Anda di halaman 1dari 37

TUGAS

ABORTUS HABITUALIS

Oleh:

DINNA KARUNIA S
NIM PO 71241220297

POLTEKKES KEMENKES JAMBI JURUSAN KEBIDANAN

PRODI SARJANA TERAPAN ALIH JENJANG

TAHUN AJARAN 2022/2023

4
5

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat,
rahmat dan karunia-Nya, maka laporan kasus dengan topik “ABORTUS HABITUALIS” ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas
kuliah

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna karena
keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Untuk itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca.

15 Desember 2022

Penulis
6

DAFTAR ISI

Halaman Sampul..............................................................................................................i
Kata Pengantar.................................................................................................................ii
Daftar Isi..........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Definisi ...………...................................................................................... 2
2.2 Penyebab Abortus............................................................................................ 2
2.3 Penatalaksanaan Abortus Habitualis ………............................................ 2
2.4 Evidance Based.…………................................................................... 3
2.5 Bukti Klinis Pada Pelayanan Kehamilan....................................................... 5
2.6 Isu Terkini Dalam Kehamilan…….................................................................. 6

BAB III LAPORAN KASUS


3.1 Identitas.................................................................................................. 16
3.2 Anamnesis ………………..................................................................... 16
3.3 Pemeriksaan Fisik ................................................................................. 17
3.4 Diagnosis ............................................................................................... 19
3.5 Penatalaksanaan Kasus .......................................................................... 19
3.6 Perjalanan Penyakit ................................................................................. 20

BAB IV PEMBAHASAN …………………………………………………….. 22


BAB V SIMPULAN DAN SARAN………………………………………………….. 24

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 25
7

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Abortus menjadi masalah yang penting dalam kesehatan masyarakat
karena berpengaruh terhadap morbiditas dan mortalitas maternal. Abortus
termasuk dalam masalah kesehatan reproduksi yang perlu mendapatkan
perhatian dan merupakan penyebab penderitaan wanita di seluruh dunia.
Abortus bisa terjadi karena kondisi ibu yang lemah, kehamilan yang tidak
diinginkan dan kehamilan di luar nikah. Abortus yang sering terjadi adalah
abortus spontan, janin yang dikandungnya sudah keluar sebagian dan sebagian
lagi tertinggal di dalam rahim. Bila abortus (keguguran) ini terjadi harus
segera ditangani untuk mengatasi terjadinya perdarahan yang dapat
menyebabkan kematian pada ibu. Menurut WHO (2015) abortus merupakan
masalah kesehatan reproduksi yang perlu mendapatkan perhatian dan
merupakan penyebab penderitaan wanita di seluruh dunia. Abortus terbagi
dua yaitu abortus spontan dan abortus provokatus. Abortus spontan adalah
kehilangan kehamilan pada usia
Menurut WHO (2015) abortus merupakan masalah kesehatan
reproduksi yang perlu mendapatkan perhatian dan merupakan penyebab
penderitaan wanita di seluruh dunia. Abortus terbagi dua yaitu abortus
spontan dan abortus provokatus. Abortus spontan adalah kehilangan
kehamilan pada usia
Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi
pertemuan sel telur dan sel sperma pada usia kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, sebelum janin dapat bertahan
hidup di luar kandungan. Ini adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin
sebelum diberi kesempatan untuk tumbuh. Apabila janin lahir selamat (hidup)
8

sebelum 28 minggu namun setelah 20 minggu, maka istilahnya adalah


kelahiran prematur (Manuaba, 2013).
Menurut Rahmani (2013) dalam Rochmawati (2014) bahwa:
“Faktorfaktor yang mempengaruhi terjadinya abortus pada ibu hamil adalah
usia, paritas, riwayat abortus, jarak kehamilan, sosial ekonomi, pendidikan,
penyakit infeksi, alkohol, merokok, dan status perkawinan”. Jarak kehamilan
sangat mempengaruhi kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya.Seorang
ibu memerlukan waktu selama 2-3 tahun agar dapat pulih secara fisiologis
dari satu kehamilan atau persalinan dan mempersiapkan diri untuk kehamilan
berikutnya. Bila jarak kehamilan dengan anak sebelumnya kurang dari 2
tahun, rahim dan kesehatan ibu belum pulih dengan baik. 4 Kehamilan dalam
keadaan ini perlu diwaspadai karena ada kemungkinan pertumbuhan janin
kurang baik, mengalami persalinan yang lama, atau perdarahan (abortus). 2
Berdasarkan studi WHO satu dari setiap empat kehamilan berakhir dengan
abortus(BBC, 2016).
Estimasi kejadian abortus tercatat oleh WHO sebanyak 40-50 juta,
sama halnya dengan 125.000 abortus per hari (Sedgh G et al, 2016).
Berdasarkan data Departemen Kesehatan RI, setiap tahun diperkirakan 1,5-3
juta ibu mengalami abortus. Kejadian abortus yang terjadi di Indonesia
disertai dengan komplikasi utama berupa perdarahan dan infeksi yang dapat
berakhir dengan kematian (Depkes RI). Pada tahun 2012 abortus
menyumbang angka kematian ibu di Indonesia sebesar 1,6% (Kemenkes RI,
2015). Beberapa studi menyatakan bahwa abortus spontan terjadi pada 10% -
25% kehamilan pada usia kehamilan antara bulan kedua dan kelima dengan
50% -75% kasus disebabkan oleh abnormalitas kromosom (Sulfiana, Chalid,
Farid, Rauf, & Hartono, 2016; Cunningham, 2014). Di Jawa Tengah, Abortus
merupakan penyebab langsung kematian ibu ditunjukkan prevalensi abortus
sebesar 2 juta kasus pada tahun 2013 dengan rasio 37 per 1000 kelahiran pada
wanita usia produktif (Depkes, 2014).
9

Riwayat abortus juga merupakan factor risiko yang dapat


meningkatkan risiko terjadinya abortus pada ibu hamil.Pada penelitian yang
dilakukan oleh (Resya,2016), sekitar 21 dari 35 ibu. Abortus sering dikaitkan
dengan tingginya angka persalinan prematur, abortus rekuren, dan berat bayi
lahir rendah (BBLR). Selain itu, abortus diduga memiliki pengaruh terhadap
kehamilan berikutnya, baik menyebabkan penyulit kehamilan atau pada
produk kehamilan (Amalia & Sayono, 2015). Abortus seringkali
mengakibatkan komplikasi seperti perdarahan, infeksi, perforasi, dan syok
(Cunningham, 2014).
B. Tujuan
Untuk mengetahui Abortus Habitualis
C. Manfaat
Untuk mengetahui Apa itu Abortus Habitualis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN TEORI

