Anda di halaman 1dari 7

TIGA KASUS RINITIS ATROFI PRIMER (OZAENA)

DALAM SATU KELUARGA


(Laporan kasus)

Rusina Hayati, Dwi Reno Pawarti

Dep/SMF Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok


Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/RSUD Dr. Soetomo Surabaya

PENDAHULUAN tropis dan subtropis masih sering


Rinitis atrofi adalah penyakit dijumpai. Prevalensi ozaena 0,3 – 1%,
hidung kronik yang khas ditandai predominan pada wanita usia muda
dengan atrofi mukosa hidung progresif, dan prepubertas, dengan perbandingan
krusta, fetor dan perluasan rongga antara wanita dan laki-laki 5,6:1.3,4
hidung. Rinitis atrofi dibagi 2 tipe yaitu Diagnosis ozaena dibuat secara
rintis atrofi primer dan rinitis atrofi klinik dengan adanya perubahan
sekunder.1-3 Rinitis atrofi primer karakteristik di hidung berupa
disebut juga ozaena (bahasa Yunani perluasan rongga hidung, atrofi
yang berarti bau busuk).2 mukosa dan perlekatan krusta tebal
Etiologi ozaena belum kehijauan atau secara mikrobiologi
diketahui pasti, beberapa ahli dengan isolasi bakteri yang diduga
mengatakan akibat infeksi bakteri sebagai penyebab seperti Klebsiella
Klebsiella ozaenae dan Bacillus ozaenae dari kultur hidung.3
foetidus. Kuman lain sebagai penyebab Beberapa pemeriksaan
adalah Proteus mirabilis, Escherichia penunjang yang bisa dilakukan untuk
coli dan Staphylococcus aureus.2 diagnosis ozaena yaitu pemeriksaan
Faktor lain yang diduga sebagai hemoglobin penting pada penderita
penyebab yaitu adanya defisiensi anemia, hitung jumlah leukosit bisa
nutrisi (vitamin A dan zat besi), didapatkan leukositosis, hapusan darah
endokrin (estrogen) dan herediter.1,2,4 tepi akan didapatkan hipokromik
Defisiensi estrogen didukung dengan mikrositik yang menggambarkan
kejadian penyakit biasanya mulai anemia defisiensi besi. Pasien
sekitar usia pubertas, bertambah parah malnutrisi memerlukan pemeriksaan
saat haid dan hamil, serta gejala kadar protein serum dan vitamin
berkurang pada pemberian terapi plasma. Usap hidung diperlukan untuk
estrogen. Faktor herediter diduga pemeriksan pengecatan, kultur dan
sebagai penyebab karena banyak sensitivitas antibotika.4 Pemeriksan
peneliti melaporkan kejadian ozaena nasal endoskopi diperlukan untuk
dalam satu keluarga. Rinitis atrofi menunjukkan adanya krusta kehijauan
sekunder diakibatkan oleh berbagai dan atrofi konka, serta membantu
kondisi seperti trauma maksilofasial untuk usap hidung. Pemeriksaan CT
dan hidung, pembedahan hidung, scan juga diperlukan dengan gambaran
infeksi kronis atau akut berulang, khas berupa penebalan mukosa sinus
penyakit granulomatosa kronik dan paranasal, hilangnya struktur komplek
paparan radiasi.4 osteomeatal, hipoplasia sinus
Insiden ozaena di negara- maksilaris, perluasan rongga hidung,
negara Barat menurun dengan penyerapan tulang dan atrofi mukosa
meningkatnya pemakaian antibiotika konka inferior dan media.2
tetapi dilaporkan di negara-negara
121
Penatalaksanaan ozaena dapat terganggu. Penderita mulai berobat ke
dengan cara konservatif dan RSUD Dr. Soetomo 3 tahun sejak
pembedahan.5 Terapi konservatif sakit. Pengobatan lokal berupa cuci
berupa cuci hidung, antibiotika seperti hidung dan salep, disertai beberapa
rifampisin dan ciprofloksasin serta macam obat yang diminum. Sejak
pemberian suplemen.4-7 Sebagai terapi umur 28 tahun (setelah melahirkan
bedah antara lain pemasangan implant, anak yang ketiga) sampai sekarang
menutup nostril, blok ganglion penderita sudah tidak merasakan lagi
Stellatus dan flap mukosa maksilaris.4 keluhan-keluhan tersebut diatas .
Ozaena bila tidak diterapi
dengan baik dapat menyebabkan
komplikasi dan sekuele berupa
rinosinusitis, faringitis dan laringitis
atrofi, dakriosistitis kronik, deformitas
hidung, perforasi septum, miasis
hidung dan perluasan infeksi lokal
maupun sistemik.4
Pada laporan kasus ini
dipaparkan satu keluarga dengan tiga
anggota keluarga menderita ozaena.

