Anda di halaman 1dari 117

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN

TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP CALON PENGANTIN


PADA BERBAGAI GEREJA DI KECAMATAN LUBUK PAKAM

SKRIPSI

DYAHTRIN ADELAYDE BR NAINGGOLAN

P01031213016

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK


INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN
JURUSAN GIZI PROGRAM STUDI DIPLOMA IV
GIZI 2017
PENGARUH PENYULUHAN TENTANG 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN
TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP CALON PENGANTIN
PADA BERBAGAI GEREJA DI KECAMATAN LUBUK PAKAM

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program
Studi Diploma IV di Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Medan

DYAHTRIN ADELAYDE BR NAINGGOLAN

P01031213016

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK


INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN
JURUSAN GIZI PROGRAM STUDI DIPLOMA IV
GIZI 2017
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Judul : Pengaruh Penyuluhan tentang 1000 Hari Pertama


Kehidupan terhadap Pengetahuan dan Sikap Calon
Pengantin pada Berbagai Gereja di Kecamatan Lubuk
Pakam
Nama Mahasiswi : Dyahtrin Adelayde br Nainggolan
NIM : P01031213016
Program Studi : Diploma IV

Menyetujui :

Dr. Tetty Herta Doloksaribu, STP, MKM


Pembimbing Utama

Efendi S. Nainggolan, SKM, M.Kes Rohani Retnauli, S.Gz, M.Gizi


Penguji I Penguji II

Mengetahui
Ketua Jurusan

Bernike Doloksaribu, SST, M.Kes


NIP. 19681226198903202

Tanggal Lulus : 24 Juli 2017

iii
ABSTRAK

DYAHTRIN ADELAYDE NAINGGOLAN “PENGARUH PENYULUHAN


TENTANG 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN TERHADAP PENINGKATAN
PENGETAHUAN DAN SIKAP CALON PENGANTIN PADA BERBAGAI GEREJA
DI KECAMATAN LUBUK PAKAM” (DIBAWAH BIMBINGAN TETTY HERTA
DOLOKSARIBU)

Pemerintah mengadakan Gerakan Nasional perbaikan gizi yaitu 1000


Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) melalui intervensi gizi spesifik dan sensitif.
Intervensi spesifik dilakukan oleh sektor kesehatan, sedangkan intervensi sensitif
melibatkan lintas sektoral, seperti pendidikan, pertanian, industri dan
keagamaan. Intervensi sensitif memberikan kontribusi yang lebih besar
dibandingkan intervensi spesifik, yakni sebesar 70%. Gereja sebagai lembaga
keagamaan yang memberikan konseling pranikah kepada para calon pengantin
namun belum mengikutsertakan topik kesehatan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penyuluhan
tentang 1000 HPK terhadap pengetahuan dan sikap calon pengantin pada
berbagai gereja di Kecamatan Lubuk Pakam.
Penelitian ini merupakan eksperimen semu dengan disain One Group Pre
Post Test. Responden penelitian ini adalah calon pengantin yang terdaftar resmi
untuk menikah pada berbagai gereja di Kecamatan Lubuk Pakam pada bulan
Juni hingga Juli 2017 yaitu sebanyak 31 pasang. Topik penyuluhan adalah
tentang 1000 HPK, gizi ibu hamil, ASI Eksklusif dan MP-ASI. Setiap calon
pengantin diberikan penyuluhan sebanyak 3 kali dengan alat bantu Booklet.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan
pengetahuan dan sikap calon pengantin sebelum dan sesudah diberikan
penyuluhan. Rata-rata skor pengetahuan responden sebelum intervensi adalah
10,10 ± 3,032, meningkat sebesar 6, 38 menjadi 16,48 ± 1,948. Rata-rata skor
sikap responden juga meningkat sebesar 7,07 dari skor awal 34,06 ± 3,900
menjadi 41,13 ± 2,564.
Disarankan kepada Dinas Kesehatan dapat bekerjasama dengan Dinas
Kependudukan agar setiap calon pengantin yang mendaftarkan diri ke catatan
sipil mendapatkan penyuluhan gizi tentang 1000 HPK. Gereja juga sebaiknya
dapat memasukkan materi tentang 1000 HPK di setiap konseling pra nikah.

Kata kunci : 1000HPK, Calon Pengantin, Pengetahuan, Sikap

iv
ABSTRACT

DYAHTRIN ADELAYDE NAINGGOLAN "THE INFLUENCE OF COUNSELING


OF FIRST 1000 DAYS OF LIFE TO THE IMPROVEMENT OF KNOWLEDGE
AND ATTITUDE OF THE CANDIDATE OF FUTURE BRIDE AND GROOM AT
VARIOUS CHURCHES OF LUBUK PAKAM SUB-DISTRICT" (CONSULTANT :
TETTY HERTA DOLOKSARIBU)

The Government held a National Nutrition Improvement Movement of First


1000 Days of Life of Life (1000 HPK) through specific and sensitive nutrition
interventions. Specific interventions are conducted by the health sector, while
sensitive interventions involve cross-sectoral, such as education, agriculture,
industry and religion. Sensitive interventions contribute more than specific
interventions, which is 70%. The Church as a religious institution that provides
pre-marital counseling to prospective brides but has not included health topics.
The purpose of this study was to determine the effect of counseling about
First 1000 Days of Life (1000 HPK) to the knowledge and attitude of the bride and
groom at various churches at Lubuk Pakam Sub district.
This research is a quasi experiment with the design of One Group Pre Post
Test. The respondents of this study were prospective brides who were officially
registered to marry at various churches at Lubuk Pakam sub district from June to
July 2017 as many as 31 pairs. The topic of extension is about 1000 HPK,
nutrition of pregnant mother, Exclusive ASI and MP-ASI. Each bride and groom is
given 3 times counseling with Booklet aids.
The results showed that there was a significant difference of knowledge
and attitude of the bride before and after being given counseling. The average
score of respondents' knowledge before the intervention was 10.10 ± 3.032,
increasing by 6, 38 to 16.48 ± 1.948. The average score of respondents' attitudes
also increased by 7.07 from the initial score of 34.06 ± 3.900 to 41.13 ± 2.564.
It is suggested that the Health Office can cooperate with the Department of
Population so that every bride who enrolls to the civil registry gets nutrition
counseling about First 1000 Days of Life (1000 HPK). The Church should also be
able to include material about First 1000 Days of Life (1000 HPK) in each pre-
marriage counseling.

Keywords: First 1000 Days of Life, Bridal Candidate, Knowledge, Attitude

v
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul ”Pengaruh Penyuluhan tentang 1000 Hari Pertama Kehidupan
Terhadap Pengetahuan dan Sikap Calon Pengantin pada Berbagai Gereja di
Kecamatan Lubuk Pakam”.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, melalui kesempatan ini penulis
menyampaikan banyak terima kasih kepada :
1. Ibu Dr. Tetty Herta Doloksaribu, STP, MKM selaku dosen pembimbing yang
telah banyak meluangkan waktu dan dengan penuh kesabaran memberikan
bimbingan, nasehat, masukan serta motivasi dalam menyusun skripsi ini.
2. Bapak Efendi S. Nainggolan, SKM, M.Kes selaku penguji I dan Ibu Rohani
Retnauli, S.Gz, M.Gizi selaku penguji II yang telah banyak memberikan kritik
dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
3. Ibu Bernike Doloksaribu, SST, M.Kes selaku Ketua Jurusan Gizi dan seluruh
Civitas Akademik di Lingkungan Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes RI
Medan.
4. Seluruh dosen dan pegawai yang bekerja di Jurusan Gizi Poltekkes
Kemenkes RI Medan.
5. Para Pendeta maupun pengurus gereja yang telah memberikan izin dan
bantuan selama proses penelitian.
6. Kedua orangtua tercinta, bapak St. R Nainggolan dan ibu D br Sigiro,
S.PAK. Terimakasih atas dukungan, baik moral maupun moril, serta cinta
kasih dan doa tulus yang tidak dapat terbalaskan.
7. Saudara-saudari saya: Windy Anggraini Nainggolan, Yusita Ondo Masta
Nainggolan, Evan Alexander Nainggolan, Elwan Sufriadi Silalahi dan seluruh
keluarga yang selalu membantu, memberikan dukungan, doa dan semangat
selama proses penyelesaian skripsi.
8. Sahabat-sahabat saya: Hanna Marshella, Mira Ginta dan Mona Ivana yang
selalu memberikan doa dan semangat agar dalam penyelesaian skripsi ini.
9. Sahabat seperjuangan dan teman satu bimbingan mahasiswa semester VII
Jurusan Gizi T.A 2016/2017 yang tak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna. Namun
demikian, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Penulis

vi
DAFTAR ISI
Halaman

PERNYATAAN PERSETUJUAN ..................................................................................................... iii


ABSTRAK ............................................................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ vi
DAFTAR ISI........................................................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ........................................................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian .............................................................................................................. 3
1. Tujuan umum ................................................................................................................ 3
2. Tujuan khusus............................................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian............................................................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................................... 5
A. Seribu Hari Pertama Kehidupan .................................................................................. 5
1. Masa Dalam Kandungan (270 Hari) ...................................................................... 6
2. Gizi Seimbang Usia 0-6 Bulan ................................................................................. 7
3. Gizi Seimbang Usia 6-12 Bulan ……………………………. ............................ 8
4. Gizi Seimbang Usia 12-24 Bulan ……………………………. ......................... 9
5. Gizi Seimbang Ibu Hamil ……………………………. ....................................... 10
6. Gizi Seimbang Ibu Menyusui ……………………………. ................................ 11
B. Pentingnya 1000 Hari Pertama Kehidupan ............................................................. 13
C. Intervensi Dalam 1000 Hari Pertama Kehidupan .................................................. 14
1. Intervensi Gizi Spesifik .............................................................................................. 15
2. Intervensi Gizi Sensitif ............................................................................................... 16
D. Penyuluhan ........................................................................................................................ 16
1. Definisi Penyuluhan ................................................................................................... 16
2. Tujuan Penyuluhan .................................................................................................... 17
3. Metode Penyuluhan ……………………………. ................................................. 18
4. Media Penyuluhan ……………………………. ................................................... 20
E. Pengetahuan ..................................................................................................................... 21
F. Sikap .................................................................................................................................... 22
G. Kerangka Teori ................................................................................................................. 24
H. Kerangka Konsep……………………………………………………..................... 26
I. Variabel dan Definisi Operasional…………………………………… ................... 26
J. Hipotesis………………………………………………………………. .................... 27
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................................................... 28
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................................... 28
B. Jenis dan Rancangan Penelitian .............................................................................. 28
C. Populasi dan Sampel Penelitian .............................................................................. 28
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data ........................................................................ 30
E. Skema Penelitian .......................................................................................................... 31
F. Intervensi yang Diberikan ........................................................................................... 32
G. Pengolahan dan Analisis Data ................................................................................. 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................................... 36
A. Hasil................................................................................................................................... 36
1. Karakteristik Responden .......................................................................................... 36
2. Pengetahuan dan Sikap Tentang 1000 HPK ..................................................... 39
vii
B. Pembahasan................................................................................................................... 43
1. Usia Responden .......................................................................................................... 43
2. Tingkat Pendidikan Responden ............................................................................. 43
3. Pekerjaan Responden ............................................................................................... 44
4. Status Gizi Responden ............................................................................................. 45
5. Pengetahuan ................................................................................................................ 46
6. Sikap 46
7. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan 47
8. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Sikap 48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................................ 50
A. Kesimpulan ..................................................................................................................... 50
B. Saran................................................................................................................................. 50
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 51
LAMPIRAN ............................................................................................................................................ 55

viii
DAFTAR TABEL
Halaman

1. Pedoman Pemberian MP-ASI ....................................................................................9


2. Perbedaan Konseling, Konsultasi dan Penyuluhan .......................................... 17
3. Definisi Operasional Variabel ................................................................................... 27
4. Kategori Usia Responden Perempuan .................................................................. 36
5. Kategori Usia Responden Laki-laki......................................................................... 36
6. Tingkat Pendidikan Responden ............................................................................... 37
7. Pekerjaan Responden ................................................................................................ 38
8. Status Gizi Responden IMT ...................................................................................... 38
9. Status Gizi Berdasarkan LILA .................................................................................. 38
10. Rata-rata Skor Pengetahuan Responden Menurut Keterpaparan
1000 HPK ....................................................................................................................... 40
11. Rata-rata Skor Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Penyuluhan .............. 40
12. Kategori Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Penyuluhan .......................... 41
13. Rata-rata Skor Sikap Responden Menurut Keterpaparan 1000 HPK . 41
14. Rata-rata Skor Sikap Sebelum dan Sesudah Penyuluhan ............................. 42
15. Kategori Sikap Sebelum dan Sesudah Penyuluhan.......................................... 42

ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman

1. Masalah Gizi Dalam Siklus Kehidupan.......................................................................... 5


2. Kerangka Pikir Penyebab Masalah Gizi Pada 1000 HPK ....................................... 15
3. Hubungan Status Kesehatan, Perilaku dan Promosi Kesehatan ........................... 25
4. Kerangka Konsep .................................................................................................................. 26
5. Bentuk Rancangan One Group Pre – Post Test.......................................................... 28
6. Sumber Informasi 1000 HPK ............................................................................................. 39

x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman

1. Daftar Gereja Lokasi Penelitian ................................................................ 55


2. Modul Penelitian (Booklet) ...................................................................... 56
3. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner .................................................... 68
4. Satuan Acara Penyuluhan (SAP) dan Materi Penyuluhan ......................... 70
5. Lembar Persetujuan (Informed Consent)............................................... .... 81
6. Kuesioner Penelitian ................................................................................. 82
7. Jadwal Pertemuan Setiap Responden ...................................................... 88
8. Master Tabel Penelitian ............................................................................ 89
9. Output Analisis Data Penelitian............................................... ................... 93
10. Dokumentasi Penelitian .......................................................................... 99
11. Pernyataan ............................................................................................. 102
12. Daftar Riwayat Hidup .............................................................................. 103
13. Bukti Bimbingan Skripsi............................................... ............................ 104

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah gizi masih merupakan salah satu permasalahan yang sangat
mengkhawatirkan dan belum dapat diselesaikan pada hampir seluruh negara di
dunia. Pada tahun 2011 diperkirakan bahwa 101 juta anak balita mengalami
kekurangan berat badan. Sementara masalah gizi kurang perlahan mengalami
penurunan, tetapi masalah obesitas terus meningkat pada orang dewasa dan
anak-anak. Hal ini disebut dengan masalah gizi ganda (Hill dan Samman, 2015).
Dalam 6th Report On The World Nutrition Situation lebih jelas lagi
disebutkan bahwa terdapat 6 masalah gizi utama, yaitu anemia, defisiensi
vitamin A, retradasi pertumbuhan (gizi kurang dan stunting), berat badan lahir
rendah (BBLR), gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) serta situasi
keamanan pangan dan gizi. Indonesia termasuk salah satu negara yang
mengalami masalah gizi tersebut. Berdasarkan Global Nutrition Report tahun
2014, Indonesia merupakan negara dengan urutan ke–17 dari 117 negara yang
memiliki masalah gizi kompleks stunting, wasting dan overweight (Rosha et al,
2016). Hal ini dibuktikan dengan data Riset Kesehatan Dasar 2013 yang
menunjukkan masih tingginya prevalensi gizi kurang sebesar 19,6%, stunting
sebesar 37,2% dan masalah kegemukan pada balita sebesar 11,8% (Kemenkes,
2013).
Masalah gizi di Sumatera Utara juga tergolong serius. Masalah gizi kurang
(BB/U<-2SD) mencapai 22,39% yang melebihi angka prevalensi nasional.
Keadaan ini juga dipersulit dengan jumlah prevalensi stunting mencapai 42,49%
yang sudah sampai pada level serius (Kemenkes, 2014). Stunting bukan hanya
merupakan masalah pertumbuhan fisik, tetapi juga bagaimana seorang anak
dapat bertahan untuk kehidupannya mendatang, perkembangan kognitif,
produktivitas kerja, kondisi kesehatan di masa tua dan kemampuan finansial/
ekonomi (Pelletier et al, 2013).
Upaya perbaikan dan peningkatan status gizi untuk pembangunan SDM
yang berkualitas harus dimulai sedini mungkin, yakni sejak masa kehidupan
janin. Mengatasi berbagai masalah gizi tersebut, muncul sebuah gerakan
perbaikan gizi yang berfokus pada 1000 Hari Pertama Kehidupan yang pada
tataran global disebut Scaling Up Nutrition (SUN) Movement. Scaling Up Nutrition

1
Movement merupakan upaya global dari berbagai negara dalam rangka
memperkuat komitmen dan rencana aksi percepatan perbaikan gizi, khususnya
penanganan gizi sejak 1000 hari dari masa kehamilan hingga anak usia 2 tahun.
Saat ini 55 negara telah bergabung dalam program Scaling Up Nutrition
Movement (Gillespie et al, 2015).
Upaya promotif dan preventif sesungguhnya telah menjadi bagian dari
strategi perbaikan kesehatan dan gizi. Di Indonesia, upaya perbaikan gizi
masyarakat yang dimulai sejak masa janin hingga usia 2 tahun dikenal dengan
Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan atau disingkat Gerakan 1000 HPK.
Seribu Hari Pertama Kehidupan adalah fase kehidupan yang dimulai sejak
terbentuknya janin dalam kandungan (270 hari) hingga usia 2 tahun kehidupan
(730 hari). Masa ini dikenal juga dengan istilah Golden Periode. Periode ini
merupakan periode emas (window of opportunity) bagi tumbuh kembang untuk
menentukan kualitas anak. Kelompok sasaran 1000 Hari Pertama Kehidupan ini
adalah terdiri dari ibu hamil, ibu menyusui, bayi baru lahir dan anak usia di bawah
dua tahun (BAPPENAS, 2012).
Gangguan yang terjadi pada periode 1000 Hari Pertama Kehidupan,
khususnya asupan gizi yang kurang tepat akan berdampak pada kelangsungan
hidup dan tumbuh kembang anak yang bersifat permanen dan berjangka panjang
serta lebih sulit untuk diperbaiki setelah anak berusia 2 tahun. Selain itu, anak
akan lebih rentan terhadap penyakit infeksi, kemungkinan menderita penyakit
degeneratif (hipertensi, jantung, stroke, diabetes, dll) bahkan kanker dan kelainan
jiwa. Bukan hanya kesehatan secara lahiriah, lebih dari itu, kesehatan jiwa dan
emosi, bahkan kecerdasan/ intelektualnya (Unhas, 2014).
Pengetahuan mengenai gizi menyumbangkan pengaruh yang cukup besar
terhadap status gizi seseorang. Tingkat pengetahuan gizi seseorang akan
mempengaruhi sikap dan perilaku. Kurangnya pengetahuan mengenai gizi akan
mengurangi kemampuan seseorang dalam menerapkan informasi gizi dalam
kehidupannya sehari-hari. Dengan kata lain, pengetahuan merupakan komponen
dan prasyarat penting terjadinya perubahan sikap dan perilaku gizi untuk
menurunkan masalah gizi (Supariasa, 2014).
Peningkatan pengetahuan dapat dilakukan dengan memberikan edukasi
gizi (Supariasa, 2014). Beberapa penelitian tentang edukasi gizi melalui
penyuluhan menunjukkan ada pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan
pengetahuan dan sikap. Penelitian Merdhika et al (2014) menunjukkan adanya

2
pengaruh yang signifikan penyuluhan tentang ASI eksklusif terhadap
peningkatan pengetahuan dan sikap pada ibu menyusui yang dilakukan dengan
media buku saku. Penelitian Marisa dan Nuryanto (2014) juga menunjukkan
adanya pengaruh yang signifikan pendidikan tentang gizi seimbang terhadap
pengetahuan dan sikap siswa SDN dengan media komik gizi seimbang.
Bomboa et al (2015) menguraikan bahwa peningkatan pengetahuan dan
sikap akan cenderung menimbulkan kesadaran masyarakat. Sementara itu,
Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2013 menguraikan bahwa pelaksanaan
Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dilakukan oleh Pemerintah sampai
ke elemen masyarakat terendah, termasuk keluarga.
Menurut Bappenas (2013) bahwa sasaran intervensi sensitif bukan hanya
kelompok 1000 Hari Pertama Kehidupan, tetapi juga masyarakat umum dengan
melibatkan berbagai lintas sektor, yang salah satunya adalah sektor keagamaan.
Gereja sebagai lembaga keagamaan yang memberikan konseling pranikah
kepada para calon pengantin umumnya belum mengikutsertakan topik
kesehatan.
Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan penyuluhan tentang 1000 Hari
Pertama Kehidupan kepada calon pengantin yang ada pada berbagai gereja di
Kecamatan Lubuk Pakam. Pengetahuan dan sikap calon pengantin mengenai
1000 Hari Pertama Kehidupan diharapkan akan mendorong dan memotivasi
calon pengantin untuk memperhatikan dan menerapkan gizi yang baik pada
periode 1000 Hari Pertama Kehidupan untuk mendapatkan keturunan yang sehat
dan berkualitas.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah
dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat pengaruh penyuluhan tentang 1000
Hari Pertama Kehidupan terhadap pengetahuan dan sikap calon pengantin pada
berbagai gereja di Kecamatan Lubuk Pakam? ”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan tentang 1000 Hari Pertama
Kehidupan terhadap pengetahuan dan sikap calon pengantin pada berbagai
gereja di Kecamatan Lubuk Pakam.