1. Definisi Abortus
Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pertemuan
sel telur dan sel sperma pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat
janin kurang dari 500 gram, sebelum janin dapat bertahan hidup di luar
kandungan. Ini adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi
kesempatan untuk tumbuh. Apabila janin lahir selamat (hidup) sebelum 28
minggu namun setelah 20 minggu, maka istilahnya adalah kelahiran prematur
(Manuaba, 2013).
Terdapat dua jenis abortus, yaitu abortus spontan dan abortus provokatus.
Abortus spontan didefinisikan sebagai abortus yang terjadi tanpa tindakan
mekanis atau medis. Dengan kata lain yang luas digunakan adalah keguguran
(miscarriage). Sedangkan abortus yang terjadi dengan sengaja dilakukan disebut
sebagai abortus provokatus.
Abortus spontan adalah merupakan mekanisme alamiah yang
menyebabkan terhentinya proses kehamilan sebelum berumur 28 minggu.
Penyebabnya dapat oleh karena penyakit yang diderita si ibu ataupun sebab-sebab
lain yang pada umumnya berhubungan dengan kelainan pada sistem reproduksi
(Syafruddin, 2022).
2. Definisi Abortus Habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih
secara berturut-turut. Sekitar 1-2% perempuan usia reproduksi mengalami
abortus spontan 3 kali atau lebih secara berturut-turut, dan sekitar 5% mengalami
abortus spontan 2 kali atau lebih.

10
11

Penyebab dari abortus habitualis pada sebagian besar kasus belum


diketahui. Akan tetapi penting untuk mengetahui penyebab yang mungkin
mendasari untuk menentukan prognosis dari kehamilan selanjutnya.8
a. Kelainan uterus ibu Kelainan bawaan dapat menjadi sebab abortus antara lain
hipoplasia uteri, uterus subseptus, uterus bikornis, dan sebagainya. Diantara
kelainan-kelainan yang timbul pada wanita dewasa terdapat laserasi serviks
uteri yang luas, tumor uterus khususnya mioma, dan serviks uteri yang
inkompeten. Pada laserasi yang cukup luas, bagian bawah uterus tidak dapat
memberi perlindungan pada janin dan dapat terjadi abortus. Pada serviks yang
inkompeten pada kehamilan 14 minggu atau lebih ostium uteri internum
membuka jika keadaan dibiarkan akan terjadi abortus. Mioma uteri yaang
berjenis submukus dapat mengganggu implantasi ovum yang dibuahi atau
pertumbuhannya di dalam kavum uteri.
b. Infeksi Penyakit infeksi menahun yang dapat menjadi sebab kegagalan
kehamilan ialah lues. Disebut pula mikoplasma hominis yang ditemukan di
serviks uteri, vagina dan uretra. Penyakit infeksi Hubungan Jarak Kehamilan...,
Eka Linarti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013 akut dapat menyebabkan
abortus pada saat terjadinya infeksi.
c. Kelainan Endokrin Kurangnya sekresi progesteron oleh korpus luteuma atau
plasenta dilaporkan menyebabkan peningkatan insidens abortus. Diperkirakan
bahwa kadar abnormal atau lebih hormon dapat meramalkan terjadinya
abortus. Penurunan kadar hormon- hormon ini biasanya lebih merupakan
akibat dari pada sebab.
d. Kelainan Imunologis Inkomtabilitas golongan darah A, B, O dengan reaksi
antigenantibody dapat menyebabkan abortus berulang, karena pelepasan
histamin mengakibatkan vasodilatasi da peningkatan fragilitas kapiler.
Inkomtabilitas karena Rh faktor dapat menyebabkan pula abortus berulang.
12

e. Nutrisi Penyakit- penyakit yang menganggu persediaan zat-zat makanan untuk


janin yang sedang tumbuh dapat menyebabkan abortus. Anemia yang berat,
penyakit menahun dan lain-lain dapat mempengaruhi gizi penderita.
f. Faktor gaya hidup Wanita yang merokok diketahui lebih sering mengalami
Hubungan Jarak Kehamilan..., Eka Linarti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,
2013 abortus spontan daripada wanita yang tidak merokok. Alkohol
dinyatakan meningkatkan resiko abortus spontan, meskipun hanya digunakan
dalam jumlah sedang (Cunningham et al., 2005).
g. Faktor Usia Ibu Menurut Manuaba (1998) kurun waktu reproduksi sehat
adalah 20-30 tahun dan keguguran dapat terjadi pada usia yang masih muda,
karena pada saat remaja alat reproduksi belum matang dan siap untuk hamil.
Menurut (Cunningham et al., 2005) bahwa frekuensi abortus bertambah dari 12
% pada wanita 20 tahun, menjadi 26 % pada wanita berusia diatas 40 tahun.
h. Paritas Paritas adalah paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal.
Paritas 1 dan paritas lebih dari 3 mempunyai angka kematian maternal lebih
tinggi (Prawirohardjo, 2006). Resiko abortus spontan semakin meningkat
dengan bertambahnya paritas (Cunningham et al., 2005).
i. Aktifitas atau pekerjaan Pekerjaan ibu yang dilakukan sehari-hari tanpa
dibatasi atau istirahat yang cukup, hal ini akan mempengaruhi perkernbangan
Hubungan Jarak Kehamilan..., Eka Linarti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,
2013 dan pertumbuhan janin. Hal ml akan dapat mengakibatkan terjadinya
abortus inkompletus 10) Pendidikan Pendidikan ibu dapat mempengaruhi
tingkat terjadinya abortus, dimana ibu yang berpendidikan rendah kurang
memperhatikan perkembangan dan kesehatan kehamilannya, karena kurangnya
pengetahuan ibu sehingga pada umumnya ibu tidak perduli dengan
keadaannya. Semakin tinggi pendidikan ibu semakin tinggi kesadaran ibu akan
kesehatan dirinya dan kehamilannya
j. Jarak Kehamilan Kehamilan yang perlu diwaspadai diantaranya jarak kelahiran
dengan anak sebelumnya kurang dari 2 tahun (Syafrudin & Hamidah, 2009). c.
13

Faktor paternal Tidak banyak yang diketahui tentang faktor dalam terjadinya
abortus spontan. Translokasi kromosom pada sperma dapat menyebabkan
abortus. Adenovirus atau herpes simpleks ditemukan pada 40 persen semen
yang diperoleh dari pria steril. Virus terdeteksi dalam bentuk laten pada 60
persen sel, dan virus yang sama dijumpai pada abortus (Cunningham et al.,
2005).
3. Penyebab Abortus Habitualis dan pencegahannya
a. Penyebab Abortus Habitualis
Berikut ini adalah beberapa penyebab yang bisa membuat seorang
wanita mengalami abortus habitualis:

1. Sindrom antifosfolipid (APS)

Sindrom antifosfolipid dikenal juga sebagai sindrom darah kental.


