Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

GOUT ARHTRITIS PADA NY. N


DI PANTI LANJUT USIA HARAPAN KITA INDRALAYA

OLEH :
ADELIA PRADITA

DOSEN PEMBIMBING
FUJI RAHMAWATI, S. Kep., Ns., M.Kep.

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018

GOUT ARTHRITIS
1 Definisi
Menurut American College of Rheumatology, gout adalah suatu penyakit
dan potensi ketidakmampuan akibat radang sendi yang sudah dikenal sejak
LAPORAN PENDAHULUAN
Keperawatan Gerontik
Program Profesi Ilmu Keperawatan FK UNSRI
lama, gejalanya biasanya terdiri dari episodik berat dari nyeri infalamasi satu
sendi.
Gout adalah bentuk inflamasi arthritis kronis, bengkak dan nyeri yang
paling sering di sendi besar jempol kaki. Namun, gout tidak terbatas pada
jempol kaki, dapat juga mempengaruhi sendi lain termasuk kaki, pergelangan
kaki, lutut, lengan, pergelangan tangan, siku dan kadang di jaringan lunak dan
tendon. Biasanya hanya mempengaruhi satu sendi pada satu waktu, tapi bisa
menjadi semakin parah dan dari waktu ke waktu dapat mempengaruhi beberapa
sendi. Gout merupakan istilah yang dipakai untuk sekelompok gangguan
metabolik yang ditandai oleh meningkatnya konsentrasi asam urat
(hiperurisemia) (Ningsih, 2009).
Asam urat merupakan senyawa nitrogen yang dihasilkan dari proses
katabolisme purin baik dari diet maupun dari asam nukleat endogen (asam
deoksiribonukleat). Gout dapat bersifat primer, sekunder, maupun idiopatik.
Gout primer merupakan akibat langsung pembentukan asam urat tubuh yang
berlebihan atau akibat penurunan ekskresi asam urat. Gout sekunder
disebabkan karena pembentukan asam urat yang berlebihan atau ekskresi asam
urat yang berkurang akibat proses penyakit lain atau pemakaian obat-obatan
tertentu sedangkan gout idiopatik adalah hiperurisemia yang tidak jelas
penyebab primer, kelainan genetik, tidak ada kelainan fisiologis atau anatomi
yang jelas.

2 Etiologi
Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya deposit / penimbunan
kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering terjadi pada penyakit
dengan metabolisme asam urat abnormal dan kelainan metabolik dalam pembentukan
purin dan ekskresi asam urat yang kurang dari ginjal.Beberapa factor lain yang
mendukung, seperti:
1. Faktor genetik seperti gangguan metabolisme purin yang menyebabkan
asam urat berlebihan (hiperuricemia), retensi asam urat, atau keduanya.
2. Penyebab sekunder yaitu akibat obesitas, diabetes mellitus, hipertensi,
gangguan ginjal yang akan menyebabkan pemecahan asam yang dapat
menyebabkan hiperuricemia.
LAPORAN PENDAHULUAN
Keperawatan Gerontik
Program Profesi Ilmu Keperawatan FK UNSRI
3. Karena penggunaan obat-obatan yang menurunkan ekskresi asam urat
sepertiaspirin, diuretic, levodopa, diazoksid, asam nikotinat, aseta zolamid
dan etambutol.
4. Mengkomsumsi makanan yang mengandung kadar purin yang tinggi
adalah jeroan yang dapat ditemukan pada hewan misalnya sapi, kambing
dan kerbau.

