Dosen pengampu :
Choirun Nissa, S.Gz, M.Gizi
Fillah Fithra Dieny, S.Gz, M.Si
Ayu Rahadiyanti, S.Gz, MPH
Deny Yudi Fitranti, S.Gz, M.Si
Ahmad Syauqy, S.Gz, MPH, PhD
Disusun oleh :
UNIVERSITAS DIPONEGORO
FAKULTAS KEDOKTERAN
ILMU GIZI
2020
STUDI KASUS DIETETIKA
MEDICAL NUTRITION THERAPY IN CRITICAL CARE
I. LATAR BELAKANG
Penilaian Pertama
Nn. S merupakan seorang mahasiswi yang berusia 21 tahun, saat ini dirawat di
rumah sakit dengan gangguan berupa ventral hernia dan kemungkinan ada kaitannya
dengan gangguan pada ususnya/pencernaanya. Nn. S menjalani pemeriksaan pada usus
kecil dan pengobatan hernia sehingga memerlukan eksplorasi ulang selama 2 hari
kemudian karena diperlukan pengeluaran isi luka. Luka perutnya dibiarkan terbuka.
Selanjutnya perjalanan pascaoperasinya ternyata terdapat komplikasi oleh sindrom
gangguan pernapasan akut dan sepsis yang berhubungan dengan aspirasi pneumonia.
Seacara mekanis, memiliki ventilasi dan dilakukan pembiusan. Pada hari ke enam di
rumah sakit, Tn.S menjalani operasi bedah ketiga yangmana hernia yang dialami dapat
ditanggulangi, luka sayatan pada perutnya ditutup, dan ditempatkan sistem vakum pada
lukanya. Nn. S diberlakukan (NPO) dimana rutinitas ini tidak diperbolehkan
mengonsumsi apapun secara oral ditengah malam sebelum operasi dihentikan, hal ini
dilaukan untuk menurunkan risiko aspirasi. NPO dilakukan sejak dilakukan pemasangan
tabung nasogastrik di sebagai tempat drainase lebih dari 1 L cairan berwarna hijau.
Data Penyaringan dan Penilaian
Tinggi Badan : 155 cm
Berat Badan : 55 kg
Indeks massa tubuh : 22,89 kg / m2
Berat badan ideal : 49,5 kg
Perubahan berat dalam 1 bulan sebelum masuk RS : tidak ada
Pengurangan asupan di bulan sebelumnya : tidak ada
Pemeriksaan fisik : edema pitting bilateral parah di pergelangan kaki dan atas
ekstremitas.
Pemeriksaan perut : buncit dengan bunyi usus yang tidak ada
Pemeriksaan radiologis : loop usus kecil yang sedikit melebar secara konsisten
dengan ileus adynamic
Saat ini menerima 0,45% normal saline @ 120 mL / jam
Input / Output = 3305/3725 mL
Nilai Laboratorium
Sodium: 138 mmol / dL Glukosa: 185 mg / dL
Kalium: 3 mmol / dL Kalsium terionisasi : 1,12 mm / L
Klorida: 105 mmol / dL Magnesium : 1,6 mg / dL
Karbon dioksida : 27 mmol / dL Fosfor : 2,1 mg / dL
Nitrogen urea darah : 13 mg / dL Albumin : 1,9 mg / dL
Kreatinin : 1,28 mg / dL
Soal :
1. Tulis pernyataan diagnosis gizi yang bersangkutan (problem, etiology, dan sign and
symptoms [PES]) sesuai dengan urutan prioritas untun Nn. S !
Jawab :
a.) NI-5.2 Malnutrisi (P) berkaitan dengan penyakit akut (hernia, gangguan
saluran cerna, aspirasi pneumonia), peningkatan kebutuhan karena trauma (E)
ditandai dengan intake cairan < output, terdapat infeksi berupa sepsis,
penumonia, trauma pembedahan di perut dan status NPO : asupan ≤50%
selama ≥5 hari (S).
b.) NC-2.2 Perubahan nilai laboratorium terkait tentang gizi (P) berkaitan
dengan respons metabolik terhadap adanya stres dan kurangnya asupan
elektrolit dalam makanan dan cairan intravena (E) ditandai dengan rendahnya
kadar kalium, kalsium CO2, dan albumin (S).
