Anda di halaman 1dari 43

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap anak terlahir dengan kelebihannya masing-masing.Orangtua yang

mengatakan bahwa anak mereka tidak memiliki keistimewaan,tentu tidak

benar.Orang tua seperti itu berarti belum mampu melihat

keistimewaannya.Sebab,keistimewaan anak bukan hanya dilihat dari sisi

kemampuan akademiknya saja.Anak yang senang menyayangi binatang ,anak

yang patuh,atau anak yang selalu menebar senyum sehingga mampu menyejukkan

setiap orang yang memandangnya,juga termasuk anak istimewa.

Keistimewaan anak tentu dapat dilihat dan dirasakan,bahkan ketika anak

anda memiliki kelainan tau gangguan sekalipun.Maka tidak perlu berkecil hati

atau bahkan bersedih ketika anda merasakan ada kelainan mental atau kelainan

fisik,seperti down syndrome,hiperaktif,gangguan pendengaran,disgrafia dan

autisme (Aulia Fadhli , 2010;7 )

Salah satu kelainan mental atau kelainan fisik di atas adalah autis.Autisme

adalah gangguan syaraf otak yang mengacu pada problem dengan interaksi

sosial,komunikasi dan bermain imajinatif yang mulai muncul sejak anak usia di

bawah tiga tahun (Andri Priyatna,2010;2 ) .Penyebab autis belum diketahui

secara pasti,namun dugaan penyebab dan diagnosa medisnya antara lain karena

ganngguan syaraf pusat,gangguan system pencernaan,peradangan dinding

usus,faktor genetika, dan keracunan logam berat (Danuatmaja,2006; 4).


2

Dari dugaan penyebab autis tersebut yang paling menonjol adalah

gangguan pencernaan seperti Hyper permeabilitas usus (leaky gut

syndrome),gangguan absorbsi,radang usus,dan sebagainya.Karenanya dalam

menangani anak autis,fungsi system pencernaan perlu di perbaiki terlebih dahulu.

Sehubungan dengan gangguan system pencernaan tersebut para ahli

sepakat bahwa sebaiknya anak autis melakukan terapi diet gluten dan cesein atau

CFGF ( Casein free Gluten Free ).

Terapi diet Casein free Gluten Free ( CFGF ) adalah satu terapi dengan

tujuan memperbaiki gangguan metabolisme pada anak autis, terapi diet CGGF ini

merupakan bagian dari pelaksanaan terapi biometis pada anak autis dimana terapi

CFGF ini merupakan suatu pelaksanaan pengaturan pola nutrisi anak autis dengan

menghindari bahan dasar makanan berupa susu sapi(coklat,es krim,roti,) dan

gandum, karena hasil dari susu sapi yang berupa cesein dan hasil gandum yang

berupa gluten dalam tubuh anak akan menjadi opioid yang beraksi samam dengan

morphin dan menyebabkan gangguan neurologis pada anak autis. ( Danuatmaja,

2006; 9 )

Sebenarnya sejak pertengahan 1960-an CFGF untuk anak autis ini sudah

menjadi pembicaraan hangat dikalangan orang tua anak autis di Amerika Serikat,

yaitu ketika ditemukannya fakta bahwa anak uatis sensitif terhadap makanan

tertentu. Percobaan di Inggris, yang dilakukan seorang Dokter yang bernama

Whitely tahun 1999 memperlihatkan bahwa setelah melakukan diet bebas gluten

lima bulan, kadar peptida ( Racun di Otak ) dalam urine turun 26% ada juga yang

baru 7-9 bulan, ada juga yang 2 tahun baru menunjukan kemajuan pada anak

autis. Semakin tua usia anak meulai diet, semakin lama waktu yang diperlukan
3

untuk membuang peptida. Untuk menghilangkan efek kasein, membutuhkan

waktu 2-3 hari pada anak-anak, dan 10-14 hari pada orang dewasa. ( Danuatmaja,

2006;44). Tahun 1995, menurut seorang Dokter bernama Lucarelli, anak yang

berdiet casein dalam percobaanya mendapatkan manfaat yang baik.

Di Indonesia, sekitar 1.295 orang anak menderita autis setiap tahunnya

karena terdapatnya berbagai macam ganguan dari susunan system saraf pusat,

gangguan system pencernaan maupun gangguan-gangguan lainya. Menurut Dinas

Kesehatan Kota Propinsi Sumatera Barat tahun 2010, angka kejadian autisme

pada anak balita adalah 38,7 per 1.000 kelahiran hidup ( Dinas Kesehatan Propinsi

Sumatera Barat, 2010 )

Mengingat kasus anak autis ini meningkat dari tahun ke tahun, sebaiknya

orang tua mempunyai pengetahuan yang baik terhadap diet anak autis. Apalagi

dengan adanya data yang menyatakan bahwa dari hasil pemerikasaannya pada

tahun 2001-2010 terhadap 120 orang anak Indonesia yang menderita autis yang

berusia 1-10 tahun didapat hasil bahwa 100% anak mengalami alergi berbagai

makanan, 98.3% anak alergi susu sapi dan 93,3% anak alergi gluten.

Para orang tua penderita autisme juga melaporkan kemajuan yang sangat

pesat di alami anak-anak mereka,mulai dari prilaku yang lebih terkendali sampai

peningkatan konsentrasi dan kemempuan belajar(Rosemary kessick, 2010;6) Oleh

karena itu dalam penerapan pelaksanaan terapi Diet CFGF dengan maksimal ini

diperlukan sikap yang positif dari orang tua sebagai pengatur pola makan anak

autis. Sementara sikap itu sendiri terbentuk dari hasil belajar yang merupakan

bagian dari pengetahuan ( Hurlock, 2007;202 ).


4

Perilaku seseorang mengenai hal yang dihadapinya berhubungan dengan

pengetahuan yang dimiliki orang tersebut, sikap dan kepercayaan akan masalah

yang dihadapi orang tersebut, sikap dan kepercayaan akan masalah yang

dihadapinya. Blom ( 1908 ) berpendapat bahwa dalam pengukuran prilaku

diperlukan tiga aspek, yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan / pelaksanaan /

praktek.Menurut Green perilaku sesorang terhadap sesuatu dipengaruhi oleh

faktor predisposisi, factor pemungkinan dan factor penguat ( Notoadmojo, dkk,

2007 : bab II : 2 ). Adapun facktor predisposisi itu meliputi pengetahuan, sikap,

tradisi, pendidikan, sosial, ekonomi, kepercayaan masyarakat dan sebagainya.