LAPORAN KASUS
1. Riwayat Keluarga dan
Lingkungan
Gambar 1. Foto Ny. M
Keluarga ini terdiri dari ayah,
ibu dan 4 orang anak (2 pria dan 2
Pemeriksaan rinoskopi anterior
wanita). Ayah lahir di Benowo, kota
yang dilakukan pada tanggal 12
Surabaya dan ibu lahir di Menganti,
Oktober 2009, didapatkan konka
Kabupaten Gresik. Ayah dan ibu
normal, warna normal, tidak ada sekret
bekerja sebagai pedagang makanan di
atau krusta. Pemeriksaan nasal
stasiun Benowo. Keempat anaknya
endoskopi juga didapatkan gambaran
dilahirkan di Benowo Kecamatan
yang sama dengan rinoskopi anterior.
Pakal Kota Surabaya. Tidak ada
Pada penderita tidak dilakukan
riwayat perkawinan antar saudara.
pemeriksaan pengecatan Gram usap
Ozaena diderita oleh 3 dari 6 anggota
hidung.
keluarga yaitu ibu dan 2 anak
perempuannya.

2. Kasus Pertama
Ny. M, anak kelima dari 7
bersaudara (3 orang laki-laki dan 4
orang perempuan), umur 52 tahun, dari
riwayat penyakit dahulu didapatkan
sejak umur 12 tahun pilek terus
menerus dengan ingus kental. Tiga
tahun kemudian sering keluar kerak
berwarna kehijauan dari hidung. Ingus
atau kerak tidak dirasakan berbau. Gambar 2. Nasal endoskopi Ny. M,
Setiap hari bersin dengan frekuensi 2 tampak konka dan rongga hidung
kali setiap bersin. Kedua hidung normal
tersumbat tetapi penciuman tidak
122
3. Kasus Kedua
Ny. LI anak ketiga dari 4 a b
bersaudara, umur 30 tahun, lahir
tanggal 12 Nopember 1979, datang ke
poli THT RSU Dr. Soetomo sekitar
tahun 1997 dengan keluhan sejak 7
tahun yang lalu (umur 13 tahun) c
sampai sekarang pilek terus dengan
ingus kental kehijauan, sering keluar
kerak dari kedua hidung, hidung
kadang buntu, tidak berbau tetapi
kadang suami mengeluhkan bau dari
hidung. Lima tahun terakhir hidung
terasa berbau, tetapi penciuman tidak
ada gangguan, sejak 2 tahun terakhir Gambar 4. Nasal endoskopi Ny. LI, a.
penciuman terganggu. Setiap pagi rongga hidung luas, b. & c. krusta
sering bersin sampai lebih dari 7 kali kehijauan
setiap bersin, tidak ada riwayat alergi Penanganan penderita ini
kulit, asma, alergi obat atau makanan. secara konservatif dengan pemberian
Tidak ada riwayat alergi pada kedua cuci hidung, antibiotika (klindamisin
orang tuanya. Tenggorok dan telinga 300 mg dan INH 100 mg), sulfas
tidak ada keluhan. Pernah dilakukan ferosus, vitamin A dan vitamin E.
irigasi sinus 2 kali (4 tahun yang lalu). Namun penderita tidak rutin kontrol
dan melakukan pencucian hidung.

4. Kasus ketiga
Nn. LPL anak keempat dari 4
bersaudara, umur 18 tahun, lahir
tanggal 3 Mei 1991, datang ke poli
THT-KL RSU Dr. Soetomo tanggal 12
Oktober 2009 dengan keluhan sejak
10 tahun yang lalu pilek terus menerus
dengan ingus kental kehijauan, tidak
berbau dan tidak ada keluhan hidung
berbau dari orang sekitar. Bila pagi
Gambar 3. Foto Ny. LI ingus encer dan bersin 4 kali setiap
Pada pemeriksaan didapatkan bersin. Hidung buntu. Penciuman tidak
telinga dan tenggorok dalam batas terganggu. Tidak ada riwayat alergi
normal. Pada rinoskopi anterior kulit, asma, alergi obat atau makanan.
didapatkan kedua rongga hidung Tidak ada riwayat alergi pada kedua
lapang, konka atrofi, krusta kehijauan. orang tua. Tidak ada keluhan telinga
Pemeriksaan nasal endoskopi dan tenggorok.
menyokong rinoskopi anterior.
Pemeriksaan pengecatan Gram usap
hidung didapatkan kokus Gram positif.

