Anda di halaman 1dari 25

TERATOLOGI

Infeksi Karna Virus Zika, Toxoplasma Gondii, Dan Rubella Serta Pengaruh Pada Janin

Oleh :

WIDYA FERANIKA (1701089)

S1-VI B

DOSEN PENGAMPU :

Dra. Sylfia Hasti M,Farm, Apt

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU

YAYASAN UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2020
2
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim. 
Puji syukur atas kehadirat Allah swt.Yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-
Nya sehingga Makalah Teratologi dengan judul “Infeksi Karna Virus Zika, Toxoplasma Gondii,
Dan Rubella Serta Pengaruh Pada Janin” ini dapat selesai dengan tepat waktu.
Dalam makalah ini terdapat beberapa pembahasan materi infeksi karna virus zika,
toxoplasma gondii, dan rubella serta pengaruh pada janin  Namun dalam penyusunannya masih
terdapat banyak kekurangan oleh karena itu kritik dan saran  yang membangun diharapkan
penulis dari semua pihak, agar kedepannya lebih baik lagi dalam menyusun makalah.   
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik itu  penulis
terlebih kepada pembacanya.

Pekanbaru 26 Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

BAB 1..............................................................................................................................................1

PENDAHULUAN...........................................................................................................................1

latar belakang...............................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................2

1.3 Tujuan....................................................................................................................................2

BAB II.............................................................................................................................................3

ISI....................................................................................................................................................3

2.1 Virus Zika........................................................................................................................3

2.1.1 Pengertian Dan Sejarah Tentang Virus Zika...................................................................3

2.1.2 Bahaya virus zika terhadap ibu hamil.............................................................................4

2.1.3 Gejala Dan Penularan Virus Zika....................................................................................5

2.1.4 Kebijakan Mencegah Virus Zika.....................................................................................7

2.2 Toxoplasma Gondii..............................................................................................................8

2.2.1 Toksoplasmosis...............................................................................................................8

2.2.2 Efek Pada Janin...............................................................................................................8

2.2.3 Gejala Toksoplasmosis.....................................................................................................9

2.2.4 Penyebab Toksoplasmosis...............................................................................................11

2.3 Rubella...........................................................................................................................11

2.3.1 Pengertian rubella..........................................................................................................11

2.3.2 Etiologi..........................................................................................................................12

2.3.3 Tanda Dan Gejala..........................................................................................................13

ii
2.3.4 Penyebab.......................................................................................................................13

2.3.5 Diagnosa........................................................................................................................14

2.3.6 Dampak.........................................................................................................................14

BAB III PENUTUP.......................................................................................................................17

3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................19

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 latar belakang

Penyakit parasiter saat ini menjadi ancaman yang cukup serius bagi manusia. Beberapa
diantaranya adalah virus zika, toxoplasma gondii, dan rubella. Penyakit parasiter tersebut
hampir semuanya dijumpai di negara-negara tropis yang memiliki berbagai ragam masalah
seperti penduduk yang padat, pertumbuhan penduduk relatif tinggi dan jaminan kesehatan
yang masih rendah (Artama, 2009).

Virus Zika merupakan sejenis virus dari keluarga flaviviridae dan genus flavivirus.
Keluarga flaviviridae merupakan keluarga virus yang menyebar melalui vektor artropoda,
yang paling utama adalah nyamuk. Dari segi bahasa, kata flaviviridae berasal dari bahasa
Latin flavus yang bermakna kuning. Jadi, keluarga flaviviridae berasal dari virus demam
kuning. Keluarga flaviviridae memiliki tiga jenis genus, yakni Flavivirus, Hepacivirus, dan
Pestivirus. Dari ketiga genus dalam keluarga Flaviviridae tersebut, virus Zika termasuk genus
yang pertama, yakni Flavivirus.

Kasus toksoplasmosis pada manusia di Indonesia berkisar antara 43 - 88%, sedangkan


pada hewan berkisar antara 6 – 70% (Subekti et al, 2006). Prevalensi toksoplasmosis di
Indonesia diduga terus meningkat seiring dengan perubahan pola hidup yang ada pada
masyarakat (Siregar, 2012). Parasit tersebut dapat menginfeksi semua vertebrata termasuk
manusia dan berbagai hewan kesayangan seperti kucing, anjing, kelinci, burung, serta hewan
ternak seperti kambing, sapi, domba, babi, serta hewan berdarah panas lainnya. Pada
manusia, infeksi toksoplasmosis selalui menghantui kaum wanita, terutama wanita yang
sedang hamil (Nurhadi, 2012). Infeksi Toxoplasma gondii dapat terjadi karena perolehan
maupun kongenital, yang sering kali tidak menimbulkan gejala yang jelas atau sub klinis
sehingga kebanyakan tidak disadari

1
Congenital Rubella Syndrome (CRS) adalah suatu kumpulan gejala akibat infeksi
virus rubella selama kehamilan. Virus rubella termasuk dalam famili togaviridae dengan
genus rubivirus. Virus rubella umumnya menyebabkan penyakit yang ringan, 50% orang
yang terinfeksi rubella tidak terdiagnosis. Namun bila infeksi rubella terjadi pada masa
kehamilan, virus rubella dapat menembus sawar placenta dan menginfeksi janin. Akibat hal
tersebut dapat terjadi gangguan pertumbuhan janin, antara lain: abortus, lahir mati atau cacat
berat kongenital (birth defects) apabila bayi tetap hidup. Risiko infeksi dan cacat kongenital
paling besar terjadi selama trimester pertama kehamilan. Bayi dengan CRS biasanya
menunjukkan satu atau lebih gejala berupa gangguan pendengaran, kelainan mata, kelainan
jantung, retardasi mental dan cacat seumur hidup lainnya. Gangguan pendengaran adalah
kelainan tunggal yang paling sering.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana infeksi yang disebabkan oleh virus zika ?
2. Bagaimana infeksi yang disebabkan oleh toxoplasma gondii?
3. Bagaimanakah infeksi yang disebabkan oleh virus rubella ?
4. Bagaimanakah pengaruh terhadap janin ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Untuk mengetahui infeksi yang disebabkan oleh virus
2. Untuk mengetahui infeksi yang disebabkan oleh toxoplasma gondii
3. Untuk mengetahui infeksi yang disebabkan oleh virus rubella
4. Untuk mengetahui pengaruhnya terhadap janin

