Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

GOUT

Di susun oleh:

NAMA : Syahidah

NIM :2019032096

CI INSTITUSI

Ns. Yuhana Damantalm.,S.kep.,M.Erg

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU

TAHUN 2020
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Tinjauan teori
1. Pengertian
Gout adalah penyakit metebolik yang ditandai dengan penumpukan asam urat
yang nyeri pada tulang sendi, sangat sering ditemukan pada kaki bagian atas,
pergelangan dan kaki bagian tengah. (Merkie, Carrie. 2016).
2. Anatomi dan fisiologi
Rangka merupakan bagian tubuh yang terdiri dari tulang,sendi dan tulang
rawan sebagai tempat menempelnya otot yang memungkin tubuh untuk
mempertahan sikap dan posisi.
Rangka digolongkan menjadi rangka aksial,rangka apendikular dan
persendian.
a) Rangka aksial
Melindungi organ – organ pada kepala leher dan torso.
b) Apendikular
Tulang – tulang yang membentuk lengan tungkai dan tulang pectoral serta
tonjolan pelvis yang menjadi tempat melekatnya lengan dan tungkai pada rangka
aksial
c) Persendian
Adalah artikulasi dari dua tulang atau lebih
Fungsi Sistem Rangka |:
1. Tulang sebagai penopang berdirinya tubuh.
2. Pergerakan : dapat mengubah arah dan kekuatan otot rangka saat
bergerak,adanya persendian.
3. Melindungi organ – organ halus dan lunak yang ada dalam tubuh
4. Pembentukan sel darah.
5. Tempat penyimpanan mineral ( kalium dan fosfat ) dan lipid.
1) Menurut bentuknya tulang dibagi menjadi 4 yaitu :
a. Tulang panjang: tulang paha,tulang lengan atas.
b. Tulang pendek : tulang karang,bagian luas terdiri dari tulang padat.
c. Tulang ceper yang terdapat pada tulang tengkorak yang terdiri dari 2 tulang
karang dan tulang padat disebelah luar.
d. Tulang yang tidak beraturan (vertebra) sama seperti tulang pendek.
2) Struktur tulang
Dilihat dari bentuk dibagi menjadi tulang panjang,tulang pendek dan tulang tidak
beraturan.
3) Vascularisasi
- Tulang merupakan bagian yang kaya akan vaskuler dengan total aliran sekitar
200-400cc / menit.Setiap tulang memiliki arteri yang menyuplai darah yang
membawa nutrient masuk didekat pertengahan tulang kemudian bercabang ke
atas dank bawah menjadi pembuluh darah mikroskopis,pembuluh darah ini
menyerupai kortex,morrow dan system harvest.
- Persyarafan
Serabur syaraf simpatik dan afferent (sensorik) mempersyarafi tulang dilatasi
kapiler dan dikontrol oleh syaraf simpatis sementara serabut syaraf efferent
menstramisikan rangsangan nyeri.
4) Pertumbuhan dan metabolisme tulang
Pembentukan dan penghancuran tulang hanya sampai usisa 35 tahun. Pertumbuhan
metabolism tulang dipengaruhi oleh mineral dan hormone sebagai berikut :
1. Kalsium dan fosfor
2. Calsitonin yang diproduksi oleh kelenjar tiroid
3. Vitamin D yang diproduksi tubuh .
5) Persendian
Persendian diklasifikasikan menurut strukturnya dan menurut fungsinya.
6) Menurut strukturnya :
1. Persendian fibrosa.
2. Persendian kartilago.
3. Persendian synovial.
7) Menurut fungsinya :
1. Sendi sinartrosis atau sendi mati,sendi ini dibungkus dengan jaringan ikat fibrosa
2. atau kartilago.
3. Amfiartrosis ; sendi dengan pergerakan terbatas yang memungkinkan terjadinya
sedikit pergerakan sebagai respon terhadap torsi dan komversi.
4. Diartrosis : Sendi dengan pergerakan bebas disebut juga sendi synovial.