Sindrom ini merupakan penyakit autoimun yang bisa membuat penempelan
calon janin di rahim menjadi lebih sulit, sehingga meningkatkan risiko
keguguran. Sindrom antifosfolipid ditemukan pada 15–20% wanita yang
mengalami abortus habitualis.

2. Trombofilia
Trombofilia merupakan kondisi yang dimiliki sejak lahir. Penyakit ini
bisa dibilang mirip dengan sindrom antifosfolipid karena sama-sama membuat
darah lebih mudah membeku. Oleh karena itu, trombofilia juga diduga
berperan dalam terjadinya abortus habitualis.

3. Penyakit infeksi
Ada beberapa penyakit infeksi yang dikaitkan dengan keguguran
berulang, di antaranya chlamydia, gonore, sifilis, dan toksoplasmosis.
Meski begitu, peneliti masih mendalami jenis penyakit infeksi apa yang
paling meningkatkan risiko terjadinya keguguran berulang.
14

4. Kelainan kromosom
Sebuah penelitian menyebutkan bahwa sekitar 2–5 persen pasangan
bisa mengalami abortus habitualis yang disebabkan oleh kelainan
kromosom. Kelainan ini mungkin tidak timbul sebagai penyakit pada
pasangan tersebut, namun timbul setelah diturunkan pada calon janin.
Kelainan ini menyebabkan calon janin tidak bisa berkembang dan akhirnya
terjadilah keguguran.

5. Masalah pada rahim


Rahim merupakan penunjang utama kehamilan. Oleh karena itu,
wanita yang memiliki masalah pada rahim, baik itu berupa miom, kelainan
bentuk rahim, kelainan dinding rahim (sindrom Asherman), maupun leher
rahim lemah (inkompetensi serviks), lebih rentan mengalami abortus
habitualis.

6. Masalah pada hormon


Masalah hormon, seperti sindrom ovarium polikistik, dipercaya
memiliki kaitan dengan terjadinya abortus habitualis. Meski begitu, belum
dipastikan sejauh mana kaitannya dan masih butuh penelitian lebih lanjut.
Risiko terjadinya abortus habitualis juga bisa meningkat di usia
lebih dari 35 tahun. Selain itu, obesitas, rokok, konsumsi minuman
beralkohol, penyalahgunaan NAPZA, dan penyakit kronis, seperti penyakit
jantung, gagal ginjal, dan diabetes, juga diduga memiliki peranan dalam
terjadinya abortus habitualis.

b. Pencegahan Abortus Habitualis


Meski belum ada langkah spesifik untuk mencegah abortus habitualis,
beberapa cara di bawah ini dinilai dapat menurunkan risiko terjadinya
keguguran:

1. Menerapkan pola makan sehat dengan gizi seimbang


2. Mengonsumsi 400 mg asam folat setiap hari, setidaknya 2 bulan sebelum
merencanakan kehamilan
3. Menjaga berat badan ideal
4. Mengelola stres dengan baik
5. Tidak merokok ataupun menghirup asap rokok
6. Tidak mengonsumsi minuman beralkohol atau NAPZA
15

7. Menjalani vaksinasi sesuai anjuran dokter untuk mencegah penyakit


infeksi
8. Menghindari paparan radiasi dan racun berbahaya yang mungkin ada pada
makanan atau produk sehari-hari, seperti benzena, arsenik, dan
formaldehid
9. Menghindari paparan polusi lingkungan dan penyakit menular

Untuk mencegah terjadinya keguguran berulang atau abortus


habitualis, faktor penyebabnya harus diketahui dan diatasi. Oleh karena itu,
dokter kandungan akan melakukan beberapa pemeriksaan, mulai dari
pemeriksaan fisik, tes darah, hingga pemeriksaan USG. Setelah diketahui,
barulah dokter akan melakukan penanganan.
Jika Anda ingin merencanakan kehamilan dan memiliki pengalaman
keguguran 2 kali berturut-turut, sebaiknya periksakan dulu diri Anda
ke dokter kandungan. Hal ini penting untuk memastikan kehamilan
selanjutnya bisa sehat dan berjalan dengan baik.
4. EVIDANCE BASED

1. PENGERTIAN
Evidenced Based Midwifery (EBM) ini sangat penting peranannya
pada dunia kebidanan. Pada awal abad ini, peningkatan jumlah bidan terlibat
dalam penelitian, dan dalam membuka kedua atas dan mengeksploitasi baru
kesempatan untuk kemajuan akademik. Sebuah kebutuhan yang berkembang
diakui untuk platform untuk yang paling ketat dilakukan dan melaporkan
penelitian. Ada juga keinginan untuk ini ditulis oleh dan untuk bidan. EBM
secara resmi diluncurkan sebagai sebuah jurnal mandiri untuk penelitian murni
bukti pada konferensi tahunan di RCM Harrogate, Inggris pada (Cenunggan
2022).
Itu dirancang ‘untuk membantu bidan dalam mendorong maju yang
terikat pengetahuan kebidanan dengan tujuan utama meningkatkan perawatan
untuk ibu dan bayi ‘(Hanungan2018).
EBM mengakui nilai yang berbeda jenis bukti harus berkontribusi pada
praktek dan profesi kebidanan berorientasi komunitas. Jurnal kualitatif
mencakup aktif serta sebagai penelitian kuantitatif, analisis filosofis dan
konsep serta tinjauan pustaka terstruktur, tinjauan sistematis, kohort studi,
16

terstruktur, logis dan transparan, sehingga bidan benar dapat menilai arti dan
implikasi untuk praktek, pendidikan dan penelitian lebih lanjut.

