Anda di halaman 1dari 37

Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja dan Kinerja Keuangan Terhadap

Ketepatwaktuan Pelaporan Keuangan di Kantor Dinas Kebersihan dan Pertamanan

(DKP) Kota Denpasar

Di ajukan oleh :

NI MADE INDAH CAHYANI

11810331190231

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MAHASARASWATI

DENPASAR

2014

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Reformasi Pengelolaan Keuangan Negara Indonesia yang diawali dengan keluarnya

Undang-undang No.17 tahun 2003 tentang keuangan negara telah membawa banyak
perubahan mendasar. Dalam pengelolaan dasar tersebut diantaranya adalah

diperkenalkannya pendekatan pengganggaran berbasis kinerja (Performance-based

budgeting) dalam penyusunan anggaran Pemerintah. Dengan basis kinerja ini, arah

penggunaan dana pemerintah tidak lagi berorientasi pada input, tetapi pada output.

Perubahan ini penting dalam rangka proses pembelajaran untuk menggunakan sumber daya

pemerintah yang makin terbatas, tetapi tetap dapat memenuhi kebutuhan dana yang makin

tinggi. Penganggaran yang berorientasi pada output merupakan praktik yang telah dianut

luas oleh pemerintahan modern di berbagai negara. Pendekatan penganggaran yang


demikian sangat diperlukan bagi satuan kerja instansi pemerintah yang memberikan

pelayanan kepada publik (Dirjen Perbendaharaan, 2009).

Dalam kerangka otonomi daerah, undang-undang No 32 tahun 2004 tentang

perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah membuka peluang

bagi daerah untuk mengembangkan dan membangun daerahnya, sesuai dengan kebutuhan

dan prioritas masing-masing. Kedua undang-undang ini membawa konsekuensi bagi

daerah dalam bentuk pertanggungjawaban atas pengalokasian dana yang dimiliki dengan

cara yang efektif dan efisien. Pengalokasian dana yang efektif mengandung arti bahwa

setiap pengeluaran yang dilakukan pemerintah mengarah pada pencapaian sasaran dan

tujuan stratejik yang dimuat dalam dokumen perencanaan stratejik daerah. Sedangkan

pengalokasian dana yang efisien mengandung arti bahwa pencapaian sasaran dan tujuan

stratejik tersebut telah menggunakan sumber daya yang paling minimal dengan tetap

mempertahankan tingkat kualitas yang direncanakan. Pengalokasian pengeluaran yang

efektif dan efisien tersebut dapat diwujudkan dengan penerapan performance based

budgeting dalam menyusun anggaran pemerintah Daerah. Anggaran yang disusun sangat

erat kaitannya dengan publik (masyarakat). Pemerintahan daerah dituntut untuk mampu

mengelola keuangannya dengan prinsip pengukuran kinerja (value for money).

Sejalan dengan yang diamanatkan dalam undang-undang nomor 17 tahun 2003


tentang perimbangan keuangan negara akan pula diterapkan secara penuh anggaran

berbasis kinerja disektor publik agar penganggaran tersebut bisa dinilai kemanfaatan dan

kegunaanya oleh masyarakat. Undang-undang nomor 17 menetapkan bahwa APBD

disusun berdasarkan pendekatan prestasi kerja yang akan dicapai. Anggaran kinerja pada

dasarnya merupakan sistem penyusunan dan pengelolaan anggaran daerah yang

berorientasi pada pencapaian hasil atau kinerja. Penganggaran dengan pendekatan kinerja

berfokus pada efisiensi penyelenggaraan suatu aktivitas. Efisiensi itu sendiri adalah

perbandingan antara output dengan input. Suatu aktivitas dikatakan efisien, ketika output
dapat dihasilkan lebih besar dengan input yang sama, atau output yang dihasilkan adalah

sama dengan input yang lebih sedikit. Mardiasmo (2002:84), menyatakan bahwa sistem

anggaran kinerja pada dasarnya merupakan sistem yang mencakup kegiatan penyusunan

program dan tolok ukur kinerja sebagai instrument untuk mencapai tujuan dan sasaran

program. Anggaran berbasis kinerja merupakan suatu sistem penganggaran yang dapat

memadukan perencanaan kinerja dengan anggaran tahunan dimana akan terlihat

keterkaitan antara dana yang tersedia dengan hasil yang diharapkan.

Kinerja Keuangan mencerminkan kemampuan serta kemandirian pemerintah

daerah untuk dapat menjalankan pemerintahan disuatu daerah. Selain diperlukan dana yang

cukup, juga diperlukan kepuasan dalam menjalankan pemerintahan yang ada agar dapat

berjalan sesuai dengan prinsip sistem yang telah digunakan.

Pemerintah daerah selaku pengelola dana publik juga harus mampu menyediakan

informasi keuangan yang diperlukan secara akurat, relevan, tepat waktu, konsisten, dan

dapat dipercaya.

Sistem pelaporan yang baik diperlukan agar dapat memantau dan mengendalikan

kinerja manajer dalam mengimplementasikan anggaran yang telah ditetapkan. Pemerintah

berkewajiban untuk memberikan informasi keuangan dan informasi lainnya yang akan

digunakan untuk pengambilan keputusan ekonomi, sosial, dan politik oleh pihak-pihak
yang berkepentingan. Laporan umpan balik (feedback) diperlukan untuk mengukur

aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kinerja dan akuntabilitas

pada pelaksanaan suatu rencana atau waktu mengimplementasikan suatu anggaran,

sehingga manajemen dapat mengetahui hasil dari pelaksanaan rencana atau pencapaian

sasaran anggaran yang ditetapkan.

Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai

posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama

satu periode pelaporan. Dalam laporan keuangan akan disajikan perbandingan realisasi
(pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan).

Laporan keuangan ini dibuat setiap semester/tahunan dan merupakan

pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah untuk tahun anggaran

tersebut.

Hal ini penting untuk dievaluasi mengingat sudah banyaknya peraturan tertulis

yang sudah dibuat oleh pemerintah pusat sampai pada kebijakan pemerintah daerah itu

sendiri. Realisasi dari anggaran berbasis kinerja diharapkan mampu menghilangkan

pandangan negatif masyarakat mengenai kinerja pemerintahan daerah. Kondisi ini

menarik bagi peneliti untuk mencari tahu Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja

dan Kinerja Keuangan Terhadap Ketepatwaktuan Pelaporan Keuangan di Kantor Dinas

Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Denpasar.

