Anda di halaman 1dari 6

Gambaran OMSK

Gambaran Pasien Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) di RSUP H. Adam Malik Medan Characteristic of Chronic Suppurative Otitis Media at H. Adam Malik Hospital Medan Nungki Puspita Dewi1, Devira Zahara2
1 2

Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU angkatan 2009 Staff Pengajar Departemen THT-KL Fakultas Kedokteran USU

Abstrak Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) merupakan penyakit infeksi telinga tengah dan sangat sering terjadi di negara berkembang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran pasien OMSK, hasil kultur spesimen swab telinga, dan kepekaan antibiotik penderita OMSK di RSUP HAM. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan sampel adalah semua penderita OMSK di RSUP HAM tahun 2011-2012, yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Pemeriksaan bakteriologi dan kepekaan antibiotik hanya dilakukan terhadap bakteri aerob. Semua data yang terkumpul dalam status penelitian diolah secara deskriptif dan disusun dalam bentuk tabel dan diagram. Jumlah total pasien OMSK 23 orang terdiri dari 17 orang laki-laki (73.9%) dan 6 orang wanita (26.4%). Rentang usia tersering yaitu >18 tahun 13 orang (56.5%). Telinga tersering terinfeksi adalah kanan (unilateral) 9 subjek (39.1%). Jenis perforasi tersering adalah subtotal 6 subjek (26.1%), Tipe OMSK yang tersering adalah tipe aman 16 subjek (69.6%). Komplikasi OMSK tersering adalah mastoiditis 18 subjek (78.3%). Hasil kultur spesimen swab telinga terbanyak adalah Pseudomonas aeruginosa dengan jumlah isolat 8 subjek (34.8%). Uji kepekaan antibiotik terhadap Pseudomonas aeruginosa adalah imipenem (100%), piperacillin (100%), meropenem (94%), amikacin (89%), colistin (87%), tobramycin (87%), piperacillintazobactam (86%), cefepime (72%), dan ceftazidim (72%). Dibutuhkan data mengenai gambaran pasien OMSK, hasil kultur spesimen swab telinga, dan uji kepekaan antibiotik untuk menentukan antibiotik mana yang dapat digunakan sebagai terapi empiris pada OMSK karena perbedaan pola karakteristik pada populasi, pola mikrobiologi pada swab telinga, dan resistensi antibiotik. Kata kunci: Gambaran pasien OMSK, kultur, kepekaan antibiotik Abstract Chronic Suppurative Otitis Media (CSOM) is a middle-ear infectious disease and frequently occures in developing country. The aim of this study is to find out characteristic, bacteria, and antibiotic sensitivity pattern of chronic suppurative otitis media (CSOM) at HAM Hospital. Descriptive experimental with samples were all of CSOM patients on the periode 2011-2012 which fulfilled the inclusion and exclusion criteria. Bacterial and antibiotic sensitivity study was only performed to the aerob bacterial. The collected data were processed by descriptive method and shown as table and graphic. There were total 23 patients included in the study,17 males (73.6%) and 6 females (23.4%). The age range was >18 years, 13 subjects (56.5%). The right ear was involved in 8 cases and left ear was same, 8 cases (34.8%), then bilateral 7 cases (30.8%). Subtotal perforation was mostly seen in 6 cases (26.1%). Benign CSOM was mostly found in 16 cases (69.6%). Mastoiditis was the commonest complication in all cases (18 subjects, 78.3%). Pseudomonas aeruginosa was mostly found as the micro-organism of ear swab (8 subjects, 34.8%). The results of bacterial sensitivity test were imipenem (100%), piperacillin (100%), meropenem (94%), amikacin (89%), colistin (87%), tobramycin (87%), piperacillin-tazobactam (86%), cefepime (72%), and ceftazidim (72%). Because of the variation of the population, pattern of microbiology, and resitance of antibiotics, so, its very useful and helpful to identify the micro -organisms as it give us the clue regarding to decide the CSOMs empiric therapy. Key words: Characteristic of CSOMs patient, culture, sensitivity of antibiotic E-Journal FK USU Vol 1 No 1, 2013 1