Menurut Sackett et al. Evidence-based (EB)adalah suatu pendekatan


medik yang didasarkan pada bukti-bukti ilmiah terkini untuk kepentingan
pelayanan kesehatan penderita. Dengan demikian, dalam prakteknya, EB
memadukan antara kemampuan dan pengalaman klinik dengan bukti-bukti
ilmiah terkini yang paling dapat dipercaya.
Pengertian lain dari evidence based adalah proses yang digunakan
secara sistematik untuk menemukan, menelaah/me-review, dan memanfaatkan
hasil-hasil studi sebagai dasar dari pengambilan keputusan klinik.
Publikasi ilmiah adalah suatu pempublikasian hasil penelitian atau
sebuah hasil pemikiran yang telah ditelaaah dan disetujui dengan beberapa
petimbangan baik dari acountable aspek metodologi maupun accountable
aspek ilmiah yang berupa jurnal, artikel, e-book atau buku yang diakui.
Penggunaan kebijakan dari bukti terbaik yang tersedia sehingga tenaga
kesehatan (Bidan) dan pasien mencapai keputusan yang terbaik, mengambil
data yang diperlukan dan pada akhirnya dapat menilai pasien secara
menyeluruh dalam memberikan pelayanan kehamilan(Gray, 1997). Praktek
kebidanan sekarang lebih didasarkan pada bukti ilmiah hasil penelitian dan
pengalaman praktek terbaik dari para praktisi dari seluruh penjuru dunia.
Rutinitas yang tidak terbukti manfaatnya kini tidak dianjurkan lagi.

1. Mengumpulkan data dalam upaya mengidentifikasi ibu yang beresiko


tinggi dan merujuknya untuk mendapatkan asuhan khusus.
2. Temuan-temuan fisik (TB, BB, ukuran pelvik, edema kaki, posisi &
presentasi janin di bawah usia 36 minggu dsb) yang memperkirakan
kategori resiko ibu.
3. Pengajaran /pendidikan kesehatan yang ditujukan untuk mencegah
resiko/komplikasi.
17

Pendekatan resiko mempunyai prediksi yang buruk karena kita tidak


bisa membedakan ibu yang akan mengalami komplikasi dan yang tidak.
Banyak ibu yang digolongkan dalam kelompok resiko tinggi tidak pernah
mengalami komplikasi, sementara mereka telah memakai sumber daya yang
cukup mahal dan jarang didapat.
Penelitian menunjukkan bahwa pemberian asuhan khusus pada ibu
yang tergolong dalam kategori resiko tinggi terbukti tidak dapat mengurangi
komplikasi yang terjadi (Enkin, 2000 : 22).
Sementara, bagi Bumil kelompok Resiko Rendah :
- Tidak diberi pengetahuan tentang Resti
- Tidak dipersiapkan mengatasi kegawatdaruratan obstetric
- Memberikan keamanan palsu sebab banyak ibu yang tergolong kelompok
resiko rendah mengalami komplikasi tetapi tidak pernah diberitahu
bagaimana cara mengetahui dan apa yang dapat dilakukannya
Pelajaran yang dapat diambil dari pendekatan resiko adalah bahwa
setiap bumil beresiko mengalami komplikasi yang sangat tidak bisa diprediksi
sehingga setiap bumil harus mempunyai akses asuhan kehamilan dan
persalinan yang berkualitas. Karenanya, fokus ANC perlu diperbarui
(refocused) agar asuhan kehamilan lebih efektif dan dapat dijangkau oleh
setiap wanita hamil.
4. ISI REFOCUSING ANC
Penolong yang terampil/terlatih harus selalu tersedia untuk :
1. Membantu setiap bumil & keluarganya membuat perencanaan
persalinan : petugas kesehatan yang terampil, tempat bersalin,
keuangan, nutrisi yang baik selama hamil, perlengkapan esensial untuk
ibu-bayi.
2. Membantu setiap bumil & keluarganya mempersiapkan diri
menghadapi komplikasi (deteksi dini, menentukan orang yang akan
membuat keputusan, dana kegawatdaruratan, komunikasi, transportasi,
donor darah,) pada setiap kunjungan.
18

3. Melakukan skrining/penapisan kondisi-kondisi yang memerlukan


persalinan RS (riwayat SC, IUFD, dsb). Ibu yang sudah tahu kalau ia
mempunyai kondisi yang memerlukan kelahiran di RS akan berada di RS
saat persalinan,
sehingga kematian karena penundaan keputusan, keputusan yang kurang
tepat, atau hambatan dalam hal jangkauan akan dapat dicegah.
4. Mendeteksi & menangani komplikasi (preeklamsia, perdarahan
pervaginam, anemia berat, penyakit menular seksual, tuberkulosis,
malaria, dsb).
5. Mendeteksi kehamilan ganda setelah usia kehamilan 28 minggu, dan
letak/presentasi abnormal setelah 36 minggu. Ibu yang memerlukan
kelahiran operatif akan sudah mempunyai jangkauan pada penolong yang
terampil dan fasilitas kesehatan yang dibutuhkan.
6. Memberikan imunisasi Tetanus Toxoid untuk mencegah kematian BBL
karena tetanus.
7. Memberikan suplementasi zat besi & asam folat. Umumnya anemia
ringan yang terjadi pada bumil adalah anemia defisiensi zat besi & asam
folat.
8. Untuk populasi tertentu:
- Profilaksis cacing tambang (penanganan presumtif) untuk
menurunkan insidens anemia berat.
- Pencegahan/ terapi preventif malaria untuk menurunkan resiko
terkena malaria di daerah endemic.
- Suplementasi yodium
- Suplementasi vitamin A

5. Bukti Kehamilan
1. Keterlibatan klien dalam perawatan diri sendiri (self care)
Kesadaran dan tanggung jawab klien terhadap perawatan diri sendiri selama
hamil semakin meningkat. Klien tidak lagi hanya menerima dan mematuhi
19

anjuran petugas kesehatan secara pasif. Kecenderungan saat ini klien lebih aktif
dalam mencari informasi, berperan secara aktif dalam perawatan diri dan
merubah perilaku untuk mendapatkan outcome kehamilan yang lebih baik.
Perubahan yang nyata terjadi terutama di kota-kota besar dimana klinik ANC
Baik itu milik perorangan, yayasan swasta maupun pemerintah sudah mulai
memberikan pelayanan kursus/kelas prapersalinan bagi para calon ibu.
Kemampuan klien dalam merawat diri sendiri dipandang sangamenguntungkan
baik bagi klien maupun sistem pelayanan kesehatan karena potensinya yang
dapat menekan biaya perawatan. Dalam hal pilihan pelayanan yang diterima,
ibu hamil dapat memilih tenaga profesional yang berkualitas & dapat dipercaya
sesuai dengan tingkat pengetahuan dan kondisi sosio-ekonomi mereka.
2. ANC pada usia kehamilan lebih dini
Data statistik mengenai kunjungan ANC trimester pertama menunjukkan
peningkatan yang signifikan. Hal ini sangat baik sebab memungkinkan
profesional kesehatan mendeteksi dini dan segera menangani masalah-masalah
yang timbul sejak awal kehamilan. Kesempatan untuk memberikan pendidikan
kesehatan tentang perubahan perilaku yang diperlukan selama hamil juga lebih
banyak.
3. Praktek yang berdasarkan bukti (evidence-based practice)
Praktek kebidanan sekarang lebih didasarkan pada bukti ilmiah hasil penelitian
dan pengalaman praktek terbaik dari para praktisi dari seluruh penjuru dunia.
Rutinitas yang tidak terbukti manfaatnya kini tidak dianjurkan lagi. Sesuai
dengan evidence-based practice, pemerintah telah menetapkan program
kebijakan ANC sebagai berikut:
a. Kunjungan ANC
Dilakukan minimal 4 x selama kehamilan :
Trimester I
Sebelum 14 minggu – Mendeteksi masalah yg dapat ditangani sebelum
membahayakan jiwa.
20