1.2 Pokok permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka yang menjadi pokok permasalahan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pengaruh penerapan anggaran berbasis kinerja terhadap

ketepatwaktuan laporan keuangan pada kantor DKP kota Denpasar ?


2. Bagaimanakah pengaruh Kinerja Keuangan terhadap ketepatwaktuan laporan

keuangan pada kantor DKP kota Denpasar

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan Latar belakang dan pokok permasalahan yang telah diuraikan maka

tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut .

1. Untuk Mengetahui pengaruh penerapan anggaran berbasis kinerja terhadap

ketepatwaktuan pelaporan keuangan pada kantor DKP kota Denpasar.

2. Untuk mengetahui pengaruh kinerja keuangan terhadap ketepatwaktuan pelaporan

keuangan pada kantor DKP kota Denpasar.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang

berkepentingan, adapun manfaat yang diharapkan antara lain :

1. Bagi Penulis

Penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah

wawasan penulis dalam bidang akuntansi khususnya yang berkaitan dengan

penerapan anggaran berbasis kinerja dan kinerja keuangan terhadap ketepatwaktuan

Pelaporan keuangan.

2. Bagi Pemerintah

Penelitian ini dapat menjadi bahan informasi dan bahan tambahan, juga perbaikan

kinerja keuangan dimasa yang akan datang.

3. Bagi fakultas Ekonomi

Sebagai bahan Refrensi dan bacaan untuk pengembangan penelitian selanjutnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anggaran

2.1.1 Pengertian Anggaran

Dalam organisasi sektor publik adanya anggaran sebagai managerial plan for

action sangat penting untuk menfasilitasi tercapainya tujuan organisasi. “Anggaran

adalah suatu rencana yang disususn secara sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan

lembaga, yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter, dan berlaku jangka waktu

(periode) tertentu yang akan datang” menurut Warsisto (2005 : 2) dan Menurut

Mardiasmo (2009:61), dalam buku Akuntansi Sektor Publik, definisi Anggaran adalah

sebagai berikut :

“ Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai

selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran fianansial, sedangkan

penganggaran adalah proses atau metoda untuk mempersiapkan suatu anggaran.”

Menurut Indra Bastian (2006:164 ) mengemukakan pengertian anggaran adalah :

“Anggaran merupakan rencana operasi keuangan yang mencakup estimasi pengeluaran

yang diusulkan, dan sumber pendapatan yang diharapkan untuk membiyainya dalam

periode waktu tertentu.”

Sedangkan menurut Abdul Halim (2007:164) mengartikan anggaran adalah :

“ Anggaran merupakan sebuah rencana yang disusun dalam bentuk kuantitatif dalam
satuan moneter untuk satu periode dan periode anggran biasanya dalam jangka waktu

setahun ”

Jadi berdasarkan teori-teori diatas anggaran adalah suatu rencana kegiatan yang

diwujudkan dalam bentuk finansial meliputi usulan pengeluaran yang diperkirakan untuk

satu periode waktu serta dikembangkan untuk melayani berbagai tujuan termasuk guna

pengendalian keuangan, rencana manajemen, prioritas dari pengguna dana dan

pertangungjawaban kepada publik.

2.2 Fungsi Anggaran

Mardiasno (2002:63), mengungkapkan ada beberapa fungsi utama dari adanya

anggaran sektor publik :

1. Anggaran Sebagai perencanaan

Perencanaan adalah proses penentuan tujuan yang telah ditetapkan. Melalui

perencanaan seorang manajer atau pemimpin mengidentifikasikan hasil kerja

yang diinginkan dan mengidentifikasi tindakan untuk mencapainya. Dalam

kaitannya dengan fungsi perencanaan, anggaran merupakan tujuan atau target

yang ditetapkan untuk dicapai dalam periode tertentu. Dalam rangka pencapaian

rencana jangka pendek (sebagai bagian dari perencanaan jangka panjang), maka

manajemen perlu menyusun anggaran sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan.

2. Anggaran sebagai alat Perencanaan

Anggaran sebagai instrument pengendalian digunakan untuk menghindari adanya

overspending, underspending dan salah sasaran (misappropopriation) dalam

pengalokasian anggaran pada bidang lain yang bukan merupakan prioritas. proses

ppengendalian dapat diidentifikasikan menjadi 3 tipe yaitu Preliminary control,


concurrent control, dan feedback control (Welsch, 1988) dalam puspanningsih

(2002).Dalam kaitannya dengan anggaran, anggaran dapat dijadikan alat

pengendalian kegiatan - kegiatan yang ada di perusahaan. Pada tahap preliminary

control anggaran dapat dijadikan sebaagai dasar untuk menentukan sumber daya

dan orang-orang yang dilibatkan agar siap untuk memulai kegiata. Pada tahap

concurrent control pengendalian dilakukan dengan cara observasi terhadap

oraang-orang yang terkait dan laporan untuk menjamin bahwa sasaran sudah tepat

dan kebijakan serta prosedur telah dilaksanakan dengan baik selama kegiatan
berlangsung. Dalam kaitannya dengan anggaran, padaa tahap ini dibandingkan

antara realisasi dengan anggarannya. Juga disiapkan laporan tentang realisasi,

anggaran dan selisih anggaran. Dari selisih yang ada kemudian dicari penyebab

terjadinya selisih tersebut. Berikutnya dikembangkan beberapa alternatif tindakan

koreksinya serta dipilih alternnatif yang terbaik. Selanjutnya, hasil dari tahap ini

digunakan pada tahap feedback control untuk menyusun pengendalian kegiatan

yang akan datang (Pusppaningsih, 2002).

3. Anggaran sebagai alat koordinasi dan komunikasi

Setiap unit kerja pemerintahan terkait dalam proses penyusunan anggaran.

Anggaran publik yang disusun dengan baik akan mampu mendeteksi terjadinya

inkonsistensi suatu unit kerja dalam pencapaian tujuan organisasi. disamping itu,

anggaran publik juga berfungsi sebagai alat komunikasi antar unit kerja dalam

lingkungan eksekutif. Anggaran harus dikomunikasikan ke seluruh bagian

organisasi untuk dilaksanakan.

