Anda di halaman 1dari 19

ASKEP KOLELITIASIS (BATU EMPEDU)

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Kolelitiasis adalah batu yang terbentuk oleh colesterol, kalsium, bilirubinat atau campuran yang disebabkan oleh perubahan pada komposisi empedu ( Marlyn E Doengoes, 2000).

Batu empedu adalah endapan satu atau lebih komponen empedu berupa kolesterol, bilirubin, garam-garam empedu, kalsium dan protein (Sylvia A Price,1998).

Kolelitiasis adalah obstruksi pada saluran empedu (duktus koledukus) yang disebabkan oleh batu, yang kemudian menghambat aliran empedu dan menyebabkan proses inflamasi akut ( Susan Martin Tucker, 1998 ).

Kolelitiasis adalah adanya batu empedu dan dapat langsung diteruskan dengan pembedahan eksplorasi ( Theodore R. Schorock, MC, 1995)

Dari beberapa pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa kolelitiasis adalah endapan satu atau lebih komponen empedu berupa kolesterol, bilirubin, garam-garam empedu, kalsium dan protein, yang kemudian menghambat aliran empedu dan menyebabkan proses inflamasi akut.

B. Patofisiologi

Jenis jenis batu empedu :

1.

Batu colesterol : pembentukan batu ini dipengaruhi oleh factor makanan

2.

Batu pigmen hitam : terbentuk karena gangguan keseimbangan metabolik pada anemia hemolitik ataupun sirosis hepatis

3.

Batu kalsium : berbentuk kecil-kecil, tidak teratur, berjumlah banyak, berwarna kecoklatan, kemerahan atau hitam.

C. Penatalaksanaan 1. a. 1) Penatalaksanaan medis Penatalaksanaan operatif Kolesistektomi : Bandung empedu dibuka, batu dan cairan empedu dikeluarkan. Sebuah drain ditempatkan dalam kandung empedu dan dibiarkan menjulur keluar lewat luka operasi untuk mengalirkan darah, cairan serosanguinus dan getah empedu. 2) Koledosistotomi : insisi pada duktus koledukus untuk mengeluarkan batu b. Penatalaksanaan instrumentatif

1) ESWL (Extra Corporeal Shock Wave Litotripsi) : memecah batu dengan gelombang kejut 2) ERCP (Ekstra Corporeal Reseksi Colangio Prosedur) : memotong serabut mukosa spikter addi sehingga spinkter terbuka. c. 1) 2) Penatalaksanaan konservatif Dengan pengobatan simtomatik : antibiotic, anti emetic, vit K Diet rendah lemak

3) Pemberian obat Urodoksikolat (pelarut batu ) 2. Penatalaksanaan keperawatan a. b. c. d. Meredakan nyeri Memperbaiki status nutrisi Pengaruran diet TKTP, rendah lemak Support Mental pada pre operasi

D. Asuhan Keperawatan 1. a. b. Data Dasar Pengkajian aktivitas dan istirahat ( gelisah, kelemahan ) sirkulasi : takikardi, berkeringat

c.

eliminasi : perubahan warna urine/feses, teraba masa pada kwadran atas abdomen

d. e.

makanan dan cairan : anoreksia, mual, muntah nyeri/ kenyamanan : kolik adomen menyebar ke punggung dan bahu kanan, distensi abdomen dan nyeri tekan pada kwadran abdomen atas

f.

pernapasan : peningkatan frekuensi pernapasan, napas pendek dan dangkal

g. h.

keamanan : demam, menggigil, ikterik, berkeringat dan gatal penyuluhan / pembelajaran : kecenderungan keluarga untuk menjadi batu empedu, adanya kehamilan / melahirkan : riwayat DM, penyakit inflamasi usus

Pemeriksaan Diagnostik a. b. c. Darah lengkap : lekositosis sedang Bilirubin dan amilase : meningkat Enzim hati serum-AST(SGOT);ALT(SGPT);LDH;agak meningkat,

ditandai obstruksi bilier d. Kadar protrombin : menurun bila obstrksi aliran empedu dalam usus menurunkan absorsi vitamin K e. Ultrasond : menyatakan kalkuli dan distensi kandung empedu dan / duktus empedu f. Kolangiopankreatografi percabangan duodenum g. Kolangiografi transhepatik perkutaneus : pembedaan gambaran bilier retrograd endoskopik duktus : memperlihatkan melalui

dengan

kanulasi

koledukus

denganfluoroskopi antara penyakit kandung empedu dan kanker pankreas (bila ikterik ada)

h.

