Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

AIR

Dosen Pengampu :

Reza Achmad Maulana, S. Gz, M.Gz

Rosyida Awalia Safirti, S. Gz, M.Imun

DISUSUN OLEH:

Ega Putri Amanda / 2200036005 / A

PROGRAM STUDI GIZI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

2023

1
DAFTAR ISI

BAB I ................................................................................................................................ 3
PENDAHULUAN ............................................................................................................ 3
A. Dasar teori.................................................................................................................. 3
B. Tujuan Praktikum .................................................................................................... 5
BAB II .............................................................................................................................. 6
ALAT DAN BAHAN ...................................................................................................... 6
A. Alat ............................................................................................................................. 6
B. Bahan.......................................................................................................................... 6
C. Cara kerja .................................................................................................................. 6
BAB III ............................................................................................................................. 8
HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................................... 8
A. Hasil Pengamatan ..................................................................................................... 8
B. Pembahasan ............................................................................................................... 9
BAB IV ........................................................................................................................... 15
KESIMPULAN .............................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 16
LAMPIRAN ................................................................................................................... 17

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Dasar Teori
Air merupakan kebutuhan baik untuk kehidupan maupun kebutuhan
lainnya yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia.Air putih adalah
air yang murni, tidak bercampur, tidak berwarna dan tidak berbau. Air dan
tubuh manusia sangat erat hubungannya, menurut WHO, 60% tubuh
manusia terdiri dari air. Kita membutuhkan air dalam kehidupan kita sehari-
hari. Air merupakan kebutuhan baik untuk kehidupan maupun kebutuhan
lainnya yang diberikan Allah SWT kepada manusia. Kekurangan air dalam
tubuh manusia menyebabkan berbagai penyakit seperti sakit punggung,
rematik, sakit leher, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, obesitas, asma,
diabetes, stroke, batu ginjal, sembelit. Itulah mengapa sangat penting untuk
diminum, karena air memiliki banyak fungsi bagi tubuh manusia (Putri, A.,
& Setyawan, A. B. 2018). Tubuh menyerap air dari makanan dan minuman,
sedangkan air dapat dikeluarkan melalui keringat, pernapasan, buang air
kecil atau buang air besar. Kebutuhan air tubuh bagi seseorang minimal 2
liter per hari, hal ini tentunya dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, aktivitas
fisik dan suhu lingkungan.
Air juga dapat menjaga konsistensi fisik dan kimia bahkan dalam cairan
intraseluler serta ekstraseluler, di mana ia memainkan peran langsung dalam
mengatur suhu tubuh. Keseimbangan air dan elektrolit dalam tubuh
mempengaruhi kinerja pengatur suhu. Suhu udara yang panas menyebabkan
banyak cairan tubuh yang keluar hilang melalui evaporasi dan keringat. Jika
cairan tubuh tidak diganti maka akan menyebabkan hilangnya cairan tubuh
dan penipisan elektrolit. Air sangat penting bagi kehidupan manusia, namun
penggunaan air sering diabaikan (Sangga Gumilar Putri, D. E. R. A, 2020).
Kehilangan cairan tubuh adalah ketidakseimbangan cairan tubuh karena
keluarnya cairan lebih besar daripada masuknya cairan. Penurunan berat
badan dapat dibagi menjadi tiga area. Hal yang normal bagi tubuh untuk

3
kehilangan 1% dari berat cairan tubuhnya melalui keringat, yang
mengakibatkan penurunan performa. Sedikit kehilangan cairan tubuh,
ketika kehilangan cairan melebihi tiga persen dari berat badan,
menyebabkan peningkatan suhu tubuh. Selain dehidrasi parah, jika Anda
kehilangan 5% cairan, kapasitas kerja Anda menurun hingga 30% dan
fungsi kognitif menurun. Ketiga jenis dehidrasi tersebut adalah dehidrasi
ringan, dehidrasi sedang, dan dehidrasi berat (Auzan, M. 2020). Kehilangan
cairan tubuh atau kehilangan cairan tubuh ini lebih sering pada alami oleh
anak – anak, remaja, serta lansia, tetapi juga mampu di alami oleh kategori
usia lainnya.
Urine merupakan larutan yang kompleks yang mengandung bahan
organik maupun anorganik. Kebanyakan bahan tersebut berasal dari bahan
tak terpakai dari metabolisme tubuh atau produk yang berasal dari makanan.
Urine merupakan larutan garam (NaCI & KCI), urea (produk metabolisme
protein), dan bahan organik seperti kreatinin dan asam urat dan bahan
anorganik seperti Kalsium, Magnesium, Ammonia, Fosfat dan Sulfat.
Bahan tertentu terdapat dalam urine pada keadaan patologis misalnya
protein (=albuminuria), aseton, hemoglobin, empedu (bile), glukosa. Kultur
konvensional memberi hasil yang negatif ataupun tidak dapat diandalkan
maka diagnosis penyakit menular sistemik berdasarkan demonstrasi antigen
bakteri secara langsung dari urine memiliki banyak potensi keuntungan.
Antigen yang diekskresikan melalui kemih memiliki berat molekul yang
lebih rendah dari albumin (<67 kDa) atau untuk DNA transrenal biasanya
tidak melebihi 100 bp jika ginjal berada dalam kondisi utuh. Analisis
molekuler DNA transrenal untuk mendiagnosis infeksi juga merupakan
bidang yang berkembang pesat. Metode Enyzme Immunoassays dapat
memanfaatkan deteksi senyawa gula dinding luar sel mikroba yang keluar
berada dalam aliran darah dan diekskresikan dalam urine (Nugraha et al.,
2019).
Kondisi urine dalam tubuh dapat memberikan informasi mengenai
tingkat kejernihan, warna maupun bau. Urine memiliki tingkatan

4
warna yang berbeda sesuai dengan tingkat konsumsi air yang masuk ke
dalam tubuh. Konsumsi cairan yang cukupmenyebabkan warna urine
bening dan cerah, sedangkan kurangnya konsumsi cairan menyebabkan
warna urine menjadi pekat (Willihganz, M.J., Gurevitz, S.L. & Clayton,
B.D., 2020).
Urinalisis adalah pemeriksaan urin untuk golongan tertentu
dari parameter fisik, kimia, dan mikroskopis dalam urin. Sebagai produk
sampingan dari metabolisme normal dan abnormal, sel, fragmen sel, dan
bakteri. Ini adalah salah satu tes skrining yang tidak banyak baiya tersedia
untuk mendiagnosis beberapa penyakit umum. Urinalisis digunakan untuk
menilai penampilan, konsentrasi dan kandungan urin dan digunakan untuk
mendiagnosis dan/atau mengobati berbagai gangguan medis seperti infeksi
saluran kemih, penyakit ginjal, masalah hati dan diabetes. Urinalisis
membantu banyak orang mendeteksi gangguan ini lebih awal dengan
mengidentifikasi zat yang biasanya tidak ada dalam urin atau dengan
mengukur tingkat abnormal dari parameter tertentu. (Abebayehu, A., 2023).

B. Tujuan Praktikum
1. Dapat membedakan warna urine seseorang yang mengalami dehidrasi
dan warna urine normal.
2. mampu menginterpretasikan nilai biokimia yang diperoleh dan
dikaitkan dengan kondisi patologis yang bias mempengaruhi status gizi
seseorang.

5
BAB II

ALAT DAN BAHAN

1. Alat
1) Pot urine
2) Diagram warna urine
3) Urinalysis strip
4) Stopwatch
5) Handscoon
6) Tabung reaksi
7) Rak tabung reaksi
2. Bahan
1) Urine 30-60 ml
3. Cara Kerja
1) Warna urine

Siapkan 2 sampel urine Siapkan diagram warna


dalam pot urine kurang urine yang telah di cetak
lebih 30 ml dan 60 ml

Bandingkan warna urine Catat hasil pengamatan


dengan diagram urine yang warna urine
telah di cetak

2) Urinalisis

Pindahkan urine ke dalam Ambil 1 buah strip dari


tabung reaksi tabung dan segera tutup
tabung dengan rapat

Celupkan area reagen strip Keluarkan strip dari


ke dalam urine urine, usapkan lebihnya
ke tepi wadah urine

6
Pegang strip dalam posisi Pegang strip dekatkan
horizontal dan dekatkan dengan blok warna dan
strip dengan tissue cocokan dengan
indicator pada tabung

Bandingkan area ragen


dengan blok warna yang Hasil dapat dibaca
sesuai pada label dengan sekitar 2 menit setelah
waktu yang ditentukan waktu yang ditentukan

Ragen ASG Glu Bil Ket SG Blo pH Pro Uro Nit Leu
Waktu 30 s 30 30 40 45 60 60 60 60 60 120
baca s s s s s s s s s s

7
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil pengamatan

Identitas Probandus

Nama : Imam Suhada

Umur : 19 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tabel 1.0 Hasil pengamatan warna urine