Factor pemungkinan meliputi ketersediaan sarana dan prasaran kesehatan. Faktor

penguat meliputi tokoh masyarakat, tokoh agama dan petugas kesehatan. Ketiga

aspek ini yang akan mempengaruhi perilaku seseorang dalam bertindak. Dari

pernyataan tersebut dapat kita simpulkan bahwa peranan pengetahuan dan sikap

orang tua merupakan faktor yang sangat penting dalam pelaksanaan terapi diet

CFGF pada anak autis.

Berdasarkan Survey awal yaitu pada bulan maret, kejadian autisme pada

anak balita di Permata Bunda Bukit Tinggi tahun 2020 selama 1 bulan terakhir

adalah sebanyak 36 orang, dimana anak-anak tersebut masih aktif malakukan

terapi di Permata Bunda Bukit Tinggi, Kebanyakan dari anak-anak autis tersebut

telah melakukan terapi selama + 6 bulan, dan terapi yang mereka yang mereka

dapatkan selama ini hanyalah terapi bicara ( komunikasi ), terapi bermain dan

terapi prilaku. Sedangkan terapi yang harus dilakukan oleh orang tua dari anak

autis ini tentang terapi diet atau pengaturan pola makanan yang baik untuk anak

autis sendiri belum mereka lakukan.


5

Atas dasar inilah penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang

pengaruh penyuluhan tentang terapi CFGF terhadap pengetahuan dan sikap orang

tua yang memiliki anak autis tentang pelaksanaan terapi diet CFGF di Permata

Bunda Bukittinggi Tahun 2020 bagaimana dengan alasan sekolah ini lebih

banyak dikenal masyarakat dibanding sekolah khusus autis yang berada di Kota

Bukit Tinggi ( berdasarkan opini orang tua yang mempunyai anak autis )

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas rumusan

masalah pada penelitian ini adalah apakah efektivitas pendidikan kesehatan

terhadap pengetahuan prang tua dengan anak autis tentang pelaksanaan terapi diet

CFGF Di Permata Bunda Bukittinggi Tahun 2020.

1.3 Tujuan Penilitian

1.3.1 Tujuan Umum

Diketahuinya efektivitas pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan

prang tua dengan anak autis tentang pelaksanaan terapi diet CFGF Di

Permata Bunda Bukittinggi Tahun 2020 .


6

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Diketahuinya distribusi frekuensi penyuluhan tentang terapi diet

CFGF.

b. Diketahuinya distribusi frekuensi pengetahuan responden sebelum

diberikan penyuluhan tentang terapi diet CFGF.

c. Diketahuinya distribusi Frekuensi pengetahuan responden setelah

diberikan penyuluhan tentang terapi diet CFGF.

d. Diketahuinya distribusi frekuensi pengetahuan sebelum diberikan

penyuluhan tentang terapi diet CFGF.

e. Diketahuinya distribusi frekuensi pengetahuan sesudah diberikan

penyuluhan tentang terapi diet CFGF.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Sebagai bahan masukan bagi peneliti dalam penambahan ilmu dan

wawasan tentang pengaruh penyuluhan tentang terapi diet CFGF (Casein

Free Gluten Free) terhadap pengetahuan orang tua yang memiliki nak

autis.

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan masukan bagi Institusi pendidik dan pedoman untuk

penelitian selanjutanya badi mahasisiwi kebidanan yang ada kaitanya

dengan karya tulis ilmiah, khusunya untuk penelitian sejenis.


7

1.4.3 Bagi Pihak sekolah atau Yayasan

Sebagai bahan masukan bagi Permata Bunda Bukit tinggi untuk lebih

mengarahkan orang tua pada prosedur palaksanaan terapi CFGF pada anak

autis

1.4.4 Bagi Orang Tua

Sebagai bahan masukan bagi orang tua yang memiliki anak autis supaya

dapat menangani anak autis dan terapi diet.

1.5 Ruang Lingkup

Pada penelitian ini penulis akan membahas tentang pengaruh penyuluhan

tentang terapi diet CFGF terhadap pengetahuan orang tua yang memiliki anak

autis di SLB Permata Bunda Bukittinggi Tahun 2020. Penelitian ini dilaksanakan

di Permata Bunda, dan yang akan menjadi subjek penelitian adalah semua orang

tua yang mempunyai anak autis yang masih aktif mengikuti terapi di permata

Bunda Bukit Tinggi, dengan cara menyebarkan kuesioner pada orang tua dari

anak-anak autis tersebut yang berjumlah 36 orang, Penelitian ini dilaksanakan

pada bulan mei- agustus tahun 2020. Dengan Variabel independen penyuluhan

tentang terapi diet CFGF. Variabel dependen pengetahuan responden tentang

terapi diet CFGF sebelum dan setelah diberikan penyuluhan.


8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

2.1.1 Pengertian

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu manusia dan terjadi

setelah seseorang melakukan penginderan pada suatu objek

( Notoadmojo, 2007;3).penginderaan terjadi melalui panca indera manusia,

yakni indra penglihatan, pendengaran,penciuman, rasa, dan raba. Sebagian

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

2.1.2 Pembagian Pengetahuan

a. Konsep Perilaku

Perilaku dari pandangan biologis merupakan suatu kegiatan

atau aktifitas organisme yang bersangkutan atau suatu aktiitas dari

manusiawi itu sendiri yang mempunyai cakupan yang luas yang

mencakup berjalan, berbicara,bereaksi, berpakaian, emosi dan

persepsi.

Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap

stimulus yang berkaitan dengan sakit,penyakit,sistem pelayanan

kesehatan,makanan dan lingkungan.Andesons (1974) menggambarkan

model sistem kesehatan yang merupakan faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku kesehatan ,dikelompokkan dalam 3

karakteristik yaitu :
9

1. Karakteristik Presdiposisi

Menggambarkan fakta bahwa tiap individu mempunyai

kecendrungan

untuk menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda-beda yang

di golongkan kedalam 3 kelompok :

a) Ciri-ciri demografi,seperti jenis kelamin dan umur

b) Struktur sosial,seperti tingkat pendidikan,pekerjaan dan suku

c) Manfaat-manfaat kesehatan,seperti keyakinan bahwa pelayanan

kesehatan dapat menolong proses penyembuhan penyakit.

2. Karakteristik Pendukung

Mencerminkan bahwa faktor presdiposisi tidak dapat berjalan

sendiri tanpa adanya faktor pendukung seperti

pengetahuan,sikap dan kemampuan untuk membayar.

3. Karakteristik Kebutuhan

Kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk

menggunakan pelayanan kesehatan,bila faktor presdiposisi dan

enabling tidak ada.

b. Proses terjadinya pengetahuan menurut Rogers (1974)

1) Awarenes (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam

arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus atau objek

2) Interest (merasa tertarik) terhadap stimulasi atau objek

3) Evaluation (menimbang)terhadap baik dan tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya


10

4) Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai

dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus

5) Adaption,dimana subjek telah berprilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran terhadap stimulus.

