OLEH :
ADELIA PRADITA
DOSEN PEMBIMBING
FUJI RAHMAWATI, S. Kep., Ns., M.Kep.
GOUT ARTHRITIS
1 Definisi
Menurut American College of Rheumatology, gout adalah suatu penyakit
dan potensi ketidakmampuan akibat radang sendi yang sudah dikenal sejak
LAPORAN PENDAHULUAN
Keperawatan Gerontik
Program Profesi Ilmu Keperawatan FK UNSRI
lama, gejalanya biasanya terdiri dari episodik berat dari nyeri infalamasi satu
sendi.
Gout adalah bentuk inflamasi arthritis kronis, bengkak dan nyeri yang
paling sering di sendi besar jempol kaki. Namun, gout tidak terbatas pada
jempol kaki, dapat juga mempengaruhi sendi lain termasuk kaki, pergelangan
kaki, lutut, lengan, pergelangan tangan, siku dan kadang di jaringan lunak dan
tendon. Biasanya hanya mempengaruhi satu sendi pada satu waktu, tapi bisa
menjadi semakin parah dan dari waktu ke waktu dapat mempengaruhi beberapa
sendi. Gout merupakan istilah yang dipakai untuk sekelompok gangguan
metabolik yang ditandai oleh meningkatnya konsentrasi asam urat
(hiperurisemia) (Ningsih, 2009).
Asam urat merupakan senyawa nitrogen yang dihasilkan dari proses
katabolisme purin baik dari diet maupun dari asam nukleat endogen (asam
deoksiribonukleat). Gout dapat bersifat primer, sekunder, maupun idiopatik.
Gout primer merupakan akibat langsung pembentukan asam urat tubuh yang
berlebihan atau akibat penurunan ekskresi asam urat. Gout sekunder
disebabkan karena pembentukan asam urat yang berlebihan atau ekskresi asam
urat yang berkurang akibat proses penyakit lain atau pemakaian obat-obatan
tertentu sedangkan gout idiopatik adalah hiperurisemia yang tidak jelas
penyebab primer, kelainan genetik, tidak ada kelainan fisiologis atau anatomi
yang jelas.
2 Etiologi
Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya deposit / penimbunan
kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering terjadi pada penyakit
dengan metabolisme asam urat abnormal dan kelainan metabolik dalam pembentukan
purin dan ekskresi asam urat yang kurang dari ginjal.Beberapa factor lain yang
mendukung, seperti:
1. Faktor genetik seperti gangguan metabolisme purin yang menyebabkan
asam urat berlebihan (hiperuricemia), retensi asam urat, atau keduanya.
2. Penyebab sekunder yaitu akibat obesitas, diabetes mellitus, hipertensi,
gangguan ginjal yang akan menyebabkan pemecahan asam yang dapat
menyebabkan hiperuricemia.
LAPORAN PENDAHULUAN
Keperawatan Gerontik
Program Profesi Ilmu Keperawatan FK UNSRI
3. Karena penggunaan obat-obatan yang menurunkan ekskresi asam urat
sepertiaspirin, diuretic, levodopa, diazoksid, asam nikotinat, aseta zolamid
dan etambutol.
4. Mengkomsumsi makanan yang mengandung kadar purin yang tinggi
adalah jeroan yang dapat ditemukan pada hewan misalnya sapi, kambing
dan kerbau.
3 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari arthritis gout dibedakan atas empat stadium, yaitu:
1. Stadium artritis gout akut: serangan pertama arthritis gout akut, ditandai
dengan peradang menoartikular (unilateral) yang timbul mendadak disertai
aritema, nyeri hebat, dan peningkatan suhu di sekitar sendi yang terkena
sehingga pasien sulit berjalan. Selain itu, dapat ditemukan tanda-tanda
peradangan pada sendi yang terkena dan timbul gejala sistemik berupa
demam, menggigil dan malaise.
a) Lokalisasi umumnya pada meatarsofalangeal-1 (podagra) yang dapat
mengenai sendi lain antara lain, pergelangan tangan/kaki, siku, jari,
tangan, lutut, ankle, subtalar, dan midfoot.
b) Faktor pencetus serangan akut: trauma lokal, diet tinggi purin,
kelelahan fisik, stres, tindakan operasi , pemakaian diuretic
(khususnya golongan loop diuretikdan tiazid), atau penurunan dan
peningkatan asam urat.