Kolesistogram ( untuk kolesistitis kronik ) : menyatakan batu pada sistem empedu. Kontraindikasi pada kolesistitis karena pasien terlalu lemah untuk menelan zat lewat mulut

i.

Skan CT : dapat menyatakan kista kandung empedu, dilatasi duktus empedu dan membedakan antara ikterik obstruksi / non obstruksi

j.

Skan hati ( dengan zat radioaktif ) : menunjukkan obsruksi percabangan bilier

k.

Foto abdomen ( multiposisi) : menyatakan gambaran radiologi (kalsifikasi) batu empedu, kalsifikasi dinding atau pembesaran kandung empedu

l.

Foto dada : menunjukkan pernapasan yang menyebabkan penyebaran nyeri

2. 1)

Diagnosa keperawatan Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi, spasme, proses iflamasi, iskemik jaringan, infeksi

2)

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake cairan yang tidak adekuat akibat muntah

3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang tidak adekuat akibat mual, muntah, dispepsia 4) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi informasi

3.

Perencanaan Dx 1 : Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi, spasme, proses iflamasi, iskemik jaringan, infeksi Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri berkurang

Kriteria hasil : melaporkan nyeri berkurang, menunjukkan keterampilan relaksasi, mempertahankan ekspresi yang rileks. Intervensi : observasi dan catat lokasi, beratnya dan karakter nyeri; tingkatkan tirah baring; beri posisi yang nyaman, dorong menggunakan teknik relaksasi; kontrol suhu lingkungan, berikan obat analgetik sesuai program.

Dx 2 : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake cairan yang tidak adekuat akibat muntah Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan cairan terpenuhi Kriteria Hasil : klien mengatakan sudah tidak muntah lagi, membran mukosa lembab, turgor kulit elastis, dan pengisian kapiler baik. Intervensi tanda/gejala : pertahankan masukan dan haluaran muntah, akurat, hindarkan awasi dari

peningkatan/berlanjutnya

lingkungan yang berbau, lakukan kebersihan oral dengan pencuci mulut, sarankan untuk minum banyak kurang lebih 8 gelas/hari, dan berikan obat antiemetik sesuai program.

Dx 3 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang tidak adekuat akibat mual, muntah, dispepsia Tujuan : setelah dilakukan tidakan keperawatan diharapkan nutrisi klien terpenuhi Kriteria hasil : mual muntah hilang, menunjukkan kemajuan pencapaian BB atau mempertahankan BB klien. Intervensi : kaji distensi abdomen, pantau bising usus, timbang BB,berikan suasana menyenangkan pada saat makan, sajikan makanan

dalam porsi kecil tapi sering dan kedaan hangat, hitung pemasukan kalori, kolaborasi untuk konsul dengan ahli diet.

Dx 4 : Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi informasi Tujuan : setelah dilakukan tidakan keperawatan diharapkan

pengetahuan klien bertambah Kriteria hasil : pasien menyatakan pemahaman proses penyakit, pengobatan, mengngkapkan pengertian tentang kebutuhan

perencanaan diet potensial dan peningkatan distres kandung empedu Intervensi : beri penjelasan, kaji ulang proses penyakit, kaji ulang program obat, diskusikan pentingya program penurunan berat badan bila diindikasikan, anjurkan klien untuk menghindari makanan tinggi lemak.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth. 2001. Keperawatan Mendikal Bedah volume 2 edisi 8. Jakarta: EGC Carpenito, Lynda Jull.1998. Diagnosa Keperawatan edisi 6. Jakarta: EGC Dr.Tambayon jan.2000. Patofisiologi untuk keperawatan. Jakata: EGC Marilynne Doengoes dkk.1999. Rencana Asuhan keperawatan edisi 3.Jakarta: EGC Nealon F Thomas,William H Nualan.1996. keterampilan pokok ilmu bedah edisi IV. Jakarta: EGC Price A. Sylvia, lorraine M Wilson.2005. Patofisiologi konsep-konsep klinis prosesproses penyakit, edisi 6, volume 1. Jakarta: EGC