2
BAB II

ISI

2.1 Virus Zika

2.1.1 Pengertian Dan Sejarah Tentang Virus Zika

Virus Zika merupakan sejenis virus dari keluarga flaviviridae dan genus
flavivirus. Keluarga flaviviridae merupakan keluarga virus yang menyebar melalui vektor
artropoda, yang paling utama adalah nyamuk. Dari segi bahasa, kata flaviviridae berasal
dari bahasa Latin flavus yang bermakna kuning. Jadi, keluarga flaviviridae berasal dari
virus demam kuning. Keluarga flaviviridae memiliki tiga jenis genus, yakni Flavivirus,
Hepacivirus, dan Pestivirus. Dari ketiga genus dalam keluarga Flaviviridae tersebut, virus
Zika termasuk genus yang pertama, yakni Flavivirus.
Selain nyamuk Aedes aegypti nyamuk Aedes albopictus adalah nyamuk lain yang
juga berpotensi yang memiliki tingkat keganasan yang sama sebagai agen virulensi.
Nyamuk jenis ini paling banyak dijumpai di daerah Afrika dan Asia. Aedes albopictus
yang juga dikenal sebagai nyamuk macan Asia dengan ciri garis-garis putih, dianggap
spesies nyamuk yang paling agresif. Kedua spesies biasanya menggigit pada siang hari
dan pada sore hari, sehingga kelambu untuk tidur malam dianggap tidak begitu berguna
untuk mecegah penyebaran virus Zika. Setiap spesies nyamuk ini juga dapat menginfeksi
orang dengan demam berdarah, chikungunya dan demam kuning.
Pada 2014, virus ini menyebar ke timur melintasi Samudra Pasifik ke Polinesia
Perancis, kemudian ke Pulau Paskah dan pada tahun 2015, ia menyebar ke Amerika
Tengah, Karibia, dan kini ia menyebar ke Amerika Selatan sebagai satu wabah besar.
Pada Januari 2016, Pusat Kontrol dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat
mengeluarkan panduan perjalanan untuk negara-negara tejangkit wabah, termasuk
panduan langkah pencegahan yang dipertingkatkan dan pertimbangan untuk menunda
kehamilan bagi wanita. Menurut laporan, transmisi virus Zika pada janin dapat

3
menyebabkan microcephaly pada bayi yang baru lahir. Badan-badan kesehatan dan
pemerintah lain juga mengeluarkan peringatan yang serupa, sedangkan negara-negara
seperti Kolombia, Ekuador, El Salvador, dan Jamaika, menasihati wanita untuk menunda
kehamilan sehingga risiko tentang virus tersebut dapat lebih diketahui.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menilai penyakit yang terkait dengan virus
Zika di Amerika Latin pada akhir tahun 2015 hingga Januari 2016 telah menimbulkan
keadaan darurat kesehatan bagi masyarakat. Oleh sebab itu, WHO mengumumkan Status
Darurat Kesehatan Internasional Infeksi virus Zika terjadi melalui perantara gigitan
nyamuk Aedes, terutama spesies Aedes aegypti. Penyakit yang disebabkannya
dinamakan sebagai Zika, penyakit Zika (Zika disease) ataupun demam Zika (Zika fever).
Gejala yang paling umum dari penyakit virus Zika adalah demam, ruam, nyeri sendi, dan
konjungtivitis (mata merah). Penyakit ringan biasanya memiliki gejala yang berlangsung
dari beberapa hari sampai satu minggu.
Virus Zika yang telah menginfeksi manusia dapat menimbulkan beberapa gejala,
seperti demam, nyeri sendi, konjungtivitis (mata merah), dan ruam. Gejala-gejala
penyakit Zika dapat menyerupai gejala penyakit dengue dan chikungunya, serta dapat
berlangsung beberapa hari hingga satu minggu. Virus Zika pertama ditemukan pada
seekor monyet resus di hutan Zika, Uganda, pada tahun 19473 . Virus Zika kemudian
ditemukan kembali pada nyamuk spesies Aedes Africanus di hutan yang sama pada tahun
1948 dan pada manusia di Nigeria pada tahun 1954. Virus Zika menjadi penyakit
endemis dan mulai menyebar ke luar Afrika dan Asia pada tahun 2007 di wilayah Pasifik
Selatan. Pada Mei 2015, virus ini kembali merebak di Brazil. Penyebaran virus ini terus
terjadi pada Januari 2016 di Amerika Utara, Amerika Selatan, Karibia, Afrika, dan
Samoa (Oceania). Di Indonesia sendiri, telah ditemukan virus Zika di Jambi pada tahun
2015.

