Abstrak
Limbah minyak jelantah di Desa Astra Ksetra belum dimanfaatkan secara maksimal,
padahal jumlah limbah minyak cukup banyak karena sebagian masyarakat berprofesi
sebagai pengusaha rumah makan. Pembuangan limbah ke lingkungan menyebabkan
pencemaran tanah. Berdasarkan permasalahan tersebut, tujuan dari kegiatan ini
adalah untuk mengurangi pencemaran lingkungan akibat limbah minyak, melatih
keterampilan masyarakat dalam mendaur ulang limbah dan mendapatkan nilai jual
dari sabun minyak jelantah. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 4-6 Maret 2021
di RT 1 RW 2 Desa Astra Ksetra. Kegiatan ini terdiri dari: 1) Penyuluhan efek limbah
minyak jelantah bagi lingkungan, 2) Sosialisasi cara pembuatan sabun dari minyak
jelantah, dan 3) Pengolahan limbah minyak jelantah menjadi sabun cuci. Hasil dari
kegiatan ini adalah peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai teknik
pengelolaan limbah minyak jelantah berbasis Zero Waste Industry dan produk berupa
sabun cuci.
Kata kunci: minyak jelantah, limbah, sabun
Abstract
The used cooking oil waste in Astra Ksetra Village has not been utilized optimally,
even though the amount of waste oil is quite a lot because some people work as
restaurant entrepreneurs. Disposal of waste to the environment causes soil pollution.
Based on these problems, the purpose of this activity is to reduce environmental
pollution of waste oil, train community skills in recycling waste and get the selling
value of the soap. This activity was carried out on March 4-6, 2021 at RT 1 RW 2
Astra Ksetra Village. Activities consist of: 1) Counseling used used oil waste for the
environment, 2) Socializing how to make used used cooking oil soap, and 3)
Processing used used oil waste into laundry soap. The result of this activity is an
increase in public knowledge about waste management techniques for waste-based
industrial waste and products in the form of laundry soap.
Keywords: used cooking oil, waste, soap
1. PENDAHULUAN
Desa Astra Ksetra terletak di perbatasan Lampung Tengah dan Tulang Bawang. Masyarakat
Desa Astra Ksetra merupakan masyarakat yang berprofesi sebagai petani. Sebagian Ibu
rumah tangga di Desa Astra Ksetra membangun rumah makan untuk penghasilan tambahan.
Salah satu bahan pokok yang digunakan oleh masyarakat desa untuk menjalankan rumah
makan adalah minyak goreng. Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak
nabati atau hewani olahan, yang berbentuk cair pada suhu kamar dan biasanya
digunakan untuk makanan yang digoreng. Minyak ini dibuat dari hasil bumi seperti
kelapa, biji-bijian, kacang-kacangan, jagung dan kedelai (Ketaren S, 1986). Minyak
goreng yang telah digunakan biasa disebut dengan minyak jelantah (waste cooking
oil) (Alfian, dkk., 2012). Bilangan asam dan peroksida yang terkandung dalam
minyak jelantah meningkat, juga mengandung senyawa karsinogenik saat proses
penggorengan.Sehingga, minyak jelantah dapat disebut limbah (Yulizar dkk, 2010).
Menurut Siti (2010) selama penggorengan terjadi hidrolisis, oksidasi, pirolisis,
dekomposisi minyak yang dipengaruhi oleh bahan pangan dan kondisi penggorengan.
Minyak jelantah mengandung kadar asam lemak yang tinggi,jika kandungan tersebut
dibiarkan menumpuk di dalam tubuh akan menimbulkan efek jangka panjang yang berbahaya
(Asyiah,2009). Penyakit yang dapat timbul akibat mengkonsumsi minyak bekas yang terlalu
banyak antara lain timbunan lemak, kanker, dan kontrol pusat saraf yang tidak sempurna.
(Djatmiko,1973).
Ibu rumah tangga selalu membuang minyak jelantah tersebut tanpa mengetahui ada manfaat
yang didapat ketika minyak jelantah tersebut diolah kembali. Apabila limbah minyak terus
menerus dibuang ke lingkungan, dapat menimbulkan pencemaran tanah dan membuat
kesuburan tanah berkurang. Untuk mengatasi masalah tersebut, minyak jelantah dapat diolah
menjadi sabun karena kandungan asam lemak dari minyak nabati yang tinggi. Sabun tersebut
dapat digunakan untuk mencuci keset, lap, dan alat rumah tangga lain yang memiliki kotoran
yang membandel (Kusumaningtyas et al,2018).
Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan pokok sebagai berikut: (1) minyak jelantah
belum dimafaatkan secara maksimal oleh masyarakat Desa Astra Ksetra, (2) kurangnya
pengetahuan masyarakat dalam memanfaatkan minyak jelantah sebagai sabun.
Tujuan kegiatan ini adalah: (a) untuk melatih keterampilan ibu ibu PKK di Tulang Bawang
Barat dalam pembuatan sabun minyak jelantah, (b) untuk mendapatkan nilai jual dari sabun
minyak jelantah, (c) Mengurangi limbah minyak jelantah yang dapat mencemari lingkungan.
Setelah adanya kegiatan ini, diharapkan masyarakat dapat memahami dan mengaplikasikan
ilmu dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat dapat mengetahui bahaya dan resiko
penggunaan minyak jelantah untuk kehidupan sehari-hari sehingga memiliki kemauan untuk
mendaur ulang minyak jelantah. Meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan memanfaatkan
limbah minyak jelantah sebagai solusi dan alternatif pemecahan masalah ekonomi yang
dihadapi masyarakat.
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 4-6 Maret 2021 di RT 1 RW 2 Desa Astra
Ksetra.
Alat yang digunakan adalah baskom, gelas, timbangan makanan, cetakan, saringan
Bahan utama yang digunakan dalam pembuatan sabun minyak jelantah adalah
minyak jelantah 500ml/ 450gr, soda api 82,46gr, air biasa 171gr, pewarna makanan
secukupnya, arang.
Metode Pelaksanaan
Metode yang digunakan yaitu sistem pengolahan limbah berbasis zero waste industry.
Konsep zero waste industry terdiri dari reduce (mengurangi), reuse (menggunakan
kembali) dan recycle (mendaur ulang).
Soda api yang sudah dingin kemudian dicampurkan ke dalam minyak jelantah, aduk
sampai benar-benar kental. Agar sabun minyak jelantah ini memiliki aroma kemudian
campurkan pewarna makanan kedalam wadah yang berisi minyak jelantah dan soda
api tersebut. Takaran untuk pewarna makanan sesuai selera.
Setelah semua tercampur masukkan bahan tersebut kedalam cetakan, tunggu hingga
mengeras sekitar 5 hari. Setelah mengeras lepaskan sabun minyak jelantah dari
cetakan dan simpan selama 3—4 minggu. Barulah sabun minyak jelantah dapat
digunakan.
Kegiatan Kuliah Kerja Nyata pembuatan sabun dari minyak jelantah pada tanggal 4
Maret 2021 di RT 1 RW 2 Desa Astra Ksetra telah dilaksanakan dengan baik.
Pencarian bahan-bahan serta resep dilaksanakan terlebih dahulu yang memiliki tujuan
yaitu agar pelaksanaan kegiatan pemanfaatan minyak jelantah terlaksana dengan
sesuai harapan. Sebelum pelaksanaan pembuatan sabun dari minyak jelantah, penulis
melaksanakan kegiatan sosialisasi. Pelaksanaan Sosialisasi ini bertujuan agar
peserta/ibu PKK daerah setempat mengetahui informasi dan pelaksanaan yang
berkaitan dalam pembuatan minyak jelantah.
Pada pembuatan sabun dari minyak jelantah, dilaksanakan proses pertama yaitu
adsorbsi. Adsorbsi merupakan suatu proses yang bertujuan untuk menghilangkan
warna gelap dan bau minyak. Hasil dari proses adsorbs ini adalah minyak yang jernih
dan tak berbau (Antonius P & Bambang I, 2018). Pelaksanaanya berupa pemasakan
minyak jelantah menggunakan air panas yang diproses oleh arang selama 24 jam dan
hasilnya akan disaring menggunakan kain saring sehingga bahan terbebas dari
partikel yang tidak terpakai. Pelaksanaan selanjutnya yatiu pencampuran senyawa
Natrium Hidroksida (NaOH) atau soda api dengan ukuran 82,46 gr ke Aquades atau
dalam hal ini penggunaan air (H2O) sebesar 171gr.
Natrium Hidroksida (NaOH) merupakan salah satu senyawa yang tergabung dalam
kelompok besar alkali bebas. Alkali bebas merupakan alkali yang tidak terikat dengan
asam lemak membentuk garam asam lemak (sabun). Pada sabun mandi, kandungan
Alkali tidak boleh melebihi 0,1% untuk natrium. Hal ini karena alkali mempunyai
sifat yang keras sehingga mengakibatkan iritasi pada kulit. Bila kadar alkali bebas
terlalu tinggi, akan menyebabkan kulit menjadi kering dan memiliki peluang besar
akan terjadinya penyakit dermatitis (Raymon L et al, 2012).
Hidrolisis trigliserida dan peningkatan kandungan asam lemak bebas dalam minyak
dapat dipercepat dengan pemanasan. Kandungan asam lemak bebas dan air di dalam
minyak jelantah berdampak negatif terhadap reaksi transesterifikasi, karena metil
ester dan gliserol menjadi susah untuk dipisahkan. Pemanasan menyebabkan
pembentukan dimer dan polimer asam dan gliserid sehingga minyak jelantah
berbentuk kental. Berbeda dengan minyak goreng biasa yang lebih cair. Berat
molekul dan angka iodin menurun, sementara berat jenis dan angka penyabunan
meningkat (Mahreni,2010).
Sifat dari sabun yang menonjol adalah tegangan permukaan yang rendah sehingga
suatu benda dapat terbasahi dengan lebih baik daripada hanya menggunakan air.
Kombinasi daya pengemulsi dan kerja permukaan larutan sabun lebih memudahkan
untuk melepas kotoran, lemak dan partikel minyak dari permukaan yang sedang
dibersihkan dan mengemulsikannya sehingga kotoran dapat tercuci bersama air
dengan lebih bersih (Sumarlin et al,2009).
4.KESIMPULAN
Pada pelaksanaan pembuatan sabun dari minyak jelantah ini memanfaatkan proses
kimia dari pencampuran bahan-bahan bekas pemakaian rumah tangga sehingga
menghasilkan bahan yang dapat dimanfaatkan kembali (Recycling). Pada survey yang
dilaksanakan sebelum pelaksanaan ditemukan bahan limbah dari penggunaan minyak
jelantah yang tidak digunakan. Ditemukan warga yang antusias terhadap pelaksanaan
pembuatan sabun dari pemanfaatan minyak jelantah karena dapat meningkatkan
ekonomi kreatif pada daerah tersebut sehingga menghidupkan kegiatan UMKM.
Selain itu pemanfaatan limbah ini dapat mengurangi resiko tercemarnya lingkungan.
Manfaat yang beragam dalam pelaksanaan ini membuat penulis menyarankan
pemerintah agar lebih mensosialisasikan tentang pemanfaatan limbah rumah tangga
agar dapat di daur ulang dan meningkatkan keuntungan dalam segi apapun.
DAFTAR PUSTAKA
Antonius P, & Bambang I. 2018. Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas Menjadi Sabun
Mandi. Jurnal Metana. 14(2): 55-59
Djatmiko B., & Widjaja AP. 1973. Minyak dan Lemak. Bogor: Departemen THP
IPB.
Kataren S. 2005. Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: Universitas Indonesia Jakarta.
Langingi R, et al. 2012. Pembuatan Sabun Mandi Padat dari VCO yang Mengandung
Karotenoid Wortel. Jurnal MIPA UNSRAT Online. 1(1): 20-23
Aminah S. 2010. Bilangan Peroksida Minyak Goreng Curah dan Sifat Organoleptik
Tempe pada Pengulangan Penggorengan. Jurnal Pangan dan Gizi. 1(1): 7-10.
Yusuf Y., et al. 2010. Penyuluhan dan Pelatihan Pemanfaatan Limbah Minyak Goreng
(Minyak Jelantah) Sebagai Bahan Baku Pembuatan Sabun Cair. Warta Pengabdian
Andalas. 16(25): 197