Soeparman.1994. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 1 edisi 2. Jakarta. FKUI Sudarmaji, Walid.2007.Hand out KMB 3.Asuhan Keperawatan Batu Empedu. Jakarta: AKPER RSPAD Gatot soebroto Tucker Martin susan dkk.1998. Standar perawatan pasien volume 2. Jakarta: EGC Keperawatankitas blog dari Http://Keperawatan kita.wordpress.com/2009/02/11/kolelitiasis-definisi-serta-askepnya/diambil tanggal 26 Januari 2010

ASUHAN KEPERAWATAN KOLELITIASIS


I. KONSEP DASAR PENYAKIT A. DEFINISI Kolelitiasis adalah pembentukan batu empedu yang biasanya terbentuk dalam kandung empedu dari unsur-unsur padat yang membentuk cairan empedu (Brunner & Suddarth, 2001). Batu empedu merupakan endapan satu atau lebih komponen empedu kolesterol, bilirubin, garam empedu, kalsium, protein, asam lemak dan fosfolipid (Price & Wilson, 2005). B. ETIOLOGI Etiologi batu empedu masih belum diketahui sepenuhnya, akan tetapi, tampaknya faktor predisposisi terpenting adalah gangguan metabolisme yang menyebabkan terjadinya perubahan komposisi empedu, stasis empedu dan infeksi kandung empedu. Kondisi klinis yang dikaitkan dengan semakin meningkatnya insiden batu empedu adalah diabetes, sirosis hati, pangkreatitis, kanker kandung empedu dan penyakit/reseksi ileum. faktor lainnya adalah obesitas, multipararitas, pertambahan usia, jenis kelamin perempuan dan ingesti segera makanan yang mengandung kalori rendah/lemak rendah (puasa). C. KLASIFIKASI Pada umumnya batu empedu dapat dibagi menjadi 3 tipe, yaitu : 1. Tipe kolesterol. 2. Tipe pigmen empedu.

3. Tipe campuran. Batu kolesterol terjadi akibat gangguan hati yang mengekskresikan kolesterol berlebihan hingga kadarnya diatas nilai kritis ke larutan kolesterol dalam empedu. Tipe pigmen biasanya akibat proses hemolitik atau investasi E. Coli ke dalam empedu yang dapat mengubah bilirubin diglukuronida menjadi bilirubin bebas yang mungkin dapat menjadi Kristal kalsium bilirubin. D. PATOFISIOLOGI Kolelitiasis (Batu empedu) Tersusun dari pigmen Tersusun dari kolesterol Proses hemolitik/ Batu pigmen Batu Kolesterol Akibat gangguan Investasi E. Coli hati Megnubah bilirubin akibat pigmen yang tak sintesis as. empedu ekskresi kolesterol diglukosonida terkonjugasi mengadakan & pe sintesis meningkat pengendapan dalam hati Bilirubin bebas Batu Supersaturasi getah empedu oleh empedu Kristal kalsium Terutama pada ps. Mengendap Bilirubin sirosis hepatis, hemolisis & infeksi Batu percabangan bilier Predisposisi batu empedu Sebagai iritan Peradangan dalam kandung empedu E. MANIFESTASI KLINIS Batu empedu dapat mengalami 2 jenis gejala : 1. Gejala yang disebabkan oleh penyakit pada kandung empedu itu sendiri. 2. Gejala yang terjadi akibat obstruksi pada lintasan empedu oleh batu empedu. Gejalanya bisa bersifat akut atau kronis 1. Rasa Nyeri dan Kolik Bilier Jika duktus sistikus tersumbat oleh batu empedu, kandung empedu akan mengalami distensi & akhirnya infeksi. Pasien akan menderita panas dan mungkin teraba massa padat pada abdomen. Pasien dapat mengalami kolik bilier disertai nyeri hebat pada abdomen kuadran kanan atas yang menjalar ke punggung/bahu kanan ; rasa nyeri ini biasanya disertai dengan mual dan muntah.

2. Ikterus Obstruksi pengaliran getah empedu ke dalam duodenum akan menimbulkan gejala yang khas, yaitu : getah empedu yang tidak lagi dibawa ke dalam duodenum akan diserap oleh darah dan penyerapan empedu ini membuat kulit dan membran mukosa berwarna kuning. 3. Perubahan Warna Urin & Feses Ekskresi pigmen empedu oleh ginjal akan membuat urine berwarna sangat gelap. Feses yang tidak lagi diwarnai oleh pigmen empedu akan tampak kelabu dan biasanya pekat (clay-colored).

