DI RUMAH SAKIT UMUM MENTENG MITRA AFIA CIKINI JAKARTA PUSAT TAHUN 2009
LAPORAN MAGANG
OLEH :
NURDIANA HAJAR NIM : 105101003290
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/ 2009 M
2 FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT GIZI KESEHATAN MASYARAKAT Magang, Mei 2009
Nurdiana Hajar, NIM : 105101003290
Gambaran Pelayanan Gizi Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Menteng Mitra Afia Cikini Jakarta Pusat Tahun 2009
xv + 170 halaman, 9 tabel, 18 gambar, 11 lampiran.
ABSTRAK
Pelayanan gizi rumah sakit (PGRS) di RSU Menteng Mitra Afia merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan paripurna rumah sakit dengan beberapa kegiatan, antara lain asuhan gizi pasien rawat inap dan penyelenggaraan makanan. Pelayanan gizi rumah sakit berperan dalam mempercepat penyembuhan dan menjaga agar kondisi tubuh pasien tetap sehat. Dengan gizi yang baik, daya tahan tubuh akan meningkat sehingga dapat mempercepat penyembuhan penyakit dan menghindari komplikasi penyakit lainnya serta dapat membantu mencegah kambuhnya penyakit. Kegiatan magang di Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia berlangsung mulai tanggal 11 Februari sampai dengan 19 Maret 2009, dengan mengikuti kegiatan asuhan gizi pasien rawat inap dan penyelenggaraan makanan yang berlangsung di Instalasi Gizi. Asuhan Gizi pasien rawat inap di Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia meliputi pengkajian status gizi (pengukuran antropometri, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan riwayat gizi), penentuan diet, konseling gizi, dan pemantauan (meliputi pemantauan diet, konsumsi makanan, dan status gizi). Tim Asuhan Gizi di RSU Menteng Mitra Afia terdiri dari dokter, analis, ahli gizi dan perawat. Pengukuran antropometri kadang tidak dilakukan pada pasien yang masuk ruang rawat inap. Penetapan ukuran antropometri pasien, sering menggunakan data lama pasien yang tertulis pada data status pasien yang tersimpan pada rekam medik. Bukan data antropometri yang diperoleh dari pengukuran langsung pada saat pasien masuk. Selain itu, pengukuran antropometri yang dilakukan juga masih kurang tepat dalam pelaksanaannya yaitu pengukuran hanya dilakukan kepada pasien yang berkeadaan khusus saja. Sebaiknya pengukuran antropometri dilakukan secara langsung pada setiap pasien yang baru masuk dan tidak hanya pada pasien yang berkeadaan khusus untuk menunjang ketepatan terhadap penentuan status gizi pasien yang terkait dengan penentuan angka kebutuhan gizi serta penetapan jenis diet yang dijalani yang berpengaruh pada peningkatan kesembuhan pasien. Selain itu pemantauan status gizi perlu dilakukan secara baik sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien agar dapat dilakukan evaluasi terhadap status gizi untuk mengetahui perbandingan status gizi awal pasien dengan status gizi setelah dilakukan pelayanan gizi untuk mengetahui tingkat kesembuhan pasien dilihat dari status gizinya.
i
3 RSU Menteng Mitra Afia menggunakan bentuk penyelenggaraan makanan dengan sistem swakelola. Perencanaan anggaran belanja makanan dilakukan pertahun dan dibuat berdasarkan laporan penggunaan anggaran bahan makanan tahun sebelumnya dengan mempertimbangkan fluktuasi harga dan fluktuasi pasien. Sedangkan untuk perencanaan menu dibuat berdasarkan standar menu dengan siklus 10 hari plus 1. Perencanaan menu dinilai kurang sesuai dengan syarat perencanaan menu dikarenakan ketiadaan standar resep dan standar porsi secara tertulis. Sebaiknya ahli gizi membuat dan menentukan standar resep dan standar porsi dalam perencanaan menu agar dapat diciptakan mutu dan kualitas makanan yang relatif sama cita rasanya untuk setiap penghidangan serta diketahuinya kandungan zat gizi makanan. Selanjutnya, dalam penghitungan kebutuhan bahan makanan, ahli gizi melakukannya secara taksiran/perkiraan. Perkiraan tersebut berdasarkan jumlah pasien dan lama hari rawat. Untuk pembelian bahan makanan dilakukan setiap hari secara langsung ke penjualnya/pasar tanpa melalui rekanan. Kegiatan penerimaan bahan makanan dilakukan secara konvensional langsung oleh pegawai pada saat melakukan pembelian. Penyimpanan bahan makanan dilakukan dengan cara FIFO (First In First Out), bahan makanan yang diterima lebih dulu digunakan terlebih dahulu. Pada tahap persiapan bahan makanan sudah memperhatikan hygiene dan sanitasi makanan. Dalam proses pengolahan telah dibedakan cara pengolahan makanan untuk pasien biasa dengan pasien diet khusus. Distribusi dengan sistem sentralisasi membuat pengawasan dapat dilakukan dengan mudah dan teliti, lebih hemat, dan pekerjaan dapat dilakukan lebih cepat. Untuk pelaksanaan sanitasi makanan tenaga penjamah makanan yang bekerja di ruang Instalasi gizi selalu menerapkan hygiene dan sanitasi dalam penyelenggaraan makanan. Sedangkan untuk pelaksanaan keselamatan kerja di Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia sudah cukup baik, terlihat dari tersedianya fasilitas peralatan pelindung dan pertolongan pertama seperti tersedianya obat-obatan P3K dan alat pelindung diri.