1. Mencegah masalah, misal : tetanus neonatal, anemia, kebiasaan tradisional


yang berbahaya)
2. Membangun hubungan saling percaya
3. Memulai persiapan kelahiran & kesiapan menghadapi
komplikasi.
4. Mendorong perilaku sehat (nutrisi, kebersihan , olahraga,
istirahat, seks, dsb).
Trimester II 14 – 28 minggu
Sama dengan trimester I ditambah : kewaspadaan khusus terhadap
hipertensi kehamilan (deteksi gejala preeklamsia, pantau TD,
evaluasi edema, proteinuria)
Trimester III 28 – 36 minggu
Sama, ditambah : deteksi kehamilan ganda. Setelah 36 minggu – Sama,
ditambah : deteksi kelainan letak atau kondisi yang memerlukan persalinan
di RS.
b. Pemberian suplemen mikronutrien :
Tablet mg (= zat besi 60 yang mengandung FeSO4 320 g sebanyak 1
tablet/hari mg) dan asam folat 500 segera setelah rasa mual hilang.
Pemberian selama 90 hari (3 bulan). Ibu harus dinasehati agar tidak
meminumnya bersama teh / kopi agar tidak mengganggu penyerapannya.
c. Imunisasi TT 0,5 cc
Interval Lama perlindungan dan % perlindungan
- TT 1 Pada kunjungan ANC pertama
- TT 2 4 mgg setelah TT 1 3 tahun 80%
- TT 3 6 bln setelah TT 2 5 tahun 95%
- TT 4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun 99%
- TT 5 1 tahun setelah TT 4 25 th/ seumur hidup 99%

5. ASUHAN KEHAMILAN
Evidence Based Tentang Tradisi Masa Kehamilan :
21

1. Seorang dukun yang ketika ada masyarakat hamil periksa dan ketika diperiksa
diprediksi oleh si dukun letak janinnya sungsang. Kemudian si dukun
melakukan tindakan pemutaran janin dengan manual. Tindakan ini dilakukan
karena diyakini akan merubah posisi janin.
Fakta :Tindakan merubah posisi dengan memutar tidak efektif dilakukan dan
berpotensi besar terjadinya komplikasi yang tidak diinginkan, karena hal ini
erat kaitannya dengan letak plasenta yang tidak diketahui dukun tersebut. Jika
nanti proses pemutarannya salah atau tidak sesuai dengan keadaan di intra uteri
maka akan mengakibatkan perdarahan, rupture plasenta, solutio plasenta.
Sehingga hal ini lebih membahayakan, karena bisa menyebabkan kematian ibu
dan janin.
2. Ibu hamil dan suaminya dilarang membunuh binatang. Sebab, jika itu
dilakukan, bisa menimbulkan cacat pada janin sesuai dengan perbuatannya itu.
Fakta: Tentu saja tak demikian. Cacat janin disebabkan oleh
kesalahan/kekurangan gizi, penyakit, keturunan atau pengaruh radiasi.
Sedangkan gugurnya janin paling banyak disebabkan karena penyakit, gerakan
ekstrem yang dilakukan oleh ibu (misal benturan) dan karena psikologis
(misalnya shock, stres, pingsan). Tapi, yang perlu diingat, membunuh atau
menganiaya binatang adalah perbuatan yang tak bisa dibenarkan.
3. Membawa gunting kecil / pisau / benda tajam lainnya di kantung baju si Ibu
agar janin terhindar dari marabahaya.
Fakta: Hal ini justru lebih membahayakan apabila benda tajam itu melukai si
Ibu.
4. Ibu hamil tidak boleh keluar malam, karena banyak roh jahat yang akan
mengganggu janin.
Fakta: secara psikologis, Ibu hamil mentalnya sensitif dan mudah takut
sehingga pada malam hari tidak dianjurkan bepergian. Secara medis-biologis,
ibu hamil tidak dianjurkan kelaur malam terlalu lama, apalagi larut malam.
Kondisi ibu dan janin bisa terancam karena udara malam kurang bersahabat
disebabkan banyak mengendapkan karbon dioksida (CO2).
22

5. Ibu hamil dilarang melilitkan handuk di leher agar anak yang dikandungnya
tak terlilit tali pusat.
Fakta: Ini pun jelas mengada-ada karena tak ada kaitan antara handuk di leher
dengan bayi yang berada di rahim. Secara medis, hiperaktivitas gerakan bayi,
diduga dapat menyebabkan lilitan tali pusat karena ibunya terlalu aktif.
6. Ibu hamil tidak boleh benci terhadap seseorang secara berlebihan, nanti
anaknya jadi mirip seperti orang yang dibenci tersebut.
Fakta: Jelas ini bertujuan supaya Ibu yang sedang hamil dapat menjaga
batinnya agar tidak membenci seseorang berlebihan.
7. Ibu hamil tidak boleh makan pisang yang dempet, nanti anaknya jadi kembar
siam.
Fakta: Secara medis-biologis, lahirnya anak kembar dempet / kembar siam
tidak dipengaruhi oleh makanan pisang dempet yang dimakan oleh ibu hamil.
Jelas ini hanyalah sebuah mitos.
8. Ngidam adalah perilaku khas perempuan hamil yang menginginkan sesuatu,
makanan atau sifat tertentu terutama di awal kehamilannya. Jika tidak dituruti
maka anaknya akan mudah mengeluarkan air liur.
9. Dilarang makan nanas, nanas dipercaya dapat menyebabkan janin dalam
kandungan gugur.
Fakta: Secara medis-biologis, Getah nanas muda mengandung senyawa yang dapat
melunakkan daging. Tetapi buah nanas yang sudah tua atau disimpan lama akan
semakin berkurang kadar getahnya. Demikian juga nanas olahan. Yang pasti nanas
mengandung vitamin C (asam askorbat) dengan kadar tinggi sehingga baik untuk
kesehatan.
10. Jangan makan buah stroberi, karena mengakibatkan bercak-bercak pada kulit
bayi.
Fakta: Tak ada kaitan bercak pada kulit bayi dengan buah stroberi. Yang perlu
diingat, jangan makan stroberi terlalu banyak, karena bisa sakit perut. Mungkin
memang bayi mengalami infeksi saat di dalam rahim atau di jalan lahir, sehingga
timbul bercak-bercak pada kulitnya.
23