(Notoadmojo,2007; 128)

c. Tingkat pengetahuan didalam Domain Kognitif

Pengetahuan yang dicakup dalam doamain kognitif mempunyai

tingkatan (Notoadmojo,2007) yaitu :

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya.Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yan spesifik dari

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real.Aplikasi disini

dapat diartikan sebagai aplikasi atau pengguna hukum-

hukum,rumus,metode dan prinsip.


11

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam

struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama

lain.

Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja

seperti dapat menggambarkan (membuat bagan)

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru.Dengan kata lain sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-

formulasi yang ada.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau

objek.Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu criteria yang

ditentukan sendiri,atau menggunakan criteria-criteria yang sudah

ada.

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan :

1. Pendidikan

Berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada

perkembangan orang lain menuju kearah suatu cita-cita tertentu.Makin

tinggi tingkat pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi


12

sehingga lebih banyak pula pengetahuan yang dimiliki,begitu juga

sebaliknya.

2. Usia

Semakin cukup usia seseorang,tingkat pengetahuan seseorang akan

lebih matang atau lebih baik dalam berfikir dan bertindak.

3. Pengalaman

Merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan

karena pengalaman orang lain dapat dijadikan sebagai acuan untuk

meningkatkan pengetahauan sehat,dari pengalaman itu ia tidak merasa

canggung lagi karena ia telah mengetahui seluruhnya.

2.3 Tindakan/Praktek/Pelaksanaan

Praktek atau pelaksanaan adalah respon atau reaksi konkrit

seseorang terhadap stimulus atau objek.Respon ini sudah terbentuk

tindakan (action),yang melibatkan aspek psikomotor,atau seseorang telah

mempraktekkan (practise) apa yang diketahui atau disikapi.

Secara teori perubahan perilaku atau mengadopsi perilaku baru itu

mengikuti tahap-tahap sebagai berikut,yakni melalui proses perubahan :

pengetahuan (knowledge) sikap (attitude) praktek (practise).

Memang beberapa penelitian telah membuktikan seperti itu,namun

beberapa beberapa penelitian lainnya juga membuktikan bahwa proses

tersebut tidak seperti teori,dan dalam praktek sehari-hari terjadi

sebaliknya.Artinya seseorang telah berprilaku positif,meskipun

pengetahuan dan sikapnya masih negatif,dan sebaliknya.


13

2.4 Autis

2.4.1 Pengertian

Autis adalah gangguan atau keterlambatan perkembangam

kemampuan komunikasi, bicara, emosi, kepandaian, perilaku dan

keterampilan motorik yang berdampak luas pada anak. Walaupun kadang-

kadang kelihatan baik-baik saja,anak autis terisolasi pada dunianya sendiri,

tidak dapat secara normal berbicara, berkomunikasi, berhubungan dengan

orang lain dan mengerti atau belajar berinteraksi dengan seseorang.

Meraka biasanya tidak mengembangkan permainan yang kreatif dan

imaginative, biasanya terikat pada perilaku yang aneh dan sukar untuk

berubah.Hal ini biasanya terjadi pada anak berusia dibawah 3 tahun.Oleh

karena itu mereka membutuhkan perawatan dan pengawasan dalam jangka

panjang olehorang tua,keluarga atau organisasi sosial terkait termasuk

dokter yang merawat (Soenardi,S,2005;4)

2.4.2 Mendiagnosa Autis.

Untuk menentukan seorang anak menderita autis adalah dengan

cara melihat criteria yang telah didefenisikan oleh WHO yang terdapat

dalam ICD-10, edisi ke-10, dan the DSM-IV.

Defenisi autistik dalam DSM-IV adalah sebagai berikut :

( Peeters,2008 ; 1 )

a. Terdapat paling sedikit enam pokok dari kelompok a,b, dan c

yang meliputi paling sedikit dua pokok dari kelompok a paling sedikit

satu pokok dari kelompok b dan paling sedikit satu pokok pada

kelompok c.
14

1. Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang

ditunjukkan oleh paling sedikit dua diantara yang berikut ini ; Ciri

gangguan yang jelas dalam penggunaan berbagai prilaku non verbal

( buku lisan ) seperti kontrak mata, ekspresi wajah, gestur dan gerak

isyarat untuk melakukan interaksi sosial.

2. Gangguan kualitatif dalam berkomunikasi yang

ditunjukkan oleh paling sedikit salah satu dari yang berikut ini :

Keterlambatan atau kekurangan secara menyeluruh dalam

berbahasa lisan ( tidak disertai usaha untuk mengimbangi dengan

penggunaan gestur atau mimik muka sebagai alternatif dalam

berkomunikasi ).

3. Pola minat perilaku yang terbatas, repetitive dan

stereotip seperti yang ditunjukkan oleh paling tidak satu dari yang

berikut ini : Meliputi keasyikkan dengan satu atau lebih pola minat

yang terbatas atau stereotip yang bersifat abnormal baik dalam

intensitas maupun focus.

b. Perkembangan abnormal atau tertanggau sebelum usia 3 tahun

seperti yangditunjukkan oleh keterlambatan atau fungsi yang abnormal

pada paling sedikit satu dari bidang-bidang berikut ini : (1) Interaksi

sosial, bahasa yang digunakan dalam perkembangan sosial, (2) Bahasa

yang digunakan dalam komunikasi sosial atau (3) Permainan simbolik

atau imajinatif.

c. Sebaiknya tidak disebut istilah dengan gangguan Rett,

gangguan interaktif kanak-kanak atau sindrom Asperger.


15

a) Penyebab Autis

Penyebab autis belum dapat dipahami dengan pasti.Para

ilmuwan menemukan adanya problem kompleks neurobiologis

(biologi otak ),yang berbasis genetika,seperti halnya pada kondisi

lainyang disebabkan oleh adanya kelainan kromosom yang

diwarisi seorang anak (Andri Priyatna,2010;20 )

b) Terapi Autis

Sampai saat ini belum ada obat yang dapat memperbaiki

struktur otak atau jaringan syaraf yang kelihatannya mendasar

autisme. Seperti dketahui gejala yang timbul pada anak autis sangat

bervariasi, oleh karena itu terapinya sangat individual tergantung

keadaan dan gejala yang timbul dan harus ditangani secara holistic

oleh tim ahli. Adapun beberapa terapi untuk anak autis antara lain :

(Danuatmaja,2003 ; 8)

1) Terapi Medikamentosa

Terapi inidilakukan dengan obat-obatan yangbertujuan

memperbaiki komunikasi, memperbaiki respon terhadap

lingkungan dan menghilangkan perilaku aneh serta diulang-

ulang.