Gambaran OMSK

Pendahuluan Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) merupakan penyakit infeksi telinga tengah dan sangat sering terjadi di Negara berkembang (Ajalloueyan, 2006). Di Indonesia, penyakit OMSK dikenal dengan istilah congek, kopok, toher, curek, teleran, atau telinga berair (Damayanti, 2007). Angka kejadian OMSK di negara berkembang sangat tinggi dibandingkan dengan Negara maju. Hal ini disebabkan oleh faktor higiene yang kurang, faktor sosioekonomi, gizi yang rendah, kepadatan penduduk, serta masih adanya kesalahpahaman masyarakat terhadap penyakit ini sehingga mereka tidak berobat sampai tuntas (Nursiah, 2003). Komplikasi ini bisa hanya otorrhea yang menetap, mastoiditis, labirinitis, paralisis saraf fasialis sampai pada komplikasi serius seperti abses intrakranial atau trombosis (Yates, 2008). Metode Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang akan menilai gambaran penderita OMSK di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2011-2012. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah retrospective cross sectional study, dimana akan data akan dikumpulkan berdasarkan survei rekam medis di instalasi rekam medis RSUP HAM. Data yang diperoleh berdasarkan rekam medis yang menderita otitis media supuratif kronik (OMSK) pada tahun 2011 2012 berjumlah 23 orang. Distribusi frekuensi penderita OMSK meliputi usia, jenis kelamin, telinga yang terinfeksi, jenis perforasi, tipe OMSK, komplikasi OMSK, hasil kultur laboratorium mikrobiologi, dan uji kepekaan antibiotik. Hasil dan pembahasan Jumlah sampel adalah 23 orang. Sebagian besar penderita adalah laki-laki sebanyak 17 orang (73.9%), sedangkan wanita 6 orang (26.1%). Angka ini menunjukkan bahwa laki-laki lebih banyak menderita OMSK dibandingkan wanita. Namun, hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Shrestha et al (2011), rasio penderita OMSK antara laki-laki (103 orang) dan wanita (127 orang) adalah 1 : 1.23. Serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Memon et al (2008) yang mengemukakan bahwa rasio penderita OMSK antara wanita dan E-Journal FK USU Vol 1 No 2, 2013

laki-laki adalah 1.2 : 1. Hal ini disebabkan karena para ibu menyusui anak-anaknya dalam posisi telentang dan budaya tradisi untuk mengolesi telinga dengan minyak seperti di negara Nepal. Perbedaan ini disebabkan kondisi geografis dan budaya tradisi antarnegara yang berbeda (Shrestha et al, 2011). Tabel dan ilustrasi Tabel 1. Distribusi frekuensi jenis kelamin Variabel Frekuensi (n) Persen (%) Jenis Kelamin Laki-laki 17 73.9 Wanita 6 26.1 Jumlah 23 100 Srivastava et al (2010) menemukan insidensi tertinggi penderita OMSK pada laki-laki dibandingkan wanita yaitu 56.3% dan 43.7% dari 110 pasien. Peneliti juga mendapatkan insidensi yang sama bahwa jumlah penderita OMSK lakilaki (73.9%) lebih banyak dibandingkan wanita (26.1%). Hal ini disebabkan oleh pekerjaan lakilaki yang lebih sering dilaksanakan di luar ruangan sehingga lebih mudah dan sering terinfeksi dengan kontaminan lingkungan (Srivastava et al, 2010). Tidak ada penderita OMSK yang berusia <6 tahun atau balita. Penderita OMSK usia 6-18 tahun atau anak-anak sebanyak 10 orang (43.5%). Sedangkan, jumlah penderita OMSK yang paling banyak adalah dewasa dengan usia >18 tahun 13 orang (56.5%). Penelitian serupa yang dilakukan oleh Srivastava et al (2010). Namun berbeda dengan penelitian Shrestha et al (2011), insidensi OMSK tertinggi terjadi pada usia <10 tahun dan penelitian Loy et al (2002) pada usia 31-40 tahun. Tingginya insidensi OMSK pada usia <10 tahun disebabkan oleh anatomi tuba eustachius yang relatif pendek dan lurus, status ekonomi yang rendah, higiene dan perilaku sehat yang kurang baik, status imun yang rendah, tinggal di pemukiman yang padat, dan terpaparnya anakanak oleh asap rokok (Smith-Vaughan et al, 2009). Sedangkan, pada usia >18 tahun, hal ini disebabkan status ekonomi yang rendah dan adanya riwayat infeksi kronis yang tidak diobati secara adekuat (Loy et al, 2002).