3 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari arthritis gout dibedakan atas empat stadium, yaitu:
1. Stadium artritis gout akut: serangan pertama arthritis gout akut, ditandai
dengan peradang menoartikular (unilateral) yang timbul mendadak disertai
aritema, nyeri hebat, dan peningkatan suhu di sekitar sendi yang terkena
sehingga pasien sulit berjalan. Selain itu, dapat ditemukan tanda-tanda
peradangan pada sendi yang terkena dan timbul gejala sistemik berupa
demam, menggigil dan malaise.
a) Lokalisasi umumnya pada meatarsofalangeal-1 (podagra) yang dapat
mengenai sendi lain antara lain, pergelangan tangan/kaki, siku, jari,
tangan, lutut, ankle, subtalar, dan midfoot.
b) Faktor pencetus serangan akut: trauma lokal, diet tinggi purin,
kelelahan fisik, stres, tindakan operasi , pemakaian diuretic
(khususnya golongan loop diuretikdan tiazid), atau penurunan dan
peningkatan asam urat.
2. Stadium interkritikal, merupakan periode asimtomatik, tidak didapatkan
tanda-tanda radang akut. Namun pada aspirasi sendi dapat ditemukan
Kristal monosodium urat. Periode ini berlangsung beberapa bulan sampai
beberapa tahun.
3. Stadium arthritis gout kronis, timbul serangan arthritis gout akut berulang.
Tidak ada gejala diantara dua fase serangan akut. Interval serangan akut
makin lama makin memendek, lama serangan serangan makin lama makin
memanjang serta jumlah sendi yang terserang semakin banyak.
4. Stadium arthritis gout kronis bertofus, seranga poliartikular dan ditemuksn
tofus (defosit Kristal natrium urat pada jaringan), terutama pada sendi
yang sering mengalami serangan. Pada tofus yang pecah dapat timbul
infeksi sekunder. Pada stadium ini disertai batu saluran kemih sampai
penyakit ginjal menahun.
LAPORAN PENDAHULUAN
Keperawatan Gerontik
Program Profesi Ilmu Keperawatan FK UNSRI
4 Web of caution

Diet tinggi purin Peningkatan pemecahan sel Asam urat dalam serum

Katabolisme purin Asam urat dalam sel Tidak dieksresi melalui


keluar urine

Kemampuan eskresi asam Penyakit ginjal (glomerulonefritis


Asam urat dalam serum dan gagal ginjal
urat terganggu/menurun
meningkat (hiperuresemia) Konsumsi alkohol
Peningkatan asam laktat
Hipersaturasi asam urat
sebagai produk sampingan
dalam plasma dan garam
metabolisme
urat di cairan tubuh
Dibungkus oleh berbagai Merangsang neutrofil
Terbentuk kristal
protein (termasuk IgG) (leukosit PMN)
monosodium urat (MSU)
Terjadi fagositosis kristal
Dijaringan lunak dan oleh leukosit
Di ginjal
persendian
Penumpukan dan dan Terbentuk fagolisosom
Penumpukan Penumpukan dan
pengendapan MSU MSU
pengendapan pengendapan MSU Merusak selaput protein
Pembentukan batu ginjal kristal
Pembentukan tophus
asam urat Terjadi ikatan hidrogen
Proteinuria, hipertensi antara permukaan kristal
ringan, urin asam dan pekat Respon inflamasi meningkat dengan membran lisosom
Membran lisosom robek,
Resiko terjadi pelepasan enzim dan
ketidakseimbangan oksidasi radikal kesitoplasma
volume cairan (synovial)
Pembesaran dan Peningkatan kerusakan
Hipertermia jaringan
penonjolan sendi

Nyeri hebat Deformitas sendi


Gangguan pola tidur
Kontraktur sendi Kekakuan sendi

Kerusakan integritas Fibrosis/ ankilosis tulang Hambatan mobilitas


jaringan
5 Pemeriksaan penunjang fisik
Pemeriksaan yang dilakukan mencakup evaluasi manifestasi lokal seperti
rasa sakit, eritema, tenderness, pembengkakan dan pembatasan gerak dan juga
memeriksa setiap manifestasi sistemik, penyebab percepatan penyakit tersebut,
serangan sebelumnya, dan riwayat keluarga mengenai gout (encok).
Studi diagnostik mencakup peningkatan kadar asam urat serum (lebih
besar dari 7,5 mg/dl), analisa cairan sendi yaitu adanya kristal urat
monosodium dan ESR serta WBC selama serangan. Pemeriksaan radiologi
dapat dilakukan untuk mengetahui kondisi lain dan dapat menunjukkan adanya
edema jaringan lunak dan tofus.
1. Serum asam urat
LAPORAN PENDAHULUAN
Keperawatan Gerontik
Program Profesi Ilmu Keperawatan FK UNSRI
Umumnya meningkat, diatas 7,5 mg/dl. Pemeriksaan ini mengindikasikan
hiperuricemia, akibat peningkatan produksi asam urat atau gangguan
ekskresi.
2. Angka leukosit
Menunjukkan peningkatan yang signifikan mencapai 20.000/mm3 selama
serangan akut.Selama periode asimtomatik angka leukosit masih dalam
batas normal yaitu 5000 - 10.000/mm3.
3. Eusinofil Sedimen rate (ESR)
Meningkat selama serangan akut. Peningkatan kecepatan sedimen rate
mengindikasikan proses inflamasi akut, sebagai akibat deposit asam urat di
persendian.
4. Urin spesimen 24 jam
Urin dikumpulkan dan diperiksa untuk menentukan produksi dan ekskresi
dan asam urat. Jumlah normal seorang mengekskresikan 250 - 750 mg/24
jam asam urat di dalam urin. Ketika produksi asam urat meningkat maka
level asam urat urin meningkat. Kadar kurang dari 800 mg/24 jam
mengindikasikan gangguan ekskresi pada pasien dengan peningkatan serum
asam urat.Instruksikan pasien untuk menampung semua urin dengan peses
atau tisu toilet selama waktu pengumpulan. Biasanya diet purin normal
direkomendasikan selama pengumpulan urin meskipun diet bebas purin
pada waktu itu diindikasikan.
5. Analisis cairan aspirasi dari sendi yang mengalami inflamasi akut atau
material aspirasi dari sebuah tofi menggunakan jarum kristal urat yang
tajam, memberikan diagnosis definitif gout.
6. Pemeriksaan radiografi
Dilakukan pada sendi yang terserang, hasil pemeriksaan akan menunjukkan
tidak terdapat perubahan pada awal penyakit, tetapi setelah penyakit
berkembang progresif maka akan terlihat jelas/area terpukul pada tulang
yang berada di bawah sinovial sendi.

6 Penatalaksanaan
Penanganan gout biasanya dibagi menjadi penanganan serangan akut dan penanganan
hiperurisemia pada pasien artritis kronik. Ada 3 tahapan dalam terapi penyakit ini:
1. Mengatasi serangan akut
2. Mengurangi kadar asam urat untuk mencegah penimbunan kristal urat
pada jaringan, terutama persendian
3. Terapi pencegahan menggunakan terapi hipourisemik
a) Terapi Non Farmakologi
LAPORAN PENDAHULUAN
Keperawatan Gerontik
Program Profesi Ilmu Keperawatan FK UNSRI
Terapi non-farmakologi merupakan strategi esensial dalam penangann
gout.Intervensi seperti istirahat yang cukup, penggunaan kompres
dingin, modifikasi diet, mengurangi asupan alkohol dan menurunkan
berat badan pada pasien yang kelebihan berat badan terbukti efektif.
b) Terapi Farmakologi
A. Penatalaksanaan Serangan akut
Istirahat dan terapi cepat dengan pemberian NSAID, misalnya
indometasin 200 mg/hari atau diklofenak 150 mg/hari, merupakan
terapi lini pertama dalam menangani serangan akut gout, asalkan
tidak ada kontraindikasi terhadap NSAID. Obat yang menurunkan
kadar asam urat serum (allopurinol dan obat urikosurik seperti
probenesid dan sulfinpirazon) tidak boleh digunakan pada
serangan akut.
Penggunaan NSAID, inhibitor cyclooxigenase-2 (COX-2),
kolkisin dan kortikosteroid untuk serangan akut sebagai berikut.
1. NSAID ; NSAID merupakan terapi lini pertama yang efektif
untuk pasien mengalami serangan gout akut. NSAID harus
diberikan dengan dosis sepenuhnya (full dose) pada 24-48 jam
pertama atau sampai nyeri hilang. Indometasin banyak
diresepkan untuk serangan akut artritis gout, dengan dosis awal
75-100 mg/hari. Dosis ini kemudian diturunkan setelah 5 hari
bersamaan denga meredanya gejala seranga akut. Efek
samping indometasin antara lain pusing dan gangguan saluran
cerna, efek ini akan sembuh pada saat dosis obat diturunkan.
NSAID lain yang umum digunakan untuk mengatasi episode
gout akut adalah :
a) Naproxen - awal 750 mg, kemudian 250 mg 3 kali/hari
b) Piroxicam - awal 40 mg, kemudian 10-20 mg/hari
c) Diclofenac - awal 100 mg, kemudian 50mg 3 kali/hari
selama 48 jam, kemudian 50 mg 2kali/hari selama 8 hari.
2. COX-2 inhibitor ; etoricoxib merupakan satu-satunya COX-2
inhibitor yang dilisensikan untuk mengatasi serangan akut gout.
Obat ini efektif tapi cukup mahal, dan bermanfaat terutama
untuk pasien yang tidak tahan terhadap efek gastrointestinal
NSAID non-selektif. COX-2 inhibitor mempunyai resiko efek
LAPORAN PENDAHULUAN
Keperawatan Gerontik
Program Profesi Ilmu Keperawatan FK UNSRI
samping gastrointestinal bagian atas yang lebih rendah
dibandingkan NSAID non-selektif.
3. Colchicine ; merupakan terapi spesifik dan efektif untuk
serangan gout akut.
4. Steroid ; Strategi alternatif selain NSAID dan kolkisin adalah
pemberian steroid intra-artikular. Cara ini dapat meredakan
serangan dengan cepat ketika hanya 1 atau 2 sendi yang terkena.
Namun, harus dipertimbangkan dengan cermat diferensial
diagnosis antara arthritis sepsis dan gout akut karena pemberian
steroid intra-artikular akan mmperburuk infeksi.
B. Penatalaksanaan gout kronik
Kontrol jangka panjang hiperurisemia merupakan faktor penting untuk
mencegah terjadinya serangan akut gout, gout tophaceous kronik,
keterlibatan ginjal dan pembentukan batu asam urat. Kapan mulai
diberikan obat penurun kadar asan urat masih kontroversi.
1. Allopurinol; Obat hipourisemik pilihan untuk gout kronik adalah
allopuinol. Selain mengontril gejala, obat ini juga melindungi
fungsi ginjal. Allopurinol menurunkan produksi asam urat dengan
cara menghambat enzim xantin oksidase. Dosis pada pasien
dengan fungsi ginjal normal dosis awal allopurinol tidak boeh
melebihi 300 mg/24 jam. Respon terhadap allopurinol dapat dilihat
sebagai penurunan kadar urat dalam serum pada 2 hari setelah
terapi dimulai dan maksimum setelah 7-10 hari. Kadar urat dalam
serum harus dicek setelah 2-3 minggu penggunaan allopurinol
untuk meyakinkan turunnya kadar urat.
2. Obat urikosurik; Kebanyakan pasien dengan hiperurisemia yang
sedikit mengekskresikan asam urat dapat diterapi dengan obat
urikosurik. Urikosurik seperti probenesid (500mg-1g 2kali/hari)
dan sulfinpirazon (100 mg 3-4 kali/hari) merupakan alternatif
allopurinol, terutama untuk pasien yang tidak tahan terhadap
allopurinol. Urikosurik harus dihindari pada pasien dengan
nefropati urat dan yang memproduksi asam urat berlebihan. Obat
ini tidak efektif paa pasien dengan fungsi ginjal yang buruk
(klirens kreatinin <20-30 mL/menit). Sekitar 5% pasien yang
LAPORAN PENDAHULUAN
Keperawatan Gerontik
Program Profesi Ilmu Keperawatan FK UNSRI
menggunakan probenesid jangka lama mengalami munal, nyeri ulu
hati, kembung, atau konstipasi.
7 Masalah keperawatan yang lazim muncul
a. Nyeri akut b.d agen cidera biologis (pembengkakan sendi, melaporkan
nyeri secara verbal pada area sendi)
b. Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri persendian (kaku sendi)
c. Resiko ketidakseimbangan volume cairan b.d perubahan kadar elektrolit
pada ginjal (disfungsi ginjal)
d. Hipertermia b.d proses penyakit (peradangan sendi)
e. Gangguan pola tidur b.d nyeri pada pembengkakan
f. Kerusakan integritas jaringan b.d kelebihan cairan (peradangan kronik
akibat adanya kristal urat)

Daftar Pustaka

Ningsih. N dan Lukman. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Klien Dengan


Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika.

Nanda International. (2012). Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi


2012-2014. Jakarta: EGC.

Nurarif, A. H., & Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC NOC (Edisi Revi).
Yogyakarta: Mediaction.

Wilkinson. J. (2016). Diagnosis Keperawatan: Diagnosis Nanda-1, Intervensi


Nic, Hasil Noc. Jakarta: EGC.
LAPORAN PENDAHULUAN
Keperawatan Gerontik
Program Profesi Ilmu Keperawatan FK UNSRI
LAPORAN PENDAHULUAN
Keperawatan Gerontik
Program Profesi Ilmu Keperawatan FK UNSRI
NURSING CARE PLANNING
Rencana Tindakan
NO Diagnosa
NOC NIC
1 Nyeri akut NOC NIC
Defenisi:  Pain level Pain Management
pengalaman sensori dan emosional yang tidak  Pain control  Lakukan pengkajian nyeri secara
menyenangkan yang muncul akibat kerusakan  Comfort level komprehensif termasuk lokasi,
jaringan yang actual atau potensial atau Kriteria hasil : karaktersitik, durasi, frekuensi, kualitas
digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian  Mampu mengontrol nyeri dan faktor presipitasi
rupa (International Association for the study of  Melaporkan bahwa nyeri  Observasi reaksi nonverbal dari
Pain): awitan yang tiba-tiba atau lambat dari berkurang dengan ketidaknyamanan
intensitas ringan hingga berat dengan akhir menggunakan manajemen  Gunakan teknik komunikasi terapeutik
yang dapt diantisipasi atau diprediksi dan nyeri untuk mengetahui pengalaman nyeri
berlangsung <6 bulan.  Mampu mengenali nyeri pasien
Faktor yang berhubungan: (skala, intensitas, frekuensi dan  Kaji kultur yang mempengaruhi respon
 Agen cedera (mis: biologis, zat kimia, fisik, tanda nyeri) nyeri
psikologis)  Menyatakan rasa nyaman  Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
setelah nyeri berkurang  Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan
lain tentang ketidakefektifan control nyeri
masa lampau
 Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu. cahaya
dan kebisingan
 Kurangi faktor presipitasi nyeri
 Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologis, non farmakologis dan
interpersonal)
 Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
LAPORAN PENDAHULUAN
Keperawatan Gerontik
Program Profesi Ilmu Keperawatan FK UNSRI

Ajarkan tentang teknik non farmakologi

Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

Evaluasi keefektifan control nyeri

Tingkatkan istirahat

Kolaborasikan dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
 Monitor penerimaan pasien tentang
manajemen nyeri
Analgesik Administrastion
 Tentukan lokasi, karaktersiktik, kualitas,
dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
 Cek instruktur dokter tentang jenis obat,
dosis dan frekuensi
 Cek riwayat alergi
 Pilih analgesic yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesic ketika pemberian
lebih dari satu
 Tentukan pilihan analgesic tergantung tipe
dan beratnya nyeri
 Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara teratur
 Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesic pertama kali
 Berikan analgesic tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
 Evaluasi efektivitas analgesic, tanda gejala
2 Hypertermia (00007) 1. Thermoregulation Fever treatment
Domain 11: keamanan/ perlindungan Kriteria Hasil : 1. Monitor suhu sesering mungkin
Kelas 6: termoregulasi 1. Suhu tubuh dalam rentan 2. Monitor IWL
LAPORAN PENDAHULUAN
Keperawatan Gerontik
Program Profesi Ilmu Keperawatan FK UNSRI
normal 3. Monitor warna dan suhu kulit
Definisi: 2. Nadi dan RR dalam rentan 4. Monitor tekanan darah, nadi, dan RR
Perningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal normal 5. Monitor penurunan tingkat kesadaraan
3. Tidak ada perubahan 6. Mmonitor intek dan output
Batas karakteristik: warna kulit dan tidak ada 7. Berikan anti piretik
1. Konvulsi pusing 8. Berikan pengobatan untuk mengatasi
2. Kulit kemerahan penyebab demam
3. Peningkatan suhu di atas kisaran 9. Selimuti pasien
normal
10. Lakukan tapid sponge
4. Kejang
11. Kolaborasi pemberian cairan intervena
5. Tarkikardi
6. Takipnea 12. Kompres pasien pada lipat paha dan
7. Kulit terasa hangat aksila
Faktor factor yang berhubungan: 13. Tingkatkan sirkulasi udara
1. Anastesia 14. Berikan pengobatan untuk mencegah
2. Penurunan respirasi terjadinya menggigil
3. Dehidrasi Temperature regulation
4. Pemanjanan lingkungan yang panas 1. Monitor suhu minimal tiap 2 jam
5. Penyakit 2. Rencanakan monitoring suhu secara
6. Pemakaian pakaian yang tidak sesuai kontiyu
dengan suhu lingkungan 3. Monitor TD, nadi, RR
7. Peningkatan laju metabolisme 4. Monitor warna dan suhu kulit
8. Medikasi 5. Monitor tanda – tanda hipertermi
9. Trauma Hipotermi
10. Aktivitas berlebihan 1. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
2. Selimuti pasien untuk mencegah
hilangnya kehangatan tubuh
3. Ajarkan pada pasien cara mencegah
keletihan akibat panas
4. Diskusikan tentang pentingny
LAPORAN PENDAHULUAN
Keperawatan Gerontik
Program Profesi Ilmu Keperawatan FK UNSRI
pengaturan suhu dan kemungkinan
efek negative dari kedingginan
5. Beritahu tentang indikasi terjadinya
keletihan dan penanganan emergency
yang diperlukan
6. Ajarkan indikasi dari hipotermi dan
penanganan yang diperlukan
7. Berikan anti piretik jika perlu
Vital sign monitoring
1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
2. Catat adanya fluktuasi dan tekanan
darah
3. Monitor kualitas dari nadi
4. Monitor frekuensi dan irama
pernafasan
5. Monitor suara paru
6. Monitor pola pernafasan abnormal
7. Monitor suhu, warna, dan kelembaban
kulit
8. Monitor sianosis perifer
9. Monitor adannya cushing triad(tekanan
nadi yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
10. Identifikasi penyebab dari perubahan
vita sign.
3. Hambatan mobilitas fisik NOC NIC

Definisi : keterbatasan pada pergerakan fisik  Joint movement : active Exercise therapy: ambulation
tubuh satu atau lebih ekstremitas secara  Mobility level
 Self care: ADLs  Monitoring vital sign sebelum/ setelah
LAPORAN PENDAHULUAN
Keperawatan Gerontik
Program Profesi Ilmu Keperawatan FK UNSRI
mandiri dan terarah.  Transfer performance latihan dan lihat respon pasien saat
latihan
Batasan karakteristik:  Konsultasikan dengan terapi fisik tentang
Kriteria hasil: rencana ambulasi sesuai dengan
 Penurunan waktu reaksi kebutuhan
 Kesulitan membolak-balik posisi  Klien meningkat dalam  Bantu klien untuk menggunakan tongkat
 Melakukan aktivitas lain sebagai aktivitas fisik saat berjalan dan cegah terhadap cidera
pengganti pergerakan (misalnya  Mengerti tujuan dari  Ajarkan pasien tentang teknik ambulasi
meningkatkan perhatian pada aktivitas peningkatan mobilitas  Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
orang lain, mengendalikan perilaku, fokus  Memverbalisasikan perasaan  Latih pasien dalam pemenuhan
pada ketunadayaan/ aktivitas sebelum dalam meningkatkan kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai
sakit) kekuatan dan kemampuan kemampuan
 Dispnea setelah beraktivitas berpindah  Dampingi dan bantu penuhi kebutuhan
 Perubahan cara berjalan  Memperagakan penggunaan ADLs pasien
 Gerakan bergetar alat  Berikan alat bantu jika klien memerlukan
 Keterbatasan kemampuan melakukan  Bantu untuk mobilisasi  Ajarkan pasien bagaimana merubah
keterampilan motorik halus (Walker) posisi dan berikan bantuan jika
 Keterbatasan kemampuan melakukan diperlukan
keterampilan motorik kasar
 Keterbatasan rentang pergerakan sendi
 Tremor akibat pergerakan
 Ketidakstabilan postur
 Pergerakan lambat
 Pergerakan tidak terkoordinasi

Faktor yang berhubungan:

 Intoleransi aktivitas
 Perubahan metabolisme selular
LAPORAN PENDAHULUAN
Keperawatan Gerontik
Program Profesi Ilmu Keperawatan FK UNSRI
 Ansietas
 IMT di atas persentil ke-75 sesuai usia
 Gangguan kognitif
 Konstraktur
 Kepercayaan budaya tentang aktivitas
sesuai usia
 Fisik tidak bugar
 Penurunan ketahanan tubuh
 Penurunan kendali otot
 Penurunan masa otot
 Malnutrisi
 Gangguan muskuloskeletal
 Gangguan neuromuskular, nyeri
 Agens obat
 Penurunan kekuatan otot
 Kurang pengetahuan tentang aktivitas fisik
 Keadaan mood depresif
 Keterlambatan perkembangan
 Ketidaknyamanan
 Disuse, kaku sendi
 Kurang dukungan lingkungan (fisik dan
sosial)
 Keterbatasan ketahanan kardiovaskular
 Kerusakan integritas struktur tulang
 Program pembatasan gerak
 Keengganan memulai pergerakan
 Gaya hidup monoton
 Gangguan sensori perseptual
LAPORAN PENDAHULUAN
Keperawatan Gerontik
Program Profesi Ilmu Keperawatan FK UNSRI
4. Resiko kekurangan volume cairan  Fluid balance Fluid management:
 Hydration
Definisi: beresiko mengalami dehidrasi  Nutritional status: food and  Timbang popok/pembalut jika diperlukan
vaskular, selular, atau dehidrasi fluid  Pertahankan catatan intake dan output
 Intake yang akurat
 Monitor status hidrasi (kelembaban,
membran mukosa, nadi adekuat, tekanan
Faktor resiko: Kriteria hasil: darah ortostatik) jika diperlukan
 Monitor vital sign
 Kehilangan volume cairan aktif  Mempertahankan urine  Monitor masukkan makanan/cairan dan
 Kurang pengetahuan output sesuai dengan usia dan hitung intake kalori harian
 Penyimpangan yang mempengaruhi BB, BJ urine normal, Ht  Kolaborasikan pemberian cairan IV
absorbsi cairan normal  Monitor status nutrisi
 Penyimpangan yang mempengaruhi akses  Tekanan darah, nadi, suhu
 Berikan cairan IV pada suhu ruangan
cairan tubuh dalam batas normal  Dorong masukkan oral
 Penyimpangan yang mempengaruhi  Tidak ada tanda-tanda  Berikan penggantian nasogastrik sesuai
asupan cairan dehidrasi output
 Kehilangan berlebhan melalui rute normal  Elastisitas turgor kulit baik,
 Dorong keluarga untuk membantu pasien
(misalnya diare) membran mukosa lembab, makan
 Usia lanjut tidak ada rasa haus yang  Tawarkan snack (jus buah, buah segar)
 Kehilangan berat badan ekstrim berlebihan
 Kolaborasi dengan dokter
 Faktor yang mempengaruhi kebutuhan
 Atur kemungkinan transfusi
cairan (misalnya status hipermetabolik)
 Persiapkan untuk transfusi
 Kegagalan fungsi regulator
 Kehilangan cairan melalui rute abnormal
(misalnya perdarahan) Hipovolemia management:
 Agens fermasutikal (mis, diuretik)
 Monitor status cairan termasuk intake dan
output cairan
 Pelihara IV line
LAPORAN PENDAHULUAN
Keperawatan Gerontik
Program Profesi Ilmu Keperawatan FK UNSRI
 Monitor tingkat Hb dan Ht
 Monitor vital sign
 Monitor respon pasien terhadap
penambahan cairan
 Monitor BB
 Dorong pasien untuk menambah intake
oral
 Pemberian cairan IV
 Monitor adanya tanda dan gejala
kelebihan volume cairan
 Monitor adanya tanda gagal ginjal
5 Keruakan integritas jaringan Noc Nic
Definisi : kerusakan jaringan membran 
Tissue integrity : skin and Prssre ulcer prevention wound care
mukosa,kornea,integumen atau subkutan. mucos
 Wound healing : primary and  Anjurkan pasien untuk menggunakan
Batas karakteristik secondary intention pakaian yang longgar
 Jaga kulit agar tetap brsih dan kering
 Kerusakan jaringan.(mis.,kornea,membran Kriteria hasil  Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien)
mukosa,kornea,integumen atau subkutan) setiap dua jam sekali
 Kerusakan jaringan  Perfusi jaringan normal
 Monitor kulit akan adanya kemerahan
 Tidak ada tanda-tanda infeksi
Faktor yang berhubungan  Oleskan lotion atau minyak /baby oil
 Ketebalan dan tekstur pada daerah yang tertekan
 Gangguan sirkulasi jaringan normal
 Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
 Iritan zat kimia  Menunjukkan pemahaman
 Monitor status nutrisi pasien
 Defisit cairan dalam proses perbaikan kulit
 Memandikan pasien dengan sabun dan
dan mencegah terjadinya
 Kelebihan cairan air hangat
cidera berulang
 Hambatan mobilitas fisik  Observasi luka: lokasi
 Menunjukkan terjadinya
 Kurang pengetahuan ,dimensi,kedalaman luka,jaringan
proses penyembuhan luka
 Faktor nekrotik,tanda-tanda infeksi lokal
LAPORAN PENDAHULUAN
Keperawatan Gerontik
Program Profesi Ilmu Keperawatan FK UNSRI
mekanik(mis.,tekanan,koyakan/robekan,fri ,formasi traktus
ksal)  Ajarkan keluarga tentang luka dan
 Faktor nutisi (mis.,kekurangan atau perawatan luka
kelebihan)  Kolaborasi ahli gizi pemberian diet
 Radiasi TKTP(tinggi kalorit tinggi protein)
 Suhu ekstrem  Cegah kontaminasi fase dan urin
 Lakukan tehnik perawatan luka dengan
steril
 Berikan posisi yang mengurangi tekanan
pada luka
 Hindari kerutan pada tempat tidur

6 Gangguan pola tidur Noc Nic


Definisi : Ganguan kualitas dan kuantitas  Anxiety reduction Sleep enhancement
waktu tidur akibat factor eksternal.  Comport level
 Pain level  Determinsi efek-efek madikasi terhadap
Batasan Karakteristik pola tidur
 Rest : extent and pattern
 Perubahan pola tidur normal  Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
 Sleep : extent and pattern
 Penurunan kemampuan berfungsi  Fasilitas untuk mempertahankan
 Ketidakpuasan tidur Kriteria hasil aktivitas sebelum tidur(membaca)
 Menyatakan sering terjaga  Ciptakan lingkungan yang nyaman
 Menyatakan tidak mengalami kesuitan  Jumlah jam tiur dalam batas  Kolaborasi pemberian obat tidur
tidur nomal 6-8 jam/hari  Diskusikan dengan pasien dan keluarga
 Menyatkan tidak merasa cukup istirahat  Pola tidr,kalitas dalam batas tentang teknik tidur pasien
nrmal  Instruksikan untuk memonitor tidur
Factor yang berhubungan  Perasaan segar sesudah tidur pasien
atau istirahat  Monitor waktu makan dan minum
 Kelembaban lingkungan sekitar  Mampu mengidentifikasi dengan waktu tidur
hal hal yan meningkatkan
LAPORAN PENDAHULUAN
Keperawatan Gerontik
Program Profesi Ilmu Keperawatan FK UNSRI
 Suhu lingkungan sekitar tidur  Monitor/catat kebutuhan tidur pasien
 Tanggung jawab member asuhan setiap hari dan jam
 Perubahan pejanan terhadap cahaya gelap
 Gangguan(mis., untuk tujuan terapeutik
,pemamtauan,pemeriksaan labolatorium)
 Kurang kontrol tidur
 Kurang privasi,pencahayaan
 Bising,bau gas
 Restrain fisik,teman tidur
 Tidak familier dngan prabot tidur

Anda mungkin juga menyukai