2. Stadium interkritikal, merupakan periode asimtomatik, tidak didapatkan
tanda-tanda radang akut. Namun pada aspirasi sendi dapat ditemukan
Kristal monosodium urat. Periode ini berlangsung beberapa bulan sampai
beberapa tahun.
3. Stadium arthritis gout kronis, timbul serangan arthritis gout akut berulang.
Tidak ada gejala diantara dua fase serangan akut. Interval serangan akut
makin lama makin memendek, lama serangan serangan makin lama makin
memanjang serta jumlah sendi yang terserang semakin banyak.
4. Stadium arthritis gout kronis bertofus, seranga poliartikular dan ditemuksn
tofus (defosit Kristal natrium urat pada jaringan), terutama pada sendi
yang sering mengalami serangan. Pada tofus yang pecah dapat timbul
infeksi sekunder. Pada stadium ini disertai batu saluran kemih sampai
penyakit ginjal menahun.
LAPORAN PENDAHULUAN
Keperawatan Gerontik
Program Profesi Ilmu Keperawatan FK UNSRI
4 Web of caution
Diet tinggi purin Peningkatan pemecahan sel Asam urat dalam serum
6 Penatalaksanaan
Penanganan gout biasanya dibagi menjadi penanganan serangan akut dan penanganan
hiperurisemia pada pasien artritis kronik. Ada 3 tahapan dalam terapi penyakit ini:
1. Mengatasi serangan akut
2. Mengurangi kadar asam urat untuk mencegah penimbunan kristal urat
pada jaringan, terutama persendian
3. Terapi pencegahan menggunakan terapi hipourisemik
a) Terapi Non Farmakologi
LAPORAN PENDAHULUAN
Keperawatan Gerontik
Program Profesi Ilmu Keperawatan FK UNSRI
Terapi non-farmakologi merupakan strategi esensial dalam penangann
gout.Intervensi seperti istirahat yang cukup, penggunaan kompres
dingin, modifikasi diet, mengurangi asupan alkohol dan menurunkan
berat badan pada pasien yang kelebihan berat badan terbukti efektif.
b) Terapi Farmakologi
A. Penatalaksanaan Serangan akut
Istirahat dan terapi cepat dengan pemberian NSAID, misalnya
indometasin 200 mg/hari atau diklofenak 150 mg/hari, merupakan
terapi lini pertama dalam menangani serangan akut gout, asalkan
tidak ada kontraindikasi terhadap NSAID. Obat yang menurunkan
kadar asam urat serum (allopurinol dan obat urikosurik seperti
probenesid dan sulfinpirazon) tidak boleh digunakan pada
serangan akut.
Penggunaan NSAID, inhibitor cyclooxigenase-2 (COX-2),
kolkisin dan kortikosteroid untuk serangan akut sebagai berikut.
1. NSAID ; NSAID merupakan terapi lini pertama yang efektif
untuk pasien mengalami serangan gout akut. NSAID harus
diberikan dengan dosis sepenuhnya (full dose) pada 24-48 jam
pertama atau sampai nyeri hilang. Indometasin banyak
diresepkan untuk serangan akut artritis gout, dengan dosis awal
75-100 mg/hari. Dosis ini kemudian diturunkan setelah 5 hari
bersamaan denga meredanya gejala seranga akut. Efek
samping indometasin antara lain pusing dan gangguan saluran
cerna, efek ini akan sembuh pada saat dosis obat diturunkan.