4. Defisiensi Vitamin Obstruksi aliran empedu juga mengganggu absorbsi vitamin A, D, E & K yang larut dalam lemak. Defisiensi vitamin K dapat mengganggu pembekuan darah yang normal. F. DIAGNOSIS Diagnosis pasti dilakukan dengan pemeriksaan radiologi (ultrasonografi & tomografi computer). G. KOMPLIKASI Komplikasi yang penting adalah terjadinya kolesistitis akut & kronik, koledokolitrasis & pankreatitis, yang lebih jarang ialah kolangitis, abses hati, sirosis bilier & ikterus obstruktif. H. PENATALAKSANAAN 1. Konservatif a. Diet rendah lemak. b. Obat-obatan antikolinergik-antispasmodik. c. Analgesik. d. Antibiotik, bila disertai kolesistitis. e. Asam empedu (as. kenodeoksikolat) 6,75-4,5 gr/hr, diberikan dalam waktu lama, dikatakan dapat menghilangkan batu empedu, terutama batu kolesterol. Asam ini mengubah empedu yang mengandung banyak kolesterol (lithogenic bile) menjadi empedu dengan komposisi normal. Dapat juga untuk pencegahan, namun efek toksiknya banyak, kadamgkadang diare. 2. Kolesistektomi

Dengan kolesistektomi, pasien tetap dapat hidup normal, namun seperti biasa. Umumnya dilakukan pada pasien dengan kolik bilier atau diabetes. II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN 1. Aktivitas/Istirahat Gejala : kelemahan. Tanda : geilsah. 2. Sirkulasi Gejala/Tanda : takikardia, berkeringat. 3. Eliminasi Gejala : perubahan warna urine & feses. Tanda : distensi abdomen, teraba massa pada kuadran kanan atas, urine gelap, pekat, feses warna tanah liat, steatorea. 4. Makanan/Cairan Gejala : anoreksia, mual/muntah, tidak toleran terhadap lemak & makanan pembentukan gas, regurgitasi berulang, nyeri epigastrium, tidak dapat makan, flatus, dyspepsia. Tanda : kegemukan, adanya penurunan berat badan. 5. Nyeri/Kenyamanan Gejala : nyeri abdomen atas berat, dapat menyebar ke punggung atau bahu kanan, kolik epigastrium tengah sehubungan dengan makan, nyeri mulai tiba-tiba & biasanya memuncak dalam 30 menit. Tanda : nyeri lepas, otot tegang atau kaku bila kuadran kanan atas ditekan, tanda Murphy positif. 6. Pernapasan Tanda : peningkatan frekuensi pernapasan, penapasan tertekan ditandai oleh napas pendek, dangkal. 7. Keamanan Tanda : demam, menggigil, ikterik, dan kulit berkeringat & gatal (pruritus), kecendrungan perdarahan (kekurangan vit. K). 8. Penyuluhan dan Pembelajaran Gejala : kecenderungan keluarga untuk terjadi batu empedu, adanya kehamilan/melahirkan ; riwayat DM, penyakit inflamasi usus,

diskrasias darah. 9. Pemeriksaan Diagnostik - Darah lengkap : Leukositis sedang (akut). - Billirubin & amilase serum : meningkat. - Enzim hati serum-AST (SGOT) : ALT (SGOT), LDH : agak meningkat, alkalin fosfat & S-nukleotidase, ditandai pe obstruksi bilier. - Kadar protombin : menurun bila obstruksi aliran empedu dalam usus menurunkan absorpsi vit. K. - Ultrasound : menyatakan kalkuli & distensi empedu/duktus empedu. - Kolangiopankreatografi retrograd endoskopik : memperlihatkan percabangan bilier dengan kanulasi duktus koledukus melalui duodenum. - Kolangiografi transhepatik perkutaneus : pembedaan gambaran dengan fluoroskopi antara penyakit kandung empedu & kanker pangkreas. - CT-Scan : dapat menyatakan kista kandung empedu. - Scan hati : menunjukkan obstruksi percabangan bilier. 10. Prioritas Keperawatan 1. Menghilangkan nyeri & meningkatkan istirahat. 2. Mempertahankan keseimbangan cairan & elektrolit. 3. Mencegah komplikasi. 4. Memberikan informasi tentang proses penyakit, prognosis. 11. Tujuan Pemulangan 1. Nyeri hilang. 2. Homeostasis meningkat. 3. Komplikasi dicegah/minimal. 4. Proses penyakit, prognosis & program pengobatan dipahami. B. DIAGNOSA KEPERAWATAN & INTERVENSI 1. Nyeri (akut) berhubungan dengan agen cedera biologis : obstruksi/spasme duktus, proses inflamasi, iskemia jaringan/nekrosis. Hasil yang diharapkan : - Melaporkan nyeri hilang. - Menunjukkan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan sesuai indikasi untuk situasi individual. Intervensi : - Observasi dan catat lokasi, beratnya (skala 0-10) dan karakter nyeri (menetap, hilang timbul, kolik). Rasional : membantu membedakan penyebab nyeri dan memberikan informasi tentang kemajuan/perbaikan penyakit, terjadinya komplikasi dan keefektifan intervensi. - Catat respon terhadap obat, dan laporkan pada dokter bila nyeri hilang. Rasional : nyeri berat yang tidak hilang dengan tindakan rutin dapat menunjukkan