Daftar Bacaan : 16 (1990-2006)
ii
4 PERNYATAAN PERSETUJUAN
Judul Magang
GAMBARAN PELAYANAN GIZI RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM MENTENG MITRA AFIA CIKINI JAKARTA PUSAT TAHUN 2009
Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Magang Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, 12 Juni 2009
Mengetahui
Catur Rosidati, SKM, MKM Pembimbing Fakultas
Rohani Dolok Saribu, AMG Pembimbing Lapangan
iii
5 PANITIA SIDANG UJIAN MAGANG PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Jakarta, 12 Juni 2009
iv Penguji I,
Penguji II,
Catur Rosidati, SKM, MKM
Febrianti, M.Si
6 CURRICULUM VITAE
PERSONAL DATA Nama : Nurdiana Hajar Jenis Kelamin : Perempuan Tempat Tanggal Lahir : Indramayu, 10 Februari 1987 Umur : 22 Tahun Status Menikah : Belum Menikah Agama : Islam Alamat : Jln. Cendrawasih 14 Blok F. no. 216 RT 004/RW 013. Kel. Pejuang Jaya, Kec. Medan Satria Kota Bekasi 17131 Nomor HP : 0813 1000 4853
PENDIDIKAN FORMAL 1991-1993 : TK Islam Gema Nurani 1993-1999 : SD Negeri Pejuang VII Bekasi 1999-2002 : SLTP Negeri 19 Bekasi 2002-2005 : SMU Negeri 2 Bekasi 2005-Sekarang : Peminatan Gizi Program Studi Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
PENDIDIKAN NON FORMAL 1993-1998 : Sekolah Madrasah Diniyah Al-Mujaddid 2002-2005 : IEC 2002-2005 : Sony Sugema College (SSC) dan Primagama
v
7 PENGALAMAN ORGANISASI Anggota Remaja Masjid Al-Mujahidin Pejuang Jaya Anggota Pramuka Regu Inti SD Negeri Pejuang VII Bekasi Anggota Paskibra Regu Inti SLTP Negeri 19 Bekasi Anggota Ikatan Remaja Masjid SMU Negeri 2 Bekasi (IKREMA)
PENGALAMAN KERJA Pengalaman Belajar Lapangan (PBL)-I, Identifikasi Masalah di Puskesmas Pakuhaji Tangerang Banten pada tanggal 27 November s.d. 7 Desember tahun 2007. Pengalaman Belajar Lapangan (PBL)-II, Program Intervensi Bersama Memberantas TBC, Bersama Menuju Desa Siaga di Desa Kiarapayung Kecamatan Pakuhaji Tangerang Banten tahun 2008. Guru Private untuk pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam anak SMP Guru ngaji Iqro Anak Sekolah Dasar (SD) Guru Private untuk pelajaran Matematika dan bahasa Inggris anak Sekolah Dasar (SD).
vi
8 Alhamdulillahirobbilalamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat yang berlimpah bagi penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan magang yang berjudul Gambaran Pelayanan Gizi Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Menteng Mitra Afia Cikini Jakarta Pusat Tahun 2009, tepat pada waktunya. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, semoga kita semua mendapatkan syafaat dan pertolongannya nanti di yaumil qiyamah. Amiin. Laporan magang ini penulis buat untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan salah satu mata kuliah di semester delapan (8) yaitu mata kuliah magang yang dilakukan untuk mengetahui Pelayanan Gizi Rawat Inap yang dilakukan di RSU Menteng Mitra Afia. Penulis harap hasil laporan magang ini dapat dijadikan masukan dalam pengelolaan pelayanan gizi rumah sakit yang lebih baik dan bermutu. Dalam menyelesaikan laporan magang ini, penulis telah banyak memperoleh pengarahan, bimbingan, dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, tidak lupa penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Prof. Dr. (Hc) dr. M. K Tadjudin, Sp. And, Dekan Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak dr.Yuli Prapanca Satar, MARS, Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, Sekretaris Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Ibu Catur Rosidati, SKM, MKM, selaku dosen pembimbing fakultas yang telah banyak membantu penulis dari awal sampai akhir penulisan laporan magang ini. 5. Direktur Utama RSU Menteng Mitra Afia, Dr. A. Hardiman, Sp KJ yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan kegiatan magang di Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia. 6. Dr. Soleh Assegaf, Sp B, selaku Wakil Direktur Medis dan Penunjang Medis RSU Menteng Mitra Afia yang telah memberikan kesempatan yang seluas- KATA PENGANTAR
vii
9 luasnya bagi penulis untuk melaksanakan kegiatan magang di RSU Menteng Mitra Afia serta tak pernah bosan memberikan pelajaran dan ilmu-ilmu yang berharga bagi penulis untuk menjadi manusia yang bermanfaat. 7. Dr. M. Henalsyah, selaku Kepala Pelayanan Medik RSU Menteng Mitra Afia yang telah memberikan dukungan, semangat, motivasi, nasihat yang begitu bijak dan hangat serta bimbingan yang sangat berarti bagi penulis untuk terus memberikan yang terbaik bagi rumah sakit. 8. Mamah dan Bapa tersayang beserta kakak dan adik-adikku tercinta yang telah memberikan dukungan moril dan materil, kasih sayang yang tak ternilai, dorongan semangat serta senantiasa memanjatkan doanya bagi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan magang ini tepat pada waktunya. 9. Ibu Rohani Dolok Saribu, AMG sebagai pembimbing lapangan di RSU Menteng Mitra Afia yang telah banyak membantu penulis dari awal sampai akhir magang. 10. Ibu Hartini, Pak Mohammad, Pak Ali, dan Ibu Hanidar yang telah banyak memberikan bantuan dan nasehat serta motivasi untuk memberikan yang terbaik bagi RSU Menteng Mitra Afia. 11. Rekan-rekan di RSU Menteng Mitra Afia: Mba Diah, Mba Ani, Mba Lastri, Mba Laras, Galih, Kak Irma, Marit, Kak Hermanto, Mas Arif, dll, yang tidak pernah lelah berbagi ilmu dan pengalaman yang berharga dengan penulis. 12. Seluruh teman-teman di Prodi Kesehatan Masyarakat 2005 dan sahabat-sahabat setiaku seperjuangan yang telah membuat hidupku lebih berwarna dan selalu berpikiran positif. Thanks for All, Semoga kita tetap menjadi sahabat yang sejati. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan, oleh karena itu dengan segenap kerendahan hati, sehingga diharapkan saran dan masukan yang membangun dari semua pihak. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Ciputat, Mei 2009
Penulis
viii
10 DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... i LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... iii CURRICULUM VITAE ................................................................................ v KATA PENGANTAR .................................................................................... vii DAFTAR ISI ................................................................................................... ix DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1 1.2 Tujuan ....................................................................................................... 6 1.2.1 Tujuan Umum ...................................................................................... 6 1.2.2 Tujuan Khusus .................................................................................... 6 1.3 Manfaat Magang ...................................................................................... 6 1.3.1 Manfaat Bagi Mahasiswa ................................................................... 6 1.3.2 Manfaat Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat ......................... 7 1.3.3 Manfaat Bagi Rumah Sakit ................................................................ 7 1.4 Ruang Lingkup .......................................................................................... 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelayanan Gizi Rumah Sakit .................................................................... 9 2.2 Mekanisme Pelayanan Gizi Rumah Sakit ................................................ 9 2.3 Prosedur Kerja Asuhan Gizi Di Ruang Rawat Inap .................................. 14 2.3.1 Pengkajian Status Gizi ........................................................................... 16 2.3.1.1 Antropometri ................................................................................. 16 2.3.1.2 Pemeriksaan Fisik ......................................................................... 16 2.3.1.3 Laboratorium ................................................................................. 16 2.3.2 Riwayat Gizi........................................................................................... 17 2.3.3 Penentuan Kebutuhan Gizi ..................................................................... 17