NSAID lain yang umum digunakan untuk mengatasi episode
gout akut adalah :
a) Naproxen - awal 750 mg, kemudian 250 mg 3 kali/hari
b) Piroxicam - awal 40 mg, kemudian 10-20 mg/hari
c) Diclofenac - awal 100 mg, kemudian 50mg 3 kali/hari
selama 48 jam, kemudian 50 mg 2kali/hari selama 8 hari.
2. COX-2 inhibitor ; etoricoxib merupakan satu-satunya COX-2
inhibitor yang dilisensikan untuk mengatasi serangan akut gout.
Obat ini efektif tapi cukup mahal, dan bermanfaat terutama
untuk pasien yang tidak tahan terhadap efek gastrointestinal
NSAID non-selektif. COX-2 inhibitor mempunyai resiko efek
LAPORAN PENDAHULUAN
Keperawatan Gerontik
Program Profesi Ilmu Keperawatan FK UNSRI
samping gastrointestinal bagian atas yang lebih rendah
dibandingkan NSAID non-selektif.
3. Colchicine ; merupakan terapi spesifik dan efektif untuk
serangan gout akut.
4. Steroid ; Strategi alternatif selain NSAID dan kolkisin adalah
pemberian steroid intra-artikular. Cara ini dapat meredakan
serangan dengan cepat ketika hanya 1 atau 2 sendi yang terkena.
Namun, harus dipertimbangkan dengan cermat diferensial
diagnosis antara arthritis sepsis dan gout akut karena pemberian
steroid intra-artikular akan mmperburuk infeksi.
B. Penatalaksanaan gout kronik
Kontrol jangka panjang hiperurisemia merupakan faktor penting untuk
mencegah terjadinya serangan akut gout, gout tophaceous kronik,
keterlibatan ginjal dan pembentukan batu asam urat. Kapan mulai
diberikan obat penurun kadar asan urat masih kontroversi.
1. Allopurinol; Obat hipourisemik pilihan untuk gout kronik adalah
allopuinol. Selain mengontril gejala, obat ini juga melindungi
fungsi ginjal. Allopurinol menurunkan produksi asam urat dengan
cara menghambat enzim xantin oksidase. Dosis pada pasien
dengan fungsi ginjal normal dosis awal allopurinol tidak boeh
melebihi 300 mg/24 jam. Respon terhadap allopurinol dapat dilihat
sebagai penurunan kadar urat dalam serum pada 2 hari setelah
terapi dimulai dan maksimum setelah 7-10 hari. Kadar urat dalam
serum harus dicek setelah 2-3 minggu penggunaan allopurinol
untuk meyakinkan turunnya kadar urat.
2. Obat urikosurik; Kebanyakan pasien dengan hiperurisemia yang
sedikit mengekskresikan asam urat dapat diterapi dengan obat
urikosurik. Urikosurik seperti probenesid (500mg-1g 2kali/hari)
dan sulfinpirazon (100 mg 3-4 kali/hari) merupakan alternatif
allopurinol, terutama untuk pasien yang tidak tahan terhadap
allopurinol. Urikosurik harus dihindari pada pasien dengan
nefropati urat dan yang memproduksi asam urat berlebihan. Obat
ini tidak efektif paa pasien dengan fungsi ginjal yang buruk
(klirens kreatinin <20-30 mL/menit). Sekitar 5% pasien yang
LAPORAN PENDAHULUAN
Keperawatan Gerontik
Program Profesi Ilmu Keperawatan FK UNSRI
menggunakan probenesid jangka lama mengalami munal, nyeri ulu
hati, kembung, atau konstipasi.
