Anda di halaman 1dari 25

Telah disetujui/diterima Pembimbing

Hari/Tanggal :
Tanda Tangan :

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN GERONTIK


PADA KELOMPOK LANSIA YANG MENGALAMI GOUT

Disusun Oleh :

SITI NOR SHAHIRA, S.KEP

NIM : 736080719099

LAPORAN PENDAHULUAN MINGGU 2

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PENDIDIKAN


PROFESI NERSINSTITUT KESEHATAN MITRA BUNDA BATAM
2019/2020
BAB I
TINJAUAN TEORITIS

A. DEFINISI
Gout adalah penyakit metabolic yang ditandai oleh penumpukan asam urat yang

menyebabkan nyeri pada sendi (Moreau David, 2015).

Gout adalah penyakit metabolic yang ditandai dengan penumpukan asam urat yang

nyeri pada tulang sendi, sangat sering ditemukan pada kaki bagian atas, pergelangan dan

kaki bagian tengah (Merkie, Carrie, 2018)

Gout adalah kelompok keadaan heterogeneous yang berhubungan dengan defek

genetic pada metabolism purin atau hiperuricemia (Brunner & Suddarth, 2008).

B. ETIOLOGI
Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya deposit/penimbunan Kristal

asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering terjadi pada penyakit dengan

metabolisme asam urat abnormal dan kelainan metabolic dalam pembentukan purin dan

eksresi asam urat yang kurang dari ginjal.

Beberapa faktor lain yang mendukung seperti :

a. Faktor genetic seperti gangguan metabolisme purin yang menyebabkan asam urat

berlebihan ( Hiperuricemia ), retensi asam urat atau keduanya.

b. Penyebab sekunder yaitu akibat obesitas, diabetes mellitus, hipertensi, gangguan

ginjal yang kan menyebabkan :

 Pemecahan asam yang dapat menyebabkan hiperuricemia

 Karena penggunaan obat – obatan yang menurunkan eksresi asam urat seperti :

aspirin, diuretic, levodopa, diazoksid, asam nikotinat, aseta zolamid dan

etambutol.
c. Pembentukan asam urat yang berlebih :

 Gout primer metabolic disebabkan sistensi langsung yang bertambah.

 Gout sekunder metabolic disebabkan pembentukan asam urat berlebih karena

penyakit lain seperti leukemia.

d. Jenis kelamin, umur

e. Berat badan

f. Gout primer renal terjadi karena eksresi asam urat di tubulus distal ginjal yang sehat.

g. Gout sekunder renal disebabkan oleh karena kerusakan ginjal misalnya

glomeronefritis kronik atau gagal ginjal kronik. 95 % penderita gout ditemukan pada

pria. Gout sering menyerang wanita pada post menopause usia 50 – 60 tahun. Juga

dapat menyerang laki – laki usia pubertas dan atau usia diatas 30 tahun. Penyakit ini

paling sering mengenai sendi metarsofaringeal, ibu jari kaki, sendi lutut dan

pergelangan kaki.

C. ANATOMI FISIOLOGI

Sendi merupakan suatu engsel yang membuat anggota tubuh dapat bergerak

dengan baik, juga merupakan suatu penghubung antara ruas tulang yang satu dengan

ruas tulang lainnya, sehingga kedua tulang tersebut dapat digerakkan sesuai.
          Sendi merupakan tempat pertemuan dua atau lebih tulang.yaitu :

(1) sendi fibrosa dimana tidak terdapat lapisan kartilago, antara tulang dihubungkan

dengan jaringan ikat fibrosa, dan dibagi menjadi dua subtipe yaitu sutura dan

sindemosis

(2) sendi kartilaginosa dimana ujungnya dibungkus oleh kartilago hialin, disokong

oleh ligament, sedikit pergerakan, dan dibagi menjadi subtipe yaitu sinkondrosis dan

simpisis

(3) sendi sinovial. Sendi sinovial merupakan sendi yang dapat mengalami

pergerakkan, memiliki rongga sendi dan permukaan sendinya dilapisi oleh kartilago