Gambaran OMSK

Tabel 2. Distribusi frekuensi usia Variabel Frekuensi (n) Usia Balita <6 tahun 0 Anak-anak 610 18 tahun Dewasa >18 13 tahun Jumlah 23

Persen (%) 0 43.5 56.5 100

Telinga yang terinfeksi adalah kanan 9 subjek (39.1%), kiri 6 subjek (26.1%), dan bilateral 8 subjek (34.8%). Hal ini sama dengan yang ditemuan oleh Shrestha et al (2011) bahwa telinga yang terinfeksi paling banyak adalah kanan yaitu 114 (49.6%), sedangkan kiri 102 (44.3%) dan bilateral 7 (6.1%). Penyebab insidensi OMSK pada telinga kanan, tidak diketahui secara pasti. Tabel 3. Distribusi Frekuensi Telinga yang Terinfeksi Variabel Frekuensi (n) Persen (%) Telinga yang Terinfeksi Kanan 9 39.1 Bilateral 8 34.8 Kiri 6 26.1 Jumlah 23 100 Jenis perforasi membran timpani yang terbanyak perforasi adalah subtotal 6 subjek (26.1%), total 4 subjek (17.4%), dan sentral 3 subjek (13%). Jenis perforasi yang sulit dinilai ketika pemeriksaan telinga adalah sebanyak 10 subjek (43.5%). Persentase ini berbeda dengan penelitian Iqbal et al (2011) bahwa ditemukan jenis perforasi terbanyak adalah perforasi sentral 82 (43.15%), marginal 52 (27.4%), dan atik 50 (26.3%). Penyebab cukup banyaknya perforasi subtotal juga tidak diketahui secara pasti. Tabel 4. Distribusi frekuensi jenis perforasi Variabel Frekuensi (n) Persen (%) Jenis Perforasi Sulit dinilai 10 43.5 (Sdn) Subtotal 6 26.1 Total 4 17.4 Sentral 3 13 Jumlah 23 100