2.1.2 Bahaya virus zika terhadap ibu hamil


Virus zika yang terjadi sekarang ini sangat membahayakan bagi perkembangan
janin pada ibu yang hamil, hal ini dikarenakan pada kasus yang terjadi di Brazil, ibu yang
hamil banyak yang melahirkan bayi yang abnormal dengan kelainan pada tulang kepala
lebih kecil dari umumnya, kelainan ini dinamakan dengan microcephaly , maka dari itu

4
virus zika ini memiliki efek yang merusak pada perkembangan janin meskipun sampai
sekarang para ilmuwan masih terus meneliti kemungkinan hal tersebut.
Pada tahun 2010 sampai 2014, brazil mempunyai rata rata 156 bayi yang lahir dengan
microcephaly setiap tahunnya. Yang lebih mengejutkan lagi pada tahun 2015, lebih dari
3000 bayi lahir dengan kondisi tersebut, bahkan hingga berujung kematian hal tersebut di
duga ada kaitannya dengan jejak virus Zika. Pada bulan Mei 2015, Organisasi Kesehatan
Amerika (PAHO) mengeluarkan peringatan mengenai kontak pertama yang dikonfirmasi
infeksi virus Zika di Brasil. Wabah di Brasil yang terjadi diduga menyebabkan sindrom
Guillain-Barré dan kecenderungan wanita yang hamil melahirkan bayi dengan cacat lahir
dan dapat melahirkan anak yang memiliki kecenderungan mengalami kelainan.

2.1.3 Gejala Dan Penularan Virus Zika


Penyakit yang disebabkan oleh virus Zika dibawa oleh oleh nyamuk nyamuk
Aedes aegypti yang sebelumnya telah terinfeksi. Nyamuk Aedes aegypti itu sendiri dapat
terinfeksi ketika telah menggigit manusia yang sebelumnya telah terinfeksi virus ini. Oleh
karena itu secara berantai kemudian nyamuk Aedes aegypti menularkan virus Zika pada
setiap orang yang digigitnya dan seperti itu seterusnya. Sama halnya dengan penyakit
demam berdarah, nyamuk Aedes aegypti biasanya sangat aktif dengan cara penularan
penyakit virus Zika ke manusia pada saat siang dan sore hari6 . Secara habitat, memang
nyamuk jenis ini sangat suka tinggal di area genangan air bersih baik di dalam maupun
luar ruangan dimana orang-orang berada.
Untuk masa inkubasi, virus Zika memerlukan masa 2 (dua) sampai dengan 7 (tujuh) hari
semenjak virus ini ditularkan. Jika saat ditularkan kondisi tubuh dalam keadaan prima,
infeksi virus Zika akan pulih sendiri dan memerlukan waktu 7 sampai dengan 12 hari
saja.
Namun sebenarnya terdapat beberapa gejala khas yang bisa membedakan keluhan
infeksi Zika Virus dengan penyakit demam berdarah, beberapa tanda khusus tersebut
antara lain:
1. Demam cenderung tidak terlalu tinggi, kadang maksimal hanya pada suhu 38 derajat
celcius. Cenderung naik turun sebagaimana gejala demam berdarah, tetapi tidak terlalu
tinggi.

5
2. Muncul beberapa ruam pada kulit yang berbentuk makulapapular atau ruam melebar
dengan benjolan tipis yang timbul. Terkadang ruam meluas dan membentuk semacam
ruam merah tua dan kecoklatan yang mendatar dan menonjol.
3. Muncul rasa nyeri pada sendi dan otot, kadang disertai lebam dan bengkak pada sendi
dan otot seperti terbentur dan keseleo ringan.
4. Kerap muncul keluhan infeksi mata menyerupai konjungtivitas dengan mata
kemerahan. Kadang warna sangat kuat pada bagian dalam kelopak sebagai tanda
munculnya ruam pada bagian dalam kelopak mata.
Virus Zika berisiko terhadap terjadinya kasus microcephaly atau kelainan
pertumbuhan otak pada bayi. Sehingga, ibu hamil sangat perlu mewaspadai penularan
virus Zika . Tidak hanya ibu hamil, semua orang juga perlu mewaspadai virus ini,karena
virus Zika ini juga bisa menyerang sistem saraf dewasa dan menyebabkan peradangan
akar saraf di tulang belakang. Penularan virus Zika bisa terjadi dalam beberapa cara,
yaitu:
a. Melalui gigitan nyamuk Virus Zika ditularkan kepada orang melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti yang sudah terinfeksi. Nyamuk ini biasanya bertelur di dekat tempat-
tempat yang memiliki genangan air seperti ember, mangkuk, piring hewan peliharaan, pot
bunga atau vas. Nyamuk ini lebih banyak hidup di dalam ruangan.
b. Dari ibu ke anak Ibu hamil ternyata bisa menularkan virus Zika pada janinnya selama
kehamilan atau saat melahirkan. Virus ini kemudian bisa mengakibatkan mikrosefali dan
cacat otak janin lainnya.
c. Melalui hubungan seksual Zika bisa ditularkan melalui hubungan seks dari orang yang
sudah terinfeksi virus Zika sebelumnya kepada mitranya. Saat ditularkan, orang yang
sudah terinfeksi bahkan belum memiliki gejala.
d. Melalui transfusi darah Terdapat laporan kasus penularan virus Zika lewat transfusi
darah di Polinesia. Di dalam laporan tersebut, 2,8 persen donor darah dinyatakan positif
terjangkit virus Zika.

