SISTEM SIRKULASI
“PENENTUAN JENIS
GOLONGAN DARAH”
SMAN 1 TEGAL
KATA PENGANTAR
i
Pertama-tama kami mengucapkan puji syukur kepada Tuhan YME, karena
dengan bimbingan dan petunjuk-Nya sehingga laporan praktikum biologi tentang
“Penentuan Jenis Golongan Darah” dapat terselesaikan dengan baik.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak terdapat
kekurangan dan keterbatasan. Oleh karena itu, kami memohon maaf atas
ketidaksempurnaan ini karena sesungguhnya kesempurnaan hanyalah milik Tuhan
YME. Kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
perbaikan dan penyempurnaan laporan ini, sehingga dapat memberikan manfaat bagi
bidang pendidikan dan penerapan di lapangan serta bisa dikembangkan lagi lebih
lanjut.
Kelompok 7 Xl.2
DAFTAR ISI
ii
HALAMAN JUDUL........................................................................................ I
KATA PENGANTAR...................................................................................... II
DAFTAR ISI.................................................................................................... III
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ IV
DAFTAR TABEL............................................................................................ IV
BAB I PENDAHULUAN
1.1............................................................................................................. Latar
Belakang............................................................................................. 1
1.2.............................................................................................................
Rumusan Masalah............................................................................... 2
1.3............................................................................................................. Tujuan
............................................................................................................ 2
BAB II METODOLOGI
2.1. Waktu dan Tempat............................................................................. 3
2.2. Alat dan Bahan.................................................................................. 3
2.3. Prosedur Penelitian............................................................................ 4
BAB III HASIL & PEMBAHASAN
3.1. Hasil Pengamatan.............................................................................. 6
3.2. Pembahasan....................................................................................... 7
BAB IV PENUTUP
4.1. Pertanyaan dan Jawaban................................................................... 10
4.2. Kesimpulan....................................................................................... 12
4.3. Saran................................................................................................. 12
DAFTAR ISTILAH.......................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 14
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Lampiran 3 Biodata Penyusun 1 dan 2............................................... 15
2. Lampiran 4 Biodata Penyusun 3 dan 4............................................... 16
iii
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Kegiatan pratikum ini kami lakukan untuk memenuhi tugas mata pelajaran
biologi. Serangkaian proses yang terjadi selama praktikum menjadi sangat penting
karena membuat kita mengetahui perbedaan kondisi sampel darah setelah ditetesi
serum Anti-A, Anti-B, Anti-AB, dan Anti D. Sebelum membahas lebih lanjut
mengenai penentuan golongan darah pada manusia, ada baiknya kita mengetahui
teori dasar tentang darah dan komponen-komponennya.
Dilansir dari Kompas.com, darah adalah unit fungsional seluler pada manusia
yang berperan dalam membantu proses fisiologis, diantaranya untuk transportasi atau
pengangkutan berbagai zat, seprti zat makanan, zat sisa hasil metabolisme, dan zat
buangan. Darah terdiri dari dua komponen darah yaitu plasma darah dan sel-sel
darah. Plasma darah yang ada pada darah sekitar 55% dari jumlah darah dalam tubuh
manusia, sedangkan sel-sel darah yang ada pada darah sekitar 45%. Sel-sel darah
terdiri atas sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah
(trombosit). Sel darah merah (eritrosit) berperan dalam penyaluran oksigen ke
seluruh tubuh, sel darah putih (leukosit) yang berfungsi melawan infeksi dalam
tubuh, dan yang terakhir adalah trombosit atau keping darah yang berfungsi untuk
membantu pembekuan darah. Namun tak hanya itu, darah juga mengandung antigen,
yaitu protein dan gula yang terdapat dalam sel darah merah dan memiliki peran
dalam menentukan jenis golongan darah. Golongan darah dibedakan ke dalam
beberapa jenis. Pembedaan ini penting dilakukan agar darah yang ditransfusikan
tidak menimbulkan reaksi penolakan dari tubuh akibat perbedaan karakter masing-
masing golongannya, terutama saat transfusi darah.
Sistem golongan darah pada manusia terbagi menjadi tiga macam, yaitu
sistem ABO, sistem MN, dan system rhesus (Rh). Penggolongan ketiga darah
tersebut didasarkan atas kehadiran antigen (aglutinogen) tertentu dalam sel darah
merahnya dan antibodi (aglutinin) pada plasma darahnya. Pembagian golongan darah
sistem ABO didasarkan pada adanya perbedaan aglutinogen (antigen) dan aglutinin
(antibodi) yang terkandung dalam darah (Tenriawaru, 2016:42). Sementara itu, sitem
MN merupakan jenis darah. Berbeda dengan golongan darah, jenis darah biasanya
1
tidak memegang peranan dalam transfusi darah karena tidak akan menyebabkan
masalah transfusi darah antara yang berbeda jenis darahnya selama golongan
darahnya sama atau mengikuti aturan transfusi darah. Sedangkan pada sistem rhesus,
orang yang memiliki antigen rhesus disebut rhesus positif (Rh+), sedangkan yang
tidak memilkinya disebut rhesus negatif (Rh-). Sistem ini dikendalikan oleh gen
dengan alel Rh dan rh. Alel Rh bersifat dominan terhadap alel rh. Pada wanita (Rh-)
jika mengandung embrio bergolongan (Rh+) untuk kandungan pertama tidak apa-
apa. Tetapi untuk kandungan kedua bergolongan (Rh+) juga, maka akan terjadi
eritroblastolis janin, artinya bayi yang lahir akan menderita anemia yang parah dan
di dalam darah bayi banyak tersebar eritroblast, yaitu eritrosit yang belum matang
sehingga tubuh menjadi kuning. Hal ini disebabkan karena eritrosit janin akan
kemasukan zat anti (Rh+) dari darah ibu dan mengaglutinasi eritrosit janin (Waluyo,
2006: 180).
1.3. Tujuan
2
BAB II
METODOLOGI
Jarum steril
Gelas benda (object glass)
Kapas
Alkohol 70%
Serum anti-A, anti-B, anti-AB, dan anti-D (rhesus)
Pipet
Pengaduk (tusuk gigi)
Alat tulis
3
2.3. Prosedur Penelitia
1 2
Siapkan selembar kertas dengan Bersihkan ujung jari dengan kapas
tulisan identitas dan jenis serum. yang dibasahi dengan alkohol 70%.
5 6
Tusuklah jarum tersebut ke ujung Pijat ujung jari untuk mengeluarkan
jari. darah.
Gambar 6. Menusuk Jarum Ke Ujung Jari Gambar 7. Memijat Ujung Jari Untuk
Mengeluarkan Darah 4
7 8
Teteskan darah yang keluar pada Berilah setetes serum anti-A, anti-
gelas benda sebanyak 4 tetes (2 B, anti-AB, dan anti-D pada tiap-
tetes pada masing-masing gelas tiap darah.
benda).
9 10
Aduklah tetesan darah yang telah Amati ada tidaknya perubahan pada
ditetesi serum dengan adukan darah dan tuliskan hasilnya pada
tusuk gigi. Gunakanlah sisi yang lembar hasil pengamatan.
berbeda untuk mengaduk tetesan
darah yang berbeda.
Gambar 10. Mengaduk Tetesan Darah Gambar 11. Mencatat Perubahan Pada
Yang Telah Ditetesi Serum Lembar Hasil Pengamatan
5
BAB III
METODOLOGI
6
3.2. Pembahasan
Sampel darah milik Annida Syifaul Hisna yang sebelumnya telah diketahui
bergolongan darah AB(+) diuji kembali menggunakan serum Anti-A, Anti-B,
Anti-AB, dan Anti-D. Hasilnya menunjukan bahwa baik darah yang ditetesi
dengan serum Anti-A, Anti-B, Anti-AB, dan Anti-D semuanya mengalami
penggumpalan. Penggumpalan itu terjadi karena darah AB(+) mempunyai
antigen A dan antigen B yang bereaksi dengan antibodi yang dikenal dengan
anti A dan anti B tersebut.
Sampel darah milik M. Hasan Ade Saputra yang sebelumnya telah diketahui
bergolongan darah B(+) diuji kembali menggunakan serum Anti-A, Anti-B,
Anti-AB, dan Anti-D. Hasilnya menunjukan bahwa baik darah yang ditetesi
dengan serum Anti-B, Anti-AB, dan Anti-D mengalami penggumpalan
kecuali darah yang ditetesi dengan serum Anti-A yang tidak menggumpal.
Penggumpalan ketika ditetesi serum Anti-B, Anti-AB, dan Anti-D itu terjadi
7
karena darah B(+) hanya mempunyai antigen B sehingga tidak menggumpal
ketika ditetesi Anti-A.
Sampel darah milik Siti Nur Khafidzoh yang sebelumnya telah diketahui
bergolongan darah A(+) diuji kembali menggunakan serum Anti-A, Anti-B,
Anti-AB, dan Anti-D. Hasilnya menunjukan bahwa baik darah yang ditetesi
dengan serum Anti-A, Anti-AB, dan Anti-D mengalami penggumpalan
kecuali darah yang ditetesi dengan serum Anti-B yang tidak menggumpal.
Penggumpalan ketika ditetesi serum Anti-A, Anti-AB, dan Anti-D itu terjadi
karena darah A(+) hanya mempunyai antigen A sehingga tidak menggumpal
ketika ditetesi Anti-A.
8
Mekanisme penggumpalan darah (aglutinasi) tersebut terjadi karena adanya
reaksi antigen dan antibodi sejenis. Jika antigen dan antibodi tidak sejenis diberikan
reagen maka tidak akan menimbulkan penggumpalan (aglutinasi). Sehingga tipe
golongan darah akan mudah terdeteksi apabila diberi reagen atau serum.
BAB IV
9
PENUTUP
1) Apakah isi dari reagen / serum yang digunakan sehingga bisa menyebabkan
reaksi menggumpal / tidak menggumpal jika dicampur dengan darah ?
Jawaban : Reagen atau serum yang digunakan untuk uji golongan darah adalah
zat yang mengandung antibodi spesifik terhadap antigen golongan darah
tertentu. Antibodi adalah protein yang dapat mengenali dan bereaksi dengan
antigen, yaitu molekul yang terdapat di permukaan sel darah merah. Reaksi
antara antibodi dan antigen akan menyebabkan aglutinasi, yaitu penggumpalan
sel darah merah.
2) Mengapa pada seluruh anggota populasi kelas, terjadi reaksi menggumpal pada
campuran darah dan serum Anti-D ?
Jawaban : Reaksi menggumpal pada campuran darah dan serum Anti-D berarti
bahwa seluruh anggota populasi kelas memiliki antigen D pada permukaan sel
darah merah mereka. Antigen D merupakan antigen yang menentukan rhesus
positif atau negatif. Jika seseorang memiliki antigen D, maka ia memiliki
rhesus positif. Jika seseorang tidak memiliki antigen D, maka ia memiliki
rhesus negatif. Oleh karena itu, reaksi menggumpal pada campuran darah dan
serum Anti-D menunjukkan bahwa seluruh anggota populasi kelas memiliki
rhesus positif. Yang dimana berdasarkan data dari WHO persentase rhesus
positif warga Indonesia berkisar antara 90-95%. Jadi, itu yang menyebabkan
mengapa reaksi menggumpal pada campuran darah dan serum Anti-D terjadi di
seluruh anggota populasi kelas.
3) Jelaskan apa yang dimaksud dengan resipien universal dan donor universal,
serta jelaskan mengapa hal tersebut bisa terjadi ?
Jawaban : Resipien universal adalah orang yang memiliki golongan darah AB,
yang dapat menerima transfusi darah dari orang dengan golongan darah
apapun. Hal ini terjadi dikarenakan golongan darah AB tidak memiliki antibodi
terhadap antigen A maupun B, sehingga tidak akan terjadi reaksi
penggumpalan jika menerima darah dari golongan A, B, O, atau AB.
10
Donor universal adalah orang yang memiliki golongan darah O, yang dapat
mendonorkan darahnya ke orang dengan golongan darah apapun. Hal ini terjadi
dikarenakan golongan darah O tidak memiliki antigen A maupun B, sehingga
tidak akan terjadi reaksi penggumpalan jika mendonorkan darah ke golongan
A, B, O, atau AB.
Antibodi adalah protein yang diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh untuk
mengikat dan menghancurkan antigen. Antibodi terdapat di plasma darah dan
berfungsi sebagai zat pelawan terhadap antigen yang tidak sesuai. Ada dua
jenis antibodi utama, yaitu antibodi anti-A dan antibodi anti-B. (Seseorang
yang memiliki antibodi anti-A akan menggumpalkan darah yang memiliki
antigen A, seseorang yang memiliki antibodi anti-B akan menggumpalkan
darah yang memiliki antigen B, seseorang yang memiliki antibodi anti-A dan
anti-B akan menggumpalkan darah yang memiliki antigen A atau B, dan
seseorang yang tidak memiliki antibodi anti-A dan anti-B tidak akan
menggumpalkan darah yang memiliki antigen A atau B.)
11
4.2. Kesimpulan
Golongan darah A, yaitu jika sel darah merah mengandung antigen A dan
antibodi B dalam plasma darah.
Golongan darah B, yaitu jika sel darah merah mengandung antigen B dan
antibodi A dalam plasma darah.
Golongan darah AB, yaitu jika sel darah merah mengandung antigen Adan B
dan tidak memiliki antibodi dalam plasma darah.
Golongan darah O, yaitu jika sel darah merah tidak memiliki antigen dan
memiliki antibodi A dan B dalam plasma darah.
Pada saat melakukan test golongan darah akan terjadi penggumpalan darah
(aglutinasi) atau dapat juga tidak terjadi penggumpalan darah (larut). Penggumpalan
darah (aglutinasi) tersebut terjadi karena adanya reaksi antigen dan antibodi sejenis.
Jika antigen dan antibodi tidak sejenis diberikan reagen maka tidak akan
menimbulkan penggumpalan (akan larut). Sehingga tipe golongan darah akan mudah
terdeteksi apabila diberi reagen atau serum.
4.3. Saran
Kegiatan praktikum sudah berjalan dengan baik karena dapat selesai tepat
waktu. Namun, alangkah lebih baiknya jika kegiatan parktimum ini dilaksanakan di
ruangan yang seharusnya. Oleh karena itu, kami menyarankan agar kegiatan
parktikum selanjutnya dilaksankan di ruang laboratorium agar kegiatan parktikum
dapat berjalan dengan lebih kondusif.
12
DAFTAR ISTILAH
13
DAFTAR PUSTAKA
14
LAMPIRAN 1
BIODATA PENYUSUN 1
BIODATA PENYUSUN 2
15
LAMPIRAN 2
BIODATA PENYUSUN 3
BIODATA PENYUSUN 4
16