2. Haruskah Nn. S mulai diberikan dengan Parenteral Nutrition (PN)? Jelaskan.
Jawab :
Menurut pendapat saya setuju dengan jawaban tersebut. Berdasarkan pemaparan
masalah yang dialami oleh Nn. S, memang benar bahwa Nn. S harus mulai
diberikan menggunakan Parenteral Nutrition (PN) karena Tn. N mengalami
malnutrisi, kondisi kritis dan ketergantungan ventilator, disertai sudah diberlakukan
NPO (dimana rutinitas ini tidak diperbolehkan mengonsumsi apapun secara oral
ditengah malam sebelum operasi dihentikan, hal ini dilaukan untuk menurunkan
risiko aspirasi) selama 6 hari. Selain itu, Nn. S juga tidak mungkin diberikan
makanan melalui oral, karena saluran cerna terganggu, dan belum siap untuk
diberikan makan enteral (sekunder ke ileus) karena fungsi usus belum sembuh
dengan baik. Kemungkinan jika enteral gagal memenuhi kebutuhan karena
penyerapan GI tidak maksimal, sehingga perlu didukung cara PN ini. Sehingga
perlu didisuksikan terkait pemberian makanan enteral melalui jejunal dengan para
dokter jika masalah ileus terselesaikan. (Bilkuet al, 2014).
3. Hitung kebutuhan gizinya !
Jawab :
Perhitungan kebutuhan kalorinya harus diperkirakan dengan menggunakan
hypocaloric (rendah kalori), pendekatan protein tinggi karena Nn. S memiliki status
gizi normal dan fungsi ginjal normal. Perhitungan menggunakan BB aktual..
Regimen hypocaloric untuk pasien ini adalah 14 kkal / kg berat badan aktual:
sehingga hanya ketemu 770 kkal / hari. Kebutuhan protein dapat diatur pada 2
hingga 2,5 g / kg berat badan ideal atau 162 hingga 203 g / hari.
Akan tetapi menurut pendapat saya, kebutuhan gizi Nn. S dapat menggunakan rumus
Ventilator-dependent patients karena pasien dipasang ventilator mekanis
disebabkan gangguan sepsis yang terdapat kaitannya dengan aspirasi pneumonia.
EEE = 1784 – 11 (Age) + 5 (BB) + 244 (JK) + 239 (Trauma) + 804 (Luka
Bakar)
= 1784 – 11 (21) + 5 (55) + 244 (0) + 239 (1) + 804 (0)
= 1784 – 231 + 275 + 0 + 239 + 0
= 2067 kkal
= 2070 kkal
Protein = 1,2-2 g/kg BB/hari (dari buku Krausse hal : 782)
= 2 x 55
= 110 gram
(kebutuhan protein pada pasien Critically ill tinggi untuk memenuhi
kebutuhan karena peningkatan metabolisme, adanya cedera/luka perut
terbuka dan untuk penyembuhan) Hoffer and Bistrian, 2012
Lemak = 15-25% dari kebutuhan E total
= 20% x 2070 : 9
= 46 gram
Karbohidrat = 2070 – [(110x4) + (46x9)]
= 2070 – 440 + 414
= 2044 : 4
= 511 gram
(Penggunaan tinggi karbohidrat pada masa pra-operasi dapat
meningkatkan glikemik, megontrol dan mengurangi elekrolit (nitrgen)
yang hilang, massa tubuh tanpa lemak, dan menjaga kekuatan otot pada
perut setelah dilakukan operasi) Bilku et al, 2014
Perubahan Status Pertama dengan Penilaian Ulang
Pada hari ke-10 di rumah sakit suhu tubuh Nn. S meningkat mencapai 39°C, dan
pada pemeriksaan Nn. S ditemukan terdapat infeksi ganda berupa beberapa abses
perut. Kemudian Nn. S dibawa pergi ke ruang operasi untuk drainase abses. Selama
waktu ini tekanan darahnya dan output urin menurun sehingga sangat membutuhkan
inisiasi resusitasi cairan dan vasopresif untuk menstabilkan tekanan darah. Fungsi
ginjalnya tercatat memburuk. Tidak ada rencana terapi penggantian ginjal saat ini.
