Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Praktek pengeluaran darah (bloodletting) sudah sejak lama dikenal manusia dan menjadi
bagian dari pengobatan pasien. Teknik pengeluaran darah yang pertama(tahun 100 SM) dilakukan
oleh dokter-dokter dari Syria dengan menggunakan lintah. Sebelum dikenal Hippocrates dengan
sebutan”Bapak Ilmu Kedokteran”(abad 5 SM), seni pengambilan darah banyak mengalami
perubahan demikian pula berbagai alat untuk keperluan pengambilan dan penampunngan bahan
darah. Lanset untuk pengambilan darah digunakan pertama kali sebelum abad ke 5 SM dengan
tetap mengacu kepada lintah sebagai bentuk dasar. Dengan lanset ini seorang dokter (practitioner)
melubangi vena, kadang-kadang sampai beberapa lubang. Menjelang akhir abad 19 barulah
teknologi mengambil alih memproduksi “lintah artificial”. Kini telah dikenal beragam alat
pengambilan darah dan mudah diperoleh di pasaran.

Kebanyakan pengambilan specimen darah pasien saat ini masih dilaksanakan oleh
teknisi/analis laboratorium baik diruang laboratorium maupun diruang perawatan; padahal jabatan
dan kandungan tugas seorang teknisi atau analis laboratorium tidak sejalan dengan tannggung
jawab dan kegiatan/aktivitas seorang pengambil specimen darah(dalam hal ini seorang
flebotomis). Obyek yang dihadapi oleh teknisi/analis laboratorium adalah peralatan pemeriksaan
sedang obyek yang dihadapi oleh flebotomis adal pasien(atau orang sehat) yang dilekati oleh
banyak hal: sifat,perilaku,masalah intern/pribadi dan lain-lain. Hal-hal ini sedikit banyaknya bias
menjadi penghalang dalam kelancaran proses pengambilan specimen darah dan hal-hal ini pula
yang harus bias dihadapi dan diatasi seorang flebotomis.

System pelayanan kesehatan yang berkembang akhir-akhir ini untuk tujuan kesejahteraan
pasien mengacu kepada pelayanan kesehatan oleh tim(team oriented). Dengan sendirinya,
pelayanan laboratorium akan selalu menjadi bagian integral dari pelayanan kesehatan menyeluruh
dan seorang flebotomis menjadi orang yang sangat penting(crucial) karena menempati posisi awal
dalam rangkaian. proses pemeriksaan tes laboratorium. Posisi awal ini berada dalam penngawasan
program pemantapan mutu(fase pra-analitik) hasil laboratorium sehingga salah benarnya

1
flebotomis melaksanakan tugasnya akan mempengaruhi mutu hasil tes. Hasil pemeriksaan
laboratorium yang benar dan akurat merupakan andil/modal dari tim laboratorium (mencakupi
juga flebotomis) dalam menunjanng diagnosis dan pemantauan penyakit. Oleh sebab itu, peran
dan tanggung jawab seorang flebotomis dalam melaksanakan tugasnya harus senantiasa disadari.

I.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan uraian diatas maka makalah ini secara khusus membahas permasalahan sebagai
berikut:
1. Apa saja peraturan ,kewenangan , dan kompetensi seorang Flebotomis ?
2. Bagaimana seorang flebotomis melakukan prosedur Flebotomi yang baik dan benar
?
3. Menagapa prosedur flebotomi harus dilakukan dengan baik dan benar?

I.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui apa saja peraturan , kewenangan, dan kompetensi seorang
Flebotomis.
2. Untuk mengetahui prosedur flebotomi yang baik dan benar.
3. Untuk mengetahui alasan prosedur flebotomi harus dilakukan dengan baik dan benar.

