KIMIA MEDISINAL
2. Jelaskan pengaruh sifat fisika dan kimia obat terhadap aktivitas obat berdasarkan prinsip
ferguson!
Jawab
Banyak senyawa kimia dgn struktur berbeda tetapi mempunyai sifat fisik yang sama: eter, kloroform,
nitrogen oksida, dpt menimbulkan efek narkosis (anestesi sistemik).
Ini menunnjukkan bahwa sifat fisika lebih berperan dbandingkan sifat kimia. Dari percobaan
diketahui bahwa efek anestesi akan segera terjadi & dipertahankan pd tingkat yg sama asalkan ada
cadangan obat dlm cairan tubuh.
Jika cadangan habis maka efek anestesi segera berakhir.
Ini menunjukkan bhw ada keseimbangan kdr obat pd fase eksternal (cairan luar sel) & biofase
(reseptor) › Pd banyak senyawa seri homolog aktivitas akan meningkat sesuai dgn -jumlahl atom C.
3. Jelaskan hubungan struktur terhadap kelarutan dengan aktifitas anti bakteri semi homolog n-
alkohol primer serta jelaskan perbedaan struktur obat yang spesifik dan tidak spesifik!
Jawab
C = garis kejenuhan
- di bawah garis C: dapat menimbulkan efek antibakteri
- di atas garis C: senyawa tidal mempunyai kelarutan yang cukup untuk memberikan efek bakterisid
Alkohol sekunder dan tersier kelarutan pada air efek antibakteri <<
Ikatan rangkap kelarutan pada air >> efek antibakteri <<
4. a. Berikut struktur obat berdasarkan proses metabolisme obat, yang mengalami oksidasi pada atom
C aromatik. Tunjukkan dimana tempat terjadinya reaksi oksidasi tersebut :
Jawab
b. Berikut struktur obat pada proses metabolisme obat, yang mengalami oksidasi ikatan rangkap
alifatik. Tunjukkan dimana tempat terjadinya reaksi oksidasi tersebut :
Clark (1926) memperkirakan bahwa satu molekul obat akan menempati sati sisi reseptor dan obat
harus diberikan dalam jumlah yang berlebihan agar tetap efektif selama proses pembentukan
kompleks. Jadi respons biologis yang terjadi setelah pengikatan obat-reseptor dapat berupa : 1.
rangsangan aktivitas (efek agonis ) 2. pengurangan aktivitas (efek antagonis).
Ariens (1954) dan Stephenson (1959), memodifikasi dan membagi interaksi obat-reseptor menjadi
dua tahap yaitu : 1. Pembentukan komplek obat-reseptor 2. Menghasilkan respon biologis
Teori kecepatan
Croxatto dan Huidobro (1956) memberikan postulat bahwa obat hanya efisien pada saat berinteraksi
dengan reseptor.
Paton (1961) mengatakan bahwa efek biologis obat setara dengan kecepatan kombinasi obat-
reseptor dan bukan jumlah reseptor yang didudukinya.Di sini, tipe kerja obat ditentukan oleh
kecepatan penggabungan (asosiasi) dan peruraian (disosiasi) komplek obat-reseptor dan bukan dari
pembentukan komplek obat-reseptor yang stabil.
Belleau (1964) mengatakan bahwa interaksi mikromolekul obat dengan makromolekul protein
(reseptor) dapat menyebabkan konformasi sebagai berikut:
• Gangguan konformasi spesifik
• Gangguan konformasi tidak spesifik