ix
11 2.3.4 Penentuan Macam Dan Jenis Diet.......................................................... 17 2.3.5 Konseling Dan Penyuluhan Gizi ............................................................ 18 2.3.6 Pemantauan, Evaluasi dan Tindak Lanjut .............................................. 18 2.4 Ketenagaan Instalasi Gizi .......................................................................... 19 2.4.1 Kualifikasi Tenaga Gizi Rumah Sakit ................................................. 22 2.4.1.1 Kepala Unit Pelayanan Gizi ....................................................... 22 2.4.1.2 Koordinator Unit-Unit ................................................................ 23 2.4.1.3 Supervisor .................................................................................. 24 2.4.1.4 Pelaksana .................................................................................... 25 2.4.2 Tugas Dan Tangung Jawab.................................................................. 27 2.4.2.1 Ahli Gizi ................................................................................... 27 2.4.2.2 Tenaga Menengah Gizi ............................................................. 28 2.4.2.3 Pemasak .................................................................................... 29 2.4.2.4 Pelaksana Gizi Ruangan ........................................................... 29 2.5 Sarana, Peralatan dan Perlengkapan di Unit Pelayanan Gizi .................... 30 2.5.1 Ruang Penyelenggaraan Makanan ..................................................... 30 2.5.1.1 Perencanaan Bangunan, Peralatan Dan Perlengkapan ............. 30 2.5.1.2 Fasilitas Ruang yang Dibutuhkan............................................. 31 2.5.1.3 Sarana Fisik .............................................................................. 33 2.5.1.4 Arus Kerja ................................................................................ 35 2.5.1.5 Peralatan dan Perlengkapan di Ruang Penyelenggaraan Makanan ................................................................................... 36 2.5.2 Ruang Perkantoran.............................................................................. 36 2.6 Penyelenggaraan Makanan......................................................................... 37 2.6.1 Perencanaan Anggaran Belanja Makanan .......................................... 39 2.6.2 Perencanaan Menu ............................................................................. 40 2.6.3 Perhitungan Kebutuhan Bahan Makanan ........................................... 44 2.6.4 Pemesanan Dan Pembelian Bahan Makanan ..................................... 45 2.6.5 Penerimaan, Penyimpanan Dan Penyaluran Bahan Makanan ............ 47 2.6.6 Pengolahan Bahan Makanan .............................................................. 52
x
12 2.6.7 Pendistribusian Makanan ................................................................... 54 2.6.8 Pelaporan dan Evaluasi ...................................................................... 56 2.7 Sanitasi Makanan Dan Keselamatan Kerja ............................................... 56 2.7.1 Sanitasi Makanan ................................................................................ 56 2.7.2 Keselamatan Kerja .............................................................................. 59 BAB III ALUR DAN JADWAL KEGIATAN 3.1 Alur Kegiatan ............................................................................................ 61 3.2 Jadwal Kegiatan Magang .......................................................................... 63 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Umum (RSU) Menteng Mitra Afia ....... 71 4.1.1 Struktur Organisasi RSU Menteng Mitra Afia.................................. 74 4.1.2 Sarana dan Prasarana RSU Menteng Mitra Afia .............................. 76 4.1.3 Ketenagaan RSU Menteng Mitra Afia .............................................. 80 4.1.4 Kinerja Kegiatan RSU Menteng Mitra Afia ..................................... 83 4.2 Gambaran Umum Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia ...................... 85 4.2.1 Struktur Organisasi Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia ............ 86 4.2.2 Ketenagaan Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia ......................... 87 4.2.2.1 Jenis dan Jumlah Tenaga .......................................................... 87 4.2.2.2 Kualifikasi Tenaga Gizi Rumah Sakit ...................................... 89 4.2.2.3 Tugas dan Tanggung Jawab Tenaga Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia .................................................................. 94 4.2.3 Sarana, Peralatan dan Perlengkapan Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia .......................................................................................... 96 4.2.3.1 Ruang Instalasi Gizi ................................................................ 96 4.2.3.2 Ruang Perkantoran .................................................................. 111 4.2.4 Denah Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia ............................... 111 4.3 Pelayanan Gizi Rawat Inap RSU Menteng Mitra Afia ............................. 117 4.3.1 Asuhan Gizi Pasien Rawat Inap ......................................................... 117 4.3.1.1 Tim Asuhan Gizi RSU Menteng Mitra Afia ............................ 117 4.3.1.2 Alur Pelayanan Gizi Rawat Inap RSU Menteng Mitra Afia .... 118
xi
13 4.3.1.3 Pengkajian Status Gizi Pada Pelayanan Gizi Rawat Inap ........ 122 4.3.1.4 Penentuan Diet ......................................................................... 126 4.3.1.5 Konseling Gizi .......................................................................... 127 4.3.1.6 Pemantauan ............................................................................. 129 4.3.2 Penyelenggaraan Makanan ................................................................ 131 4.3.2.1 Perencanaan Anggaran Belanja Makanan ................................ 132 4.3.2.2 Perencanaan Menu ................................................................... 134 4.3.2.3 Perhitungan Kebutuhan Bahan Makanan ................................. 137 4.3.2.4 Pemesanan dan Pembelian Bahan Makanan ............................ 138 4.3.2.5 Penerimaan, Penyimpanan dan Penyaluran Bahan Makanan .. 141 4.3.2.6 Persiapan Bahan Makanan ....................................................... 145 4.3.2.7 Pengolahan Bahan Makanan .................................................... 147 4.3.2.8 Pendistribusian Makanan ......................................................... 150 4.3.2.9 Pelaporan Dan Evaluasi Penyelenggaraan Makanan .............. 154 4.3.2.10 Arus Kerja Penyelenggaraan Makanan ................................... 155 4.4 Sanitasi Makanan dan Keselamatan Kerja .............................................. 159 4.4.1 Sanitasi Makanan ................................................................................ 159 4.4.2 Keselamatan Kerja .............................................................................. 160 BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan ................................................................................................. 162 5.2 Saran ........................................................................................................ 166 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 169