Prosedur Kerja Hasil Pengamatan


1.Siapkan sampel urin
dalam pot urin
bening,sekitar 30-60
ml,sampel dipilih
mahasiswa yang
konsumsi cairannya
cukup
2.Siapkan Diagram
warna urin yang telah
dicetak Pada hasil perbandingan urine kelompok yang di
3 Masukan sampel urin bahas, dapat dilihat warna sampel urine
ke dalam tabung reaksi menjunjukkan indikasi warna kuning transparant
4.Bandingkan warna urin ditunjukan no 2 pada diagram warna kuning terang
dalam pot urin dengan dan kuning transparant adalah warna warna yang
diagram urin yang telah normal dan menunjukkan bahwa tubuh terhidrasi
dicetak dengan baik.
5.Catat hasil pengamatan

8
Table 2.0 Hasil pengamatan analisis

Prosedur Kerja Hasil Pengamatan


1. Siapkan sampel urin dalam
pot dan masukan kedalam
tabung reaksi
2. Siapkan strip tes urin dan
tabung parameter strip urin
3. Masukan strip urin kedalam
tabung reaksi hingga ujung Reagen Waktu baca Hasil uji
warna paling atas GLU 30 s -
4. Keluarkan strip urin dan BIL 30 s 1 (17) +
tiriskan pada tisu yang KET 40 s 5 (0,5) ±
disediakan SG 45 s 1.000
5. Hidupkan stopwatch selama BLO 60 s 5-10
2 menit PH 60 s 7.0
6. Amati perubahan warna PRO 60 s -
pada strip urin sesuai waktu URO 60 s 0,2 (5,5)
yang ditentukan NIT 60 s -
LEU 120 s 15 ±

B. Pembahasan
a.) Warna Urine

Warna urin bervariasi dari tidak berwarna hingga hitam.


variasi ini mungkin karena fungsi metabolisme normal, aktivitas fisik,
jumlah / luasnya diuresis, makanan/obat yang dikonsumsi atau akibat dari
kondisi patologis. pada umumnya urine berwarna kuning muda sampai
kuning tua. Warna urine kuning adalah normal penyebabnya adalah pigmen
urochrome yang merupakan hasil akhir dari metabolisme bilirubin. Saat
memeriksa warna urin, sumber cahaya harus diperhitungkan yang baik

9
untuk tidak salah menilai. Warna kuning pekat dapat disebabkan bilirubin
yang ada di urin, sedangkan warna kuning kehijauan dapat disebabkan
birubin yang teroksidasi menjadi biliverdin, warna merah dapat disebabkan
adanya darah sedangkan warna coklat tua biasanya disebabkan eritrosit
yang telah teroksidasi misalnya pada keadaan terdapat perdarahan di
glomerulus (strassinger) (indah, D., & Pratiwi, N., 2019).

Jika dilihat dari hasil pengamatan urine probandus termasuk ke dalam


level 2 sehingga probandus sudah tergolong normal. Urin yang normal
biasanya berwarna bening (indah, D., & Pratiwi, N., 2019).

b.) Glukosa

Glukosa biasanya ada dalam jumlah kecil dalam urin manusia. Glukosa
urin mendekati tingkat abnormal mendekati 100 mg/dL. Bergantung pada
produsennya, 4-5 kategori (Neg./Normal, Trace, 1+, 2+, 3+, 4+
digunakan untuk melaporkan hasil glukosa urin dalam rentang konsentrasi
50-2000 mg/dL atau kurang. Pada strip tes yang paling umum telah
dilaporkan dari 100-2000 mg/dl. Hasil positif atau adanya glukosa dalam
sampel urin disebut glukosuria. Hal ini disebabkan oleh kadar glukosa yang
terlalu tinggi dalam darah. Ginjal mulai mengeluarkan glukosa dari urin
untuk menurunkan kadar darah. Kadang konsentrasi ambang batas menurun
dan glukosa memasuki urin lebih cepat pada kadar gula darah
yang lebih rendah (Abebayehu, A., 2023).

Pada hasil pengamatan glukosa, urine probandus memiliki hasil yang


negative, yang berarti tidak ada menderita penyakit diabetes.

10
c.) Bilirubin

Bilirubin adalah hasil pemecahan hemoglobin, yang dibuat oleh sel


retikuloendotelial. Bilirubin tidak langsung / tidak terkonjugasi larut dalam
lemak tetapi tidak larut dalam air, sedangkan bilirubin
langsung/terkonjugasi adalah bilirubin yang dialami terkonjugasi dengan
asam glukuronat di hati untuk membuatnya larut dalam air dan
diekskresikan dalam urin nilainya sekitar 0,02 mg/d (Indah, D., & Pratiwi,
N., 2019).