2.1.4 Kebijakan Mencegah Virus Zika


Beberapa langkah pencegahan yang bisa dilakukan saat berada di daerah yang
terjangkit virus Zika, antara lain:

6
1. Memastikan tempat yang Anda tinggali memiliki pendingin ruangan atau setidaknya
memiliki tirai pintu dan jendela yang dapat mencegah nyamuk masuk ke ruangan.
2. Menutup dengan rapat tempat penampungan air.
3. Gunakan baju dan celana berlengan panjang
4. Gunakan bahan penolak serangga yang terdaftar pada badan perlindungan lingkungan
atau environmental protection agency (EPA), sesuai dengan instruksi yang tertera pada
kemasan. Instruksi yang terlampir akan memberikan informasi mengenai pengaplikasian
ulang, area pengaplikasian yang diperbolehkan, waktu dan durasi pengaplikasian.
5. Bayi yang berusia di bawah dua bulan tidak diperkenankan menggunakan bahan
penolak serangga ini sehingga Anda harus memastikan agar pakaian bayi dapat
melindunginya dari gigitan nyamuk.
6. Gunakan juga kelambu pada tempat tidur bayi, kereta dorong bayi, dan gendongan atau
alat pengangkut bayi lainnya.
7. Perhatikan area tubuh anak yang berusia lebih dewasa saat mengaplikasikan bahan
penolak serangga. Hindari area tubuh yang terluka atau sedang mengalami iritasi, area
mata, mulut, dan tangan.
8. Pilihlah perawatan, pencucian, atau pemakaian pakaian serta peralatan yang
menggunakan bahan dengan kandungan repelen. Pelajari informasi produk dan instruksi
penggunaan mengenai perlindungan yang diberikan. Hindari menggunakan produk ini
pada kulit.
9. Pelajari juga informasi mengenai daerah yang akan anda kunjungi, seperti fasilitas
kesehatan dan area luar ruangan terbuka sebelum waktu keberangkatan tiba, khususnya
area yang terjangkit virus Zika.
10. Lakukan tes virus Zika sekembalinya anda, khususnya perempuan hamil, dari daerah
penyebaran virus Zika.

2.2 Toxoplasma Gondii


2.2.1 Toksoplasmosis
Toksoplasmosis adalah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh protozoa bersel
tunggal yang disebut Toxoplasma gondii. Distribusi infeksi penyakit ini tersebar luas di
seluruh dunia. Luasnya penyebaran toksoplasmosis pada manusia dan hewan baik hewan

7
piaraan maupun satwa liar menyebabkan penyakit ini telah lama dimasukkan ke dalam
program zoonosis dari Food and Agricultural Organization (FAO) dan World Health
Organization (WHO) (Soejoedono, 2004).
Kasus toksoplasmosis pada manusia di Indonesia berkisar antara 43 - 88%,
sedangkan pada hewan berkisar antara 6 – 70% (Subekti et al, 2006). Prevalensi
toksoplasmosis di Indonesia diduga terus meningkat seiring dengan perubahan pola hidup
yang ada pada masyarakat (Siregar, 2012). Parasit tersebut dapat menginfeksi semua
vertebrata termasuk manusia dan berbagai hewan kesayangan seperti kucing, anjing,
kelinci, burung, serta hewan ternak seperti kambing, sapi, domba, babi, serta hewan
berdarah panas lainnya. Pada manusia, infeksi toksoplasmosis selalui menghantui kaum
wanita, terutama wanita yang sedang hamil (Nurhadi, 2012). Infeksi Toxoplasma gondii
dapat terjadi karena perolehan maupun kongenital, yang sering kali tidak menimbulkan
gejala yang jelas atau sub klinis sehingga kebanyakan tidak disadari. Gejala klinis yang
paling banyak terjadi adalah limfadenopati sedangkan manifestasi berat dapat terjadi
ensefalitis (peradangan pada otak), sepsis sindrom atau shock dan miokarditis, namun
gejala tersebut jarang dijumpai pada manusia yang mempunyai daya tahan tubuh yang
baik (Juanda, 2013). Toksoplasmosis pada individu dengan status imunodefisiensi karena
AIDS, penyakit keganasan, kemoterapi anti tumor/kanker, reinfeksi laten Toxoplasma
gondii dapat menyebabkan penyakit yang mengancam jiwa penderita bahkan sangat fatal
dan dapat berakibat kematian (Dharmana, 2007).

2.2.2 Efek Pada Janin


Pada wanita yang terinfeksi Toxoplasma gondii, selama kehamilan akan
meneruskan infeksinya kepada janin yang dikandung melalui tali 3 plasenta dan
menimbulkan infeksi, janin yang dikandung mengalami keguguran atau bayi lahir namun
mengalami beberapa gangguan baik cacat fisik maupun nonfisik. Cacat fisik seperti
hidrosepalus, mikrosepalus, anggota badan tidak lengkap, usus keluar dari perut, dan
lainnya. Sedangkan pada kasus nonfisik seperti menyerang sel syaraf otak, pengkapuran
otak, idiot, dan lainnya. Toksoplasmosis dapat mengakibatkan cacat seumur hidup pada
anak yang terinfeksi (Juanda, 2013). Berdasarkan hasil penelitian Hartono (2006) wanita