2) Terapi Wicara

Umumnya terapi ini menjadi keharusan bagi anak autis karena

mereka mengalami keterlambatan bicara dan kesulitan

berbicara.
16

3) Terapi Perilaku

Terapi ini bertujuan agar anak autis dapat mengurangi perilaku

tudak wajar dan menggantinya dengan perilaku yang bisa

diterima dimasyarakat.

4) Terapi Okupasi

Terapi ini bertujuan untuk membantu anak autis yang

mempunyai perkembangan motorik kurang baik, antara lain

gerak-geriknya yang kasar dan kurang luwes.

5) Terapi Biomedis

Terapi ini bertujuan untuk memperbaiki metabolisme tubuh

melalui diet dan pemberian suplemen. Terapi dilakukan

berdasarkan banyaknya gangguan fungsi tubuh, seperti

gangguan pencernaan dan alergi logam berat.

Semua makanan yang berasal dari tepung terigu merupakan hasil

olahan yang mengandung gluten, seperti roti, macaroni, spageti, mie,

sereal, creacers, tepung panir, ragi dan bahan pengembang kue. Produk

olahan yang mengandung kasein adalah susu sapi segar, susu bubuk,

mentega, keju, coklat, yogurt, dan es krim. Mengkonsumsi gluten dan

casein akan membuat anak autis mengalami gangguan pecernaan lebih

menderita.

a. Bahan dasar makanan yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi anak

autis
17

Tabel 2.1

Bahan Makanan Yang Boleh dan Tidak Boleh Dikonsumsi Anak Autis

Golongan Bahan Makanan Yang Makanan Yang

Makanan Diperbolehkan Dihindarkan


Sumber Beras, kentang, jangung, ubi, Makanan mengandung

karbohidrat tepung beras, sagu dan hasil glutein : gandum, tepung

olahan panir, terigu dan semua

hasil olahannya : roti, kue-

kue
Sumber protein Daging : sapi, babi, kambing, Makanan sumber casein :

hewani burung, ayam, hati, ikan, susu dan hasil olahannya :

telur, udang. keju, yogurt, cream. Daging

dan ikan yang diawet dan

diolah seperti ; sosis, sarden


Sumber protein Tahu,tempe,kacang hijau, Trauco, kecap

nabati kacang kedelai, kacang

tanah, susu kedelai, kacang

mete
Sumber lemak Minyak goreng, minyak Mentega, cream

kacang, santan, kelapa


Sayuran Semua sayuran segar seperti Saus : tomat, cabe, sayuran

wortel, tomat, kangkung, yang diawet dan diasinkan

bayam sawi, timun

Buah-buahan Semua buah segar : anggur, Buah yang diawetkan, buah


18

apel, pisang, jeruk, jambu, kaleng

pepaya, melon, semangka


Minuman The, sari buah murni tanpa Minuman soft drink, sari

pengawet, susu kedelai buah dengan pengawet


Bahan tambahan Asam ascorbat, beta Pewarna tiruan,

carotene, calsium, gelatin Zat penambah rasa.

Zat penambah aroma,

pemanis.
Lain-lain Bumbu dapur ; salam, sereh, Permen, coklat

kunyit, jahe, kencur, bawang

b. Cara melakukan diet CFGF anak autis

Dalam melakukan diet CFGF asupan casein dan gluten jangan

dihentikan secara mendadak. Hal ini menimbulkan penolakan pada

anak dibawah usia 4 tahun. Selain itu juga harus mempertimbangkan

efek ketagihan yang akan timbul. Ketika anak autis melakukan diet

CFGF ia akan mengalami sakaw atau ketagihan ibarat pecandu

narkoba yang tiba-tiba dihentikan pemakaiannya. Hal itu bisa

memperburuk keadaannya, seperti kontak mata yang sudah tercipta

jadi hilang lagi, semakin hiperaktif, mengamuk, bahkan melukai diri

sendiri. Keadaan ini baru reda setelah 2 – 3 minggu. Namun jangan

panik dan berkecil hati karena efek ini normal dan merupakan bagian

dari prosedur. Untuk meringankan efek ini sebaiknya penghentian

asupan casein dan gluten dilakukan bertahap, agar anak terbiasa

dengan pola makanan barunya.

1. Pada minggu pertama


19

Hindari atau kurangi makanan dari terigu dalam bentuk mie.

Solusinya cari bahan makanan mirip mie dari tepung beras.

Misalnya bihun, beras atau jagung, kwetiau beras, spageti beras

2. Pada minggu kedua

Hindari atau kurangi biskuit. Biskuit yangdijual dipasaran terdiri

dari susu, terigu, dan zat adiktif, seperti cari biskuit dari tepung

beras yang dibuat sendiri atau yang dijual di toko makanan

khususnya anak autis.

3. Pada minggu ketiga

Hindari atau kurangi roti karena biasanya dominan mengandung

tepung terigu dan ragi. Solusinya buatcemilan beras tepung seperti

singkong goreng, ubi rebus atau kentang goreng

4. Pada minggu keempat

Hindari atau kurangi bahan makanan dari susu sapi, seperti susu

bubuk, susu cair, keju, coklat, es cream. Solusinya ganti dengan

susu kdelai dengan tambahan aroma pandan dan jahe, bisa juga

ditambah coklat khusus.

5. Pada minggu kelima

Hindari atau kurangi makanan yang banyak mengandung gula,

seperti sirup,Permen, minuman kotak, soft drink. Solusinya

gunakan gula merah atau pengganti gula


20

6. Pada minggu keenam

Atur jadwal makan buah-buahan yang biasa dikonsumsi anak.

Hindari apel, anggur, melon, tomat, jeruk, dan stawberi. Pilih yang

lebih aman bagi anak autis, seperti pepaya, nenas, sirsak dan kiwi.

Jika perlu dimasak menjadi pudding.

c. Disiplin diet dalam berbagai kesempatan

Melakukan diet CFGF memang tidak mudah. Diperlukan

disiplin tinggi untuk mendapatkan hasil maksimal. Berikut ini

beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan diet CFGF :

1. Orang-orang sekitar

Dalam menerapkan diet CFGF pada anak autis perlu dukungan

orang-orang sekitar. Pengalaman banyak orang tua, diet CFGF

yang berhasil adalah diet ketat dan disiplin. Diet CFGF akan

berhasil jika semua makanan dan komponen makanan yang

dilarang benar-benar dijauhi orang bahkan dari mulut anak autis.

2. Faktor psikologis

Faktor psikologis anak mempengaruhi sukses atau gagalnya diet.