Tipe OMSK yang terbanyak adalah tipe aman 16 subjek (69.6%), sedangkan tipe bahaya sebanyak 7 subjek (30.4%). Yang membedakan tipe aman dengan tipe bahaya adalah ada atau tidak adanya kolesteatoma, pada tipe bahaya terdapat kolesteatoma yang dapat disertai jaringan granulasi dan aural polip. Memon et al (2008) juga menemukan bahwa tipe aman merupakan tipe yang paling tinggi insidensinya yaitu 345 subjek (88.5%) dari 390 pasien OMSK. Insidensi terjadinya tipe bahaya dihubungkan dengan jenis perforasinya. Namun, sampai saat ini, penyebabnya belum jelas (Memon et al, 2008). Tabel 5. Distribusi frekuensi tipe OMSK Variabel Frekuensi (n) Persen (%) Tipe OMSK Aman 16 69.6 Bahaya 7 30.4 Jumlah 23 100 Komplikasi yang paling banyak ditemukan adalah komplikasi ekstrakranial yaitu mastoiditis 18 subjek (78.3%), diikuti abses retroaurikular-facialis parese dan facialis parese masing-masing satu subjek (4.3%) dan komplikasi intrakranial yang didapatkan adalah meningitis satu subjek (4.3%). Namun, pada penelitian Memon et al (2008), komplikasi ekstrakranial yang paling banyak dijumpai pada penderita OMSK adalah kerusakan osikuler 45 (11.5%), kemudian diikuti exposed facial nerve 6 (1.53%), exposed sigmoid sinus 5 (1.28%), mastoid abscess 4 (1.02%), dan bezold abscess 1 (0.25%). Masih dalam penelitian Memon et al (2008), komplikasi intrakranial yang terbanyak adalah subdural abscess 3 (0.76%), cerebritis 2 (0.5%), brain abscess 2 (0.5%), meningitis 1 (0.25%), dan sigmoid sinus thrombotis 1 (0.25%). Belum ada faktor yang pasti untuk menjelaskan terjadinya komplikasi yang berbeda-beda yang dialami oleh setiap pasien, namun hal ini bisa disebabkan akibat daya tahan tubuh antarindividu yang berbeda, keterlambatan datang ke dokter, terapi yang kurang adekuat, dan kemungkinan ada keterlibatan genetik. Tapi, sampai saat ini faktor genetik masih dalam proses penelitian (Memon et al, 2008; Nursiah, 2003).

E-Journal FK USU Vol 1 No 2, 2013

Gambaran OMSK

Tabel 6. Distribusi frekuensi komplikasi OMSK Variabel Frekuensi Persen (n) (%) Komplikasi Mastoiditis 18 78.3 Abses 1 4.3 retroaurikular+fasialis parese Fasialis Parese 1 4.3 Meningitis 1 4.3 Tidak ada komplikasi 10 36.1 Jumlah 23 100 Hasil kultur laboratorium mikrobiologi klinik RSUP HAM dari swab telinga yang paling banyak adalah Pseudomonas aeruginosa 8 (34.8%). Hal ini ditemukan sama dengan penelitian Loy et al (2002) bahwa bakteri aerob gram negatif paling banyak adalah Pseudomonas aeruginosa 30 (33.3%) dan bakteri aerob gram positif paling banyak adalah Staphylococcus aureus dengan persentase yang sama (33.3%). Dalam penelitian ini, lebih banyak didapatkan bakteri gram negatif lainnya seperti Enterorobacter cloacae complex (8.7%), Proteus mirabilis (8.7%), Eschericia coli (4.3%), dan Klebsiella oxytoca (4.3%). Sedangkan, bakteri gram positif yang dijumpai adalah Staphylococcus epidermidis (8.7%), Staphylococcus haemolyticus (8.7%), dan Staphylococcus aureus (4.3%). Sedikit berbeda dengan hasil penelitian Loy et al (2002). Shrestha et al (2011) juga menemukan spesies fungsi dari kultur swab telinga penderita OMSK yaitu Aspergillus spp .dan Candida spp. peneliti tidak menemukan adanya jamur karena laboratorium mikrobiologi klinik di RSUP HAM biasanya melakukan kultur bakteri aerob saja, jika ingin dilakukan pemeriksaan terhadap bakteri lainnya, harus menunggu hasil bakteri aerob negatif (3 hari kemudian) baru dilakukan permintaan ke laboratorium mikrobiologi klinik untuk dilakukan pemeriksaan terhadap bakteri lainnya. Hal ini dikarenakan penyebab OMSK yang paling banyak adalah bakteri aerob, sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Malkappa et al (2012), Iqbal et al (2011), Srivastava et al (2010), Shrestha et al (2008), dan Loy et al (2002).