I.4 Manfaat Penulisan


Menambah wawasan tentang pentingnya Pancasila sebagai identitas nasional.
1. Agar dapat memahami dan mengetahui apa saja peraturan , kewenangan , dan
kompetensi seorang flebotomis.
2. Dapat memahami dan mengetahui bagaimana prosedur flebotomi yang baik dan benar
.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Dasar Teori


2.2.1 Definisi Flebotomi
Flebotomi (bahasa inggris:phlebotomy) berasal dari kata Yunani phleb dantomia. Phleb
berarti pembuluh darah vena dan tomia berarti mengiris/memotong(“cutting”). Dulu dikenal istilah
vena sectie (Bld), venesection atau veni section(Ing). Sedangkan Flebotomist adalah seorang
tenaga medic yang telah mendapat latihanuntuk mengeluarkan dan menampung specimen darah
dari pembuluh darah vena,arteri atau kapiler. Teknik flebotomi merupakan suatu cara pengambilan
darah (sampling) untuk tujuan tes laboratorium atau bisa juga pengumpulan darah untuk
didonorkan. (Arfan A , n.d)

2..1.2 Kompetensi minimal seorang Flebotomist


Kompetensi minimal seorang flebotomi antara lain :
1. Flebotomis mampu berkomunikasi dengan pasien untuk menjelaskan tujuan pengambilan darah,
apa yang akan dilakukan dan bagaimana caranya, menjelaskan tujuan dan cara persiapan pasien
2. Mampu mengerjakan tugas-tugas administrasi
3. Harus mengerti dan mematuhi prosedur keselamatan pasien dan dirinya.
4. Harus dapat menyiapkan bahan dan alat-alat yang akan digunakan serta memilih antikoagulansia
5. Harus memahami prosedur dan tehnik flebotomi venipuncture dan skinpuncture yang benar
6. Melakukan labelisasi pada tabung / wadah sampel secara benar
7. Mampu melakukan tranportasi sampel secara benar serta tepat waktu ke laboratorium
8. Harus mampu menangani komplikasi akibat pelaksaan flebotomi secara benar dan cepat.
(Rahma K,2017)

2.1.3Perilaku profesional flebotomis

3
Seseorang dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya mempunyai kompetensi dan
keahlian yang tinggi dalam pengambilan darah berpedoman pada perilaku profesional dan
bertindak berdasarkan aspek etika moral, etika hukum dan etika profesi.
Ada 3 macam aspek etika yang harus dipatuhi yaitu : etika moral, etika hukum dan etika
profesi
1. Etika moral : Merupakan norma-norma yang memberikan pedoman dalam berperilaku
yang boleh dilakukan atau yang tidak boleh dilakukan berdasarkan moral dan hati nurani.
2. Etika hukum : Merupakan aturan yang dibuat oleh negara berlaku umum dalam
masyarakat dan bersifat mengikat, mempunyai kekuatan hukum berdasarkan suatu Peraturan
Perundangan (hukum) yang berlaku.
3. Etika profesi : Merupakan aturan yang dibuat organisasi profesi sbg pedooman moral
utk mengatur anggotanya serta bertujuan menjaga mutu profesi, memelihara harkat dan martabat
profesi. Sanksi dapat berupa teguran, skorsing atau pemecatat. Etika profesi yg sudah dalam
bentuk tertulis secara sistematis sebagai kode etik profesi . (Arfan A , n.d)
2.2 Konsep

2.2.1 Keputusan MENKES No 04 / MENKES / SK / 2002 Tentang laboratorium kesehatan


swasta dituliskan bahwa salah satu tugas dan tanggung jawab perawat yang bekerja di
Laboratorium swasta adalah melakukan tindakan pengambilan specimen.

2.2.2 Peraturan MENPAN No 08 Tahun 2006 Tentang Analis kesehatan pegawai negeri
(Pranata Lboratorium) Tugas pelayanan laboratorium kesehatan di bidang hematologi,
kimia klinik, mikrobiologi, imunoserologi, toxicology, kimia lingkungan dan patologi
anatomi.