8
yang mengalami keguguran di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dan Rumah Sakit
Hasan Sadikin 51,48 % positif terinfeksi Toxoplasma gondii.
Hasil penelitian yang pernah dilakukan di RSUP Dr.Kariadi Semarang
melaporkan bahwa wanita hamil yang pernah terpapar toksoplasmosis sebesar 47,8% dan
yang sedang terinfeksi akut sebesar 13%. Data lain yang dirujuk dari laboratorium klinik
swasta di Semarang mencatat pada tahun 2001 dari 114 responden yang dicurigai
terdapat 99 (86,94%) orang yang positif toksoplasmosis, tahun 2002 dari 138 responden
yang dicurigai terdapat 125 orang (90,07%) yang positif toksoplasmosis, tahun 2003 dari
169 responden yang dicurigai terdapat 151 orang (89,37%) yang positif toksoplasmosis
(Riwanto, 2004). Prevalensi di tujuh wilayah karesidenan Jawa Tengah tercatat 39,6%
wanita usia subur mempunyai riwayat terinfeksi toksoplasmosis, 3% wanita usia subur
dalam kondisi infeksi akut, dan 36% pernah terinfeksi akut dan sedang dalam masa
penyembuhan (Dinkes Jateng, 2012).
Sumber penyebab tingginya insiden dan prevalensi toksoplasmosis ini terdiri dari
berbagai faktor. Kebiasaan hidup mempunyai kontribusi dalam menentukan tinggi
rendahnya prevalensi toksoplasmosis. Sampai saat ini belum ditemukan vaksin yang
efektif dalam mencegah toksoplasmosis, sehingga pencegahan yang paling efektif adalah
dengan memutus mata rantai siklus hidup Toxoplasma gondii dengan usaha menghindari
makanan yang mengandung kista atau ookista, menghindari kontak dengan tinja kucing,
kebersihan lingkungan, kebersihan pribadi, serta pengendalian hospes (Wiyarno, 2008).

2.2.3 Gejala Toksoplasmosis

Saat T. gondii menyerang orang yang sehat, gejala bisa saja tidak muncul dan
penderita dapat pulih sepenuhnya. Namun pada kasus lainnya, gejala dapat muncul
beberapa minggu atau  Gejala yang dirasakan biasanya ringan dan serupa dengan
gejala flu, yaitu demam, nyeri otot, kelelahan, radang tenggorokan, serta pembengkakan
kelenjar getah bening. Gejala tersebut dapat membaik dalam waktu 6 minggu.

Infeksi T. gondii pada bayi dan anak-anak umumnya ditularkan dari ibu selama
masa kehamilan. Gejala lebih serius dapat dialami janin yang terinfeksi parasit ini pada
trimester awal kehamilan, berupa kelahiran prematur, keguguran, atau kematian janin

9
dalam kandungan. Sedangkan bayi yang lahir dengan kondisi terinfeksi T.
gondii (toksoplasmosis kongenital) akan menunjukkan gejala, seperti:

 Kulit berwarna kekuningan.


 Peradangan korion (chrorionitis) atau infeksi di bagian belakang bola mata dan retina.
 Pembesaran organ hati dan limpa.
 Ruam kulit atau kulit mudah memar.
 Kejang.
 Penumpukan cairan otak di kepala, sehingga kepala menjadi besar (hidrosefalus).
 Kepala tampak lebih kecil (mikrosefalus).
 Gangguan intelektual atau retardasi mental.
 Kehilangan pendengaran.
 Anemia.

Gejala-gejala tersebut dapat muncul saat bayi lahir, atau baru terlihat beberapa bulan atau
beberapa tahun kemudian.

Sedangkan pada penderita gangguan kekebalan tubuh, gejala infeksi toksoplasmosis ditandai


dengan:

 Sulit bicara, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, pusing, tampak bingung,


kejang, hingga koma, jika toksoplasmosis menyerang otak.
 Ruam, demam, menggigil, lemas, dan sesak napas, jika toksoplasmosis menyebar ke
seluruh tubuh.

2.2.4 Penyebab Toksoplasmosis

Toxoplasma gondii merupakan organisme parasit sel tunggal (protozoa) yang


dapat menyebarkan infeksi pada hewan dan manusia. Meski parasit ini dapat tumbuh
dalam jaringan banyak hewan, namun lebih banyak terdapat dalam tubuh kucing. Parasit
ini bertelur dalam lapisan usus kucing, dan bisa keluar bersama kotoran hewan tersebut.

Penyebaran infeksi T. gondii pada manusia terjadi dengan cara:

10
 Terpapar kotoran kucing yang mengandung parasit T.gondii.
 Mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi parasit T. gondii, termasuk
daging mentah yang mengandung parasit ini.
 Melalui plasenta ibu hamil, yang menyebarkan infeksi pada janin.
 Melalui transfusi darah atau transplantasi organ dari donor yang terinfeksi parasit ini.

Sedangkan pada ibu hamil, untuk mengetahui apakah toksoplasmosis memengaruhi


janin, dokter perlu melakukan tes berupa:

 Amniocentesis. Dokter akan mengambil sampel air ketuban penderita saat usia


kehamilan di atas 15 minggu. Dengan tes ini, bisa diketahui apakah janin turut terinfeksi
toksoplasmposis atau tidak.
 USG. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat tanda-tanda tidak normal pada janin,
seperti hideosefalus. Setelah proses melahirkan, bayi akan menjalani serangkaian
pemeriksaan untuk melihat adanya kerusakan akibat infeksi.

2.3 Rubella
2.3.1 Pengertian rubella

Rubella atau campak Jerman adalah penyakit yang disebabkan suatu virus RNA dari
golongan Togavirus. Penyakit ini relatif tidak berbahaya dengan morbiditas dan
mortalitas yang rendah pada manusia normal. Tetapi jika infeksi didapat saat kehamilan,
dapat menyebabkan gangguan pada pembentukan organ dan dapat mengakibatkan
kecacatan. Virus penyebab rubela atau campak Jerman ini bekerja dengan aktif
khususnya selama masa hamil. Akibat yang paling penting diingat adalah keguguran,
lahir mati, kelainan pada janin, dan aborsi terapeutik, yang terjadi jika infeksi rubela ini
muncul pada awal kehamilan, khususnya pada trimester pertama. Apabila seorang wanita
terinfeksi rubela selama trimester pertama, ia memiliki kemungkinan kurang lebih 52%
melahirkan bayi dengan sindrom rubela kongenital (CRS, Congenital Rubella
Syndrome).