Saat berdiet CFGF perasaan anak harus dijaga agar ia tidak merasa

dibedakan. Walaupun anak autis memang berbeda dengan anak

normal, tetapi harga dirinya harus tetap dijaga dan dikembangkan

seperti anak normal

3. Acara pesta

Anak maupun orang tua tidak akan tahan menghadapi hidangan

yang ada di pesta. Hati-hati dengan momen yang seperti ini,


21

banyak orang tua yang tergoda untuk bersikap kendor dengan

alasan menyenangkan anak.

2.5 Kerangka Konsep

Berdasarkan hal di atas, peneliti hanya ingin melihat pengaruh dari

penyuluhan terhadap diet CFGF terhadap pengetahuan dan sikap orang tua yang

memiliki anak autis tentang diet CFGF yang tergambar sebagai berikut :

Pre-test intervensi Post-test

Pengetahuan Penyuluhan Pengetahuan


orang tua tentang tentang terapi diet orang tua tentang
terapi diet CFGF CFGF terapi diet CFGF

(skor awal) (skor akhir)

2.6 Hipotesa

Ha : Ada pengaruh antara penyuluhan diet CFGF terhadap pengetahaun

orang tua yang memiliki anak autis di permata bunda bukittinggi tahun

2020

Ho : Tidak ada pengaruh antara penyuluhan diet CFGF terhadap

pengetahaun orang tua yang memiliki anak autis di SLB Permata Bunda

Bukittinggi tahun 2020.

2.7 Defenisi Operasional

Tabel 2.2

Defenisi Operasional

Variabel Defenisi Cara Alat Hasil Skala

Ukur Ukur Ukur Ukur


Independen Informasi yang Observas Kuesioner -diterima Nominal
22

Penyuluhan diberikan kepada i -tidak

tentang ibu tentang diterima

terapi Diet pengertian, cara

CFGF pelaksanaan

terapi diet CFGF,

jenis bahan dasar

makanan yang

boleh dan tidak

bolehdikonsumsi

anak autis
Pengetahuan Sesuatu yang observasi Kuesioner Tinggi : Nominal

sebelum diketahui ibu 76 %–

diberikan tentang 100 %

penyuluhan pengertian, cara

terapi diet pelaksanaan -Sedang :

CFGF terapi diet CFGF, 56 % - 75

jenis bahan dasar %

makanan yang

boleh dan tidak - Rendah :

boleh dikonsumsi < 56 %


Pengetahuan Sesuatu yang observasi kuesioner Tinggi : Nominal

setelah diketahui ibu 76 %–

diberikan tentang 100 %

penyuluhan pengertian, cara

terapi diet pelaksanaan -Sedang :


23

CFGF terapi diet CFGF, 56 % - 75

jenis bahan dasar %

makanan yang - Rendah :

boleh dan tidak < 56 %

boleh dikonsumsi

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini mengunakan metode Eksperimen yang bertujuan untuk

mengetahui segala gejala atau pengaruh yang timbul,sebagai akibat dari adanya

perlakuan tertentu,desain yang digunakan adalah Quasi Eksperimen (Desain pre-

test and Post-test design ), didalam desain ini observasi dilakukan sebanyak 2 kali
24

yaitu sebelum eksperimen dan sesudah eksperimen.(O1) disebut pre-test dan

observasi sesudah eksperimen (O2) disebut post-test (Arikunto,2002) .

Pre-test Perlakuan Post-test

O1 X O2

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.3.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Permata Bunda yang bertempat di Jl. Birugo

Bungo No. 135 A Bukittinggi, karena sekolah ini lebih bnyak dikenal masyarakat

dibanding sekolah khusus autis lain yang berada di Kota Bukittinggi.

3.3.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Juni-Desember 2020

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah semua orang tua yang mempunyai anak

autisme yang berada di sekolah khusunya autis dan masih aktif mengikuti terapi di

Permata Bunda Bukittinggi yang berjumlah 36 orang.

3.2.2 Sampel Penelitian

Dalam penelitian ini, sample yang diambil dengan cara total sampling

yaitu keseluruhan populasi, dengan criteria responden sebagai berikut :


25

a) Ibu yang anaknya mengikuti terapi di sekolah khusus autis di

Permata Bunda Bukittinggi

b) Bersedia menjadi responden

3.4 Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan lansung oleh peneliti melalui

kunjungan langsung ke sekolah dengan cara menyebarkan kuesioner kepada orang

tua sebelum memberikan penyuluhan dan menyebarkan kuesioner lagi setelah

memberikan penyuluhan yang sebelumnya diberi penjelasan tentang cara

pengisian kuesioner.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui instansi kesehatan yang

ada kaitanya dengan penelitian ini serta melihat daftar anak autis di Permata

Bunda Bukittinggi

3.5 Teknik Pengolahan Data

Dalam pengelolahan data penelitian dengan mengunakan pengolahan data

secara manual, penulis menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :

3.5.1 Editing

Data yang masuk perlu diperikasa apakah terhadap kekeliruan dalam

pengisiannya, kemungkinan tidak lengkap atau tidak sesuai.

3.5.2 Coding
26

Pemberian tanda atau code bagi tiap-tiap data yang termasuk dalam

kategori yang sama

3.5.3 Entry

Yakni mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak lembar kode atau kartu

kode sesuai dengan jawaban masing-masing.

3.5.4 Tabulating

Jawaban-jawaban yang serupa dikelompokkan dengan cara yang teliti dan

teratur, kemudian dihitung dan jumlahkan berapa banyak peristiwa, gejala, item

yang sudah termasuk dalam satu kategori, dan disajikan dalam bentuk table

distribusi frekuwensi.

3.6 Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah :

3.6.1. Analisis Univariat

Analisis ini digunakan untuk mendapatkan gambaran distibusi frekuwensi

dari variabel pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan

Untuk nilai responden terhadap masing-masing variabel berdasarkan skor

maksimal sebagai berikut :

1. Variabel Penyuluhan tentang terapi diet

Penyuluhan yang diberikan kepada responden dapat diukur dengan

respon responden tersebut apakah dapat dan tidak dapat diterima oleh

responden.

Dan dapat dikategorikan sebagai berikut:

-diterima : lebih dari 7pertanyaan yang dijawab

-tidak diterima : kurang dari 7 pertanyaan yang dijawab


27

2. Variabel pengetahuan sebelum dan setelah diberikan penyuluhan

Pengetahuan responden tentang terapi diet CFGF anak autis diukur

dengan mengajukan 15 pertanyaan

Untuk mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan responden

digunakan kategori :

- Tinggi : 75 - 100 %

- Sedang : 56 – 75 %

- Rendah : < 56 %

(modifikasi dari Ircham Macfoedz : 2009 )

Frekuensi jawaban dihitung dengan menggunakan rumus

- P = F x 100%
N
Keterangan

- P = persentase

- F = jumlah item jawaban responden yang benar

- N = jumlah item soal secara keseluruhan

(Arikunto : 2002 )

3.6.2 Analisa Bivariat

Digunakan untuk menentukan pengaruh antara variabel bebas dan variabel

terkait dengan menggunakan t-test. Uji statistik bermakna bila diperoleh

nilai P < 0,05 .


