Gizi Baik

Tanda Vital
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 76 kali/menit
Pernapasan : 22 kali/menit
Suhu : 38,5 °C
PEMERIKSAAN FISIK
Pucat : (-)
sianosis : (-)
Ikterus : (-)
Tonus : Baik
Busung / edema : (-)
Turgor : Baik
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala
• normocephal (+)
Muka
• Simetris kiri-kanan
Rambut
• Berwarna hitam, tidak mudah tercabut.

Mata
• Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
PEMERIKSAAN FISIK

Hidung
Rhinorhea (+), Epistaksis (-)
Telinga

Otorrhea (-),

Mulut
Stomatitis (-), lidah kotor (+), bibir kering
(-), tonsil T1/T1, hiperemis (-).
PEMERIKSAAN FISIK
• Inspeksi : pembesaran (-)
• Palpasi : pembesaran KGB (-),
LEHER

THORA •

Inspeksi : simetris kiri = kanan, retraksi (-)
Palpasi : Massa tumor (-), nyeri tekan (-)

KS
• Perkusi : Sonor kiri = kanan, batas paru hepar ICS VI kanan
• Auskultasi : Vesikuler, ronki (-/-) wheezing (-/-)

• Inspeksi : IC tidak terlihat


• Palpasi : IC tidak teraba
JANTUN • Perkusi: Pekak (+),
ICS V lined midclavicularis sinistra
G ICS IV linea parasternalis dextra
• Auskultasi: BJ I,II murni reguler, S3/gallop (-),
Murmur (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Inspeksi : datar, ikut gerak napas,
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan
ABDOMEN meningkat
Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (+)
Perkusi : Tympani

Hati : kesan normal


Lien : kesan normal
Kelenjar limfe: tidak ada pembesaran
Alat kelamin : tidak ada kelainan
Alat gerak : tidak ada kelaianan
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Darah Rutin :
• 08 Februari 2019

Parameter Hasil Nilai rujukan

WBC 8,2 [10^3/uL] 4,00 – 10,00

RBC 4,32 [10^6/uL] 4,00 – 6,00

HGB 12,0 [g/dL] 12,0 – 16,0

HCT 36,5 [%] 37,0 – 48,0


MCV 84,5 [fl] 80,0 - 97,0
MCH 27,8 [pg] 26,5 – 33,0
MCHC 32,9 [g/dL] 31,5 – 35,0
PLT 316 [10^3/uL] 150 - 400
RDW-SP 29,3 [fl] 37,0-54,0
RDW-CV 41,5 [%] 10,0-15,0
PDW 9,3 [fl] 10,0-18,0
MPV 8,5 [fl] 9,0-13,0
P-LCR 13,9 [%] 13,0-43,0
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tes Widal :
• 08 Februari 2019

Parameter Hasil Nilai rujukan

Widal : Typhus O 1/80 * NEGATIF

Widal : Typhus H 1/160 * NEGATIF

Widal : Paratyphus A-H NEGATIF NEGATIF

Widal : Paratyphus B-H NEGATIF NEGATIF


PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Faeces :
• 10 Februari 2019
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan

Faeces Rutin

Warna Coklat kehitaman

Bau Khas

Makroskopik

Konsistensi Agak cair Lunak

Lendir Tidak berlendir Tidak berlendir

Darah Tidak ada darah Tidak ada darah

Parasit Negatif Negatif

Mikroskopik

Serat-serat Positif Negatif/positif

Leukosit 1-2 0-5

Eritrosit 1-2 0-5

Telur Cacing Negatif Negatif

Bakteri Positif * Negatif

Lain-lain Negatif
RESUME
Pasien masuk RS dengan keluhan demam tinggi dialami sejak 7 hari sebelum di rawat di
rumah sakit, bersifat naik turun dan demam mulai meninggi ketika sore menjelang malam hari.
Saat demam pasien sempat menggigil, nyeri kepala (+), pusing (+). Pasien mengeluh batuk
sejak 1 minggu, tidak ada lendir ataupun darah. Pasien mengeluh buang air besar kemarin >4x
dengan konsistensi cair tidak ada ampas, perut melilit, namun tidak mual ataupun muntah.
Pasien mengeluh nyeri sendi, tidak ada mimisan ataupun gusi berdarah dan tidak timbul bintik
merah pada kulit. Riwayat keluhan yang sama sebelumnya (-), riwayat pengobatan (+) Minum
obat puskesmas : paracetamol, obat batuk, dan B com.
Pada pemeriksaan fisik di dapatkan keadaan umum sakit sedang, kesadaran compos
mentis, tanda vital : Tekanan darah : 120/70 mmHg, nadi: 76 kali/menit, pernapasan: 22
kali/menit, suhu: 38,5 °C. Pada pemeriksaan hidung di dapatkan rinhonea encer, mulut di
dapatkan lidah kotor (+), Tonsil T1/T1 hiperemis (-), pemeriksaan dada di dapatkan bunyi
pernapasan vesikuler, pada pemeriksaan auskultasi abdomen di dapatkan peristaltik (+) kesan
meningkat dan pada palpasi terdapat nyeri tekan epigastrium.
Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin dalam batas normal, tes widal di dapatkan
typhus O 1/80 dan typhus H 1/160, dan pemeriksaan faeces di temukan bakteri.
DIAGNOSIS KERJA : Typhoid fever + ISPA

TATALAKSANA Medikamentosa :
• IVFD RL 20 TPM
Non medikamentosa : • Paracetamol tab 3 x 500 mg
• Tirah baring • Ambroxol tab 3 x 30 mg
• Diet makanan lunak rendah • Ceftriaxone 1 gr / 12 jam / iv
serat
• Ranitidin amp/ 12 jam / iv
• Loperamid caps 3x1
Follow Up
ANALISA KASUS
TEORI KASUS

Demam tifoid merupakan infeksi sistemik yang Pada pasien berjenis kelamin perempuan berumur 30
disebabkan oleh Salmonella enterica serovar typhi (S tahun, dengan keluhan demam sejak 7 hari sebelum
typhi). Penyakit ini dapat menyerang semua usia. masuk rumah sakit, bersifat naik turun, demam mulai
Gejala yang biasanya dijumpai adalah demam sore hari meninggi ketika sore menjelang magrib. Saat demam
dengan pola intermitten > 7 hari, dengan serangkaian pasien sempat menggigil, nyeri kepala (+), pusing (+).
keluhan klinis, seperti anoreksia, mialgia, nyeri Pasien juga mengeluh batuk sejak 1 minggu, tidak ada
abdomen, dan obstipasi. Dapat disertai dengan lidah lendir ataupun darah. Keluhan disertai buang air besar
kotor, nyeri tekan perut, dan pembengkakan pada kemarin >4x dengan konsistensi cair tidak ada ampas,
stadium lebih lanjut dari hati atau limpa atau kedua perut melilit, namun tidak mual ataupun muntah. Pasien
duanya. Diare sering dijumpai pada awal gejala yang mengeluh nyeri sendi, tidak ada mimisan ataupun gusi
baru, kemudian dilanjutkan dengan konstipasi. berdarah dan tidak timbul bintik merah pada kulit.
Walaupun tidak selalu konsisten, bradikardi relatif saat
demam tinggi dapat dijadikan indikator demam tifoid.
Pada sekitar 25% dari kasus, ruam makular atau
maculopapular (rose spots) mulai terlihat pada hari ke
7-10, terutama pada orang berkulit putih, dan terlihat
pada dada bagian bawah dan abdomen pada hari ke
10-15 serta menetap selama 2-3 hari.
TEORI KASUS