Hasil kultur spesimen swab telinga Staphylococcus Klebsiella oxytoca Enterococcus Staphylococcus Enterobacter P. aeruginosa 4,3 4,3 4,3 4,3 4,3 8,7 8,7 8,7 8,7 8,7

34,8

Dari hasil uji kepekaan antibiotik, Pseudomonas aeruginosa sensitif terhadap imipenem (100%), piperacillin (100%), meropenem (94%), amikacin (89%), colistin (87%), tobramycin (87%), piperacillin-tazobactam (86%), cefepime (72%), dan ceftazidim (72%). Hampir sama dengan Iqbal et al (2011), Pseudomonas aeruginosa sensitif terhadap piperacillintazobactam (100%), imipenem (92.5%), dan levofloxacin (88.7%), tapi amikacin (50%). Malkappa et al (2012) mengemukakan bahwa hasil uji kepekaan antibiotik terhadap bakteri adalah amikacin (82.37%), ciprofloxacin (76.62%), cefaperazone (75.83%), gentamicin (71.4%), dan ceftazidim (65.16%). Makin menurunnya daya sensitivitas antibiotik terhadap bakteri bisa disebabkan penggunaan antibiotik yang berlebihan atau tidak sesuai indikasi sehingga mikroba dapat beradaptasi secara molekuler dengan antibiotik tersebut, selain itu pemakaian dosis yang tidak adekuat dan bebasnya akses untuk mendapatkan antibiotik sehingga kecenderungan resistensi antibiotik di negera berkembang sangat tinggi (Malkappa et al, 2012; Iqbal et al, 2011, Handoko et al 2007). Tabel 7. Hasil uji kepekaan jenis bakteri terhadap antibiotik

E-Journal FK USU Vol 1 No 2, 2013

Gambaran OMSK

Tabel 7. Hasil uji kepekaan jenis bakteri terhadap antibiotik Hasil kultur n AMK 89 100 100 100 AMC 15 50 0 100 CTX 0 50 100 100 0 0 100 100 100 100 100 0 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 CAZ 72 100 100 100 0 CRO 33 100 100 100 FEP 72 100 100 100 CIP 38 50 50 50 100 50 0 0 100 100 Nama Antibiotika % Sensitif SXT IPM GEN 0 100 57 100 100 100 100 50 0 0 100 100 100 100 50 0 0 100 100 100 100 100 50 100 100 50 100 100 0 100

Pseudomonas aeruginosa Burkholderia cepacia Enterobacter cloacae complex Proteus mirabilis Staphylococcus epidermidis Staphylococcus haemolitycus Eschericia coli Klebsiella oxytoca Providencia stuartii Staphylococcus aureus Keterangan: AMC AMK SXT