3
2. Tujuan Khusus
a. Menilai skor pengetahuan calon pengantin sebelum diberikan penyuluhan
tentang 1000 Hari Pertama Kehidupan
b. Menilai skor sikap calon pengantin sebelum diberikan penyuluhan tentang
1000 Hari Pertama Kehidupan
c. Menghitung peningkatan skor pengetahuan calon pengantin setelah
mendapatkan penyuluhan tentang 1000 Hari Pertama Kehidupan
d. Menghitung peningkatan skor sikap calon pengantin setelah
mendapatkan penyuluhan tentang 1000 Hari Pertama Kehidupan

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi kepada calon pengantin mengenai pentingnya
pelaksanaan program 1000 Hari Pertama Kehidupan untuk menciptakan
generasi yang sehat dan berkualitas.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai referensi tentang 1000 Hari Pertama Kehidupan.
3. Bagi Peneliti
Menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman peneliti dalam menulis
karya tulis ilmiah.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Seribu Hari Pertama Kehidupan


Masalah gizi di Indonesia bukanlah menjadi hal baru. Saat ini, Indonesia
sedang menghadapi beban ganda masalah gizi yaitu masalah gizi kurang dan
gizi lebih. Masalah gizi muncul sebagai akibat interaksi berbagai faktor yang
memengaruhinya. Perjalanan masalah gizi dapat dilihat dari sudut pandang
siklus kehidupan yang dimulai dari ibu hamil, bayi yang dilahirkan, anak balita,
remaja dan anak usia sekolah, orang dewasa dan usia lanjut. Masalah gizi dalam
siklus kehidupan dan risiko yang ditimbulkan dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Masalah Gizi Dalam Siklus Kehidupan


Sumber : Supariasa 2014

Untuk menangani masalah gizi tersebut, maka upaya perbaikan gizi


dilakukan dengan berfokus pada kelompok 1000 Hari Pertama kehidupan.
Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan merupakan suatu gerakan percepatan
perbaikan gizi yang diadopsi dari gerakan Scaling Up Nutrition Movement,
yaknisuatu gerakan global di bawah koordinasi Sekretaris Jenderal PBB.
Hadirnya gerakan ini merupakan respons dari negara-negara di dunia terhadap
kondisi status gizi di sebagian besar negara berkembang dan akibat kemajuan
yang tidak merata dalam mencapai Tujuan Pembangunan Milenium/MDGs.
Scaling Up Nutrition Movement adalah upaya global dari berbagai negara dalam

5
rangka memperkuat komitmen dan rencana aksi percepatan perbaikan gizi,
khususnya penanganan gizi sejak 1000 hari dari masa kehamilan hingga anak
usia 2 tahun (BAPPENAS, 2012).
Intervensi pada 1000 Hari Pertama kehidupan akan menunjang proses
tumbuh kembang manusia sampai usia 2 tahun secara efektif. Kegagalan
tumbuh kembang pada periode 1000 Hari Pertama kehidupan setidaknya akan
berakibat pada fisik anak yang tidak normal, kecerdasan anak yang rendah, daya
tahan tubuh anak yang lemah dan berakibat pada gangguan metabolik sebagai
salah satu risiko penyakit tidak menular. Periode ini telah dibuktikan secara
ilmiah merupakan periode yang menentukan kualitas kehidupan, oleh karena itu
periode ini disebut juga sebagai "periode emas/ periode kritis", dan Bank Dunia
menyebutnya sebagai "window of opportunity" (BAPPENAS, 2013).
Adapun titik kritis yang harus diperhatikan dalam periode 1000 Hari
Pertama Kehidupan adalah :
1. Masa Dalam Kandungan (270 Hari)
Kualitas janin di dalam kandungan sangat ditentukan oleh asupan ibu.
Angka kecukupan gizi (AKG) telah menetapkan bahwa tambahan kebutuhan
energi bagi ibu hamil pada trimester I adalah sebanyak 180 kkal di atas
kebutuhan sebelum hamil dan sebanyak 300 kkal pada trimester II dan III.
Kebutuhan energi normal selama masa kehamilan (270 hari) perlu tambahan
80.000 kalori. Meningkatnya kebutuhan energi disebabkan oleh meningkatnya
metabolisme tubuh. Selain itu, peningkatan energi dan zat gizi lain juga
diperlukan untuk pertambahan jaringan ibu, seperti volume darah dan untuk
tumbuh kembang janin di dalam rahim dimana asupan nutrisi disalurkan melalui
plasenta ibu (Waryana, 2010).
Sejalan dengan pertambahan energi, kebutuhan wanita hamil akan protein
juga meningkat, bahkan mencapai 68%, sehingga asupan protein harian dapat
mencapai 75-100 gram. Sumber protein sebaiknya diperoleh dari yang memiliki
nilai biologik tinggi (2/3 bagian), seperti daging tanpa lemak, ikan, telur, susu dan
hasil olahannya. Sedangkan sisanya (1/3 bagian) diperoleh dari protein nabati
yang memiliki nilai biologik rendah (Waryana, 2010).
Kebutuhan zat gizi mikro seperti asam folat, Vitamin B12, besi, seng, dan
kalsium juga meningkat. Dalam Almatsier 2011 diuraikan bahwa kebutuhan asam
folat pada ibu hamil meningkat 50% menjadi 600 mcg per hari yang dapat
diperoleh melalui buah, sayuran hijau dan serelia tumbuk. Sementara itu

6
kebutuhan Vitamin B12 meningkat 0,1% menjadi 2,6 mcg. Vitamin B12 dapat
diperoleh dari daging, ikan, telur, susu dan olahannya, serta tempe. Kebutuhan
zat besi pada ibu hamil meningkat pada tiap trimester. Pada trimester I
kebutuhan zat besi ibu hamil tetap (26 mg), sedangkan pada trimester II
meningkat sebanyak 34,6% menjadi 35 mg dan 39 mg pada trimester III
(meningkat 50%). Untuk memenuhi kebutuhan zat besi tersebut, maka ibu hamil
mendapatkan suplementasi zat besi berupa tablet tambah darah yang
dikonsumsi sejak awal kehamilan, yakni 1 tablet per hari, minimal selama 90 hari
(Kemenkes RI, 1997).
Seng dibutuhkan untuk pembentukan DNA dan RNA, yang diperlukan
untuk membentuk protein dan pengembangan sel. Kebutuhan seng ibu hamil
pada trimester I adalah 10,5-11 mg (meningkat 12,2-12,9%), pada trimester II
13,5-14 mg (meningkat 42,9-45,2%) dan pada trimester III adalah 19,5-20 mg
(meningkat 104-109,7 %). Sumber seng adalah hati, susu, kacang-kacangan dan
hasil olahannya, kerang serta tiram (Almatsier, 2009).
Absorbsi kalsium meningkat lebih dari dua kali lipat di awal masa
kehamilan. Kalsium dibutuhkan untuk memelihara keutuhan tulang ibu dan
pembentukan tulang janin. Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah 950 mg
(meningkat 18,8%). Sumber utama kalsium adalah susu dan hasil olahannya
seperti keju, ikan kering, serealia, kacang-kacangan dan hasil olahannya seperti
tahu dan tempe. Sayuran hijau juga merupakan sumber kalsium yang baik,
namun bahan makanan ini mengandung banyak zat yang menghambat
penyerapan kalsium seperti serat, fitat dan oksalat (Almatsier, 2009).

2. Gizi Seimbang Usia 0-6 Bulan


Pada usia ini, hal-hal penting yang harus diperhatikan untuk pertumbuhan
bayi adalah inisiasi menyusui dini (IMD), pemberian ASI eksklusif untuk
memenuhi kebutuhan serta imunisasi. Menurut Depkes RI (2008), inisiasi
menyusui dini adalah suatu proses dimana bayi menyusu segera setelah
dilahirkan dan bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri. Inisiasi
menyusui dini akan sangat membantu berlangsungnya pemberian ASI eksklusif
dan mempengaruhi lama waktu menyusui. Selain itu, inisiasi menyusui dini akan
memberikan peluang kepada bayi untuk mendapatkan kolostrum. Kolostrum
merupakan cairan berwarna kuning keemasan yang pertama dikeluarkan oleh
kelenjar payudara pada hari pertama hingga hari ke 3-5 setelah persalinan.

7
Kolostrum berwarna kuning keemasan disebabkan oleh tingginya komposisi
protein dan sel-sel hidup. Kandungan protein pada kolostrum lebih tinggi
dibandingkan dengan kandungan protein dalam susu matang, sedangkan
kandungan laktosanya lebih rendah.
Selain itu, IMD juga bertujuan untuk mengurangi terjadinya pedarahan dan
anemia pada ibu, meningkatkan ikatan kasih sayang melalui kontak kulit antara
ibu dan bayi sehingga bayi merasa lebih tenang, bayi menelan bakteri baik dari
kulit ibu yang akan membentuk koloni di kulit dan usus bayi sebagai perlindungan
diri (Kemenkes, 2014). ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan
tambahan lainnya. Gizi seimbang untuk bayi 0-6 bulan cukup hanya dari ASI. ASI
merupakan makanan yang terbaik untuk bayi oleh karena dapat memenuhi
semua zat gizi yang dibutuhkan bayi sampai usia 6 bulan, sesuai dengan
perkembangan sistem pencernaannya (Kemenkes, 2014). Dalam 100 ml ASI
mengandung 64 kkal energi, 0,9 gram protein, 17 gram karbohidrat dan 3,4 gram
lemak. ASI mengandung berbagai zat kekebalan sehingga anak akan jarang
sakit. ASI juga akan mengurangi diare, sakit telinga, dan infeksi saluran
pernafasan. ASI mengandung asam lemak yang diperlukan untuk pertumbuhan
otak sehingga bayi yang mendapatkan ASI eksklusif memiliki potensi lebih
pandai (Almatsier et al, 2011).

3. Gizi Seimbang Usia 6-12 Bulan


Pada anak usia 6-12 bulan, kebutuhan terhadap berbagai zat gizi semakin
meningkat dan tidak dapat lagi dipenuhi hanya dari ASI saja. Pada usia ini anak
berada pada periode pertumbuhan dan perkembangan cepat, mulai terpapar
terhadap infeksi dan secara fisik mulai aktif, sehingga kebutuhan terhadap zat
gizi harus terpenuhi dengan memperhitungkan aktivitas bayi/anak dan keadaan
infeksi. Agar mencapai gizi seimbang maka perlu ditambah dengan Makanan
Pendamping ASI atau MP-ASI, sementara ASI tetap diberikan sampai bayi
berusia 2 tahun. Pada usia 6 bulan, bayi mulai diperkenalkan kepada makanan
lain, mula-mula dalam bentuk lumat, makanan lembik dan selanjutnya beralih ke
makanan keluarga (Kemenkes, 2014).
Secara rinci, pedoman pemberian MP-ASI sesuai tahapan usia bayi dapat
dilihat pada Tabel 1.

8
Tabel 1. Pedoman Pemberian MP-ASI
Usia
Komponen
6-8 bulan 9-11 bulan 12-24 bulan
Jenis 1 jenis bahan dasar 3-4 jenis bahan dasar Makanan
(6 bulan) (sajikan secara keluarga
2 jenis bahan dasar terpisah atau
(7-8 bulan) dicampur)

Tekstur semi cair Makanan yang Padat


(dihaluskan), dicincang halus atau
secara bertahap lunak (disaring kasar),
kurangi campuran ditingkatkan sampai
air sehingga semakin
menjadi semi padat kasar sehingga
bisa digenggam

Frekuensi Makanan utama 2-3 Makanan utama 3-4 Makanan utama 3-


kali sehari, camilan kali sehari, camilan 1- 4 kali sehari,
1-2 kali 2 kali sehari camilan 1-2 kali
Sehari sehari
Porsi setiap Dimulai dengan 2–3 ½ mangkok kecil atau ¾ sampai 1
makan sendok makan dan setara dengan 125ml mangkok kecil
ditingkatkan atau setara dengan
bertahap sampai ½ 175– 250 ml
mangkok kecil
atau setara dengan
125 ml
ASI Sekehendak bayi Sekehendak bayi Sekehendak bayi
Sumber : WHO, 2003

Adapun syarat-syarat MP-ASI yang baik menurut Depkes (2008) adalah


apabila :
a. Padat energi, protein dan zat gizi mikro yang sudah kurang pada ASI
(Fe, Zinc, Kalsium, Vitamin A, Vitamin C dan Asam Folat)
b. Tidak berbumbu tajam, menggunakan gula, garam, penyedap rasa,
pewarna dan pengawet secukupnya
c. Mudah ditelan dan disukai anak
d. Tersedia lokal dan harga terjangkau

4. Gizi Seimbang Usia 12-24 Bulan


Sama halnya dengan bayi 6-12 bulan, bayi usia 12-24 bulan harus
mendapatkan ASI dan makanan pendamping ASI (MP-ASI) untuk memenuhi
kebutuhannya akan zat-zat gizi. Perbedaannya dengan bayi 6-12 bulan adalah

9
konsistensi dan jumlah makanan yang diberikan. Pada bayi usia 12-24 bulan
makanan yang diberikan sudah sama dengan makanan keluarga. Namun, ada
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemberian makanan bayi 12-24
seperti yang dikemukakan oleh UNICEF dalam Kemenkes (2014), yaitu:
a. Bayi harus tetap diberikan ASI, yaitu 1/3 dari kebutuhan energi sesuai
dengan permintaan bayi, baik siang maupun malam karena ASI
merupakan bagian terpenting dari makanannya.
b. Frekuensi makan adalah 5 kali sehari, yakni 3 kali makanan utama dan beri
2 kali makanan selingan.
c. Mulai perkenalkan makanan hewani sedini dan sesering mungkin pada
makanan utama bayi.
d. Berikan makanan selingan yang bergizi seperti buah-buahan, sayur-
sayuran, kentang rebus, ubi jalar dan produk-produk roti tawar.
e. Tingkatkan jumlah makanan secara perlahan dan berikan makanan yang
sudah dipotong-potong atau diiris-iris yang bisa dipegang oleh anak 12-24
bulan.
f. Makanan yang diberikan harus bervariasi setiap kali makan.
g. Gunakan piring tersendiri untuk memastikan anak menghabiskan sendiri
makanannya dan mengetahui jumlah yang ia makan.
h. Jangan memberikan makanan yang manis-manis kepada anak.

5. Gizi Seimbang Ibu Hamil


Selama kehamilan ibu harus mendapat makanan tambahan setiap hari,
karena akan sangat besar peranannya dalam mencegah malnutrisi pada janin
yang dikandungnya, serta menghindarkan bayi dengan berat badan lahir rendah.
Saat hamil seorang wanita memerlukan asupan gizi lebih banyak
dibandingkan sebelum hamil. Selain kebutuhan gizi tubuh, ibu hamil juga harus
memberikan nutrisi yang cukup untuk janin. Ibu hamil mengalami peningkatan
kebutuhan akan zat gizi, baik zat gizi makro maupun zat gizi mikro. Untuk
memenuhi kebutuhan tersebut, ibu hamil harus mengonsumsi makanan yang
bergizi dalam jumlah cukup dan beragam.
Zat gizi mikro penting yang diperlukan selama hamil adalah zat besi, asam
folat, kalsium, iodium dan zink. Kebutuhan zat besi selama kehamilan meningkat
karena digunakan untuk pembentukan sel dan jaringan baru. Selain itu zat besi
merupakan unsur penting dalam pembentukan hemoglobin pada sel darah

10
merah. Kebutuhan asam folat selama kehamilan juga meningkat karena
digunakan untuk pembentukan sel dan sistem saraf termasuk sel darah merah.
Kebutuhan kalsium meningkat pada saat hamil karena digunakan untuk
mengganti cadangan kalsium ibu yang digunakan untuk pembentukan jaringan
baru pada janin. Zat iodium memegang peranan yang sangat besar bagi ibu dan
janin. Iodium merupakan bagian hormon tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3) yang
berfungsi untuk mengatur pertumbuhan dan perkembangan bayi. Iodium
berperan dalam sintesis protein, absorsi karbohidrat dan saluran cerna serta
sintesis kolesterol darah (Kemenkes, 2014).
Namun, ibu hamil biasanya mengalami mual dan muntah yang dapat
mengurangi bahkan membuat tidak selera makan. Untuk megatasi masalah
tersebut ibu hamil dianjurkan agar makan dalam porsi kecil tetapi sering, makan
secara tidak berlebihan dan menghindari makanan berlemak serta makanan
berbumbu tajam (merangsang). Apabila ibu tidak mengatasi masalah tersebut
dikhawatirkan ibu tidak mendapat asupan yang cukup sehingga berisiko
mengalami kekurangan gizi.
Kekurangan gizi selama hamil akan menimbulkan masalah, baik pada ibu
maupun janin, seperti diuraikan berikut yaitu terhadap ibu, gizi kurang pada ibu
hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi pada ibu antara lain: anemia,
pendarahan, berat badan ibu tidak betambah secara normal, dan terkena
penyakit infeksi. Terhadap persalinan, pengaruh gizi kurang terhadap proses
persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum
waktunya (premature), pendarahan setelah persalinan, serta persalinan dengan
operasi cenderung meningkat. Terhadap janin, kekurangan gizi pada ibu hamil
dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan
keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia
pada bayi, asfiksia intra partum (mati dalam kandungan), lahir dengan berat
badan lahir rendah (Waryana, 2010).

6. Gizi Seimbang Ibu Menyusui


Seorang ibu menyusui membutuhkan 300-500 kalori tambahan setiap hari
untuk dapat menyusui bayinya dengan sukses. Tiga ratus kalori yang dibutuhkan
oleh bayi datang dari lemak yang ditimbun selama kehamilan. Artinya seorang
ibu menyusui tidak perlu makan berlebihan, tetapi cukup menjaga agar konsumsi
gizinya seimbang. Ibu menyusui cenderung lebih mudah haus dan lapar.

11
Karenanya, ibu menyusui harus menyesuaikan diri dengan rasa lapar dan haus
tersebut dengan mengonsumsi makanan yang cukup dan bergizi. Selain untuk
kesehatan ibu setelah melahirkan, nutrisi yang mencukupi juga dibutuhkan bayi
sebab akan memengaruhi kualitas dan kuantitas ASI.
Penelitian pada ibu-ibu di berbagai negara mencatat bahwa kualitas ASI
ditentukan oleh kualitas asupan ibu. Ibu menyusui yang mengonsumsi protein
dalam jumlah lebih rendah daripada ibu yang mengonsumsi protein dalam jumlah
cukup, memiliki ASI dengan mutu protein yang lebih rendah, yakni asam amino
lisin dan metionin. Sementara itu, ibu menyusui yang mengonsumsi makanan
kaya akan asam lemak seperti minyak jagung, minyak kedelai dan minyak biji
kapas ternyata memproduksi ASI yang lebih tinggi asam lemaknya. Zat gizi mikro
yang diperlukan selama menyusui adalah zat besi, asam folat,vitamin A, B1
(tiamin), B2 (riboflavin), B3 (niasin), B6 (piridoksin), vitamin C untuk penyerapan
zat besi, vitamin D untuk penyerapan kalsium, iodium, zink dan selenium.
Menurunnya konsentrasi zat-zat gizi tersebut pada ibu menyebabkan turunnya
kualitas ASI.
Almatsier et al (2011) mengemukakan bahwa ibu menyusui sebaiknya
menghindari konsumsi alkohol, kafein dan nikotin. Alkohol yang dikonsumsi ibu
dapat masuk ke dalam ASI melalui aliran darah sehingga apabila dikonsumsi
bayi dapat menimbulkan gangguan psikomotor. Sementara kafein yang
dikonsumsi bayi melalui ASI dapat membuat bayi susah tidur dan hiperaktif.
Sedangkan nikotin dapat menyebabkan keracunan pada bayi.
Adapun keuntungannya bila ibu menyusui menurut Depkes (2008) adalah
sebagai berikut :
a. Membentuk ikatan batin antara ibu dengan bayi
Bayi akan merasakan kasih sayang ibunya ketika berada dalam
dekapan ibu. Bayi juga akan merasa aman, nyaman dan tentram ketika
mendengar detak jantung sang ibu yang telah dikenalnya sejak dalam
kandungan. Hal ini akan membentuk dan mempererat ikatan batin antara
ibu dengan bayi.
b. Membantu menunda kehamilan baru jika menyusui dilakukan secara rutin.
Selama ibu memberikan ASI eksklusif maka 98% ibu tidak akan hamil
pada 6 bulan pertama setelah melahirkan dan 96% tidak akan hamil
sampai bayi berusia 12 bulan.

12
c. Melindungi kesehatan ibu
Pada saat menyusui oksitosin berguna untuk penutupan pembuluh
darah sehingga menyusui dapat mengurangi resiko perdarahan. Selain itu
dapat mengurangi anemia, mengecilkan rahim, lebih cepat langsing, dan
mengurangi risiko menderita kanker payudara & indung telur.
d. Biayanya lebih rendah
Pemberian ASI eksklusif akan menghemat pengeluaran keluarga
untuk membeli susu formula. Selain itu, immunoglobulin yang diperoleh
dari ASI akan membentuk antibodi bayi sehingga lebih jarang diinfeksi
penyakit, maka pengeluaran untuk ke dokter atau ke rumah sakit juga akan
berkurang.
e. Meningkatkan kecerdasan anak
Pemberian ASI eksklusif menjamin tercapainya pengembangan
potensi kecerdasan anak secara optimal. Karena, ASI merupakan sumber
nutrisi yang ideal dan mengandung nutrien khusus yang diperlukan untuk
perkembangan otak bayi.
f. Meningkatkan daya tahan tubuh bayi
Bayi yang baru lahir secara alamiah mendapat imunoglobulin (zat
kekebalan tubuh) dari ibunya melalui ari-ari dan didukung oleh zat
kekebalan yang terdapat dalam ASI untuk melindungi bayi dari berbagai
penyakit.

B. Pentingnya 1000 Hari Pertama Kehidupan


Para ahli menyimpulkan bahwa seribu hari pertama kehidupan merupakan
periode emas untuk tumbuh kembang anak secara optimal yang dimulai sejak
masa konsepsi sampai 2 tahun kehidupannya. Kualitas kesehatan pada 1000
hari pertama kehidupan akan menentukan kualitas kesehatan pada kehidupan
selanjutnya. Bukan hanya kesehatan fisik, tetapi lebih dari pada itu, kesehatan
jiwa dan emosi, serta kecerdasan/ intelektualnya juga.
Pemenuhan gizi yang optimal, lingkungan pertumbuhan yang kondusif
pada masa janin dan bayi, dan pemenuhan imunisasi dasar akan memberi
membuat anak lebih sehat, lebih produktif dengan kualitas yang lebih baik, serta
resiko yang lebih rendah terhadap penyakit degeneratif (Unhas, 2014).
BAPPENAS (2013) mengemukakan bahwa intervensi gizi pada kelompok
sasaran 1000 Hari Pertama Kehidupan harus dianggap sebagai bagian dari

13
investasi untuk menanggulangi kemiskinan melalui peningkatan pendidikan dan
kesehatan. Masalah kekurangan gizi 1000 Hari Pertama Kehidupan diawali
dengan perlambatan atau retradasi pertumbuhan janin yang dikenal sebagai
IUGR (Intra Uterine Growth Retardation). Kurang gizi pada pra-hamil dan ibu
hamil berdampak pada lahirnya anak yang IUGR dan BBLR. Kondisi IUGR
hampir separuhnya terkait dengan status gizi ibu, yaitu berat badan (BB) ibu pra-
hamil yang tidak sesuai dengan tinggi badan ibu atau bertubuh pendek , dan
proporsi berat badan hamil kurang dari seharusnya.
Permasalahan gizi ini akan terus terjadi jika tidak ada perbaikan gizi dan
pelayanan kesehatan yang memadai pada masa-masa tersebut. Gerakan 1000
Hari Pertama Kehidupan dilakukan sebagai upaya penting dalam pemutusan
rantai masalah gizi dan mengurangi jumlah anak pendek di generasi yang akan
datang.

