Anda di halaman 1dari 3

Nama : Amalia Tifany Ramadhan

NIM : 2200036021

Tugas : 3

Wawancara ini di lakukan tepatnya pada selasa 4-Maret-2023 kepada narasumber


yang saya kenal pada saat di semester satu. Saya mewawancarai terkait pola hidup yang
narasumber terapkan untuk bersosialisasi serta solusi dari setiap persoalan yang di lewati
dan faktor lainnya untuk bisa menentukan apakah ia tipe A atau tipe B. Teman saya berinisal
MD, walaupun pertemanan kami belum berlangsung lama MD kerap kali bercerita tentang
kehidupannya maka sedikitnya saya tau bagaimana kepribadian serta pola interaksi sosial
yang ia terapkan di tambah lagi dengan hasil dari beberapa pertanyaan terkait lingkup tipe
kepribadian semakin menguatkan hasil yang sudah saya amati.

MD memiliki ciri-ciri individu yang kompetitif, perfeksionis, berani mengutarakan


pendapat jika merasa benar, ambisus serta memiliki jiwa pesaing yang kuat. Menurut (Putri
et al..., 2013) Kepribadian tipe A memiliki karakteristik terburu-buru, memiliki jiwa pesaing
kuat, perfeksionis, dan polyphasic. MD kerap kali terburu-buru untuk menyelesaikan segala
sesuatu termasuk saat mengerjakan tugas kelompok, MD merasa taman-temannya tidak
ada yang bisa cekatan dan dapat di percaya jika bukan ia sendiri yang mengerjakan hingga
sering menimbulkan rasa emosi yang tidak terkontrol pada diri MD. MD mengungkapkan hal
ini terjadi karena rasa cemas yang ia alami membuatnya kehilangan kontrol diri kepada
orang lain sebabnya antara lain karena faktor setres dan depresi yang di dapat dari
lingkungan keluarga. Saat masih di bangku sekolah dasar MD di tuntut untuk selalu menjadi
juara satu, pernah suatu waktu MD mendapatkan juara 3 orang tua MD marah besar dan
MD sendiri merasa kecewa pada dirinya sendiri, sejak saat itu jiwa kompetitif serta ambisius
MD tertanam. Saat tumbuh besar kedua orang tua MD bercerai hingga menimbulkan
trauma yang berat bagi MD, ia kehilangan kepercayaan kepada orang lain. Menurut
(Priyoto, 2014, h1-2) Stress merupakan pengalaman subyektif yang didasarkan pada
persepsi seseorang terhadap situasi yang dihadapinya. Stress berkaitan dengan kenyataan
yang tidak sesuai dengan harapan atau situasi yang menekan. Kondisi ini mengakibatkan
perasaan cemas, marah dan frustasi. Stres adalah suatu respons tubuh yang terjadi kepada
seseorang saat menghadapi suatu perubahan seperti adanya ancaman,tekanan dan
lainnya(Ananda et al...,).Stress pada remaja bisa berdampak pada perubahan emosi,
gangguan berkonsentrasi, prestasi belajar menurun, serta perilaku negatif yang tidak
diterima oleh masyarakat (Priyoto, 2014, h10-11).