123
43,5 % terjadi pada pekerja industri.4,8
Paparan kronik dari bahan toksik atau
iritan seperti debu industri juga diduga
sebagai penyebab.7 Tiga penderita
kasus ini merupakan keluarga berasal
dari Benowo yang merupakan daerah
pinggiran kota yang panas dan
berdebu, serta merupakan daerah
industri yang cukup padat di Surabaya.
Pada kasus ini, ozaena diderita
oleh 3 orang perempuan dalam satu
keluarga yaitu ibu, anak ketiga dan
keempat. Onset penyakit pada kasus
Gambar 5. Foto Nn. LPL ini terjadi sekitar usia pubertas, yaitu
usia 12, 13 dan 10 tahun. Faktor
Pada pemeriksaan telinga dan herediter kemungkinan berperan dalam
tenggorok dalam batas normal. Pada ketiga kasus ini, sesuai dengan
rinoskopi anterior didapatkan rongga beberapa hasil penelitian yang
hidung longgar, konka atrofi, sekret menemukan kejadian penyakit dalam
dan krusta kehijauan. Pemeriksaan satu keluarga.4 Faktor endokrin pada
nasal endoskopi juga menyokong ketiga kasus ini kurang terbukti, karena
pemeriksaan rinoskopi anterior. tidak didapatkan keluhan gejala
Pemeriksaan pengecatan Gram usap memberat saat haid atau hamil, hanya
hidung didapatkan kokus Gram positif didapatkan onset ketiga kasus ini pada
dan batang Gram negatif. Penderita usia pubertas, serta pada kasus ini tidak
diberikan terapi cuci hidung, INH dilakukan pemeriksaan kadar estrogen.
1x100 mg, vitamin A 1x1 tablet dan Gejala atau keluhan penderita
vitamin E 1x1 tablet. ozaena antara lain hidung berbau
busuk, ingus/sekret kental, krusta hijau
dan berbau, penciuman menurun,
a b hidung tersumbat dan sakit kepala.9
Hasil penelitian Moore & Kern (1982-
1999)2 pada 242 kasus ozaena
didapatkan gejala buntu hidung
sebanyak 100%, pembentukan krusta
100%, nyeri fasial 48%, epistaksis
33%, depresi 52%, anosmia 15% dan
sinusitis 52%. Menurut penelitian
Tawde (1984)9 pada 30 kasus ozaena
Gambar 6. Nasal endoskopi Nn. LPL,
didapatkan gejala penumpukan krusta
a. tampak krusta kehijauan, b. rongga
100%, fetor 100%, epistaksis 60%,
hidung sampai nasofaring tampak
anosmia 70% dan buntu hidung 70%.
lapang
Hidung berbau bisa subyektif atau
obyektif.9 Gangguan penciuman
PEMBAHASAN
biasanya terjadi secara progresif dari
Hasil penelitian menemukan
hiposmia sampai anosmia.2
faktor lingkungan bermakna dalam
Pada kasus pertama didapatkan
perkembangan penyakit ozaena, yaitu
riwayat keluhan hidung buntu tanpa
69,6% penderita tinggal didaerah
anosmia dan pembentukan krusta yang
pinggiran kota dengan lingkungan
tidak berbau. Kasus pertama
yang panas, kering dan berdebu dan
kemungkinan mengalami proses
124
penyembuhan karena penderita teratur sedangkan pada kasus kedua tidak
melakukan pengobatan konservatif dilakukan tes alergi karena penderita
atau bisa juga terjadi resolusi spontan, menolak.
sesuai dengan kepustakaan yang Pada pemeriksaan rinoskopi
menyatakan hal ini bisa terjadi anterior didapatkan rongga hidung
meskipun pada kasus ini usia < 40 lapang, konka media dan inferior
tahun.7 mengalami atrofi, sekret purulen dan
Pada kasus kedua didapatkan krusta berwarna hijau.5 Diagnosis
keluhan hidung buntu kadang-kadang, ditegakkan secara klinik berdasarkan
pembentukan krusta yang berbau dan adanya 3 gejala khas yaitu atrofi
anosmia. Pada kasus ini didapatkan konka, sekret mukopulen dan
perkembangan penyakit berlanjut dan terbentuknya krusta yang berbau
gejala semakin jelas. Hal ini terjadi busuk.1,10 Derajat penumpukan
kemungkinan karena penderita kasus bervariasi dari ringan sampai berat
kedua tidak rutin menjalani yang dapat menyebabkan buntu
pengobatan medikamentosa. Sehingga hidung parsial atau total. Durasi waktu
pada kasus ini ada komplikasi penumpukan krusta juga bervariasi
rinosinusitis dan pernah irigasi 2 kali. dari 1 bulan sampai 25 tahun.9 Menurut
Hal ini sesuai dengan kepustakaan penelitian Moore & Kern2 pada
yang menyatakan bahwa ozaena pemeriksaan fisik didapatkan
mengakibatkan komplikasi penyerapan sebagian (62%) atau total
4
rinosinusitis. (37%) konka inferior, penyerapan
Kasus pertama dan ketiga tidak konka media (37%), atrofi mukosa
didapatkan keluhan anosmia. Sesuai sebagian atau total (32%), perforasi
dengan kepustakaan bahwa tidak septum (10%), krusta kuning, coklat
semua penderita ozaena mengalami atau hijau pada dinding lateral atau
anosmia.2 Pada kasus pertama dasar rongga hidung (100%) dan
kemungkinan belum terjadi anosmia, drainase mukopurulen dari sinus
hal ini bisa karena penderita cukup maksilaris dan etmoidalis (52%).