xii
14 DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Halaman Tabel 2.1 Prosedur Kerja Asuhan Gizi Ruang Rawat Inap ............................ 15 Tabel 2.2 Kebutuhan Tenaga Menurut Kelas Rumah Sakit ........................... 20 Tabel 2.3 Kebutuhan Tenaga Untuk Penyelenggaraan Makanan .................. 21 Tabel 2.4 Kebutuhan Tenaga Untuk Asuhan Gizi Rawat Inap ...................... 22 Tabel 2.5 Suhu Dan Lama Penyimpanan Bahan Makanan Mentah/Segar .... 51 Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Magang ............................................................... 64 Tabel 4.1 Ketenagaan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum (RSU) Menteng Mitra Afia Tahun 2009................................................................... 87 Tabel 4.2 Peralatan Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia......................... 109 Tabel 4.3 Menu Pasien Sehari RSU Menteng Mitra Afia Cikini Jakarta Pusat Tahun 2009 .......................................................................... 135
xiii
15 DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar Halaman Gambar 2.1 Mekanisme Pelayanan Gizi Rumah Sakit .................................. 11 Gambar 2.2 Arus Kerja Penyelenggaran Makanan ........................................ 35 Gambar 3.1 Alur Kegiatan Magang ............................................................... 61 Gambar 4.1 Struktur Organisasi RSU Menteng Mitra Afia Tahun 2008 ...... 74 Gambar 4.2 Struktur Organisasi Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia Tahun 2009 ................................................................................ 86 Gambar 4.3 Refrigerator Besar ...................................................................... 101 Gambar 4.4 Refrigerator Kecil ...................................................................... 101 Gambar 4.5 Tempat Penyimpanan Bahan Makanan Kering .......................... 101 Gambar 4.6 Lynen .......................................................................................... 102 Gambar 4.7 Blower yang Berada Diatas Kompor/Tungku Masak ............... 103 Gambar 4.8 Tempat Pencucian Bahan Makanan, Peralatan Makan, dan Tempat Perendaman Air Panas yang Terpisah ......................... 104 Gambar 4.9 Tempat Penyimpanan Peralatan Makan ..................................... 105 Gambar 4.10 Tempat Penyimpanan Peralatan Memasak ............................... 105 Gambar 4.11 Ventilasi dilengkapi dengan Exhaust Fan ................................. 108 Gambar 4.12 Penerangan Lampu di Ruang Instalasi Gizi .............................. 108 Gambar 4.13 Denah Ruang Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia ............. 112 Gambar 4.14 Alur Pelayanan Gizi Pasien Rawat Inap RSU Menteng Mitra Afia .................................................................................. 119 Gambar 4.15 Arus Kerja Penyelenggaraan Makanan Di RSU Menteng Mitra Afia .................................................................................. 158
xiv
16 DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Permohonan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Lampiran 2 Surat Pemberitahuan Magang dari RSU Menteng Mitra Afia Lampiran 3 Surat Izin Penyelenggaraan RSU Menteng Mitra Afia Lampiran 4 Daftar Nama Karyawan dan Karyawati RSU Menteng Mitra Afia Lampiran 5 Tabel Rekapitulasi Pasien Rawat Jalan Dan Rawat Inap Tahun 2007 & 2008 Lampiran 6 Standar Menu Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia Tahun 2009 Lampiran 7 Form Standar Resep Makanan Lampiran 8 Form Kandungan Zat Gizi Masakan Lampiran 9 Daftar Rekapitulasi Menu Diet Pasien Rawat Inap RSU Menteng Mitra Afia Lampiran 10 Angket Pasien RSU Menteng Mitra Afia Lampiran 11 Formulir Riwayat Gizi Antropometri
17 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia No. 23 tahun 1992 menyatakan bahwa sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Terwujudnya keadaan sehat adalah kehendak semua pihak. Tidak hanya orang per orang tetapi juga oleh keluarga, kelompok dan bahkan masyarakat. Untuk mewujudkan keadaan sehat tersebut banyak hal yang perlu dilakukan. Salah satu diantaranya yang di nilai mempunyai peranan yang cukup penting adalah menyelenggarakan pelayanan kesehatan (Blum, 1974). Adapun yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat (Levey and Loomba, 1973). Rumah Sakit sebagai salah satu institusi kesehatan mempunyai peran penting dalam melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna, dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan. (Departemen Kesehatan RI, 2007).
1
18 Pelayanan rumah sakit yang baik dan bermutu pada hakekatnya adalah untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan para pemakai jasa pelayanan kesehatan (health needs and demands), yang apabila berhasil dipenuhi akan dapat menimbulkan rasa puas (client satisfaction) terhadap pelayanan kesehatan yang diselenggarakan. Dengan demikian mutu pelayanan kesehatan adalah yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan dalam menimbulkan rasa puas pada diri setiap pasien. Makin sernpurna kepuasan tersebut, makin baik pula mutu pelayanan kesehatan (Azwar, 1996). Salah satu pelayanan kesehatan di rumah sakit adalah Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS). Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 134/Menkes/SK/IV/1978, pelayanan gizi ditetapkan sebagai pelayanan penunjang medis didalam struktur organisasi rumah sakit dan dikelola oleh instalasi gizi yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada direktur rumah sakit. Dalam melaksanakan kegiatannya, PGRS harus diintegrasikan dengan pelayanan kesehatan lainnya yang berada di rumah sakit. Pelayanan gizi rumah sakit (PGRS) merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan paripurna rumah sakit dengan beberapa kegiatan, antara lain asuhan gizi pasien rawat jalan, asuhan gizi pasien rawat inap, penyelenggaraan makanan, serta penelitian dan pengembangan gizi (Departemen Kesehatan RI, 2006). Pelayanan gizi rumah sakit berperan dalam mempercepat penyembuhan pasien dan menjaga agar kondisi tubuh tetap sehat. Dengan gizi yang baik, daya tahan tubuh akan meningkat sehingga dapat mempercepat penyembuhan penyakit dan menghindari komplikasi penyakit lainnya serta dapat membantu mencegah kambuhnya penyakit.
19 Dalam penyelenggaraan pelayanan gizi, biaya untuk makanan mengambil bagian terbesar dari biaya pengelolaan rumah sakit. Dari data yang dikumpulkan 20-40% dari belanja barang di rumah sakit adalah untuk bahan makanan (Departemen Kesehatan RI, 1991). Biaya tersebut tidak sedikit jumlahnya sehingga diharapkan dapat digunakan semaksimal mungkin untuk kepentingan pelayanan gizi demi tercapainya kepuasan pasien. Masalah gizi klinis adalah masalah gizi yang ditinjau secara individual mengenai apa yang terjadi dalam tubuh seseorang, yang seharusnya ditanggulangi secara individu. Demikian pula masalah gizi pada berbagai keadaan sakit yang secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi proses penyembuhan, harus diperhatikan secara individual. Adanya kecenderungan peningkatan kasus penyakit yang terkait dengan gizi, nutrition related disease pada semua kelompok rentan dari ibu hamil, bayi, anak, remaja, dewasa dan usia lanjut, semakin dirasakan perlunya penanganan khusus. Semua ini memerlukan pelayanan gizi yang bermutu untuk mempertahankan status gizi yang optimal, sehingga tidak terjadi kurang gizi dan untuk mempercepat penyembuhan (Departemen Kesehatan RI, 2006). Terapi gizi yang menjadi salah satu faktor penunjang utama penyembuhan tentunya harus diperhatikan agar pemberian tidak melebihi kemampuan organ tubuh untuk melaksanakan fungsi metabolisme. Terapi gizi harus selalu disesuaikan seiring dengan perubahan fungsi organ selama proses penyembuhan. Dengan kata lain pemberian diet pasien harus dievaluasi dan diperbaiki sesuai dengan perubahan keadaan klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium, baik pasien rawat inap maupun rawat jalan. Upaya peningkatan status gizi dan kesehatan masyarakat baik di dalam maupun di luar
20 rumah sakit, merupakan tugas dan tanggung jawab tenaga kesehatan, terutama tenaga yang bergerak di bidang gizi. Jadi peran tim pelayanan gizi rumah sakit dibutuhkan untuk menentukan alternatif pemecahan masalah, karena mereka memegang peranan penting dalam kesembuhan pasien yang berkaitan dengan asuhan medik, keperawatan dan asuhan gizi yang diberikan oleh rumah sakit. (Departemen Kesehatan RI, 2006). Berdasarkan data yang diolah Dit. Bina Gizi Masyarakat dari questioner yang diberikan pada 171 rumah sakit pemerintah dalam berbagai kelas rumah sakit, empat puluh persen (40%) menyatakan bahwa makanan yang disediakan tidak memenuhi kecukupan gizi pasien. Dari jumlah tersebut, 30-35% berasal dari pasien yang menjalani diet khusus (Depatemen Kesehatan RI, 1990). Rumah Sakit Umum Menteng Mitra Afia (MMA) merupakan rumah sakit yang bergerak dalam bidang jasa pelayanan kesehatan. Awalnya rumah sakit ini concern pada penanganan penyakit khusus neurologi dan psikiatri sejak tahun 1997. Seiring dengan perkembangan dan kemajuan pelayanan kesehatan yang tersedia serta respon positif dari masyarakat yang dicapai rumah sakit ini, akhirnya pada tahun 1999 rumah sakit ini berubah status menjadi Rumah Sakit Umum. RSU Menteng Mitra Afia menyediakan pelayanan rawat jalan diantaranya UGD 24 jam, spesialisasi penyakit dalam, spesialisasi kebidanan, spesialisasi psikiatri, spesialisasi THT, spesialisasi neurologi, dan lain-lain. Sedangkan untuk pelayanan rawat inap, RSU Menteng Mitra Afia menyediakan kapasitas 59 tempat tidur dengan fasilitas pelayanan penunjang medis yang cukup lengkap seperti pelayanan laboratorium, Radiologi, Farmasi, Akupuntur, Fisiotherapy, dan lain-lain (Profile RSU Menteng Mitra Afia Tahun 2008). Pasien rawat inap terbanyak pada RSU Menteng Mitra Afia adalah penduduk sekitar Cikini. RSU Menteng
21 Mitra Afia yang telah beroperasi selama 12 tahun terus berusahan meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit. Saat ini konsumen RSU Menteng Mitra Afia terus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari jumlah kunjungan rawat inap dan rawat jalan tahun 2007 sebesar 10949 pasien dan meningkat 29% menjadi 14121 pasien pada tahun 2008 (Laporan Tahunan RSU Menteng Mitra Afia Tahun 2008). Untuk pelayanan gizi, RSU Menteng Mitra Afia memiliki pelayanan penunjang medis didalam struktur organisasi rumah sakit yang dikelola oleh instalasi gizi dan dikepalai oleh seorang kepala gizi medis yang bertanggung jawab langsung kepada wakil direktur medis dan penunjang medis. Pelayanan gizi rumah sakit (PGRS) merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan paripurna RSU Menteng Mitra Afia yang terfokus pada asuhan gizi pasien rawat inap dan penyelenggaraan makanan. Pelayanan gizi yang baik dan bermutu di rumah sakit merupakan hak setiap orang. Pelayanan gizi yang bermutu di rumah sakit akan membantu mempercepat proses penyembuhan pasien, menghindari komplikasi penyakit, dan membantu mencegah kambuhnya penyakit, yang berarti pula memperpendek lama hari rawat sehingga dapat menghemat biaya pengobatan. Keuntungan lain jika pasien cepat sembuh adalah mereka dapat segera kembali mencari nafkah untuk diri dan keluarganya. Melalui proses magang ini penulis tertarik untuk melihat dan mengetahui sejauh mana kegiatan pelayanan gizi rumah sakit di RSU Menteng Mitra Afia. Selain itu, penulis mengharapkan dengan adanya kegiatan magang ini dapat memberikan pengalaman praktis dan mendapatkan gambaran tentang kenyataan yang terjadi di dunia kerja.
22 1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum Mengetahui Gambaran Pelayanan Gizi Rawat Inap di RSU Menteng Mitra Afia Cikini Jakarta Pusat Tahun 2009. 1.2.2 Tujuan Khusus 1. Diketahuinya gambaran umum RSU Menteng Mitra Afia Cikini Jakarta Pusat tahun 2009. 2. Diketahuinya gambaran umum Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia Cikini Jakarta Pusat tahun 2009. 3. Diketahuinya asuhan gizi pasien rawat inap di Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia Cikini Jakarta Pusat tahun 2009. 4. Diketahuinya penyelenggaraan makanan di Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia Cikini Jakarta Pusat tahun 2009. 5. Diketahuinya sanitasi makanan dan keselamatan kerja di Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia Cikini Jakarta Pusat tahun 2009.
1.3 Manfaat Magang 1.3.1 Manfaat Bagi Mahasiswa 1. Mengerti dan memahami masalah kesehatan secara nyata di RSU Menteng Mitra Afia sebagai bagian dari kesiapan mahasiswa dalam memasuki dunia kerja. 2. Mampu mengaplikasikan teori yang didapatkan selama kuliah. 3. Mampu mengembangkan kompetensi diri serta adaptasi di dunia kerja.
23 4. Mendapatkan pengalaman kerja dalam tim (team work) untuk memecahkan masalah kesehatan sesuai bidang. 1.3.2 Manfaat Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat 1. Terlaksananya salah satu dari upaya untuk mengimplementasikan Tri Dharma, yaitu akademik, penelitian, pengabdian masyarakat dengan mengaplikasi nilai- nilai Islam. 2. Terbinanya suatu jaringan kerja sama yang berkelanjutan dengan institusi magang dalam upaya meningkatkan keterkaitan dan kesepadanan antara substansi akademik dengan kompetensi sumber daya manusia yang kompetitif dan dibutuhkan dalam pembangunan kesehatan masyarakat. 3. Meningkatkan kapasitas dan kualitas pendidikan dengan melibatkan tenaga terampil dari lapangan dalam kegiatan magang. 1.3.3 Manfaat Bagi Rumah Sakit 1. Membantu kegiatan di rumah sakit, khususnya dalam mencari solusi masalah kesehatan masyarakat yang ada di rumah sakit. 2. Hasil laporan ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk meningkatkan pelayanan gizi rumah sakit berupa peningkatan kualitas baik asuhan gizi maupun dalam praktik penyelenggaraan makanan di rumah sakit.
1.4 Ruang Lingkup Kegiatan magang ini dilaksanakan oleh mahasiswa Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang berlokasi di RSU Menteng Mitra Afia Cikini Jakarta Pusat. Tujuan dilakukan magang adalah untuk mengetahui
24 penerapan Pelayanan Gizi Rawat Inap di RSU Menteng Mitra Afia Cikini Jakarta Pusat Tahun 2009. Waktu magang dilakukan selama 1 bulan, pada tanggal 11 Februari sampai 19 Maret 2009. Kegiatan magang dilaksanakan mulai hari senin hingga hari sabtu dengan kegiatan pengamatan, pembacaan data dokumen, wawancara, dan ikut serta pada kegiatan asuhan gizi rawat inap dan penyelenggaraan makanan pasien.
25 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pelayanan Gizi Rumah Sakit Menurut Buku Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit (Departemen Kesehatan RI, 2006), Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS) adalah kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat rumah sakit baik rawat inap maupun rawat jalan, untuk keperluan metabolisme tubuh, peningkatan kesehatan, maupun mengoreksi kelainan metabolisme, dalam rangka upaya preventif, kuratif, rehabilitatif, dan promotif. 2.2 Mekanisme Pelayanan Gizi Rumah Sakit PGRS merupakan pelayanan penunjang medis yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas kesehatan melalui upaya yang berdaya guna dan berhasil guna serta terintegrasi dengan pelayanan kesehatan lainnya yang ada di rumah sakit. Dalam pelaksanaannya, PGRS mempunyai empat kegiatan pokok yang saling menunjang dan terkait satu dengan lainnya, yaitu asuhan gizi pasien rawat jalan, asuhan gizi pasien rawat inap, penyelenggaraan makanan, dan penelitian dan pengembangan gizi. Asuhan gizi rawat inap adalah serangkaian proses kegiatan pelayanan gizi yang berkesinambungan dimulai dari perencanaan diet hingga evaluasi rencana diet pasien di ruang rawat inap. Sedangkan asuhan gizi rawat jalan adalah serangkaian proses kegiatan pelayanan gizi yang berkesinambungan dimulai dari perencanaan diet, pelaksanaan konseling diet hingga evaluasi rencana diet kepada klien/pasien rawat jalan. Penyelenggaraan makanan rumah sakit adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari
9
26 perencanaan menu sampai dengan pendistribusian makanan kepada konsumen, dalam rangka pencapaian status kesehatan yang optimal melalui pemberian diet yang tepat. Dalam hal ini termasuk kegiatan pencatatan, pelaporan dan evaluasi. Penelitian dan pengembangan gizi merupakan pendukung kegiatan PGRS, yang dilaksanakan secara terencana dan terus-menerus dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan gizi rumah sakit. Kegiatan PGRS dapat dilaksanakan berdasarkan mekanisme berikut ini :
27
Sumber : Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit Departemen Kesehatan RI, Tahun 2006 Pasien Masuk RS Rawat Jalan Ruang Rawat Inap Pasien Beresiko Masalah Gizi Dirawat ? Terapi Diet Pengkajian Diet Perencanaan Makanan Khusus Perencanaan Makanan Biasa Pengolahan Makanan Biasa dan Makanan Khusus Penyajian Makanan Biasa dan Makanan Khusus Pemantauan Asupan Makanan Pemantauan Asupan Makanan Masalah Gizi ? Penyesuaian diet ? Penyuluhan Gizi Umum Konseling Gizi ( Klinik Gizi ) Kunjungan Rumah Tindak Lanjut STOP Ya Ya Tidak Tahap Pengkajian Dukungan Gizi Ya Ya Tahap Money Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya Tahap Intervensi/ Implementasi Tidak Tahap Penapisan
Gambar 2.1 Mekanisme Pelayanan Gizi Rumah Sakit
Konseling Gizi bagi Pasien Pulang
Ya
28 Penjelasan gambar 2.1 tentang mekanisme pelayanan gizi rumah sakit, sebagai berikut: Klien/pasien rumah sakit dibedakan dalam 2 (dua) kategori yaitu: 1. Pasien Rawat Inap Pada tahap penapisan dan pengkajian berdasarkan hasil pemeriksaaan fisik, antropometri, laboratorium dan pemeriksaan lainnya, dokter akan menetapkan apakah pasien memerlukan terapi, diet atau tidak. Pada tahap intervensi/implementasi : a. Bila tidak memerlukan terapi diet : 1) Pasien dipesankan makanan biasa ke tempat pengolahan makanan. 2) Dari tempat pengolahan makanan didistribusikan ke ruang perawatan. Di ruang perawatan makanan disajikan ke pasien. 3) Selama dirawat, pasien yang berminat, mendapatkan penyuluhan mengenai gizi umum tentang makanan seimbang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan dan lingkungannya. 4) Pasien diamati dan dievaluasi secara fisik, antropometri, laboratorium, dan lain- lain. Pengamatan juga dilakukan untuk menilai nafsu makan dan asupan makanannya. Hasil penilaian tersebut membuka kemungkinan bahwa ia memerlukan penyesuaian diet atau tidak. 5) Bila tidak, tetap memperoleh makanan biasa sampai diperbolehkan pulang. 6) Bila memerlukan terapi diit, prosesnya sama dengan bila ia dari semula memerlukan terapi diet.
29 b. Bila memerlukan terapi diet : 1) Bagi pasien yang direncanakan dengan makanan khusus/diet, yang sesuai dengan keadaan fisik, psikis, penyakit, kebiasaan makan dan nafsu makan. 2) Selama dirawat pasien memperoleh penyuluhan atau konseling gizi agar diperoleh persesuaian paham tentang dietnya, dan pasien dapat menerima serta menjalankan diet. 3) Makanan khusus dipesan ke tempat pengolahan makanan (dapur). Dari tempat pengolahan makanan diet didistribusikan ke ruang perawatan. Di ruang perawatan makanan khusus disajikan ke pasien. 4) Pasien diamati dan dievaluasi secara fisik, antropometri, laboratorium, dan lain- lain. Pengamatan juga dilakukan untuk menilai nafsu makan dan asupan makanannya. Hasil penilaian tersebut membuka kemungkinan apakah ia memerlukan penyesuaian diet atau tidak. 5) Bila penyesuaian diet ini berupa perubahan makanan biasa, proses selanjutnya sama dengan butir a. 6) Bila penyesuaian diet ini berupa perubahan diet khusus, proses selanjutnya lihat pada butir b. 7) Bila pasien ternyata tidak memerlukan penyesuaian diet, maka saat akan pulang pasien memperoleh penyuluhan/ konseling gizi tentang penerapan diet di rumah. 8) Bila memerlukan tindak lanjut, pasien diminta mengikuti proses pelayanan gizi rawat jalan. 9) Bila tidak, kegiatan pelayanan gizi berakhir, dan pasien dapat dirujuk ke Puskesmas atau institusi kesehatan lain untuk pembinaan selanjutnya.