terjadinya komplikasi/kebutuhan terhadap intervensi lebih lanjut. - Tingkatkan tirah baring, biarkan pasien melakukan posisi yang nyaman. Rasional : tirah baring pada posisi fowler rendah menurunkan tekanan intra abdomen, namun pasien akan melakukan posisi yang menghilangkan nyeri secara alamiah. - Control suhu lingkungan. Rasional : dingin pada sekitar ruangan membantu meminimalkan ketidaknyamanan kulit.

- Dorong menggunakan tehnik relaksasi, contoh : bimbingan imajinasi, visualisasi, latihan nafas dalam, berikan aktivitas senggang. Rasional : meningkatkan istirahat, memusatkan kembali perhatian, dapat meningkatkan koping. - Sediakan waktu untuk mendengar dan mempertahankan kontak dengan pasien sering. Rasional : membantu dalam menghilangkan cemas dan memusatkan kembali perhatian yang dapat menghilangkan nyeri. - Berikan obat sesuai indikasi. Rasional : menghilangkan reflex spasme/kontraksi otot halus dan membantu dalam manajemen nyeri. 2. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui pengisapan gaster berlebihan : muntah, distensi, dan hipermotilitas gaster. Hasil yang diharapkan : - Menunjukkan keseimbangan cairan adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil. - Membrane mukosa lembab. - Turgor kulit baik. - Pengisian kapiler baik. - Secara individu mengeluarkan urin cukup dan tak ada muntah. Intervensi : - Pertahankan masukan dan haluaran akurat, perhatikan haluaran kurang dari masukan, peningkatan berat jenis urin, nadi perifer, dan pengisian kapiler. Rasional : memberikan informasi tentang status cairan/volume sirkulasi dan kebutuhan penggantian. - Awasi tanda/gejala peningkatan/berlanjutnya mual/muntah, kram abdomen, kelemahan, kejang, kejang ringan, kecepatan jantung tak teratur, parestesia, hipoaktif, atau tak adanya bising usus, depresi pernapasan.

Rasional : muntah berkepanjangan, aspirasi gaster, dan pembatasan pemasukan oral dapat menimbulkan deficit natrium, kalium, dan klorida. - Hindarkan dari lingkungan yang berbau. Rasional : menurunkan rangsangan pada pusat muntah. - Lakukan kebersihan oral dengan pencuci mulut ; berikan minyak. Rasional : menurunkan kekeringan membrane mukosa, menurunkan risiko perdarahan oral. - Gunakan jarum kecil untuk injeksi dan melakukan tekanan pada bekas suntikan lebih lama dari biasanya. Rasional : menurunkan trauma, risiko perdarahan/pembentukan hematom. - Kaji perdarahan yang tak biasanya, contoh perdarahan terus-menerus pada sisi injeksi, mimisan, perdarahan gusi, ekimosis, ptekie, hematemesis/melena. Rasional : protombin darah menurun dan waktu koagulasi memanjang bila aliran empedu terhambat, meningkatkan risiko perdarahan/hemoragik. - Pertahankan pasien puasa sesuai keperluan. Rasional : menurunkan sekresi dan motilitas gaster. 3. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia. Hasil yang diharapkan : - Melaporkan mual/muntah hilang. - Menunjukkan kemajuan mencapai berat badan atau mempertahankan berat badan individu yang tepat. Intervensi : - Hitung masukan kalori, jaga komentar tentang nafsu makan sampai minimal. Rasional : mengidentifikasi kekurangan/kebutuhan nutrisi, berfokus pada masalah membuat suasana negative dan mempengaruhi masukan. - Timbang sesuai indikasi. Rasional : mengevaluasi keefektifan rencana diet. - Konsul tentang kesukaan/ketidaksukaan pasien, makanan yang menyebabkan distress, dan jadwal makan yang disukai. Rasional : melibatkan pasien dalam perencanaan, memampukan pasien memiliki rasa kontrol dan mendorong untuka makan. - Berikan suasana menyenangkan pada saat makan, hilangkan rangsangan berbau. Rasional : untuk meningkatkan nafsu makan/menurunkan mual. - Berikan kebersihan oral sebelum makan. Rasional : mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan.

- Ambulasi dan tingkatkan aktivitas sesuai toleransi. Rasional : membantu dalam mengeluarkan flatus, penurunan distensi abdomen, mempengaruhi penyembuhan dan rasa sehat dan menurunkan kemungkinan masalah sekunder sehubungan dengan imobilisasi. - Konsul dengan ahli diet/tim pendukung nutrisi sesuai indikasi. Rasional : berguna dalam membuat kebutuhan nutrisi individual melalui rute yang paling tepat. 4. Kurang Pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi. Hasil yang diharapkan : - Menyatakan pemahaman proses penyakit, pengobatan, prognosis. - Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam program pengobatan. Intervensi : - Berikan penjelasan/alasan tes dan persiapannya. Rasional : informasi menurunkan cemas, dan rangsangan simpatis. - Kaji ulang proses penyakit/prognosis, diskusikan perawatan dan pengobatan, dorong pertanyaan, ekspresikan masalah. Rasional : memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi. Komunikasi efektif dan dukungan turunkan cemas dan tingkatkan penyembuhan. - Diskusikan program penurunan berat badan bila diindikasikan. Rasional : kegemukan adalah fakor risiko yang dihubungkan dengan kolesistitis, dan penurunan berat badan menguntungkan dalam manajemen medik terhadap kondisi kronis. - Anjurkan pasien untuk menghindari makanan/minuman tinggi lemak (contoh : susu segar, es krim, mentega, makanan gorengan, kacang polong, bawang, minuman karbonat), atau zat iritan gaster (contoh : makanan pedas, kafein, sitrun). Rasional : mencegah/membatasi terulangnya serangan kandung empedu.

ASUHAN KEPERAWATAN KOLELITIASIS DENGAN NANDA, NOC, NIC


Diposkan oleh Rizki Kurniadi A. Pengertian : Kolelitiasis (batu empedu) terbentuk dalam kandung empedu dari unsur-unsur padat yang membentuk cairan empedu, batu empedu memiliki ukuran, bentuk dan komposisi yang bervariasi. Batu empedu tidak lazim dijumpai pada anak-anak dan

dewasa muda tetapi insidennya semakin sering pada individu berusia diatas 40 tahun, semakin meningkat pada usia 75 tahun. KOLESISTITIS Infeksi pada kandung empedu ada yang akut dan kronis. Kolesistitis akut biasanya disertai nyeri tekan dan kekakuan pada abdomen kuadran kanan atas, mual muntah dan tanda tanda yang umum dijumpai pada inflamasi akut. Kolesistitis kalkulus terdapat pada > 90% pasien kolesistitis akut. Pada kolesistitis kalkulus , batu kandung empedu menyumbat saluran keluar empedu. Getah empedu yang tetap berada dalam kandung empedu akan menimbulkan reaksi kimia, edema dan pembuluh darah dalam kandung empedu akan terkompresi sehingga suplai vaskulernya terganggu. Kolesistitis akalkulus merupakan inflamasi kandung empedu tanpa sumbatan oleh batu empedu, tetapi timbul setelah tindakan bedah mayor, trauma berat, atau luka bakar. B. Patofisiologi : Ada dua tipe utama batu empedu yaitu: batu yang terutama tersusun dari pigmen dan tersusun dari kolesterol Batu pigmen : akan terbentuk bila pigmen yang terkonjugasi dalam empedu mengalami presipitasi / pengendapan, sehingga terjadi batu. Risiko terbentuknya batu semacam ini semakin besar pada pasien serosis, hemolisis dan infeksi percabangan bilier. Batu ini tidak dapat dilarutkan dan hanya dikeluarkan dengan jalan operasi. Batu kolesterol : merupakan unsur normal pembentuk empedu bersifat tidak larut dalam air. Kelarutannya bergantung pada asam empedu dan lesitin (fosfo lipid) dalam empedu. Pada pasien yang cenderung menderita batu empedu akan terjadi penurunan sintesis asam empedu dan peningkatan sintesis kolesterol dalam hati, mengakibatkan supersaturasi getah empedu oleh kolesterol dan keluar dari getah empedu mengendap membentuk batu. Getah empedu yang jenuh oleh kolesterol merupakan predisposisi untuk timbulnya batu empedu yang berperan sebagai iritan yang menyebabkan peradangan dalam kandung empedu. Wanita yang menderita batu kolesterol dan penyakit kandung empedu 4 X lebih banyak dari pada laki-laki. Biasanya terjadi pada wanita berusia > 40 tahun, multipara, obesitas. Penderita batu empedu meningkat pada pengguna kontrasepsi pil, estrogen dan klofibrat yang diketahui meningkatkan saturasi kolesterol bilier. Insiden pembentukan batu meningkat bersamaan dengan penambahan umur, karena bertambahnya sekresi kolesterol oleh hati dan menurunnya sintesis asam empedu juga meningkat akibat mal absorbsi garamgaram empedu pada pasien dengan penyakit gastrointestinal, pernah operasi resesi usus, dan DM. C. Manifestasi Klinik Gejalanya bersifat akut dan kronis, Gangguan epigastrium : rasa penuh, distensi abdomen, nyeri samar pada perut kanan atas, terutama setelah klien konsumsi makanan berlemak / yang digoreng.

1.

2.

3. 4.

Tanda dan gejalanya adalah sebagai berikut : Nyeri dan kolik bilier, jika duktus sistikus tersumbat oleh batu empedu, kandung empedu akan mengalami distensi dan akhirnya infeksi. Pasien akan menderita panas, teraba massa padat pada abdomen, pasien dapat mengalami kolik bilier disertai nyeri hebat pada abdomen kanan atas yang menjalar kepunggung atau bahu kanan , rasa nyeri disertai mual dan muntah akan bertambah hebat dalam waktu beberapa jam sesudah makan dalam porsi besar. Pasien akan gelisah dan membalik-balikkan badan, merasa tidak nyaman, nyerinya bukan kolik tetapi persisten. Seorang kolik bilier semacam ini disebabkan oleh kontraksi kandung empedu yang tidak dapat mengalirkan empedu keluar akibat tersumbatnya saluran oleh batu. Dalam keadaan distensi bagian fundus kandung empedu akan menyentuh dinding adomen pada daerah kartilago kosta sembilan dan sepuluh bagian kanan, sehingga menimbulkan nyeri tekan yang mencolok pada kuadran kanan atas ketika inspirasi dalam. Ikterus. Biasanya terjadi obstruksi duktus koledokus. Obstruksi pengaliran getah empedu keduodenum akan menimbulkan gejala yang khas : getah empedu tidak dibawa keduodenum tetapi diserap oleh darah sehingga kulit dan mukosa membran berwarna kuning, disertai gatal pada kulit. Perubahan warna urine tampak gelap dan feses warna abu-abu serta pekat karena ekskresi pigmen empedu oleh ginjal. Terjadi defisiensi vitamin ADEK. Defisiensi vitamin K dapat mengganggu pembekuan darah yang normal. Jika batu empedu terus menyumbat saluran tersebut akan mengakibatkan abses, nekrosis dan perforasi disertai peritonitis generalisata. Etiologi Statis cairan empedu Infeksi kuman (E.Coli, klebsiella, Streptokokus, Stapilokokus, Clostridium). Iskemik dinding kandung empedu. Kepekatan cairan empedu. Kolesterol. Lisolesitin. Prostaglandin yang merusak lapisan mukosa dinding kandung empedu diikuti reaksi supurasi dan inflamasi.

D. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

E. Pemeriksaan Penunjang 1. laboratorium : lekositosis, blirubinemia ringan, peningkatan alkali posfatase. 2. USG: dapat mendeteksi kalkuli dalam kandung empedu atau duktus koledokus yang mengalami dilatasi, USG mendeteksi batu empedu dengan akurasi 95%. 3. CT Scan Abdomen : 4. MRI. 5. Sinar X abdomen 6. Koleskintografi / Pencitraan Radionuklida: preparat radioaktif disuntikkan secara intravena. Pemeriksaan ini lebih mahal dari USG, waktu lebih lama, membuat pasien terpajar sinar radiasi, tidak dapat mendeteksi batu empedu.

7.

Kolesistografi: alat ini digunakan jika USG tidak ada / hasil USG meragukan.

F. Penatalaksanaan 1. Non Pembedahan (farmakoterapi, diet) a. Penatalaksanaan pendukung dan Diet adalah: istirahat, cairan infus, NGT, analgetik dan antibiotik, diet cair rendah lemak, buah yang masak, nasi, ketela, kentang yang dilumatkan, sayur non gas, kopi dan teh. b. Untuk makanan yang perlu dihindari sayur mengandung gas, telur, krim, daging babi, gorengan, keju, bumbu masak berlemak, alkohol. c. Farmakoterapi asam ursedeoksikolat (urdafalk) dan kenodeoksiolat (chenodiol, chenofalk) digunakan untuk melarutkan batu empedu radiolusen yang berukuran kecil dan terutama tersusun dari kolesterol. Jarang ada efek sampingnya dan dapat diberikan dengan dosis kecil untuk mendapatkan efek yang sama. Mekanisme kerjanya menghambat sintesis kolesterol dalam hati dan sekresinya sehingga terjadi disaturasi getah empedu. Batu yang sudah ada dikurangi besarnya, yang kecil akan larut dan batu yang baru dicegah pembentukannya. Diperlukan waktu terapi 6 12 bulan untuk melarutkan batu. d. Pelarutan batu empedu tanpa pembedahan : dengan cara menginfuskan suatu bahan pelarut (manooktanoin / metil tersier butil eter ) kedalam kandung empedu. Melalui selang / kateter yang dipasang perkuatan langsung kedalam kandung empedu, melalui drain yang dimasukkan melalui T-Tube untuk melarutkan batu yang belum dikeluarkan pada saat pembedahan, melalui endoskopi ERCP, atau kateter bilier transnasal. e. Ektracorporeal shock-wave lithotripsy (ESWL). Metode ini menggunakan gelombang kejut berulang yang diarahkan pada batu empedu dalam kandung empedu atau duktus koledokus untuk memecah batu menjadi sejumlah fragmen. Gelombang kejut tersebut dihasilkan oleh media cairan oleh percikan listrik yaitu piezoelektrik atau muatan elektromagnetik. Energi disalurkan kedalam tubuh lewat rendaman air atau kantong berisi cairan. Setelah batu pecah secara bertahap, pecahannya akan bergerak perlahan secara spontan dari kandung empedu atau duktus koledokus dan dikeluarkan melalui endoskop atau dilarutkan dengan pelarut atau asam empedu peroral. 2. Pembedahan a. Intervensi bedah dan sistem drainase. b. Kolesistektomi : dilakukan pada sebagian besar kolesistitis kronis / akut. Sebuah drain ditempatkan dalam kandung empedu dan dibiarkan menjulur keluar lewat luka operasi untuk mengalirkan darah, cairan serosanguinus, dan getah empedu kedalam kassa absorben. c. Minikolesistektomi : mengeluarkan kandung empedu lewat luka insisi selebar 4 cm, bisa dipasang drain juga, beaya lebih ringan, waktu singkat. d. Kolesistektomi laparaskopi e. Kolesistektomi endoskopi: dilakukan lewat luka insisi kecil atau luka tusukan melalui dinding abdomen pada umbilikus 3. Pendidikan pasien pasca operasi :

a.

b. c. d. e.

Berikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala komplikasi intra abdomen yang harus dilaporkan : penurunan selera makan, muntah, rasa nyeri, distensi abdomen dan kenaikan suhu tubuh. Saat dirumah perlu didampingi dan dibantu oleh keluarga selama 24 sampai 48 jam pertama. Luka tidak boleh terkena air dan anjurkan untuk menjaga kebersihan luka operasi dan sekitarnya Masukan nutrisi dan cairan yang cukup, bergizi dan seimbang Anjurkan untuk kontrol dan minum obat rutin.

G. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul: 1. Nyeri Akut b/d agen injuri fisik 2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan pemasukan nutrisi, faktor biologis 3. Risiko infeksi b/d imunitas tubuh menurun, terpasangnya alat invasif. 4. Kurang perawatan diri b/d kelemahan 5. Kurang Pengetahuan tentang penyakit, diet dan perawatannya b/d mis interpretasi informasi

Anda mungkin juga menyukai