Pemeriksaan fisis yang ditemukan pada demam tifoid yaitu : Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan
• Keadaan umum biasanya tampak sakit sedang atau sakit
berat,
umum pasien sakit sedang. Tanda vital tekanan
• Kesadaran: dapat compos mentis atau penurunan darah 120/70 mmHg, nadi 76x/menit, pernapasan
kesadaran (mulai dari yang ringan, seperti apatis, 22x/menit, suhu 38,5oC, turgor baik, lidah yang
somnolen, hingga yang berat misalnya delirium atau koma) kotor (+), tonsil T1/T1. Cor dan pulmo dalam
• Demam, suhu > 37,50C.
• Dapat ditemukan bradikardia relatif, yaitu penurunan batas normal. Pada pemeriksaan abdomen
frekuensi nadi sebanyak 8 denyut per menit setiap kenaikan didapatkan peristaltik usus kesan meningkat,
suhu 10C. nyeri tekan epigastrium (+). Pada pemeriksaan
• Ikterus
• Pemeriksaan mulut: typhoid tongue, tremor lidah, halitosis
didapatkan bradikardi relatif, lidah kotor,
• Pemeriksaan abdomen: nyeri (terutama regio epigastrik), peristaltik usus kesan meningkat, dan nyeri tekan
hepatosplenomegali epigastrium.
• Delirium pada kasus yang berat
Pemeriksaan fisik pada keadaan lanjut
• Penurunan kesadaran ringan sering terjadi berupa apatis
dengan kesadaran seperti berkabut. Bila klinis berat, pasien
dapat menjadi somnolen dan koma atau dengan gejala-
gejala psikosis (organic brain syndrome).
• Pada penderita dengan toksik, gejala delirium lebih
menonjol.
• Nyeri perut dengan tanda-tanda akut abdomen
TEORI KASUS
Penegakan diagnosis dari demam tifoid dibagi menjadi 2 yaitu: Pada pasien ini di tegakkan diagnosa demam
• Suspek demam tifoid (Suspect case)
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan gejala
typhoid dan ISPA. Diagnosa ditegakkan
demam, gangguan saluran cerna dan petanda gangguan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
kesadaran. Diagnosis suspek tifoid hanya dibuat pada pemeriksaan penunjang yang didapatkan :
pelayanan kesehatan primer. Pemeriksaan darah rutin : dalam batas normal
• Demam tifoid klinis (Probable case)
Suspek demam tifoid didukung dengan gambaran laboratorium Tes widal : typhus H : 1/160*
yang menunjukkan tifoid. Pemeriksaan faeces : Bakteri : Positif*
Pemeriksaan Penunjang laboratorium untuk mendukung
diagnosis demam tifoid :
 Darah perifer lengkap beserta hitung jenis leukosis
Dapat menunjukkan: leukopenia / leukositosis / jumlah leukosit
normal, limfositosis relatif, monositosis, trombositopenia
(biasanya ringan), anemia.
 Serologi
 Kultur Salmonella typhi (gold standard)
Dapat dilakukan pada spesimen:
Darah : Pada minggu pertama sampai akhir minggu ke-2 sakit,
saat demam tinggi
Feses : Pada minggu kedua sakit
Urin : Pada minggu kedua atau ketiga sakit
Cairan empedu : Pada stadium lanjut penyakit, untuk
mendeteksi carrier typhoid
 Pemeriksaan penunjang lain sesuai indikasi klinis,
misalnya: SGOT/SGPT, kadar lipase dan amilase.
TEORI KASUS
Terapi pada demam tifoid adalah untuk mencapai keadaan Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien ini
bebas demam dan gejala, mencegah komplikasi, dan
menghindari kematian.Yang juga tidak kalah penting adalah
yaitu, berupa tirah baring dan pemberian diet
eradikasi total bakeri untuk mencegah kekambuhan dan lunak rendah serat yang mudah dicerna.
keadaan carrier. Pemberiaan obat-obatan diberikan antibiotik
• Terapi suportif dapat dilakukan dengan: ceftriaxone injeksi per 12 jam yang berfungsi
1. Istirahat tirah baring dan mengatur tahapan mobilisasi
2. Menjaga kecukupan asupan cairan, yang dapat diberikan untuk mengeradikasi kuman. Terapi simpytomatik
secara oral maupun parenteral. untuk menurunkan demam (antipiretik)
3. Diet bergizi seimbang, konsistensi lunak, cukup kalori dan paracetamol tablet 3 x 500 mg, mengurangi
protein, rendah serat.
4. Konsumsi obat-obatan secara rutin dan tuntas
keluhan gastrointestinal diberikan obat golongan
5. Kontrol dan monitor tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, antagonis reseptor H2 yaitu ranitidin ampul per 12
kesadaran), kemudian dicatat dengan baik di rekam medik jam, untuk menghentikan diare pasien yaitu
pasien golongan anti molititas yaitu loperamid tablet 3 x
• Terapi simptomatik untuk menurunkan demam (antipiretik)
dan mengurangi keluhan gastrointestinal. 4 mg untuk dosis awal dan dilanjutkan 2 mg
• Terapi definitif dengan pemberian antibiotik. Antibiotik lini setiap BAB,pasien mengeluh batuk dan diberikan
pertama untuk demam tifoid adalah Kloramfenikol, Ampisilin obat mukolitik yang dapat mengencerkan sekret
atau Amoksisilin (aman untuk penderita yang sedang
hamil), atau Trimetroprim-sulfametoxazole (Kotrimoksazol).
saluran nafas yaitu ambroxol tablet 3 x 30 mg.
• Bila pemberian salah satu antibiotik lini pertama dinilai tidak
efektif, dapat diganti dengan antibiotik lain atau dipilih
antibiotik lini kedua yaitu Seftriakson, Sefiksim, Kuinolon
(tidak dianjurkan untuk anak <18 tahun karena dinilai
mengganggu pertumbuhan tulang).
TEORI KASUS