11
Angka tersebut akan meningkat menjadi 85%, jika ibu terinfeksi rubela pada usia
kehamilan kurang dari 8 minggu. Kelainan CRS yang paling sering muncul adalah
katarak, kelainan jantung, dan tuli. Kemungkinan lainnya adalah glaukoma, mikrosefalus,
dan kelainan lain, termasuk kelainan pada mata, telinga, jantung, otak, dan sistem saraf
pusat. Janin dengan CRS sering kali mengalami retardasi pertumbuhan intrauteri dan
pascanatal. Infeksi rubela yang terjadi pada usia kehamilan lebih dari 12 minggu jarang
menyebabkan kelainan.

2.3.2 Etiologi
Rubella merupakan mikroba yang jenis sifatnya menetap didalam susunan
saraf pusat seseorang yang terinfeksi. Ketika menetap, rubella bisa menjadi aktif
( manifes), sehingga menimbulkan gejala demam rinagn, sedikit batuk atau pilek,
serta merah – merah pada kulkit penderitanya selama 3 hari. Karena ringan gejala ini
sering kurang diperhatikan oleh si penderita. Setelah virus tersebut seolah - olah
tidur di dalam tubuh penderitanya. Namun, sewaktu – waktu virus tersebut bisa
berkembang dan memunculkan gejala berat. Semua ini tergantung dari kekebakan
tubuh orang yang mengidapnya. Jika dibiarkan aktif, virus ini dapat mengganggu
perkembangan saraf motorik dan sensorik koordinasi keseimbangan seseorang.
1. Masa inkubasi
Periode inkubasi rubella adalah 14 – 23 hari, dengan rata – rata inkubasi
adalah 16 – 18 hari. Masa inkubasi campak Measles adalah 9 – 11 hari antara hari
pertama tertular penyakitnya dan munculnya gejala pertama yaitu gatal –gatal.
Penyakit ini biasanya biasanya dialami antara 10 – 14 hari dari gatal pertama sampai
gatal –gatal hilang. 90% orang yang belum imunisasi campak dapat terkena penyakit
ini dengan mudahnya, karena tingkat penularannya sangat tinggi. Penyebaran virus ini
dalam bentuk cairan yang bersal dari mulut dan hidung melalui udara.
2. Jangka waktu 
Ruam rubella biasanya berlangsung selama 3 hari. Pembengkakan kelenjar
akan berlangsung selama satu minggu atau lebih dan sakit persendian akna
berlangsung selama dua minggu.

12
2.3.3 Tanda Dan Gejala
Tanda-tanda dan gejala rubella, terutama pada anak-anak, sering begitu
ringan sehingga sulit untuk dilihat. Jika tanda-tanda dan gejala yang terjadi,
mereka biasanya muncul antara dua dan tiga minggu setelah terpapar virus.
Rubella biasanya berlangsung sekitar dua sampai tiga hari dan gejalanya sebagai
berikut:
1. Demam ringan dengan suhu 38,9 derajat Celcius atau lebih rendah
2. Sakit kepala, batuk, dan merasa mengantuk
3. Hidung tersumbat atau pilek
4. Radang, mata merah
5. Ruam merah muda yang diawali pada wajah dengan cepat menyebar ke punggung dan
kemudian lengan dan kaki dan seluruh tubuh.
6. Sakit sendi, terutama pada wanita muda
7. Sakit tenggorokan
8. Kelenjar leher membengkak 
9. Durasi 3 – 5 hari

2.3.4 Penyebab
Virus yang ditularkan melalui kontak udara maupun kontak badan. Virus ini bisa
menyerang usia anak dan dewasa muda. Pada ibu hamil bisa mengakibatkan bayi lahir tuli.
Penularan virus rubella adalah melalui udara dengan tempat masuk awal melalui
nasofaring dan orofaring. Setelah masuk akan mengalami masa inkubasi antara 11 sampai
14 hari sampai timbulnya gejala. Hampir 60 % pasien akan timbul ruam. Penyebaran virus
rubella pada hasil konsepsi terutama secara hematogen. Infeksi kongenital biasanya terdiri
dari 2 bagian : viremia maternal dan viremia fetal. Viremia maternal terjadi saat replikasi
virus dalam sel trofoblas. Kemudian tergantung kemampuan virus untuk masuk dalam
barier bayi-bayi lain, disamping bagi orang dewasa yang rentan dan berhubungan dengan
bayi tersebut.

13
2.3.5 Diagnosa 
Diagnosis Ditegakkan berdasarkan gejala klinis yang timbul, dan dari
pemeriksaan darah di laboratorium dengan melihat kadar antibodi IgG dan IgM-nya
terhadap rubela. Diagnosa ditegakkan melalui pemeriksaan serologi. IgM akan cepat
memberi respon setelah keluar ruam dan kemudian akan menurun dan hilang dalam waktu
4 – 8 minggu, IgG juga memberikan respon setelah keluar ruam dan tetap tinggi selama
hidup.
Diagnosa ditegakkan dengan adanya peningkatan titer 4 kali lipat dari
hemagglutination-inhibiting (HAI) antibody dari dua serum yang diperoleh dua kali selang
waktu 2 minggu atau setelah adanya IgM. Diagnosa Rubella juga dapat ditegakkan melalui
biakan dan isolasi virus pada fase akut. Ditemukannya IgM dalam darah talipusat atau IgG
pada neonatus atau bayi 6 bulan mendukung diagnosa infeksi Rubella.