4. Anggaran sebagai alat Penilaian Kinerja

Dalam hal ini, kinerja budget holder akan dinilai berdasarkan pencapaian target

anggaran dan efisiensi pelaksanaan anggaran. Kinerja manajer publik dinilai


berdasarkan berapa yang berhasil ia capai dikaitkan dengan anggaran yang telah

ditetapkan. Anggaran merupak alat yang efektif untuk pengendalian dan

penialaian kinerja (Mardiasmo, 2002)

5. Anggaran sebagai alat motivasi

Anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk memotivasi menajer dan stafnya

agar bekerja secara ekonomis, efektif dan efisien dalam mencapai target dan

tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Agar dapat memotivasi pegawai,

anggaran hendaknya bersifat challenging but attainable atau demanding but


achievable maksudnya adalah target anggaran hendaknya jangan terlalu tinggi

sehingga tidak dapat dipenuhi, namun juga jangan terlalu rendah sehingga terlalu

mudah untuk dicapai (Mardiasmo, 20002)

2.2.3 Tipe Anggaran

Adapun tipe anggaran menurut Bastian (2006:166) adalah sebagai berikut :

1. Line Item Budgeting adalah penyusunan anggaran yang didasarkan pada dan

dari mana dana berasal (pos-pos pnerimaan) dan untuk apa dana tersebut

digunakan (pos-pos pengeluaran). Jenis Anggaran ini relatif dianggap paling

tua dan banyak mengandung kelemahan atau sering disebut traditional

budgeting.

2. Planning Programming Budgeting system (PBSS) adalah suatu proses

perencanaan, pembuatan program dan penganggaran serta di dalamnya

terkandung identifikasi tujuan organisasi atas permasalahan yang mungkin


timbul.

2. Zero Based Budgeting (ZBB) merupakan sistem anggaran yang didasarkan pada

perkiraan kegiatan, bukan pada apa yang telah dilakukan dimasa lalu, dan

setiap kegiatan dievaluasi secara terpisah.

3. Performance Budgeting adalah sistem penganggaran yang berorintasi pada

output organisasi yang berkaitan erat dengan visi, misi dan rencana strategis

organisasi.

4. Medium Tern Budgeting Framework (MTBF) adalah suatu kerangka strategi

kebijakan pemerintah tentang anggaran belanja untuk departement dan

lembaga pemerintah non departemen, dan kerangka tersebut memberikan

tanggungjawab yang lebih besar kepada departemen untuk penetapan alokasi

dan penggunaan sumber dana pembangunan.

2.1.2 Anggaran Berbasis Kinerja

a. Pengertian Anggaran berbasis Kinerja

Anggaran berbasis kinerja ( Perfomance based budgeting ) pada dasarnya

adalah sebuah sistem penganggaran yang berorientasi pada output.

Menurut Abdul Halim (2007:177) mengartikan Anggaran Berbasis Kinerja adalah

“ Anggaran berbasis kinerja merupakan metode penganggaran bagi manajemen untuk

mengaitkan setiap pendanaan yang dituangkan dalam kegiatan-kegiatan dengan keluaran

dan hasil yang diharapkan termasuk efisiensi dalam pencapain hasil dari keluaran

tersebut. Keluaran dan hasil tersebut dituangkan dalam target kinerja pada setiap unit

kinerja ”
Indra Bastian (2006:171) mengemukakan Anggaran Berbasis Kinerja adalah :

“Anggaran berbasis kinerja adalah sistem penganggaran yang berorientasi pada “output”

organisasi yang berkaitan sangat erat dengan visi, misi dan rencana strategis organisasi”.

Dadang solihin, Bappenas (2007) mengemukakan Anggaran Berbasis Kinerja

adalah :

“ Anggaran berbasis kinerja ( Perfomance Based Budgeting ) adalah penyusunan

anggaran yang didasarkan perencanaan kinerja yang terdiri dari program dan kegiatan
yang akan dilaksanakan serta indikator kinerja yang ingin dicapai oleh suatu entitas

anggaran ”

Sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 dijelaskan pengertian

Anggaran Berbasis Kinerja yaitu :

“ Anggaran berbasis kinerja (ABK) merupakan suatu pendekatan dalam penyusunan

anggaran yang didasarkan pada kinerja atau prestasi kerja yang ingin dicapai.”

Berdasarkan teori diatas , Anggaran berbasis kinerja adalah instrumen kebijakan

yang berisi satu atau lebih kegiatan yang akan dilaksanakan oleh instansi pemerintah

untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran atau kegiatan

masyarakat yang dikoordinasikan oleh instansi pemerintah sehingga setiap rupiah

anggaran yang dikeluarkan disetiap unit-unit kinerjanya didalam suatu instansi

pemerintah dapat dipertanggung jawabkan kemanfaatan anggaranya kepada pemerintah

dan Masyarakat luas.

b. Prinsip Anggaran Berbasis Kinerja

Dalam menyusun anggaran berbasis kinerja perlu diperhatikanya prinsip-prinsip

anggaran berbasis kineja. Menurut Abdul Halim (2007:178) prinsip-prinsip anggaran

berbasis kinerja yaitu:


1. Transparansi dan akuntabilitas anggaran

Anggaran harus dapat menyajikan informasi yang jelas mengenai tujuan, sasaran,

dan manfaat yang diperoleh masyarakat dari suatu kegiatan atau proyek yang di

anggarkan. Anggota masyaraakat memiliki hak dan akses yang sama untuk

mengetahui proses anggaran karena menyangkut aspirasi dan kepentingan

masyarakat, terutama pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidup masyarakat.

Masyarakat juga berhak untuk menuntut pertanggungjawaban atas rencana ataupun

pelaksanaan anggaran tersebut.

2. Disiplin anggaran

Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara rasional

yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatann. Sedangkan belanja yang

dianggarkan pada setiap pos/pasal merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja.

Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya

penerimaan dalam jumlah yang cukup dan tidak dibenarkan melaksanakan

kegiatan/proyek yang belum/tidak tersedia anggaranya. Dengan kata lain, bahwa

penganggaran setiap pos anggaran harus sesuai dengan kegiatan/proyek yang

diusulkan.

3. Keadilan anggaran

Perguruan tinggi wajib mengalokasikan penggunaan anggarannya secara adil agar

dapat dinikmati oleh seluruh kelompok sivitas akademika dan karyawan tanpa

diskriminasi dalam pemberian pelayanan, karena pendapatan perguruan tinggi pada

hakikatnya diperoleh melalui peran serta masyarakat secara keseluruhan.