teratur melakukan pencucian hidung. Pada kasus pertama dengan
Selain itu penderita juga sudah agak rinoskopi anterior dan nasal endoskopi
kesulitan mengingat dengan lengkap didapatkan konka normal, tidak ada
gejala yang dialami yang terjadi 24 sekret dan krusta. Kasus ini sudah
tahun lalu. Pada kasus ketiga mungkin mengalami penyembuhan sehingga
belum terjadi atrofi regio olfaktoria di tidak didapatkan kelainan pada
atap kavum nasi dimana gangguan pemeriksaan rinoskopi anterior. Pada
penciuman bisa terjadi secara pemeriksaan kasus kedua (rinoskopi
2
progresif. anterior dan nasal endoskopi),
Gejala seperti rinitis alergi didapatkan konka atrofi dan sekret
didapatkan pada kasus kedua dan kental serta krusta kehijauan.
ketiga. Kasus kedua mengeluh bersin Rinoskopi anterior dan nasal
setiap pagi sampai lebih 7 kali tanpa endoskopi pada kasus ketiga tampak
gejala alergi lain. Kasus ketiga konka atrofi dan krusta kehijauan.
didapatkan keluhan pilek setiap pagi Hasil rinoskopi anterior dan nasal
dengan ingus encer. Hasil penelitian endoskopi pada kasus kedua dan ketiga
pada penderita ozaena di didapatkan sesuai dengan kepustakaan
4
Thailand(1999) menunjukkan yaitu konka atrofi dan krusta kehijauan
kejadian rinitis alergi tipe I pada 85% yang merupakan gejala khas ozaena.1,10
kasus, sehingga pada kasus ketiga Pada kasus kedua dan ketiga
dilakukan pemeriksaan tes alergi hanya dilakukan pemeriksaan
(Prick tes), namun hasilnya negatif, pengecatan Gram dari usap hidung,
125
pada kasus kedua didapatkan hasil tidak rutin kontrol, sehingga pada
kokus Gram positif, sedangkan pada evaluasi gejala penyakit memberat dari
kasus ketiga didapatkan kokus Gram hiposmia menjadi anosmia dan terjadi
positif dan batang Gram negatif. Hal komplikasi rinosinusitis. Pada kasus
ini kemungkinan bisa disebabkan ketiga diberikan pengobatan dengan
kasus kedua sudah mendapatkan terapi cuci hidung, INH 100 mg 1x sehari,
antibiotika (klindamisin 300 mg dan vitamin A dan E.
INH 100 mg), sehingga sudah tidak Hasil pengobatan pada kasus
didapatkan lagi adanya kuman Gram pertama sembuh kemungkinan karena
negatif. Kuman kokus Gram positif penderita teratur menjalani penanganan
sesuai dengan gambaran kuman konservatif dan terjadi kesembuhan
Staphylococcus aureus yang juga spontan sesuai dengan kepustakaan,
diduga sebagai penyebab ozaena, sebaliknya pada kasus kedua tidak
sedangkan batang Gram negatif sesuai rutin melakukan pencucian hidung dan
dengan beberapa kuman yang diduga pengobatan lainnya, sehingga keluhan
kuat penyebab ozaena yaitu Klebsiella cenderung memberat. Kasus ketiga
ozaenae, Proteus mirabilis dan belum bisa dievaluasi karena penderita
Escherichia coli. Pada kasus ini tidak belum datang untuk kontrol.
dilakukan pemeriksaan kultur karena
menurut penelitian Moore & Kern2 KESIMPULAN
dari hasil kultur hanya didapatkan 44% Dilaporkan tiga kasus ozaena
positif dengan pertumbuhan kuman dalam satu keluarga, dengan gejala
patogen. Pemeriksaan penunjang lain ingus kental, krusta kehijauan, buntu
tidak dilakukan karena sesuai dengan hidung dan hiposmia/anosmia. Pada
teori diagnosis penyakit ini sudah pemeriksaan rinoskopi anterior
dapat ditegakkan secara klinis dengan didapatkan konka atrofi dan krusta
adanya gejala khas ozaena. kehijauan.
Pada ketiga kasus ini hanya Faktor penyebab yang ada pada
diberikan terapi konservatif. Cuci keluarga ini kemungkinan adalah
hidung yang dipakai pada ketiga kasus faktor genetik, lingkungan dan infeksi,
ini adalah campuran natrium sedangkan faktor hormonal belum
bikarbonas, natrium klorida, dapat disingkirkan Penyebab infeksi
ammonium klorida aaa 5 dan aqua 200 oleh kuman Klebsiella ozaena atau
cc, 1 sendok campuran tersebut + 9 Staphylococcus aureus pada kasus ini
sendok air hangat dimasukkan dalam dapat diketahui dari hasil pemeriksaan
cawan disedot melalui hidung dan pengecatan Gram usap hidung dengan
dibuang melalui mulut, dilakukan 2 didapatkan kokus Gram positif dan
kali sehari. Pada kasus pertama rutin batang Gram negatif.
melakukan pencucian hidung saat Ketiga kasus ditangani secara
keluhan penyakit masih ada ditambah konservatif berupa cuci hidung,
dengan terapi konservatif lain. Pada antibiotik dan suplemen. Hasil
kasus kedua diberikan pengobatan pengobatan kasus pertama sembuh
dengan cuci hidung, pernah diberikan spontan, kasus kedua memberat dan
antibiotika INH 100 mg dan klidamisin pada kasus ketiga belum bisa
300 mg, serta suplemen sulfas ferosus, dievaluasi.
vitamin A dan E, namun penderita