28

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Demografi

Permata Bunda Bukittinggi terletak di Jl.H.Burhan Birugo Bukittinggi dengan

jumlah murid sebanyak 50 orang,staff guru 8 orang, yang dilengkapi dengan 6 buah

kelas terapi dan bermain,1 buah kolam renang,1 buah kantor guru, dan arena

bermain anak-anak yang masih berada dalam pekarangan sekolah tersebut.Batas

wilayah Permata Bunda Bukittinggi dapat digambarkan sebagai berikut :

- Utara : Jambu air


29

- Selatan : Tanah Jua

- Barat : Birugo

- Timur : Aur Atas

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Analisis Univariat

Penelitian tentang Penelitian ini dilakukan pada tanggal 24 Juni s/d 30

Agustus 2020 dengan memberikan kuesioner kemudian memberikan

penyuluhan setelah itu memberikan kuesioner kambali.

a. Distribusi Frekuensi Responden Menurut frekuensi penyuluhan tentang

terapi diet CFGF.

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Penyuluhan Tentang terapi Diet CFGF.

No Penyuluhan F %

1 Terima 31 86,1

2 Tidak terima 5 13,9

Jumlah 36 100
30

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa 86,1 % responden

dapat menerima penyuluhan yang diberikan.

b. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pengetahuan Sebelum

Diberikan penyuluhan

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Sebelum Diberikan

Penyuluhan Tentang Terapi Diet CFGF

di SLBPermata Bunda Bukittinggi Tahun 2020

No Pengetahuan F %

1 Tinggi 0 0

2 Sedang 8 22,2

3 Rendah 28 77,8

Jumlah 36 100

Berdasarkan tabel 4.2. dapat dilihat bahwa 77,8 % responden

mempunyai pengetahuan yang rendah tentang terapi diet CFGF.

c. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pengetahuan Setelah

Diberikan penyuluhan

Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Setelah Diberikan

Penyuluhan Tentang terapi Diet CFGF di SLB Permata Bunda

Bukittinggi Tahun 2020

No Pengetahuan F %
31

1 Tinggi 12 33,3

2 Sedang 19 52,7

3 Rendah 5 13,8

Jumlah 36 100

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa 52,7 % responden

mempunyai pengetahuan yang tinggi tentang terapi diet CFGF pada anak

autis.

4.2.2 Analisis Bivariat

a.Pengaruh pengetahuan sebelum diberikan penyuluhan tentang terapi

diet CFGF

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi Pengaruh Pengetahuan Sebelum Diberikan Penyuluhan

Tentang Terapi Diet CFGF

Pengetahuan Penyuluhan Jumlah


Diterima Tidak diterima
Sebelum F % f % f %
Tinggi 0 0 0 0 0 0
Sedang 8 22,2 31 52,7 39 74,9
Rendah 28 77,8 5 13,8 33 91,6
Jumlah 36 100 36 100 72 100
32

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa dari 28 orang responden

yang berpengetahuan tinggi dapat menerima penyuluhan tentang terapi diet

CFGF sebelum diberikan penyuluhan.

b.Pengaruh pengetahuan setelah diberikan penyuluhan tentang terapi diet

CFGF.

Tabel 4.5

Distribusi Frekuensi Pengaruh Pengetahuan Setelah Diberikan Penyuluhan Tentang

Terapi Diet CFGF

Pengetahuan Penyuluhan Jumlah


Diterima Tidak diterima
Setelah F % f % f %
Tinggi 12 38,7 0 0 12 33,3
Sedang 19 61,2 0 0 19 52,7
Rendah 0 0 5 100 5 13,8
Jumlah 31 100 5 100 36 100

Berdasarkan tabel diatas dari 19 responden yang memiliki tingkat

pengetahuan sedang dapat menerima penyuluhan sebelum diberikan terapi tentang

diet CFGF
33

4.3 Pembahasan

4.3.1 Penyuluhan Tentang Terapi Diet CFGF

Dari tabel 4.1 dapat dilihat 31 orang (86,1 %) responden dapat

menerima penyuluhan dan 5 orang responden (13,9 %) responden tidak

dapat menerima penyuluhan tentang terapi diet CFGF.

Penyuluhan yang diberikan kepada orang tua tentang terapi diet

CFGF sangat berpengaruh untuk memperbaiki gangguan metabolisme

pada anak autis.Dan bisa diterapkan di dalam kehidupan sehari-

hari.Misalnya pengaturan pola nutrisi anak autis dengan menghindari

bahan dasar makanan berupa susu sapi(coklat,es krim,roti,) dan gandum,

karena hasil dari susu sapi yang berupa cesein dan hasil gandum yang

berupa gluten dalam tubuh anak akan menjadi opioid yang beraksi samam

dengan morphin dan menyebabkan gangguan neurologis pada anak autis.

Sesuai teori yang dikemukan oleh Widyatun (2006 :223) semakin

banyak informasi dan penyuluhan yang didapatkan orang tua semakin

banyak pula motivasi dan keterampilan yang didapatkan sehingga semakin

banyak pula sikap yang terbentuk.Informasi yang didapat tidak hanya dari

penyuluhan saja tetapi dari televisi,media cetak bahkan dari internet juga

bisa didapatkan untuk menambah pengetahuan.

Dari hasil penelitian yang peneliti dapatkan bahwa 31 orang

responden dapat menerima penyuluhan tentang terapi diet CFGF dan

hanya 5 orang responden yang tidak dapat menerima penyukuhan tentang

terapi diet CFGF. Ini sesuai dengan kategori jika responden dapat
34

menjawab pertanyaan lebih dari 7 maka responden dapat menerima

penyuluhan dan jika responden dapat menjawab kurang dari 7 pertanyaan

yang dapat dijawab maka responden tidak dapat menerima penyuluhan

tentang terapi diet CFGF.

4.3.2 Pengetahuan Orang Tua Sebelum Diberikan Penyuluhan Terapi diet

CFGF

Dari tabel 4.2 dapat dilihat 8 orang (22,2 %) responden memilki

pengetahuan yang sedang sedangkan 28 orang (77,8 % ) responden

memilki pengetahuan yang rendah dan tidak ada yang memiliki

pengetahuan yang tinggi tentang terapi diet CFGF.

Ini menunjukkan pengtahuan ibu tentang terapi diet CFGF sangat

rendah.

Autisme adalah gangguan syaraf otak yang mengacu pada

problem dengan interaksi sosial,komunikasi dan bermain imajinatif yang

mulai muncul sejak anak usia di bawah tiga tahun. Penyebab autis belum

diketahui secara pasti,namun dugaan penyebab dan diagnosa medisnya

antara lain karena gangguan syaraf pusat,gangguan system

pencernaan,peradangan dinding usus,faktor genetika, dan keracunan logam

berat. Dari dugaan penyebab autis tersebut yang paling menonjol adalah

gangguan pencernaan seperti Hyper permeabilitas usus (leaky gut

syndrome),gangguan absorbsi,radang usus,dan sebagainya. Karenanya

dalam menangani anak autis,fungsi system pencernaan perlu di perbaiki

terlebih dahulu.(Andri Priyatna,2010;2)


35

Terapi diet Casein free Gluten Free ( CFGF ) adalah satu terapi

dengan tujuan memperbaiki gangguan metabolisme pada anak autis, terapi

diet CGGF ini merupakan bagian dari pelaksanaan terapi biometis pada

anak autis dimana terapi CFGF ini merupakan suatu pelaksanaan

pengaturan pola nutrisi anak autis dengan menghindari bahan dasar

makanan berupa susu sapi(coklat,es krim,roti,) dan gandum, karena hasil

dari susu sapi yang berupa cesein dan hasil gandum yang berupa gluten

dalam tubuh anak akan menjadi opioid yang beraksi samam dengan

morphin dan menyebabkan gangguan neurologis pada anak autis.

Jika dilihat dari hasil penelitin sherly Nugrahmi di SLB Permata

Bunda tahun 2008 mengenai Pengaruh Penyuluhan dengan Pengetahuan

dan Sikap Orang Tua dengan Pelaksanaan Terapi Diet CFGF di SLB

Permata Bunda Bukittinggi Tahun 2020, diketahui 57,6 % responden

yang memiliki pengetahuan yang tinggi tentang terapi diet CFGF, ini

disebabakan kurangnya rasa ingin tahu orang tua mengenai terapi diet

CFGF dan kurangnya penyuluhan tentang terapi diet CFGF.

Sedangkan dari hasil penelitian yang telah saya lakukan di SLB

Permata Bunda Bukittinggi, ternyata ibu yang memiliki tingkat

pengetahuan yang rendah ( 77,8 % ),sedang ( 22,8 ) dan tinggi (0 % ) ini

dapat dilihat dari hasil kuesioner yang telah diberikan kepada ibu-ibu

sebelum diberikan penyuluhan tentang terapi diet CFGF.

Penyebab dari rendahnya tingkat pengetahuan ibu disebabkan

karena kurangnya informasi ibu dan kurangnya rasa ingin tahu ibu tentang
36

terapi diet CFGF. Sedangkan penyebab dari tingkat pengetahuan ibu sedang

ialah ibu-ibu mungkin hanya mendapat informasi dari media cetak atau

televisi saja tetapi dari penyuluhan-penyuluhan tidak pernah didapat.

Itu sebabnya peneliti memberikan penyuluhan tentang terapi diet

CFGF supaya ibu-ibu mengetahui tentang terapi diet CFGF.

4.3.3 Pengetahauan Orang Tua Setelah Diberikan Penyuluhan Terapi Diet

CFGF

Dari tabel 4.3 dapat dilihat 12 orang ( 33,3%) responden memilki

pengetahuan yang tinggi,s 19 orang ( 52,7 %) responden memiliki

pengetahuan rendah sedangkan 5 orang ( 13,8 %) responden memiliki

pengetahuan tentang rendah tentang terapi diet CFGF.

Penyuluhan yang diberikan kepada orang tua tentang terapi diet

CFGF sangat berpengaruh untuk memperbaiki gangguan metabolisme pada

anak autis.Dan bisa diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari.Misalnya

pengaturan pola nutrisi anak autis dengan menghindari bahan dasar

makanan berupa susu sapi(coklat,es krim,roti,) dan gandum, karena hasil

dari susu sapi yang berupa cesein dan hasil gandum yang berupa gluten

dalam tubuh anak akan menjadi opioid yang beraksi samam dengan

morphin dan menyebabkan gangguan neurologis pada anak autis.

Sesuai teori yang dikemukan oleh Widyatun (2006 :223) semakin

banyak informasi dan penyuluhan yang didapatkan orang tua semakin

banyak pula motivasi dan keterampilan yang didapatkan sehingga semakin

banyak pula sikap yang terbentuk.Informasi yang didapat tidak hanya dari
37

penyuluhan saja tetapi dari televisi,media cetak bahkan dari internet juga

bisa didapatkan untuk menambah pengetahuan.

Dan dari hasil penelitian yang saya lakukan sebagian besar

responden memiliki pengetahuan sedang masih banyak yaitu sebanyak 19

orang, ini artinya penyuluhan yang diberikan kepada responden belum

berpengaruh besar terhadap pengetahuan responden tentang terapi diet

CFGF. Tetapi sudah meningkat setelah diberikannya penyuluhan tentang

terapi diet CGFG. Hal ini mungkin dikarenakan masih rendahnya rasa ingin

tahu ibu tentang terapi autisme atau kurangnya perhatian ibu pada saat

penyuluhan.

Jadi semakin sering kita melakukan atau memberikan penyuluhan

tentang terapi diet CFGF semakin tinggi pengetahuan ibu yang memilki

anak autis tentang terapi diet CFGF.

4.3.4 Pengetahuan Orang Tua Sebelum diberikan Penyuluhan Tentang Terapi

Diet CFGF

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa dari 28 orang responden yang

berpengetahuan tinggi dapat menerima penyuluhan tentang terapi diet CFGF

sebelum diberikan penyuluhan.

Terapi diet Casein free Gluten Free ( CFGF ) adalah satu terapi

dengan tujuan memperbaiki gangguan metabolisme pada anak autis, terapi

diet CGGF ini merupakan bagian dari pelaksanaan terapi biometis pada

anak autis dimana terapi CFGF ini merupakan suatu pelaksanaan

pengaturan pola nutrisi anak autis dengan menghindari bahan dasar


38

makanan berupa susu sapi(coklat,es krim,roti,) dan gandum, karena hasil

dari susu sapi yang berupa cesein dan hasil gandum yang berupa gluten

dalam tubuh anak akan menjadi opioid yang beraksi samam dengan

morphin dan menyebabkan gangguan neurologis pada anak autis.

Jika dilihat dari hasil penelitin sherly Nugrahmi di SLB Permata

Bunda tahun 2008 mengenai Pengaruh Penyuluhan dengan Pengetahuan

dan Sikap Orang Tua dengan Pelaksanaan Terapi Diet CFGF di SLB

Permata Bunda Bukittinggi Tahun 2020, diketahui 57,6 % responden

yang memiliki pengetahuan yang tinggi tentang terapi diet CFGF, ini

disebabakan kurangnya rasa ingin tahu orang tua mengenai terapi diet

CFGF dan kurangnya penyuluhan tentang terapi diet CFGF.

Sedangkan dari hasil penelitian yang saya lakukan didapatkan 28

responden (77,8 %) memiliki pengetahuan rendah tidak dapat menerima

penyuluhan tentang terapi diet CFGF sebelum diberikan penyuluhan

tentang terapi diet CFGF. Ini berarti masih banyak orang tua yang tidak

dapat menerima penyuluhan sebelum diberikan pengetahuan tentang terapi

diet CFGF.

4.3.5 Pengetahuan Orang Tua Sesudah Diberikan Penyuluhan Tentang Terapi

Diet CFGF

Berdasarkan tabel diatas dari 19 responden yang memiliki tingkat

pengetahuan sedang dapat menerima penyuluhan sebelum diberikan terapi tentang

diet CFGF .
39

Dalam melakukan diet CFGF asupan casein dan gluten jangan

dihentikan secara mendadak. Hal ini menimbulkan penolakan pada

anak dibawah usia 4 tahun. Selain itu juga harus mempertimbangkan

efek ketagihan yang akan timbul. Ketika anak autis melakukan diet

CFGF ia akan mengalami sakaw atau ketagihan ibarat pecandu

narkoba yang tiba-tiba dihentikan pemakaiannya. Hal itu bisa

memperburuk keadaannya, seperti kontak mata yang sudah tercipta

jadi hilang lagi, semakin hiperaktif, mengamuk, bahkan melukai diri

sendiri. Keadaan ini baru reda setelah 2 – 3 minggu. Namun jangan

panik dan berkecil hati karena efek ini normal dan merupakan bagian

dari prosedur. Untuk meringankan efek ini sebaiknya penghentian

asupan casein dan gluten dilakukan bertahap, agar anak terbiasa

dengan pola makanan barunya.

Menurut aulia fadhli ( 2010 : 22 ) mengatakan bahwa semakin

banyak pengtahuan tentang tentang terapi diet makan pada anak autis

maka semakin besar pengaruh dari pelaksanaan terapi diet CFGF

karena itu semua tergantung dari pemahaman orang tua tentang terapi

diet tersebut.Jika pengetahuan orang tua tinggi tentang terapi diet maka

akan mendapatkan hasil terapi yang maksimal begitu juga sebaliknya.

Dari hasil penelitian yang saya dapatkan yaitun dari 19

responden yang memiliki pengetahuan sedang dapat menerima terapi

diet CFGF, hal ini sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan terapi diet

karena apabila orang tua tidak dapat menerima penyuluhan terapi diet

dengan baik maka pelaksanaannya pun juga tidak akan maksimal.


40

Ini berarti ada pengaruh penyuluhan tentang terapi diet CFGF

terhadape pengetahuan orang tua yang memiliki anak autis di SLB

Permata Bunda Bukittinggi Tahun 2020.Dimana didapatkan nilai P < 0,05.


41

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah dilakukan penelitian tentang Pengaruh Penyuluhan Tentang Terapi Diet

CFGF (Casein Free Gluten Free ) Terhadap Pengetahuan OranTua Yang Memiliki

Anak Autis Di SLB Permata Bunda Bukittinggi tahun 2020.Maka diperoleh

kesimpulan sebagai berikut :

5.1.1 Hampir sebagian responden (86,1%) dapat menerima penyuluhan dan

responden yang tidak dapat menerima penyuluhan (13,9%)

5.1.2 Hampir sebagian responden (77,8 %) responden memiliki pengetahuan yang

rendah dan hanya hanya sebagian kecil (22,8 % ) memiliki pengetahuan

sedang sedangkan tidak ada responden yang memiliki pengetahuan yang

tinggi tentang terapi diet CFGF sebelum diberikan penyuluhan terapi diet

CFGF.

5.1.3 Lebih dari setengah responden ( 52,7% ) memiliki tingkat pengetahuan yang

sedang, pengetahuan tinggi ( 33,3% ) dan hanya sebagian kecil yang memiliki

tingkat pengetahuan rendah setelah diberikan penyuluhan ( 13,8% )

5.1.4 Sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan rendah (77,8 %) tidak

dapat menerima penyuluhan sebelum diberikan pengetahuan terapi diet

5.1.5 Lebih dari separoh responden (52,7 %) memiliki tingkat pengetahuan sedang

dapat menerima terapi diet CFGF setelah diberikan penyuluhan tentang terapi

diet.
42

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Peneliti

Banyak faktor yang mempengaruhi penyuluhan, pada penelitian ini

peneliti hanya memberikan penyuluhan terhadap pengetahuan orang

tua. Diharapkan untuk selanjutnya dapat meneliti variabel lain yang

tidak kalah penting dalam pemberian penyuluhan tentang terapi diet

CFGF.

5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan kepada Institusi Pendidikan agar dapat menjadikan

penelitian yang peneliti lakukan ini sebagai pedoman untuk penelitian

selanjutnya bagi mahasisiwi kebidanan yang ada kaitannya dengan

Karya Tulis Ilmiah,khususnya untuk penelitian sejenis.

5.2.3 Bagi Pihak Yayasan atau Sekolah

Diharapkan pihak sekolah lebih menitik beratkan pada pelaksanaan

terapi yang lebih komprehensif yang melibatkan Dinas Kesehatan,

Dinas Pendidikan, psikologi, dinas sosial, karena anak autis

mengalami gangguan koordinasi berupa gangguan

sosialisasi,kejiwaan,pendidikan dan kesehatan.

5.2.4 Bagi Orang Tua

Diharapka kepada orang tua agar sesering mungkin mencari informasi

tentang autis dan terapi diet CFGF pada anak autis serta melaksanakan dalam

kehidupan sehari-hari.
43

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto.S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek .Edisi Revisi V.


Reneka Cipta , Jakarta.
Aulia,Fadhli. 2010. Buku Pintar Kesehatan Anak.Yogyakarta : Pustaka Anggrek
Danuatmaja,Boni. 2006. Terapi Anak Autis.Jakarta : EGC.
Kessick,Rosemary.2010. Autisme dan Pola Makan. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama
Priyatna, Andri.2010. Amazing Autisme. Jakarta : Elex Media Kompetindo
Notoadmojo.2007. Metode Penelitian Kesehatan.Jakarta.Rineka Cipta
Sugiyono. 2006. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfa Beta
Profil Dinas Kesehatan Sumatera Barat Tahun 2010
Nursalam. 2003.Konsep dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan.
Surabaya : Salemba Medika
Ircham.Macfoedz.2009

Anda mungkin juga menyukai