11. Jangan makan ikan mentah agar bayinya tak bau amis.
Fakta: Bayi yang baru saja dilahirkan dan belum dibersihkan memang sedikit
berbau amis darah. Tapi ini bukan lantaran ikan yang dikonsumsi ibu hamil,
melainkan karena aroma (bau) cairan ketuban. Yang terbaik, tentu saja makan ikan
matang. Karena kebersihannya jelas terjaga ketimbang ikan mentah.
12. Jangan minum air es agar bayinya tak besar. Minum es atau minuman dingin
diyakini menyebabkan janin membesar atau membeku sehingga dikhawatirkan
bayi akan sulit keluar.
Fakta: Sebenarnya, yang menyebabkan bayi besar adalah makanan yang bergizi
baik dan faktor keturunan. Minum es tak dilarang, asal tak berlebihan. Karena jika
terlalu banyak, ulu hati akan terasa sesak dan ini tentu membuat ibu hamil merasa
tak nyaman. Lagipula segala sesuatu yang berlebihan akan selalu berdampak tak
baik.
13. Wanita hamil dianjurkan minum minyak kelapa (satu sendok makan per hari)
menjelang kelahiran. Maksudnya agar proses persalinan berjalan lancar.
Fakta: Ini jelas tidak berkaitan. Semua unsur makanan akan dipecah dalam usus
halus menjadi asam amino, glukosa, asam lemak, dan lain-lain agar mudah diserap
oleh usus.
24

BAB III
TINJAUAN KASUS

FORMAT PENDOKUMENTASIAN

ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN (ANC)

RS/PKM/RB/BPS/KLINIK: Pj. Ruangan :

NOMOR RM : Tanggal/Pukul pengkajian : 15-12-2022

Mahasiswa : Dinna Karunia S Sumber Informasi tempat pelayanan

NIM : Po. 71241220297 Teman Orang tua/keluarga

Pembimbing : Nakes : …..  Sendiri


25

BIODATA
Nama klien/Ibu : Ny. Linda Nama suami : Tn. Turahman

Umur : 30 Tahun Umur : 33 Tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan :IRT Pekerjaan : Swasta

Alamat :RT. 10 Muara Singoan Alamat : RT. 10 Muara Singoan

Penanggung jawab
Nama : Tn. Turahman Pekerjaan : Swasta

Umur : 33 Tahun Alamat : RT. 10 Muara Singoan

Hubungan dengan klien: Suami No. Telp/HP :-

DATA SUBYEKTIF
B
ALASAN KUNJUNGAN :

1 Ibu mengatakan mengeluarkan darah dari jalan lahir sejak 4 jam yang lalu disertai dengan mules
yang hebat saat ini pasien mengataan sdang hamil anak ke 4 nya, usia kehamilan ke 6 minggu

Riwayat Menstruasi
Umur menarche : 12 tahun, lamanya haid 5-6 hari, jumlah darah haid 2-3 x ganti duk, siklus haid 28 .hr
2
Teratur/Tidak teratur Konsistensi :Cair HPHT: 03-11-2022 Perkiraan Partus: 11-08-2023

Masalah lain -: …tidak ada……………………………………………………….


26

Riwayat perkawinan :

Perkawinan ke : 1 Kawin-1..-… tahun, …..th, ke-7…-…..

3 Usia saat kawin : …23….. tahun

4
Riwayat kehamilan persalinan dan nifas yang lalu

No Tgl Tempat Umur Jenis Penolong Penyulit Anak Keadaan


Tahun Partus Hamil Persalinan Persalinan Kel/ Anak Sek
Partus
BB

1. 20219 AB

2. 2020 AB

3. 2021 AB

4 INI

5 Riwayat kehamilan saat ini : G4…. P0. A3…… H0……

Pertama kali memeriksakan kehamilan pada UK: .....4-5..... Minggu

Di : BPM Oleh : Bidan

Pemeriksaan saat ini yang ke 3

Masalah yang pernah dialami :

Hami muda :  mual  muntah  perdarahan

Lain-lain : ……………….………………………………….

Hamil tua : pusing Sakit kepala perdarahan

Lain-lain : ………tidak ada………………………………………….

Imunisasi :

 TT  Hepatitis

Lain-lain :
27

Pengobatan/anjuran yang pernah diperoleh selama kehamilan ini :

…Tablet Fe, Vit………………….. …………………………………………………………….

6 Riwayat penyakit/operasi yang lalu: (jenis penyakit, operasi, dimana dan kapan)

Tidak ada.........................

7 Riwayat penyakit keluarga (Ayah, ibu, adik, paman, bibi) yang pernah menderita sakit

Kanker Penyakit hati Hipertensi DM Penyakit ginjal

TBC Epilepsi Kelainan bawaan Alergi Hamil kembar

Penyakit jiwa

 Lain-lain : Tidak ada

8 Riwayat yang berhubungan dengan masalah kesehatan reproduksi

Infentilitas infeksi virus PMS Servisitis kronis Endrometriosis

Myoma Polip servix Kanker kandungan Operasi kandungan Perkosaan

 Lain-lain : …Tidak ada…… ……………………………………………………….

9 Genogram (bila memungkinkan)

Ket: Laki-laki

Perempuan

10 Riwayat Keluarga Berencana

Metode KB yang pernah dipakai : …tidak ada ….. Lama : …-……………

Komplikasi/masalah : ....-....
28

11 Pola Makan / Minum / Eliminasi / Istirahat

Makan : 3 kali/hari ;

Minum : 8 gelas/hari ;

Jenis makanan/minuman yang sering dikonsumsi :

Nasi, sayur, lauk, buah, air putih, susu

(bila terdapat gangguan pada pola makan minum, hitung secara kuantitas/kualitas di lembar lain)

Pola Eliminasi : BAK : 4 kali/hari

BAB : 1 kali/hari

Kelainan/masalah yang ditemukan pada pola eliminasi : Tidak ada

Pola istirahat : tidur : ..8-9... jam/hari : Tidur terakhir jam :..21.00.... Wib

Masalah/gangguan yang ditemukan pada pola istirahat

Tidak ada

12 Riwayat Psikososial

Psikososial: Penerimaan klien terhadap kehamilan ini : …  Diharapkan Tidak diharapkan

Alasan : …………………………..