2.3.6 Dampak
1. Rubella Pada Kehamilan
a.   Definisi
10 – 15% wanita dewasa rentan terhadap infeksi Rubella. Perjalanan
penyakit tidak dipengaruhi oleh kehamilan dan ibu hamil dapat atau tidak
memperlihatkan adanya gejala penyakit. Derajat penyakit terhadap ibu tidak
berdampak terhadap resiko infeksi janin. Infeksi yang terjadi pada trimester I
memberikan dampak besar terhadap janin. Infeksi Rubella berbahaya bila tejadi
pada wanita hamil muda, karena dapat menyebabkan kelainan pada bayinya. Jika
infeksi terjadi pada bulan pertama kehamilan maka risiko terjadinya kelainan
adalah 50%, sedangkan jika infeksi tejadi trimester pertama maka risikonya
menjadi 25% (menurut America College of Obstatrician and Gynecologists,
1981).
Bila ibu hamil yang belum kebal terserang virus Rubella saat hamil
kurang dari 4 bulan, akan terjadi berbagai cacat berat pada janin. Sebagian besar
bayi akan mengalami katarak pada lensa mata, gangguan pendengaran, bocor

14
jantung, bahkan kerusakan otak. Infeksi Rubella pada kehamilan dapaT
menyebabkan keguguran, bayi lahir mati atau gangguan terhadap janin Susahnya,
sebanyak 50% lebih ibu yang mengalami Rubella tidak merasa apa-apa. Sebagian
lain mengalami demam, tulang ngilu, kelenjar belakang telinga membesar dan
agak nyeri. Setelah 1-2 hari muncul bercak-bercak merah seluruh tubuh yang
hilang dengan sendirinya setelah beberapa hari. Tidak semua janin akan tertular.
Jika ibu hamil terinfeksi saat usia kehamilannya < 12 minggu maka risiko janin
tertular 80-90 persen. Jika infeksi dialami ibu saat usia kehamilan 15-30 minggu,
maka risiko janin terinfeksi turun yaitu 10-20 persen.
Namun, risiko janin tertular meningkat hingga 100 persen jika ibu
terinfeksi saat usia kehamilan > 36 minggu. Untungnya, Sindrom Rubella
Kongenital biasanya terjadi hanya bila ibu terinfeksi pada saat umur kehamilan
masih kurang dari 4 bulan. Bila sudah lewat 5 bulan, jarang sekali terjadi infeksi.
Di samping itu, bayi juga berisiko lebih besar untuk terkena diabetes melitus,
gangguan tiroid, gangguan pencernaan dan gangguan syaraf.
b. Pencegahan
Vaksinasi sejak kecil atau sebelum hamil. Untuk perlindungan terhadap
serangan virus Rubella telah tersedia vaksin dalam bentuk vaksin kombinasi yang
sekaligus digunakan untuk mencegah infeksi campak dan gondongan, dikenal
sebagai vaksin MMR (Mumps, Measles, Rubella).Vaksin Rubella diberikan pada
usia 15 bulan. Setelah itu harus mendapat ulangan pada umur 4-6 tahun. Bila
belum mendapat ulangan pada umur 4-6 tahun, harus tetap diberikan umur 11-12
tahun, bahkan sampai remaja. Vaksin tidak dapat diberikan pada ibu yang sudah
hamil. 
Deteksi status kekebalan tubuh sebelum hamil. Sebelum hamil sebaiknya
memeriksa kekebalan tubuh terhadap Rubella, seperti juga terhadap infeksi
TORCH lainnya. Jika anti-Rubella IgG saja yang positif, berarti Anda pernah
terinfeksi atau sudah divaksinasi terhadap Rubella. Anda tidak mungkin terkena
Rubella lagi, dan janin 100% aman. Jika anti-Rubella IgM saja yang positif atau
anti-Rubella IgM dan anti-Rubella IgG positif, berarti anda baru terinfeksi Rubella

15
atau baru divaksinasi terhadap Rubella. Dokter akan menyarankan Anda untuk
menunda kehamilan sampai IgM menjadi negatif, yaitu selama 3-6 bulan. 
Jika anti-Rubella IgG dan anti-Rubella IgM negatif berarti anda tidak
mempunyai kekebalan terhadap Rubella. Bila anda belum hamil, dokter akan
memberikan vaksin Rubella dan menunda kehamilan selama 3-6 bulan. Bila anda
tidak bisa mendapat vaksin, tidak mau menunda kehamilan atau sudah hamil,
yang dapat dikerjakan adalah mencegah anda terkena Rubella. Bila sudah hamil
padahal belum kebal, terpaksa berusaha menghindari tertular Rubella dengan cara
berikut: Jangan mendekati orang sakit demam Jangan pergi ke tempat banyak
anak berkumpul, misalnya Playgroup sekolah TK dan SD. Jangan pergi ke tempat
penitipan anak Sayangnya, hal ini tidak dapat 100% dilaksanakan karena situasi
atau karena orang lain yang terjangkit Rubella belum tentu menunjukkan gejala
demam. Kekebalan terhadap Rubella diperiksa ulang lagi umur 17-20 minggu.
Bila ibu hamil mengalami Rubella, periksalah darah apa benar terkena Rubella.
Bila ibu sedang hamil mengalami demam disertai bintik-bintik merah, pastikan
apakah benar Rubella dengan memeriksa IgG danIgM Rubella setelah 1 minggu.
Bila IgM positif, berarti benar infeksi Rubella baru. Bila ibu hamil mengalami
Rubella, pastikan apakah janin tertular atau tidak. Untuk memastikan apakah janin
terinfeksi atau tidak maka dilakukan pendeteksian virus Rubella dengan teknik
PCR (Polymerase Chain Reaction). Bahan pemeriksaan diambil dari air ketuban
(cairan amnion). Pengambilan sampel air ketuban harus dilakukan oleh dokter ahli
kandungan & kebidanan, dan baru dapat dilakukan setelah usia kehamilan lebih
dari 22 minggu. 
c. Pemeriksaan
Pemeriksaan rubella harus dikerjakan pada semua pasien hamil dengan
mengukur IgG. Mereka yang non-imune harus memperoleh vaksinasi pada masa
pasca persalinan. Tindak lanjut pemeriksaan kadar rubella harus dilakukan oleh
karena 20% yang memperoleh vaksinasi ternyata tidak memperlihatkan adanya
respon pembentukan antibodi dengan baik. Infeksi rubella tidak merupakan kontra
indikasi pemberian ASI.