3. Etiologi
Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya deposit / penimbunan
kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering terjadi pada penyakit dengan
metabolisme asam urat abnormal dan Kelainan metabolik dalam pembentukan purin dan
ekskresi asam urat yang kurang dari ginjal.
Beberapa factor lain yang mendukung, seperti :
a) Faktor genetik seperti gangguan metabolisme purin yang menyebabkan asam urat
berlebihan (hiperuricemia), retensi asam urat, atau keduanya
b) Penyebab sekunder yaitu akibat obesitas, diabetes mellitus, hipertensi, gangguan ginjal
yang akan menyebabkan :
- Pemecahan asam yang dapat menyebabkan hiperuricemia.
- Karena penggunaan obat-obatan yang menurunkan ekskresi asam urat seperti :
aspirin, diuretic, levodopa, diazoksid, asam nikotinat, aseta zolamid dan etambutol.
4. Patofisiologi
Adanya gangguan metabolisme purin dalam tubuh, intake bahan yang
mengandung asam urat tinggi, dan sistem ekskresi asam urat yang tidak adequat akan
menghasilkan akumulasi asam urat yang berlebihan di dalam plasma darah
(Hiperurecemia), sehingga mengakibatkan kristal asam urat menumpuk dalam tubuh.
Penimbunan ini menimbulkan iritasi lokal dan menimbulkan respon inflamasi.
Hiperurecemia merupakan hasil :
a) Meningkatnya produksi asam urat akibat metabolisme purine abnormal.
b) Menurunnya ekskresi asam urat.
c) Kombinasi keduanya.
Saat asam urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh lain, maka
asam urat tersebut akan mengkristal dan akan membentuk garam-garam urat yang
akan berakumulasi atau menumpuk di jaringan konectiv diseluruh tubuh, penumpukan
ini disebut tofi. Adanya kristal akan memicu respon inflamasi akut dan netrofil
melepaskan lisosomnya. Lisosom tidak hanya merusak jaringan, tapi juga
menyebabkan inflamasi.
Pada penyakit gout akut tidak ada gejala-gejala yang timbul. Serum urat
maningkat tapi tidak akan menimbulkan gejala. Lama kelamaan penyakit ini akan
menyebabkan hipertensi karena adanya penumpukan asam urat pada ginjal.
Serangan akut pertama biasanya sangat sakit dan cepat memuncak. Serangan ini
meliputi hanya satu tulang sendi. Serangan pertama ini sangat nyeri yang
menyebabkan tulang sendi menjadi lunak dan terasa panas, merah. Tulang sendi
metatarsophalangeal biasanya yang paling pertama terinflamasi, kemudian mata kaki,
tumit, lutut, dan tulang sendi pinggang. Kadang-kadang gejalanya disertai dengan
demam ringan. Biasanya berlangsung cepat tetapi cenderung berulang dan dengan
interval yang tidak teratur.
Periode intercritical adalah periode dimana tidak ada gejala selama serangan
gout. Kebanyakan pasien mengalami serangan kedua pada bulan ke-6 sampai 2 tahun
setelah serangan pertama. Serangan berikutnya disebut dengan polyarticular yang
tanpa kecuali menyerang tulang sendi kaki maupun lengan yang biasanya disertai
dengan demam. Tahap akhir serangan gout atau gout kronik ditandai dengan
polyarthritis yang berlangsung sakit dengan tofi yang besar pada kartilago, membrane
synovial, tendon dan jaringan halus. Tofi terbentuk di jari, tangan, lutut, kaki, ulnar,
helices pada telinga, tendon achiles dan organ internal seperti ginjal. Kulit luar
mengalami ulcerasi dan mengeluarkan pengapuran, eksudat yang terdiri dari Kristal
asam urat.
Pathway:

5. Manifestasi Klinis
a) Serangan terjadi secara tiba-tiba, terutama setelah mengonsumsi makanan yang
mengandung purin
b) Sendi yang terserang terasa nyeri, bengkak, mengilat, berwarna kemerahan, dan
panas jika disentuh.
c) Demam, dingin, lemas, dan jantung berdebar.
d) Pada gout kronis, timbul benjolan (tofus). Biasanya, terdapat pada daun telinga,
ujung siku, lutut, serta punggung tangan dan kaki.

6. Komplikasi
1. Munculnya benjolan keras (tofi). Tofi terbentuk akibat penumpukan kristal
asam urat di bawah kulit, dan dapat muncul di beberapa area tubuh, seperti jari,
tangan, siku, kaki, dan di sekitar mata kaki. Meski tidak menimbulkan rasa sakit,
tofi bisa membengkak dan mengeras saat serangan asam urat terjadi.
2. Asam urat kambuh. Pada sejumlah kasus, serangan asam urat bisa terjadi
beberapa kali dalam setahun. Bila dibiarkan tidak tertangani, kondisi tersebut
dapat menyebabkan pengeroposan dan kerusakan pada sendi.
3. Penyakit batu ginjal. Kristal asam urat bisa menumpuk di saluran kemih, dan
menyebabkan batu ginjal.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Laju sedimentasi eritrosit (LSE) meningkat, yang menunjukkan inflamasi
b. SDP meningkat (leukositosis)
c. Ditemukan kadar asam urat yang tinggi di dalam darah
d. Pemeriksaan sinar X dari daerah yang terkena untuk menunjukkan masa tefoseus
dan destruksi tulang dan perubahan sendi
8. Penatalaksanaan
Tujuan untuk mengakhiri serangan akut secepat mungkin, mencegah serangan
berulang, dan pencegahan komplikasi
a. Pengobatan serangan akut dengan Colchicine 0,6 mg (pemberian oral),
Colchicine1,0-3,0 mg (dalam NaCl intravena), phenilbutazone, Indomethacin.
b. Sendi diistirahatkan (imobilisasi pasien)
c. Kompres dingin
d. Diet rendah purin
e. Terapi farmakologi (Analgesic dan antipiretik)
f. Colchicines (oral/IV) tiap 8 jam sekali untuk mencegah fagositosis dari Kristal
asam urat oleh netrofil sampai nyeri berkurang.
g. Nonsteroid, obat-obatan anti inflamasi (NSAID) untuk nyeri dan inflamasi.
h. Allopurinol untuk menekan atau mengontrol tingkat asam urat dan untuk
mencegah serangan.
i. Uricosuric (Probenecid dan Sulfinpyrazone) untuk meningkatkan ekskresi asam
urat dan menghambat akumulasi asam urat (jumlahnya dibatasi pada pasien
dengan gagal ginjal).
j. Terapi pencegahan dengan meningkatkan ekskresi asam urat menggunakan
probenezid 0,5 g/hari atau sulfinpyrazone (Anturane) pada pasien yang tidak
tahan terhadap benemid atau menurunkan pembentukan asam urat dengan
Allopurinol 100 mg 2 kali/hari
9. Pencegahan
1. Diet rendah purin
Hindari makanan yang mengandung purin yaitu : Jeroan (jantung, hati, lidah
ginjal, usus), Sarden, Kerang, Ikan herring, Kacang-kacangan, Bayam, Udang,
Daun melinjo.
2. Memperbanyak minum air putih
Minum air putih secukupnya tiap hari.Kecukupan air membantu tubuh membuang
asam urat melalui urin. Semakin banyak asam urat yang bisa keluar dalam urin,
risiko pembentukan kristal dapat menurun.
3. kurangi mengkomsumsi alkohol
Bedasarkan penelitian diketahui bahwa kadar asam urat mereka yang mengonsumsi
alkohol lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak mengonsumsi alkohol. Hal ini
adalah karena alkohol akan meningkatkan asam laktat plasma. Asam laktat ini akan
menghambat pengeluaran asam urat dari tubuh
4. Pertahankan berat badan. Pilih porsi yang memungkinkan untuk mempertahankan
berat badan yang sehat. Menurunkan berat badan dapat menurunkan kadar asam
urat dalam tubuh
TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Pengumpulan data klien, baik subjektif ataupun objektif melalui anamnesis riwayat
penyakit, pengkajian psikososial, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan diagnostik.
a. Anamnesis
1. Identitas
Meliputi nama, jenis jenis kelamin ( lebih sering pada pria daripada wanita ), usia
( terutama pada usia 30- 40), alamat, agama, bahasa yang digunakan, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi kesehatan, golongan darah, nomor
register, tanggal masuk rumah sakit, dan diagnosis medis.
Pada umumnya keluhan utama pada kasus gout adalah nyeri pada sendi
metatarsofalangeal ibu jari kaki kemudian serangan bersifat poli – artikular.Gout
biasanya mengenai satu atau beberapa sendi.Untuk memeperoleh pengkajian yang
lengkap tentang nyeri klien, perawat dapat menggunakan metode PQRST.
 Provoking Incident : hal yang menjadi factor presipitasi nyeri adalah gangguan
metabolism puroin yang ditandai dengan hiperurisemia dan serangan sinovitis
akut berulang.
 Quality of pain: nyeri yang dirasakan bersifat menusuk.
 Region, Radiation, Relief: Nyeri pada sendi metatarsofalangeal ibu jari kaki.
 Severity (Scale) of pain: Nyeri yangdirasakan antara 1-3 pada rentang pengukuran
0-4. Tidak ada hubungan antara beratnya nyeri dan luas kerusakan yang terlihat
pada pemeriksaan radiologi.
 Time: Berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk
padamalam hari atau siang hari.
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pengumpulan data dilakukan sejak munculnya keluhan dan secara umum mencakup
awitan gejala dan bagaimana gejala tersebut berkembang. Penting ditanyakan berapa
lama pemakaian obat analgesic, allopurinol
3. Riwayat Penyakit dahulu
Pada pengkajian ini, ditemukan kemungkinan penyebab yang mendukung terjadinya
gout (mis: penyakit gagal ginjal kronis, leukemia, hiperparatiroidisme). Masalah lain
yang perlu ditanyakan adalah pernahkah klien dirawat dengan masalah yang sama.
Kaji adanya pemakaian alcohol yang berlebihan, penggunaan obat diuretik.
4. Riwayat penyakit keluarga
Kaji adanya keluarga dari generasi terdahulu yang mempunyai keluhan yang sama
dengan klien karena klien gout dipengaruhi oleh factor genetic. Ada produksi/
sekresi asam urat yang berlebihan dan tidak diketahui penyebabnya.
5. Riwayat psikososial
Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran klien dalam
keluarga dan masyarakat. Respons didapat meliputi adanya kecemasan individu
dengan rentang variasi tingkat kecemasan yang berbeda dan berhubungan erat
dengan adanya sensasi nyeri, hambatan mobilitas fisik akibat respon nyeri, dan
ketidaktahuan akan program pengobatan dan prognosis penyakit dan peningkatan
asam urat pada sirkulasi. Adanya perubahan peran dalam keluarga akibat adanya
nyeri dan hambatan mobilitas fisik memberikan respon trhadap konsep diri yang
maladaptif.