Catatan status saat ini:
Suhu maksimum : 39,3ºC sangat tinggi
VE : 15.6 L / mnt (ventilasi menit)
PN (pemberian parenteral nutrition) dilanjutkan
Cairan intravena: larutan salin normal 0,45% 150 mL / jam, tambahan cairan bolus
Sodium : 131 mmol / dL rendah
Kalium : 5,1 mmol / dL normal
Klorida : 96 mmol / dL rendah
Karbon dioksida : 15 mmol / dL rendah
Glukosa darah : 225 mg / dl tinggi
Kalsium terionisasi : 1,01 mm / L sangat rendah
Magnesium : 2,8 mg / dL tinggi
Fosfor : 4,8 mg / dL tinggi
Albumin : 1,2 mg / dL rendah
Gas darah arteri : 7.31 / 24/115/11
Asupan MRS
Tabel 3. FH MRS Nn. S
Kesimpulan :
Berdasarkan data riwayat asupan pada masuk RS (MRS) Nn. S diberikan secara
enteral melalui nasogastric tube, dan diberikan normal saline 0,45% @120
ml/hari untuk menjaga keseimbangan cairan elektrolit.
Kesimpulan : kadar elektrolit dalam darah baik pada assesmen pertama dan
aseesmen kedua mengalami kenaikan dan penurunan, status kadar elektrolit
dapat dilihat pada kolom keterangan.
Tabel 7. Data Fisik Klinis (PD) Nn. S First Assesment (Day 1-6)
Nilai
Domain Data Satuan Interpretasi
Normal
PD-1.1.3 Sepsis, pneumonia - - -
Cardiovascular- aspirasi, sindomgangguan
pulmonary systems pernapasan akut
PD-1.1.4 Edema pitting bilateral - - -
Ekstremitas, tulang, parah di pergelangan kaki
dan otot dan atas ekstremitas
PD-1.1.5 Buncit dengan tidak ada - - -
Dygestive systems bunyi usus, loop usus
kecil yang sedikit melebar
secara konsisten dengan
ileus adynamic, diberikan
pemasangan nasogastric
tube
PD-1.1.8 Luka bedah pada bagian - - -
Skin perut
Kesimpulan :
Dari data klinis dan fisik Nn. S pada pemeriksaan pertama di atas dapat
disimpulkan bahwa Nn. S mengalami sepsis, pneumonia aspirasi, sindom
gangguan pernapasan akut. Pada bagian ekstremitasnya mengalami edema
pitting bilateral parah di pergelangan kaki dan atas ekstremitas. Pada bagian
perutnya buncit dengan tidak ada bunyi usus, loop usus kecil yang sedikit
melebar secara konsisten dengan ileus adynamic, diberikan pemasangan
nasogastric tube, pada bgaian kulit terdapat luka bedah.
Tabel 8. Data Fisik Klinis (PD) Nn. S Second Assesment (Day 10)
Nilai
Domain Data Satuan Interpretasi
Normal
PD-1.1.5 Abdominal abses - - -
Dygestive systems
PD-1.1.9 15,6 5-10 L/menit Tinggi
Vital Sign : minute
ventilation
PD-1.1.9 39,3 36-37 °C Tinggi
Vital Sign : Suhu
Kesimpulan :
Dari data klinis dan fisik Nn. S di atas dapat disimpulkan bahwa Nn. S
mengalami abdominal abses. Ventilasi per menitnya tinggi, serta suhu
tubuhnya sangat tinggi.