2.2.3 Keputusan Mentri Kesehatan dan Mentri Kesejahteraan Sosial RI N0 141 /


MENKESKESOS / SK/ II/ 2001 Tentang petunjuk teknis pelaksanan pejabat fungsional
pranata laboratorium kesehatan

Point 21 : mempersiapkan pasien, yaitu kegiatan yang dilakukan sebelum


pengambilan specimen, member petunjuk pada pasien tentang persiapan
atau tindakan yang harus dilakukan sampai dengan mengatur posisi
pasien.

4
Point 22 : mempersiapkan peralatan dan bahan penunjangn untuk mengambil
specimen atau sample di laboratorium yaitu kegiatan yang dilakukan
sebelum mengambil specimen atau sample di laboratorium

Point 26 : mengambil specimen atau sample dengan tindakan sederhana yaitu


mengambil specimen atau sample dengan teknik atau prosedur yang
mudah serta catat identitas pasien.

5
BAB III
PEMBAHASAN

Berdasarkan permasalahan pada BAB I, dapat penulis uraikan permasalahan sebagai


berikut:
3.1 Peraturan, Kewenanga, dan Kompetensi Seorang Flebotomis
Profesi kesehatan adalah pekerjaan yang memenuhi kriteria mempunyai pendidikan
formal untuk memperoleh pengetahuan, sikap dan keterampilan (Kompetensi), diberikan
kewenangan untuk melaksanakan pelayanan kepada klien maupun tenaga kesehatan
lain,melaksanakan pelayanan melalui kode etik dan standar pelayanan yang diakui
masyarakat.
Dalam UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan terdapat beberapa pasal yang
menjelaskan kompetensi tenaga kesehatan, diantaranya :
1. Tenaga kesehatan harus memiliki kualifikasi minimum (Pasal 22 : 1)
2. Tenaga kesehatan berwenang untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan (Pasal 23
: 1)
3. Kewenangan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki (Pasal 23 : 2)
4. Tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 harus memenuhi ketentuan,
kode etik standar profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan
standar prosedur operasional (Pasal 24 : 1)
5. Ketentuan mengenai kode etik dan standar profesi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur oleh ORGANISASI PROFESI. (Pasal 24 : 2)
Seorang phlebotomist berwenang dalam melakukan phlebotomy oleh karena telah
memperoleh kewenanga, izin dari pemerintah serta legalitasnya diatur dalam peraturan
perundang undangan. Kewenangan hanya diberikan kepada mereka yang memiliki
kemampuan, namun adanya kemampuan tidak berarti dengan sendirinya memiliki
kewenangan.
Seorang phlebotomist berkompeten dalam melakukan phlebotomy karena telah
mendapat pendidikan ataupun pelatihan yang sesuai dengan profesinya. Kemampuan yang
dimiliki seorang tenaga kesehatan berdasarkan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sikap

6
profesional untuk menjalankan praktik dan/atau pekerjaan keprofesiannya (Kemenkes,
2012)
Sertifikat kompetensi merupakan surat tanda pengakuan terhadap kompetensi
seorang analis kesehatan untuk menjalankan indakan plebotomi setelah lulus uji
kompetensi Uji kompetensi dilaksanakan oleh PATELKI cq Komite Nasional Sertifikasi
Profesi Analis Kesehatan.
Standar Profesi analis kesehatan dalam phlebotomy memiliki dasar hukum
Kepmenkes I No : 370/Menkes/SK/III/2007. Standart profesi merupakan dasar
kewenangan bagi seorang tenaga Analis Kesehatan dalam melaksanakan pekerjaan
profesionalnya di Laboratorium Kesehatan dan merupakan acuan standar kompetensi yang
digunakan dalam standar pendidikan, pelayanan, uji kompetensi.
Sedangkan standart kompetensi analis kesehatan untuk melakukan tugasnya adalah
memiliki keterampilan untuk melaksanakan proses teknis operasional pelayanan
laboratorium, yaitu Keterampilan pengambilan spesimen, termasuk penyiapan pasien,
labeling, penanganan, pengawetan, fiksasi, pemrosesan, penyimpanan dan pengiriman
specimen. Memiliki pengetahuan untuk melaksanakan kebijakan pengendalian mutu dan
prosedur laboratorium Memiliki kewaspadaan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi
hasil uji laboratorium
Standar Pelayanan analis kesehatan berdasarkan pada Permenkes No. 411 Tahun
2010 tentang Laboratorium Klinik – Pasal 17 ayat (2) tenaga analis kesehatan dan tenaga
teknis yang setingkat mempunyai tugas dan tanggung jawab : Melaksanakan pengambilan
dan penanganan bahan pemeriksaan laboratorium sesuai standar pelayanan dan SOP.
Berdasarkan Kep Dirjen Yanmed Depkes RI No. HK.00.06.3.3.10381 tanggal 3 Desember
1998 tentang Pengelolaan Laboratorium Klinik Rumah Sakit – Uraian tugas tenaga analis
kesehatan/medis adalah mengambilan dan penanganan bahan pemeriksaan laboratorium.
Sedangkan berdasarkan Per Menpan No. Per/08/M.PAN/3/2006 tentang Jabatan
Fungsional Pranata Labkes dan Angka Kreditnya – Bab V Pasal 8 tentang rincian kegiatan
dan unsur yang dinilai sesuai jenjang jabatan yaitu mengambil spesimen/sampel
laboratorium.
Prilaku profesional seorang Analis Kesehatan (Kepmenkes No. 370 Tahun 2007
tentang Standar Profesi) : teliti dan cekatan, jujur dan dapat dipercaya, rasa tanggungjawab

7
yang tinggi, mampu berkomunikasi secara efektif, disiplin dan berjiwa melayani Prilaku
Profesional (Garza, 2002)
1. Komitmen tinggi pada pelayanan kesehatan
2. Melaksanakan pekerjaan yang benar dan terukur
3. Memiliki dedikasi yang tinggi untuk mencapai kinerja optimal
4. Menjaga kebersihan selama menjalan tugas profesi
5. Bekerja sungguh-sungguh, menyenangkan dan memuaskan
Tolak Ukur Kinerja Plebotomis
1. Tingkat kepatuhan terhadap kebijakan/SOP
2. Tingkat kemampuan komunikasi, etika komunikasi, mendengar, pengendalian intonasi
suara, kemarahan pasien, bekerja sama dalam melakukan komunikasi melalui telepon
3. Tingkat pemenuhan kepuasan pelanggan seperti memperpendek waktu pelayanan,
komplikasi dalam melakukan plebotomi
Tanggung jawab sebagai tenaga professional
1. Pengetahuan tentang terminologi medis atau laboratorium
2. Pengukuran efisiensi dan kualitas jumlah pengambilan darah yang tidak ada komplikasi
pada periode tertentu, jumlah spesimen yang ditolak pada waktu tertentu, angka kultur
darah yang terkontaminasi
Manfaat Penilaian Kompetensi (Garza, 2002)
1. Memberi umpan balik kinerja flebotomis
2. Melakukan identifikasi permasalahan berkaitan dengan kinerja flebotomis secara dini
3. Mempertahankan konsistensi kinerja flebotomis di laboratorium
4. Mengikutsertakan petugas untuk tetap mematuhi kebijakan dan prosedur
5. Peningkatan kualitas
6. Mengingatkan petugas hal-hal penting yang sudah Terlupakan
Kedudukan phlebotomist dalam pelayanan kesehatan Keterbatasan tenaga
kesehatan
1. kerja lintas sektor dan fungsi efisiensi pelayanan kesehatan Dibentuk tim kerja misal
di ICCU, Pemeriksaan Gas Darah, POCT, Lab sentral, dll
2. Pengaturan kerja (RS) Pasien rawat inap (Perawat) dan pasien rawat jalan (Analis) SOP
3. Pelatihan lintas sektor dan fungsi Tim yang handal

8
3.2 Prosedur Flebotomi
Prosedur kerja seorang flebotomis dalam proses flebotomi antara lain :
1. Persiapan
Isi Formulir permintaan
a. Nama pasien lengkap
b. Jenis kelamin, Usia
c. Alamat, No telp, No Hp
d. Tanggal / Jam pengambilan
e. Jenis tes
f. Nama pengambil bahan
g. No MR
h. Ruang
Persiapan Punksi
a. Pilih Tabung vacum yang sesuai
b. Beri label pada tabung
c. Persiapkan alat dan bahan sebelum punksi
Prosedur Higiene
a. Cuci Tangan
b. Gunakan sarung Tangan
Strategi Komunikasi
a. Mengucapkan salam
b. Melakukan pendekatan secara professional
c. Melakukan wawancara utk konfirmasi data pasien secara singkat dan lengkap
d. Memberi penjelasan tentang tujuan dan proses pengambilan bahan pemeriksaan
e. Memberi penyuluhan kesehatan
f. Mengucapkan terimakasih.
2. Persiapan Pasien
Pasien dalam keadaan tenang, rilek dan kooperatif dan motivasi : sakit sedikit, proses
cepat dan diberi penjelasan perlu atau tidak untuk puasa.
3. Posisi Pasien

9
Pasien duduk atau berbaring dengan nyaman. Pada posisi duduk lengan diletakkan di
atas meja atau tempat tidur, dapat menggunakan bantal untuk memberikan posisi
nyaman. Pada posisi berbaring lengan diulurkan lurus dari bahu sampai pergelangan
tangan. Idealnya posisi pasien saat pengambilan sampel darah harus dicatat Perbedaan
posisi dapat mempengaruhi hasil.
4. Pemilihan daerah Punksi Vena
a. Vena yang tepat umtuk pengambilan darah : vena mediana cubiti (terbaik), vena
cephalica atau vena basilica (besar, elastis, bentuk lurus dan rangsang sakit
kurang)
5. Pemasangan Touniquet
Torniqut dipasang 2-3 inchi di atas vena yang akan dipungsi (5-10 cm/ 4–5 jari di atas
vena yang akan dipungsi). Pemasangan jangan terlalu kencang, tidak lebih dari 1 menit
dan apabila pungsi vena tertunda, sebaiknya dilepas terlebih dulu dan dipasang kembali
sebelum dilakukan pungsi

6. Desinfeksi daerah Punksi


Menggunakan kapas atau kasa yang mengandung alkohol 70%. Cara pembersihan
harus diperhatikan. Ditunggu sampai alkohol kering sebelum dilakukan pungsi.
a. Pegang spuit menggunakan tangan kanan
b. Periksa jarum, pegang spuit dengan tangan kanan dan ujung telunjuk pada pangkal
jarum
c. Tegangkan kulit dengan jari telunjuk dan ibu jari kiri di atas pembuluh darah supaya
pembuluh darah tidak bergerak
d. Kedalaman jarum masuk pembuluh darah sekitar 1 – 1,5 cm
e. Tusukkan ujung jarum pada vena yang dikehendaki dengan sudut 15-30 derajat
f. Bila darah sudah tampak mengalir kedalam spuit, fiksasilah
g. Lepas torniquet segera setelah darah mengalir, lalu isi spuit sejumlah yang
dikehendaki.
h. Letakkan kapas kering pada tempat pungsi, jarum ditarik pelan-pelan.
i. Lepaskan jarum dari sempritnya dan alirkan kedalam tabung yang tersedia melalui
dindingnya

10
8. Pengambilan Darah Vena menggunakan Vacutainer
a. Pegang jarum pada bagian tutup yang berwarna dengan satu tangan, kemudian
putar dan lepaskan bagian berwarna putih dengan tangan lainnya
b. Pasangkan jarum pada holder, biarkan tutup yang berwarna tetap pada jarum
c. posisi pungsi telah siap, lepaskan tutup jarum yang berwarna. Lakukanlah pungsi
vena seperti biasa
d. Masukkan tabung ke holder. Tempatkan jari telunjuk dan tengah pada pinggiran
holder dan ibu jari pada dasar tabung mendorong tabung sampai ujung holder
e. Lepaskan tourniquet saat darah mulai mengalir ke tabung
f. Bila kevakuman habis maka pengaliran darah akan terhenti secara otomatis
8. Pasca Phlebotomi
a. Membuang jarum bekas ke dalam disposal container khusus untuk jarum
b. Memberi label identitas sample pada masing-masing tabung vakum
c. Memperhatikan petunjuk khusus specimen
d. Mengucapkan ucapan terimakasih kepada pasien
e. Melepaskan sarung tangan dan cuci tangan dengan antiseptic
f. Mendistribusikan specimen sesuai dengan pemeriksaan yang akan dilakukan.

3.3 Alasan Flebotomi Harus Dilakukan dengan Baik dan Benar


Prosedur pengambilan darah harus sesuai dengan SOP yang baik dan benar ,jika tidak
maka akan terjadi hal yang tidak diinginkan . Komplikasi yang berkenaan dengan tindakan
Flebotomi meliputi :
1. Rasa Nyeri
Nyeri bisa timbul alibat alkosol yang belum keringatau akibat penarikan jarum
yang terlalu kuat.
a. Cara pencegahan
1) Setelah disinfeksi kulit, yakin dulu bahwa alcohol sudah mongeringsebelum
pengambilan darah dilakukan.
2) Penarikan jarum tidak terlalu kuat
3) Penjelasan/ Menggambarkan sifat nyeri yang sebenarnya

11
2. Hematoma
Hematoma dalah terkumpulnya massa darah dalam jaringan (dalam Hal Flebotomi :
jaringan dibawah kulit ) sebagai akibat robeknya pembuluh darah.
b. Faktor penyebab terletak pada teknik pengambilan darah :
1) Jarum terlalu menungkik sehingga menembus dinding vena
2) Penusukan jarum dangkal sehingga sebagian lubang jarum berada diluar vena
3) Setelah pengambilan darah, tempat penusukan kurang ditekan atau kurang lama
ditekan.
4) Pada waktu jarum ditarik keluar dari vena, tourniquet (tourniket) belum
dikendurkane. Temapat penusukan jarum terlalu dekat dengan tempat turniket.
b. Cara mengatasi
Lepaskan turniket dan jarum, tekan tempat penusukan jarum dengan kain
kasa, angkat lengan pasien lebih tinggi dari kepala (+- 15 menit), Kalau perlu
kompres untukmengurangi rasa nyeri
3. Allergi
Alergi bisa terjadi terhadap bahan- bahan yang dipakai dalam flebotom, misalnya
terhadap zat antiseptic/ desinfektan, latex yang adapada sarung tangan, turniket atau
plester. Gejala alergi bisa ringan atau berat, berupa kemerahan, rhinitis,radang selaput
mata,shock. Cara pencegahan dengan memakai plester atau sarung-tangan yang tidak
mengandung latex
4. Trombosis
Trombosis terjadi karena pengambilan darah yang berulang kali ditempatyang sama
sehingga menimbulkan kerusaka dan peradangan setempat dan berakibat dengan
penutupan ( occlusion ) pembuluh darah. Pencegahan dengan mengi pengambilan
hindari pengambilan berulang ditempat yang sama.
5. Radang Tulang
Penyakit ini sering terjadi pada bayi karena jarak kulit-tulang yang sempit dan
pemakaian lanset yang berukuran panjang. Cara mengatasi dengan menggunakan
lanset yang ukurannya sesuai.
6. Komplikasi neuologis

12
Komplikasi neurologist bersifat local karena tertusuknyasyaraf dilokasi penusukan,
dan menimbulkan keluhan nyeri atau kesemutan yang menjalar ke lengan, seperti yang
sudah dijelaskansebelumnya. serangan kejang (seizures) dapat Terjadi. Pencegahan
dengan menghentikan pengambilan darah, baringkan pasien dengan kepala
dimiringkan ke satu sisi, bebaskan jalan nafas, hindari agar lidah tidak tergigit.
6. Kegagalan pengambilan darah
Faktor yang dapat menyebabkan antara lain karena jarum kurang dalam. Jarum terlalu
dalam/tembus, lubang jarum menempel didinding pembuluh darah, vena kolap atau
tabung tidak vakum. Vena kolaps dapat terjadi bila menarik penghisap dengan cepat,
menggunakan tabung yangterlalu besar atau jarum terlalu kecil.
7. Hemokonsentrasi
Hemoknsentrasi terjadi karena pembendungan / pemasangan turniket yang ketat dan
lama ( > 1 menit), atau mengepal telapak tangandengan pemijatan atau massage. Hal
ini akan menyebabkan peningkatankadar hematokrit dan elemen seluler lainnya,
protein total, GTO, lipid total, kolestrol dan besi (Fe).
8. Hemodilusi
Terjadi karena pengambilan darah dilengan dimana terdapat pemberian cairan intra
vena (infus ). Pengambilan darah di sisi influs harus di hindari sebisanya, jika tidak
memungkinkan, hentikan infuse 3-5menit, ambil darah dibagian distal tempat infuse
dan buang 3-5 cc darahyang pertama diambil.

13
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan pada BAB III dapat penulis simpulkan sebagai berikut :
Sebagai seorang flebotomis tentunya harus memahami segala prosedur, alat maupun
peraturan-peraturan yang berlaku untuk seorang flebotomis. Seorang flebotomis juga memiliki
kewenangannya sendiri dalam menghadapi pasiennya untuk diambil spesimen darahnya. Sudah
menjadi kewajiban bagi seorang flebotomis untuk memahami segala tata cara pengambilan darah
mulai dari perkenalan sampai diterimanya sampel darah tersebut namun selain itu seorang
flemotomis juga harus memahami segala peraturan dan kewenangan-kewenangannya agar
terhindar dari kasus-kasus yang melibatkan flebotomis.

4.2 Saran
Berdasarkan simpulan diatas penulis berpendapat bahwa :
Seorang analis kesehatan seharunya kita menerapkan kompetensi standart dan standart
professional flebotomi sehingga dalam menjalankan tugas sebagai petugas kesehatan dapat
memberikan pelayanan yang bermutu dan mendapatkan hasil yang akurat untuk pasien .

14
DAFTAR PUSTAKA

Buku
1. Undang – Undang Dasar 1945 dan Amandemen
2. Syarbaini, Syahrial.2002. Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi. Bogor
Sumber lain
1. Donald, Banjarnahor (2019). Diserang Demo, DPR Batalkan Pengesahan RUU KUHP
Hari Ini. Diakses Pada Minggu 20 Oktober 2019 :
(https;//www.cnbcindonesia.com/news/20190924142706-4-101830/diserang-demo-dpr-
batalkan-pengesahan-ruu-kuhp-hari-ini)
2. Krisdamarjati YA (2019). Unjuk Rasa Tanggung Jawab Bersama. Diakses pada Minggu
20 Oktober 2019 : (https://bebas.kompas.id/baca/utama/2019/10/03/ruang-tanggung-
jawab-unjuk -rasa/)
3. UU No.9 Thn 1998-Kemerdekaan Menyatakan Pendapat di depan Umum. Diakses pada
Minggu 20 Oktober 2019 : (http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_9_98.htm)

15

Anda mungkin juga menyukai