Indikasi perawatan di rumah gejala klinis ringan, Pada pasien sudah diperbolehkan pulang saat
tidak ada tanda-tanda komplikasi atau komorbid perawatan hari ke 4 dengan indikasi gejala klinis
yang membahayakan, kesadaran baik, dapat ringan, yaitu bebas demam dalam 2 hari, BAB
makan serta minum dengan baik, keluarga cukup lunak, kesadaran baik, bisa makan sedikit-sedikit,
mengerti cara-cara merawat dan tanda-tanda nyeri perut masih dirasakan namun berkurang,
bahaya yang akan timbul dari tifoid, rumah sudah tidak batuk. Saat pulang pasien tetap
tangga pasien memiliki dan melaksanakan sistem diberikan edukasi untuk banyak beristirahat, tirah
pembuangan eksreta (feses, urin, cairan muntah) baring, diet makanan lunak rendah serat yang
yang memenuhi persyaratan kesehatan, keluarga mudah untuk dicerna, dan dibekali obat pulang
pasien mampu menjalani rencana tatalaksana berupa antibiotik cefixime tablet 2 x 200 mg
dengan baik. selama 4 hari dan ranitidin tablet 3 x 30 mg jika
masih nyeri perut.
TEORI KASUS

Komplikasi yang biasanya terjadi pada minggu Pada pasien demam tifoid ini tidak ditemukan
kedua dan ketiga demam. Komplikasi antara lain komplikasi, dan dikelompokkan dalam Typhoid
perdarahan, perforasi usus, sepsis, ensefalopati, fever tanpa komplikasi.
dan infeksi organ lain.
Your Picture Here

Prognosis dari demam tifoid adalah


bonam, namun ad sanationam dubia ad
bonam, karena penyakit dapat terjadi
berulang. Pada pasien ini memiliki
prognosis bonam (baik) namun dapat
kambuh kembali jika sistem imunitas
pasien rendah, pasien terkontaminasi
kembali dengan bakteri salmonella typhii
dan sanitasi yang jelek.

Anda mungkin juga menyukai