6. Comparative Standar (CS)
Tabel 9. Comparative Standar (CS) First Assesment (Day 1-6)
Kesimpulan :
Dari data comparative standart Nn. S di atas dapat disimpulkan bahwa Nn. S
dihitung kebutuhan energinya Ventilator-dependent patients pada First
Assesment (Day 1-6) karena Karena mengalami komplikasi gangguan hernia
dan saluran pencernaan. Sedangkan energi Penn State 2003 Equation pada
Second Assesment (Day 10) Karena mengalami komplikasi gangguan ginjal,
peningkatan suhu, dan komplikasi lainnya (urin menurun, kadar elektrolit
menurun, serta terjadi peningkatan suhu tubuh).
Pertanyaan dari Materi : METABOLIC STRESS, TINDAKAN BEDAH
1. Respon metabolik memiliki beberapa fase. Pada fase ini terjadi selama 24-48 jam
dengan ciri – ciri penurunan BMR, penurunan suhu, penurunan cardiac output hal ini
khas terjadi pada fase ...
a. EBB
b. Flow
c. Anabolic
d. Katabolic
e. EBB – Flow
Jawab : EBB
2. Pada diet Perioperatif (diet pada tindakan bedah), memiliki beberapa macam
diantaranya adalah praoperatif, selama operasi, dan pasca operasi. Berikut ini
merupakan salah salah ciri khas dari diet “Praoperatif” adalah ...
a. Diberikan diet dengan rendah sisa
b. Pasien dipuasakan
c. Diberikan formula dengan pemberian 15 ml/jam meningkat secara bertahap
d. Kemungkinan terjadi risiko stress akibat anestesi
e. Diberikan makanan sesegera mungkin untuk mengganti protein, glukosa, dan
cairan elektrolit yang hilang
Jawaban : Pasien dipuasakan
3. Berikut ini pernyataan yang tidak tepat terkait syarat diet “Pra-Bedah”
a. Energi diberikan 40-45 kkal/kg BB pada status gizi kurang
b. Lemak diberikan 15-25% dari E total
c. Diberikan karbohidrat tinggi, untuk menghindari hipermetabolisme
d. Protein sebesar 1,2-2 g/kgBB/hari untuk pasien status gizi kurang
e. Protein sebesar 0,8-1 g/kgBB/hari untuk pasien status gizi lebih
Jawaban : Diberikan karbohidrat tinggi, untuk menghindari hipermetabolisme
Pertanyaan dari Materi : ASUHAN GIZI PADA PASIEN LUKA BAKAR
1. Pada pasien yang mengalami luka bakar, tentunya terjadi perubahan metabolik.
Berikut ini pernyataan yang tidak terkait dengan perubahan metabolik berupa
“biokimia” adalah ...
a. Meningkatnya proteolisis
b. Meningkatnya glukoneogenesis
c. Meningkatnya uragenesis
d. Menurunnya penggunaan keton bodies
e. Meningkatnya derajat infeksi
Jawab : Meningkatnya derajat infeksi
2. Kebutuhan gizi pada pasien luka bakar mengalami peningkatan, termasuk pada masa
resusitasi, konsumsi oksigen yang mendekati normal kemudian mengalami
peningkatan sampai puncaknya sebanyak .............. kali dibandingkan rerata metabolic
normal.
a. 1,5 kali
b. 2,5 kali
c. 3,5 kali
d. 4,5 kali
e. 5,5 kali
Jawab : 2,5 kali
3. Refeeding syndrome adalah kondisi yang dapat mengancam jiwa akibat gangguan
elektrolit dan cairan yang berhubungan dengan metabolisme yang tidak normal pada
pasien malnutrisi. Berikut ini beberapa mineral yang diidentifikasi untuk menentukan
refeeding syndrome adalah ...
a. K, Fe, Na, Mg
b. Mg, K, Ca, Phos
c. Fe, P, Se, Ca
d. Mg, K, P, Cu
e. Mg, Na, P, Phos
Jawaban : Mg, K, Ca, Phos