16
Tidak ada terapi khusus terhadap infeksi Rubella dan pemberian
profilaksis dengan gamma globulin pasca paparan tidak dianjurkan oleh karena
tidak memberi perlindungan terhadap janin. Pemeriksaan Laboratorium yang
dilakukan meliputi pemeriksaan Anti-Rubella IgG dana IgM. Pemeriksaan Anti-
rubella IgG dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kekebalan pada saat
sebelum hamil. Jika ternyata belum memiliki kekebalan, dianjurkan untuk
divaksinasi. Pemeriksaan Anti-rubella IgG dan IgM terutama sangat berguna
untuk diagnosis infeksi akut pada kehamilan < 18 minggu dan risiko infeksi
rubella bawaan.
d. Terapi AntiVirus
1) Acyclovir adalah anti virus yang digunakan secara luas dalam kehamilan.
2) Acyclovir diperlukan untuk terapi infkesi primer herpes simplek atau virus
varicella zoster yang terjadi pada ibu hamil.
3) Selama kehamilan dosis pengobatan tidak perlu disesuaikan.
4) Obat antivirus lain yang masih belum diketahui keamanannya selama
kehamilan Amantadine dan Ribavirin

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Virus zika sangat membahayakan bagi perkembangan janin pada ibu yang hamil,
virus ini menyebabkan bayi lahir abnormal dengan kelainan pada tulang kepala lebih
kecil dari umumnya, kelainan ini dinamakan dengan microcephaly4 , maka dari itu virus

17
zika ini memiliki efek yang merusak pada perkembangan janin meskipun sampai
sekarang para ilmuwan masih terus meneliti kemungkinan hal tersebut.

Penyakit yang disebabkan oleh virus Zika dibawa oleh oleh nyamuk nyamuk
Aedes aegypti yang sebelumnya telah terinfeksi. Nyamuk Aedes aegypti itu sendiri dapat
terinfeksi ketika telah menggigit manusia yang sebelumnya telah terinfeksi virus ini. Oleh
karena itu secara berantai kemudian nyamuk Aedes aegypti menularkan virus Zika pada
setiap orang yang digigitnya dan seperti itu seterusnya.
Infeksi Rubella pada kehamilan dapat menyebabkan keguguran, bayi lahir mati
atau gangguan terhadap janin.Susahnya, sebanyak 50% lebih ibu yang mengalami Rubella
tidak merasa apa-apa. Sebagian lain mengalami demam, tulang ngilu, kelenjar belakang
telinga membesar dan agak nyeri. Setelah 1-2 hari muncul bercak-bercak merah seluruh
tubuh yang hilang dengan sendirinya setelah beberapa hari.
Pada wanita yang terinfeksi Toxoplasma gondii, selama kehamilan akan
meneruskan infeksinya kepada janin yang dikandung melalui tali 3 plasenta dan
menimbulkan infeksi, janin yang dikandung mengalami keguguran atau bayi lahir namun
mengalami beberapa gangguan baik cacat fisik maupun nonfisik. Cacat fisik seperti
hidrosepalus, mikrosepalus, anggota badan tidak lengkap, usus keluar dari perut, dan
lainnya. Sedangkan pada kasus nonfisik seperti menyerang sel syaraf otak, pengkapuran
otak, idiot, dan lainnya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Adam JMF. Survei diabetes melltitus pada wanita hamil. Penelitian Universitas Hasanuddin.
1986.

Akhsin,Zulkoni. 2011. Parasitologi Untuk Keperawatan, Kesehatan Masyarakat dan Teknik


Lingkungan. Yogyakarta : Nuhu Medika

Amankwah KS, Prentile RL, Fleury FJ. The incidence of gestational diabetes. Obstetric and
Gynecology 1977; 49:497-498.

http://creasoft.wordpress.com/2008/04/26/diabetes-mellitus-pada-kehamilan

Manumba, Ida Bagus. 1993. Penuntun Kepanitraan Klinik Obstetrik dan Ginekologi Jakarta :
EGC

Mochtar, Rustam. Prof. DR. 1989. Sypnosis Obstetrik : Obstetrik Patologi. Edisi I.
Jakarta : EGC

Najmah. 2016. Epidemologi Penyakit Menular. Jakarta : CV Trans Info Media

Putri ,Nadia .2016. Buku Pintar Virus Zika. Yogyakarta :Flash Book.

19
20

Anda mungkin juga menyukai