Bilirubin muncul dalam urin ketika ada kelainan pada metabolisme


bilirubin atau fungsi hati. Kebanyakan produsen menggunakan 4 kategori
untuk melaporkan kadar bilirubin urin antara 0,5 dan 4 mg/dL (negatif, 1+,
2+, 3+). (Abebayehu, A., 2023).

Jika dilihat dari hasil pengamatan bilirubin, urine probandus memiliki


hasil positive. Probandus bisa dinyatakan memiliki penyakit pada hati.
Kehadiran bilirubin dalam urin merupakan indikator awal penyakit hati dan
dapat mendahului gejala klinis tersebut penyakit kuning berkembang.
(Abebayehu, A., 2023).

d.) Keton
Badan keton muncul dalam urin sebagai akibat dari metabolisme
lipid yang dipercepat. asam β-hidroksibutirat secara kuantitatif paling besar,
diikuti oleh asam asetoasetat dan aseton. Keton biasanya tidak ditemukan
dalam urin. Strip tes melaporkan Konsentrasi keton dalam 5-6 kategori
antara 5 dan 160 mg/dl (Neg., Trace, 1+, 2+, 3+, 4+). Di semua strip tes
yang tersedia pengukuran pertama didefinisikan sebagai hasil negatif. Keton
adalah produk antara metabolisme lemak dan diproduksi ketika glukosa
tidak tersedia untuk sel-sel tubuh sebagai sumber energi. Ketika karbohidrat
tidak tersedia, tubuh mengubah lemak menjadi energy dibutuhkan untuk
bekerja lebih banyak. Olahraga berat, paparan dingin, sering muntah
berkepanjangan dan beberapa gangguan sistemik (Abebayehu, A., 2023).

11
Jika dilihat dari hasil pengamatan keton, urine probandus memiliki
hasil positive. Keberadaan keton dalam urin bukan merupakan
halnormal.Keton hanya akan dibentuk saat terjadi defisiensi karbohidrat
dan tidak dibentuknya energy dari glukosa (Karmila, N., Mongan, A. E., &
Rambert, G. I.). Peningkatan keton dalam urin disebut ketonuria. Keton
adalah hasilnya metabolisme asam lemak yang tidak lengkap, yang terjadi
saat tubuh terganggu metabolisme karbohidrat karena gangguan penyerapan
atau jumlah konsumsi karbohidrat yang tidak cukup (Indah, D., & Pratiwi,
N., 2019).

e.) Berat Jenis

Analisis berat jenis (BJ) urin menggunakan metode dipstick


pengukuran tidak langsung. Urin BJ memberikan informasi tentang kondisi
dan kondisi ginjal. Asupan cairan untuk menilai kapasitas filtrasi ginjal.
Urin BJ normal bervariasi antara 1.003-1.035, sedangkan pada urin pagi
hari, karena lebih pekat maka BJ lebih banyak terjadi. Ketinggian di atas
≥1.020. Berat jenis urin dipengaruhi oleh asupan cairan dan fungsi ginjal.

Jika dilihat dari hasil pengamatan SG, urine probandus teridentikasi


normal. Dalam kondisi normal, saat volume urin tinggi karena asupan
cairan yang meningkat menyebabkan BJ urin rendah tetapi pada beberapa
penyakit seperti penyakit ginjal Glomerulonefritis, pielonefritis, penurunan
volume urin disertai dengan urin BJ dapat diamati rendah .(Indah, D., &
Pratiwi, N., 2019).

f.) Blood

Darah di dalam urin dapat berbentuk utuh sel darah merah


(hematuria), atau tidak utuh akibat hancurnya sel darah merah
(hemoglobinuria). Reagen darah di strip urinalisa selain berekasi dengan sel
darah merah dan hemoglobin juga memberikan hasil positif terhadap

12
mioglobin. Mioglobin adalah protein di jaringan otot (muscle hemoglobin)
(Indah, D., & Pratiwi, N., 2019).

g.) pH
pH urin adalah konsentrasi proton (ion hidrogen) dalam urin.
Sebagian besar urin memiliki pH sekitar 6, yang sedikit asam, namun
tergantung pada status asam-basa, pH urin berkisar dari rendah 4,5 (asam)
hingga 7 netral (tidak asam atau basa) atau setinggi 9 (basa) (Abebayehu,
A., 2023). Jika dilihat dari hasil pengamatan pH urine probandus
teridentikasi basa.

h.) Protein
Protein memasuki urin baik karena perubahan permeabilitas glomerulus
atau kerusakan tubulus. Strip tes adalah umum untuk melaporkan kadar
protein urin 15-2000 mg/dl dalam 5-6 kategori (jejak negatif, 1+, 2+, 3+,
dan 4+). Strip tes konsentrasi protein yang paling umum berkisar antara 15
hingga 1000 mg/dl (Abebayehu, A., 2023).

i.) Urobilinogen

Urobilinogen merupakan produk metabolisme bilirubin. Kadar


urobilinogen normal dalam urin adalah 1 mg/dl. Urobilinogen tidak
berwarna dan labil, hasil oksidasi urobilinogen memberikan warna kuning
pada urin (Indah, D., & Pratiwi, N., 2019).

j.) Nitrit

Tes nitrit adalah metode cepat dan tidak langsung untuk mengetahui
bakteriuria. Prinsip reaksi didasarkan pada reduksi bakteri nitrat diet, yang
biasanya ada dalam urin, menjadi nitrit, yang biasanya tidak ada. Hasil tes
positif untuk nitrit dan leukosit biasanya mengindikasikan ISK [10-11].
Setiap perkembangan warna di area reaksi dianggap positif. Zat berwarna

13
dalam urin dan penyimpanan urin yang lama pada suhu kamar dapat
menyebabkan hasil positif palsu (Indah, D., & Pratiwi, N., 2019).

k.) Leukosit

Leukosit esterase pada reagen strip urinalisa digunkan sebagai


penanda adanya leukosit neutrofil di urin. Neutrofil di dalam urin bersifat
mudah rusak, tetapi aktifitas enzim esterse dari protein granula neutrophil
tetap ada. Enzimini hanya dimiliki neutrofil, monosit, dan makrofag tetapi
tidak dimiliki limfosit.

Tingginya kadar leukosit esterase urin dapat digunkan sebagai


petunjuk adanya infeksi saluran kemih. Hasil negatif palsu dapat ditemukan
pada peningkatan BJ urin, protein, dan glukosa di urin atau adanya asam
askorbat dapat menghambat reaksi reagen. Hasil positif palsu dapat
disebabkan kontaminasi urin oleh cairan vagina atau sumber esterase lain
(Indah, D., & Pratiwi, N., 2019).

14
BAB IV
KESIMPULAN
a. Urinalisis terdiri dari pengukuran menggunakan urinogram untuk
menentukan warna urin dan reagen strip menggunakan metode
panggangan untuk menentukan glukosa, bilirubin, keton, berat jenis
(SG), darah, pH, protein, urobilinogen, nitrit, dan leukosit. sampel urin.
b. Penilaian warna urin dan urinalisis, kondisi tubuh seseorang ditentukan
berdasarkan kategori urin.

15
DAFTAR PUSTAKA

Abebayehu, A. (2023). Urine test strip analysis, concentration range and its
interpretations of the parameters. GSC Biological and Pharmaceutical
Sciences, 22 (02), 001-013. DOI:
https://doi.org/10.30574/gscbps.2023.22.2.0091

Auzan, M. (2020). SISTEM PENDETEKSI TINGKAT DEHIDRASI


BERDASARKAN WARNA URIN BERBASIS BLUETOOTH. Jurnal
Online Mahasiswa (JOM) Bidang Teknik Elektro, 1(1).

Indah, D., & Pratiwi, N. (2019). Buku-Pemeriksaan Laboratorium SIstem


Uropoetik PK UNLAM.

Karmila, N., Mongan, A. E., & Rambert, G. I. (2019). Gambaran Keton


Urin pada Primigravida Trimester 1 dengan Hiperemesis Gravidarum di
RS Islam Sitti Maryam Manado. eBiomedik, 7(1).

MEDIS, P. D. I. T. L. MODUL KIMIA KLINIK I.

Nugraha, J., Marpaung, F.R., Edijanto, S.P., Soehita, S., Anniwati, L.


(2019). Analisis cairan tubuh & urine. Surabaya : Airlangga University
Press.

Putri, A., & Setyawan, A. B. (2018). Gambaran Tingkat Pengetahuan


Siswa/Siswi tentang Mengkonsumsi Air Putih di SMK
Muhammadiyah 4 Samarinda.

Sangga Gumilar Putri, D. E. R. A. (2020). GAMBARAN


PENGETAHUAN REMAJA DALAM
MENGKONSUMSI AIR MINUM.

Willihganz, M.J., Gurevitz, S.L. & Clayton, B.D., 2020. Clayton’s Basic
Pharmacology for Nurses. St. Louis: Elsevier.

16
LAMPIRAN

17

Anda mungkin juga menyukai