4. Efisiensi dan efektivitas anggaran

Penyusunan anggaran hendaknya dilakukan berlandaskan asas efesiensi, tepat guna,


tepat waktu pelaksanaan dan penggunaanya dapat dipertanggungjawabkan.dana yang

tersedia harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk dapat menghasilkan

peningkatan dan kesejahteraan yang maksimal untuk kepentingan stakeholders.

5. Disusun dengan pendekatan kinerja

Anggaran yang disusun dengan pendekatan kinerja mengutamakan upaya pencapaian

hasil kerja (output/outcome) dari perencanaan alokasi biaya atau input yang telah

ditetapkan. Hasil kerjanya harus sepadan aatau lebih besar dari biaya atau input yang

telah ditetapkan. Selain itu harus mampu menumbuhkan propesionalisme kerja di


setiap organisasi kerja yang terkait.

c. Tujuan Anggaran Berbasis Kinerja

Menurut Pedoman Reformasi Perencanaan dan Penganggaran (2009) Tujuan

Anggaran Berbasis Kinerja adalah :

1. Menunjukkan keterkaitan antara pendanaan dan prestasi kerja yang akan dicapai

(directly linkages between performance and budget).

2. Meningkatkan efisiensi dan transparansi dalam pelaksanaan (operational efficiency).

3. Meningkatkan fleksibilitas dan akuntabilitas unit dalam melaksanakan tugas dan

pengelolaan anggaran (more flexibility and accountability).

d. Karateristik Anggaran Berbasis Kinerja

Karateristik Anggaran Berbasis Kinerja dalam rangka penerapan Anggaran

Berbasis Kinerja menurut Asmoko (2006:54) terdapat beberapa karateristik dalam

anggaran berbasis kinerja,karakteristik dalam anggaran berbasis kinerja diantaranya:

1. Pengeluaran anggaran didasarkan pada outcome yang ingin dicapai.

2. Adanya hubungan antara masukan dengan keluaran yang ingin dicapai.


3. Adanya peranan indikator efisiensi dalam proses penyusunan anggaran

berbasis kinerja.

4. Adanya penyusunan target kinerja dalam anggaran berbasis kinerja.

e. Kontrak Kinerja

Jika penganggaran berdasarkan kinerja telah dapat berkembang dengan baik,

kontrak atas kinerja dapat mulai diterapkan. Atas nama pemerintah, Departemen

Keuangan dapat melaksanakan kontrak atas pencapaian suatu kinerja dengan kementerian
negara/lembaga teknis lainnya, begitu juga antara menteri dengan unit organisasi di

bawahnya.

Walaupun demikian, suatu sistem kontrak kinerja harus didukung oleh faktor-

faktor berikut ini :

1. Definisi yang jelas terhadap pelayanan yang dikontrakkan; dan

2. Kewenangan yang ada bagi pihak kementerian negara/lembaga untuk mengelola

sumber daya yang ada.

Kriteria tersebut dapat terlaksana apabila reformasi bidang pengelolaan keuangan negara

dapat menciptakan kondisi yang dapat meningkatkan keinginan dan kebutuhan atas

pencapaian kinerja.

2.1.3 Kinerja Keuangan.


a. Pengertian Kinerja Keuangan.

Menurut Sucipto (2003) pengertian kinerja keuangan adalah penentuan ukuran –

ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan

dalam menghasilkan laba. Sedangkan menurut IAI (2007) Kinerja Keuangan adalah

kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengendalikan sumberdaya yang

dimilikinya.

Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja keuangan adalah

usaha formal yang telah dilakukan oleh perusahaan yang dapat mengukur keberhasilan
perusahaan dalam menghasilkan laba, sehingga dapat melihat prospek, pertumbuhan, dan

potensi perkembangan baik perusahaan dengan mengandalkan sumber daya yang ada.

b. Pengukuran kinerja Keuangan

Pengukuran kinerja digunakan perusahaan untuk melakukan perbaikan diatas

kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan perusahaan lain.

Analisis kinerja keuangan merupakan proses pengkajian secara kritis terhadap

review data, menghitung, mengukur, menginterprestasi, dan memberi solusi terhadap

keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu.Kinerja Keuangan dapat dinilai dengan

beberapa alat analisis.

Berdasarkan tekniknya, analisis keuangan dapat dibedakan menjadi 8 macam,

yaitu menurut Jumingan (2006:242):

1. Analisis perbandingan Laporan Keuangan, merupakan teknik analisis dengancara

membandingkan laporan keuangan dua periode atau lebih denganmenunjukkan

perubahan, baik dalam jumlah (absolut) maupun dalam persentase (relative).

2. Analisis Tren (tendensi posisi), merupakan teknik analisis untuk mengetahui tendensi

keadaan keuangan apakah menunjukkan kenaikan atau penurunan.


3. Analisis Persentase per Komponen (common size), merupakan teknik analisis untuk

mengetahui persentase investasi pada masing-masing aktiva terhadap keseluruhan

atau total aktiva maupun utang.

4. Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, merupakan teknik analisis untuk

mengetahui besarnya sumber dan penggunaan modal kerja melalui dua periode

waktu yang dibandingkan.

5. Analisis Sumber dan Penggunaan Kas, merupakan teknik analisis untuk mengetahui

kondisi kas disertai sebab terjadinya perubahan kas pada suatu periode waktu
tertentu.

6. Analisis Rasio Keuangan, merupakan teknik analisis keuangan untuk mengetahui

hubungan di antara pos tertentu dalam neraca maupun laporan laba rugi baik secara

individu maupun secara simultan.

7. Analisis Perubahan Laba Kotor, merupakan teknik analisis untuk mengetahui posisi

laba dan sebab - sebab terjadinya perubahan laba.

8. Analisis Break Even, merupakan teknik analisis untuk mengetahui tingkat penjualan

yang harus dicapai agar perusahaan tidak mengalami kerugian.

2.1.4 Pelaporan Keuangan dan Ketepatwaktuan Laporan Keuangan

a. Pelaporan Keuangan (Financial Reporting)

Pelaporan keuangan adalah laporan keuangan yang ditambah dengan informasi-

informasi lain yang berhubungan, baik langsung maupun tidak langsung dengan informasi

yang disediakan oleh sistem akuntansi keuangan, seperti informasi tentang sumber daya

perusahaan, earnings, current cost, informasi tentang prospek perusahaan yang merupakan

bagian integral dengan tujuan untuk memenuhi tingkat pengungkapan yang cukup.
Menurut SFAC Nomor 1 tentang Objective of Financial Reporting by Business

Enterprises, tujuan pelaporan keuangan adalah:

1. Menyediakan informasi yang berguna bagi investor, kreditor, dan pengguna

potensial lainnya dalam membantu proses pengambilan keputusan yang rasional

atas investasi, kredit dan keputusan lain yang sejenis.