7 Masalah keperawatan yang lazim muncul
a. Nyeri akut b.d agen cidera biologis (pembengkakan sendi, melaporkan
nyeri secara verbal pada area sendi)
b. Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri persendian (kaku sendi)
c. Resiko ketidakseimbangan volume cairan b.d perubahan kadar elektrolit
pada ginjal (disfungsi ginjal)
d. Hipertermia b.d proses penyakit (peradangan sendi)
e. Gangguan pola tidur b.d nyeri pada pembengkakan
f. Kerusakan integritas jaringan b.d kelebihan cairan (peradangan kronik
akibat adanya kristal urat)
Daftar Pustaka
Definisi : keterbatasan pada pergerakan fisik Joint movement : active Exercise therapy: ambulation
tubuh satu atau lebih ekstremitas secara Mobility level
Self care: ADLs Monitoring vital sign sebelum/ setelah
LAPORAN PENDAHULUAN
Keperawatan Gerontik
Program Profesi Ilmu Keperawatan FK UNSRI
mandiri dan terarah. Transfer performance latihan dan lihat respon pasien saat
latihan
Batasan karakteristik: Konsultasikan dengan terapi fisik tentang
Kriteria hasil: rencana ambulasi sesuai dengan
Penurunan waktu reaksi kebutuhan
Kesulitan membolak-balik posisi Klien meningkat dalam Bantu klien untuk menggunakan tongkat
Melakukan aktivitas lain sebagai aktivitas fisik saat berjalan dan cegah terhadap cidera
pengganti pergerakan (misalnya Mengerti tujuan dari Ajarkan pasien tentang teknik ambulasi
meningkatkan perhatian pada aktivitas peningkatan mobilitas Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
orang lain, mengendalikan perilaku, fokus Memverbalisasikan perasaan Latih pasien dalam pemenuhan
pada ketunadayaan/ aktivitas sebelum dalam meningkatkan kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai
sakit) kekuatan dan kemampuan kemampuan
Dispnea setelah beraktivitas berpindah Dampingi dan bantu penuhi kebutuhan
Perubahan cara berjalan Memperagakan penggunaan ADLs pasien
Gerakan bergetar alat Berikan alat bantu jika klien memerlukan
Keterbatasan kemampuan melakukan Bantu untuk mobilisasi Ajarkan pasien bagaimana merubah
keterampilan motorik halus (Walker) posisi dan berikan bantuan jika
Keterbatasan kemampuan melakukan diperlukan
keterampilan motorik kasar
Keterbatasan rentang pergerakan sendi
Tremor akibat pergerakan
Ketidakstabilan postur
Pergerakan lambat
Pergerakan tidak terkoordinasi
Intoleransi aktivitas
Perubahan metabolisme selular
LAPORAN PENDAHULUAN
Keperawatan Gerontik
Program Profesi Ilmu Keperawatan FK UNSRI
Ansietas
IMT di atas persentil ke-75 sesuai usia
Gangguan kognitif
Konstraktur
Kepercayaan budaya tentang aktivitas
sesuai usia
Fisik tidak bugar
Penurunan ketahanan tubuh
Penurunan kendali otot
Penurunan masa otot
Malnutrisi
Gangguan muskuloskeletal
Gangguan neuromuskular, nyeri
Agens obat
Penurunan kekuatan otot
Kurang pengetahuan tentang aktivitas fisik
Keadaan mood depresif
Keterlambatan perkembangan
Ketidaknyamanan
Disuse, kaku sendi
Kurang dukungan lingkungan (fisik dan
sosial)
Keterbatasan ketahanan kardiovaskular
Kerusakan integritas struktur tulang
Program pembatasan gerak
Keengganan memulai pergerakan
Gaya hidup monoton
Gangguan sensori perseptual
LAPORAN PENDAHULUAN
Keperawatan Gerontik
Program Profesi Ilmu Keperawatan FK UNSRI
4. Resiko kekurangan volume cairan Fluid balance Fluid management:
Hydration
Definisi: beresiko mengalami dehidrasi Nutritional status: food and Timbang popok/pembalut jika diperlukan
vaskular, selular, atau dehidrasi fluid Pertahankan catatan intake dan output
Intake yang akurat
Monitor status hidrasi (kelembaban,
membran mukosa, nadi adekuat, tekanan
Faktor resiko: Kriteria hasil: darah ortostatik) jika diperlukan
Monitor vital sign
Kehilangan volume cairan aktif Mempertahankan urine Monitor masukkan makanan/cairan dan
Kurang pengetahuan output sesuai dengan usia dan hitung intake kalori harian
Penyimpangan yang mempengaruhi BB, BJ urine normal, Ht Kolaborasikan pemberian cairan IV
absorbsi cairan normal Monitor status nutrisi
Penyimpangan yang mempengaruhi akses Tekanan darah, nadi, suhu
Berikan cairan IV pada suhu ruangan
cairan tubuh dalam batas normal Dorong masukkan oral
Penyimpangan yang mempengaruhi Tidak ada tanda-tanda Berikan penggantian nasogastrik sesuai
asupan cairan dehidrasi output
Kehilangan berlebhan melalui rute normal Elastisitas turgor kulit baik,
Dorong keluarga untuk membantu pasien
(misalnya diare) membran mukosa lembab, makan
Usia lanjut tidak ada rasa haus yang Tawarkan snack (jus buah, buah segar)
Kehilangan berat badan ekstrim berlebihan
Kolaborasi dengan dokter
Faktor yang mempengaruhi kebutuhan
Atur kemungkinan transfusi
cairan (misalnya status hipermetabolik)
Persiapkan untuk transfusi
Kegagalan fungsi regulator
Kehilangan cairan melalui rute abnormal
(misalnya perdarahan) Hipovolemia management:
Agens fermasutikal (mis, diuretik)
Monitor status cairan termasuk intake dan
output cairan
Pelihara IV line
LAPORAN PENDAHULUAN
Keperawatan Gerontik
Program Profesi Ilmu Keperawatan FK UNSRI
Monitor tingkat Hb dan Ht
Monitor vital sign
Monitor respon pasien terhadap
penambahan cairan
Monitor BB
Dorong pasien untuk menambah intake
oral
Pemberian cairan IV
Monitor adanya tanda dan gejala
kelebihan volume cairan
Monitor adanya tanda gagal ginjal
5 Keruakan integritas jaringan Noc Nic
Definisi : kerusakan jaringan membran
Tissue integrity : skin and Prssre ulcer prevention wound care
mukosa,kornea,integumen atau subkutan. mucos
Wound healing : primary and Anjurkan pasien untuk menggunakan
Batas karakteristik secondary intention pakaian yang longgar
Jaga kulit agar tetap brsih dan kering
Kerusakan jaringan.(mis.,kornea,membran Kriteria hasil Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien)
mukosa,kornea,integumen atau subkutan) setiap dua jam sekali
Kerusakan jaringan Perfusi jaringan normal
Monitor kulit akan adanya kemerahan
Tidak ada tanda-tanda infeksi
Faktor yang berhubungan Oleskan lotion atau minyak /baby oil
Ketebalan dan tekstur pada daerah yang tertekan
Gangguan sirkulasi jaringan normal
Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
Iritan zat kimia Menunjukkan pemahaman
Monitor status nutrisi pasien
Defisit cairan dalam proses perbaikan kulit
Memandikan pasien dengan sabun dan
dan mencegah terjadinya
Kelebihan cairan air hangat
cidera berulang
Hambatan mobilitas fisik Observasi luka: lokasi
Menunjukkan terjadinya
Kurang pengetahuan ,dimensi,kedalaman luka,jaringan
proses penyembuhan luka
Faktor nekrotik,tanda-tanda infeksi lokal
LAPORAN PENDAHULUAN
Keperawatan Gerontik
Program Profesi Ilmu Keperawatan FK UNSRI
mekanik(mis.,tekanan,koyakan/robekan,fri ,formasi traktus
ksal) Ajarkan keluarga tentang luka dan
Faktor nutisi (mis.,kekurangan atau perawatan luka
kelebihan) Kolaborasi ahli gizi pemberian diet
Radiasi TKTP(tinggi kalorit tinggi protein)
Suhu ekstrem Cegah kontaminasi fase dan urin
Lakukan tehnik perawatan luka dengan
steril
Berikan posisi yang mengurangi tekanan
pada luka
Hindari kerutan pada tempat tidur