Social support dari :  Suami  Orang tua  Mertua  Keluarga lain

Masalah psikososial :

Kekerasan RT : Fisik Psikologis  Dan lain lain: tidak ada


29

13 Perilaku kesehatan :

Penggunaan miras : Ada  Tidak

Penggunaan zat adiktif : Ada  Tidak

Merokok : Ada  Tidak

Kepercayaan yang berhubungan dengan kehamilan :

Memakai benda tajam Membawa tumbuh-tumbuhan

 Lain-lain : tidak ada

DATA OBYEKTIF
1

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : ibu mengatakan nyeri perut yang hebat

Sikap tubuh lordosis kiposis skoliosis  normal

Cacat :

Tanda-tanda vital : TD 100/70 mmHg RR 24 x/mnt N 82 x/mnt S36,40C

Turgor :  Baik Kurang Jelek

BB : 50 kg

Pertambahan berat badan selama hamil :0 kg


30

Rambut/kepala :  Bersih Kotor Rontok Lain-lain :


…………

Mata : Seklera : Ikterus  Tidak Ikterus

Konjungtiva : Pucat  Tdk. Pucat

Penglihatan :  Jelas Kabur Lain-lain : ………tidak ada……

Alat bantu : Kacamata Kontak-lens

Muka : Hiperpigmentasi Edema  Tdk. Tampak kelainan

Lain-lain: ………………tidak ada……………………………………………..

Gigi : Palsu Karies  Lain-lain : tidak ada

Telinga :  Tdk. Tampak kelainan Lain-lain ..................tidak ada....

Alat bantu dengar

Leher : Pembesaran kelenjar tiroid Pembesaran V. Jugularis

 Tdk. Tampak kelainan

Payudara :  Simetris Asimetris Kemerahan Bengkak Benjolan

Puting susu : Datar  Menonjol Ke dalam Lecet Kotor

Areola mammae :  Bersih Kotor Hiperpigmentasi

Pengeluaran asi : Kolostrum  Tidak tampak

Jantung :  Bunyi jelas teratur Lain-lain : Tidak ada

Paru-paru :  Bunyi nafas besih Lain-lain : Tidak ada

Abdomen :
31

- Hepar/lien : Tidak dapat dinilai Lain-lain ……………tidak ada…………

- Bekas operasi : Ada Lokasi  Tidak ada

- Striae : Tidak ada  Livide Albikans

- Linia : Alba Nigra  Fusca

- TFU Balotement ,

- Lain-lain
- DJJ :  Belum terdengar

Frek /mnt Teratur Tdk. Teratur Kuat Lemah

Punctum Maksimum ………… cm



Sebelah…………………………..

2
Pemeriksaan Penunjang
Tanggal :…………….

Hb : ………gr% CT/BT : …../…… Ht : …………… Gol darah :

HB Triwulan I ............gr% HB Triwulan II ...............gr% HB Triwulan III...............gr%

Urine Protein : Reduksi :

DDR K1 : Ada Tidak DDR K4 : Ada Tidak

CTG : ……………. USG ………………………….

Ro : ………………………….

3 Hal-hal lain yang masih perlu dikaji, tetapi tidak tercantum pada format :

Lila 23cm

4 Tindakan dan terapi yang diberikan sekarang

TT FE : Vitamin Lain-lain ……tidak ada…….

Diagnosa dan Masalah (A)


32

Diagnosa

G4 P0 A3 Dengan Abortus Habitualis

Masalah : perdarahan yang dan nyeri perut yang hebat

Ekstremitas :  tidak tampak cacat cacat varises edema

Refleks Patella : Positif: kanan/kiri Negatif : kanan/ kiri

Akral : Dingin Pucat Kebiruan  Normal

Ano genital :

Pengeluaran per vulva Darah Lendir Air ketuban



Lain-lain : Tidak ada

2. Pemeriksaan Penunjang :

Hb : 9 mg/dl gr % CT/BT : / Ht : , Gol darah : o

Lain-lain : Tidak dilakukan

Urine Protein : Negatif Reduksi :negatif

Lain-lain :

CTG : - USG :balotemen

Ro tidak dilakukan

3. Hal-hal lain yang masih perlu dikaji, tetapi tidak tercantum pada format :

Lila 20cm

C. Diagnosa dan Masalah

Ibu G4P0A3 hamil 6 minggu, balotemen dengan AB Habitualis

Jambi 15 Desember 2022


33

Pembimbing Lahan Mahasiswa

( ) ( )

Dosen Pembimbing

( )
PERENCANAAN
TANGGAL / DIAGNOSA NAMA
PKL. DAN PERENCANAAN &
MASALAH PARAF
15-12-2022 Ibu G4P0A3 1) Lakukan Pemeriksaan Fisik
19.00 wib hamil 6 2) Beritahu ibu seluruh hasil pemeriksaan
minggu,
balotemen 3) Beritahu masalah yang ibu rasakan yaitu
dengan AB mual muntah pada awal kehamilan
Habitualis 4) Lakukan pemeriksaan Ginekologi
5) Lakukan Penangana
6) Anjurkan ibu untuk istriahat yang cukup
7) Anjurkan Ibu tirah Baring
8) Lakukan pendokumentasian

34
35

CATATAN PELAKSANAAN
NAMA
TANGGAL/ &
CATATAN PELAKSANAAN
JAM
PARAF
15-12-2022 1. Melakukan Pemeriksaan Fisik untuk
19.00 wib mengidentifikasi masalah yanag ada pada ibu secara
sistematik jika keadaan ibu buruk lakukan
resusitasi dan lakukan stabilisasi segera
2. Meberitahu ibu seluruh hasil pemeriksaan bahwa
keadaan ibu tidak baik baik saja
3. Memberitahu masalah yang ibu rasakan yaitu ibu
sedang berada pada perdarahan yang hebat di sertai
nyeri abdomen dikarenakan adannya keluarnya
janin dari Rahim ibu
4. Melakukan pemeriksaan Ginekologi yaitu
melakukan pemeriksaan laboratorium dan usg jika
diperlukan
5. Melakukan Penangana dengan kolaborasi dengan dokter
SPOG untuk terpai lanjutan yaitu simotomatis dengan
perbaikan KU ibu pemberian makan yang sempurna
larangan koitus terapi hormon progesteron vitamin,
hormon tiroid
6. Menganjurkan ibu untuk istriahat yang cukup yaitu 8
jam setiap hari malam 6 jam dan siang 2 jam
7. Mnjurkan Ibu tirah Baring sampai keadaaan ibu
membaik
8. Lakukan pendokumentasian
BAB IV