2. Menyediakan informasi yang berguna bagi investor, kreditor, dan pengguna

potensial lainnya yang membantu dalam menilai jumlah, waktu, dan

ketidakpastian prospek penerimaan kas dari dividen atau bunga dan pendapatan
dari penjualan, penebusan atau jatuh tempo sekuritas atau pinjaman. Menaksir

aliran kas masuk (future cash flow) pada perusahaan.

3. Memberikan informasi tentang sumber daya ekonomi, klaim atas sumber daya

tersebut dan perubahannya.

Rumusan tujuan pelaporan keuangan tersebut, berkaitan dengan aspek-aspek sebagai

berikut:

1. Informasi yang berguna untuk keputusan kredit dan investasi.

2. Informasi yang berguna untuk menilai prospek arus kas.

3. Informasi tentang alokasi sumber daya ekonomi, klaim dan perubahannya.

Dalam paragraf berikutnya SFAC mengemukakan bahwa pelaporan harus menyajikan

tentang kinerja dan earnings dari satu kesatuan usaha tersebut, yaitu:

1. Pelaporan harus menyediakan informasi tentang kinerja keuangan perusahaan

(financial performance) selama suatu periode tertentu.

2. Pelaporan kinerja keuangan tersebut berguna untuk mengukur earning power

dengan seluruh komponennya, karena para pengguna sangat berkepentingan


atas prospek penerimaan kas bersih dari perusahaan.

3. Pelaporan keuangan harus menyajikan informasi, bagaimana manajemen

perusahaan mempertanggungjawabkan kepada para stakeholders-nya atas

pengelolaan sumber daya ekonomi yang telah dipercayakan kepada manajemen.

b. Ketepatwaktuan Pelaporan Keuangan

Ketepatan waktu informasi akuntansi menurut SFAC No. 2 mengenai

karakteristik kualitatif informasi akuntansi, yang juga terdapat dalam Hendriksen dan
Breda (1992, 136), harus tersedia bagi pengambil keputusan sebelum kehilangan

kapasitasnya untuk mempengaruhi keputusan. Ketepatan waktu tidak menjamin relevansi

tetapi relevansi tidaklah mungkin tanpa ketepatan waktu.

Oleh karena itu, ketepatan waktu adalah batasan penting pada publikasi laporan

keuangan. Akumulasi, peringkasan, dan penyajian selanjutnya informasi akuntansi harus

dilakukan secepat rnungkin untuk menjamin tersedia informasi ditangan pemakai atau

pengguna.

Ketepatanwaktuan menunjukan bahwa laporan keuangan harus disajikan pada

kurun waktu yang teratur untuk memperlihatkan perubahan keadaan perusahaan yang

pada gilirannya mungkin akan mempengaruhi prediksi dan keputusan pemakai.

Ketepatanwaktuan juga menunjukan rentang waktu antara penyajian informasi yang

diinginkan dengan frekuensi pelaporan informasi. Informasi yang tepat waktu

dipengaruhi kemampuan manajer dalam merespon setiap kejadian atau permasalahan.

Apabila informasi tidak disampaikan dengan tepat waktu akan menyebabkan informasi

tersebut kehilangan nilai di dalam mempengaruhi kualitas keputusan. Informasi tepat

waktu juga akan mendukung manajer menghadapi ketidakpastian yang terjadi dalam

lingkungan kerja mereka (Amey; Gordon dan Narayanan) dalam Respati (2001).

Chamber dan Penman (1984: 2) mendefinisikan ketepatwaktuan dalam dua cara :


(1) ketepatan waktu didefinisikan sebagai keterlambatan waktu pelaporan dari tanggal

laporan keuangan sampai tanggal melaporkan dan (2) ketepatan waktu ditentukan dengan

ketepatan waktu pelaporan realtif atas tanggal pelaporan yang diharapkan. Schwartz dan

Soo (1996), mengukur keterlambatan pelaporan didasarkan pada kepatuhan perusahaan

dalam mematuhi peraturan pelaporan informasi keuangan yang ditetapkan oleh Stock

Exchange Commission(SEC). Sedangkan Na'im (1999) dan Bandi dan Hananto (2002)

ketepatan waktu dilihat dari keterlambatan pelaporan.

2.2 Penelitian Sebelumnya


BAB III

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Pemikiran

Sejak diberlakukannya anggaran daerah yang berorientasi pada kinerja maka

pertanggungjawaban pemerintah pada masyarakat daerah menjadi sangat penting.

Anggaran yang dibuat dan digunakan dapat dilihat pengaruhnya terhadap kinerja dari

hasil yang dicapai. Anggaran dengan pendekatan Kinerja sangat Menekankan pada

konsep (Ekonomis, Efisiensi, Efektifitas – 3E) dan pemerintahan yang baik mencakup

beberapa seperti Peraturan hukum, Transparansi, Akuntanbilitas, Pendelegasian

pelayanan, Efektivitas dan Efesiensi serta Berkelanjutan.

Kinerja Keuangan mencerminkan kemampuan serta Kemandirian Pemerintah

Daerah untuk dapat menjalankan pemerintahan disuatu daerah. Selain diperlukan dana

yang cukup, juga diperlukan kepuasan dalam menjalankan pemerintahan yang ada agar

dapat berjalan sesuai dengan prinsip sistem yang telah digunakan.

Pelaporan yang tepat waktu berperan untuk mengurangi pengaruh kejahatan

moral dan implikasi adverse selection (Scott,1997). Pelaporan yang tepat waktu

menunjukkan keputusan sukarela yang berkaitan dengan pengungkapan korporasi dan

karena itu bisa digunakan untuk menguji teori-teori keputusan pengungkapan.


3.2 HIPOTESIS

1. Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap Ketepatwaktuan

Laporan Keuangan Pada Kantor DKP Kota Denpasar

Anggaran berbasis kinerja ( Perfomance based budgeting ) pada dasarnya adalah

sebuah sistem penganggaran yang berorientasi pada output. Anggaran berbasis kinerja

merupakan instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang akan

dilaksanakan oleh instansi pemerintah untuk mencapai sasaran dan tujuan serta

memperoleh alokasi anggaran atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh


instansi pemerintah sehingga setiap rupiah anggaran yang dikeluarkan disetiap unit-unit

kinerjanya didalam suatu instansi pemerintah dapat dipertanggung jawabkan kemanfaatan

anggaranya kepada pemerintah dan Masyarakat luas.

Informasi diperlukan untuk mengukur aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan dalam

rangka meningkatkan kinerja pada pelaksanaan suatu rencana atau waktu

mengimplementasikan suatu anggaran , sehingga manajemen dapat mengetahui hasil

daari pelaksanaan rencana atau pencapaian sasaran anggaran yang ditetapkan.

Tersedianya informasi dapat membantu dalam proses pelaporan keuangan sehingga

dapat menghasilkan laporan keuangan yang handal dan tepat waktu.

H1 : Penerapan anggaran berbasis kinerja berpengaruh positif terhadap

ketepatwaktuan laporan keuangan pada kantor DKP kota Denpasar.

2. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Ketepatwaktuan Laporan Keuangan Pada

Kantor DKP Kota Denpasar

Kinerja keuangan adalah usaha formal yang telah dilakukan oleh perusahaan yang

dapat mengukur keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan laba, sehingga dapat

melihat prospek, pertumbuhan, dan potensi perkembangan baik perusahaan dengan

mengandalkan sumber daya yang ada.


Dasar pemikiran menyatakan bahwa tingkat keuntungan dipakai sebagai salah satu

cara untuk menilai keberhasilan suatu perusahan yang tentu saja berkaitan dengan hasil

akhir. Berbagai kebijakan dan keputusan yang telah dilaksanakan oleh perusahaan dalam

periode tertentu, mengharapkan penyelesaian informasi secepat mungkin, sehingga mampu

mengumumkan laporan keuangannya ke publik tepat waktu.

Banyak pihak mengandalkan informasi-informasi dalam laporan keuangan yang di

publikasikan oleh pemerintah daerah sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. oleh

sebab itu, informasi tersebut harus diisajikan tepat waktu .

H2 : Kinerja keuangan berpengaruh positif terhadap ketepatwaktuan laporan keuangan

pada kantor DKP kota Denpasar

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Kantor Dinas Keberbesihan dan Pertamanan yang

berlokasi dijalan Majapahit nomor 6 Denpasar, pada periode 2009 -2013.

4.2 Objek Penelitian


Yang Menjadi objek dalam penelitian ini adalah pada Kantor Dinas Kebersihan

dan Pertamanan (DKP) Kota Denpasar.

4.3 Identifikasi Variabel

Variabel penelitian ini terdiri dari variabel independen dan variabel dependen.

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Anggaran Berbasis Kinerja

(Performance Budgeting) sebagai variabel independen (X1), Kinerja Keuangan sebagai


variabel independen (X2) Laporan Ketepatwaktuan Pelaporan Keuangan sebagai variabel

dependen (Y).

4.4 Definisi operasional Variabel

Definisi Operasional Variabel adalah suatu Definisi yang dibeirkan Kepada variabel

dengan Tujuan memberikan arti atau menspesifikannya. Definisi Variabel yang dimaksud

dalam Penelitian ini adalah :

1. Anggaran bebasis Kinerja (X1)

Anggaran Berbasis Kinerja (Performance based budgeting) adalah suatu sistem

penganggaran yang berorientasi pada (output). Variabel ini di ukur kuisioner, yaitu

dengan mengukur sikap antara mengatakan setuu atau ketidaksetujuan responden

terhadap pertanyaan yang diajukan Menggunakan indikator yang dikembangkan

Milani (1975) dalam mas'ud (2004)

1. Konstribusi dalam penyusunan


2. Keterlibatan dalam penyusunan anggaran

3. Alasan melakukan revisi anggara

4. Usulan kepada atasan

5. Penyelesaian akhir dan meminta pendapat atasan.

2. Kinerja Keuangan

Kinerja Keuangan adalah usaha formal yang telah dilakukan oleh perusahaan yang

dapat mengukur keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan laba, sehingga dapat


melihat prospek, pertumbuhan, dan potensi perkembangan baik perusahaan dengan

mengandalkan sumber daya yang ada. Kinerja keuangan diukur melalui susunan kerja

DKP kota denpasar berdasarkan persepsi responden mengenai kinerja yang telah

dicapai . Kinerja keuangan ini menggunakan indikator yang dikembangkan oleh

Mahoney et al (1963) dalam mas'ud (2004) meliputi:

1. Perencanaan

2. Investigasi

3. Koordinasi

4. Evaluasi

5. Pengawasan

6. Pemilihan staf

7. Ngosi

8. Perwakilan

9. Kinerja keseluruhan

3. Ketepatwaktuan pelaporan Keuangan (Y)


Ketepatwaktuan laporan Keuangan adalah laporan keuangan harus disajikan pada

kurun waktu yang teratur untuk memperlihatkan perubahan keadaan perusahaan yang

pada gilirannya mungkin akan mempengaruhi prediksi dan keputusan pemakai.

Ketepatwaktuan Pelaporan Keuangan ini dapat diukur dengan indikator :

1. Jumlah hari kalender antara akhir tahun keuangan perusahaan.

2. Tanggal publikasi pertama Laporan Keuangan perusahaan.

4.5 Jenis dan Sumber Data

a. Jenis Data Yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu :

1. Data kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka-angka atau data kualitatif yang

di angkakan (sugiyono, 2007:14). Data kuantitatif yang digunakan dalam

Penelitian ini adalah daftar pernyataan yang terdapat dalam kuisioner dan jawaban

dari Responden.

2. Data Kualitatif

Data Kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat dan

gambar (sugiyono, 2007 : 14) . data Kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini

berupa Gambaran umum mengenai prosedur pelaporan Keuangan.

b) Berdasarkan sumbernya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati, dicatat

untuk pertama kalinya (Sugiyono, 2007 : 129). Data primer dalam Penelitian ini

berupa hasil kuisioner atau jawaban dari responden, yang diperoleh dengan
menggunakan teknik kuisioner dengan cara mengedarkan daftar pertanyaan yang

akan diisi oleh responden.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media

perantara, seperti orang Lain atau Dokumen (sugiyono, 2007: 129). Data sekunder

pada penelitian ini adalah data yang diperoleh dari kantor Dinas Kebersihan Kota

Denpasar mengenai Laporan Keuangan Di DKP kota Denpasar.

4.6 Metode Penentuan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas yang telah ditetapkan.

Populasi dalam penelitian ini adalah Kepala DKP kota denpasar, seluruh kepala bidang

pada kantor DKP kota Denpasar dan staf yang mempunyai wewenang dan

tanggungjawab serta ikut berpartisipasi dalam penyusunan anggaran, dimana populasi

seluruhnya dalam penelitian ini berjumlah 33 orang.

b. Sampel

Sampel dalam penelitian ini diambil menggunakan metode purposive sampling

yaitu pengampilan sampel dengan kriteria tertentu yang disesuaikan dengan tujuan

penelitian, sehingga reprensentatif atau mewakili populasi. Kriteria yang telah ditentukan

adalah sebagai berikut :

1. Kepala DKP kota denpasar yang bertindak sebagai pimpinan dan seluruh kepala

bidang pada kantor DKP kota denpasar yang diberi pelimpahan wewenang atau

tanggunggjawab yang berbeda-beda untuk menjalankan kegiatannya.

2. Kepala DKP kota denpasar dan kepala bidang serta staf yang berpartisipasi dalam

penyusunan anggaran.
4.7 Metode Pengumpulan data

Pengumpulan data merupakan suatu usaha untuk mendapatkan data yang valid

dan akurat yang dapat dipertanggungjawabkan sebagai bahan untuk pembahasan dan

pemecahan masalah. Untuk mendapatkan data-data di obyek penelitian, peneliti

menggunakan teknik kuisioner yaitu dengan menggunakan daftar pertanyaan yang


disusun secara tertulis dan sistematis serta dipersiapkan terlebih dahulu, kemudian

diajukan kepada responden, dan terakhir diserahkan kembali kepada peneliti.

4.8 Uji Instrumen

a. Uji validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kualitas suatu instrumen.

Sesuatu instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan

mampu mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya

validitas instrument menunjukan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang

dari gambaran tentang variabel yang dimaksud. Uji validitas pada penelitian ini

menggunakan correlation product moment dengan menggunakan program SPSS for

windows 15, jika nilai pearson correlation > 0,3 artinya item pertanyaan dapat

dikatakan valid atau jika tingkat signifikannya kurang dari 0,05 juga berarti item

pertanyaan dapat dikatakan valid (Ghozali, 2005).

b. Uji Reabilitas

Reabilitas menunjukan pada suatu pengertian bahwa suatu instrument cukup dapat

dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut

sudah baik. instrument yang baik tidak dapat bersifat tendensius mengarahkan
responden untuk memilih jawaban-jaaban tertentu. Reliabel artinya dapat dipercaya,

jadi dapat diandalkan. Uji reabilitas ini menggunakan metode cornbach alpha yaitu

memberikan nilai koefisien korelasi setiap butir pertanyaan dengan pertanyaan total

(Singarimbun dan efendi, 1995). Rumus cornbach alpha adalah sebagai berikut

Dimana :

a = koefisien korelasi antara x dan y

k = jumlah butir pertanyaan

r = rerata korelasi antar butir

4.9 Method of successive interval

Pada analisis regresi, data ordinal (skor kuisioner) terlebih dahulu harus

ditranspormasikan menjadi data interval dengan method of successive interval. Adapun

Langkah langkah perhitungan metode tersebut adalah sebagai berikut :

1. Mengelompokan data berskala ordinal dalam masing-masing variabel dihitung

banyaknya pemilih pada tiap bobot yang diberikan pada masing-masing variabel

atau butir pertannyan.

2. Setiap butir pertanyaan tentukan berapa orang yang mendapat skor 1,2,3,4 yang

disebut dengan frekuensi.

3. Membuat proporsi dengan cara membagi frekuensi dari setiap butir jawaban

dengan seluruh jumlah responden.

4. Membuat provorsi kumulatif.


5. Menentukan nilai Z untuk setiap butir berdasarkan nilai frekuensi yang telah

diperoleh dengan bantuan table Z riil.

6. Menghitung nilai skala dengan rumus

Skala (i) = Zriil(1-i)- Zriil(i)

Progkum(i) – Progkum (1-i)

7. Penyertaan nilai skala.

Nilai skala inilah yang disebut skala interval dan dapat digunakan dalam
perhitungan analisis regresi.

4.10 Teknik Analisis data

1. statistik Deskriptif

statistik deskriptip memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang

dilihat dari nilai rata-rata (mean, standar deviasi, maksimum dan minimum). statistik

deskriptip merupakan statistik yang menggambarkan atau mendeskripsikan data yang

menjadi data sebuah informasi yang lebih jelas dan mudah untuk di pahami.

2. Uji Asumsi klasik

Untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen

baik secara parsial maupun secara simultan, maka digunakan regresi berganda (multiple

regression). Sebelum dilakukan pengujian regresi berganda, variabel-variabel penelitian

diuji apakah memenuhi asumsi klasik pemasaran regresi berganda tidak adanya
multikolinearitas, autokolerasi dan heterokedastisitas.

a. Uji Normalitas

Pengujian ini dimaksudkan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi

tersebut variabel dependen dan variabel independen, atau keduannya berdistribusi normal

atau tidak yaitu digunakan uji kolmogorov-smirnov. pengujian ini dilakukan dengan

menggunakan SPSS for windows. Data dikatakan berdistribusi normal jika signifikasi

lebih besar dari 5% atau 0,05 (Ghozali 2005)

b.Uji Heteroskedastisitas

Heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan varians dan residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika

varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut

homokedastisitas. Dan jika varians berbeda disebut Heteroskedastisitas . Untuk menguji

ada tidaknya heterokedastisitas dalam model regresi dapat dilakukan dengan

menggunakan uji gleyser dengan cara :

1. Mendapatkan Nilai residual atau kesalahan pengganggu dari persamaan regresi,

kemudian nilai tersebut di absolutkan.

2. melakukan regresi antar nilai absolut residual dengan tiap-tiap variabel

independen. apabila terdapat hubungan yang sigbifikan dari regresi atau jika t

hitung > t tabel maka disimpulkan telah terjadi heterokedastisitas (Ghozali,2005).

3. gejala multikolinearitas dapat ditujukkan oleh koefisien regresi yang masing-

masing variabel independen terhadap variabel absolut (e), atau jika nilai

propabilitas lebih besar dari 0,05.

c. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas digunakan untuk menunjukan adanya hubungan linier


(berkolerasi) di antara variabel bebas dalam model regresi. Model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi kolerasi diantara variabel bebas. Untuk mengetahui ada tidaknya

multikolinearitas didalam model regresi, yaitu menganalisis koevisien kolerasi antar

variabel bebas. Jika antar variabel bebas ada kolerasi yang cukup tinggi umumnya diatas

0,90, maka hal ini menunjukan adanya indikasi Multikolinearitas. Tidak adanya kolerasi

yang tinggi antar variabel yang bebas tidak berarti bebas dari multikolinearitas.

Multikolinearitas dapat disebabkan karena adanya efek kombinasi dua atau lebih variabel

bebas. Regresi yang baik kolerasinya dibawah 0,5.

Selain itu gejala mulltikolinearitas dapat juga dilihat dari cara menganalisa

dan melihat nilai VIF (variance Inflantion Factor) dan nilai toleransi masing-masing

variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Pedoman suatu model regresi yang bebas

Multikolinearitas mempunyai nilai VIF disekitar angka satu dan mempunyai angka

toleransi mendekati satu atau jika nilai VIF tidak lebih dari 10 (Saantoso, 2003)

3. Analisi Regresi Linier Berganda

Pada penelitian ini digunakan teknik analisis Regresi Linier berganda yang

diuji dengan tingkat signifikansi 0,05. Analisi linier berganda digunakan untuk

mengetahui atau memperoleh gambaran mengenai pengaruh variabel bebas terhadap

variabel terikat. Model regresi Linier berganda ini dirumuskan sebagai berikut :

Y= a + b1X1 + b2X2 + e

Keterangan :

Y = Ketepatwaktuan Pelaporan Keuangan

a = Konstanta

b = Koefisien regresi
X1 = Anggaran Berbasis Kinerja

X2 = Kinerja Keuangan

e = Eror ( Tingkat Kesalahan)

4. Uji Kelayakan Model

a. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam

menerangkan variasi variabel dependen (Gozali dalam Diyatnyani, 2010 : 37). Nilai
koefisien determinasi adalah nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti variabel-variabel

independen dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas . Nilai yang mendekati

satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang

dibutuhkann untuk memprediksi variabel independen. Setiap tambahan variabel

independen, maka R2 pasti akan meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut

berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu banyak

peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R2 pada saat mengevaluasi

model regresi . Tidak seperti R2, nilai ajusted R2 dapat naik atau turun apabila satu

variabel independen ditambahkan ke dalam model model (Ghozali dalam diyatnyani,

20010:38)

b. Uji f

Untuk menguji pengaruh penerapan anggaran berbasis kinerja dan kinerja

keuangan terhadap ketepatwaktuan pelaporan keuangan pada kantor Dinas kebersihan

dan Pertamana kota denpasar digunakam uji f. kriteria pengujiannya adalah :

Hipotesis diterima jika nilai signifikansi < 0,05

Hipotesis ditolak jika nilai signifikasi > 0,05


c. Uji t

Untuk menguji secara parsial variabel anggaran berbasis kinerja dan kinerja

keuangan terhadap ketepatwaktuan pelaporan keuangan digunakan uji t. Kriteria

pengujiannya adalah sebagai berikut :

Hipotesis diterima jika nilai signifikansi < 0,05

Hipotesis ditolak jika nilai signifikasi > 0,05

LEMBAR KUESIONER PENELITIAN

• Identitas Responden

Nama :

Jenis kelamin : Pria/Wanita

No. Induk Pegawai :

Jabatan :

• Petunjuk Pengisian

• Mohon dibaca setiap peryataan dengan teliti.

• Pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai dengan kondisi yang ada

selama Bapak/Ibu bekerja, kemudian berikan ceklis (√ ) untuk salah satu


jawaban, dengan keterangan sebagai berikut: Sangat Setuju (SS), Setuju

(S), Ragu (R), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS).

• Dalam mengisi kuesioner ini mohon dijawab semua pertanyaan yang ada,

karena penulis membutuhkan jawaban untuk kepentingan penelitian.

• Data Penilaian responden Anggaran Berbasis Kinerja (X1)

PERNYATAAN SS S R TS STS

• Agar anggaran dapat dilaksanakan

dengan baik maka program dan

kegiatan harus disajikan dengan

jelas;

• Penyajian Pembiayaan dari

masingmasing program, kegiatan

dan keluaran harus tergambar

dengan jelas;

• Untuk menilai pencapaian kinerja

dari masing-masing unit kerja yang

bertanggung jawab atas suatu


kegiatan,maka diperlukan sistem

informasi yang mampu

menghasilkan informasi yang

memadai.

• Untuk mengukur kinerja secara

lebih independen diperlukan peran

dari pihak eksternal

• Pengukuran kinerja sebaiknya


hanya mengukur kinerja yang

strategis (key performance

indicators), bukan menekankan

tingkat komprehensif dan birokratis

atas kinerja yang disusun

• Adanya definisi yang jelas terhadap

pelayanan yang dikontrakkan

dalam penganggaran.

• Pihak kementerian negara/lembaga

memiliki kewenangan untuk

mengelola sumber daya yang ada.

• Kinerja keuangan (X2)

No Pernyataan SS S R TS STS

1 • Mampu memberikan

langkah-langkah yang

akan diambil

(Penjadwalan kerja,
penganggaran dan

program kerja)

2 • Mampu memberikan

konstribusi

menentukan tujuan.

3 • Mampu memberikan

informasi yang sesuai

dengan target yang


realitis dan akurat.

4 • Mampu

menyelesaikan

program kerja dan

kebijakan dalam

menyampaikan

informasi yang

dibutuhkan

5 • Mampu menyerahkan

proposal tepat waktu.

6 • Mampu menyerahkan

laporan Kegiatan

tepat waktu.

• Ketepatwaktuan Laporan Keuangan (Y)

No Pernyataan SS S R TS STS
1 Informasi yang dibutuhkan

segera tersedia ketika diminta.

2 Laporan-laporan berikut

disediakan secara sistematis

dan teratur

• Laporan Harian

• Laporan Mingguan

• Laporan bulanan

• Laporan Semester

• Laporan tahunan

3 Laporan-laporan berikut

disampaikan secara

sistematis dan teratur

• Laporan realisasi

semester pertama

• Laporan realisasi

anggaran atau laporan

perhitungan APBD

• Neraca

• Catatan atas Laporan

Keuangan

Anda mungkin juga menyukai