Semua orang akan mengalami setres pada kehidupan yang di jalani, pasti banyak
lika-liku yang akan terus terjadi. Penelitian yang dilakukan oleh (Clemente et al...,2016),
menyatakan bahwa stres yang dirasakan seseorang memiliki hubungan Negatif yang
signifikan dengan kesejahteraan Psikologis. Hasil penelitian tersebut memilik makna bahwa
apabila kesejahteraan psikologis yang dimiliki setiap individu semakin baik, maka tingkat
stres akan menurun kadarnya. Oleh karena itu kita harus punya kontrol diri sendiri lalu
mencari sumber masalah dan jalan keluarnya dengan kepala dingin. Hal yang mungkin
pertama dilakukan adalah berdamai dengan diri sendiri serta belajar memaafkan dan ikhlas
pada hal-hal yang terjadi tidak sesuai dengan rencana dan kemauan. Hal-hal yang mungkin
bisa di lakukan oleh MD untuk mengatasi rasa setresnya antara lain dapat melakukan self
healing dan selftalk untuk mengurangi tingkat setres yang di alami. Selfhealing merupakan
salah satu proses komunikasi intrapersonal dengan cara memberikan ruang dan waktu pada
diri kita sendiri untuk menyembuhkan luka batin yang kita alami. Self healing tidak hanya
menyembuhkan luka jiwa tetapi juga tubuh kita. Salah satu upaya untuk megurangi
kecemasan dapat dilakukan dengan self healing. Self-healing merupakan istilah yang
menggunakan proses dan berprinsip bahwa tubuh manusia merupakan sesuatu yang
mampu memperbaiki dan menyembuhkan dirinya sendiri melalui cara-cara tertentu dan
alamiah (Bahrien & Ardianty, 2017). Mencari udara segar di alam terbuka karena selama ini
MD cenderung introvert, mengurungdan diri di rumah. Meningkatkan taqwa kepada Allah
SWT mungkin dengan begitu MD bisa merasa lebih tenang dan damai secara rohani. Postive
self-talk secara mandiri melalui tiga tahapan (Rahmasari, 2020). Tahapan pertama, fokus
pada pikiran-pikiran yang tidak rasional dan penyebab munculnya pikiran tersebut. Hal ini
bisa membantu individu untuk menyadari kebutuhan dirinya untuk berubah. Tahapan
kedua, menantang pikiran yang tidak rasional dan mengeksplorasi pikiran, ide, dan tujuan
yang lebih rasional. Tahapan ketiga, mengembangkan pikiran yang rasional dengan
dukungan kalimat motivasi yang positif. Keberhasilan teknik ini sangat bergantung kepada
kesadaran dan kemampuan individu untuk mengidentifikasi pikiran yang semula tidak
rasional kemudian mengubahnya menjadi rasional.
Menyadari semakin banyak dorongan positif yang di peroleh oleh MD maka motivasi
untuk menjadi Individu yang lebih baik akan semakin meningkat. Maka hal akan terus saya
lakukan kepada MD dengan memberi support agar ia tidak merasa sendiri serta memberi
kepercayaan akan ada banyak orang yang bisa di percaya selain dirinya sendiri. Hal ini juga
berlaku untuk saya sendiri agar sama-sama menjadi pribadi yang lebih baik lagi dalam
menjaga pola interaksi sosial dan intrapersonal.

DAFTAR PUSTAKA

1. Putri, Ranti Eka, Kriscillia Molly Morita, and Yanti Yusman. "Penerapan Metode
Forward Chaining Pada Sistem Pakar Untuk Mengetahui Kepribadian Seseorang."
INTECOMS: Journal of Information Technology and Computer Science 3.1 (2020): 60-
66.
2. Hastuti, Retno Yuli, and Erlina Nur Baiti. "Hubungan kecerdasan emosional dengan
tingkat stress pada remaja." Jurnal Ilmiah Kesehatan 8.2 (2019): 84-93.
3. Noviariski, Yogi Noviariski. "Peran Komunikasi Intrapersonal Sebagai Self Healing."
NIVEDANA: Jurnal Komunikasi dan Bahasa 2.2 (2021): 107-116.
4. Ananda, Sherien Sekar Dwi, and Nurliana Cipta Apsari. “Mengatasi stress pada
remaja saat pandemi covid-19 dengan teknik self talk.” Prosiding penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat 7.2 (2020): 248-256.
5. Mutohharoh, Annisa. "Self Healing." JOUSIP: Journal of Sufism and
Psychotherapy 2.1 (2022): 73-88.

Anda mungkin juga menyukai