8 2 2 2 2 2 1 1 1 1

LVX 50 50 100 100 100 50 0 0 0 100

MEM 94 100 100 100 0 0 100 100 100 100

PIP 100 100

TZP 86 100 100 100

TGC 0 0 0 0

COL 87 0 100 0

TOB 87 0 100 50

100 100 100 0

100 100 0 100

100 100 0 100

100 100 0

CIP COL CRO CTX

Ciprofloxacin Colistin Ceftriaxone Cefotaxime

FEP GEN IPM LVX

Cefepime Gentamycin Imipenem Levofloxacin

MEM PIP TGC TOB

Meropenem Piperacillin Tigecycline Tobramycin

CAZ TZP

Ceftazidim Piperacillin Tazobactam

Amoxicillin-Clavulanic Acid Amikacin Trimethoprim-sulfamethoxazole

E-Journal FK USU Vol 1 No 2, 2013

Gambaran OMSK Simpulan dan saran Dibutuhkan data mengenai gambaran pasien OMSK, hasil kultur spesimen swab telinga, dan uji kepekaan antibiotik untuk menentukan antibiotik mana yang dapat digunakan sebagai terapi empiris pada OMSK karena perbedaan pola karakteristik pada populasi, pola mikrobiologi pada swab telinga, dan resistensi antibiotik. Untuk penelitian selanjutnya, lebih memerhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya OMSK dengan melakukan penelitian survei analitik dan dibutuhkan rekam medis yang lebih baik agar didapatkan jumlah sampel penelitian yang lebih banyak. Daftar Pustaka 1. Ajalloueyan Mohammad. 2006. Experience with Surgical Management of Cholesteatomas, In: Arch Otolaryngol Head Neck Surg., 132. Available from: http://archotol.amaassn.org/cgi/content/full/132/9/931. [Accessed Mei 2012] 2. Damayanti. 2007. Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK). Available from: http://ketulian.com/v1/web/index.php/to=article&i d=13. [Accessed Mei 2012] 3. Handoko E, Soedarmi M, Purwanto HD. 2007. Pola Bakteri Aerob dan Kepekaan Antibiotik pada Otitis Media Supuratif Kronik yang Dilakukan Mastoidektomi. Available from: http://www.perhati.org/wpcontent/uploads/2011/11/Pola-Bakteri-Aerob-EdiHandoko.pdf. [Accessed Mei 2012] 4. Iqbal Kamran, Khan Muhammad Ismail, Satti Luqman. 2011. Microbiology of Chronic Suppurative Otitis Media: Experience at Dera Ismail Khan. In: Gomal Journal of Medical Sciences, Vol.9, No. 2, hal 189-193. Available from: www.gjms.com.pk/ojs786/index.php/gjms/article/vi ew/464. [Accessed 30 November 2012] 5. Loy AHC, Tan AL, Lu PKS. 2002. Microbiological of Chronic Suppurative Otitis Media in Singapore. In: Singapore Medical Journal 2002 Vol 43, hal 296-299. Available from: www.sma.org.sg/smj/4306/4306a4.pdf. [Accessed 30 November 2012] 6. Malkappa KS, Kondapaneni S, Surpam RB, Chakraverti TK. 2012. Study of Aerobic Bacterial Isolates and Their Antibiotic Susceptibility Pattern in Chronic Suppurative Otitis Media. In: Indian Journal of Otology Vol. 18, hal 136-139. DOI: 10.4103/09717749.103440. [Accessed 29 November 2012] 7. Memon MA, Matiullah S, Ahmed Z, Marfani MS. 2008. Frequency of Un-Safe Chronic Suppurative Otitis Media in Patients with Discharging Ear. In: Journal Liaquat University of Medical & Health Sciences May-August 2008, hal 102-105. Available from: www.lumhs.edu.pk/jlumhs/Vol07No02/pdfs/v7n2oa 10.pdf. [Accessed 30 November 2012] 8. Nursiah Siti. 2003. Pola Kuman Aerob Penyebab OMSK dan Kepekaan terhadap Beberapa Antibiotika di Bagian THT FK USU / RSUP H. Adam Malik Medan. Available from: http://library.usu.ac.id/download/fk/tht-siti nursiah.pdf. [Accessed Mei 2012] 9. Shrestha BL, Amatya RCM, Shrestha I, Ghosh I. 2011. Microbiological Profile of Chronic Suppurative Otitis Media. In: In: Nepalese Journal of ENT & Head Surgery, Vol 2, No.2, hal 6-7. Available from: www.solnepal.org.np/pdffiles/forth/6-7.pdf. [Accessed 30 November 2012] 10. Smith-Vaughan Heidi, Marsh Robyn, Leach Amanda. 2009. Otitis Media: an Ongoing Microbial Challenge. In: Microbiology Australia Official Journal of The Australian Society for Microbiology Incorporation Volume 30, hal 181-184. 11. Srivastava A, Singh RK, Varshney S, Gupta P, Bist SS, Bhagat S, et al. 2010. Microbiological Evaluation of an Active Tubotympanic Type of Chronic Suppurative Otitis Media. In: Nepalese Journal of ENT & Head Surgery, Vol 2, No.2, hal 14-16. Available from: www.solnepal.org.np/pdffiles/second/17-19.pdf. [Accessed 30 November 2012] 12. Yates D, Philip.(Eds.). 2008. Otitis Media. Current Diagnosis & Treatment Otolaryngology Head and Neck Surgery, Second Edition. USA : McGraw-Hill, 600-835.

E-Journal FK USU Vol 1 No 2, 2013

Anda mungkin juga menyukai