C. Intervensi Dalam 1000 Hari Pertama kehidupan


Masalah gizi disebabkan oleh dua faktor penyebab, yaitu penyebab
langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung dari masalah gizi adalah
kurangnya asupan gizi dan terbatasnya pelayanan kesehatan dasar. Penyebab
tidak langsung adalah terbatasnya aksesibilitas pangan, pola asuh yang kurang
baik, dan terbatasnya kesediaan air minum dan sanitasi yang layak. Akar
masalah dari penyebab langsung dan tidak langsung adalah kemiskinan, tingkat
pendidikan masyarakat yang rendah, daya beli yang rendah, sanitasi lingkungan
yang buruk. Adapun kerangka pikir masalah gizi yang sampai saat ini belum
dapat terselesaikan dengan tuntas dapat dilihat pada gambar 2.

14
Gambar 2. Kerangka Pikir Penyebab Masalah Gizi Pada 1000 HPK
Sumber : World Bank 2011, diadaptasi dari UNICEF 1990 & Ruel 2008 dan disesuaikan
dengan kondisi Indonesia dalam BAPPENAS 2012.

Untuk mengatasi penyebab langsung dan tidak langsung masalah gizi


melalui gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan dilakukan dua jenis intervensi,
yakni intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif.
1. Intervensi Gizi Spesifik
Intervensi gizi spesifik dilaksanakan untuk mengatasi penyebab langsung
dari masalah gizi dan sasarannya adalah kelompok 1000 Hari Pertama
kehidupan. Intervensi spesifik dilakukan oleh sektor kesehatan, dimana pada
kelompok ibu hamil dilakukan pemeriksaan kehamilan, suplementasi tablet
penambah darah minimal 90 tablet, suplementasi kalsium, pengobatan
kecacingan pada ibu hamil, pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil yang
mengalami KEK dan pengobatan pada ibu hamil yang positif terinfeksi malaria.
Pada kelompok usia 0-6 bulan dilaksanakan kegiatan inisiasi menyusui dini
(IMD), imunisasi dasar, KIE Gizi, penanganan bayi BBLR serta pemantauan
pertumbuhan. Sedangkan pada kelompok usia 6-24 bulan dilakukan kegiatan
promosi ASI untuk mendorong ibu tetap memberikan ASI sampai anak usia 24
bulan, KIE pemberian MP ASI, suplementasi vitamin A, pemberian makanan
tambahan bagi anak yang mengalami gizi kurang, serta pengobatan kecacingan
(BAPPENAS, 2012). Intervensi gizi spesifik merupakan rangkaian berbagai
kegiatan jangka pendek yang cukup efektif khususnya untuk mengatasi masalah
gizi pendek dan hasilnya dapat dicatat dalam waktu yang relatif singkat
(Rahmawati et al, 2016).

15
2. Intervensi Gizi Sensitif
Intervensi gizi sensitif dilakukan sebagai upaya mencegah gangguan gizi
secara tidak langsung dan umumnya dilaksanakan oleh sektor non-kesehatan.
Sasaran intervensi sensitif bukan hanya kelompok 1000 Hari Pertama kehidupan,
tetapi juga masyarakat umum, dengan melibatkan berbagai sektor terkait seperti
pertanian, kelautan dan perikanan, perdagangan dan industri, pendidikan dan
kesejahteraan sosial (BAPPENAS, 2012).
Beberapa jenis kegiatan dalam intervensi gizi sensitif meliputi penyediaan
air minum dan sanitasi yang layak, pelaksanaan program keluarga berencana
(KB), pemberian beras miskin (raskin) kepada keluarga yang kurang mampu,
pengendalian harga pangan, penyediaan jaminan kesehatan masyarakat dan
jaminan persalinan bagi ibu hamil, pelaksanaan program pendidikan masyarakat,
wajib belajar 9 tahun, fortifikasi pangan, penyediaan makanan tambahan bagi
anak sekolah (PMT-AS), adanya subsidi pangan, pengaturan label makanan,
promosi gizi seimbang dan aktifitas fisik, serta pemberian konseling kepada calon
pengantin untuk mempersiapkan keluarga yang sehat dan sadar gizi
(BAPPENAS, 2012).

D. Penyuluhan
1. Definisi Penyuluhan
Penyuluhan adalah salah satu bentuk pendidikan. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, penyuluhan berasal dari kata dasar “suluh” atau obor,
sekaligus sebagai terjemahan dari kata “voorlichting” yang dapat diartikan
sebagai kegiatan penerangan atau memberikan terang bagi yang dalam
kegelapan. Sebagai proses penerangan, kegiatan penyuluhan tidak saja terbatas
pada memberikan penerangan, tetapi menjelaskan mengenai segala informasi
yang ingin disampaikan kepada kelompok sasaran yang akan menerima manfaat
penyuluhan (beneficiaries), sehingga mereka benar-benar memahami seperti
yang dimaksud oleh penyuluh. Penyuluhan dalam arti umum adalah ilmu sosial
yang mempelajari system dan proses perubahan pada individu serta masyarakat
agar dapat terwujud perubahan yang lebih baik sesuai dengan yang diharapkan.
Penyuluhan dapat dipandang sebagai suatu bentuk pendidikan untuk orang
dewasa. Penyuluhan merupakan proses belajar untuk mengembangkan
pengertian dan sikap yang positif agar yang bersangkutan dapat memiliki dan
membentuk kebiasaan yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan

16
penyuluhan merupakan upaya pendekatan kelompok, yaitu kelompok kecil
maupun kelompok besar (Depkes dalam Supariasa 2014). Penyuluhan memiliki
perbedaan dengan konseling dan konsultasi seperti yang tertera pada Tabel 2.

Tabel 2. Perbedaan Konseling, Konsultasi dan Penyuluhan


Aspek Konseling Konsultasi Penyuluhan
Tujuan Membantu klien Membantu klien Menyadarkan
mengidentifikasi mengidentifikasi masyarakat
dan menganalisis dan menganalisis
masalah klien serta masalah
memberikan yang dihadapi klien
alternatif
pemecahan
masalah
Sasaran Individu Individu Individu dan
kelompok
Proses Menggali informasi Membantu klien Memberi informasi,
Dengan untuk menanamkan
keterampilan memecahkan keyakinan dan
mendengarkan dan masalah meningkatkan
mempelajari sesuai dengan kemampuan
sertamembangun masalah
percaya diri, yang dihadapi klien
agar klien mampu
mengambil
keputusan
untuk mengatasi
masalahnya sendiri
Hubungan Horizontal, Vertikal, Langsung atau
atau kedudukan kedudukan tidak langsung
kedudukan klien dan penyuluh konsultan lebih
sejajar, tinggi dari klien,
yang dihadapi yang dihadapi
penyuluh konsultan adalah
adalah klien klien

Sumber : Persagi, 2013

2. Tujuan Penyuluhan
Menurut Supariasa (2014), tujuan penyuluhan gizi merupakan bagian dari
tujuan penyuluhan kesehatan, namun khusus di bidang usaha perbaikan gizi.
Secara umum, tujuan penyuluhan gizi adalah untuk meningkatkan status gizi

17
masyarakat, khususnya pada golongan rawan gizi (ibu hamil, Ibu menyusui dan
anak balita) dengan cara mengubah perilaku masyarakat ke arah yang baik
sesuai dengan prinsip-prinsip gizi. Adapun tujuan yang lebih khusus yaitu:
a. Meningkatkan kesadaran gizi masyarakat melalui peningkatan
pengetahuan gizi
b. Menyebarkan konsep baru tentang informasi gizi
c. Membantu individu, keluarga dan masyarakat secara keseluruhan
berperilaku positif sehubungan dengan gizi
d. Mengubah perilaku masyarakat sehubungan dengan pola konsumsi
sehingga tercapai status gizi yang baik

3. Metode Penyuluhan
Menurut Notoatmodjo (2003), metode penyuluhan merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi tercapainya suatu hasil penyuluhan secara optimal.
Metode yang dikemukakan antara lain :
a. Metode Penyuluhan Perorangan
Dalam penyuluhan kesehatan metode ini digunakan untuk membina
perilaku baru atau seseorang yang telah mulai tertarik pada suatu perubahan
perilaku atau inovasi. Dasar digunakan pendekatan individual ini karena setiap
orang mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan
dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut.

b. Metode Penyuluhan Kelompok


Dalam memilih metode penyuluhan kelompok harus mengingat
besarnyakelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal pada sasaran.
Untuk kelompok yang besar, metodenya akan berbeda dengan kelompok kecil.
Efektifitas suatu metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran
penyuluhan. Metode ini mencakup :
1) Kelompok besar, yaitu apabila peserta penyuluhan lebih dari 15 orang.
Metode yang baik untuk kelompok ini adalah ceramah dan seminar.
2) Kelompok kecil, yaitu apabila peserta penyuluhan kurang dari 15 orang.
Metode yang cocok untuk kelompok ini adalah diskusi kelompok, curah
pendapat, bola salju, memainkan peranan, permainan simulasi.

18
c. Metode Penyuluhan Massa
Dalam metode ini penyampaian informasi ditujukan kepada masyarakat
yang sifatnya massa atau public. Oleh karena sasaran bersifat umum dalam
arti tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status
ekonomi, tingkat pendidikan dan sebagainya, maka pesan kesehatan yang
akan disampaikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap
oleh massa tersebut.
Pada umumnya bentuk pendekatan masa ini tidak langsung, biasanya
menggunakan media massa. Beberapa contoh dari metode ini adalah ceramah
umum, pidato melalui media massa, simulasi, dialog antara pasien dan
petugas kesehatan, sinetron, tulisan dimajalah atau koran, bill board yang
dipasang dipinggir jalan, spanduk, poster dan sebagainya.
Efektifitas penyuluhan sangat tergantung pada metode komunikasi yang
digunakan. Dalam menggunakan metode komunikasi, seorang penyuluh harus
mengetahui kelompok sasaran, kapan metode itu paling tepat digunakan dan
dapat tidaknya penyuluh menggunakan metode tersebut secara efisien. Ada
tiga pendekatan dalam komunikasi, yaitu:
1) Pendekatan Individu
Dalam pendekatan individu, seorang penyuluh harus mengetahui
faktor-faktor atau motivasi yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.
Ada enam keuntungan yang dapat diperoleh melalui pendekatan individu
menurut Khomsan (2000), yaitu:
a) Dapat memperoleh informasi dari sumber primer
b) Menumbuhkan rasa percaya diri pada penyuluh
c) Menumbuhkan kemauan baik
d) Merangsang minat
e) Membantu penyuluh untuk menetapkan atau memilih pemimpin
yang baik
f) Memberikan harapan atau optimisme yang tinggi.

2) Pendekatan Grup
Pendekatan ini melibatkan dua orang atau lebih. Untuk itu, penyuluh
harus mengetahui tipe grup yang akan terlibat, pola kepemimpinan dan
minat grup.

19
3) Pendekatan Massa
Pendekatan massa dilakukan dengan menggunakna film, acara
radio, pameran, dan sebagainya. Pendekatan massa adalah metode yang
paling banyak digunakan karena dengan bantuan audiovisual penyuluh
akan semakin mudah melakukan pendekatan dengan massa yang
jumlahnya banyak.

4. Media Penyuluhan
Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan-pesan gizi, media ini
dibagi menjadi 3, yaitu: (Notoatmodjo, 2011)
a. Media Cetak
Media cetak sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan gizi sangat
bervariasi, antara lain:
1) Booklet : ialah suatu media dalam bentuk buku, baik tulisan maupun
gambar.
2) Leaflet : ialah bentuk penyampaian informasi melalui lembaran yang dilipat.
3) Flyer (selebaran) : seperti leaflet, tetapi tidak dalam bentuk lipatan.
4) Flip Chart (lembar balik) : media penyampaian pesan dalam bentuk lembar
balik berisi gambar dan kalimat yang berkaitan dengan gambar tersebut.
5) Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah.
6) Poster : bentuk media cetak yang biasanya ditempel di tempat-tempat
umum berisi pesan/ informasi gizi.

b. Media Elektronik
Media elektronik sebagai sasaran untuk menyampaikan pesan-pesan gizi
jenisnya berbeda-beda, antara lain:
1) Televisi : penyampaian pesan atau informasi gizi melalui televisi dapat
dalam bentuk sandiwara, sinetron, forum diskusi atau tanya jawab, pidato,
cerdas cermat dan sebagainya.
2) Radio : penyampaian pesan atau informasi gizi melalui radio dapat dalam
bentuk sandiwara radio, ceramah, radio spot obrolan (tanya jawab) dan
sebagainya.
3) Video
4) Slide
5) Film strip

20
Penelitian di bidang pendidikan menunjukkan bahwa penggunaan alat
peraga sangat membantu efektivitas dan keberhasilan penyuluhan. Seseorang
umumnya hanya mampu mengingat 20 persen dari apa yang dipelajari melalui
indera pendengaran, sedangkan melalui indera penglihatan dan pendengaran
dapat mencapai 50 persen (Khomsan, 2000).
Fungsi alat peraga adalah membantu memperagakan sesuatu untuk
memudahkan dalam penyampaian materi. Jadi alat peraga itu sebenarnya tidak
dapat menyampaikan materi penyuluhan, melainkan membantu memperjelas isi
materi dari uraian atau keterangan yang telah disampaikan. Alat peraga dapat
digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu:
1) Audio aids, yaitu alat peraga yang didengar (berupa suara).
2) Visual aids, yaitu alat peraga yang dilihat (berupa gambar, foto, benda).
3) Audio visual aids, yaitu alat peraga yang bisa dilihat sekaligus didengar
(kombinasi gambar dan suara).

E. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
tersebut melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan
terjadi melalui penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan perabaan.
Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui penglihatan dan pendengaran.
(Notoatmodjo, 2012). Pengetahuan juga diperoleh melalui pengalaman, baik
pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain. Khomsan (2000)
menyebutkan bahwa dengan jumlah 20 pertanyaan kiranya cukup untuk
mengukur domain pengetahuan gizi tertentu untuk selanjutnya dinilai dan
dikelompokkan kedalam kategori pengetahuan gizi yang dikehendaki dengan
memberi skor tertentu pada jawaban yang salah atau benar. Secara garis besar,
pengetahuan dibagi dalam 6 tingkatan, yaitu :
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu
tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

21
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi
harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan,
dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini
dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan
(membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan
sebagainya.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun,
merencanakan, meringkaskan, menyesuaikan, dan sebagainya.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek berdasarkan pada suatu kriteria yang
ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria yang telah ada.

F. Sikap
Sartika (2011) mengemukakan bahwa sikap adalah respon tertutup
terhadap objek tertentu yang sudah dipengaruhi oleh pendapat dan emosi; dan
praktik sebagai wujud dari tindakan nyata seseorang. Campbell (1950) dalam
Notoatmodjo 2010 mendefenisikan sikap dengan sangat sederhana, yakni “An
individual’s attitude is syndrome of response consistency with regard to object

22
(sikap adalah suatu sindrom atau kumpulan gejala dalam merespon stimulus
atau objek). Sehingga sikap melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala
kejiwaan yang lain. Menurut Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2010), sikap
terdiri dari 3 komponen pokok, yakni :
1. Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap objek. Artinya,
bagaimana keyakinan, pendapat/ pemikiran seseorang terhadap objek.
2. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya
bagaimana penilaian orang tersebut terhadap objek.
3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to believe), artinya sikap adalah
komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka.
Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap yang
utuh, yang juga sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan
emosi. Sikap juga memiliki tingkatan berdasarkan intensitasnya, yaitu :
1. Menerima (Receiving)
Orang atau subjek mau menerima stimulus yang diberikan.
2. Menanggapi (Responding)
Menanggapi diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap
pertanyaan atau objek yang dihadapi.
3. Menghargai (Valuing)
Adalah memberikan nilai yang positif terhadap stimulus yang diberikan
dengan cara membahasnya, mengajak hingga mempengaruhi orang lain.
4. Bertanggung jawab (Responsible)
Sikap yang paling tinggi tingkatannya, artinya orang tersebut berani
mengambil risiko bila ada yang mencemooh ataupun adanya risiko lain.

23
G. Kerangka Teori
Menurut Blum (1974) dalam Notoatmodjo (2007) perilaku merupakan
faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan
individu, kelompok atau masyarakat. Oleh sebab itu, intervensi atau upaya yang
ditujukan kepada faktor perilaku sangat strategis.
Perubahan perilaku masyarakat dapat dilakukan melalui promosi
kesehatan, yang salah satunya dengan metode komunikasi (penyuluhan).
Sebagai faktor predisposisi, penyuluhan diharapkan dapat menciptakan adanya
perubahan pada perilaku masyarakat ke arah yang lebih baik. Perilaku dapat
dikelompokkan menjadi 2, yakni:
1. Perilaku Tertutup (Covert Behaviour)
Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih
belum dapat diamati orang lain secara jelas. Respon seseorang masih terbatas
dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap
stimulus yang bersangkutan. Bentuk perilaku tertutup yang dapat diukur adalah
pengetahuan dan sikap.
2. Perilaku Terbuka (Overt Behaviour)
Perilaku terbuka terjadi bila respons terhadap stimulus sudah berupa
tindakan atau praktik yang dapat diamati orang lain secara jelas.
Perilaku kesehatan yang baik akan cenderung meningkatkan status
kesehatan masyarakat, sehingga peluang untuk mendapatkan keturunan yang
sehat akan lebih besar dan akan tercipta sumber daya manusia yang
berkualitas.

24
KETURUNAN

Pelayanan Status Lingkungan


Kesehatan Kesehatan

Perilaku

Predisposing Enabling Reinforcing


Factors Factors Factors

Komunikasi Pemberdayaan Training


(Penyuluhan) Masyarakat

Promosi Kesehatan

Gambar 3.Hubungan Status Kesehatan, Perilaku, dan Promosi Kesehatan


Sumber : Notoatmodjo, 2007

25
H. Kerangka Konsep

Pengetahuan :

 
Seribu Hari Pertama Kehidupan
 
Gizi Seimbang Ibu Hamil (270 Hari
dalam Kandungan)

 Gizi Seimbang Ibu Menyusui dan
Penyuluhan Bayi 0-6 Bulan
 
Tentang 1000 Gizi Seimbang Bayi 6-24 Bulan
Hari Pertama
Kehidupan

Sikap :
  Seribu Hari Pertama Kehidupan

 
Gizi Seimbang Ibu Hamil (270
Hari dalam Kandungan)

 Gizi Seimbang Ibu Menyusui dan
Bayi 0-6 Bulan
 
Gizi Seimbang Bayi 6-24 Bulan

Gambar 4. Kerangka Konsep Penelitian

I. Variabel dan Definisi Operasional


Variabel dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap tentang 1000
Hari Pertama Kehidupan pada calon pengantin.

26
Tabel 3. Definisi Operasional Variabel
No Variabel Definisi Operasional Skala
1 Pengetahuan Hasil dari tahu melalui penglihatan Rasio
tentang 1000 dan pendengaran calon pengantin
HPK tentang 1000 Hari Pertama
Kehidupan sebelum dan sesudah
penyuluhan yang diperoleh dengan
mengisi kuesioner yang terdiri dari 25
pertanyaan.
Jawaban benar diberi skor 1
Jawaban salah diberi skor 0
Skor tertinggi untuk pengetahuan
adalah 20 dan terendah 0.

2 Sikap Respon yang melibatkan pikiran, Rasio


tentang 1000 perasaan dan perhatian calon
HPK pengantin tentang 1000 Hari Pertama
Kehidupan sebelum dan sesudah
penyuluhan yang diperoleh dengan
mengisi kuesioner yang terdiri dari 15
pertanyaan dengan kategori penilaian
berdasarkan jenis pertanyaan,
favorable dan unfavorable.
Skor tertinggi untuk sikap adalah 45
dan terendah 15.
3 Calon Pasangan yang akan membentuk Nominal
Pengantin sebuah keluarga dan terdaftar resmi
akan menikah di satu gereja.

J. Hipotesis
Ha: Ada Pengaruh Penyuluhan tentang 1000 Hari Pertama Kehidupan
Terhadap Pengetahuan dan Sikap Calon Pengantin pada Berbagai
Gereja di Kecamatan Lubuk Pakam.

27
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di 9 gereja yang ada di Kecamatan Lubuk Pakam
(lampiran 1). Waktu penjajakan awal dilakukan bulan November 2016.
Penjajakan awal bertujuan untuk mendata gereja-gereja yang dapat dijadikan
sebagai lokasi penelitian. Penjajakan dilakukan kembali pada bulan April 2017
untuk mengetahui data calon pengantin yang sudah terdaftar akan menikah di
masing-masing gereja yang melaksanakan konseling pra nikah, sedangkan
pengumpulan data dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2017.

B. Jenis dan Rancangan Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimen dengan disain One
Group Pre – Post Test. Rancangan ini juga tidak terdapat kelompok pembanding
(kontrol), tetapi paling tidak sudah dilakukan observasi pertama (pre test) yang
memungkinkan menguji perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya
program (Notoatmodjo, 2010). Bentuk rancangan ini sebagai berikut :

Pre test Perlakuan Post test

01 x 02

Gambar 5. Bentuk Rancangan One Group Pre-Post Test


Keterangan :
1 : Pre test, yaitu pengukuran pengetahuan dan sikap sebelum perlakuan
x: Perlakuan, yaitu Penyuluhan tentang 1000 HPK
02 : Post test, yaitu pengukuran pengetahuan dan sikap setelah perlakuan

C. Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh calon pengantin yang terdaftar
resmi untuk menikah pada berbagai gereja di Kecamatan Lubuk Pakam.
Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah calon pengantin yang terdaftar
resmi untuk menikah pada bulan Juni hingga Juli 2017.