126
DAFTAR PUSTAKA

1. Myers EN. Plastipore implants in Telinga Hidung Tenggorok Kepala


the surgical treatment of atrophic Leher. Edisi Kelima. Jakarta
rhinitis: The technique and results. FKUI, 2001: 110-4.
Otolaryngol Head & Neck Surg 7. Anonym. Atrophic rhinitis.
2000;122(6): 794-7. Available from http/www.yasser-
2. Moore EJ, Kern EB. Atrophic nour.com/atrophic-rhinitis.pd/.
rhinitis: A review of 242 cases. Accessed December 10, 2009.
Am J Rhinol 2001; 15(6): 355-61. 8. Hilger PA. Penyakit Hidung.
3. Yucel A, Aktepe O, Aktepe F, Dalam : Adams GL, Boies LR &
Derekoy FS. Atrophic rhinitis : A Hilger PA. Boies F, ed. Boies
case report. Turk J Med Sci 2003; Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6.
33: 405-7. Jakarta EGC, 1994 : 221-2.
4. Dutt SN, Kameswaran M. Review 9. Tawde UJ, Tawde N. Study of
article the aetiology and Geriforte in atrophic rhinitis.
management of atrophic rhinitis. J Available from
Laryngol Otol 2005; 119 : 843- http://www.Himalayahealthcare.co
52. m/pdf_files/geriforte053.pdf.
5. Al-Fatih M. Rinitis atrofi Accessed October 21, 2009.
(ozaena). Available from 10. Botelho-Nevers E, Gourier F,
www.klinik Indonesia.com. Lepidi H, et al. Chronic nasal
Accessed December 10, 2009. infection caused by Klebsiella
6. Mangunkusumo E, Rifki N. rhinoscleromatis or Klebsiella
Rinoroe, infeksi hidung dan sinus. ozaenae : two forgotten infectious
Dalam : Soepardi EA, Iskandar N, disease. Int J Inf Diseases 2007;
ed. Buku Ajar Ilmu Kesehatan 11: 423-29
11.

127

Anda mungkin juga menyukai