SKRIPSI
Diajukan Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
Oleh :
Fitri Aryani
109101000089
PEMINATAN GIZI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2013 M / 1434 H
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN GIZI MASYARAKAT
ABSTRAK
Inisiasi menyusu dini (IMD) adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah
lahir. Pada prinsipnya IMD adalah kontak kulit antara ibu dan bayi setelah lahir
minimal selama satu jam (Roesli, 2012). Berdasarkan penelitian sebelumnya,
diketahui bahwa bidan berperan dominan dalam mendukung keberhasilan
pelaksanaan IMD (Fikawati & Syafiq, 2003). Berdasarkan studi pendahuluan
terhadap dua orang ibu bersalin di PKM Kecamatan Pesanggrahan pada bulan
Februari-Maret 2013, diketahui bahwa tidak ada bayi yang berhasil melakukan IMD.
Oleh sebab itu, peneliti ingin mengetahui gambaran perilaku bidan dalam
pelaksanaan IMD di PKM Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2013.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Sumber data diperoleh
dari informan utama (8 bidan penolong persalinan) dan informan pendukung (2 ibu
bersalin). Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, studi
dokumen, dan wawancara mendalam. Untuk menjaga keabsahan data, peneliti
melakukan perpanjangan pengamatan, triangulasi sumber dan triangulasi teknik.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa bidan sudah memfasilitasi bayi
untuk melakukan IMD. Namun, saat pelaksanaan IMD, bidan masih mengarahkan
mulut bayi ke dekat puting susu ibunya, mengangkat bayi dari dada ibunya saat akan
menjahit perineum ibu, serta tidak memberikan kesempatan kembali kepada bayi
untuk melanjutkan kontak kulit dengan ibunya setelah bayi ditimbang, diukur, dan
dicap padahal bayi belum berhasil menemukan puting susu ibunya.
Berdasarkan hasil analisis perilaku dapat disimpulkan bahwa bidan belum
mengetahui lima tahapan perilaku bayi saat menyusu pertama kali. Hal tersebut
menyebabkan bidan melakukan tindakan yang kurang tepat dalam pelaksanaan IMD.
Oleh sebab itu peneliti menyarankan agar Dinas Kesehatan Jakarta Selatan sebagai
pihak pelaksana pelatihan konselor ASI menekankan pada pemberian materi IMD
khususnya mengenai perilaku bayi saat menyusu pertama kali. Selain itu, diharapkan
koordinator program gizi di PKM Kecamatan Pesanggrahan untuk memonitor
ketepatan pelaksanaan IMD.
Daftar bacaan : 36 (1974-2012)
ii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH
DEPARTMENT STUDY OF PUBLIC HEALTH
INTERESTED STUDY OF NUTRITION COMMUNITY
ABSTRACT
iii
Agency as the implementing agency breastfeeding counselor training emphasized
providing EBI in particular concerning the behavior of the material during feeding
baby first. In addition, it’s expected for nutrition program coordinator in
pesanggrahan distric community health centre to monitor the accuracy of EBI
implementation.
iv
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Email : aryanifitri54@gmail.com
Telepon : 085285578871
Riwayat Pendidikan :
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmaanirrohiim
Segala puji hanya milik Allah SWT atas limpahan nikmat-Nya yang tak
terbilang hingga tiada pilihan selain bersyukur. Shalawat dan salam semoga
senantiasa tercurah kepada Nabi Agung pilihan-Nya Muhammad SAW beserta
seluruh keluarga dan para sahabat yang tampak indah dengan gaun takwa. Semoga
kita termasuk ummat yang akan mendapatkan syafaatnya di akhirat kelak. Aamiin.
Skripsi ini penulis buat untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar
sarjana kesehatan masyarakat (SKM). Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orang tua penulis, mamah dan ayah tercinta (Hj. Alimatus Zahro dan H.
Maimun Karim) beserta kakak-kakak dan adikku tersayang (Nurlaili hasanah,
S.Psi, Desi Amalia, SHI, dan M. Syukron) atas doa, kasih sayang dan kehangatan
dalam keluarga yang tak pernah berakhir, selalu menguatkan ananda dalam
sujud-sujud panjang menelusuri jejak surga yang dirindukan. Semoga Allah
selalu menyayangi dan mengampuni dosa kita. Aamiin.
2. Bapak Prof. DR. (HC) dr. MK Tadjudin, Sp. And, selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Kementerian Agama RI yang telah memberikan beasiswa penuh kepada penulis
untuk melanjutkan kuliah.
4. Ibu Ir. Febrianti, M.Si selaku kepala program studi kesehatan masyarakat
sekaligus dosen pembimbing 1 atas kesabarannya dalam membimbing penulis
selama ini bagaikan pancaran cahaya yang setia menemani.
5. Ibu Yuli Amran, SKM, MKM selaku dosen pembimbing 2 atas bimbingan dan
dukungan kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi.
viii
6. Bapak Drs. M. Farid Hamzens, M.SI, Ibu Catur Rosidati, SKM, MKM, dan Ibu
Reti Riseti, M.Si selaku penguji yang telah memberikan banyak masukan dalam
penyempurnaan skripsi ini.
7. Pihak PKM Kec. Pesanggrahan yang telah mengizinkan penulis untuk
melakukan penelitian.
8. Teman-teman Kesmas angkatan 2009 khususnya gidzaholic yang saling
menyemangati dan berbagi keceriaan.
9. Teman-teman seperjuangan Kiki Chairani, SKM, Nur Syamsiah, SKM, dan
Desly Ahdikanta, SKM yang selalu melangkah bersama menyelesaikan tugas
akhir ini.
10. Kak Dewi Aminah, S.Psi dan Wahyu Pramana terimakasih telah mendengarkan
dan berbagi paham-paham baik akan arti kehidupan.
Dari lubuk hati terdalam, penulis memanjatkan doa agar semua kebaikan juga
mendapat balasan pahala dari Allah swt. Akhirnya, penulis menyadari bahwa
penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga sangat diharapkan saran
dan masukannya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Cover
Abstrak ............................................................................................................ ii
BAB I Pendahuluan
x
BAB II Tinjauan Pustaka
B. Perilaku
C. Bidan
xi
B. Definisi Istilah ...................................................................................... 32
B. Karakteristik Informan
xii
BAB VI Pembahasan
Daftar Pustaka
Lampiran
xiii
DAFTAR BAGAN
Bagan Halaman
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
xv
DAFTAR SINGKATAN
PKM : Puskesmas
RB : Rumah Bersalin
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
penurunan dari 34 per 1.000 kelahiran hidup di tahun 2007 menjadi 31 per
1.000 kelahiran hidup di tahun 2010 dan 30 per 1.000 kelahiran hidup di
1.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2012). Salah satu upaya yang
oleh WHO dan UNICEF pada tahun 2007, dimana pada prinsipnya bukan ibu
yang menyusui bayi, tetapi bayi yang harus aktif menemukan sendiri puting
susu ibu serta melakukan kontak kulit ibu dengan kulit bayi segera setelah
lahir selama paling sedikit satu jam (Depkes, 2007). Dalam program tersebut,
1
2
IMD adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Jadi,
kulit ibunya, setidaknya selama satu jam setelah lahir. Jika dituntun dengan
cara yang benar, maka dalam satu jam pertama kehidupan bayi, dia dapat
mencari sendiri cara untuk menyusu kepada ibunya (Roesli, 2012). IMD tetap
penimbangan ataupun bayi yang lahir dengan cara sesar, vakum, episiotomi.
Hanya peluang untuk menemukan sendiri puting ibu akan berkurang sampai
(Wulandari, 2009). Bayi yang begitu lahir difasilitasi untuk melakukan IMD
pada waktu 50 menit akan mampu menyusu lebih baik, sedangkan bayi yang
tidak difasilitasi untuk melakukan IMD pada waktu yang sama sebanyak 50%
tidak dapat menyusu dengan baik (Mashudi, 2011). Selain itu, IMD juga dapat
memberikan kontribusi sebesar 49% untuk praktik menyusui dalam satu bulan
upaya untuk mencapai keberhasilan ASI eksklusif. Bayi yang begitu lahir
eksklusif selama enam bulan. Selin itu, berdasarkan penelitian Fikawati &
Syafiq (2003) bahwa IMD akan 2-8 kali memungkinkan pemberian ASI
eksklusif selama empat bulan. Di samping itu, IMD juga akan 1,8-5,3 kali
Kontak kulit ibu dan bayi dalam proses IMD akan meningkatkan kadar
yang pertama kali disekresi oleh kelenjar payudara pada hari pertama sampai
ASI tanpa memberikan cairan atau makanan padat lainnya kecuali vitamin,
mineral atau obat dalam bentuk tetes atau sirup sampai usia 6 bulan (WHO,
1998).
dalam satu jam setelah melahirkan adalah penolong persalinan. Bidan sebagai
pada ibu hamil untuk melaksanakan IMD. Salah satu faktor yang
melaksanakan IMD adalah pengetahuan tentang IMD dan ASI yang dimiliki
oleh bidan.
persalinan untuk segera memeluk bayinya diharapkan interaksi ibu dan bayi
akan segera terjadi. Dengan IMD, ibu semakin percaya diri untuk tetap
makanan atau minuman apapun kepada bayi karena bayi bisa nyaman
menempel pada payudara ibu atau tenang dalam pelukan ibu segera setelah
20-30 menit, maka kadar hormon prolaktin dalam darah ibu akan menurun
ASI kurang lancar dan baru akan keluar setelah 3 hari atau lebih. Keadaan ini
bidan dengan tingkat pengetahuan baik dan memiliki sikap positif yang
waktu padahal masih banyak tugas yang harus diselesaikan menjadi penyebab
persentase IMD lebih tinggi dari rata-rata nasional, namun persentase tersebut
Selatan tahun 2012 sebesar 51,2% (Anggraeni, 2012). Sedangkan salah satu
upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai target ASI eksklusif adalah
melalui IMD.
6
B. Rumusan Masalah
bahwa dari dua orang ibu yang melahirkan secara normal di RB PKM
tidak ada satupun bayi yang berhasil melakukan IMD. Hal ini terjadi karena
Tindakan bidan yang kurang tepat dalam pelaksanaan IMD yaitu bidan
tidak segera meletakkan bayi tengkurap di dada ibu setelah tali pusat
dipotong. Selain itu, bidan juga tidak memberi kesempatan pada bayi untuk
melakukan kontak kulit antara ibu dan bayi minimal selama satu jam.
bagi bayi untuk mencari dan menemukan puting susu ibu untuk mulai
menyusu. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk meneliti perilaku bidan dalam
tahun 2013.
C. Pertanyaan Penelitian
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
kesehatan masyarakat.
3. Bagi Puskesmas
seluruh Indonesia.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian IMD
Inisiasi menyusu dini (IMD) adalah bayi mulai menyusu sendiri segera
setelah lahir. Jadi, sebenarnya bayi manusia seperti juga bayi mamalia lain
kontak kulit bayi dengan kulit ibunya, setidaknya selama satu jam segera
setelah lahir. Cara bayi melakukan IMD ini dinamakan the breast crawl
antaranya obat kimiawi yang diberikan saat ibu melahirkan bisa sampai ke
janin melalui ari-ari dan mungkin menyebabkan bayi sulit menyusu pada
seperti operasi caesar, vakum atau forcep, bahkan perasaan sakit di daerah
9
10
2. Manfaat IMD
nyaman.
4) Menunda ovulasi.
pascapersalinan.
ASI. Saat bayi mengisap puting susu ibu, serangkaian impuls akan
sinus.
lainnya.
3) Meningkatkan kecerdasan.
napas.
3. Langkah-Langkah IMD
a. Langkah 1
4) Bila tidak perlu resusitasi, keringkan tubuh bayi mulai dari muka,
tubuh bayi. Setelah kering, selimuti bayi dengan kain kering untuk
berbau sama.
b. Langkah 2
ibu. Kepala bayi harus berada di antara payudara ibu, tetapi lebih
2) Kemudian selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang
menit.
menyusu.
c. Langkah 3
payudara.
bayi lebih dekat dengan putting ibu dan biarkan kontak kulit
beberapa hari pertama. Bila suatu saat kaki bayi terasa dingin saat
kembali bayi dekat ibu sehingga mudah terjangkau dan bayi bisa
kelahiran normal.
e. Bayi ditengkurapkan di dada atau perut ibu. Biarkan kulit bayi melekat
dengan kulit ibu. Posisi kontak kulit dengan kulit ini dipertahankan
f. Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu. Ibu dapat merangsang bayi
susu.
g. Ayah memberikan dukungan kepada ibu untuk rasa percaya diri ibu.
i. Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang, diukur dan dicap setelah
IM 1/3 paha bagian atas dan salf mata bayi cholamphenicol 1% dapat
ditunda.
j. Rawat gabung yaitu ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar selama 24
dan diletakkan di perut ibu dengan kontak kulit ke kulit dan tidak
dipisahkan dari ibunya setidaknya selama satu jam, semua bayi dengan
Tahap pertama dimulai dalam 30 menit Awal. Pada tahap ini bayi
cairan ketuban yang ada di tangannya. Bau ini sama dengan bau cairan
yang dikeluarkan payudara ibu. Bau dan rasa ini akan membimbing bayi
Tahap ketiga yaitu bayi mulai mengeluarkan air liur. Bayi mulai
2012).
bayi akan menekan perut ibu untuk mencapai areola. Bayi akan menjilat-
kanan dan ke kiri, serta menyentuh dan meremas daerah puting susu dan
Kemudian, bayi akan menjilat dan mengulum puting susu ibu. Mulut
bayi akan terbuka lebar untuk menghisap puting sus ibu. Kemudian, bayi
a. Bayi Kedinginan
Bayi akan berada pada suhu yang aman jika melakukan kontak kulit
dengan sang ibu. Suhu payudara ibu akan meningkat 0,5 derajat dalam
bahwa suhu dada ibu yang melahirkan menjadi 10C lebih panas
daripada suhu dada ibu yang tidak melahirkan. Jika bayi yang
diletakkan di dada ibu ini kepanasan, suhu dada ibu akan turun 10C.
Jika bayi kedinginan, suhu dada ibu akan meningkat 20C untuk
Saat terjadi kontak kulit ibu dan bayi maka hormon oksitosin akan
memeluk bayinya.
pada ibu.
19
Sedangkan yang dijahit adalah bagian bawah tubuh ibu. Sehingga tidak
Pada 1-2 jam pertama kelahirannya, bayi sangat siaga. Setelah itu, bayi
akan tidur dalam waktu yang lama. Jika bayi mengantuk akibat obat
yang dikonsumsi ibu, justru kontak kulit akan lebih penting lagi karena
dilahirkan dengan membawa bekal air dan gula yang dapat dipakai
menyusui walaupun bayi harus dirawat terpisah atas indikasi medis (KP3A
RI, 2010).
dan medis. Manfaat rawat gabung ditinjau dari aspek fisik yaitu, ibu dapat
dan mnyusui sesuai keinginan bayi. Selanjutnya, dari aspek fisiologi, maka
dengan adanya rawat gabung bayi akan segera dan lebih sering disusui.
akan terjalin proses lekat antara ibu dan bayi. Hal ini mempunyai
susu, dot, serta peralatan lain yang dibutuhkan. Terakhir, dari aspek
22
B. Perilaku
1. Pengertian Perilaku
rangsangan dari luar. Perilaku dalam bentuk sikap artinya tanggapan batin
terhadap keadaan atau rangsangan dari luar diri subjek, sehingga alam akan
2. Determinan Perilaku
penentu yang membedakan respon terhadap stimulus yang berbeda. Hal ini
respon yang dihasilkan pada setiap orang akan berbeda. Green menganalisis
perilaku manusia dari tingkat kesehatan dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu
balik yang diterima oleh pembelajar dari orang lain yang diikuti
perbuatan.
menghalangi.
24
3. Domain Perilaku
itu sangat komplek dan memiliki ruang lingkup yang sangat luas, sehingga
dkk, 1974).
Perempuan dan Perlindungan Anak RI, 2010). Selain itu, pemerintah juga
segera memeluk bayinya maka interaksi ibu dan bayi diharapkan segera
makanan atau minuman apapun kepada bayi karena bayi merasa nyaman
menempel pada payudara ibu atau tenang dalam pelukan ibu segera
IMD.
C. Bidan
1. Pengertian Bidan
pendidikan bidan serta diakui oleh pemerintah dan telah lulus ujian sesuai
perundangan-undangan.
2. Wewenang Bidan
kesehatan masyarakat.
3) Episiotomi
dengan perujukan
6) Pencegahan anemia
melahirkan.
kesehatan pemerintah
D. Kerangka Teori
asuhan bayi baru lahir. Terdapat tiga langkah pelaksanaan IMD yang harus
Bagan 2.1
Kerangka Teori (Depkes RI, 2008)
Langkah 1
Menilai kondisi awal bayi baru lahir dan mengeringkan tubuh bayi
Langkah 2
Memberikan kesempatan kontak kulit antara ibu dan bayi minimal
selama satu jam
Langkah 3
Memberikan kesempatan pada bayi untuk mencari, menemukan puting
susu ibunya, dan mulai menyusu
BAB III
A. Kerangka Berpikir
IMD dalam asuhan bayi baru lahir yang dibuat oleh Departemen Kesehatan RI
tahun 2008.
bayi dan menilai kondisi bayi. Langkah kedua, yaitu memberikan kesempatan
pada bayi untuk melakukan kontak kulit dengan ibunya minimal selama satu
jam. Langkah ketiga, yaitu memberikan kesempatan pada bayi untuk mencari,
30
31
Bagan 3.1
Kerangka Berpikir
Langkah 1
Menilai kondisi awal bayi baru lahir dan mengeringkan tubuh bayi
Langkah 2
Memberikan kesempatan kontak kulit antara ibu dan bayi minimal selama satu jam
Langkah 3
Memberikan kesempatan pada bayi untuk mencari, menemukan puting susu ibunya,
dan mulai menyusu
32
B. Definisi Istilah
Tabel 3.1
Definisi Istilah
Cara
Alat
Istilah Definisi pengumpulan
ukur
data
Tahapan tindakan yang dilakukan Pedoman
Perilaku Observasi
bidan dalam melaksanakan IMD. observasi
Tindakan yang dilakukan bidan
Langkah dalam melakukan penilaian awal Pedoman
Observasi
pertama kondisi bayi dan mengeringkan observasi
tubuh bayi.
Tindakan yang dilakukan bidan
Langkah dalam memberikan kesempatan Pedoman
Observasi
kedua pada bayi untuk melakukan observasi
kontak kulit dengan ibunya.
Tindakan yang dilakukan bidan
Langkah untuk memberikan kesempatan Pedoman
Observasi
ketiga pada bayi agar mencari dan observasi
menemukan puting susu ibunya.
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, secara menyeluruh
dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
(Moleong, 2006).
meneliti sesuatu dari segi prosesnya dan penelitian kualitatif berfungsi untuk
bidan dalam pelaksanaan IMD secara menyeluruh. Selain itu, hasil penelitian
ini juga diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi bagi PKM Kecamatan
kualitatif.
33
34
C. Informan Penelitian
telah memadai apabila telah sampai pada taraf redundancy yaitu data yang
D. Instrumen Penelitian
segala sesuatu dalam penelitian kualitatif belum memiliki bentuk yang jelas.
bahkan hasil yang diharapkan tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas
mencapainya.
Setelah masalah yang akan dipelajari menjadi jelas, maka baru dapat
data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan
2009). Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:
36
1. Observasi
ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam
yaitu menentukan tujuan yang ingin dicapai dari hasil observasi. Tujuan
bayi baru lahir. Hasil observasi ditampilkan dalam kolom lembar chek list
2. Studi dokumen
nama ibu bersalin beserta suami, jumlah kelahiran, waktu melahirkan, dan
alamat ibu bersalin. Dokumen ini digunakan untuk melengkapi data hasil
3. Wawancara mendalam
IMD.
peneliti juga dapat mencatat hasil penelitian secara lengkap melalui hasil
rekaman wawancara.
F. Analisis Data
data yang diperoleh dari berbagai teknik pengumpulan data yang digunakan
yang penting dan akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah
isi naskah atau hasil data yang diperoleh untuk kemudian dibandingkan
data yang diperoleh dari ketiga teknik pengumpulan data tersebut. Kemudian,
pengumpulan data.
secara terus menerus sampai tuntas, hingga data yang diperoleh telah
jenuh. Terdapat tiga tahap aktivitas yang dilakukan dalam analisis data
kualitatif, yaitu:
a. Reduksi data
temuan baru.
b. Penyajian data
Penyajian data dilakukan dalam bentuk bagan, tabel atau teks yang
diperoleh.
c. Penarikan kesimpulan
(Sugiyono, 2009).
melaksanakan IMD.
G. Keabsahan Data
desain penelitian degan hasil yang ingin dicapai, uji transferabilitas (validitas
karena penelitian ini bersifat studi kasus sehingga data yang diperoleh tidak
44
dapat digeneralisasikan. Selain itu, belum ada hasil penelitian serupa yang
penelitian.
1. Perpanjangan Pengamatan
dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru. Melalui
observasi selama dua bulan. Observasi dilakukan sejak bulan Mei sampai
2. Triangulasi
cara dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat tiga jenis triangulasi
45
a. Triangulasi sumber
bersalin.
b. Triangulasi teknik
HASIL PENELITIAN
a. Visi
b. Misi
46
47
2566 m2 dengan luas bangunan 1677 m2. Puskesmas ini memiliki tiga
lantai. Lantai pertama terdiri dari ruang pelayanan 24 jam, ruang bersalin,
poli kesehatan ibu hamil trimester I dan II, poli kesehatan ibu hamil
trimester III, gudang obat dan ruang radiologi. Lantai kedua terdiri dari
loket, laboratorium, poli umum, poli gigi, poli keluarga berencana (KB),
poli menejemen terpadu balita sakit (MTBS), poli paru, poli lansia, poli
fisioterapi, apotik dan koperasi. Sedangkan lantai ketiga terdiri dari ruang
ruang promosi kesehatan dan program gizi, ruang perencanaan dan satuan
kerja, ruang keuangan, ruang tata usaha (TU), ruang pendidikan dan
Kapasitas listrik yang dimiliki oleh puskesmas ini yaitu sebesar 66.000
memiliki dua buah telepon, dua buah faximili, dua buah mobil
ambulance, satu buah mobil dinas merk APV dan enam buah sepeda
motor.
48
B. Karakteristik Informan
Informan yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu
diperoleh dalam penelitian ini, yaitu nama, usia, jabatan, pendidikan terakhir,
lama tugas sebagai bidan, lama tugas di PKM Kec. Pesanggrahan. Sedangkan,
penolong persalinan.
1. Informan Utama
dalam tiga waktu, yaitu dari pukul 07.00-15.00 WIB, kemudian dari pukul
tersebut dibagi secara bergilir untuk setiap bidan. Namun, khusus untuk
memiliki jadwal kerja tetap. Bidan koordinator memiliki jadwal kerja dari
hari senin sampai jumat mulai pukul 07.000-16.00 WIB. Meskipun bidan
Informan mulai bekerja di PKM Kec. Pesanggrahan sejak tahun 2007 dan
sebagai bidan pelaksana. Selain itu, informan juga bekerja sebagai bidan
informan bertugas di salah satu bidan praktek swasta dan Rumah Sakit
50
mulai bekerja di PKM Kec. Pesanggrahan sejak tahun 2010 dan menjabat
Tabel 5.1
Karakteristik Informan
Lama
Lama
Pendidikan Tugas di
Nama Usia Jabatan Tugas
Terakhir PKM Kec.
Sbg P.K
PSG
DIV Bidan
N 46 thn 25 thn 6 thn
Kebidanan Koor. RB
DIII Bidan
SA 29 thn 9 thn 8 thn
Kebidanan Pelaksana
DIII Bidan
SH 30 thn 9 thn 8 thn
Kebidanan Pelaksana
DIII Bidan
E 24 thn 3 thn 1 thn
Kebidanan Pelaksana
DIII Bidan
R 31 thn 8,5 thn 3 thn
Kebidanan Pelaksana
DIII Bidan
A 25 thn 5 thn 4 thn
Kebidanan Pelaksana
DIII Bidan
P 26 thn 6 thn 5 thn
Kebidanan Pelaksana
DIII Bidan
Y 31 thn 4 thn 3 thn
Kebidanan Pelaksana
2. Informan Pendukung
dilakukan dengan cara telaah dokumen dari buku data registrasi pasien
Melahirkan pada hari Jum’at tanggal 7 Juni 2013 pukul 16.05 WIB.
pada hari Minggu tanggal 9 Juni 2013 pukul 20.36 WIB. Pendamping
Informan baru melahirkan anak pertama yang ditolong oleh bidan E dan
bidan SH.
Tabel 5.2
Karakteristik Informan Pendukung
PKM Kecamatan Pesanggarahan ditolong oleh dua orang bidan. Kedua orang
bidan tersebut berada di sisi kanan dan sisi kiri ibu bersalin saat pembukaan
sudah lengkap. Kedua orang bidan tersebut bekerja sama dalam menolong
tugasnya untuk menolong ibu bersalin. Sedangkan, satu orang bidan lainnya
sendirian. Hal tersebut terjadi karena masing-masing rekan kerja kedua bidan
pada saat tugas sedang beristirahat. Sehingga, bidan A dan bidan E harus
“...awal-awal neng, kan udah ada APN+IMD tuh 2008, yaaa sekitar
2009 dah kayaknya...”(bidan N)
langkah pelaksanaan IMD. Saat bayi lahir, terdapat tiga langkah pelaksanaan
1. Langkah pertama
kondisi bayi baru lahir dan mengeringkan tubuh bayi. Penilaian awal
kondisi bayi baru lahir dimulai dengan mencatat waktu kelahiran bayi
pertama setelah kelahiran bayi, bidan segera menilai kondisi bayi untuk
lampiran 6a.
55
“...bayi lahir tidak menangis, gak mungkin dong langsung IMD, pasti
resusitasi dulu...”(bidan N)
“...kalo bayi lahir dia nangis, langsung taro ke atas perut ibunya,
secara tidak langsung tanpa di lap tangan-tangannya...”(bidan A)
tidak ada perintah bagi bidan untuk mengeringkan tangan bayi. Selain itu,
56
bau air ketuban yang melekat di tangan bayi memiliki bau yang sama
“ya lemaknya jangan, karena itu bau air ketuban kan untuk
ngerangsang dia...”(bidan E)
pada bagian paha ibu bersalin. Hasil observasi dapat dilihat pada
lampiran 6a.
utama:
“...oh iya sinto, methergin, vitamin A.Gak juga, yang utama sinto
neng...”(bidan N)
“...sintosinon itu aja yang paling utama, kan standarnya dalam APN
emang pake itu, kalo misalnya kontraksinya darahnya agak banyak
kita kasih methergin, selebihnya si obat biasa, kayak antibiotik sama
vitamin A...standarnya emang ada dalam APN juga pake itu..,biasa
sintosinon aja yang paling utama untuk merangsang kontraksi
uterus...”(bidan SA)
“...kalo di APN semua pasien setiap baru lahir dua menit pertama itu
pasti dikasih sintosinon, itu kan untuk merangsang plasenta lahir, kalo
misalkan dia retensio plasenta otomatiskan dia butuh sinto lagi, terus
butuh cairan infus juga, kalo darah keluar terus pasti butuh
methergin...”(bidan A)
tindakan tersebut segera dilakukan saat bayi lahir pada setiap proses
diobservasi.
2. Langkah kedua
persalinan yang observasi, terlihat bahwa bidan P pernah dalam satu kali
lampiran 6b.
dekat dengan puting ibunya saat bayi ditengkurapkan di dada ibu. Berikut
konfirmasi ulang terhadap bidan P. Namun, tetap saja bidan P tidak mau
memberikan jawaban.
informan utama:
“perlu karena kan bayinya gerak-gerak kan, kan aman kalo langsung
dipegangin sama dia, dan biasanya ibunya juga kan langsung meluk
sendiri ya dia megang sendiri dan ibunya lebih nyaman kalo dipegang
langsung...”(bidan SA)
“perlu, karna kan secara tidak langsung ada kontak antara ibu sama
bayinya, kedua juga menjaga keamanan si bayi, terus menjaga
kehangatan si bayi juga, selama ini si gak pernah ada ibu yang gak
mau...”(bidan A)
bahwa saat bayi berada di dada ibu, bidan meminta ibu bersalin untuk
bahwa proses lahirnya plasenta tidak ada yang melebihi waktu 30 menit,
tidak dilaksanakan apabila ibu mengalami stres dan merasa tidak nyaman
“...kita si ngeliat kondisi ibunya kalo dia bener-bener gak nyaman dan
kesakitan yaudah kita angkat... dia pengennya kan buru-buru kalo
udah satu jam kan selesai semuanya udah bersalin udah dibersihin
udah dijait gitu...”(bidan SA)
“Kelamaan, kelamaan kan kita tunggu satu jam pun gak ada yang
berhasil si sebenernya...”(bidan SA)
bahwa kondisi skin to skin contact antara ibu dan bayinya hanya
informan pendukung:
ibunya. Selain itu, masih terdapat beberapa tindakan dalam langkah kedua
bayi ke bagian puting sebelah kanan ibu dan mengangkat bayi dari dada
ibunya sebelum kontak kulit antara ibu dan bayi berlangsung selama satu
jam.
diketahui bahwa bidan masih memiliki alasan yang belum tepat dalam
Alasan bidan yang belum tepat, yaitu mengarahkan mulut bayi dekat
64
dengan puting ibunya saat bayi berada di dada ibunya agar bayi berhasil
IMD dan mengangkat bayi dari dada ibunya karena bidan akan
3. Langkah ketiga
kesempaatan pada bayi mencari puting susu ibunya yaitu dengan cara
ibunya.
kulit antara ibu dan bayi berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Kecuali
melakukan kontak kulit dengan ibunya. Hasil observasi dapat dilihat pada
lampiran 6c.
65
kontak kulit antara ibu dan bayi selama satu jam. Berikut pemaparan
informan utama:
“...ya itu kita biarin aja dulu sampai satu jam kan ya...”(bidan SA)
ibu dan bayi yang dilakukan selama satu jam dianggap terlalu lama.
“...kelamaan, kan kita tunggu satu jam pun gak ada yang berhasil si
sebenernya...”(bidan SA)
“...kelamaan itu mah, harusnya udah beres semuanya kan...”(bidan E)
dan bayi memang tidak ada yang berlangsung sampai satu jam. Hal ini
meskipun kontak kulit antara ibu dan bayinya belum mencapai waktu satu
meskipun bayi belum berhasil menyusu. Selain itu, informan utama juga
ibunya untuk di susui dalam keadaan sudah dibedong. Ibu dan bayi tetap
“...kita selalu tau kalo belom dua jam pasti masih di ruang
bersalin...”(bidan N)
“...kita angkat dulu, kita timbang, kita ukur, kita bersihin, kita
bungkus, nanti ibunya suruh disusuin.”(bidan SA)
“...gak nyampe sejam udah dulu, kita bersihin bayinya baru kita taro
lagi biar di susuin.”(bidan E)
“...bisa aja sambil kita bersihkan ibunya, bayinya kita angkat dulu,
sambil waktu untuk nimbang dan lain-lain, kan abis itu bisa
dilanjutkan nyusui gitu.”(bidan A)
Hasil observasi dan wawancara terhadap informan utama tersebut
kedua telapak kaki bayi. Bidan hanya memerintahkan kepada ibu bersalin
agar tetap berada di RB sampai waktu dua jam setelah melahirkan. Saat
yang sudah dibedong. Hasil observasi diapat dilihat pada lampiran 6d.
“...kan aturannya gitu, HB 0 tuh dua jam post partum, baru boleh
dipindahin...(bidan E)
“...oh iya dalam APN gitu juga...”(bidan A)
Hasil observasi terakhir menunjukkan bahwa setelah ibu dan bayi
informan utama yang menyatakan bahwa setelah dua jam melahirkan, ibu dan
dari PKM untuk memberikan fasilitas rawat gabung sampai dua hari setelah
informan utama, rawat gabung dilakukan agar ibu terlatih untuk merawat
dan menyusui bayinya. Selain itu, bayi akan lebih sering menyusu
pendukung:
bahwa ibu dan bayi dipindahkan ke ruang perawatan sampai waktu dua
Namun, masih ada beberapa tindakan yang tidak dilakukan kurang tepat,
70
sebelum bayi melakukan kontak kulit dengan ibunya selama satu jam,
diketahui bahwa bidan masih memiliki alasan yang belum tepat dalam
Alasan bidan yang belum tepat, yaitu penyusuan awal dilakukan dalam
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
tiap langkah yang dilakukan bidan dalam pelaksanaan IMD. Sehingga, peneliti
hanya dapat menjawab pertanyaan tindakan apa yang dilakukan dalam setiap
Selain itu, peneliti juga tidak dapat menampilkan gambar setiap tindakan yang
dilakukan bidan dalam ketiga langkah pelaksanaan IMD karena pihak PKM tidak
observasi. Hal ini dilakukan untuk menjaga validitas data hasil observasi.
pada tahun 2007, dimana pada prinsipnya bukan ibu yang menyusui bayi,
tetapi bayi yang harus aktif menemukan sendiri puting susu ibu, serta
melakukan kontak kulit ibu dengan kulit bayi segera setelah lahir selama
71
72
paling sedikit satu jam (Depkes, 2007). Meskipun program IMD telah
langkah-langkah pelaksanaan IMD dalam asuhan bayi baru lahir pada tahun
atau ten step to successful breastfeeding. Poin nomer empat dalam penerapan
lima langkah pelaksanaan IMD. Pertama, IMD harus dilakukan baik di ruang
kesehatan yang membantu proses persalinan. Ketiga, ibu bersalin dan pihak
melakukan IMD sepanjang ibu dan bayi tidak mengalami indikasi medis.
anestesi lumbal (bukan anestesi lokal) tetap dibantu untuk melakukan IMD
sesuai dalam prosedur tetap mulai dari konsultasi pada waktu kunjungan ibu
tidak ada ibu bersalin atau keluarga yang mendampingi persalinan yang
prosedur tetap pelaksanaan IMD hanya pada saat menolong persalinan sesuai
Sedangkan, konsultasi mengenai IMD pada waktu kunjungan ibu hamil dan
Kesehatan Ibu dan Anak (Poli KIA). Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa
Langkah pertama, bidan melakukan penilaian awal pada bayi baru lahir dan
tepat.
melakukan kontak kulit dengan ibunya. Setiap tindakan dalam langkah ini
dilakukan kurang tepat. Bidan mengarahkan mulut bayi dekat dengan puting
susu ibu sebelah kiri. Selain itu, bidan juga hanya memberi kesempatan pada
bayi untuk melakukan kontak kulit dengan ibunya tidak ada yang lebih dari
30 menit.
mencari puting susu ibunya. Dalam langkah ini, masih terdapat tindakan
yang dilakukan kurang tepat. Bidan mengangkat bayi dari dada ibunya untuk
ditimbang, diukur, dan dicap sebelum bayi berhasil menemukan puting susu
ibunya. Selain itu, masih terdapat tindakan yang belum dilakukan oleh bidan.
Meskipun tidak ada bayi yang berhasil melakukan IMD, bidan tetap
75
kesehatan tidak dapat bekerja sesuai SOP karena banyak pasien yang harus
tenaga kesehatan yang kurang tersedia merupakan anggapan yang salah yang
diketahui bahwa dalam waktu 24 jam setidaknya hanya ada 2-3 orang ibu
ditolong oleh dua orang bidan. Sehingga, kurang tepat jika alasan bidan
Roesli (2012), jika bayi baru lahir segera dikeringkan dan diletakkan di perut
ibu dengan kontak kulit ke kulit dan tidak dipisahkan dari ibunya setidaknya
selama satu jam, semua bayi dengan sendirinya akan berhasil menemukan
puting susu ibunya melalui lima tahapan perilaku saat menyusu pertama kali.
Tahap pertama dimulai dalam 30 menit Awal. Pada tahap ini bayi
akan beristirahat dan tidak bergerak. Sesekali matanya terbuka lebar melihat
Tahap kedua dimulai dalam 30-40 menit selanjutnya. Pada tahap ini
mencium dan menjilat tangan. Bayi mencium dan merasakan cairan ketuban
yang ada di tangannya. Bau ini sama dengan bau cairan yang dikeluarkan
payudara ibu. Bau dan rasa ini akan membimbing bayi untuk menemukan
Tahap ketiga yaitu bayi mulai mengeluarkan air liur. Bayi mulai
Tahap keempat yaitu bayi mulai bergerak ke arah payudara. Kaki bayi
akan menekan perut ibu untuk mencapai areola. Bayi akan menjilat-jilat kulit
ke kiri, serta menyentuh dan meremas daerah puting susu dan sekitarnya
Kemudian, bayi akan menjilat dan mengulum puting susu ibu. Mulut bayi
akan terbuka lebar untuk menghisap puting sus ibu. Kemudian, bayi akan
kesalahan dalam pelaksanaan IMD, yaitu bayi baru lahir diletakkan di perut
ibu yang sudah dialasi kain kering, tali pusat dipotong lalu diikat, bayi
segera dibedong karena takut kedinginan, bayi diletakkan di dada ibu dalam
keadaan sudah dibedong, bayi dibiarkan di dada ibu selama 10-15 menit atau
dan bayi akan segera terjadi. Dengan IMD, ibu semakin percaya diri untuk
tetap memberikan ASI nya sehingga tidak merasa perlu untuk memberikan
makanan atau minuman apapun kepada bayi karena bayi bisa nyaman
menempel pada payudara ibu atau tenang dalam pelukan ibu segera setelah
lahir.
pertama bayi lahir, bidan sudah memfasilitasi bayi untuk melakukan IMD.
pengetahuan yang baik dan sikap yang positif terhadap pelaksanaan IMD.
pelaksanaan IMD.
petugas kesehatan yang belum pernah mengikuti pelatihan IMD dan ASI
tiga langkah dalam pelaksanaan IMD, yaitu dimulai dengan menilai kondisi
bayi baru lahir dan mengeringkan tubuh bayi, memberikan kesempatan pada
kesempatan pada bayi untuk mencari puting susu ibunya. Meskipun secara
meliputi pengetahuan dan sikap yang dimiliki bidan menjadi alasan bidan
menolong persalinan.
pada bayi baru lahir dan mengeringkan tubuh bayi. Penilaian awal pada bayi
baru lahir diawali dengan mencatat waktu bayi lahir. Selanjutnya, menilai
kondisi pernapasan dan fisik bayi. Melalui penilaian awal pada bayi baru
lahir, bidan dapat mengenali gejala asfiksia pada bayi baru lahir.
Menurut bidan, jika bayi mengalami gejala asfiksia, maka bidan akan
jika bayi tidak mengalami gejala asfiksia, maka bidan akan membersihkan
seluruh tubuh bayi kecuali kedua tangan bayi menggunakan kain bersih.
langkah pertama pelaksanaan IMD adalah mencatat waktu bayi lahir dan
menilai kondisi bayi. Catatan waktu kelahiran bayi merupakan salah satu isi
merupakan cara untuk mengenali gejala asfiksia pada bayi baru lahir.
Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernapas secara spontan dan teratur
ibu saat hamil, kondisi bayi saat berada dalam kandungan, dan masalah yang
siap melakukan tindakan resusitasi pada bayi baru lahir yang mengalami
melahirkan secara normal. Sehingga, harus sudah dipastikan ibu hamil dan
bayi dalam kandungan berada dalam kondisi yang sehat. Hal tersebut
terbukti bahwa dari seluruh persalinan yang diobservasi, tidak ada bayi yang
resusitasi.
82
tangan bayi. Menurut bidan, kedua tangan bayi baru lahir tidak boleh
dibersihkan karena tindakan tersebut tidak ada dalam pedoman APN. Selain
itu, menurut bidan bau air ketuban yang melekat di tangan bayi memiliki bau
yang sama dengan payudara ibu, sehingga dapat membantu bayi untuk
kedua tangan bayi baru lahir tidak diperbolehkan dalam asuhan bayi baru
lahir. Menurut Roesli (2012), bayi akan mencium dan menjilat tangannya
dalam waktu 30-40 menit pertama kontak kulit antara ibu dan bayi. Saat bayi
melakat di tangannya. Bau tersebut memiiki bau yang sama dengan cairan
10UI pada bagian paha ibu bersalin. Selanjutnya, bidan memotong dan
mengikat tali pusat bayi. Menurut bidan, pemberian suntikan oksitosin 10UI
5-30 menit setelah bayi lahir. Penyuntikan oksiotin dilakukan sebelum tali
pusat dipotong.
IMD.
bahwa salah satu faktor perilaku bidan dalam langkah pertama pelaksanaan
bidan memiliki sikap yang positif dalam langkah pertama pelaksanaan IMD.
84
dalam domain afektif. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa sikap bidan
dalam domain afektif. Selain itu, peneliti juga menduga bahwa selain
pengetahuan, sikap positif yang dimiliki bidan juga menjadi salah satu faktor
Semua tindakan tersebut dilakukan secara berurutan dan tepat tanpa melihat
naturalisasi.
Oleh sebab itu, peneliti menduga bahwa bidan sudah terampil dalam
IMD. Selain itu, setiap tindakan juga dilakukan dengan tepat tanpa melihat
pada bayi untuk melakukan kontak kulit dengan ibunya. Setelah tali pusat
cara mendekatkan mulut bayi ke puting susu ibu sebelah kanan. Kemudian,
akan berhasil menemukan puting susu ibunya apabila mulut bayi diarahkan
Menurut Roesli (2012), jika bayi baru lahir segera dikeringkan dan
diletakkan di perut ibu dengan kontak kulit ke kulit dan tidak dipisahkan dari
ibunya setidaknya selama satu jam, semua bayi dengan sendirinya akan
berhasil menemukan puting susu ibunya melalui lima tahapan perilaku saat
Tahap pertama dimulai dalam 30 menit Awal. Pada tahap ini bayi
akan beristirahat dan tidak bergerak. Sesekali matanya terbuka lebar melihat
Tahap kedua dimulai dalam 30-40 menit selanjutnya. Pada tahap ini
mencium dan menjilat tangan. Bayi mencium dan merasakan cairan ketuban
yang ada di tangannya. Bau ini sama dengan bau cairan yang dikeluarkan
payudara ibu. Bau dan rasa ini akan membimbing bayi untuk menemukan
Tahap ketiga yaitu bayi mulai mengeluarkan air liur. Bayi mulai
Tahap keempat yaitu bayi mulai bergerak ke arah payudara. Kaki bayi
akan menekan perut ibu untuk mencapai areola. Bayi akan menjilat-jilat kulit
ke kiri, serta menyentuh dan meremas daerah puting susu dan sekitarnya
Kemudian, bayi akan menjilat dan mengulum puting susu ibu. Mulut bayi
akan terbuka lebar untuk menghisap puting sus ibu. Kemudian, bayi akan
puting susu ibu dengan alasan bahwa bayi akan berhasil menemukan puting
87
susu ibunya apabila mulut bayi diarahkan dekat dengan puting susu ibunya
visual antara ibu dan bayinya. Selain itu, menurut bidan, keberadaan
Sukmawati (2012), ketenangan hati ibu merupakan hal yang penting dalam
dan memotivasi istri untuk menjaga agar persalinan berjalan lancar dan
selamat.
Oleh sebab itu, memang tepat pendapat bidan yang menyatakan bahwa
dan bayi saat kontak kulit antara ibu dan bayi berlangsung.
berada di dada ibunya, bidan juga meminta ibu untuk memeluk bayinya.
Menurut bidan, memeluk bayi saat berada di dada ibunya dilakukan agar
diobservasi, proses lahirnya plasenta tidak ada yang lebih dari 30 menit.
Sehingga, kontak kulit antara ibu dan bayi juga tidak ada yang
kontak kulit dengan ibunya selama minimal satu jam terlalu lama. Selain
melaksanakan IMD.
89
kulit dengan ibunya minimal selama satu jam. Pendapat ini sesuai dengan
antara ibu dan bayi dipertahankan minimal sampai satu jam (Depkes RI,
2008).
tetapi bayi yang harus aktif menemukan sendiri puting susu ibu. Namun,
bagi seorang Ibu, proses ini berarti tahap awal pelaksanaan ASI ekslusif.
area payudara, sedangkan yang dijahit adalah bagian bawah tubuh ibu.
IMD.
berhasil. Suami juga turut berperan dalam keberhasilan IMD dengan hadir
90
Dapat juga diartikan sebagai informasi verbal atau non verbal, saran,
bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang
caesar, vakum atau forcep, bahkan perasaan sakit di daerah kulit yang
alamiah bayi untuk mencari dan menemukan puting susu ibunya. Namun,
ibunya saat akan menjahit perineum ibu. Artinya, bayi hanya memiliki
IMD.
perilaku bayi saat menyusu pertama kali. Bidan menyatakan bahwa bayi
mengetahui lima tahapan perilaku bayi saat menyusu pertama kali. Bidan
ibunya dengan cara selalu mengarahkan mulut bayi dekat dengan puting
susu ibunya sebelah kiri. Sehingga bidan kurang tepat dalam melakukan
untuk pelaksanaan IMD. Menurut bidan, kontak kulit antara ibu dan bayi
yang berlangsung selama satu jam dianggap terlalu lama. Sehingga, bidan
perilaku dalam domain afektif. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa
perilaku dalam domain afektif. Selain itu, peneliti juga menduga bahwa
selain pengetahuan, sikap yang dimiliki bidan juga menjadi salah satu
IMD.
yang dilakukan kurang tepat, yaitu mengarahkan mulut bayi dekat dengan
pada bayi untuk melakukan kontak kulit dengan ibunya tidak lebih dari
30 menit.
dan naturalisasi.
tindakan yang sama dalam langkah kedua pelaksanaan IMD tanpa melihat
pada bayi untuk mencari puting susu ibunya. Tindakan yang dilakukan bidan
untuk memberikan kesempaatan pada bayi mencari puting susu ibunya yaitu
kulit antara ibu dan bayi sampai plasenta lahir sempurna. Sedangkan, proses
lahirnya plasenta hanya berlangsung selama 5-30 menit setelah bayi lahir.
Sehingga, tidak ada bayi yang melakukan kontak kulit dengan ibunya selama
satu jam.
mengetahui bahwa kondisi kontak kulit antara ibu dan bayi harus
terlalu lama. Bidan juga menyatakan bahwa dalam waktu satu jam setelah
persalinan, bayi harus sudah ditimbang, diukur, dan dicap. Pada waktu yang
Alasan lain bidan juga menyatakan bahwa sebelum ada program IMD
sebelum bayi menemukan puting susu ibunya dan mulai menyusu. Namun,
puting susu ibu terjadi selama satu jam dalam keadaan kontak kulit antara
ibu dan bayi. Selain itu, menurut Arvidson (2001) dalam Utami (2012),
menyatakan bahwa kemampuan bayi untuk mengisap puting susu ibu paling
menyebabkan produksi ASI kurang lancar dan baru akan keluar setelah tiga
hari atau lebih. Keadaaan ini membuat bayi menjadi rewel karena
eksklusif.
Selain itu, menurut Depkes RI (2008), bahwa bayi baru lahir sangat
kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan
bahwa kulit ibu bersifat termoregulator bagi suhu bayi. Kulit dada ibu yang
melahirkan satu derajat lebih panas dibandingkan ibu yang tidak melahirkan.
Jika bayi kedinginan, suhu kulit ibu otomatis naik dua derajat untuk
menghangatkan bayi. Namun, jika bayi kepanasan, suhu kulit ibu otomatis
Oleh sebab itu, tindakan bidan memisahkan bayi dari ibunya untuk
ditimbang, diukur, dan dicap sebelum kontak kulit antara ibu dan bayi
berlangsung selama satu jam dan bayi belum berhasil melakukan penyusuan
praktek IMD karena bayi tidak berhasil menemukan puting susu ibunya.
Selain itu, bayi juga dapat mengalami hipotermi karena harus segera
RB. Penyusuan awal tersebut dilakukan dengan cara ibu memasukkan puting
susunya ke mulut bayi. Selain itu, saat menyusu pertama kali bayi sudah
hepatitis B pertama pada bayi dan memindahkan ibu dan bayinya ke ruang
hari tersebut sesuai dengan peraturan yang telah dibuat oleh pihak PKM
Kecamatan Pesanggrahan.
upaya menempatkan ibu dan bayi ditempat yang sama selama 24 jam.
kenyamanan ruangan, menjamin ketertiban jam kunjung ibu dan bayi, dan
mengupayakan agar ibu tetap dapat menyusui meskipun bayi harus dirawat
tepat. Sehingga, ibu dan bayi dapat sama-sama merasakan manfaat rawat
Bidan juga menyatakan bahwa dengan adanya rawat gabung, maka ibu
akan terlatih untuk merawat dan menyusui bayinya. Selain itu, menurut
bidan, dengan adanya rawat gabung, maka bayi akan lebih sering menyusu
permintaan bayi.
dan medis. Manfaat rawat gabung ditinjau dari aspek fisik yaitu, ibu dapat
dengan adanya rawat gabung bayi akan segera dan lebih sering disusui.
akan terjalin proses lekat antara ibu dan bayi. Hal ini mempunyai pengaruh
99
oleh bayi. Selanjutnya, dari aspek edukatif, maka dengan adanya rawat
susu, dot, serta peralatan lain yang dibutuhkan. Terakhir, dari aspek medis,
maka dengan adanya rawat gabung akan menurunkan angka morbiditas dan
boleh dipisahkan dari ibunya untuk ditimbang, diukur, dan dicap meskipun
boleh saja dilakukan meskipun bayi belum berhasil menemukan puting susu
ibunya.
domain afektif. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa sikap bidan terhadap
afektif. Selain itu, peneliti juga menduga bahwa selain pengetahuan, sikap
yang dimiliki bidan juga menjadi salah satu faktor ketidaktepatan perilaku
naturalisasi.
Oleh sebab itu, sama halnya dengan perilaku bidan dalam langkah
bidan dalam langkah ketiga pelaksanaan IMD hanya termasuk pada tingkat
terlihat bahwa bidan selalu melakukan tindakan yang sama dalam langkah
A. Simpulan
tahun 2013 sudah dominan dan suportif karena dalam waktu 30 menit
IMD.
paha ibu bersalin, mengklem dan memotong tali pusat. Semua tindakan
dengan cara mengarahkan mulut bayi ke dekat puting susu ibunya sebelah
kiri, menyelimuti bayi dengan kain bersih, meminta ibu bersalin untuk
102
103
ibu dan bayi untuk melakukan penyusuan awal di RB dalam keadaan bayi
sampai dua hari setelah melahirkan. Masih terdapat tindakan yang belum
B. Saran
Kecamatan Pesanggrahan.
Jakarta.
Afifah, Evi. 2008. Perilaku Petugas Kesehatan Dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu
Dini (IMD) Pada Pasien Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak (RSIA) Mutiara
Bunda Ciledug Tangerang Tahun 2008. Jakarta: Skripsi FKIK Jakarta
Departemen Kesehatan RI. 2007. Pelatihan APN Bahan Tambahan IMD. Jakarta:
JNPKKR
Green, L.W. and Kreuter, M.W. 2005. Health Program Planning: An Educational
and Ecological Approach. 4th edition. NY: McGraw-Hill Higher
Education
Huitt, W. 2003. The Psychomotor Domain. Educational Psychology Interactive.
Valdosta, GA: Valdosta State University. Diakses dari
http://wed.siu.edu/faculty/JCalvin/psychomotor.pdf. Pada tanggal 21
Agustus 2013
Kementerian Kesehatan RI. 2010. Laporan Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan
Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan
Legawati, dkk. 2011. Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini Terhadap Praktik Menyusui 1
Bulan Pertama. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, Vol.VIII (2), Hal. 60-68.
Diakses dari
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph/article/view/1122. Pada
tanggal 2 Oktober 2012
Niswah & Noveri Aisyaroh. 2010. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Bidan
tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dengan Praktik Inisiasi Menyusu
Dini di Puskesmas Kota Semarang. Diakses dari
http://journal.unissula.ac.id/majalahilmiahsultanagung/article/view/147/1
08. Pada tanggal 22 November 2012
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka
Cipta
Siswanto, dkk. 2008. Hubungan Inisiasi Menyusu Dini Dengan Pemberian ASI
Eksklusif Pada Bayi Usia 6 – 12 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas
Kedungkandang Kota Malang. Diakses dari
http://fk.ub.ac.id/artikel/id/filedownload/gizi/RATIH%20ADELITA%20
SARI.pdf. Pada tanggal 8 Juli 2013
Utami, Aris Puji. 2012. Hubungan Inisiasi Menyusu Dini Dengan Kecepatan
Keluarnya ASI Pada Ibu Post Partum Di BPS Firda Tuban. Vol. II (1).
Diakses dari
http://journal.stikesnu.com/index.php/jurnaldosen/article/view/46. Pada
tanggal 22 November 2012
Wulandari, Atik S. 2009. Inisiasi Menyusu Dini Untuk Awali ASI Eksklusif. Diakses
dari www.fk.uwks.ac.id. Pada tanggal 22 November 2012
Wijayanti, Desi. 2011. Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Bersalin
Terhadap Rawat Gabung Di Polindes Mekar Sari Desa Bebengan
Kecamatan Boja Kabupaten Kendal. Jurnal Ilmu Kesehatan. Vol. 1 (2).
Diakses dari
http://jurnal.akbiduniska.ac.id/index.php/AKU/article/view/5/4. Pada
tanggal 30 Juli 2013
LAMPIRAN 3
Pelaksanaan
Kegiatan Observasi Informan
Ya Tidak
A. Penilaian awal, pengeringan tubuh bayi
1 bidan mencatat waktu kelahiran saat bayi lahir
2 bidan menilai apakah diperlukan resusitasi atau tidak
dalam waktu 2 detik
3 bila tidak diperlukan resusitasi, bidan mengeringkan
tubuh bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian
tubuh lainnya kecuali telapak tangan menggunakan
kain bersih
4 bidan menyelimuti bayi dengan kain kering untuk
menunggu 2 menit sebelum tali pusat diklem
5 bidan memeriksa uterus ibu bersalin untuk
memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus
6 bidan memberikan suntikan Intramuskular 10 UI
oksitosin pada ibu bersalin
Pelaksanaan
Kegiatan Observasi Informan
Ya Tidak
B. Pemberian kesempatan pada bayi melakukan
kontak kulit dengan ibunya minimal 1 jam
1 bidan meletakkan bayi dalam posisi tengkurap di
dada ibu setelah memotong dan mengklem tali
pusat
2 bidan menyelimuti ibu dan bayi menggunakan kain
hangat dan memasangkan topi di kepala bayi
PEDOMAN WAWANCARA
DENGAN BIDAN PENOLONG PERSALINAN
“PERILAKU BIDAN DALAM PELAKSANAAN
INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DI PUSKESMAS KECAMATAN
PESANGGRAHAN JAKARTA SELATAN TAHUN 2013”
B. Petunjuk Wawancara
wawancara.
C. Identitas Informan
1. Nama
2. Usia
3. Pendidikan terakhir
4. Jabatan
5. Pengalaman kerja
D. Pedoman Wawancara
1. Definisi IMD
2. Manfaat IMD
6. Rawat gabung
PEDOMAN WAWANCARA
DENGAN IBU BERSALIN
“PERILAKU BIDAN DALAM PELAKSANAAN
INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DI PUSKESMAS KECAMATAN
PESANGGRAHAN JAKARTA SELATAN TAHUN 2013”
Kec. Pesanggrahan.
B. Petunjuk Wawancara
wawancara.
C. Identitas Informan
1. Nama
2. Usia
3. Pendamping persalinan
4. Jumlah kelahiran
5. Waktu melahirkan
D. Pedoman Wawancara
3. Posisi melahirkan
4. Pelaksanaan IMD
5. Rawat gabung
LAMPIRAN 6a
Hasil Observasi Perilaku Bidan Dalam Langkah Pertama Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Di Puskesmas Ke. Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2013
Bidan
Kegiatan Observasi
A. Penilaian awal, pengeringan N SA SH E R A P Y
tubuh bayi 1 2 1 2 3 4 1 2 3 1 2 3 4 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 1 2 1
Hasil Observasi Perilaku Bidan Dalam Langkah Kedua Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Di Puskesmas Ke. Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2013
Kegiatan Observasi Bidan
Hasil Observasi Perilaku Bidan Dalam Langkah Ketiga Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Di Puskesmas Ke. Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2013
Hasil Observasi Perilaku Bidan Dalam Langkah Ketiga Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Di Puskesmas Ke. Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2013
Item Pertanyaan
Informan Jawaban
Domain Kognitif
N -
SA IMD yaitu skin to skin selama 1 jam.
IMD yaitu skin to skin dan merupakan reflek awal bayi
E
Pengetahuan untuk menyusu.
Mengenai Definisi IMD yaitu perkenalan bayi untuk menyusu, dimulai saat
A
IMD lahir dengan cara skin to skin selama 1 jam.
Definisi IMD adalah refleks awal bayi untuk menyusu
Kesimpulan yang dilakukan dengan cara skin to skin contact antara
ibu dan bayi selama 1 jam.
N Mendukung keberhasilan ASI eksklusif.
SA Mencegah hipotermi.
Merangsang refleks awal bayi untuk menyusu, mencegah
E hipotermi, menjalin kedekatan antara ibu dan bayi,
menjadikan ibu lebih senang.
Perkenalan bayi untuk menyusu, menjalin kedekatan
A antara ibu dan bayi, menjaga kehangatan bayi,
Pengetahuan merangsang kontraksi rahim.
Mengenai Manfaat Manfaat dilaksanakan IMD adalah untuk merangsang
IMD refleks awal bayi untuk menyusu yang akan
mempengaruhi keberlangsungan praktik menyusui
sehingga diharapkan dapat mencapai keberhasilan ASI
Kesimpulan eksklusif. Selain itu, dengan adanya skin to skin contact
antara ibu dan bayi, maka dapat mencegah hipotermi
pada bayi dan menjalin ikatan kasih sayang antara ibu
dan bayi. Manfaat IMD juga dapat merangsang kontraksi
uterus ibu sehingga plasenta dapat segera lahir.
Memeriksa pernapasan bayi, kemudian memfasilitasi
IMD sampai satu jam, selanjutnya memberikan vitamin
N
K, dua jam kemudian memberikan imunisasi hepatitis B
Pengetahuan pertama dan melaksanakan rawat gabung.
Mengenai Langkah- Memeriksa pernapasan bayi, jika tidak diperlukan
Langkah Pelaksanaan resusitasi maka seluruh tubuh bayi dibersihkan kecuali
SA
IMD kedua tangan, letakkan bayi di antara payudara ibu dan
dibiarkan selama 1 jam.
Meletakkan bayi di dada ibu sampai 1 jam, posisi tangan
E
di dada ibu dan diarahkan ke puting ibu.
Memeriksa pernapasan bayi, jika tidak diperlukan
resusitasi maka letakkan bayi di perut ibunya tanpa
membersihkan kedua tangan bayi, biarkan selama 1 jam
A
sampai bayi menemukan puting ibunya. Jika bayi
memerlukan resusitasi maka harus ada penanganan
resusitasi terlebih dahulu.
Langkah-langkah IMD dimulai dengan cara melakukan
penilaian awal pada bayi baru lahir. Penilaian awal
tersebut dilakukan dengan cara mengenali gejala asfiksia
pada bayi baru lahir. Jika dinyatakan positif asfiksia,
maka bidan akan melakukan tindakan resusitasi terlebih
dahulu , sehingga pelaksanaan IMD ditunda sampai
keadaan bayi kembali normal. Namun, jika bayi baru
Kesimpulan lahir tidak menunjukkan gejala asfiksia maka bidan akan
membersihkan seluruh tubuh bayi kecuali kedua lemak
yang ada di tangan bayi menggunakan kain bersih.
Selanjutnya meletakkan bayi di antara kedua payudara
ibu (skin to skin contact), lalu memberi kesempatan
kepada bayi untuk berusaha sendiri menemukan puting
susu ibunya dan mulai menyusu. Keadaan tersebut
dipertahankan sampai 1 jam.
N Ibu stres setelah melahirkan.
SA Ibu merasa tidak nyaman karena kesakitan saat dijahit.
Pengetahuan
E Ibu merasa tidak nyaman karena kesakitan saat dijahit.
Mengenai Kondisi
Ibu merasa kesakitan saat dijahit, namun tetap harus
Ibu Yang Beresiko A
diberi pengertian.
Untuk Melaksanakan
IMD Kondisi ibu yang beresiko dalam pelaksanaan IMD
Kesimpulan adalah ibu stres setelah melahirkan dan ibu merasa tidak
nyaman karena kesakitan saat dijahit.
N Tidak menangis saat lahir.
SA Napas cepat, badan membiru dan tidak menangis.
Pengetahuan
E Napas cepat dan tidak menangis.
Mengenai Kondisi
A Asfiksia.
Bayi Yang Beresiko
Untuk Melaksanakan Kondisi bayi yang beresiko dalam pelaksanaan IMD
IMD adalah baayi yang menunjukkan gejala asfiksia yaitu bayi
Kesimpulan
tidak menangis saat lahir, napas bayi cepat dan tubuh
bayi biru.
Pengetahuan N Syntosinon, methergin, dan vitamin A.
Mengenai Jenis Obat SA Syntosinon, methergin, antibiotik dan vitamin A.
Kimiawi Yang E Syntosinon, methergin, antibiotik dan vitamin A.
Digunakan Saat A Syntosinon, cairan infus dan methergin.
Persalinan Kesimpulan Jenis obat kimiawi yang digunakan saat persalinan yaitu
syntosion, methergin, cairan infus, antibiotik dan vitamin
A.
N Syntosinon merangsang kontraksi uterus.
Syntosinon merangsang kontraksi uterus, methergin
SA menghentikan pendarahan, antibiotik mengurangi rasa
nyeri dan vitamin A sebagai penambah darah.
Syntosinon merangsang kontraksi uterus dan methergin
E
menghentikan perdarahan.
Syntosinon merangsang kontraksi uterus dan methergin
A
menghentikan perdarahan.
Manfaat pemberian syntosinon setelah melahirkan yaitu
agar uterus berkontraksi sehingga mempercepat lahirnya
plasenta. Selanjutnya pemberian methergin hanya pada
kasus-kasus tertentu saja karena pemberian methergin
Pengetahuan pada ibu bersalin dapat menghambat produksi ASI
Mengenai Manfaat sehingga ASI yang dihasilkan menjadi lebih sedikit.
Kesimpulan
Penggunaan Obat Manfaat pemberian methergin setelah melahirkan adalah
Kimiawi Saat untuk menghentikan pendarahan pada ibu bersalin yang
Persalinan mengalami retensio plasenta. Sedangkan manfaat
pemberian antibiotik yaitu untuk mengurangi rasa sakit
setelah penjahitan dan manfaat vitamin A sebagai
penambah darah.
N Ibu dan bayi berada pada tempat yang sama.
SA -
Pengetahuan E Ibu dan bayi berada pada tempat yang sama.
Mengenai Definisi A Bayi selalu ada di dekat ibunya.
Rawat Gabung Rawat gabung adalah menempatkan ibu dan bayi di
Kesimpulan tempat yang sama dengan ibunya. Sehingga, bayi selalu
berada dekat dengan ibunya.
N -
Bayi akan lebih sering menyusu. Sehingga, memperoleh
SA ASI eksklusif. Ibu pun akan terlatih untuk menyusui dan
merawat bayinya saat di rumah.
E Agar ibu lebih teratur menyusui bayinya.
Pengetahuan Ibu akan lebih sering memperhatikan dan bertanggung
Mengenai Manfaat jawab terhadap bayinya. Selain itu, rawat gabung
A
Rawat Gabung menjadikan ibu lebih sering menyusui sehingga
merangsang pengeluaran ASI.
Manfaat rawat gabung yaitu agar ibu terlatih untuk
merawat dan menyusui bayinya. Selain itu, bayi akan
Kesimpulan
lebih sering menyusu sehingga memperoleh ASI
eksklusif.
Item pertanyaan
Informan Jawaban
Domain Afektif
Menyetujui dan mendukung adanya program IMD untuk
N
mencapai keberhasilan ASI eksklusif.
SA Menerima adanya program IMD.
E Mau memfasilitasi IMD dalam setiap persalinan normal
Sikap Terhadap Mau memfasilitasi IMD dalam setiap persalinan normal
Program IMD A dan pada kasus asfiksia. Namun, terlebih dahulu
melakukan tindakan resusitasi.
Bidan menyetujui dan mendukung program IMD. Selain
Kesimpulan itu, bidan mau memfasilitasi pelaksanaan IMD dalam
setiap persalinan.
Setuju dan mewajibkan suami/keluarga untuk
N
mendampingi persalinan.
Setuju dan mewajibkan suami/keluarga untuk
SA
Sikap Terhadap mendampingi persalinan.
Keberadaan Setuju namun tidak mewajibkan suami/keluarga untuk
E
Pendamping mendampingi persalinan.
Persalinan Setuju namun tidak mewajibkan suami/keluarga untuk
A
mendampingi persalinan.
- Setuju dan mewajibkan suami/keluarga untuk
mendampingi persalinan.
Kesimpulan
- Setuju namun tidak mewajibkan suami/keluarga
untuk mendampingi persalinan.
N Mewajibkan pemberian syntosinon.
Sikap Terhadap
SA Mewajibkan pemberian syntosinon.
Penggunaan Obat
E Mewajibkan pemberian syntosinon.
Kimiawi Saat
A Mewajibkan pemberian syntosinon.
Persalinan
Kesimpulan Harus memberikan syntosinon.
N Tidak boleh membersihkan tangan bayi.
SA Boleh saja membersihkan tangan bayi.
Sikap Terhadap E Boleh saja membersihkan tangan bayi.
Larangan A Tidak boleh membersihkan tangan bayi.
Membersihkan Kedua - Tidak boleh membersihkan tangan bayi.
Tangan Bayi Kesimpulan
- Boleh saja membersihkan tangan bayi.
N Setuju dilakukan sampai 1 jam
Sikap Terhadap
SA Tidak setuju dilakukan sampai 1 jam
Waktu Yang
E Tidak setuju dilakukan sampai 1 jam
Diberikan Untuk
A Setuju dilakukan sampai 1 jam
Melakukan IMD
- Setuju dilakukan sampai 1 jam.
Kesimpulan
- Tidak setuju dilakukan sampai 1 jam.
Sikap Terhadap N Boleh saja.
Penundaan Kegiatan SA Boleh saja dan tidak keberatan untuk melakukannya.
penimbangan, E Boleh saja dan tidak keberatan untuk melakukannya.
pengukuran dan A Boleh saja.
pengecapan Kesimpulan Boleh saja dan tidak keberatan untuk melakukannya.
N Wajib memberikan fasilitas rawat gabung.
Wajib memberikan fasilitas rawat gabung pada bayi
SA
dengan kondisi normal.
Sikap Terhadap
Wajib memberikan fasilitas rawat gabung pada bayi
Pelaksanaan Rawat E
dengan kondisi normal.
Gabung
A Wajib memberikan fasilitas rawat gabung.
Wajib memberikan fasilitas rawat gabung pada bayi
Kesimpulan
dengan kondisi normal.
Sikap Terhadap N Setuju.
Larangan Pemberian SA Setuju.
Makanan/Minuman E Setuju.
Prelakteal A Setuju.
Kesimpulan Setuju.
LAMPIRAN 8
Item
Informan Jawaban
pertanyaan
Bidan meminta suami saya untuk mendampingi
Ny. M
persalinan.
Anjuran
Bidan meminta suami saya untuk mendampingi
pendamping Ny. U
persalinan.
persalinan
Bidan meminta para suami para informan untuk
Kesimpulan
mendampingi persalinan.
Hanya dipasang oksigen sebelum persalinan karenan
Ny. M
detak jantung janin terlalu cepat.
Penggunan
Ny. U Diberikan suntikan di bagian paha sebelah kiri.
obat saat
Informan Ny.M dipasangkan oksigen sebelum
persalinan
Kesimpulan persalinan karena DJJ terlalu cepat sedangkan
informan Ny.U diinjeksi di bagian paha sebelah kiri.
Waktu yang Ny. M Sekitar 30 menit.
digunakan Ny. U Sekitar 30 menit.
untuk Skin to Tidak sampai 1 jam, yaitu kurang lebih sekitar 30
Kesimpulan
skin contact menit.
Di RB setelah bayi dibedong namun ASI belum
keluara, kemudian dilanjutkan di ruang perawatan
Ny. M meskipun ASI tetap tidak keluar sehingga setelah 2
Waktu
hari diberi susu formula dengan cara diberikan melalui
menyusui
sendok.
pertama kali
Ny. U Di RB setelah bayi dibedong
Menyusui pertama kali di RB dalam keadaan bayi
Kesimpulan
sudah dibedong.
Ny. M Dari RB dipindah ke ruang perawatan sampai 2 hari.
Waktu rawat
Ny. U Dari RB dipindah ke ruang perawatan sampai 2 hari.
gabung
Kesimpulan Dari RB dipindah ke ruang perawatan sampai 2 hari.
LAMPIRAN 9