28
Perhitungan besar sampel dilakukan dengan rumus sebagai berikut (Murti,
2010) : n = σ2 (Z1-α + Z1-β)2
d2
Keterangan :
n = Besar sampel
Z1-α = Nilai Z pada uji dua sisi dengan tingkat signifikansi (α) 5% = 1,96
Z1-β = Nilai Z pada kekuatan uji 1 – β= 0,842
σ = Standar deviasi dari rata-rata peningkatan pengetahuan
d= Perbedaan rata-rata peningkatan pengetahuan

Asumsi nilai σ dan d yang digunakan adalah berdasarkan berdasarkan


penelitian Koka (2014), dimana nilai σ = 16,4 dan nilai d = 27,8-19,5 = 8,3.
Berdasarkan asumsi tersebut, maka besar sampel minimal adalah :

n = 16,42(1,96 + 0,842) 2
8,32
n = 268,96 (2,802) 2
68,89
n = 268,96 (7,8)
68,89
n = 209,788
68,89
n = 30,4
n = 31

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menetapkan setiap


pasangan calon pengantin yang sudah mendaftar ke masing-masing gereja
sebagai sampel penelitian hingga diperoleh sebanyak jumlah sampel yang
dibutuhkan. Data pasangan calon pengantin diperoleh melalui contact person
yang dalam hal ini adalah pihak pengurus gereja ataupun pendeta yang
memberikan konseling pra nikah.
Setelah diperoleh data calon pengantin maka selanjutnya para calon
pengantin dihubungi untuk menanyakan persetujuan menjadi sampel dalam
penelitian. Jika calon pengantin yang dihubungi setuju maka diatur waktu untuk
melakukan pertemuan pertama, namun jika calon pengantin yang dihubungi tidak
setuju maka dicari kembali hingga didapatkan sesuai dengan jumlah sampel

29
yang dibutuhkan. Selama pengumpulan data, jumlah calon pengantin yang
terdaftar untuk menikah pada berbagai gereja di Kecamatan Lubuk Pakam
adalah sebanyak 56 pasang, namun hanya 31 pasang yang dijadikan sebagai
sampel sesuai dengan perhitungan berdasarkan rumus yang digunakan.

D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data


1. Jenis Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan
data sekunder.
a. Data primer merupakan data yang dikumpulkan secara langsung oleh
peneliti yang terdiri dari :
1) Data identitas sampel
2) Data pengetahuan dan sikap sebelum dan setelah penyuluhan
b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh berdasarkan informasi yang telah
dikumpulkan dari pihak pengurus gereja atau pendeta, yakni meliputi
gambaran umum lokasi penelitian dan data calon pengantin.

2. Cara Pengumpulan Data


a. Data identitas sampel, dikumpulkan dengan mengisi formulir data
identitas pada lembar kuesioner yang telah disediakan untuk
mendapatkan karakteristik sampel
b. Data pengetahuan dan sikap dikumpulkan dengan menggunakan
kuesioner yang diisi sendiri oleh responden
c. Data antropometri, meliputi berat badan, tinggi badan, dan lingkar lengan
dikumpulkan melalui pengukuran antropometri dan mencatat hasil
pengukuran pada lembar kuesioner yang telah disediakan
d. Data sekunder, yakni data calon pengantin dikumpulkan berdasarkan
informasi yang diperoleh dari pihak pengurus gereja

30
E. Skema Penelitian

Penjajakan Lokasi
Pengumpulan Data Sekunder
Pembuatan Media

Simulasi pada calon pengantin yang


Simulasi Penyuluhan I
bukan sampel penelitian

Simulasi pada calon pengantin yang


Simulasi Penyuluhan II bukan sampel penelitian

Pre Test Pertemuan I, durasi ± 60 menit


Penyuluhan I

Penyuluhan II Pertemuan II, durasi ± 60 menit

Penyuluhan III Pertemuan III, durasi ± 60 menit


Post Test

Entry Data
Pengolahan Data
Interpretasi Hasil

Gambar 6. Skema Penelitian

31
F. Intervensi yang Diberikan
1. Pra Intervensi
Sebelum diberikan intervensi berupa penyuluhan, peneliti mengembangkan
sebuah modul yang dijadikan sebagai media dalam penyuluhan. Modul yang
dikembangkan oleh peneliti berupa booklet (Lampiran 2) ukuran 16,5 x 22,5 cm
yang terdiri dari 24 halaman berisi tulisan dan gambar berwarna tentang materi
yang akan diberikan. Modul dikembangkan dari 4 sumber, yaitu :
a. Buku Panduan Peserta Pelatihan Konseling Menyusui (Depkes RI, 2007)
b. Buku Pelatihan Konseling Makanan Pendamping ASI (Kemenkes RI, 2011)
c. Lembaga Kesehatan Ibu dan Anak (Depkes RI, 2008)
d. Program Perencanaan Program 1000 HPK (Bappenas, 2012)
Selanjutnya dilakukan pengembangan kuesioner tentang pengetahuan dan
sikap mengenai 1000 HPK. Kuesioner disusun berdasarkan materi penyuluhan
yang dikembangkan dalam modul dan dengan mengadop dari kuesioner tentang
1000 HPK yang sudah pernah digunakan (Koka, 2014). Jumlah kuesioner
pengetahuan adalah 25 multiple choice test dan 15 kuesioner sikap. Kuesioner
penelitian selanjutnya diuji coba untuk mengetahui pertanyaan yang valid dan
mengganti pertanyaan yang tidak valid. Uji coba kuesioner dilakukan pada 15
pasang calon pengantin yang bukan merupakan responden penelitian. Hasil uji
validitas dan reliabilitas kuesioner tersebut terdapat pada lampiran 3.
Setelah pengembangan kuesioner maka disusun satuan acara penyuluhan
(SAP) sebagai pedoman peneliti untuk memberikan penyuluhan (Lampiran 4).
SAP disusun berdasarkan jumlah pertemuan dan materi yang disampaikan
dalam setiap pertemuan. SAP memuat (i) judul/topik materi yang akan
disampaikan, (ii) tujuan penyuluhan, (iii) urutan kegiatan dalam penyuluhan dan
(iv) waktu/durasi untuk setiap pertemuan.
Sebelum memberikan intervensi berupa penyuluhan, peneliti terlebih
dahulu melakukan simulasi kepada pasangan calon pengantin yang bukan
merupakan responden pada penelitian. Simulasi penyuluhan dilakukan sebanyak
2 kali. Simulasi dilakukan dengan mengambil rekaman video ketika peneliti
memberikan penyuluhan tanpa sepengetahuan responden. Hasil evaluasi
rekaman pada simulasi pertama menunjukkan bahwa peneliti masih perlu
meningkatkan kemampuan dalam melibatkan responden untuk fokus dan
mendengarkan penyuluhan sehingga dilakukan simulasi ulang pada responden
yang berbeda. Pada evaluasi hasil simulasi kedua peneliti telah mampu

32
melibatkan responden sehingga aktif dan menunjukkan minat terhadap materi
yang disampaikan menggunakan modul sehingga dapat dilakukan penelitian.
Simulasi penyuluhan bertujuan untuk mempersiapkan dan melatih peneliti agar
dapat menjadi penyuluh yang baik serta mampu menguasai setiap materi yang
akan diberikan pada responden.

2. Intervensi
Intervensi yang diberikan kepada responden yaitu penyuluhan tentang
1000 HPK. Setiap pasangan responden diberikan 1 modul untuk mempermudah
responden memahami materi yang disampaikan. Materi disampaikan secara
berurutan, mulai dari materi 1 sampai materi 4. Materi penyuluhan yang akan
diberikan adalah terdiri dari :
1. 1000 Hari Pertama Kehidupan
2. Gizi seimbang ibu hamil (270 hari dalam kandungan)
3. Gizi seimbang untuk bayi usia 0 – 6 bulan (ASI Eksklusif) dan ibu menyusui
4. Gizi seimbang bayi usia 6 – 24 bulan dan MP-ASI
Sebelum melakukan penyuluhan, responden sudah terlebih dahulu
diberikan penjelasan mengenai penelitian yang akan dilakukan. Setelah diberikan
informasi yang jelas, maka responden mengisi lembar persetujuan (Informed
Consent) sebagai tanda persetujuan untuk ikut serta menjadi responden dalam
penelitian (Lampiran 5). Setelah mengisi lembar persetujuan, responden
diberikan kuesioner untuk mengukur pengetahuan dan sikap sebelum diberikan
penyuluhan (Lampiran 6).
Kemudian responden akan mendapatkan materi melalui penyuluhan
sebanyak 3 kali, dimana pada penyuluhan ke-1 responden akan mendapat
materi 1 dan 2, pada penyuluhan ke-2 materi 3 dan 4, sedangkan pada
penyuluhan ke-3 diberikan penjelasan ulang mengenai materi 1 sampai materi 4.
Setelah dilakukan penyuluhan, maka selanjutnya dilakukan pengukuran
pengetahuan dan sikap responden dengan menggunakan kuesioner yang sama
dengan kuesioner sebelum diberikan penyuluhan.
Metode penyuluhan yang digunakan adalah ceramah, diskusi kelompok
dan tanya jawab. Lama waktu penyuluhan adalah 60 menit untuk setiap
pertemuan. Jadwal penyuluhan untuk setiap pertemuan diatur sesuai
kesepakatan dengan responden. Jadwal pertemuan untuk setiap responden
terdapat pada lampiran 7.

33
G. Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan Data
a. Data identitas sampel yang sudah dikumpulkan diolah secara manual
menggunakan program komputer dengan tahapan sebagai berikut :
1) Memeriksa kelengkapan data
2) Memberikan kode sesuai dengan karakteristik data data identitas
3) Mengentri data ke dalam program SPSS
4) Mentabulasi data sesuai dengan kategori data (misalnya, umur,
pekerjaan, pendidikan terakhir)
5) Menguji kenormalan data
6) Menganalisis data menggunakan program SPSS
b. Data pengetahuan dikumpulkan dengan menggunakan 25 pertanyaan,
namun hanya 20 pertanyaan yang masuk dalam penilaian karena 5
pertanyaan pertama hanya digunakan untuk melihat apakah sebelumnya
calon pengantin sudah pernah mendapatkan informasi tentang 1000
HPK. Setiap pertanyaan diberikan skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0
untuk jawaban yang salah. Nilai pengetahuan kemudian diklasifikasikan
menjadi nilai pengetahuan kategorikal dimana menurut Arikunto (2006)
pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterpretasi dengan skala
yang bersifat kualitatif, yaitu :
 Baik : hasil persentase 76 – 100%
 Cukup : hasil persentase 56 – 75%

 Kurang : hasil persentase < 56%

c. Data sikap dikumpulkan dengan menggunakan 15 pertanyaan, yang
terbagi menjadi 7 pertanyaan positif (favorable), yaitu pertanyaan nomor
1, 2, 6, 8, 11, 14, 15 dan 8 pertanyaan negatif (unfavorable), yakni pada
nomor 3, 4, 5, 7, 9, 12, 13. Pada pertanyaan positif, diberikan skor 3
untuk jawaban setuju dan skor 1 untuk setiap jawaban tidak setuju.
Sedangkan pada pertanyaan negatif, diberikan skor 3 untuk jawaban
tidak setuju dan skor 1 untuk jawaban setuju. Dan untuk jawaban ragu-
ragu diberikan skor 2 pada setiap jenis pertanyaan. Nilai sikap kemudian
diklasifikasikan menjadi nilai sikap kategorikal dimana menurut Arikunto
(2006) sikap seseorang dapat diketahui dan diinterpretasi dengan skala
yang bersifat kualitatif, yaitu :
 Baik : hasil persentase 76 – 100%

34
 Cukup : hasil persentase 56 – 75%

 Kurang : hasil persentase < 56%

d. Data sekunder yang sudah dikumpulkan diolah secara manual
menggunakan program komputer untuk memperoleh data sesuai dengan
kategori data.

2. Analisis Data
a. Analisa Univariat untuk melihat gambaran dan karakteristik setiap variabel
independen (bebas) serta variabel dependen (terikat).
b. Analisis Bivariat dilakukan untuk melihat :
1) Adanya pengaruh penyuluhan tentang 1000 Hari Pertama Kehidupan
terhadap pengetahuan calon pengantin pada berbagai gereja di
Kecamatan Lubuk Pakam.
2) Adanya pengaruh penyuluhan tentang 1000 Hari Pertama Kehidupan
terhadap sikap calon pengantin pada berbagai gereja di Kecamatan
Lubuk Pakam.

Uji statistik yang digunakan adalah uji T-dependent karena setelah diuji
data yang diperoleh berdistribusi normal, dengan kesimpulan jika nilai p < 0,05
maka Ho ditolak, artinya ada perbedaan rata-rata skor pengetahuan dan sikap
sebelum dengan sesudah penyuluhan tentang 1000 Hari Pertama Kehidupan.
Dengan kata lain, ada pengaruh penyuluhan tentang 1000 Hari Pertama
Kehidupan terhadap pengetahuan dan sikap calon pengantin pada berbagai
gereja di Kecamatan Lubuk Pakam.

35
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Karakteristik Responden
Responden penelitian ini merupakan calon pengantin yang berasal dari 9
gereja yang ada di kecamatan Lubuk Pakam. Karakteristik responden yang
meliputi usia, tingkat pendidikan, pekerjaan dan status gizi adalah sebagai
berikut :
a. Usia Responden
Usia responden yang paling muda adalah 22 tahun dan yang paling tua
adalah 44 tahun. Usia responden dikategorikan dengan ambang batas (cut of
point) usia ideal untuk menikah yang dianjurkan oleh Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional atau BKKBN (2013) adalah 25 – 30 tahun bagi
laki-laki dan 21 – 25 tahun untuk perempuan. Adapun kategori usia responden
disajikan sebagai berikut :
Tabel 4. Kategori Usia Responden Perempuan
Kategori Usia n %
21 – 25 tahun 17 54.8
26 – 30 tahun 12 38.7
>30 tahun 2 6.5
Total 31 100

Tabel 4 menunjukkan bahwa sebanyak 54,8% responden perempuan


menikah pada usia ideal dan 45,2% sisanya menikah lebih tua dari kategori usia
ideal, bahkan masih ada 6,5% responden perempuan yang menikah pada usia
>30 tahun.
Tabel 5. Kategori Usia Responden Laki-laki
Kategori Usia n %
<25 tahun 5 16.1
25 – 30 tahun 17 54.8
>30 tahun 9 29
Total 31 100

Masih banyak responden laki-laki yang menikah bukan pada usia ideal,
yaitu sebanyak 16,1% responden laki-laki menikah lebih muda dari kategori usia

36
ideal (<25 tahun) dan 29% lebih tua dari kategori usia ideal (>30 tahun). Jumlah
responden laki-laki yang menikah pada usia ideal adalah sebesar 54,8%.
Tabel 4 dan 5 menunjukkan bahwa responden yang menikah pada usia
ideal adalah sebanyak 54,8% dari jumlah seluruh responden yang ada pada
penelitian ini, sedangkan 45,2% sisanya menikah bukan pada usia ideal.

b. Tingkat Pendidikan Responden


Tingkat pendidikan responden yang paling rendah adalah SD dan yang
paling tinggi adalah S2. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan
disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Tingkat Pendidikan Responden
Jumlah
Tingkat Pendidikan
n %
SD 1 1.6
SMP 1 1.6
SMA 25 40.3
D-III 6 9.7
S1 28 45.2
S2 1 1.6
Total 62 100

Tabel 6 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden yang paling


banyak adalah S1, yakni sebesar 45,2%. Namun ternyata masih ada responden
dengan tingkat pendidikan SD dan SMP masing-masing sebesar 1,6%.

c. Pekerjaan Responden
Sebagian besar responden memiliki pekerjaan tetap. Pekerjaan responden
dengan persentase terbanyak adalah sebagai wiraswasta, yakni sebanyak 35,5%
dan selanjutnya karyawan swasta sebesar 33,9%. Distribusi responden
berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 7.

37
Tabel 7. Pekerjaan Responden
Jumlah
Pekerjaan
n %
Tenaga Kesehatan 8 12.9
Karyawan Swasta 21 33.9
Pegawai Honorer 1 1.6
Pendeta 1 1.6
PNS/TNI/POLRI 4 6.4
Wiraswasta 22 35.5
Tidak Bekerja 5 8.1
Total 62 100

Secara umum responden memiliki pekerjaan tetap, namun masih ada 8,1%
responden yang tidak bekerja.

d. Status Gizi Responden


Distribusi status gizi responden berdasarkan IMT dan hasil pengukuran LILA
disajikan pada Tabel 8 dan Tabel 9.
Tabel 8. Status Gizi Responden Berdasarkan IMT
Jumlah
Status Gizi
n %
Kurus 2 3.2
Normal 41 66.1
Gemuk 13 21
Obesitas 6 9.7
Total 62 100

Tabel 8 menunjukkan bahwa sebanyak 66,1% status gizi responden


termasuk kategori normal, namun terdapat 21% responden dengan status gizi
gemuk, 9,7% dengan status gizi obesitas dan 3,2% dengan status gizi kurus.

Tabel 9. Status Gizi Berdasarkan LILA


Status Gizi n %
KEK 1 3.2
Non KEK 30 96.8
Total 31 100

Tabel 9 menunjukkan bahwa masih ada calon ibu yang mengalami KEK,
yaitu sebanyak 3,2% dan 96,9% sisanya termasuk dalam kategori non KEK
dimana LILA >23,5 cm.

38
2. Pengetahuan dan Sikap tentang 1000 HPK
a. Pengetahuan
Dari seluruh responden, hanya 19,4% yang sudah pernah mendengar
informasi tentang 1000 HPK sebelum diberikan penyuluhan. Distribusi responden
yang pernah mendengar tentang 1000 HPK berdasarkan sumber informasinya
disajikan sebagai berikut :

8,30%

25%

66,70%

Petugas Kesehatan Internet Televisi/Radio

Gambar 6. Sumber Informasi 1000 HPK


Dari 12 orang responden yang sudah pernah mendengar tentang 1000
HPK, 66,7% diantaranya mendapat informasi dari petugas kesehatan, 25% dari
internet dan 8,3% melalui televisi/radio.
Penelusuran selanjutnya tentang periode 1000 HPK diperoleh bahwa dari
12 orang responden 75% mengetahui tentang periode 1000 HPK. Sementara itu,
jumlah responden yang memahami pentingnya 1000 HPK sebesar 83,3% dan
58,3% yang mengetahui dampak kekurangan gizi pada 1000 HPK. Rata-rata
skor pengetahuan responden yang sudah pernah mendengar 1000 HPK dengan
yang belum pernah mendengar adalah sebagai berikut :

39
Tabel 10. Rata-rata Skor Pengetahuan Responden Menurut Keterpaparan 1000 HPK
Skor Pengetahuan
Waktu Pengukuran Sudah Terpapar Belum Terpapar
Rata-rata ± Rata-rata ±
Sebelum Penyuluhan 11,33 3,257 9,80 2,921
Sesudah Penyuluhan 16,83 1,801 16,40 1,990
Peningkatan Pengetahuan 5,50 6,60

Pada responden yang sudah pernah mendengar tentang 1000 HPK


diperoleh hasil bahwa rata-rata skor pengetahuan adalah 11,33 ± 3,257 dan
meningkat sebesar 5,50 setelah diberikan penyuluhan. Hal ini berarti bahwa
responden yang sudah pernah mendengar tentang 1000 HPK menguasai 56,7%
pertanyaan yang diberikan. Sementara pada responden yang belum pernah
mendengar tentang 1000 HPK diperoleh hasil rata-rata skor pengetahuan hanya
9,80 ± 2,921 yang berarti bahwa responden hanya menguasai 49% pertanyaan
yang diberikan. Rata-rata skor ini meningkat sebesar 6,60 setelah dilakukan
penyuluhan kepada responden.
Setelah dilakukan intervensi berupa penyuluhan, diperoleh hasil bahwa
skor rata-rata pengetahuan responden yang sudah pernah mendengar tentang
1000 HPK tetap lebih tinggi dibandingkan responden yang belum pernah
mendengar. Hal ini menunjukkan bahwa keterpaparan terhadap sebuah informai
akan mempengaruhi tingkat dan perubahan pengetahuan seseorang. Secara
keseluruhan, rata-rata skor responden berdasarkan jawaban untuk pertanyaan
pengetahuan adalah sebagai berikut :
Tabel 11. Rata-rata Skor Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Penyuluhan
Skor Pengetahuan
Waktu Pengukuran
Rata-rata ±
Sebelum Penyuluhan 10,10 3,023
Sesudah Penyuluhan 16,48 1,948

Peningkatan Pengetahuan 6,38*)


*)
Nilai p = 0,000

Tabel 11 menunjukkan rata-rata skor pengetahuan responden sebelum


diberikan penyuluhan adalah 10,10 ± 3,023. Hal ini berarti persentase
pertanyaan pengetahuan yang dapat dijawab benar oleh responden adalah
sebesar 50,5%. Rata-rata skor pengetahuan ini meningkat sesudah penyuluhan
sebesar sebesar 6,38 (p<0,05). Ada perbedaan rata-rata skor pengetahuan

40
sebelum dan sesudah diberikan intervensi berupa penyuluhan kepada
responden. Sedangkan kategori pengetahuan responden berdasarkan jawaban
yang diberikan adalah sebagai berikut :
Tabel 12. Kategori Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Penyuluhan
Kategori Sebelum Penyuluhan Sesudah Penyuluhan
Pengetahuan n % n %
Baik 1 1.6 45 72.6
Cukup 23 37.1 16 25.8
Kurang 38 61.3 1 1.6
Total 62 100 62 100

Kategori pengetahuan responden sebelum diberikan penyuluhan yang


paling banyak adalah kategori kurang sebesar 61,3% sementara kategori baik
hanya sebesar 1,6%. Sedangkan setelah diberikan penyuluhan, 72,6%
responden memiliki pengetahuan dengan kategori baik dan hanya tersisa 1,6%
responden lagi yang memiliki pengetahuan dengan kategori kurang.

b. Sikap
Rata-rata skor sikap responden yang sudah pernah mendengar 1000 HPK
dengan yang belum pernah mendengar adalah sebagai berikut :
Tabel 13. Rata-rata Skor Sikap Responden Menurut Keterpaparan 1000 HPK
Skor Pengetahuan
Waktu Pengukuran Sudah Terpapar Belum Terpapar
Rata-rata ± Rata-rata ±
Sebelum Penyuluhan 35,42 4,295 33,74 3,773
Sesudah Penyuluhan 41,75 2,832 40,98 2,503
Peningkatan Pengetahuan 6,33 7,24

Rata-rata skor sikap pada responden yang sudah pernah mendengar


tentang 1000 HPK lebih tinggi dibandingkan responden yang belum pernah
mendengar sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan. Rata-rata skor sikap
responden yang sudah pernah mendengar adalah 35,42 ± 4,295 dan meningkat
sebesar 6,33 setelah penyuluhan. Sementara rata-rata skor sikap reponden yang
belum pernah mendengar sebesar 33,74 ± 3,773 dengan peningkatan sebesar
7,24 setelah penyuluhan. Pada akhir intervensi juga terlihat bahwa skor rata-rata
responden yang sudah pernah mendengar tentang 1000 HPK tetap lebih tinggi

41
dibandingkan responden yang belum pernah mendengar. Rata-rata skor sikap
seluruh responden adalah sebagai berikut :
Tabel 14. Rata-rata Skor Sikap Sebelum dan Sesudah Penyuluhan

Waktu Pengukuran

Rata-rata ±
Sebelum Penyuluhan 34,06 3,900
Sesudah Penyuluhan 41,13 2,564

Selisih 7,07*)
*)
Nilai p = 0,000

Rata-rata skor sikap sebelum intevensi adalah 34,06 ± 3,900. Hal ini berarti
persentase pertanyaan yang disikapi secara positif oleh responden adalah
sebesar 75,6%. Rata-rata skor sikap ini meningkat sesudah penyuluhan sebesar
7,07 (p<0,05) dimana persentase pertanyaan sikap yang disikapi secara positif
oleh responden berubah menjadi 91,4%. Ada perbedaan rata-rata skor sikap
sebelum dan sesudah diberikan intevensi berupa penyuluhan kepada responden.
Kategori sikap responden berdasarkan jawaban yang diberikan disajikan pada
tabel 15.
Tabel 15. Kategori Sikap Sebelum dan Sesudah Penyuluhan
Kategori Sebelum Penyuluhan Sesudah Penyuluhan
Sikap n % n %
Baik 27 43.5 61 98.4
Cukup 34 54.8 1 1.6
Kurang 1 1.6 - -
Total 62 100 62 100

Sebanyak 54,8% responden memiliki sikap yang cukup positif sebelum


diberikan penyuluhan. Sesudah penyuluhan, sebanyak 98,4% responden sudah
memiliki sikap yang baik tentang 1000 HPK dan tidak ditemukan lagi responden
dengan kategori sikap yang kurang.

42
B. Pembahasan
1. Usia Responden
BKKBN (2013) menyebutkan bahwa pernikahan ideal adalah pernikahan
yang dilakukan oleh seorang laki-laki dengan usia minimal 25 tahun dan usia
minimal perempuan 21 tahun karena secara biologis alat-alat reproduksi masih
dalam proses menuju kematangan sehingga belum siap untuk hamil dan
melahirkan. Usia merupakan salah satu faktor risiko kehamilan yang sering
disebut dengan istilah 4-T, yaitu terlalu muda, terlalu tua, terlalu banyak dan
terlalu sering. Usia reproduksi yang sehat dan tidak berisiko bagi seorang
perempuan untuk hamil dan melahirkan adalah 20 – 35 tahun (Wijayanti et al,
2011).
Hal ini dikarenakan pada usia <20 tahun sistem reproduksi belum siap
untuk menerima kehamilan karena wanita muda yang hamil belum mampu
memberikan suplai makanan dengan baik dari tubuhnya ke janin yang ada di
dalam rahim sehingga dapat mengakibatkan bayi BBLR (Mariani, 2012).
Sedangkan pada usia >35 tahun fungsi alat reproduksi sudah menurun sehingga
akan mempengaruhi kehamilan, menimbulkan kecemasan terhadap persalinan
karena alat-alat reproduksi ibu yang sudah terlalu tua untuk hamil (Prawirohardjo,
2012).

2. Tingkat Pendidikan Responden


Tingkat pendidikan sangat menentukan kecepatan dalam mendapatkan
informasi. Pendidikan yang tinggi lebih memudahkan seseorang menerima
informasi gizi dan kesehatan. Pernyataan ini didukung dengan penelitian
Hestuningtyas (2013) tentang pemberian konseling gizi kepada ibu balita
mengenai pemberian makan dan asupan gizi anak stunting.
Hal ini ditunjukkan responden melalui proses pemberian penyuluhan atau
informasi mengenai 1000 HPK. Pada saat penyuluhan dilakukan responden
dengan pendidikan tinggi lebih mudah memahami materi yang diberikan
dibanding responden yang berpendidikan rendah. Hasil penelusuran terhadap
pengetahuan dan sikap responden diperoleh responden dengan pendidikan
tinggi memiliki rata-rata skor 11,23 ± 2,787 sedangkan responden dengan
pendidikan rendah memiliki skor rata-rata sebesar 8,63 ± 2,705.
Setelah diberikan intervensi yang sama, rata-rata skor pengetahuan
responden dengan pendidikan tinggi menjadi 17,11 ± 1,875 dan responden

43
dengan pendidikan rendah memiliki skor rata-rata sebesar 15,67 ± 1,754. Hal ini
juga sejalan dengan rata-rata skor sikap responden, dimana sebelum dan
sesudah penyuluhan responden dengan pendidikan tinggi tetap memiliki skor
rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan responden dengan pendidikan rendah.
Tinggi rendahnya pendidikan seseorang menentukan sikap dan pola
perilakunya. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi
pula tingkat pola perilakunya, namun semakin rendah tingkat pendidikan
seseorang maka tingkat pola perilakunya juga cenderung rendah (Sriyono,
2015).
Penelitian Trimanto (2008) dalam In’am (2016) membuktikan bahwa
semakin tinggi pendidikan orangtua maka semakin tinggi kepedulian terhadap
kesehatan terutama informasi tentang menjaga status gizi anak. Hasil penelitian
Rozali (2016) juga menunjukkan adanya hubungan tingkat pendidikan,
khususnya ibu terhadap pengetahuan, sikap dan pola pikir dalam mencari dan
memperoleh berbagai informasi mengenai pengetahuan tentang gizi balita, yakni
dengan hasil yang signifikan p=0,001.

3. Pekerjaan Responden
Pekerjaan merupakan salah satu sumber penghasilan bagi
individu/keluarga dimana penghasilan dari pekerjaan menjadi jembatan guna
memenuhi kebutuhan hidup individu/keluarga. Pekerjaan responden akan
menentukan pendapatan keluarga nantinya.
Pendapatan keluarga merupakan penghasilan dalam jumlah uang yang
akan dibelanjakan keluarga. Tingkat pendapatan keluarga akan berpengaruh
terhadap daya beli dan mutu makanan untuk konsumsi keluarga. Semakin tinggi
tingkat pendapatan keluarga maka semakin banyak pula bahan makanan yang
dapat dibeli untuk pemenuhan kebutuhan gizi keluarga. Jika kebutuhan gizi
keluarga dapat terpenuhi maka status gizi keluarga juga akan baik.
Penelitian Devi (2010) menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna
antara pekerjaan orangtua terhadap status gizi balita. Hal ini disebabkan karena
rendahnya pendapatan orangtua maka akan mengurangi daya beli terhadap
makanan yang berkualitas untuk pemenuhan gizi balita dan gizi keluarga.
Sebagian besar responden penelitian ini memiliki pekerjaan tetap, namun
beberapa responden perempuan tidak bekerja. Hal ini tentunya akan membawa
dampak negatif dan positif bagi keluarga. Dari sisi positif, semakin banyak

44
perempuan yang bekerja sebagai ibu rumah tangga maka akan semakin banyak
waktu untuk merawat keluarga dan mengasuh anak sehingga pemenuhan gizi
keluarga terpantau dan terpenuhi (In’am, 2016). Sementara dari sisi negatif
keuangan keluarga hanya mengandalkan pendapatan suami/bapak.

4. Status Gizi Responden


IMT merupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi
orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekuarangan atau kelebihan
berat badan (Putri dan Sri, 2013). Status gizi dinilai berdasarkan Indeks Massa
Tubuh (IMT) dengan membandingkan berat badan dengan tinggi badan. Kategori
status gizi berdasarkan IMT terbagi atas kategori kurus, normal, BB lebih dan
obesitas. Secara nasional, prevalensi penduduk dewasa kurus adalah sebanyak
8,7%, berat badan lebih 13,5% dan obesitas 15,4% (Riskesdas, 2013).
Gizi pra nikah merupakan suatu cara untuk memperhatikan status gizi
calon pengantin demi tercapainya keluarga yang sehat dan keturunan yang
berkualitas. Oleh karena itu, baik calon pengantin pria maupun calon pengantian
wanita perlu memperhatikan status gizinya sebelum memasuki jenjang
pernikahan.
Berat badan lebih atau bahkan obesitas dapat mengakibatkan terjadinya
penurunan kesuburan, baik pada pria maupun pada wanita. Sedangkan berat
badan kurang dapat menyebabkan bayi yang dilahirkan mengalami BBLR yang
dapat berakibat pada status gizi bayi tersebut selanjutnya.
Pengukuran LILA (Lingkar Lengan Atas) merupakan salah satu metode
penentuan status gizi yang dapat dilakukan dengan mudah karena tidak
memerlukan alat-alat yang sulit diperoleh , praktis dan harga yang relatif murah.
Calon pengantin perempuan merupakan calon ibu yang nantinya akan
mengalami kehamilan sehingga perlu dilakukan deteksi dini dengan tindakan
pencegahan dan penanggulangan terhadap KEK melalui pemantauan kesehatan
dan status gizinya.
Riskesdas (2013) mencatat prevalensi risiko KEK wanita hamil umur 15 –
49 tahun, secara nasional sebanyak 24,2%. KEK berkaitan dengan asupan
makanan terutama energi dan protein, serta kekurangan zat gizi mikro dan zat
gizi makro (Putri dan Sri, 2013).
Masalah gizi pada Wanita Usia Subur (WUS) akan berdampak negatif pada
tingkat kesehatannya. WUS yang KEK akan cenderung mengalami KEK ketika

45
hamil. Status gizi baik pada WUS sangat diperlukan agar di masa kehamilannya
sehat dan mengalami pertambahan berat badan yang adekuat. Wanita yang
mengalami KEK cenderung melahirkan bayi dengan BBLR yang akhirnya akan
menghambat pertumbuhan pada usia balita (Lutfiah et al, 2013).

5. Pengetahuan
Pendidikan kesehatan merupakan salah satu proses untuk meningkatkan
pengetahuan seseorang, pengetahuan dapat meningkat karena informasi dari
orang lain, media massa elektronik seperti koran, leaflet, majalah, televise dan
radio (Soekidjo, 2010 dalam Mahdali et al, 2013)
Pengetahuan sebagai salah satu dari tiga komponen yang mempengaruhi
perilaku manusia. Pengetahuan merupakan faktor predisposisi untuk membentuk
atau merubah perilaku seseorang. Notoatmodjo (1993) menuliskan bahwa
pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang karena dari pengalaman dan dari hasil
penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng
daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Adanya perubahan rata-rata skor pengetahuan pada responden terjadi
sesuai dengan predisposing factor yaitu faktor yang mempermudah terjadinya
proses perubahan perilaku terkait pengetahuan, yakni melalui komunikasi yang
dalam hal ini dilakukan komunikasi kepada responden berupa penyuluhan
tentang 1000 HPK.
Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Merdhika et al (2014)
di Kabupaten Blitar dimana ibu menyusui diberikan penyuluhan mengenai ASI
Eksklusif dan terdapat perbedaan yang signifikan terhadap pengetahuan
sebelum dan sesudah mendapatkan penyuluhan.

6. Sikap
Sikap dipengaruhi oleh pengetahuan terhadap sesuatu hal, serta
kemungkinan adanya faktor sosial budaya di lingkungan tempat tinggal
(Merdhika, dkk. 2014). Hasil uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan yang
signifikan (p = 0,000 < 0,05) antara nilai sikap pre test dengan post test
responden sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan.
Hal ini sejalan dengan penelitian Zuraida et al, (2009) mengenai
penyuluhan gizi kepada para ibu mendapatkan hasil yang signifikan terhadap

46
peningkatan sikap ibu mengenai gizi. Penelitian Hikmawati et al, (2016)
mengenai penyuluhan dengan media puzzle gizi juga dapat meningkatkan sikap
siswa kelas V terhadap gizi seimbang. Peningkatan sikap yang terjadi pada
responden disebabkan oleh pengetahuan yang diperoleh mampu memunculkan
pemahaman responden untuk memiliki perilaku (pengetahuan, sikap dan
tindakan) yang mendukung pelaksanaan 1000 HPK.

7. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan


Secara umum, terdapat perubahan pengetahuan responden setelah
diberikan intervensi berupa penyuluhan. Skor pengetahuan responden yang
paling rendah adalah 4 dan tertinggi adalah 17 dari total skor 20. Skor
pengetahuan yang paling tinggi diperoleh dari responden yang belum pernah
mendengar tentang 1000 HPK namun bekerja sebagai tenaga kesehatan,
sedangkan skor terendah diperoleh dari responden yang juga belum pernah
mendengar tentang 1000 HPK dan dengan tingkat pendidikan rendah.
Rata-rata skor pengetahuan awal responden adalah 10,10 ± 3,032. Hal ini
berarti sebelum diberikan penyuluhan, responden hanya menguasai 50,5% dari
semua pertanyaan yang diberikan. Kategori pengetahuan responden tentang
1000 HPK secara umum adalah kurang.
Sebelum diberikan penyuluhan tentang 1000 HPK, ada 4 pertanyaan
tentang pengetahuan yang lebih dari 80% dijawab salah oleh responden, yaitu
pertanyaan tentang jumlah tablet tambah darah yang harus dikonsumsi ibu hamil
(nomor 8); pengertian IMD (nomor 11); bentuk MP-ASI bayi usia 12 – 24 bulan
(nomor 24) dan frekuensi pemberian makanan utama bayi usia 12 – 24 bulan
(nomor 25).
Setelah diberikan penyuluhan, diperoleh hasil bahwa pengetahuan
responden meningkat mengenai pertanyaan tersebut. Namun ada pertanyaan
yang masih dijawab salah oleh responden dengan persentase lebih dari 50%,
yaitu pertanyaan mengenai frekuensi pemberian makanan utama bayi usia 12 –
24 bulan. Jawaban yang paling banyak diberikan responden untuk pertanyaan
frekuensi pemberian makanan utama bayi usia 12 – 24 bulan adalah 1 – 3 kali
sehari. WHO (2003) menyebutkan bahwa seharusnya frekuensi pemberian
makanan utama untuk bayi 12 – 24 bulan adalah 3 – 4 kali sehari.
Setelah diberikan penyuluhan, skor pengetahuan yang paling rendah
adalah 9 dan tertinggi adalah 20. Rata-rata skor pengetahuan responden

47
meningkat sebesar 6, 38 menjadi 16,48 ± 1,948. Sejalan dengan hal tersebut,
kategori pengetahuan responden juga berubah menjadi baik dengan peningkatan
persentase pengetahuan menjadi 82,4%. Hasil analisis data menunjukkan bahwa
terjadi peningkatan rata-rata pengetahuan responden sebelum dan sesudah
diberikan penyuluhan. Nilai signifikan juga diperoleh p = 0,000 < 0,05 yang
artinya ada pengaruh penyuluhan terhadap peningkatan pengetahuan
responden.
Studi yang dilakukan oleh Marisa dan Nuryanto (2014) sejalan dengan
hasil penelitian ini, bahwa metode penyuluhan dapat meningkatkan pengetahuan
anak Sekolah Dasar mengenai gizi. Penelitian serupa yang dilakukan Dewi et al,
(2012) mengenai penyuluhan tentang deteksi dini kanker serviks dengan
pemeriksaan pap smear dapat meningkatkan pengetahuan wanita yang sudah
memiliki pasangan.

8. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Sikap


Sebelum diberikan penyuluhan, skor sikap yang paling rendah adalah 25
dan tertinggi adalah 41 dari total skor 45. Penelusuran selanjutnya diperoleh
bahwa responden yang sudah pernah mendengar tentang 1000 HPK sebelum
diberikan penyuluhan memiliki skor terendah 28 dan tertinggi 41. Skor sikap yang
paling tinggi diperoleh dari responden yang sudah pernah mendengar tentang
1000 HPK dan bekerja sebagai tenaga kesehatan. Rata-rata skor sikap awal
responden adalah 34,06 ± 3,900. Hal ini berarti sebelum diberikan penyuluhan,
responden sudah menguasai 75,6% dari semua pertanyaan yang diberikan.
Kategori sikap responden tentang 1000 HPK secara umum adalah cukup.
Hal ini bertentangan dengan hasil pengetahuan awal yang diperoleh,
dimana hanya 50,5% pertanyaan yang dapat dikuasai oleh responden dan
termasuk kategori kurang. Seharusnya tingkat pengetahuan dapat selaras
dengan sikap responden. Namun ternyata, sikap banyak dipengaruhi oleh
pikiran, kepercayaan atau keyakinan, perasaan atau emosional dan
kecenderungan seseorang untuk bertindak sehingga orang yang memiliki
pengetahuan kurang dapat menyikapi sesuatu hal secara positif karena adanya
keyakinan atau pendapat pribadi terhadap sesuatu hal. Sebaliknya, seseorang
juga dapat menyikapi sesuatu hal secara negatif meskipun sudah memiliki
pengetahuan tentang hal tersebut.

48
Sebelum diberikan penyuluhan tentang 1000 HPK, ada 2 pertanyaan
tentang sikap yang lebih dari 80% disikapi secara negatif oleh responden, yaitu
pernyataan nomor 7 mengenai pemberian susu formula bila ASI belum keluar
pada hari ke-1 sampai hari ke-2 setelah bayi lahir dan pertanyaan nomor 9
tentang bayi baru lahir dimandikan dahulu baru disusui oleh ibu.
74,2% responden setuju bahwa bayi perlu diberikan susu formula bila ASI
belum keluar pada hari ke-1 sampai hari ke-2 setelah lahir dan 66,1% setuju bila
bayi yang baru lahir dimandikan dahulu baru disusui oleh ibu. Depkes (2007)
menguraikan bahwa segera setelah persalinan, bayi tidak dimandikan dahulu
baru disusui oleh ibu tetapi idealnya bayi langsung diberikan ASI melalui IMD.
Setelah dilakukan penyuluhan, secara umum terjadi perubahan pada sikap
responden. Responden yang tadinya setuju bahwa bayi baru lahir dimandikan
dahulu baru disusui berubah menjadi tidak setuju. Namun sikap responden
tentang pemberian susu formula bila ASI belum keluar pada hari ke-1 sampai
hari ke-2 setelah bayi lahir masih kurang baik. Sebelum penyuluhan 74,2%
responden menyatakan sikap setuju pada pernyataan ini, namun setelah
penyuluhan berkurang menjadi 50%.
Setelah diberikan penyuluhan, skor sikap yang paling rendah adalah 34
dan tertinggi adalah 45. Rata-rata skor sikap responden meningkat sebesar 7,07
menjadi 41,13 ± 2,564. Sejalan dengan hal tersebut, kategori sikap responden
juga berubah menjadi baik dengan peningkatan persentase sikap mencapai
91,4%. Hal ini membuktikan bahwa penyuluhan dapat meningkatkan atau
merubah sikap calon pengantin tentang 1000 HPK. Selain itu, perubahan sikap
responden setelah diberikan penyuluhan dikarenakan media promosi berupa
booklet yang menarik dan mudah dimengerti tidak hanya berguna untuk
menambah pengetahuan, tetapi juga berpengaruh pada sikap responden yang
akan termotivasi untuk bersikap mendukung pelaksanaan 1000 HPK.
Seseorang yang berpengetahuan baik tidak menjamin akan mempunyai
sikap yang positif. Responden harus mampu menyerap, mengolah dan
memahami informasi yang diperoleh. Sikap positif yang dimaksud adalah adanya
keselarasan antara pengetahuan dengan sikap responden itu sendiri. Responden
yang masih memiliki sikap negatif terhadap pernyataan tertentu pada akhir
penelitian dapat disebabkan karena interpretasi yang salah atau kurang tepat
terhadap pernyataan sikap tersebut.

49
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Rata-rata skor pengetahuan responden meningkat sebesar 6,38 sehingga
rata-rata skor pengetahuan responden sebelum dan sesudah diberikan
penyuluhan naik dari 10,10 ± 3,023 menjadi 16,48 ± 1,948.
2. Rata-rata skor sikap responden mengalami peningkatan sebesar 7,07
sehingga rata-rata skor sikap responden sebelum dan sesudah diberikan
penyuluhan naik dari 34,06 ± 3,900 menjadi 41,13 ± 2,564.
3. Penyuluhan yang dilakukan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
peningkatan pengetahuan dan sikap pasangan calon pengantin tentang 1000
HPK di kecamatan Lubuk Pakam.

B. Saran
1. Disarankan kepada Dinas Kesehatan dapat bekerjasama dengan Dinas
Kependudukan agar setiap calon pengantin yang mendaftarkan diri ke catatan
sipil untuk menikah mendapatkan penyuluhan gizi tentang 1000 HPK dengan
penekanan pada topik tentang frekuensi makan bayi dan upaya
penanggulangan bila ASI belum keluar hari ke-1 samapai hari ke-2 setelah
bayi lahir.
2. Sebaiknya gereja dapat memasukkan materi tentang 1000 HPK di setiap
konseling pra nikah.
3. Modul dapat digunakan sebagai media informasi tentang 1000 HPK dalam
setiap pembekalan atau konseling bagi calon pengantin.
4. Dapat dilakukan penelitian lanjutan untuk melihat hasil dari penyuluhan yang
sudah diberikan terhadap penerapan 1000 HPK oleh responden sehingga
diperoleh keturunan yang sehat dan berkualitas.

50
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.

Almatsier, Sunita, Susirah Soetardjo dan Moesijanti Soakatri. 2011. Gizi


Seimbang Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: PT. Gramedia.

Bappenas. 2012. Pedoman Perencanaan Program Gerakan Sadar Gizi Dalam


Rangka Seribu Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK). Jakarta.

Bappenas. 2013. Kerangka Kebijakan Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan


Gizi Dalam Rangka Seribu Hari Pertama Kehidupan. Jakarta.

Bomboa, Veronica Frida, Meildy E. Pascoal dan Freike Lumy. 2015. Pengaruh
Penyuluhan Imunisasi Campak Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan
Sikap Ibu. Jurnal Ilmiah Bidan, 3(2): 45 – 50.

Depkes RI. 2007. Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Puskesmas.


Jakarta.

Depkes RI. 2008. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Eksklusif 6 Bulan, Edisi
Pertama. Jakarta: Direktur Bina Gizi Masyarakat.

Devi, Mazarina. 2010. Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap


Status Gizi Balita di Pedesaan. Teknologi dan Kejuruan, Vol. 33 : 183-192.

Dewi, Rosmala, Asfriyati dan Abdul Jalil Amri Arma. Perubahan Pengetahuan
dan Sikap Wanita yang Memiliki Pasangan Terhadap Pemeriksaan Pap
Smear Sebelum dan Sesudah Diberikan Penyuluhan Tentang Deteksi Dini
Kanker Serviks Dengan Pemeriksaan Pap Smear di Kelurahan Glugur Darat
I Kecamatan Medan Timur Kota Medan Tahun 2012.

Gillespie, Stuart, Pumlma Menon and Andrew L. Kennedy. 2015. Scaling Up


Impact on Nutrition : What Will It Take ?. An International Review Journal, 1
– 4. Available at: advances.nutrition.org

Gunawan, Lidyawati. 2014. Pengetahuan dan Sikap Mahasiswi IPB Tentang


Seribu Hari Pertama Kehidupan Terkait Masa Postnatal.Skripsi.
Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian
Bogor.

Hestuningtyas, Tiara Rosania. 2013. Pengaruh Konseling Gizi Terhadap


Pengetahuan, Sikap, Praktik Ibu dalam Pemberian Makanan Anak dan
Asupan Gizi Anak Stunting Usia 1-2 Tahun di Kecamatan Semarang Timur.
Semarang: Universitas Diponegoro.

Hikmawati, Zainab, Yasnani dan Abdul Rahim Sya’ban. 2016. Pengaruh


Penyuluhan Dengan Media Promosi Puzzle Gizi Terhadap Perilaku Gizi
Seimbang Pada Siswa Kelas V di SD Negeri 06 Poasia Kota Kendari
Tahun 2016.

51
Hill, I Darnton dan Samman, S. 2015. Challenges and Opportunities in Scaling-
Up Nutrition in Healthcare. Healthcare, 3(1): 3–19. Available at:
http://www.mdpi.com/2227-9032/3/1/3

In’am, Miftahul. 2016. Hubungan Tingkat Pengetahuan Orang Tua Dengan


Status Gizi Anak Di Bawah 5 Tahun Di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas
Nusukan Surakarta. Surakarta: Universitas Muhammadiyah.

Kemenkes RI. 1997. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Kementrian
Kesehatan dan JICA.

Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan.

Kemenkes RI. 2014. Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat, Cetakan


Kedua. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Kemenkes RI. 2014. Situasi dan Analisis ASI Eksklusif.Jakarta: InfoDATIN.

Kemenkes RI. 2014. Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta: Direktur Jenderal Bina
Gizi dan KIA.

Khomsan, Ali. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Bogor: Departemen


GMSK, Fakultas Pertanian IPB.

Koka, Ecia Meilonna. 2014. Pengaruh Pendidikan Gizi 1000 Hari Pertama
Kehidupan Terhadap Pengetahuan dan SIkap Siswa SMA Negeri 1
Secanggang Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat. Tesis. Medan:
Universitas Sumatera Utara.

Lutfiah, Nalurita, Citra Kesumasari dan Rahayu Indriasari. 2013. Studi


Pengetahuan Mengenai MAsalah Gizi dan Status Gizi pada Remaja Putri di
FKM Unhas Tahun 2013. Makassar: Universitas Hasanudin.

Mahdali, Mohamad Ikbal, Rahayu Indriasari dan Ridwan Thaha. 2013. Efek
Edukasi Gizi Terhadap Pengetahuan, Sikap serta Perilaku Gizi Remaja
Obesitas di Kota Gorontalo. Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo.

Mariani. 2012. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Abortus


Incomplet di Ruang Kebidanan RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Jurnal

Marisa dan Nuryanto. 2014. Pengaruh Pendidikan Gizi Melalui Komik Gizi
Seimbang Terhadap Pengetahuan dan Sikap pada Siswa SDN Bendungan
di Semarang. Journal of Nutrition College, 3(4): 925 - 932.

Merdhika, Widha Ayu Rima, Mardji dan Mazarina Devi. 2014. Pengaruh
Penyuluhan ASI Eksklusif Terhadap Pengetahuan Ibu Tentang ASI
Eksklusif dan Sikap Ibu Menyusui di Kecamatan Kanigoro Kabupaten Blitar.
Teknologi dan Kejuruan, 65 - 72.

Murti, Bisma. 2010. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

52
Notoatmodjo,1993. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:
Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat.Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, 2005. Promosi kesehatan teori dan aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007.Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:


Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo.2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2011. Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.


Jakarta: Rineka Cipta.

Pelletier, David, Rukhsana Haider, Nemat Hajeebhoy, Nune Mangasaryan,


Robert Mwadime and Satyajit Sarkar. 2013. The principles and practices of
nutrition advocacy: Evidence, experience and the way forward for stunting
reduction.Maternal and Child Nutrition, 9(S2): 83–100.

Persatuan Ahli Gizi Indonesia. 2013. Konseling Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya
Grup.

Prawirohardjo, S. 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Sarwono


Prawirohardjo.

Rahmawati, W et al. 2016. Gambaran Masalah Gizi pada 1000 HPK di Kota dan
Kabupaten Malang, Indonesia. Indonesian Journal of Human Nutrition , 3(1):
20–31.

Rosha, Bunga Ch Kencana Sari, Indri Yunita SP, Nurilah Amaliah dan NH Utami.
2016. Peran Intervensi Gizi Spesifik dan Sensitif Dalam Perbaikan Masalah
Gizi Balita di Kota Bogor. Buletin Penelitian Kesehatan, 127–138.

Rozali, Nur Azikin. 2016. Peranan Pendidikan, Pekerjaan Ibu Dan Pendapatan
Keluarga Terhadap Status Gizi Balita Di Posyandu Rw 24 Dan 08 Wilayah
Kerja Puskesmas Nusukan Kota Surakarta. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah.

Sartika, Ratu Ayu Dewi. 2011. Pengaruh Pendidikan Gizi Terhadap Pengetahuan
dan Perilaku Konsumsi Serat pada Siswa. Jurnal Ilmu Pendidikan, 322–
330.

Sriyono. 2015. Pengaruh Tingkat Pendidikan Dan Pemahaman Masyarakat


Tentang Ikan Berformalin Terhadap Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
Universitas Indraprasta PGRI.

Supariasa, I Dewa Nyoman. 2014. Pendidikan dan Konsultasi Gizi. Jakarta :


Penerbit Buku Kedokteran EGC.

53
Universitas Hasanuddin. 2014. 1000 Hari Awal Kehidupan. Makassar: Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin.

United Nations System. 2009. 6th Report On The World Nutrition


Situation.Nutrition Reviews, 5(9): .257–258. Available at:
http://doi.wiley.com/10.1111/j.1753-4887.1947.tb04238.x.

Waryana. 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihama.

Zuraida, Reni, Faisal Anwar dan Hadi Riyadi. 2009. Pengaruh Penyuluhan Gizi
Terhadap Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Gizi Ibu. Jurnal Sosio
Ekonomika, Vol. 15, No. 2.

54
Lampiran 1. Daftar Gereja Lokasi Penelitian

No. Nama Gereja Alamat

Gereja Katolik Paroki


1 Jl. Siantar No. 111, Tj. Garbus Satu
Gembala Yang Baik

2 GMI Setia Budi Gg. Sepakat, Petapahan, Lubuk Pakam

3 GBI Jl. Kartini Jl. R.A.Kartini No.92

Jl. Pematang Siantar, Desa Pagar Jati,


4 HKBP PAGAR JATI
Lubuk Pakam

5 GPdI Shalom Jl. Lubuk Pakam, Tj. Garbus Satu

6 BNKP Pasar Melintang

7 GBKP Lubuk Pakam Jl. Ahmad Dahlan, Tj. Garbus Satu

8 GPI Pagar Jati

55
Lampiran 1. Media Penyuluhan (Booklet)

Sampul Tampak Depan

Sampul Tampak Belakang

56
Isi Modul Penelitian

57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
Lampiran 3. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

1. Kuseioner Pengetahuan

No r Hitung r Tabel Hasil


P1 0,474 0,3610 valid
P2 0,500 0,3610 valid
P3 0,503 0,3610 valid
P4 0,508 0,3610 valid
P5 0,465 0,3610 valid
P6 0,497 0,3610 valid
P7 0,485 0,3610 valid
P8 0,479 0,3610 valid
P9 0,484 0,3610 valid
P10 0,483 0,3610 valid
P11 0,491 0,3610 valid
P12 0,475 0,3610 valid
P13 0,512 0,3610 valid
P14 0,510 0,3610 valid
P15 0,524 0,3610 valid
P16 0,474 0,3610 valid
P17 0,472 0,3610 valid
P18 0,539 0,3610 valid
P19 0,718 0,3610 valid
P20 0,514 0,3610 valid

Hasil uji validitas data pertanyaan sikap, jika r hitung > r tabel maka
pertanyaan dinyatakan valid. Data ini menggunakan N=30, maka df = 0,3610.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.699 20

Hasil uji realibiltas, jika cronbach alpha 0,699 > 0,600 maka data
dikatakan realiable.

68
2. Kuesioner Sikap

No r Hitung r Tabel Hasil


s1 0,579 0,3610 valid
s2 0,576 0,3610 valid
s3 0,539 0,3610 valid
s4 0,589 0,3610 valid
s5 0,583 0,3610 valid
s6 0,524 0,3610 valid
s7 0,622 0,3610 valid
s8 0,536 0,3610 valid
s9 0,563 0,3610 valid
s10 0,601 0,3610 valid
s11 0,539 0,3610 valid
s12 0,528 0,3610 valid
s13 0,604 0,3610 valid
s14 0,541 0,3610 valid
s15 0,590 0,3610 valid

Hasil uji validitas data pertanyaan sikap, jika r hitung > r tabel maka
pertanyaan dinyatakan valid. Data ini menggunakan N=30, maka df = 0,3610.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.673 15

Hasil uji realibiltas, jika cronbach alpha 0,673 > 0,600 maka data
dikatakan realiable.

69
Lampiran 4. Satuan Acara Penyuluhan & Materi Penyuluhan

Pertemuan
Topik Materi Sumber Ket.
Ke-

1 a. Seribu  Pengertian BAPPENAS -


HPK  Manfaat/ 2013
Pentingnya
1000 HPK
b. Gizi Ibu  Dampak Almatsier,
Hamil  Kebutuhan dkk. 2011
Gizi Depkes, 2008
 Makanan
yang
Dihindari
2 a. Gizi Bayi Inisiasi Paket Modul Materi yang
Usia 0-6 Menyusui KegiatanInisia diberikan
Bulan dan Dini si Menyusu berdasarkan
Ibu ASI Eksklusif Dini (IMD)dan PP No. 33
Menyusui Keuntungan ASI Eksklusif 6 Tahun 2012
Menyusui Bulan
dan (Depkes,
Keunggulan 2008).
ASI Almatsier, dkk.
Bahaya 2011.
b. Gizi Bayi pemberian Pelatihan
Usia 6-24 susu formula konseling MP-
Bulan MP-ASI ASI,
Pola makan Kemenkes
bayi 2011.
Tujuan
pemberian
MP-ASI
Jenis MP-ASI
Sesuai Umur
Bayi

3 Pengulangan  Seribu HPK - -


 Gizi Ibu Hamil
 Gizi Bayi Usia
0-6 Bulan dan
Ibu Menyusui
 Gizi Bayi Usia
6-24 Bulan

70
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pertemuan Ke :I
Judul Penyuluhan : 1000 HPK dan Gizi Ibu Hamil
Waktu : 60 menit
Sasaran : Calon Pengantin
Tujuan Umum :
Setelah mengikuti pertemuan ini peserta memahami tentang 1000 HPK dan gizi
ibu hamil.
Tujuan Khusus :

1. Menjelaskan tentang 1000 HPK


2. Menguraikan gizi ibu hamil
3. Memaparkan dampak kuranggizi ibu hamil pada janin
4. Menyebutkan jumlah tablet besi yang harus dikonsumsi ibu hamil
5. Menyebutkan porsi makan untuk ibu hamil
6. Menyebutkan jenis-jenis makanan yang harus dihindari ibu hamil
Metode : Diskusi Kelompok dan Tanya Jawab
Media : Booklet
Kegiatan Penyuluhan

No Materi Waktu Kegiatan


1 Pembukaan 10 menit  Memberi salam
 Memperkenalkan diri
 Menjelaskan tujuan dan cakupan materi
penyuluhan
2 Penyajian 40 menit  Menjelaskan pengertian 1000 HPK
Materi  Menjelaskan manfaat/ pentingnya 1000 HPK
 Menjelaskan dampak kurang gizi pada 1000
HPK
 Menjelaskan kebutuhan gizi ibu hamil
 Menjelaskan jenis makanan yang harus
dihindari oleh ibu hamil
3 Diskusi 5 menit  Tanya jawab seputar materi yang sudah
diberikan
4 Penutup 5 menit  Menentukan waktu untuk pertemuan
berikutnya
 Mengucapkan salam

71
Materi Penyuluhan ke-1
1000 HPK dan Gizi Ibu Hamil
A. 1000 HPK
Seribu hari pertama kehidupan adalah periode seribu hari mulai sejak
terjadinya konsepsi hingga anak berumur 2 tahun. Seribu hari terdiri dari, 270
hari selama kehamilan dan 730 hari kehidupan pertama sejak bayi dilahirkan.
Periode ini disebut periode emas (golden periode) atau disebut juga sebagai
waktu yang kritis, yang jika tidak dimanfaatkan dengan baik akan terjadi
kerusakan yang bersifat permanen (window of opportunity).
Status gizi dan kesehatan ibu dan anak sebagai penentu kualitas sumber
daya manusia. Berbagai bukti ilmiah bahwa status gizi dan kesehatan ibu pada
masa pra-hamil, saat kehamilan dan saat menyusui merupakan periode yang
sangat kritis. Periode 1000 hari, yaitu 270 hari selama kehamilan ibu dan 730
hari setelah bayi dilahirkan merupakan periode sensitif karena dampak yang
ditimbulkan pada masa ini akan bersifat permanen dan tidak dapat diperbaiki.
Dampak tersebut tidak hanya pada pertumbuhan fisik, akan tetapi juga pada
perkembangan mental dan kecerdasannya dan akan mempengaruhirisiko
menderita penyakit degeneratif pada usia dewasa.
Masalah kekurangan gizi periode 1000 HPK diawali dengan perlambatan
atau retardasi pertumbuhan janin yang dikenal sebagai Intra Uterine Growth
Retardation (IUGR). Di negara berkembang kurang gizi pada pra-hamil dan ibu
hamil berdampak pada lahirnya anak dengan Berat Badan Lahir Rendah(BBLR).
Kondisi ini hampir separuhnya terkait dengan status gizi ibu, yaitu berat badan
(BB) ibu pra-hamil yang tidak sesuai dengan tinggi badan ibudan pertambahan
berat badan selama kehamilannya kurang dari seharusnya. Dampak kurang gizi
pada 1000 HPK adalah :
 Gagal tumbuh: berat lahir rendah, pendek, kurus, kecil dan daya tahan
tubuh rendah.

 Hambatan terhadap perkembangan kognitif, nilai sekolah dan
keberhasilan pendidikan.

 Menurunkan kualitas kerja dan produktivitas ekonomi pada usia dewasa

 Berisiko menderita penyakit tidak menular, seperti diabetes tipe II,
stroke, penyakit jantung, dll.

72
B. Gizi ibu hamil
Saat hamil seorang wanita memerlukan asupan gizi lebih banyak
dibandingkan sebelum hamil. Selain untuk kebutuhan dirinya sendiri, ibu hamil
juga harus memberikan asupan gizi yang cukup untuk janin. Oleh karena itu,
ibu hamil mengalami peningkatan kebutuhan akan zat gizi, baik zat gizi makro
maupun zat gizi mikro. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, ibu hamil harus
mengonsumsi makanan yang bergizi dalam jumlah cukup dan beragam.Ibu
hamil harus makan 1 porsi lebih banyak dalam sehari dari sebelum hamil,
yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah.
Asupan gizi yang kurang pada ibu hamil akan menimbulkan gangguan
pada ibu dan janin. Hal ini akan sangat berpengaruh pada volume darah dan
mengurangi jumlah curah jantung. Curah jantung yang rendah akan
menghambat aliran darah ke plasenta yang membuat ukuran plasenta dapat
berkurang atau kecil. Plasenta memiliki peran yang sangat besar untuk
mensuplai zat-zat gizi pada janin. Ukuran plasenta yang berkurang akan
membuat aliran gizi kepada janin berkurang sehingga pertumbuhan janin
akan terhambat dan bayi akan lahir dengan berat badan rendah (BBLR).
Ibu hamil tidak dianjurkan menurunkan berat badan. Penambahan
berat badan total selama kehamilan bagi ibu yang mempunyai berat badan
kurang dianjurkan sebesar 12,5 – 18 kg, bagi ibu yang mempunyai berat
badan normal 11,5 – 16 kg, dan bagi ibu dengan berat badan lebih
penambahan berat badan dianjurkan 7 – 11,5 kg selama kehamilan.
Bahan pangan yang dikonsumsi harus meliputi empat kelompok, yaitu
(1) makanan pokok (2) lauk pauk (3) sayur-sayuran (4) buah-buahan.
Ibu hamil harus mengonsumsi tablet besi yang merupakan gabungan
dari zat besi dan asam folat sebanyak 90 tablet selama kehamilan dimulai
pada minggu ke-12 kehamilan dan diteruskan sampai 3 bulan setelah
melahirkan dan perlu diberikan setiap hari. Konsumsi tablet tambah darah
sangat diperlukan meskipun status gizi ibu hamil baik.Selain itu, zat gizi mikro
lainnya yang juga penting dan diperlukan selama hamil adalah kalsium,
iodium dan zink yang dapat diperoleh dari susu, kacang-kacangan, tahu,
tempe, makanan laut dan garam beryodium.
Ibu hamil biasanya mengalami mual dan muntah yang dikenal dengan
morning sicknesssehingga mengurangi selera makan ibu. Untukmengatasi

73
masalah ini maka ibu sebaiknya menghindari makanan yang dapat
menimbulkan rasa mual seperti makanan berlemak atau makanan yang
terlalu berbumbu. Sebaiknya, konsumsilah makanan tinggi karbohidrat yang
mudah dicerna seperti biskuit dan kraker, makanan segar seperti sayur dan
buah, sup, serta makan dalam porsi kecil tapi sering.
Ibu hamil harus menghindari konsumsi kopi dan teh karena
mengandungkafein.Kafein menimbulkan efek diuretik (sering buang air
kecil)sehingga dikhawatirkan zat gizi yang dikonsumsi ikut keluar bersama
urin dan feses. Saat hamil, kafein menimbulkan efek yang sensitif seperti
gangguan tidur, pusing, sakit perut, dan lain-lain. Selain kafein, ibu hamil juga
harus menghindari alkohol dan nikotin karena dapat mengganggu
pertumbuhan bayi dalam kandungan.

74
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pertemuan Ke :II
Judul Penyuluhan : ASI Eksklusif dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
Waktu : 60 menit
Sasaran : Calon Pengantin
Tujuan Umum :
Setelah mengikuti pertemuan ini peserta mampu memahami zat gizi yang
diperlukan ibu menyusui serta pentingnya memberikan ASI Eksklusif kepada
bayi, dan mengetahui MP-ASI yang tepat bagi bayi usia 6 – 24 bulan. Tujuan
Khusus :

1. Menyebutkan pengertian ASI Eksklusif


2. Memaparkan tentang inisiasi menyusui dini (IMD)
3. Menyebutkan manfaat utama kolostrum
4. Menyebutkan kandungan kolostrum
5. Menyebutkanusia bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif
6. Menyebutkanmanfaat menyusui bagi bayi dan ibu
7. Menyebutkan usia pemberian MP-ASI
8. Menjelaskan tujuan pemberian MP-ASI
9. Menjelaskan akibat pemberian MP-ASI terlalu dini
10. Menyebutkan bentuk MP-ASI yang pertama kali diperkenalkan kepada
bayi
11. Menyebutkan bentuk MP-ASI pada bayi 6-8 bulan
12. Menyebutkan bentuk MP-ASI pada bayi 9-12 bulan
13. Menyebutkan bentuk MP-ASI pada bayi 12-24 bulan
Metode : Diskusi Kelompok dan Tanya Jawab
Media : Booklet

75
Kegiatan Penyuluhan

No Materi Waktu Kegiatan


1 Pembukaan 5 menit  Memberi salam
 Menjelaskan cakupan materi dan tujuan
2 Penyajian 45 menit  Menjelaskan pengertian ASI eksklusif
Materi  Menjelaskan pengertian IMD
 Menjelaskan manfaat kolostrum
 Menjelaskan usia bayi yang mendapat ASI
Eksklusif
 Menjelaskan manfaat menyusui bagi bayi dan
 ibu
 Menjelaskan pengertian MP-ASI
 Menjelaskan usia pemberian MP-ASI
 Menjelaskan tujuan pemberian MP-ASI
 Menjelaskan akibat pemberian MP-ASI terlalu
dini
 Menjelaskan bentuk MP-ASI yang sesuai
untuk diberikan pada bayi menurut tahapan
usianya
3 Diskusi 5 menit  Tanya jawab seputar materi yang sudah
diberikan
4 Penutup 5 menit  Menentukan waktu untuk pertemuan
berikutnya dan mengucapkan salam

76
Materi Penyuluhan ke-2
ASI Eksklusif dan Gizi Ibu Menyusui
A. ASI Eksklusif
ASI Ekslusif adalah memberikan ASI saja kepada bayi tanpa
makanan ataupun minuman lain selama 6 (enam)bulan pertama usianya.
Artinya bayi tidak diberi air putih, teh, minuman ramuan, cairan lain, maupun
makanan lainnya seperti madu dan pisang.Keuntungan memberi ASI secara
eksklusif adalah bayi mendapatkan gizi yang optimal, baik dari segi kualitas
maupun kuantitas, meningkatkan kesehatan dan meningkatkan kecerdasan
bayi serta kasih sayang antara ibu dan anak.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan untuk
mempraktikkan Inisiasi Menyusui Dini (IMD). Dalam praktik IMD, bayi tidak
dipisahkan dari ibunya, melainkan langsung diletakkan di atas perut ibu.
Dalam posisi ini bayi akan proaktif mencari sendiri puting susu ibunya,
sehingga proses menyusui terjadi secara alami.
IMD merupakan refleks bayi mencari puting ibu untuk menyusu pada
payudara ibu yang dilaksanakan paling sedikit 1 jam setelah bayi lahir. IMD
memberikan peluang yang besar untuk bayi mendapatkan cairan ASI yang
pertama kali keluar, yang disebut dengan kolostrum. Kolostrum merupakan
ASI yang keluar pada hari ke 0-5 setelah bayi lahir yang mengandung
antibodi (zat kekebalan) yang melindungi bayi dari zat yang dapat
menimbulkan alergi atau infeksi. Selain itu, IMD juga bertujuan untuk
mengurangi terjadinya pedarahan dan anemia pada ibu, meningkatkan
ikatan kasih sayang melalui kontak kulit antara ibu dan bayi sehingga bayi
merasa lebih tenang.
Cara IMD adalah keringkan bayi secepatnya tanpa menghilangkan
vernix yang menyamankan kulit bayi (perhatikan bahwa bayi tidak
dimandikan terlebih dahulu); tengkurapkan bayi di dada atau perut ibu
dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu; selimuti keduanya (kalau perlu
menggunakan topi bayi); biarkan bayi mencari puting susu ibu sendiri (ibu
dapat merangsang bayi dengan sentuhan lembut tapi jangan memaksakan
bayi ke puting susu).
Kelebihan dan manfaat ASI eksklusif adalah sebagai berikut :
 ASI mudah dicerna dan mengandung zat – zat gizi berkualitas tinggi
yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi.

77
 Protein ASI lebih mudah dicerna dibanding pada susu sapi.


 Bermanfaat untuk kecerdasan

 Meningkatkan kekebalan tubuh bayi sehingga bayi tidak mudah sakit.

 Bersih dan bebas pencemaran.

 Bersih dan murah, sehingga aman untuk bayi dan hemat.

 Kontak langsung antara ibu dengan bayi ketika sedang menyusuakan
membentuk ikatan kasih sayang yang dapat membantu pertumbuhan
dan perkembangan psikologis bayi.
Keuntungan menyusui bagi ibu adalah mengurangi perdarahan
pasca melahirkan (Postpartum Hemorrhage), mempercepat penyembuhan
rahim setelah melahrikan, mengurangi kanker payudara (Ca Mamma) dan
Kanker Indung Telur (Ca Ovarium), mengurangi keropos tulang dan
diabetes, merupakan KB alami, ekonomis dan menghemat waktu serta tidak
repot.
Keuntungan menyusui bagi bayi adalah membentuk ikatan batin
antara ibu dengan bayi, meningkatkan daya tahan tubuh sehingga
kesehatan bayi tetap terjaga, meningkatkan kecerdasan anak, sebagai
sumber gizi harian bayi yang lengkap serta lebih aman karena diberikan
secara langsung ke bayi, tidak terkontaminasi, tercemar dan tetap segar.

B. Gizi ibu menyusui


Ibu menyusui harus mengonsumsi makanan dengan prinsip Gizi
Seimbang agar siap untuk memproduksi ASI dan siap menyusui. Dalam
sehari, produksi ASI bisa mencapai 600-1000 ml. Jumlah ini akan diisap bayi
sesuai dengan kebutuhannya setiap saat, oleh sebab itu susui bayi sesuai
dengan keinginannya (on demand), tidak perlu dijadwal. Keberhasilan
produksi ASI sangat bergantung pada intensitas (lama dan frekuensi) bayi
menyusu. Makin lama dan makin sering bayi menyusu, semakin banyak
produksi ASI. Ibu menyusui biasanya merasa lapar dan haus. Oleh karena
itu harus diimbangi dengan pola makan ber-gizi seimbang, termasuk
mengonsumsi cukup air minum.
Kebutuhan gizi ibu menyusui meningkat dibandingkan dengan tidak
menyusui. Kebutuhan ibu menyusui meningkat sebanyak 300 kalori 6 bulan
pertama setelah melahirkan dan 400 kalori pada 6 bulan selanjutnya.Selain

78
untuk kesehatan ibu setelah melahirkan, gizi yang cukup juga akan
memengaruhi kualitas dan kuantitas ASI. Demikian juga halnya dengan
kebutuhan zat gizi lain akan meningkat selama menyusui.

Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Untuk Usia 6-24 Bulan

ASI dapat memenuhi semua kebutuhan zat gizi bayi sampai usia 6
bulan.Mulai usia 6 bulan hingga 12 bulan, ASI hanya dapat memenuhi setengah
kebutuhan gizi bayi,dan mulai usia 12 bulan hingga 24 bulan,ASI memenuhi
sepertiga kebutuhan gizi anak. Oleh karena itu, sejak usia 6 bulan bayi
membutuhkan makan pendamping ASI (MP-ASI).
MP-ASI adalah makanan lain sebagai pendamping ASI yang diberikan
pada bayi dan anak mulai usia 6 sampai 24 bulan.MP-ASI yang tepat dan baik
merupakan makanan yang dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi dan anak untuk
dapat bertumbuh dan berkembang dengan optimal.
MP-ASI diberikan secara bertahap sesuai dengan usia anak,mulai dari
MP-ASI bentuk lumat,lembik sampai anak menjadi terbiasa dengan makanan
keluarga. Sementara itu, pemberian ASI terus dilanjutkan hingga anak mencapai
usia dua tahun atau lebih.
Tujuan pemberian MP-ASI adalah untuk aktifitas sehari-hari, kesehatan,
untuk tumbuh kembang yang optimal dan mendidik anak supaya terbina selera
dan kebiasaan makan yang sehat.
Risiko pemberian MP-ASI terlalu dini adalah meningkatkan risiko penyakit
infeksi seperti diare, sulit memenuhi kebutuhan zat gizi bayi karena masih sulit
mencerna makanan, mudah menderita penyakit karena konsumsi ASI menjadi
berkurang, meningkatkan risiko diare karena MP-ASI yang diberikan tidak mudah
dicerna dan tidak sebersih ASI.

Pola pemberian MP-ASI adalah sebagai berikut :

MP-ASI
USIA
(BULAN) ASI MAKANAN MAKANAN MAKANAN
LUMAT LEMBIK KELUARGA
6-8 Diteruskan
9-11 Diteruskan
12-24 Diteruskan

79
Bentuk, Frekuensi dan Jumlah MP-ASI Menurut Usia

Usia Bentuk makanan Frekuensi Pemberian Jumlah


6-8  ASI  Pemberian ASI 2-3 sendok makan
Bulan sekehendak bayi secara
 Makanan bertahap,bertambah
lumat(bubur susu,  Makanan lumat 2-
hingga mencapai ½
pure kentang/ 3x sehari gelas atau 125 cc
kentang lumat,
 Makanan selingan setiap kali makan
makanan yang
1-2x sehari (sari
dilumatkan,dll)
buah)
9-11  ASI  Pemberian ASI  ½
Bulan sekehendak bayi gelas/mangkuk
 Makanan lembik
atau 125 cc
atau dicincang yang  Makanan lembik 3-
mudah mudah 4x sehari
ditelan anak, seperti  Makanan selingan
bubur nasi yang
1-2x sehari
sudah dicampur
dengan sayuran
dan lauk pauk
 Makanan selingan
yang dapat
dipegang anak
diberikan diantara
waktu makan
lengkap
12-24  ASI  Pemberian ASI  ¾ - 1
Bulan sekehendak bayi gelas/mangkuk
 Makanan keluarga
nasi/penukar
 Makanan keluarga
 Makanan yang (250 cc)
3-4 x sehari
dicincang atau
 1 potong kecil
dihaluskan jika  Makanan selingan
tempe /tahu atau
diperlukan 2x sehari
1 sdm kacang-
kacangan
 ½ gelas bubur
atau 1 potong
buah

80
Lampiran 5. Lembar Persetujuan

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN


(INFORMED CONSENT)

Informasi untuk Responden

Seribu Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) merupakan periode kehidupan


sejak terbentuknya janin dalam kandungan sampai berusia 2 tahun. Periode ini
merupakan periode emas pertumbuhan dan perkembangan anak dimana jika
tidak dimanfaatkan dengan sempurna maka akan terjadi kerusakan yang bersifat
permanen.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyuluhan tentang
1000 HPK terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap. Manfaat penelitian ini
bagi responden adalah diperoleh informasi tentang peran gizi seimbang selama
1000 HPK untuk generasi yang sehat dan berkualitas. Responden penelitian ini
adalah calon pengantin. Responden akan diberikan penyuluhan tentang 1000
HPK selama 3 kali pertemuan 45-60 menit. Sebelum dan sesudah penyuluhan
responden akan diberi kuesioner tentang 1000 HPK.
Keikutsertaan responden pada penelitian ini bersifat sukarela, dan tidak
ada konsekuensi apapun bagi responden yang mengundurkan diri. Informasi
yang diberikan responden bersifat rahasia, dan hanya akan digunakan pada
penelitian ini. Di akhir penyuluhan, responden akan mendapat bahan kontak
berupa barang dari tim peneliti.

Setelah mendengar/membaca penjelasan tersebut diatas, saya yang


bertandatangan di bawah ini menyatakan persetujuan untuk menjadi responden
penelitian ini

Nama :

Nomor HP :

Alamat :

Tanda tangan :

81
Lampiran 6. Kuesioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN
PENGARUH PENYULUHAN TENTANG 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN
TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP CALON PENGANTIN PADA
BERBAGAI GEREJA DI KECAMATAN LUBUK PAKAM

I. A. Identitas Sampel
Nama :
Tanggal Lahir :
Jenis Kelamin :
BB :
TB :
Alamat :
Pekerjaan :
Pendidikan Terakhir :

B. Keterpaparan Tentang 1000 HPK


1. Pernahkah anda mendengar tentang 1000 Hari Pertama Kehidupan?
a. Ya, pernah
b. Tidak pernah
(Jika jawaban “a” lanjut ke pertanyaan selanjutnya, jika jawaban “b”
langsung lanjut ke soal 6)

2. Darimana anda pernah memperoleh informasi tentang 1000 Hari Pertama


Kehidupan?
a. Petugas kesehatan
b. Televisi/ radio
c. Koran/ majalah
d. Internet
e. Lainnya,
3. Kapankah periode 1000 Hari Pertama Kehidupan?
a. Sejak anak lahir hingga anak berusia 2 tahun
b. Sejak janin dalam kandungan hingga anak berusia 5 tahun
c. Sejak janin dalam kandungan hingga anak berusia 2 tahun
d. Sejak anak berusia 6 bulan hingga 2 tahun

82
4. Mengapa 1000 Hari Pertama Kehidupan sangat penting?
a. Karena menentukan kesehatan ibu saat hamil
b. Karena menentukan kesehatan ibu setelah melahirkan
c. Karena menentukan status gizi anak saat dilahirkan
d. Karena menentukan kesehatan anak sejak lahir hingga dewasa
5. Apa dampak kekurangan gizi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan?
a. Bayi lahir sehat dengan berat badan normal
b. Bayi lahir dengan berat badan rendah
c. Kesehatan ibu tetap baik, kesehatan bayi terganggu
d. Kesehatan ibu terganggu, kesehatan bayi tetap

baik II. A. Kuesioner Pengetahuan

6. Bagaimanakah kebutuhan gizi ibu hamil?


a. Lebih sedikit dibandingkan sebelum hamil
b. Sama dengan kebutuhan gizi sebelum hamil
c. Lebih banyak dibandingkan sebelum hamil
d. Kadang-kadang lebih sedikit atau lebih banyak dibandingkan
sebelum hamil.
7. Asupan gizi yang kurang pada saat hamil dapat menyebabkan...........
a. Tidak ada pengaruh dengan berat badan bayi lahir
b. Bayi lahir dengan berat badan rendah
c. Bayi lahir dengan berat badan normal
d. Bayi lahir dengan berat badan lebih
8. Berapa jumlah tablet tambah darah yang harus dikonsumsi oleh ibu
selama hamil?
a. 60 tablet
b. 70 tablet
c. 80 tablet
d. 90 tablet
9. Bagaimanakah porsi makan yang dianjurkan bagi ibu hamil?
a. 1/2 porsi lebih banyak dibandingkan sebelum hamil
b. 1 porsi lebih banyak dibandingkan sebelum hamil
c. 1 1/2 porsi lebih banyak dibandingkan sebelum hamil
d. 2 porsi lebih banyak dibandingkan sebelum hamil

83
10. Makanan apa yang harus dihindari ibu selama kehamilan?
a. Buah-buahan dan sayuran, seperti pisang dan bayam
b. Makanan sumber protein nabati, seperti tahu dan susu kedelai
c. Makanan sumber protei hewani, seperti ikan dan telur
d. Kopi, teh, alkohol dan nikotin (rokok)
11. Apa yang dimaksud dengan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)?
a. Bayi diberi susu botol jika ASI tidak keluar
b. Bayi langsung disusui oleh ibu setelah lahir
c. Bayi mencari puting susu ibu dan menyusu sendiri setelah
dimandikan
d. Bayi langsung mencari puting susu ibu dan menyusu sendiri
setelah lahir
12. Manfaat utama dari kolostrum atau cairan ASI yang pertama kali keluar
adalah?
a. Melindungi bayi dari penyakit infeksi
b. Mencegah kembung pada bayi
c. Membuat bayi kenyang
d. Memberi rasa nyaman pada bayi
13. Apakah kandungan utama kolostrum yang sangat berperan untuk
kesehatan bayi?
a. Zat tenaga
b. Zat kekebalan tubuh
c. Zat pembangun
d. Zat pengatur
14. Apa yang dimaksud dengan ASI Eksklusif?
a. Hanya ASI saja diberikan kepada bayi
b. Susu botol diberikan kepada bayi
c. Makanan lain seperti pisang diberikan sebagai tambahan ASI
d. Minuman lain seperti madu diberikan sebagai tambahan ASI
15. Sampai usia berapakah bayi mendapatkan ASI Eksklusif?
a. 4 bulan
b. 6 bulan
c. 12 bulan
d. 24 bulan

84
16. Manfaat menyusui bagi ibu adalah?
a. Meningkatkan berat badan ibu pasca melahirkan
b. Meningkatkan nafsu makan ibu pasca melahirkan
c. Mengurangi risiko pendarahan pasca melahirkan
d. Mengurangi nafsu makan ibu pasca melahirkan
17. Pemberian ASI diteruskan sampai bayi berusia............
a. 6 bulan
b. 12 bulan
c. 18 bulan
d. 24 bulan
18. Bagaimana pemberian ASI pada bayi usia 6-24 bulan?
a. Diberhentikan
b. Dibatasi
c. Sekehendak bayi
d. Sekehendak ibu
19. Kapankah bayi mulai diberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI)?
a. Segera setelah lahir
b. Mulai usia 4 bulan
c. Mulai usia 6 bulan
d. Mulai usia 8 bulan
20. Tujuan pemberian MP-ASI pada bayi adalah?
a. Sebagai pengganti ASI
b. Menambah zat gizi ASI
c. Mengurangi konsumsi ASI
d. Mengurangi risiko kegemukan pada bayi
21. Apa akibat pemberian MP-ASI sebelum usia 6 bulan kepada bayi?
a. Mengganggu pencernaan bayi
b. Menghambat pertumbuhan bayi
c. Menghambat perkembangan bayi
d. Menurunkan nafsu makan bayi
22. Bagaimanakah bentuk MP-ASI yang pertama kali diberikan kepada
bayi?
a. Makanan yang lumat atau dihaluskan
b. Makanan yang lembik
c. Makanan yang dicincang kasar

85
d. Makanan padat atau makanan keluarga
23. Bagaimana bentuk MP-ASI pada bayi usia 9-12 bulan?
a. Makanan lumat dengan campuran sayuran
b. Makanan lembik dengan lauk dan sayuran
c. Makanan yang dicincang kasar dengan lauk dan sayuran
d. Makanan keluarga dengan lauk dan syauran
24. Bagaimana bentuk MP-ASI pada bayi usia 12-24 bulan?
a. Makanan lumat dengan campuran sayuran
b. Makanan lembik dengan lauk dan sayuran
c. Makanan yang dicincang kasar dengan lauk dan sayuran
d. Makanan keluarga dengan lauk dan sayuran
25. Berapa kali frekuensi pemberian makanan utama pada bayi usia 12-24
bulan?
a. 1-3 kali sehari
b. 2-4 kali sehari
c. 3-4 kali sehari
d. 4-6 kali sehari

86
B. Kuesioner Sikap
Petunjuk pengisian : Berilah tanda checklist (√) pada pernyataan di bawah
ini dengan memilih Setuju (S), Ragu-ragu (RR) atau Tidak setuju (TS)
Sesuai dengan pendapat Anda.

No. PERNYATAAN S RR TS

1. Ibu hamil perlu mengonsumsi makanan 1 porsi


lebih banyak dibandingkan sebelum hamil.
2. Asupan gizi ibu hamil sangat mempengaruhi
berat badan bayi yang dilahirkan.
3. Ibu hamil tidak perlu mengonsumsi tablet tambah
darah.
4. Makanan ibu hamil tidak perlu beragam asalkan
banyak dan mengenyangkan.
5. Ibu hamil boleh mengonsumsi kopi dan rokok.

6. Kebutuhan gizi bayi sejak lahir hingga usia 6


bulan dapat dipenuhi hanya dari ASI saja.
7. Bayi diberikan susu botol bila ASI belum keluar pada
hari ke-1 hingga hari ke-2 setelah bayi lahir.
8. ASI yang pertama kali keluar (kolostrum) sangat baik
diberikan kepada bayi.
9. Bayi baru lahir dimandikan dahulu baru disusui
oleh ibu.
10. Bayi 0-6 bulan yang rewel menandakan ia lapar
perlu diberi susu botol sebagai tambahan ASI.

11. Sejak usia 6 bulan bayi perlu mendapatkan


makanan pendamping ASI (MP-ASI). Pemberian
ASI dapat dihentikan bila bayi sudah
12. mendapatkan makanan pendamping
ASI (MP-ASI).
Pemberian madu, pisang atau makanan lain
13.
dilakukan setelah bayi berusia 4 bulan. Bentuk
makanan pendamping ASI (MP-ASI)
14. yang pertama kali diperkenalkan kepada bayi
adalah makanan lumat atau yang dihaluskan.
15. Pada usia 12 bulan bayi diberi makan makanan
yang dikonsumsi oleh keluarga.

87
Lampiran 7. Jadwal Pertemuan Setiap Responden

Jadwal Pertemuan
No Nama
I II III
1 Responden 1 7 Juni 2017 8 Juni 2017 11 Juni 2017
2 Responden 2 7 Juni 2017 9 Juni 2017 14 Juni 2017
3 Responden 3 4 Juni 2017 10 Juni 2017 14 Juni 2017
4 Responden 4 12 Juni 2017 13 Juni 2017 15 Juni 2017
5 Responden 5 12 Juni 2017 13 Juni 2017 16 Juni 2017
6 Responden 6 13 Juni 2017 13 Juni 2017 17 Juni 2017
7 Responden 7 14 Juni 2017 18 Juni 2017 19 Juni 2017
8 Responden 8 17 Juni 2017 18 Juni 2017 20 Juni 2017
9 Responden 9 22 Juni 2017 23 Juni 2017 26 Juni 2017
10 Responden 10 24 Juni 2017 25 Juni 2017 24 Juni 2017
11 Responden 11 4 Juni 2017 17 Juni 2017 28 Juni 2017
12 Responden 12 19 Juni 2017 22 Juni 2017 28 Juni 2017
13 Responden 13 24 Juni 2017 25 Juni 2017 28 Juni 2017
14 Responden 14 18 Juni 2017 26 Juni 2017 28 Juni 2017
15 Responden 15 26 Juni 2017 27 Juni 2017 29 Juni 2017
16 Responden 16 23 Juni 2017 24 Juni 2017 29 Juni 2017
17 Responden 17 23 Juni 2017 30 Juni 2017 1 Juli 2017
18 Responden 18 27 Juni 2017 30 Juni 2017 1 Juli 2017
19 Responden 19 28 Juni 2017 2 Juli 2017 3 Juli 2017
20 Responden 20 28 Juni 2017 3 Juli 2017 5 Juli 2017
21 Responden 21 28 Juni 2017 4 Juli 2017 6 Juli 2017
22 Responden 22 30 Juni 2017 4 Juli 2017 8 Juli 2017
23 Responden 23 1 Juli 2017 5 Juli 2017 8 Juli 2017
24 Responden 24 1 Juli 2017 5 Juli 2017 12 Juli 2017
25 Responden 25 2 Juli 2017 6 Juli 2017 14 Juli 2017
26 Responden 26 3 Juli 2017 7 Juli 2017 14 Juli 2017
27 Responden 27 3 Juli 2017 7 Juli 2017 15 Juli 2017
28 Responden 28 4 Juli 2017 7 Juli 2017 15 Juli 2017
29 Responden 29 6 Juli 2017 8 Juli 2017 16 Juli 2017
30 Responden 30 9 Juli 2017 11 Juli 2017 16 Juli 2017
31 Responden 31 9 Juli 2017 11 Juli 2017 17 Juli 2017

88
Lampiran 8.Master Tabel Penelitian
Skor
Kunju- Keterpaparan 1000 HPK Skor Sikap
Tgl BB TB LILA Pendi- Pengetahuan
Nama JK ngan IMT Pekerjaan
Lahir (kg) (cm) (cm) dikan Pre- Pre- Pre- Pre Post Pre Post
ke-1 Pre-1 Pre-2
3 4 5 Test Test Test Test
R1 Lk 02-Aug- 07- 70.1 170.0 24.26 SMA Pendeta Belum Tidak Ada Tidak Tidak Tidak 12.0 18.0 40.0 43.0
1988 Jun-17 Pernah Tahu Tahu Tahu
R2 Pr 18-May- 07- 45.5 153.0 24.3 19.44 D3 Tenaga Pernah Petugas Tahu Tahu Tahu 14.0 19.0 39.0 43.0
1990 Jun-17 Kesehatan Kesehatan
R3 Lk 01-Jul- 07- 63.0 160.0 24.61 SMA Karyawan Belum Tidak Ada Tidak Tidak Tidak 10.0 16.0 34.0 42.0
90 Jun-17 Swasta Pernah Tahu Tahu Tahu
R4 Pr 24-May- 07- 48.3 152.0 25.3 20.91 SMA Tidak Bekerja Belum Tidak Ada Tidak Tidak Tidak 11.0 16.0 38.0 44.0
1992 Jun-17 Pernah Tahu Tahu Tahu
R5 Lk 15-Feb- 04- 50.8 163.0 19.12 S1 Wiraswasta Belum Tidak Ada Tidak Tidak Tidak 6.0 9.0 26.0 37.0
86 Jun-17 Pernah Tahu Tahu Tahu
R6 Pr 03-Sep- 04- 78.0 160.0 28.4 30.47 S1 Wiraswasta Belum Tidak Ada Tidak Tidak Tidak 7.0 18.0 32.0 45.0
93 Jun-17 Pernah Tahu Tahu Tahu
R7 Lk 14-Oct- 12- 54.7 160.0 21.37 S1 Tenaga Pernah Petugas Tidak Tahu Tidak 7.0 15.0 30.0 40.0
1992 Jun-17 Kesehatan Kesehatan Tahu Tahu
R8 Pr 04-Jun- 12- 65.2 156.0 25.6 26.79 SMA Wiraswasta Belum Tidak Ada Tidak Tidak Tidak 12.0 18.0 34.0 41.0
94 Jun-17 Pernah Tahu Tahu Tahu
R9 Lk 02-Apr- 12- 50.1 160.0 19.57 SMA Pegawai Belum Tidak Ada Tidak Tidak Tidak 9.0 16.0 35.0 40.0
95 Jun-17 Honorer Pernah Tahu Tahu Tahu
R10 Pr 18-Jul- 12- 68.8 168.0 27.8 24.38 SMA Tidak Bekerja Belum Tidak Ada Tidak Tidak Tidak 5.0 15.0 33.0 39.0
93 Jun-17 Pernah Tahu Tahu Tahu
R11 Lk 07-Feb- 13- 60.3 160.0 23.55 SMA Wiraswasta Belum Tidak Ada Tidak Tidak Tidak 8.0 15.0 34.0 40.0
90 Jun-17 Pernah Tahu Tahu Tahu
R12 Pr 04-Aug- 13- 60.6 155.0 26.8 25.22 D3 Tidak Bekerja Belum Tidak Ada Tidak Tidak Tidak 7.0 15.0 36.0 41.0
1993 Jun-17 Pernah Tahu Tahu Tahu
R13 Lk 20-Feb- 14- 50.9 158.0 20.39 S1 Wiraswasta Belum Tidak Ada Tidak Tidak Tidak 12.0 16.0 35.0 41.0
85 Jun-17 Pernah Tahu Tahu Tahu
R14 Pr 02-Jul- 14- 47.8 152.0 26.1 20.69 D3 Wiraswasta Pernah Petugas Tahu Tidak Tahu 12.0 17.0 33.0 41.0
92 Jun-17 Kesehatan Tahu
R15 Lk 26-Nov- 17- 70.9 164.0 26.36 SMA Wiraswasta Belum Tidak Ada Tidak Tidak Tidak 13.0 18.0 38.0 43.0

89
89 Jun-17 Pernah Tahu Tahu Tahu
R16 Pr 07-May- 17- 51.4 158.0 25.2 20.59 S1 Karyawan Belum Tidak Ada Tidak Tidak Tidak 15.0 20.0 34.0 43.0
1989 Jun-17 Swasta Pernah Tahu Tahu Tahu
R17 Lk 30-Aug- 22- 80.2 175.0 26.19 S1 Wiraswasta Belum Tidak Ada Tidak Tidak Tidak 12.0 19.0 38.0 44.0
1992 Jun-17 Pernah Tahu Tahu Tahu
R18 Pr 17-Mar- 22- 54.0 159.0 25.5 21.36 SMA Wiraswasta Belum Tidak Ada Tidak Tidak Tidak 14.0 19.0 35.0 45.0
92 Jun-17 Pernah Tahu Tahu Tahu
R19 Lk 01-Dec- 24- 68.1 162.0 25.95 SMA Wiraswasta Belum Tidak Ada Tidak Tidak Tidak 6.0 15.0 27.0 38.0
1987 Jun-17 Pernah Tahu Tahu Tahu
R20 Pr 06-Jan- 24- 48.6 150.0 26.5 21.60 SMA Wiraswasta Belum Tidak Ada Tidak Tidak Tidak 8.0 16.0 30.0 40.0
93 Jun-17 Pernah Tahu Tahu Tahu
R21 Lk 04-Jan- 04- 72.1 172.0 24.37 S1 Karyawan Belum Tidak Ada Tidak Tidak Tidak 10.0 17.0 34.0 39.0
88 Jun-17 Swasta Pernah Tahu Tahu Tahu
R22 Pr 30-May- 04- 46.3 152.0 25.8 20.04 S1 Tenaga Belum Tidak Ada Tidak Tidak Tidak 12.0 18.0 38.0 42.0
1992 Jun-17 Kesehatan Pernah Tahu Tahu Tahu
R23 Lk 20-Nov- 19- 101.0 180.0 31.17 S1 Karyawan Belum Tidak Ada Tidak Tidak Tidak 12.0 18.0 39.0 43.0
84 Jun-17 Swasta Pernah Tahu Tahu Tahu
R24 Pr 20-Feb- 19- 45.9 163.0 23.3 17.28 S1 Tenaga Pernah Petugas Tidak Tahu Tahu 15.0 18.0 41.0 43.0
91 Jun-17 Kesehatan Kesehatan Tahu
R25 Lk 07-Apr- 24- 60.3 162.0 22.98 S1 Karyawan Pernah Internet Tahu Tahu Tahu 13.0 17.0 33.0 42.0
89 Jun-17 Swasta
R26 Pr 28-Nov- 24- 55.8 160.0 26.0 21.80 S1 Karyawan Belum Tidak Ada Tidak Tidak Tidak 10.0 18.0 31.0 39.0
81 Jun-17 Swasta Pernah Tahu Tahu Tahu
R27 Lk 13-Apr- 18- 55.6 165.0 20.42 SMA Karyawan Belum Tidak Ada Tidak Tidak Tidak 10.0 17.0 40.0 41.0
90 Jun-17 Swasta Pernah Tahu Tahu Tahu
R28 Pr 13-Dec- 18- 55.2 146.0 27.8 25.90 S1 Karyawan Pernah Petugas Tahu Tahu Tahu 14.0 18.0 36.0 42.0
1991 Jun-17 Swasta Kesehatan
R29 Lk 04-Apr- 26- 48.4 165.0 17.78 SMA Wiraswasta Belum Tidak Ada Tidak Tidak Tidak 4.0 12.0 30.0 36.0
87 Jun-17 Pernah Tahu Tahu Tahu
R30 Pr 21-Jun- 26- 85.4 160.0 36.8 33.36 S2 Karyawan Belum Tidak Ada Tidak Tidak Tidak 8.0 16.0 30.0 38.0
87 Jun-17 Swasta Pernah Tahu Tahu Tahu
R31 Lk 27-Dec- 23- 70.0 180.0 21.60 SMA PNS/TNI/POLRI Belum Tidak Ada Tidak Tidak Tidak 6.0 15.0 34.0 43.0
1994 Jun-17 Pernah Tahu Tahu Tahu
R32 Pr 30-Apr- 23- 55.5 154.0 29.5 23.40 S1 Karyawan Belum Tidak Ada Tidak Tidak Tidak 13.0 18.0 35.0 41.0
92 Jun-17 Swasta Pernah Tahu Tahu Tahu
R33 Lk 01-Apr- 23- 50.3 160.0 19.65 SMP Wiraswasta Belum Tidak Ada Tidak Tidak Tidak 4.0 13.0 25.0 35.0
73 Jun-17 Pernah Tahu Tahu Tahu

90
R34 Pr 05-Jan- 23- 51.4 153.0 25.6 21.96 SD Wiraswasta Belum Tidak Ada Tidak Tidak Tidak 6.0 13.0 27.0 35.0
81 Jun-17 Pernah Tahu Tahu Tahu
R35 Lk 17-Feb- 27- 72.0 167.0 25.82 SMA Karyawan Pernah Petugas Tidak Tahu Tidak 6.0 13.0 33.0 34.0
87 Jun-17 Swasta Kesehatan Tahu Tahu
R36 Pr 09-May- 27- 68.1 157.0 30.1 27.63 SMA Karyawan Pernah Internet Tahu Tahu Tidak 9.0 15.0 28.0 41.0
1987 Jun-17 Swasta Tahu
R37 Lk 02-Sep- 28- 72.2 165.0 26.52 S1 Wiraswasta Belum Tidak Ada Tidak Tidak Tidak 12.0 16.0 39.0 43.0
88 Jun-17 Pernah Tahu Tahu Tahu
R38 Pr 28-May- 28- 70.4 167.0 26.2 25.24 S1 Karyawan Belum Tidak Ada Tidak Tidak Tidak 14.0 19.0 34.0 44.0
1990 Jun-17 Swasta Pernah Tahu Tahu Tahu
R39 Lk 02-Sep- 28- 72.0 168.0 25.51 SMA PNS/TNI/POLRI Belum Tidak Ada Tidak Tidak Tidak 9.0 16.0 29.0 38.0
92 Jun-17 Pernah Tahu Tahu Tahu
R40 Pr 22-Feb- 28- 48.9 155.0 26.9 20.35 S1 Karyawan Belum Tidak Ada Tidak Tidak Tidak 10.0 17.0 36.0 39.0
92 Jun-17 Swasta Pernah Tahu Tahu Tahu
R41 Lk 26-Dec- 28- 60.3 170.0 20.87 SMA Wiraswasta Belum Tidak Ada Tidak Tidak Tidak 11.0 17.0 31.0 41.0
1987 Jun-17 Pernah Tahu Tahu Tahu
R42 Pr 16-May- 28- 49.0 155.0 28.8 20.40 S1 Karyawan Belum Tidak Ada Tidak Tidak Tidak 10.0 17.0 36.0 42.0
1991 Jun-17 Swasta Pernah Tahu Tahu Tahu
R43 Lk 10-Oct- 30- 100.6 175.0 32.85 S1 Wiraswasta Belum Tidak Ada Tidak Tidak Tidak 13.0 18.0 35.0 43.0
1987 Jun-17 Pernah Tahu Tahu Tahu
R44 Pr 06-Oct- 30- 55.3 165.0 26.7 20.31 S1 Tenaga Belum Tidak Ada Tidak Tidak Tidak 17.0 19.0 38.0 44.0
1990 Jun-17 Kesehatan Pernah Tahu Tahu Tahu
R45 Lk 22-Jul- 01-Jul- 86.1 162.0 32.81 S1 Tenaga Pernah Internet Tahu Tahu Tahu 12.0 18.0 37.0 45.0
90 17 Kesehatan
R46 Pr 29-Jul- 01-Jul- 47.1 151.0 27.1 20.66 S1 Tenaga Pernah Petugas Tahu Tidak Tahu 12.0 17.0 40.0 44.0
89 17 Kesehatan Kesehatan Tahu
R47 Lk 08-Oct- 01-Jul- 50.6 160.0 19.77 SMA Wiraswasta Belum Tidak Ada Tidak Tidak Tidak 7.0 14.0 39.0 43.0
1990 17 Pernah Tahu Tahu Tahu
R48 Pr 09-Jul- 01-Jul- 55.2 150.0 26.8 24.53 SMA Karyawan Belum Tidak Ada Tidak Tidak Tidak 11.0 16.0 33.0 40.0
93 17 Swasta Pernah Tahu Tahu Tahu
R49 Lk 05-Sep- 02-Jul- 68.3 163.0 25.71 SMA Wiraswasta Belum Tidak Ada Tidak Tidak Tidak 7.0 15.0 38.0 43.0
85 17 Pernah Tahu Tahu Tahu
R50 Pr 13-May- 02-Jul- 48.0 156.0 26.4 19.72 S1 Wiraswasta Pernah Petugas Tahu Tahu Tidak 7.0 16.0 34.0 42.0
1991 17 Kesehatan Tahu
R51 Lk 16-Jul- 03-Jul- 73.2 170.0 25.33 SMA PNS/TNI/POLRI Belum Tidak Ada Tidak Tidak Tidak 9.0 17.0 33.0 39.0
88 17 Pernah Tahu Tahu Tahu
R52 Pr 17-Jun- 03-Jul- 47.0 153.0 27.0 20.08 S1 Tenaga Pernah Televisi/Ra Tahu Tahu Tidak 15.0 19.0 41.0 44.0

91
92 17 Kesehatan dio Tahu
R53 Lk 05-Mar- 03-Jul- 70.0 166.0 25.40 SMA PNS/TNI/POLRI Belum Tidak Ada Tidak Tidak Tidak 8.0 15.0 32.0 40.0
86 17 Pernah Tahu Tahu Tahu
R54 Pr 25-Feb- 03-Jul- 55.8 156.0 25.7 22.93 S1 Karyawan Belum Tidak Ada Tidak Tidak Tidak 8.0 17.0 32.0 41.0
89 17 Swasta Pernah Tahu Tahu Tahu
R55 Lk 27-Nov- 04-Jul- 62.0 158.0 24.8 SMA Wiraswasta Belum Tidak Ada Tidak Tidak Tidak 7.0 15.0 34.0 39.0
82 17 Pernah Tahu Tahu Tahu
R56 Pr 11-Oct- 04-Jul- 68.4 168.0 26.0 24.23 SMA Tidak Bekerja Belum Tidak Ada Tidak Tidak Tidak 11.0 18.0 26.0 42.0
1988 17 Pernah Tahu Tahu Tahu
R57 Lk 27-Jun- 06-Jul- 60.2 165.0 22.11 S1 Karyawan Belum Tidak Ada Tidak Tidak Tidak 10.0 15.0 32.0 39.0
86 17 Swasta Pernah Tahu Tahu Tahu
R58 Pr 18-Mar- 06-Jul- 51.0 146.0 26.9 23.96 D3 Karyawan Belum Tidak Ada Tidak Tidak Tidak 14.0 18.0 33.0 45.0
93 17 Swasta Pernah Tahu Tahu Tahu
R59 Lk 15-Jan- 09-Jul- 63.6 165.0 23.36 S1 Karyawan Belum Tidak Ada Tidak Tidak Tidak 8.0 16.0 32.0 42.0
92 17 Swasta Pernah Tahu Tahu Tahu
R60 Pr 19-Apr- 09-Jul- 44.9 146.0 25.5 21.06 D3 Tidak Bekerja Belum Tidak Ada Tidak Tidak Tidak 11.0 17.0 35.0 42.0
94 17 Pernah Tahu Tahu Tahu
R61 Lk 26-Mar- 09-Jul- 65.3 163.0 24.58 D3 Karyawan Belum Tidak Ada Tidak Tidak Tidak 9.0 17.0 31.0 39.0
86 17 Swasta Pernah Tahu Tahu Tahu
R62 Pr 05-Dec- 09-Jul- 56.5 155.0 25.2 23.52 S1 Wiraswasta Belum Tidak Ada Tidak Tidak Tidak 12.0 17.0 37.0 43.0
1991 17 Pernah Tahu Tahu Tahu

92
Lampiran 9. Output Analisis Data Penelitian
1. Data Univariat

Kategori Usia RespondenPerempuan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 21-25 tahun 17 54.8 54.8 54.8

26-30 tahun 12 38.7 38.7 93.5

>30 tahun 2 6.5 6.5 100.0

Total 31 100.0 100.0

Kategori Usia Responden Laki-laki

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid <25 tahun 5 16.1 16.1 16.1

25-30 tahun 17 54.8 54.8 71.0

>30 tahun 9 29.0 29.0 100.0

Total 31 100.0 100.0

Tingkat Pendidikan Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid SD 1 1.6 1.6 1.6

SMP 1 1.6 1.6 3.2

SMA 25 40.3 40.3 43.5

D3 6 9.7 9.7 53.2

S1 28 45.2 45.2 98.4

S2 1 1.6 1.6 100.0

Total 62 100.0 100.0


Pekerjaan Responden

93
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Karyawan Swasta 21 33.9 33.9 33.9

Pegawai Honorer 1 1.6 1.6 35.5

Pendeta 1 1.6 1.6 37.1

PNS/TNI/POLRI 4 6.5 6.5 43.5

Tenaga Kesehatan 8 12.9 12.9 56.5

Tidak Bekerja 5 8.1 8.1 64.5

Wiraswasta 22 35.5 35.5 100.0

Total 62 100.0 100.0

Kategori LILA Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid KEK 1 3.2 3.2 3.2

Non KEK 30 96.8 96.8 100.0

Total 31 100.0 100.0

Keterpaparan 1000 HPK

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Belum Pernah 50 80.6 80.6 80.6

Pernah 12 19.4 19.4 100.0

Total 62 100.0 100.0

Media Sumber Informasi 1000 HPK

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak Ada 50 80.6 80.6 80.6

Petugas Kesehatan 8 12.9 12.9 93.5

Televisi/Radio 1 1.6 1.6 95.2

Internet 3 4.8 4.8 100.0

Total 62 100.0 100.0

Asal Gereja Responden

94
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid BNKP 2 3.2 3.2 3.2

GBI 12 19.4 19.4 22.6

GBKP 6 9.7 9.7 32.3

GMI 2 3.2 3.2 35.5

GPdI 10 16.1 16.1 51.6

GPI 2 3.2 3.2 54.8

HKBP 8 12.9 12.9 67.7

Katolik 20 32.3 32.3 100.0

Total 62 100.0 100.0

95
2. Uji Kenormalan Data

Pengetahuan

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Residual

N 62

Normal Parametersa Mean .0000000


Std. Deviation 1.75946382

Most Extreme Differences Absolute .047

Positive .047

Negative -.047

Kolmogorov-Smirnov Z .373

Asymp. Sig. (2-tailed) .999

a. Test distribution is Normal.

Sikap

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Residual

N 62

Normal Parametersa Mean .0000000


Std. Deviation 2.96887387

Most Extreme Differences Absolute .115

Positive .068

Negative -.115

Kolmogorov-Smirnov Z .906

Asymp. Sig. (2-tailed) .385

a. Test distribution is Normal.

96
3. Data Bivariat

Hasil Uji T-Test Pengetahuan

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1total_pengetahuan_pre 10.10 62 3.023 .384

total_pengetahuan_post 16.48 62 1.948 .247

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1total_pengetahuan_pre &


62 .813 .000
total_pengetahuan_post

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval

Std. Std. Error of the Difference Sig. (2-


Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)

Pair 1 total_pengetahuan_pre -
-6.387 1.832 .233 -6.852 -5.922 -27.453 61 .000
total_pengetahuan_post

97
Hasil Uji T-Test Sikap

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 total_sikap_pre 34.06 62 3.900 .495

total_sikap_post 41.13 62 2.564 .326

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 total_sikap_pre &


62 .648 .000
total_sikap_post

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval

Std. Error of the Difference Sig. (2-


Mean Std. Deviation Mean Lower Upper t df tailed)

Pair 1 total_sikap_pre -
-7.065 2.969 .377 -7.819 -6.311 -18.735 61 .000
total_sikap_post

98
Lampiran 10. Dokumentasi Penelitian

1. Pengisian Kuesioner

99
2. Pengukuran Antropometri

100
3. Pelaksanaan Penyuluhan

101
Lampiran 11. PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Dyahtrin Adelayde br Nainggolan


NIM : P01031213016

Menyatakan bahwa data penelitian yang terdapat di skripsi saya adalah benar
saya ambil dan bila tidak, saya bersedia mengikuti ujian ulang (ujian utama saya
dibatalkan).

Yang membuat pernyataan,

(Dyahtrin Adelayde br Nainggolan)

102
Lampiran 12. DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Dyahtrin Adelayde br Nainggolan


Tempat/ Tanggal Lahir : Berastagi/ 11 Juni 1995
Jumlah Anggota Keluarga : 6 orang
Alamat Rumah : Komplek Perumahan Green Residence,
Desa Gurusinga, Kecamatan Berastagi
No. HP/ Telp. : 085261773769
Riwayat Pendidikan : 1. SD
2. SMP
3. SMA
Hobby : Makan dan jalan-jalan
Motto : Do Your Best and Let God Do The Rest

103
BUKTI BIMBINGAN SKRIPSI
Nama Mahasiswa : Dyahtrin Adelayde br Nainggolan
NIM : P01031213016
Judul : Pengaruh Penyuluhan Tentang 1000 Hari Pertama
Kehidupan Terhadap Pengetahuan dan Sikap Calon
Pengantin Pada Berbagai Gereja di Kecamatan Lubuk Pakam

No. Hari/ Tanggal Topik Bimbingan Tanda Tanda


Tangan Tangan
Mahasiswa Pembimbing
1 Senin/ 5 Membahas topik-topik
September permasalahan gizi
2016 mutakhir.
2 Selasa/ 6 Membahas topik-topik
September yang sudah dikumpulkan
2016 beserta jurnal yang
mendukung.
3 Rabu/ 7 Menentukan topik
September permasalahan yang akan
2016 diteliti.
4 Kamis/ 8 Rancang konsep
September penelitian dan
2016 penyusunan Bab I.
5 Senin/ 13 Revisi Bab I serta
September penyusunan Bab II.
2016
6 Rabu/ 15 Penyusunan Bab III
September
2016
7 Senin/ 26 Perbaikan Bab I, II dan III
September
2016
8 Rabu/ 28 Penyusunan kuesioner
September dan materi penyuluhan
2016
9 Jumat/ 30 Penyusunan proposal
September lengkap
2016
10 Selasa/ 4
Seminar Proposal
Oktober 2016
11 Jumat/ 7 Revisi perbaikan proposal
Oktober 2016 ke Pembimbing
12 Kamis/ 10
Revisi perbaikan proposal
November
ke Penguji I
2016
13 Selasa/ 22
Revisi perbaikan proposal
November
ke Penguji II
2016
14 Rabu/ 11 Pembuatan media
Januari 2017 penyuluhan
15 Jumat/ 26
Simulasi penelitian ke-1
Mei 2017
16 Rabu/ 31 Mei Pembuatan ulang time
2017 schedule penelitian
17 Jumat/ 2 Juni
Simulasi penelitian ke-2
2017
18 Sabtu/ 3 Juni
Pengumpulan data
2017
19 Senin/ 10 Juli
Data selesai dikumpulkan
2017
20 Selasa/ 11
Entry data ke SPSS
Juli 2017
21 Rabu/ 12 Juli
Pengolahan data
2017
22 Rabu/ 12 Juli Pengolahan data dan
2017 pembuatan master tabel
23 Kamis/ 13 Penyelesaian master tabel
Juli 2017 yang sudah fix
24 Kamis/ 13
Penulisan Bab IV
Juli 2017
25 Senin/ 17 Juli Penulisan Bab V dan
2017 daftar pustaka
26 Senin/ 17 Juli Penyusunan lampiran dan
2017 mengecek ulang skripsi
mulai dari Bab I
27 Rabu/ 19 Juli Skripsi selesai dan
2017 disetujui untuk
diseminarkan
28 Kamis/ 20 Pembuatan power point
Juli 2017 untuk seminar hasil
29 Senin/ 24 Juli
Seminar Hasil Penelitian
2017
30 Selasa/ 1 Revisi perbaikan skripsi
Agustus 2017 ke Pembimbing
31 Rabu/ 2 Revisi perbaikan skripsi
Agustus 2017 ke Penguji I
32 Jumat/ 4 Revisi perbaikan skripsi
Agustus 2017 ke Penguji II
33 Senin/ 7 Pemeriksaan ulang skripsi
Agustus 2017 ke Pembimbing
34 Rabu/ 9
Skripsi siap untuk di lux
Agustus 2017

Anda mungkin juga menyukai