hialin. Kapsul sendi membungkus tendon-tendon yang melintasi sendi, tidak meluas

tetapi terlipat sehingga dapat bergerak penuh. Sinovium menghasilkan cairan sinovial

yang berwarna kekuningan, bening, tidak membeku, dan mengandung lekosit. Asam

hialuronidase bertanggung jawab atas viskositas cairan sinovial dan disintesis oleh

pembungkus sinovial

Tulang rawan merupakan jaringan pengikat padat khusus yang terdiri atas sel

kondrosit, dan matriks. Matrriks tulang rawan terdiri atas sabut-sabut protein yang

terbenam di dalam bahan dasar amorf. Berdasarkan atas komposisi matriksnya ada 3,

yaitu :

(1) tulang rawan hialin, yang terdapat terutama pada dinding saluran pernafasan dan

ujung-ujungpersendian;

(2) tulang rawan elastis misalnya pada epiglotis, aurikulam dan tuba auditiva; dan

(3) tulang rawan fibrosa yang terdapat pada anulus fibrosus, diskus intervertebralis,

simfisis pubis dan insersio tendo-tulang. Kartilago hialin menutupi bagian tulang yang

menanggung beban pada sendi sinovial. Rawan sendi tersusun oleh kolagen tipe II

dan proteoglikan yang sangat hidrofilik sehingga memungkinkan rawan tersebut


mampu menahan kerusakan sewaktu sendi menerima beban yang kuat. Perubahan

susunan kolagen dan pembentukan proteoglikan dapat terjadi setelah cedera atau

penambahan usia (Wilson, 2005; Laboratorium histologi FK UNS, 2009)

D. PATOFISIOLOGI
Menjadi gout arthritis, asam urat harus melalui tahapan-tahapan tertentu yang

menandai perjalanan penyakit ini. Gejala awal ditandai oleh hiperurisemia kemudian

berkembang menjadi gout dan komplikasi yang ditimbulkannya. Prosesnya berjalan

cukup lama tergantung kuat atau lemahnya faktor resiko yang dialami oleh seorang

penderita hiperurisemia.

Jika hiperurisemia tidak ditangani dengan baik, cepat atau lambat penderita akan

mengalami serangan gout akut. Jika kadar asam urat tetap tinggi selama beberapa tahun,

penderita tersebut akan mengalami stadium interkritikal. Setelah memasuki fase ini, tidak

butuh waktu lama untuk menuju fase akhir yang dinamakan dengan stadium gout kronis

(Lingga, 2012).
E. PATHWAY

Diet tinggi purin peningkatan pemecahan sel Asam urat dalam serum

Katabolisme purin Asam urat dalam sel keluar Tidak Di sekresi melalui urine

Asam urat dakam serum kemampuan ekresi asam penyakit ginjal


Meningkat(hipereruresemia) urat terganggu/menurun (glomerulonefritis dan gagal
ginjal)
Hipersaturasi asam urat peningkatan asam laktat konsumsi alkohol
Dalam plasma dan garam sebagai produk sampingan
Urat di cairan tubuh metabolisme

Terbentuk keristal di bungkus oleh berbagai merangsang neutrofil (leukosit


Monosodium urat protein PMN)

Di ginjal di jaringan lunak dan persendian


terjadi fagositosis Kristal
Oleh leukosit
penumpukan dan penumpukan dan pengendapan MSU terbentuk fagolisosom
pengendapan MSU
pembentukan tropus merusak selaput protein kristal
pembentukan
batu ginjal asam urat respon inflamasi meningkat terjadi ikan hydrogen
antara permukaan kristal
proteinuria, ht ringan, dengan membaran lisoson
urin asam dan pekat MK: Hipertermi
membrane lisosomrobek,
terjadi pelapasan enzim
MK. Resiko pembesaran dan
ketidakseimbngan peningkatan kerusakan jaringan
cairan penonjolan sendi

MK: Nyeri
kontraktur sendi deformitas sendi

fibrosis dan / atau ankilosis tulang kekakuan sendi

MK : Kerusakan Integritas MK: Hambatan


Jaringan mobilitas fisik

MK: Gangguan citra diri


F. MANIFESTASI KLINIS
1. Nyeri  tulang sendi

a. Kemerahan dan bengkak pada tulang sendi

b. Tofi pada ibu jari, mata kaki dan pinna telinga

c. Peningkatan suhu tubuh.

2. Gangguan akut :

a. Nyeri hebat

b. Bengkak dan berlangsung cepat pada sendi yang terserang

c. Sakit kepala

d. Demam.

3. Gangguan kronis :

a. Serangan akut

b. Hiperurisemia yang tidak diobati

c. Terdapat nyeri dan pegal

d. Pembengkakan sendi membentuk noduler yang disebut tofi (penumpukan

monosodium urat dalam jaringan)

G. KOMPLIKASI

Komplikasi yang muncul akibatb Gout antara lain:

a. Gout kronik bertophus

b. Nefropati gout kronik

c. Nefrolitasi asam urat (batu ginjal)

d. Persendian menjadi rusak hingga menyebabkan pincang

e. Peradangan tulang, kerusakan ligament dan tendon

f. Batu ginjal (kencing batu) serta gagal ginjal


H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

 Laboratorium

Untuk memastikan seseorang terkena gout adalah dengan dilakukan pemeriksaan

sebagai berikut :

a. Pemeriksaan kadar asam urat dalam darah.

Apabila kadar asam urat dalam darah pada laki-laki lebih dari 7 mg/dl dan

pada wanita lebih dari 6 mg/dl. Maka dikatakan menderita asam urat tinggi yang

memicu terjadinya gout.

b. Pemeriksaan kadar asam urat dalam urin per 24 jam.

Kadar asam urat dalam urin berlebihan bila kadarnya lebih dari 800 mg/24 jam

pada diet biasa atau lebih dari 600 mg / 24 jam.

 Radiodiagnostik

1. Radiografi untuk mendeteksi adanya kalsifikasi sendi.

2. Radiografi didapatkan adanya erosi pada permukaan sendi dan kapsul sendi.

I. PENATALAKSANAAN

1) Non farmakologi

a. Pembatasan makanan tinggi purin (± 100-150 mg purin/hari.

b. Cukup kalori sesuai kebutuhan yang didasarkan pada TB n BB.

c. Tinggi karbohidrat kompleks (nasi, roti, singkong, ubi) disarankan tidak kurang

dari 100 g/hari.

d. Rendah lemak, baik dari nabati atau hewani.

e. Kompres Hangat untuk meredakan nyeri

f. Terapi relaksasi benson untuk mengatasi kesulitan tidur


g. Tinggi cairan. Usahakan dapat menghabiskan minuman sebanyak 2,5 ltr atau

sekitar 10 gelas sehari dapat berupa air putih masak, teh, sirop atau kopi.

h. Tanpa alkohol, termasuk tape dan brem perlu dihindari juga. Alkohol dapat

meningkatkan asam laktat plasma yang akan menghambat pengeluaran asam urat.

2) Farmakologi

a. Pengobatan fase akut, obat yang digunakan untuk mengatasi nyeri dan inflamasi

(colchicine, indometasin, fenilbutazon, kortikostropin)

b. Pengobatan hiperurisemia, terbagi dua golongan, yaitu :

Golongan urikosurik (probenesid, sulfinpirazon, azapropazon, benzbromaron)

dan Inhibitor xantin (alopurinol ).

3) Perawatan

a. Anjurkan pembatasan asupan purin : Hindari makanan yang mengandung purin

yaitu jeroan ( jantung, hati, lidah, ginjal, usus ), sarden, kerang, ikan herring,

kacang – kacangan, bayam, udang, dan daun melinjo.

b. Anjurkan asupan kalori sesuai kebutuhan : Jumlah asupan kalori harus benar

disesuaikan dengan kebutuhan tubuh berdasarkan pada tinggi dan berat badan.

c. Anjurkan asupan tinggi karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong, roti dan

ubi sangat baik di konsumsi oleh penderita gangguan asam urat karena akan

meningkatkan pengeluaran asam urat melalui urin.

d. Anjurkan asupan rendah protein, rendah lemak, dan banyak minum.


ASUHAN KEPERAWATAN PADA GOUT ATRITIS

A. PENGKAJIAN

1. Identitas

Nama, umur (sekitar 50 tahunan), alamat, agama, jenis kelamin (biasanya 95%

penderita gout adalah pria), dll

2. Keluhan Utama

Pada umumnya klien merasakan nyeri yang luar biasa pada sendi ibu jari kaki

(sendi lain)

3. Riwayat Penyakit Sekarang

P (Provokatif)               :  Kaji penyebab nyeri

Q (Quality / qualitas)    :  Kaji seberapa sering nyeri yang dirasakan klien

R (Region)                    :  Kaji bagian persendian yang terasa nyeri (biasanya pada

pangkal ibu jari)

S (Saverity)                   :` Apakah mengganggu aktivitas motorik ?

T (Time)                        :  Kaji kapan keluhan nyeri dirasakan ? (Biasanya terjadi pada

malam hari)

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Tanyakan apakah pernah ada anggota keluarga klien yang menderita penyakit

yang sama seperti yang diderita klien sekarang ini.

5. Riwayat Penyakit Dahulu

Kaji dan tanyakan pada klien apakah sebelumnya klien pernah mengalami

penyakit yang sama seperti saat ini ?

6. Riwayat Penyakit / Kesehatan Keluarga


a. Apakah ada anggota keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama dengan

klien ?

b. Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit serius yang lain seperti (HT,

DM, TB, Pneumonia, dll.)

7. Riwayat Psikologis Spiritual

a. Psikologi : Tanyakan kepada klien apakah bisa menerima penyakit yang

dideritanya ?

b. Sosial : Bagaimana interaksi klien terhadap lingkungan di Rumah Sakit dan

apakah klien bisa beradaptasi dengan klien yang lain ?

c.Spiritual : Apakah klien tetap beribadah dan melaksanakan ibadahnya menurut

agamanya ?

8. Pemenuhan Kebutuhan

a. Pola Nutrisi

Makan : Pada umumnya pasien gout artritis diberikan diit rendah putin

pantangan makanan kaya protan.

Minum : Kaji jenis dan frekuensi minum sesuai dengan indikasi

b. Pola Eliminasi

BAK : Kaji frekwensi, jumlah, warna dan bau.

BAB : Kaji frekwensi, konsistensi dan warna


c. Pola Aktivitas

Biasanya pasien gout artritis pada saat melakukan aktivitas mengalami

keterbatasan tentang gerak, kontrktur / kelainan pada sendi dan pembengkakan.

d. Istirahat tidur

Kaji pola kebiasaan pasien pada saat istirahta tidur dirumah maupun di rumah

sakit.

e. Personal Hygiene

Kaji kebiasaan pasien dalam kebiasaan diri. (Mandi, gosok gigi, cuci tangan,

kebersihan rambut, dll.)

9. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum

b. TTV

c. Kesadaran

d. GCS

10. Pemeriksaan persistem

1)      Sistem integument

Kulit tampak merah atau keunguan, kencang, licin, serta teraba hangat

2)      Sistem penginderaan

 Mata : Kaji penglihatan, bentuk, visus, warna sklera, gerakan

bola mata

 Hidung : Kaji bentuk hidung, terdapat gangguan penciuman atau

tidak
 Telinga : Kaji pendengaran, terdapat gangguan pendengaran atau

tidak, biasanya terdapat tofi pada telinga

3)      Sistem kardiovaskuler

 Inspeksi : Apakah ada pembesaran vena jugularis

 Palpasi : Kaji frekuensi nadi (takhikardi)

 Auskultasi : Apakah suara jantung normal S1 + S2 tunggal / ada

suara tambahan

4)      Sistem penceranaan

 Inspeksi : Kaji bentuk abdomen, ada tidaknya pembesaran pada

abdomen

 Palpasi: Apakah ada nyeri tekan pada abdomen

 Perkusi : Apakah kembung / tidak

 Auskultasi: Apakah ada peningkatan bising usus

5)      Sistem muskuluskeletal

Biasanya terjadi pembengkakan yang mendadak (pada ibu jari) dan

nyeri yang luar biasa serta juga dapat terbentuk kristal di sendi-sendi

perifer, deformitas (pembesaran sendi)

6)      Sistem perkemihan

Hampir 20% penderita gout memiliki batu ginjal 

11. Pemeriksaan diasnostik.

Gambaran radiologis pada stadium dini terlihat perubahan yang berarti dan

mungkin terlihat osteoporosis yang ringan. Pada kasus lebih lanju, terlhat erosi tulang

seperti lubang-lubang kecil (punch out).


2. DIAGNOSA YANG MUNCUL

a. Nyeri sendi b/d peradangan sendi

b. Hambatan mobilitas fisik b/d penurunaan rentang gerak, kelemahan otot, pada gerakan,

dan kekakuan pada sendi kaki sekunder akibat erosi tulang rawan.

c. Hipertermia b.d proses penyakit

d. Keruskan integritas jaringan b.d kelebihan cairan

e. Gangguan citra diri b. d perubahan bentuk kaki dan terbenuknya tofus.

f. Resiko ketidakseimbangan volume cairan b.d perubahan kadar elektrolit pada ginjal

3. INTERVENSI KEPERAWATAN.

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI


KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1. Nyeri NOC NIC

Definsi :pengalaman  Pain level Pain management

sensori dan  Pain control


1. Libatkan keluarga
emosional yang  Comfort level
untuk melakukan
tidak menyenangkan
pengkajian nyeri secara
yang muncul akibat
Kriteria Hasil : komprehensif termasuk
kerusakan jaringan
lokasi, karakteristik,
 Mampu
yang actual atau
durasi, frekuensi,
mmengontrol nyeri
potensial.
kualitas dan faktor
( tahu penyebab
Batasan presipitasi
nyeri, mampu
karakteristik: 2. Libatkan keluarga
menggunakan
dalam mengobservasi
 perubahan selera teknik non
reaksi nonverbal dari
makan farmakologi untuk
 Perubahan TD, mengurangi nyeri, ketidaknyamanan

RR, Nadi mencari bantuan). 3. Anjurkan keluarga

 Laporan isyarat  Melaporkan nyeri untuk mengontrol

 Mengekspresikan berkurang dengan lingkungan yang dapat

perilaku (mis: menggunakan mempengaruhi nyeri

gelisah, manajemen nyeri seperti suhu ruangan,

menangis,  Mampu mengenail pencahayaan dan

merengek) nyeri ( skala, kebisingan

 Masker wajah intensitas, tanda 4. Anjurkan keluarga

(mis: mata nyeri) untuk mengurangi

kurang  Menyatakan rasa faktor presipitasi nyeri

bercahaya, nyaman setelah klien

tampak kacau). nyeri berkurang. 5. Kaji tipe dan sumber

 Sikap area nyeri untuk menentukan

melindungi nyeri intervensi

6. Ajarkan pasien dan


 Gangguan tidur
keluarga tentang teknik
 Melaporkan nyeri
non farmakologi: napas
secara verbal
dala, relaksasi,

distraksi, kompres
Faktor yang
hangat/ dingin
berhubungan :
7. Berikan informasi pada

 Agen cedera (mis pasien dan keluarga

: biologis, zat tentang nyeri seperti

kimia, fisik, penyebab nyeri, berapa


psikologis) lama nyeri akan

berkurang dan

antisipasi

ketidaknyamanan dari

prosedur

2. Hambatan NOC NIC

mobilitas fisik
 Joint Movement : Exercise therapy :

Definsi Active ambulation

:keterbatasan pada  Mobility level


1. Bantu klien untuk
pergerakan fisik  Self care : ADLs
menggunakan tongkat
tubuh atau satu atau  Transfer
saat berjalan dan cegah
lebih ekstremitas performance
terhadap cedera
secar mandiri dan
2. Ajarkan pasien dan
terarah.
Kriteria Hasil : kelurga tentang teknik

Batasan ambulasi
 Klien meningkat
karakteristik: 3. Kaji kemampuan
dalam aktivitas fisik
pasien dalam
 Kesulitan  Mengerti tujuan dari
mobilisasi
membolak balik peningkatan
4. Latih pasien dalam
posisi mobilitas
pemenuhan kebutuhan
 Dyspnea setelah  Memverbalisasikan
ADLs secara mandiri
beraktivitas perasaan dalam
sesuai kemampuan
 Perubahan cara meningkatkan
5.  Dampingi dan Bantu
berjalan kekuatan dan
pasien saat mobilisasi
 Gerakan bergetar kemampuan
 Keterbatasan berpindah dan bantu penuhi

kemampuan  Memperagakan kebutuhan ADLs

melakukan penggunaan alat pasien.

keterampilan bantu untuk 6.   Ajarkan pasien

motoric halus mobilisasi (walker). bagaimana merubah

dan kasar. posisi dan berikan

 Keterbatsan bantuan jika

rentang diperlukan

pergerakan sendi

 Ketidakstabilan

postur

 Pergerakan

lambat

Faktor yang

berhubungan :

 Intoleransi

aktivitas

 Ansietas

 Penuruna

kekuatan otot

 Ketidaknyamana

 Gangguan
muskuloskletal

 Nyeri

3. Hipertermia NOC NIC

Definisi : Thermoregulation Fever Treatment

peningkatan suhu Kriteria Hasil : 1. Anjurkan keluraga

tubuh diatas kisaran - suhu tubuh Dalam Monitor suhu tubuh

normal. rentang normal. sesering mungkin.

Batasan - Nadi dan RR dalam 2. Monitor warna dan

karakteristik rentang normal. suhu kulit

- Konvulsi - Tidak ada 3. Monitor tekanan darah,

- Kulit kemerahan perubahan warna nadi , RR,

- Kejang kulit dan tidak ada 4. Ajarkan keluarga untuk

- Takikardi - pusing. member kompres

5. Anjurkan keluarga
- Peningkatan
untuk selimuti klien
suhu tubuh diatas
6. Anjurkan kepada
kisaran normal.
keluarga untuk
- Kulit terasa
memantau intake dan
hangat.
output

7. Anjurkan keluarga
Faktor yang
untuk meningkatkan
berhubungan
intake cairan dan
- Anastesia
nutrisi.
- Penurunan

respirasi
- Dehidrasi

- Pemajanan

lingkungan yang

panas

- penyakit

- aktivitas

berlebihan

4. Kerusakan NOC NIC

Integritas kulit
 Tissue Integrity: Pressure Management

Definsi: : Skin ang Mucous


1. Ajarkan keluarga dan
perubahan/gangguan  membranes
klien perawatan luka
epidermis dan  Hemodyalis akses
yang tepat
dermis
2. Anjukan kepada

Batasan Kriteria Hasil : keluarga

karakteristik: mempertahankan
 Integritas kulit yang
tempat tidur bersih,
 Kerusakan baik bisa
kering
lapisan kulit dipertahankan
3. Anjurkan klien dan
(dermis) ( mis: sensasi,
keluarga memakai
 Gangguan elastisitas,
pakaian yang longgar
permukaan kulit temperature,
4. Anjurkan kepada klien
(epidermis) hidrasi, dan keluarga menjaga

 Invasi struktu pigementasi). kebersihan kulit agar

tubuh  Perfusi jaringan tetap bersih dan kering

baik 5. Ajarkan kepada

 Menunjukkan keluarga monitor kulit

pehaman dalam adanya kemerahan


Faktor yang
proses perbakan
berhubungan :
kulit dan mencegah
 Eksternal terjadinya cedera
 zat kimia berulang
 kelembapan  Mampu melindungi
 medikasi kulit dan
 imobilitas mempertahankan
fisik kelembapan kulit
 internal dan perawatan

 perubahan alami.

status cairan

 perubahan

turgor

 gangguan

sensasi

 penurunan

imunologis

penurunan

sirkulasi
perubahan

pigmentasi

5. Gangguan citra NOC NIC

tubuh
 Body image Body image enhancement

Definisi : konfusi  Self esteem


1. Kaji secara verbal dan
dalam gambaran Kriteria Hasil :
non verbal respon
mentaltentang diri-
 Body image positif klien terhadap
fisik individu
 Mampu tubuhnya

Batasan megidentifikasi 2. Monitor frekuensi

Karakteristik : kekuatan personal mengkritik dirinya

 Mendiskripsikan 3. Jelaskan kepada


 Perilaku
secara factual keluarga dan klien
mengenali
perubahan fungsi tentang pengobatan,
tubuh individu
tubuh perawatan, kemajuan
 Perilaku
 Mempertahankan dan prognosis penyakit
menghindari
interaksi sosial 4. Anjurkan keluarga
tubuh individu
untuk bantu klien
 Perilaku
mengungkapkan
memantau
perasaannya
tubuh individu
5. Anjurkan kepada
 Respon non
keluarga untuk
verbal terhadap
memotivasi klien
perubahan
6. Anjurkan kepada klien
actual pada
dan keluarga
tubuh ( mis :
pengurangan
penampilan, pemakaian alat bantu

struktur, 7. Anjurkan kepada

fungsi) keluarga untuk

Fasilitasi kontak
Faktor yang
dengan individu lain
berhubungan :
dalam kelompok kecil
 Biofisik,

kognitif

 Budaya, tahap

perkembangan

 Penyakit, cedera

 Pembedahan ,

trauma

 Terapi penyakit

 Perseptual,

spiritual,

psikososial

6. Resiko NOC NIC

ketidakseimbangan
 Fluid Balance Fluid management
volume cairan
 Hydration
1. Pantau tanda-tanda
Definisi : penurunan  Nutritional Status :
vital
cairan intravascular, Food and Fluid
2. Ajarkan kepada
ini mengacu pada  Intake keluarga memantau dan

dehidarsi, catat masukan dan

kehilangan cairan haluaran cairan.


Kriteria Hasil :
tanpa perubahan 3. Anjurkan klien untuk
 Mempertahanka
pada natrium. banyak minum
n urine dan
4. Anjurkan kepada
Batasan
output sesuai
keluarga dan klien
karakteristik:
dengan usia,
untuk menimbang berat
 Kelemahan BB, HT normal.
badan setiap hari
 Haus  Tekanan darah,

 Kulit kering Nadi, suhu

tubuh dalam
 Penurunan berat
batas normal.
badan
 Tidak ada tanda-
 Peningkatan
tanda dehidrasi.
frekuensi nadi
 Elastisitas
 Peningkatan suhu
turgor kulit
tubuh
baik, membrane
 Peningkatan
mukosa lembab,
hematocrit
tidak ada rasa
 Membrane
haus yang
mukosa kering
berlebihan.
 Penurunan

haluaran urine

 Penurunan turor

kulit dan lidah


 Penuruna TD,

Nadi

Faktor yang

berhubungan :

 Kehilangan

cairan aktif

 Kegagalan

mekanisme

regulasi

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2008. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta : EGC.

Moreau David, 2015. Buku Aajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Muskuloskeletal.

Cet.1. Jakarta : EGC.

Merkie, Carrie, 2018. Asuhan Keperawatan Klein Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Cet. 1.

Jakarta : EGC.
Nurarif, A.H. dan Kusuma. H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa

Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta:  MediAction.

Lukman, Ningsih, Nurna. 2013. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem

Muskuloskeletal. Jilid 1. Jakarta : Salemba Medika.

Price, Sylvia.A. 2001. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Ed.6 ; Cet.1 ;

Jil.II. Jakarta : EGC.

Setiadi. 2018. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Cet. 1. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai