Amir, N., Purnama, D. (2021). Perbuatan Perawat yang Melakukan Kesalahan dalam Tindakan Medis. KERTHA
WICAKSANA: Sarana Komunikasi Dosen dan Mahasiswa. 15 (1). Hal 26 - 36. https://doi.org/10.22225/
kw.14.2.1863.77-86
Abstrak
Rumah sakit merupakan organ yang didalamnya terdapat Tenaga Kesehatan yang turut membantu dalam pelaksanaan
pemberian fasilitas pengobatan terhadap pasien. Dalam Hukum Kesehatan juga menjelaskan bahwa terdapat Tenaga
Kesehatan merupakan setiap orang yang tergabung sebagai para medis, yang bersedia mengabdikan dirinya khusus untuk
menangani kesehatan. Orang tersebut tidak hanya mau mengabdikan dirinya saja melainkan mereka juga harus memiliki
pengetahuan yang mumpuni beserta keterampilan yang fokusnya dalam bidang kesehatan. Para medis yang dimaksudkan di
atas adalah Dokter, Perawat serta para medis lainnya. Dokter dalam melakukan pekerjaannya akan dibantu oleh perawat
sehingga perawat disini juga harus memiliki keahlian dan keahlian. Perawat memperoleh kewenangan ini berdasarkan
pelimpahan wewenang dari dokter, jika tidak menerima pelimpahan wewenang maka perawat tidak dapat melakukan tindakan
apapun atas pasien. Saat ini banyak ditemukan perawat belum mendapatkan instruksi/pelimpahan berwenang dari dokter
tetapi mereka sudah melakukan tindakan medis, sehingga tindakan diatas terkadang menyebabkan keadaan dari pasien
mengalami penurunan. Atas tindakan perawat ini maka tidak dibenarkan, sehingga diperlukan suatu aturan untuk mengatur
tindakan perawat.
Abstrak
Di rumah sakit terdapat Tenaga Kesehatan yang membantu dalam penyediaan fasilitas pengobatan bagi pasien. UU Kesehatan
juga menjelaskan bahwa Tenaga Kesehatan adalah semua orang yang tergabung dalam komunitas kedokteran, yang bersedia
mengabdikan dirinya secara khusus untuk menangani kesehatan. Orang-orang ini tidak hanya mau mengabdikan diri tetapi
juga perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan yang mumpuni. Tenaga medis terdiri dari dokter, perawat, dan tenaga medis
lainnya. Dokter dalam melakukan pekerjaannya akan dibantu oleh perawat, sehingga perawat juga harus memiliki pengalaman
dan wibawa. Perawat memperoleh wewenang ini berdasarkan delegasi dari dokter. Jika perawat tidak menerima pendelegasian,
berarti perawat tidak dapat melakukan tindakan apapun terhadap pasien. Dalam bahasa Indonesia terkadang ditemukan
perawat yang belum mendapat instruksi/ pendelegasian dari dokter, tetapi sudah melakukan tindakan medis, sehingga tindakan
tersebut terkadang membuat kondisi pasien menjadi bermasalah. Untuk tindakan perawat ini tidak dibenarkan, sehingga
diperlukan aturan untuk mengatur tindakan perawat.
KERTHA WICAKSANA: Sarana Komunikasi Dosen dan Mahasiswa Volume 15, Nomor 1 2021 — Lisensi CC-BY-SA 4.0 Halaman 26
Machine Translated by Google
setiap orang berhak atas kesehatan. Melihat dari rasa kekeluargaan. Terkadang muncul juga masa
ketentuan yang telah disebutkan sebelumnya lah dalam etik seperti adanya ketidakpuasan dari
maka dapat disimpulkan tiap-tiap individu memilik pasien atas pelayanan dari perawat dikarenakan
hak untuk memperoleh perlindungan atas pasien merasa bahwa kebutuhannya tidak di
kesehatan yang dimilikinya. Dalam hal ini, negara penuhi oleh perawat dalam melakukan pelayanan.
memiliki tanggung jawab untuk menyediakan Atas masalah etik ini muncul konflik antara
fasilitas kesehatan dan fasilitas pelayanan umum perawat dengan pasien sehingga penyelesaian
bagi semua warga negara (Affandi, 2019). masalah tersebut hanya bisa diselesaikan dalam
Selain itu Negara bertanggung jawab untuk ranah hukum. Kode etik yang ada dalam perawat
menjamin hak yang dimiliki setiap individu dapat ini adalah sebagai pedoman untuk menghindari
terpenuhi dan Negara wajib memberikan timbulnya masalah dalam menjalankan pekerjaannya.
perlindungan agar tidak sampai terjadi yang na
Perawat dalam mengerjakan pekerjaan sehari
manya Malpraktek Medis.
hari mereka berhubungan secara langsung
Pendapat dari A. Gede Muninjaya mengutip dengan tenaga medis lainnya dan pasien yang
penjelasan dari Henrik. L Blum yang menyatakan menanganinya . Terdapat tuntutan untuk
bahwa pelayanan kesehatan ini sebagai faktor memberikan pela yanan kesehatan secara
penentu salah satu faktor penentu derajat bertanggungjawab dengan menerapkan
kesehatan masyarakat selain keturunan, ling pengobatan yang sesuai prosedur & pendidikan
kungan dan perilaku. Pelayanan kesehatan yang yang telah diterimanya. Terkait pena gobatan
dimaksud meliputi SDM dan sumer daya non yang dilakukan oleh perawat ini adalah sebagai
manusia (Muninjaya, 2004). bentuk pengimplementasian praktek penerapan
yang diberikan kepada pasien baik kepada pasien
Mengingat kesehatan sebagai hal yang sangat
tersebut, keluarga pasien dan masyarakat yang
penting maka perlu dilakukan upaya agar
bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan
pemenuhan kesehatan masing-masing individu
memelihara kesehatan sampai kansembuh pasien terseembuh diny
dapat terselenggara dengan baik, dimana con
tohnya yaitu dilakukannya pelayanan kesehatan Perawat didalam mengerjakan praktek
tanpa adanya perawatan dan tidak memberikan pembuatannya tidak memiliki kewenangan untuk
pelayanan secara sembarangan/yang tidak sesuai melakukan tindakan medis terhadap pasien
urnese tidak sesuai . Pihak yang berwenang melainkan hanya memiliki kompetensi untuk
memberikan pelayanan dalam kesehatan disebut melakukan perawatan kesehatan terhadap pasien.
sebagai Tenaga Kesehatan. Perawat dalam melakukan tindakan medis seperti
Penyelenggaraan kesehatan untuk masing-masing itu adalah tugasnya sebagai orang yang membantu
individu ini dilakukan oleh tenaga kesehatan, dokter dan tenaga kesehatan lainnya. Perawat
salah satunya adalah perawat. Undang-Undang diperbolehkan untuk melakukan tindakan apabila
No mor 38 tahun 2014 tentang Keperawatan mem sang dokter memberikan pelim pahan kewenangan
berikan pengertian mengenai perawat yang laki- baik secara lisan dan tertulis ataupun karena
laki menjelaskan bahwa Perawat adalah seorang keadaan yang tidak mendukung akibat kekurangan
yang te lah selesai dalam menempuh pendidikan dokter dalam suatu daerah hingga disini perawat
tinggi serta lulus pada perguruan tinggi didalam dapat melakukan kewenangan yang dimiliki
negeri maupun diluar negeri di bidang pembinaan seorang dokter terkait dalam pena. Tetapi apabila
yang standarnya diakui oleh diakui peraturan di daerah tersebut sudah mengalami perkembangan
yang berlaku. yang cukup maka tindakan perawat yang
mengambil alih kewenangan dari seorang dokter
Perawat dalam menjalankan profesinya harus
ini dapat mendikte gorikan sebagai pelanggaran
menjujung tinggi sebagai profesional dan etik
sehingga dapat menerapkan sanksi atas
yang dimilikinya. Asas etik ini penting dikarenakan
pelanggaran tersebut.
sebagai dasar dalam membangun hubungan
yang baik dengan seluruh pihak dalam memberikan Yulianita menjelaskan pula terkait perawat
pelayanan. Apabila sudah terjalin hubungan baik memiliki kewenangan untuk melakukan tindakan
maka hal ini menimbulkan kemudahan bagi medis bahwa “Seorang perawat memiliki
perawat untuk menjaga tujuannya yaitu pada kompetensi dalam melakukan asuhan keperawatan
pemeriksaan seorang pasien. Hubungan antara profesional kepada pasien, bukan melakukan
perawat dengan pasien ini sangat dibutuhkan tindakan medis tertentu. Tindakan medis tertentu
dalam kaitannya pemberian bantuan kebutuhan hidup tersebut
demi tercapainya
merupakan kegiatan kolaborasi antara
Halaman 27 KERTHA WICAKSANA: Sarana Komunikasi Dosen dan Mahasiswa Volume 15, Nomor 1 2021 — Lisensi CC-BY-SA 4.0
Machine Translated by Google
dokter dan tenaga kesehatan lainnya. Hal ini jelas yang bekerja di rumah sakit atas Tindakan salah suntik
bahwa tindakan medis hanya legal dilakukan oleh pasien.
dokter, bukan perawat. Apabila dokter tidak dapat
melakukan tindakan medis maka dokter boleh meminta II. METODA
bantuan perawat untuk melakukan hal tersebut, Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian
dengan syarat dokter wajib mem berikan pelimpahan ini adalah Yuridis Normatif, yaitu penelitian yang
kewenangan yang jelas kepa da perawat secara dikhususkan untuk mengkaji pen erapan kaidah-kaidah
tertulis untuk melakukan tindakan medis tersebut atau norma-norma hukum positif. Selanjutnya penelitian
(Yulianita, 2011) ” ini menggunakan pendekatan perundang-undangan .
Pendekatan-undangan berlakuperaturan
keseluruhan untuk mengetahui
hukum
di positif
Praktik sarung terkadang ditemui bahwa terjadinya
Indonesia. Pendekatan ka sus digunakan untuk
kesalahan dalam tindakan medis yang dilakukan oleh
mengkaji penerapan norma norma kaidah-kaidah
dokter dan perawat sehingga menimbulkan kekuatiran
hukum yang dilakukan da lam praktek penerapan
kepada masyarakat un tuk berobat. Karena adanya
rekam medik elektronik di Indonesia.
kesalahan ataupun kelalaian yang terjadi di dalam
setiap tindakan dokter dan perawat maka ini
menyebabkan banyak rasa kepercayaan masyarakat
kepada mereka. Karena adanya kesalahan ataupun
kelalaian yang ditimbulkan oleh dokter dan perawat III.HASIL DAN PEMBAHASAN
maka didalam prakteknya ini merupakan hal yang Standar Operasional Prosedur Perawat dalam
berbahaya bagi keamanan seorang pasien. Penyuntikan Pasien Hak yang dimiliki oleh setiap
manusia adalah hak untuk menjamin setiap
Beberapa kesalahan/kelalaian yang sering dil manusia memperoleh pelayanan kesehatan. Untuk
akukan perawat dalam tindakan medis menurut menjamin terlaksananya hak Yang untuk memperoleh
Priharjo adalah “Keliru atau salah dalam mem berikan pelayanan kesehatan maka diperlukan peran Negara
obat atau salah dosis, salah membaca label, salah untuk menjamin adanya penyediaan fasilitas pelayanan
menangani pasien, dan yang lebih berat lagi adalah kesehatan dan pelayanan umum yang layak bagi
salah memberikan transfusi darah se hingga masyarakatnya sesuai dengan yang tercantum dalam
mengakibatkan hal yang fatal. Sebagian besar pasal 34 adanya penyediaan fasilitas pelayanan
kesalahan yang dilakukan perawat merupakan hasil kesehatan dan pelayanan umum yang layak bagi
dari ketidaksempurnaan dari proses berpikir yang masyarakatnya sesuai dengan yang yang tercantum
mempengaruhi pengambilan keputusan” (Priharjo, dalam pasal 5 yanan kesehatan adalah Rumah Sakit,
2005). Klinik, Puskemas, dan fasilitas pelayanan lainnya.
Pelaksanaan tugas yang diberikan oleh dokter Rumah Sakit yang merupakan salah satu fasili tas
maka perawat diwajibkan berada di samping pasien kesehatan adalah sebagai pendukung dalam upaya
untuk dapat memantau setiap perkembangan pasien. penyelenggaraan kesehatan. Rumah Sakit ini dapat
Tetapi kadang-kadang mun cul masalah, ketika suatu didirikan oleh pihak swasta maupun daerah dan tiap-
ketika pasien da lam keadaan daurat namun dokter tiap Rumah Sakit dalam melakukan penyelenggaran
belum memberikan instruksi apa-apa maka saat itulah kesehatan memiliki karakteristik yang berbeda-beda
saya nyebabkan perawat melakukan tindakan medis antara Rumah Sakit yang satu dengan yang lain dan
yang bukan merupakan kewenangan untuk saya dapat ditemukan dida lamnya terdapat susunan
nyelamatkan nyawa dari pasien tersebut . Tinda kan organisasi yang cukup rumit. Terkait susunan
yang dilakukan oleh perawat tersebut tanpa adanya organisasinya antara Ru mah sakit yang satu dengan
pendelegasian dari pihak dokter dan perawat yang lain dapat ditemukan kenyamanan karena terkait
melakukan tindakan tersebut berdasarkan pengalaman pengelolaan antara yang satu dan yang lain tidak akan
yang dimilikinya. Atas tindakan perawat tersebut dan jauh berbeda karena harus memenuhi standar Rumah
ternyata mengakibatkan hilangnya nyawa dari pasien Sa kit. Masing-masing Rumah Sakit memiliki kewajiban
maka tindakan singkat namun tidak dapat dianggap untuk melakukan pelayanan bagi masyarakat
sebagai malpraktik medis/kelalaian medis. khususnya masyarakat yang berada disekitarnya.
Berdasarkan uraian yang dijelaskan diatas maka Seperti halnya dengan Rumah Sakit yang berada
dalam artikel ini penulis akan membahas lebih lanjut di Aceh Barat yang salah satu pekerjaannya juga
mengenai tanggung jawab perawat
KERTHA WICAKSANA: Sarana Komunikasi Dosen dan Mahasiswa Volume 15, Nomor 1 2021 — Lisensi CC-BY-SA 4.0 Halaman 28
Machine Translated by Google
Halaman 29 KERTHA WICAKSANA: Sarana Komunikasi Dosen dan Mahasiswa Volume 15, Nomor 1 2021 — Lisensi CC-BY-SA 4.0
Machine Translated by Google
Estetika, dimana perawat wajib memberikan panti asuhan. Asuhan diakui menurut Peraturan
kepuasan bagi atasan, pasien dan lingkungan sekitar. Menteri Kesehatan Nomor 148 Tahun 2010
Dalam menjalankan nilai ini maka dilihat dari sikap (Selanjutnya disebut dengan Permenkes No.148/2010)
pencerminan seperti kreatif dan berintegritas. pendidikan tersebut diakui oleh pemerintah.
KERTHA WICAKSANA: Sarana Komunikasi Dosen dan Mahasiswa Volume 15, Nomor 1 2021 — Lisensi CC-BY-SA 4.0 Halaman 30
Machine Translated by Google
Standar Operasional Prosedur mengenai penyun tikan tikan obat ke badan Reza sehingga atas tinda nya ini
obat terhadap pasien. menyebabkan Reza meninggal dunia.
Ditemukan terdapat perawat yang tidak melakukan Penerapan Sanksi yang dapat Diberikan kepada
Prosedur Standar Operasional dengan benar sehingga Perawat atas Tindakan yang Tidak Sesuai dengan
ditemukan adanya kejadian salah suntik obat oleh perawat. Standar Prosedur Operasional Perawat Reza sebagai
Kejadian salah suntikan ini bermula pada hari Jumat korban atas kelalaian dari dua perawat tersebut maka
tanggal 19 Oktober 2018 dimana pada hari itu seorang atas kesalahan yang telah dilakukan ini dapat menerapkan
anak bernama Alfa Reza dibawa ke rumah sakit umum sanksi hukum dalam administrasi, pidana dan perdata.
daerah tersebut karena adanya luka akibat tertusuk kayu
Terkait hal tersebut dakan dari dua perawat yang
yang menimbulkan luka di paha kirinya hingga ke bagian melakukan pelanggaran han dengan salah menyuntikkan
bokong. Satu jam kemudian, dokter yang bertugas saat itu obat ini maka dapat dikenai sanksi sanksi administrasi
memutuskan untuk melakukan operasi dan setelah operasi sesuai dengan ketentuan Pasal 58 Undang-Undang
pasien tersebut dipin dahkan ke ruang perawatan yang penandatanganan, berupa : Teguran secara lisan;
khusus untuk anak. Peringatan tertulis;
Halaman 31 KERTHA WICAKSANA: Sarana Komunikasi Dosen dan Mahasiswa Volume 15, Nomor 1 2021 — Lisensi CC-BY-SA 4.0
Machine Translated by Google
KERTHA WICAKSANA: Sarana Komunikasi Dosen dan Mahasiswa Volume 15, Nomor 1 2021 — Lisensi CC-BY-SA 4.0 Halaman 32
Machine Translated by Google
Sanksi pelanggaran berat, yaitu dengan: ditetapkan oleh Undang-Undang. Kelalaian ini
menimbulkan dugaan malpraktik medis Kelalaian
Harus meminta maaf terhadap pihak yang
atau malpraktik ini meliputi seperti tidak memeriksa
dirugikan;
kembali obat yang diterimanya apakah sudah
Membuat surat kuasa diatas kertas segel sesuai dengan yang diresepkan sehingga
bermaterai tidak akan berulang lagi; menyebabkan kematian bagi pasien.
Perawat seharusnya menuntut profesional dalam
Dilaporkan kepada pihak kepolisian; dan
memahami batasan hukum yang memengaruhi
Diberhentikan dari kedinasaan praktik kesehariannya. Dalam hal memahami bagian
ini maka dikaitkan dengan penghakiman yang baik
dengan tidak hormat. dan menyarankan keputusan pembuatan yang
Atas tindakan dari dua perawat yang telah menjamin kebutuhan jiwa yang aman dan sesuai.
melakukan tindakan salah menyuntikkan ini
termasuk dalam kategori pelanggaran berat
Perawat juga harus melakukan segala tindakan
sehingga akan dikenai sanksi pelanggaran berat
secara prosedur yang telah ada dan mereka juga
seperti yang telah disebutkan diatas. menggunakan penilaian profesional saat meneri ma
Terkait pelanggaran kode etik pihak yang pelimpahan wewenang dari dokter. Apabila perawat
bertanggung jawab dalam me nangani masalah etik tidak memenuhi prosedur standar operasional
adalah: Direktur Rumah Sakit; Kepala Bidang dalam hal praktik dan melakukan perawatan kepada
pasien sehingga mereka melakukan pekerjaannya
Pelayanan Keperawatan; Kepala Ruangan;
dengan ceroboh maka atas tindakan tersebut
Ketua Komite Keperawatan melalui Sub Komite dianggap lalai. Atas ke lalaian yang dibuat oleh
kedua perawat tersebut menimbulkan dugaan
Etik Komite Keperawatan (Prayogo, 2013). malpraktik dalam melakukan pekerjaannya.
Selain dapat dikenakan sanksi secara admin Perawat dalam menjalankan kewajibannya
istrasi maka juga dapat dikenakan sanksi secara ternyata ditemukan bahwa tidak menjalankan
hukum perdata dimana muncul gugatan secara kewajiban yang dimilikinya sama sekali.
keperdataan untuk kedua perawat tersebut. Dalam hal ini perawat dapat masuk sebagai
Menurut hukum perdata, dasar pertanggungjawa salah satu unsur wanprestasi apabila perawat tidak
ban dilakukan pembagian menjadi dua macam yaitu mengerjakan tugas dan kewenangan yang
per tanggung jawab atas dasar kesalahan (lilability dimilikinya sesuai dengan fungsi dan peran yang
without based on fault) dan atas dasar resiko atau dimilikinya.
tanpa kesalahan (lilability without fault) atau dikenal
dengan tanggung jawab mutlak (strick liability) Mengerjakan kewajiban tetapi terdapat
(Poernomo , 1994 ) . . keterlambatan
Berdasarkan Kelalaian yang dilakukan oleh Perawat termasuk melawan unsur ini apabila
seorang perawat ini merupakan perilaku yang tidak dia dalam menjalankan kewajibannya ini dilakukan
sesuai dengan standar perawatan yang telah tidak tepat waktu di atas
Halaman 33 KERTHA WICAKSANA: Sarana Komunikasi Dosen dan Mahasiswa Volume 15, Nomor 1 2021 — Lisensi CC-BY-SA 4.0
Machine Translated by Google
KERTHA WICAKSANA: Sarana Komunikasi Dosen dan Mahasiswa Volume 15, Nomor 1 2021 — Lisensi CC-BY-SA 4.0 Halaman 34
Machine Translated by Google
tiba ketika perawat berada dalam possi tidak bisa Ketentuan pasal 359 Kitab Undang-Undang Hukum
melakukan apa-apa yang diakibatkan saat itu tidak Pidana jucto pasal 84 ayat (2) UU No.
ada orang lain yang bisa menangani sehingga 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan dimana
disini perawat melakukan bantuan secara sukarela melihat ketentuan Pasal 359 Kitab Undang Undang
untuk menyelamatkan nyawa korban. Atas hal Hukum Pidana yang menyatakan bahwa
tersebut kan dari perawat tersebut mendapatkan “Barangsiapa karena kealpaannya menyebabkan
perlin dungan hukum dimana disebutkan dalam matinya orang lain, diancam dengan pidana
Pasal 10 Permenkes Nomor HK.02.02/Menkes/148/2010.penjara paling lama lima tahun atau kurungan
Disini berlaku sebaliknya ketika perawat tidak paling lama satu tahun”. Sedangkan melihat dalam
melakukan tindakan apa-apa dalam kondisi da Pasal 84 ayat (2) UU No. 36 Tahun 2014 tentang
rurat seorang pasien dan ternyata menimbulkan Tena ga Kesehatan yang intinya menyatakan
kerugian pada pasien maka perawat dapat dimin bahwa kegagalan berat yang dilakukan oleh
mengambil tanggung jawab. tenaga kesehatan ini mengakibatkan kematian
maka Tenaga Kesehatan akan dipidana dengan
Pertanggungjawaban seorang perawat ini bisa
pidana penjara paling lama lima tahun. Melihat
sampai ke ranah hukum pidana apabila memen
uhi unsur-unsur: dari kemungkinan 2 pasal tersebut maka
diputuskan bahwa atas kesalahan dua perawat
Perbuatan yang ditimbulkan ini bersifat mela tersebut dikenakan pidana penjara selama 2 tahun.
wan hukum
IV.SIMPULAN
Yang dimaksud disini adalah perawat mem Berdasarkan kasus diatas maka dapat disim
berikan pelayanan kesehatan tidak sesuai dengan pulkan dengan bahwa Perawat dalam menjalan
yang dicantumkan dalam Pasal 8 Peraturan kan pekerjaannya harus sebelumnya memiliki izin
Menteri Kesehatan yang telah ditetapkan pada terlebih dahulu sesuai dengan yang diatur didalam
Tahun 2010.
Peraturan Menteri Kesehatan. Apabila perawat
Pelaku tersebut sudah mampu untuk ber dalam melakukan pelayanan tidak memiliki izin
tanggung jawab atas tindakan yang dilakukan maka atas tindakan tersebut tidak dibenarkan oleh
peraturan dan dapat dikenakan sanksi. Selanjutnya,
Yang dimaksud disini adalah bahwa perawat perawat dalam menjalankan tugasnya harus
tersebut benar-benar memahami atas konsekuensi
sesuai dengan batasan kewenangannya, dimana
dan resiko yang timbul dari setiap tindakan yang perawat hanya dapat menjalankan tugas sesuai
dilakukan, dalam artian seorang perawat ini sadar arahan dari dokter. Dari sini bearti ketika dokter
bahwa ketika dia melakukan tindakan tersebut
memberikan arahan maka terjadi pelimpahan/
dapat merugikan diri seorang pasien pendelegasian kewenangan dari dokter kepada
Ditemukan bahwa terdapat kesalahan berupa perawat, disini perawat dianggap sebagai partner/
kesengajaan atau karena kealpaan rekan kerja dari dokter.
Tidak ditemukan alasan pembenar atau pemaaf Perawat dalam menjalankan pekerjaannya
harus secara profesional dan menerapkan kehati-
hatian agar jangan sampai terjadi lagi seperti
Pengertian sanksi dalam hukum pidana ini kasus perawat yang salah menyuntikkan obat
merupakan reaksi atas suatu pelanggaran kepada pasiennya dikarenakan perawat tidak hati-
terhadap hukum yang telah ditentukan dalam hati dan tidak mengecek ulang apakah obat yang
Undang Undang. Hal ini tersingkir, penuntutan diterimanya ini sudah diterimanya ini sudah tidak
sampai pada penjatuhan hukuman yang diputus dengan yang . Atas tindakan perawat ini
kan oleh hakim. Bagian terpenting dari setiap dang- mengakibatkan seorang anak meninggal dunia.
undang adalah menentukan sistem hukum yang Apabila ditemukan pelanggaran maka tidak hanya
dianutnya dimana ini merupakan pernyataan dari dapat dikenai sanksi administrasi melainkan sanksi
Simon. Terkait masalah kebijakan untuk hukum perdata dan hukum pidana. Terkait kasus
menetapkan sanksi mengenai apa yang dapat diatas maka dua perawat yang telah melakukan
diterapkan dalam hukum pidana mana ini juga tindakan salah menyuntikkan obat maka izin yang
tidak terlepas dari tujuan pemidanaan (ST Kansil, dimilikinya dapat dicabut. Terkait penerapan
2010). hukum perdatanya maka ini termasuk dalam
Atas tindakan dari dua perawat tersebut juga pebuatan melawan hukum sehingga berpedoman
dapat dikenakan sanksi pidana dimana terlihat dari pada ketentuan Pasal 1365 Kitab Undang
Halaman 35 KERTHA WICAKSANA: Sarana Komunikasi Dosen dan Mahasiswa Volume 15, Nomor 1 2021 — Lisensi CC-BY-SA 4.0
Machine Translated by Google
tikus.
DAFTAR PUSTAKA
KERTHA WICAKSANA: Sarana Komunikasi Dosen dan Mahasiswa Volume 15, Nomor 1 2021 — Lisensi CC-BY-SA 4.0 Halaman 36