b. Pemeriksaan fisik
1) B1 (Breathing)
Inspeksi: bila tidak melibatkan system pernafasan, biasanya ditemukan kesimetrisan
rongga dada, klien tidak sesak nafas, tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan.
Palpasi : Taktil fremitus seimbang kanan dan kiri.
Perkusi : Suara resonan pada seluruh lapang paru.
Auskultasi : terdengar bersih atau mungkin terdapat suara napas tambahan
2) B2 (Blood)
Pengisian kapiler kurang dari 1 detik, sering ditemukan keringat dingin dan pusing
karena nyeri.Suara S1 dan S2 tunggal.
3) B3(Brain) : biasanya tidak ada keluhan
4) B4 (Bladder)
Produksi urine biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada system
perkemihan, kecuali penyakit gout sudah mengalami komplikasi ke ginjal berupa
pielonefritis, batu asam urat, dan gagal ginjal kronik yang akan menimbulkan
perubahan fungsi pada system ini.
5) B5 (Bowel)
Kebutuhan elimnasi pada kasus gout tidak ada gangguan, tetapi tetap perlu dikaji
frekuensi, konsistensi, warna, serta bau feses.Selain itu, perlu dikaji frekuensi,
kepekatan, warna, bau, dan jumlah urine.Klien biasanya mual, mengalami nyeri
lambung.Dan tidak nafsu makan, terutama klien yang memakan obat alnagesik dan
antihiperurisemia.
6) B6 ( Bone ). Pada pengkajian ini di temukan:
 Look. Keluhan nyeri sendi yang merypoakan keluhan utama yang mendorong
klien mencari pertolongan (meskipun mungkin sebelumnya sendi sudah kaku
dan berubah bentuknya). Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan  dan sedikit
berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu kadang
menimbulkan  nyeri yang lebih dibandingkan dengan  gerakan yang lain.
Deformitas sendi (pembentukan tofus) terjadi dengan temuan salah satu sendi
pergelangan kaki secara perlahan membesar.
 Feel. Ada nyeri tekan pda sendi kaki yang membengkak.
 Move. Hambatan gerak sendi biasanya semakin bertambah berat.Pemeriksaan
diasnostik. Gambaran radiologis pada stadium dini terlihat perubahan yang
berarti dan mungkin terlihat osteoporosis yang ringan. Pada kasus lebih lanjut,
terlhat erosi tulang seperti lubang-lubang kecil (punch out).
2. Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
b) Hambatan mobilitas fisikberhubungan dengan gangguan muskuloskletal
c) Hipertermia berhubungan dengan perubahan laju metabolisme
3. Intervensi
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
NOC :

Klien mengataka nyeri berkurang atau hilang dengan menunjukkan tindakan


santai, mampu berpartisipasi dalam beraktivitas, tidur, istirahat dengan tepat,
menunjukkan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas trapeutik sesuai
indikasi untuk situasi individual.
NIC :
1. Lakukan pengkajian nyeri secara koperhensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi,frekuensi, kualitas dan faktor presifitasi.
Rasional : identifikas i karakter nyeri dilakukan untuk memilih intervensi yang di
lakukan
2. Ajarkan tehnik relaksasi nafas dalam
Rasional : tehnik relaksasi nafas dalam dapat mengurangi stress fisik maupun
emosional yaitu dapat menurunkan instesitas nyeri
3. Anjurkan untuk cukup istirahat
Rasional : istirahat yang cukup dapat mempercepat proses penyembuhan
4. Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional : pemberian analgetik indikasi untuk mengurangi nyeri

b) Hambatan mobilitas fisikberhubungan dengan gangguan muskuloskletal


NOC :

Kriteria hasil :
klien meningkat dalam aktivitas fisik, mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas,
memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah,
NIC :
1. Kaji keterbatasan gerak sendi
Rasional : menentukan batas gerakan yang akan di lakukan
2. Kaji lokasi ketidaknyaman atau nyeri selama aktivitas
Rasional :untuk mengetahui tingkak nyerti dan ketebatasan pasien
3. Tentukan tingkat motivasi pasien dalam melakukan aktivitas
Rasional : mempengaruhi penilaian terhadap kemampuan aktivitas apakah karena
ketidakmampuan ataukah ketidakmampuan
4. Ajarkan atau pantau pasien dalam hal pengunaan alat bantu
Rasional : menilai batasan kemampuan aktivitas optimal
5. Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADL secara mandiri sesuai kemampuan
Rasional : untuk meningkatkan pemenuhan mobilisas
6. Anjurkan klien untuk melakukan latihan range of motion
Rasioanal : rom dapat mempertahankan pergerakan sendi
7. kolaborasi tentang terapi dengan ahli terapi fisik
Rasional : sebagai suatu sumber untuk mengembangan perencanaan dan
mempertahankan/meningkatkan mobilitas pasien
c) Hipertermiaberhubungan dengan perubahan laju metabolisme
NOC :
Kriteria hasil :
 Suhu badan dalam rentang normal
 Nadi dan RR dalam rentang normal
 Tdak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
NIC :
1. Monitor warna dan suhu kulit
Rasional : untuk mengetahui perkembangan kesehatan pasien dan memudahkan
dalam pemberian terapik
2. Pasien memakai pakaian tipis
Rasional : membantu proses penguapan
3. Anjurkan pasien banyak minum air putih
Rasional : peningkatan suhu tubuh meningkatkan penguapan sehingga perlu di
imbangi dengan asupan cairan yang banyak.
4. Anjurkan pasien untuk banyak istirahat
Rasional : meminimalisir produksi panas yang di produksi oleh tubuh.
5. Berikan compres air hangat.
Rasional : mempercepat dalam penurunan produksi panas
6. Berikan informasi kepasien dan keluarganya mengenai pengertian, penangan dan
terapi yang diberikan
Rasional : meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pasien dan keluarganya.
7. Kolaborasi pemberian obat antipirentik
Rasional : membantu menurunkan panas
DAFTAR PUSTAKA

Helmi, Zairin Noor. 2013. Gangguan Pencernaan Jakarta. Salemba Medika

Judith, M Wilkinson. 2014. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 9.EGC .Jakarta

Mohamad Isa. 2015. Perawatan Penyakit Dalam & Bedah. Pusat Pendidikan Pegawai
Departemen Kesehatan R.I. : Jakarta

Maryam M dkk.(2013). Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatanya. Jakarta. Salemba medika
Nanda (2015). Diagnosis Keperawatan, Definisi Dan Klasication, 2015-2017. Edisi 10. EGC,
Jakarta

Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Dan Nanda Nic-Noc. Jilid 1. EGC.
Jakarta

Padila (2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Nuha Medika. Jogjakarta

Prayitno Aryo (2013). Keperawatan Gerontik. EGC. Jakarta

Wijaya, S dkk.2013. Keperawatan Medikal Bedah:Keperawatan Dewasa, Teori, Contoh Askep.


EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai