PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kolelitiasis merupakan penyakit batu empedu yang dapat ditemukan di dalam kandung empedu atau di dalam saluran empedu, atau pada kedua-
duanya. Pada pemeriksaan autopsy di Amerika, batu kandung empedu ditemukan pada 20% wanita dan 8% pria. Insiden batu kandung empedu di
Indonesia belum diketahui dengan pasti karena belum ada penelitian.
Standardized Nutrition Care Process (SNCP) atau Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) yang bertujuan agar dietesien dapat memberikan pelayanan
asuhan gizi yang berkualitas tinggi, aman, efektif serta hasil yang dicapai dapat diprediksi dan lebih terarah. Pasien akan menerima terapi gizi berdasarkan
masalah dan penyebab masalah yang berpotensi mengakibatkan malnutrisi selama pasien dirawat di rumah sakit dan berdasarkan evidence based.
B. Tujuan Praktikum
Mahasiswa mampu memahami dan melaksanakan manajemen asuhan gizi klinik pada pasien kolelistiasis
C. Manfaat Praktikum
Melatih diri dalam melakukan skrining gizi pasien, melakukan perencanaan, dan mengimplementasikan rencana asuhan gizi dan menentukan diagnosa
gizi serta memperluas wawasan tentang ilmu gizi klinik
BAB II
TINJAU PUSTAKA
Kandung empedu adalah sebuah kantung berbentuk seperti buah pir, yang terletak pada permukaan inferior dari hati pada garis yang memisahkan lobus
kanan dan kiri, yang disebut dengan fossa kandung empedu. Ukuran kandung empedu pada orang dewasa adalah 7cm hingga 10 cm dengan kapasitas lebih
kurang 30mL. Kandung empedu menempel pada hati oleh jaringan ikat longgar , yang mengandung vena dan saluran limfatik yang menghubungkan kandung
empedu dengan hati. Kandung empedu dibagi menjadi empat area anatomi: fundus, korpus, infundibulum, dan kolum (Avunduk, 2002).
Kolelitiasis ataubatu empedu merupakan pembentukan batu (calculi) dalam kandung empedu atau saluran sistem bilier. Ada 3 jenis bahan batu, yaitu
kolesterol (lebih dari 70%), pigmen, dan campuran batu (biasanya garam kalsium). Sebagian besar pasien dengan batu empedu tidak mempunyai keluhan.
Risiko penyandang batu empedu mengalami gejala dan komplikasi relatif kecil,namun sekali batu empedu mulai menimbulkan serangan nyeri kolik yang
spesifik, maka risiko untuk mengalami masalah dan penyulit akan terus meningkat. Sekitar 80% pasien dengan batu empedu tanpa gejala. Studi perjalanan
penyakit melaporkan selama 20 tahunsebanayk 50% pasien batu empedu tetap asimptomatik, 30% mengalami kolik bilier dan 20% mendapat komplikasi.
Gejala batu empedu yang dapat dipercaya adalah kolik bilier, yang didefiniskan sebagai nyeri perut bagian atas yang berlangsunglebih dari 30 menit dan kurang
dari 12 jam. Biasanya lokasi nyeri di perut bagian atas atau epigastrum, namun bisa juga di bagian kiri dan prekordial (Lesmana, 2014).
Faktor risiko dari batu empedu adalah obesitas, inflammatory bowel disease, cystic fibrosis, penggunaan nutrisi parenteral yang lama, short bowel
syndrome, multiple pregnancy estrogendan genetik.Faktor yang berperan dalam pentingpembentukan batu empedu adalah:
KASUS
Seorang ibu 53 tahun, TB: 151 cm, BB: 57 kg, dirawat di RS 3 hari yang lalu dengan keluhan kolik epigastrum terutama setelah makan makanan
berminyak. Perut terasa penuh, demam dengan suhu 38 oC, mata kuning, BAB hitam, BAK merah, tidak nafsu makan dan lemas. Hasil USG ada
obstruksi di kantung empedu. Pemeriksaan tensi 100/70 mmHg, Hb: 12 g/dl, Billirubin total 19,04 mg/dl, diagnosis medis Kolelitiasis. Kebiasaan
makan 3x/hari, suka ngemil terutama gorengan, tidak begitu suka sayuran, jarang berolah raga. Tidak ada makanan dan alergi terhadap makanan
tertentu.
NCP
- usia 53 tahun
- jenis kelamin perempuan
- riwayat medis
FH (Food History)
Hasil food recall: FH.5.2.1 : Perilaku NB-1.1 pengetahuan C-1.1 tentang kognitif FH.5.2.1 : Perilaku
- Menghindar sayuran menghindar (tidak yang kurang tentang perilaku menghindar (tidak begitu
-Aktifitas Fisik : Jarang olahraga begitu suka makanan dan zat gizi suka sayuran
sayuran) berkaitan dengan
FH. 7.3.1 : kurangnya informasi FH. 7.3.1 : Riwayat aktitas
Riwayat aktitas ditandai dengan pasien fisik (jarang olahraga)
fisik (jarang suka makan gorengan,
olahraga) menghindari sayur dan
jarang olah raga.
AD
TB : 151 cm
BB : 57 kg
IMT : 25
BD
nc-2.2 perubahan nilai nd-1.2.5 modifikasi BD-1.4.6 Bilirubin 19,4
lab berkaitan dengan lemak( diet rendah lemak) mg/dl
- Hb ( 12 g/dl) BD-1.4.6 Bilirubin
penyakit…ditandai
↑
- Bilirubin (19,4 mg/dl) ↑ (normal 1,2 mg/dl) dengan peningkatan
kadar bilirubin rc-1.4 koordinasi kegiatan
-warna urin
dengantim medis lain
PD
Mata : Kuning 1.16 : Kepala dan ni-5.1 peningkatan nd-1.2.3 peningkatan protein 1.16 : Kepala dan Mata (Mata
Tekanan darah : 100/70 mmHg Mata (Mata kebutuhan zat gizi berwarna Kuning)
nd-1.2.8 peningkatan cairan
Suhu : 38oc berwarna Kuning) berkaitan dengan
1.1.9 : Tanda-tanda vital
perubahan metabolisme nd-1.2 modifikasi makanan
1.1.9 : Tanda-
ditandai dengan suhu dalam bentuk lunak (Tekanan darah 100/70
tanda vital
tubuh meningkat mmHg) (normal)
(Tekanan darah
nc-1.4 perubahan
100/70 mmHg)
fungsi gastrointestinal
nyeri berkurang
NC-1.4 berkaitan dengan
penyakit.. ditandai
Suhu = 38oc ↑
dengan nyeri
(normal = 34,7 -
37,3 ℃) epigastrum
RENCANA INTERVENSI
1. INTERVENSI DIET
a. Tujuan Intervensi
1. memberi asupan rendah lemak
2. membatasi makanan yang menyebabkan kembng dan nyeri abdomen
b. Prinsip Diet
1. Rendah lemak
2. Tinggi protein
3. Penambahan cairan
c. Syarat Diet
Perhitungan Kebutuhan Energi dan Zat Gizi
Usia : 53 th
TB : 151 cm
BB : 57 kg
BBI : 49,6 kg
BMR = 10 BBA (kg + 6,25 (TB) – 5 (umur) – 161
10 x 57 + 6,25 x 151 – 5 x 53 – 161
570 + 943,75 – 265 – 161
1807, 75 kkal
TEE = BMR x FA x FS
= 1807,75 x 1,2 x 1,30
= 2820,09 kkal
Kebutuhan cairan
Bb : 57 kg
10 kg pertama : 1000 cc
10 kg kedua : 500 cc
37 terakhir : 20 ml x 37 kg
: 740cc/cairan
: 2240 cc
A. Hasil
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Pada saat praktikkum sebaiknya lebih teliti lagi dalam penambahan
bumbu agar tidak terjadi kesalahan terhadap rasa yang ada,dan bisa
menggunakan waktu yang ada agar bisa digunakan semaksimal mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
Yunita, Y., Asdie, A. H., & Susetyowati, S. Pelaksanaan proses asuhan gizi
terstandar (PAGT) terhadap asupan gizi dan kadar glukosa darah pasien diabetes
melitus tipe 2. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 10(2), 82-91.
https://journal.ugm.ac.id/jgki/article/view/18850. (diakses pada 23 maret 2020)g
em
Lesmana L. Batu empedu. Dalam : Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid I. Edisi 3.
Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.2000:380-384
Yunita, Y., Asdie, A. H., & Susetyowati, S. Pelaksanaan proses asuhan gizi
terstandar (PAGT) terhadap asupan gizi dan kadar glukosa darah pasien
diabetes melitus tipe 2. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 10(2), 82-91.
https://journal.ugm.ac.id/jgki/article/view/18850. (diakses pada 23 maret
2020)g em
LAMPIRAN