PEMBAHASAN

Pembahasan
Berdasarkan hasil pemeriksaan pada ibu hamil Ny “L” Desember 2022 di
puskesmas ARO didapatkan informasi bahwa nyonya “L” keadaan umumnya
sedang, tekanan darahnya 100/70 mmHg , RR = 24x/menit, suhu = 36,4 C dan
Nadi 84x/menit. Berdasarkan hasil anamnesa HPHT = 03 November 2022, dan
TP = 11 Agustus 2023, ibu mengaku hamil kurang lebih 6 minggu ibu hamil
anak ke 4, nafsu makan menurun kurang lebih 1 bulan, nyeri perut (+) , sakit
pinggang (+), keluar darah bergumpal dari kemaluan ibu.

Pada pemeriksaan fisik hasil inspeksi terlihat keluar flek dari vagina, dan
yang lainnya tidak ada kelainan, tidak teraba ballottement . diagnose Ny “L”
G4P0A3 Hamil 6 minggu dengan Abortus Habitualis.

Abortus Habitualis adalah abortus yang terjadi secara berulang ulang


pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan
masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Apabila plasenta (seluruhnya atau
sebagian) tertahan di uterus ( Obstetri Williams, hlm 581 tahun 2002 ).

Penatalaksanaan Abortus Habitualis pada buku kapita selekta jilid I, tahun 2005:

· Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infuse cairan NaCl fisiologis
atau ringer laktat (RL) dan selekas mungkin di transfuse darah.

· Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajam lalu suntikkan
egometrin 0,2 mgintramuskular.

· Bila janin sudah keluar, tapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran
plasenta secara manual

· Berikan antibiotic untuk mencegah infeksi

36
37

Penatalaksanaan Abortus Inkomplet pada buku pelayanana kesehatan


maternal dan Neonatal tahun 2006 :

1. Tentukan besar uterus ( tafsiran usia kehamilan ), kenali dan atasi setiap
komplikasi ( perdarahan hebat, syok, infeksi/sepsis)
2. hasil konsepsi yang terperangkap pada servik yang disertai perdarahan hingga
ukuran sedang, dapat dikeluarkan secara xdigital/ cuman ovum. Setelah itu
evaluasi perdarahan:
3. Bila perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 400
mg/oral
4. Bila perdaranan terus berlangsung evakuasi sisa hasil konsepsi dengan AVM
atau D&K ( pilihan tergantung dari usia kehamilan, pembukaan serviks dan
keberadaan bagian-bagian janin )
5. bila tak ada tanda-tanda infeksi, beri antibiotika profilaksi (ampisilin 500
mg/oral atau doksisiklin 100 mg
6. bila terjadi infeksi, beri ampisilin 1 g dan metronidazon 500 mg setiap 8 jam
7. bila terjadi perdarahan hebat dan usia kehamilan dibawah 16 minggu, segera
lakukan evakuasi dengan AVM
8. bila pasien tampak anemik, beri sulfas ferosus 600 mg perhari selama 2
minggu ( anemia sedang ) atau tranfusi darah ( anemia berat ).

Pada beberapa kasus, abortus inkomplet erat kaitannya dengan abortus


tidak aman, oleh sebab itu, perhatikan hal-hal berikut ini :

1. Pastikan tidak ada komplikasi berat seperti sepsis, perforasi uterus atau
cedera intra-abdomen ( mual, muntah, nyeri punggungm, demam, perut
kembung, nyeri perut bawah, dinding perut tegang, nyeri berlanjut
2. Bersihkan ramuan tradisional, jamu, bahan kautik, kayu atau benda-benda
lainnya dari region genetalia.
38

3. Berikan boster tetanus toksoi 0,5 mg bila tampak luka kotor pada dinding
vagina atau kanalis servisis dan pasien pernah diimunisasi
4. Bila riwayat pemberian imunisasi tidak jelas, beri sirup anti tetanus (ATS)
1500 unit IMdiikuti dengan pemberian tetanus toksoid 0,5 ml setelah 4
minggu
5. Konseling untuk kontrasepsi pasca keguguran dan pemantauan lanjut.

Penatalaksanaan pada Ny “L” untuk menentukan diagnosa Abortus


Habitualis adalah dengan pemeriksaan penunjang yaitu dengan cara USG,
Rontgen, chek labor. Sedangkan menurut buku kapita selekta tahun 2005, ada
3 macam yaitu, dari anamnesis , dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang.

Penatalaksanaan pada ibu hamil ny “L” yaitu dengan memberikan


terapi IVFD Ringer Laktat gtt xx x/menit. Selanjutnya dilakukan observasi
perdarahan sebelum operasi , mempuasakan pasien selama 8 jam. kemudian
melakukan persiapan operasi yaitu persiapan alat, obat dan darah.
39

BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih
secara berturut-turut. Sekitar 1-2% perempuan usia reproduksi mengalami
abortus spontan 3 kali atau lebih secara berturut-turut, dan sekitar 5%
mengalami abortus spontan 2 kali atau lebih.Penyebab dari abortus habitualis
pada sebagian besar kasus belum diketahui. Akan tetapi penting untuk
mengetahui penyebab yang mungkin mendasari untuk menentukan prognosis
dari kehamilan selanjutnya

B. Saran

Sebaikknya untuk riwayat abortus berulang di anjurkan untuk


mengikuti terapi terlebih dahulu sebelum terjadinnya konsepsi karna akan
mengakibatkan abortus berulang dan akan mengakibatkan bahaya terhadap
ibu
40

DAFTAR PUSTAKA

Rukiyah. A. Y. 2014. Asuhan Kebidanan 4 Patologi. Jakarta : Trans Info Media

Sulistyawati, A. 2013. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta:


Penerbit Salemba Medika.

Suparmi, Diki Retno Yuliani, dan Ulfah Musdalifah. 2017. Buku Ajar Aplikasi
Asuhan Kebidanan Ter-Update. Jakarta : Trans Info Media

Sumiyati, Hesti Kurniasih, dan Fitria Zuhriyatun. 2017. Buku Saku Kebidaan
Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Trans Info Media

Yulianingsih dan Anik Maryunani. 2009. Asuhan Kegawatdaruratan Dalam


Kebidanan. Jakarta : Trans Info Media

Anda mungkin juga menyukai