30
2. Pasien Rawat Jalan Dari hasil pemeriksaan fisik, antropometri, laboratorium dan pemeriksaan dokter lainnya, kemudian dokter menentukan apakah pasien perlu terapi diet. a. Bila tidak memerlukan terapi diet, pasien hanya akan mendapat penyuluhan gizi umum dan makanan sehat untuk diri dan keluarganya, dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan keadaan kesehatan dirinya dan lingkungannya. b. Bila memerlukan terapi diet, pasien akan dikirim ke klinik gizi untuk memperoleh penyuluhan/konseling tentang diet/terapi yang ditetapkan dokter. Proses selanjutnya mengikuti prosedur dari klinik tersebut. 2.3 Prosedur Kerja Asuhan Gizi Di Ruang Rawat Inap Berikut ini tabel tentang prosedur kerja asuhan gizi di ruang rawat inap:
No. Kegiatan Mekanisme Unsur Terkait Pen. Jawab Tabel 2.1 Prosedur Kerja Asuhan Gizi Ruang Rawat Inap Sumber: Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit Departemen Kesehatan RI, Tahun 2006
31 1. Penentuan Status Gizi a. Klinis
b. Deteksi
c. Antropometri di ukur BB dan TB/PB
d. Laboratorium
e. Anamnesis Riwayat Gizi
Dilakukan untuk setiap pasien baru dan dimonitor setiap hari.
Dilakukan pada saat pasien baru masuk
Penimbangan dilakukan seminggu sekali.
Glukosa darah, Hb, urine lengkap, feces.
Wawancara
Dokter
Dokter
Perawat/ Ahli Gizi
Dokter/ Analis
Ahli Gizi
Dokter
Dokter & Kepala Ruangan
Kepala Ruangan
Dokter/Analis
Ahli Gizi 2. Intervensi a. Klinis
b. Diet
Mengatasi Semua Gejala Penyakit (Hipoglikemia, Hipotermia, Dehidrasi, Infeksi, Dll)
Menentukan Diet Pemantauan Konsumsi Makanan Status Gizi Penyuluhan Gizi Pemberian Diet Persiapan Pulang Pencatatan Gizi
Dokter/Perawat
Dokter/ Ahli Gizi/ Perawat
Dokter
Ahli Gizi/ Perawat
3. Pelaporan
Berdasarkan rekam medik Ruang rawat jalan Ruang rawat inap
Dokter/ Ahli Gizi/ Perawat Dokter/Ahli Gizi/ Kepala ruangan
32 Pelayanan Gizi pasien rawat inap merupakan serangkaian kegiatan selama perawatan yang meliputi (Departemen Kesehatan RI, 2006): 2.3.1 Pengkajian Status Gizi 2.3.1.1 Antropometri : Setiap pasien akan diukur data antropometri, berupa Tinggi Badan (TB), Panjang Badan (PB), Berat Badan (BB), Tinggi lutut, tebal lemak bawah kulit (skin fold technic), Lingkar Lengan Atas (LiLA), dan lain lain sesuai dengan kebutuhan. 2.3.1.2 Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan fisik meliputi kesan klinis keadaan gizi, jaringan lemak subkutan, trofi otot dan defisiensi zat gizi lainnya. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan klinis yang berhubungan dengan gangguan gizi atau untuk menentukan hubungan sebab akibat antara status gizi dengan kesehatan, serta menentukan terapi obat dan diet. Pemeriksaan fisik meliputi : tanda-tanda klinis kurang gizi (sangat kurus, pucat atau bengkak) atau gizi lebih (gemuk atau sangat gemuk/ obesitas); system kardiovaskuler; system pernafasan, system gastrointestinal; system metabolik/ endokrin dan system neurologik/ psikiatrik. 2.3.1.3 Laboratorium : Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan biokimia dalam rangka mendukung diagnosa penyakit serta menegakkan masalah gizi pasien. Pemeriksaan ini dilakukan juga untuk menentukan intervensi gizi dan memonitor/mengevaluasi terapi gizi. Data pemeriksaan laboratorium yang berhubungan dengan status gizi dan penyakit misalnya kadar Hb, albumin darah, glukosa, profil lipid, creatinin, kolesterol total, HDL, LDL, gula darah, ureum, creatine, asam urat, trigliserida, dan Feces.
33 2.3.2 Riwayat Gizi : Setiap pasien rawat inap akan dianalisis mengenai kebiasaan makan sebelum dirawat yang meliputi asupan zat gizi, pola makan, bentuk dan frekuensi makan, serta pantangan makan. Asupan zat gizi diukur dengan menggunakan model makanan (food model) dan selanjutnya dianalisis zat gizinya dengan menggunakan daftar analisa bahan makanan atau daftar bahan makanan penukar. Kajian data gizi dapat juga dilakukan melalui penggunaan perangkat lunak (software), contohnya "NutriClin" yang dapat memberi informasi tentang status gizi, hasil anamnesis dibandingkan dengan angka kecukupan gizi (AKG), dan saran diet sesuai dengan kondisi pada saat melakukan konseling. NutriClin dirancang dan dikembangkan oleh Direktorat Gizi Masyarakat Depkes dalam rangka meningkatkan kinerja konseling gizi di Unit Pelayanan Gizi Rumah Sakit atau di Poliklinik Gizi, sehingga diharapkan proses lebih cepat dengan hasil kajian yang lebih akurat. 2.3.3 Penentuan Kebutuhan Gizi : Penentuan kebutuhan gizi diberikan kepada pasien atas dasar status gizi, pemeriksaan klinis, dan data laboratorium. Selain itu perlu juga memperhatikan kebutuhan untuk penggantian zat gizi (replacement), kebutuhan harian, kebutuhan tambahan karena kehilangan (loss) serta tambahan untuk pemulihan jaringan atau organ yang sedang sakit. Penghitungan ini dapat menggunakan software seperti NutriClin. 2.3.4 Penentuan Macam Dan Jenis Diet : Setelah dokter menentukan diet pasien tersebut, dietesien akan mempelajari, menyusun rencana diet dan bila sudah sesuai selanjutnya akan menterjemahkan ke dalam menu dan porsi makanan serta frekuensi makan yang akan diberikan. Makanan diberikan dalam berbagai
34 bentuk/konsistensi, (biasa, lunak, cair dsb) sesuai dengan kebutuhan dengan memperhatikan zat gizi yang dibutuhkan serta macam dan jumlah bahan makanan yang digunakan. Apabila dari rencana diet tersebut diperlukan penyesuaian, maka dietesien akan mengkonsultasikannya kepada dokter. 2.3.5 Konseling dan Penyuluhan Gizi : Sebelum melaksanakan kegiatan konseling gizi, terlebih dahulu dibuat rencana konseling yang mencakup penetapan tujuan, sasaran, strategi, materi, metode, penilaian, dan tindak lanjut. Tujuan dari konseling gizi adalah membuat perubahan perilaku makan pada pasien. Hal ini akan terwujud melalui penjelasan diet yang perlu dijalankan oleh pasien, yang diperlukan untuk proses penyembuhan; kepatuhan pasien untuk melaksanakan diet yang telah ditentukan; pemecahan masalah yang timbul dalam melaksanakan diet tersebut. Untuk meningkatkan efisiensi, pelaksanaan konseling terutama pada saat anamnesis dan penentuan diet, dapat dilakukan dengan memanfaatkan software tertentu seperti Food Processor (FP2), WorldFood, EbisPro, atau NutriClin. Penyuluhan dan konsultasi gizi dapat diberikan secara perorangan maupun secara kelompok, berdasarkan kesamaan terapi diet pasien. 2.3.6 Pemantauan, Evaluasi dan Tindak Lanjut : Aktivitas utama dari proses evaluasi pelayanan gizi pasien adalah memantau pemberian makanan secara berkesinambungan untuk menilai proses penyembuhan dan status gizi pasien. Pemantauan tersebut mencakup antara lain perubahan diet, bentuk makanan, asupan makanan, toleransi terhadap makanan yang diberikan, mual, muntah, keadaan klinis difekasi, hasil laboratorium dan lain-lain. Tindak lanjut yang dilaksanakan berdasarkan kebutuhan sesuai dengan hasil evaluasi pelayanan gizi
35 antara lain perubahan diet, yang dilakukan dengan mengubah preskripsi diet sesuai kondisi pasien. Pemantauan berat badan dan status gizi perlu dilakukan secara rutin, sesuai dengan kebutuhan dan kondisinya. Pada pasien anak pemantauan berat badan sebaiknya dilakukan setiap hari.
2.4 Ketenagaan Instalasi Gizi Menurut Buku Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit (Departemen Kesehatan RI, 2006) untuk kebutuhan tenaga sampai saat ini formulasi untuk menghitung kebutuhan tenaga gizi di rumah sakit masih dalam proses penyusunan. Kebutuhan tenaga gizi dapat dihitung dengan menggunakan formulasi beban kerja. Angka kebutuhan tenaga gizi ini dapat dihitung oleh masing-masing unit pelayanan gizi rumah sakit. Namun demikian, berdasarkan pengalaman para ahli gizi rumah sakit, terdapat beberapa kategori tenaga untuk tiap kelas rumah sakit kelas C seperti terlihat pada tabel dibawah ini.
36 Tabel 2.2 Kebutuhan Tenaga Menurut Kelas Rumah Sakit *) Dengan memperhatikan/ mempertimbangkan sistem shift pegawai Sumber : Buku Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit, Departemen Kesehatan RI Tahun 2006
Kategori Tenaga*) Kelas Rumah Sakit C/Pratama S2-Gizi/kesehatan dengan pendidikan dasar D3-Gizi - SKM dengan pendidikan dasar D3-Gizi D4-Gizi klinik D3-Gizi D3-Perhotelan D1-Gizi Pranata Komputer SMK-administrasi SMU + Kursus Administrasi SMK-Tata Boga SMU/SLTP + Kursus Tataboga
37 Tabel 2.3 Kebutuhan Tenaga Untuk Penyelenggaraan Makanan Kategori Tenaga
Tugas Pokok
Rumah Sakit Kelas C
Magister bidang Gizi/kesehatan - Perencanaan menu - Perencanaan anggaran, SDM, Pelatihan - Perhitungan kebutuhan bahan makanan _ Sarjana, Bidang gizi/Kesehatan - Pemilihan dan Pembelian bahan makanan - Penerimaan, penyimpanan dan penyaluran bahan makanan
_ D3-Gizi/D3-TataBoga/ D3-Perhotelan Persiapan, pengolahan dan pendistribusian makanan
SMK-Tata Boga Pemasak
SMU + kursus Tata Boga Asisten Pemasak
Pranata Komputer Administrasi
SLTP-Sederajat Penyelenggara makanan
Sumber : Buku Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit, Departemen Kesehatan RI Tahun 2006.
38 Tabel 2.4 Kebutuhan Tenaga Untuk Asuhan Gizi Rawat Inap Kategori Tenaga Tugas Pokok Rumah Sakit Kelas C Dokter Spesialis Menegakkan diagnosa/ Preskripsi Diet - S2 Gizi/Kesehatan dengan pendidikan dasar D3-Gizi - Rencana diet - Anamnesa - Pengkajian status gizi - Pemantau dan Evaluasi - S 1-Gizi/Kesehatan dengan pendidikan dasar D3-Gizi - Perencanaan kebutuhan gizi dan jenis diet
D4-Gizi - Konseling Gizi
SMK-Tata Boga Penyaji Masak
SLTP-sederajat Pekarya
2.4.1 Kualifikasi Tenaga Gizi Rumah Sakit 2.4.1.1 Kepala Unit Pelayanan Gizi Menurut Buku Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit (Departemen Ksehatan RI, 2006) Kepala Unit Pelayanan Gizi adalah penanggungjawab umum organisasi unit pelayanan gizi di sebuah rumah sakit, yang ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit dengan berdasarkan ketentuan dan peraturan kepegawaian yang berlaku. Kepala unit pelayanan gizi rumah sakit bertugas memimpin penyelenggaraan pelayanan gizi di rumah sakit, yang pada umumnya bertanggungjawab kepada Direktur Bidang Penunjang Medis. Sumber : Buku Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit, Departemen Kesehatan RI Tahun 2006
39 Untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut maka seorang kepala unit pelayanan gizi rumah sakit harus memenuhi kriteria tertentu sebagai berikut : 1) Rumah Sakit kelas A: Lulusan S2-Gizi/Kesehatan atau Sl-Gizi/Kesehatan dengan pendidikan dasar D3-Gizi, atau serendah-rendahnya lulusan D4-Gizi dengan pengalaman kerja tertentu. 2) Rumah Sakit kelas B: Lulusan S2-Gizi/Kesehatan atau Sl-Gizi/Kesehatan dengan pendidikan dasar D3-Gizi, atau serendah-rendahnya lulusan D4-Gizi. 3) Rumah Sakit kelas C: Lulusan Sl-Gizi/Kesehatan dengan pendidikan dasar D3-Gizi atau lulusan D4-Gizi, atau serendah-rendahnya lulusan D3-Gizi dengan pengalaman kerja tertentu. 2.4.1.2 Koordinator Unit-Unit Koordinator unit-unit melaksanakan tugas mengkoordinasikan : 1) Perencanaan dan evaluasi pelayanan gizi. 2) Pengawasan dan Pengendalian dalam penyelenggaraan pelayanan gizi. 3) Pemantauan proses pelayanan. 4) Pengkajian data kasus 5) Penelitian dan pengembangan Untuk dapat melaksanakan tugas-tugas tersebut diatas maka klasifikasi pendidikan tenaga Koordinator Unit harus memenuhi kriteria tertentu sebagai berikut: 1) Rumah Sakit kelas A: Lulusan S2-Gizi/Kesehatan atau S1- Gizi/Kesehatan dengan pendidikan dasar D3-Gizi, atau serendah-rendahnya lulusan D4-Gizi. 2) Rumah Sakit kelas B: Lulusan S2-Gizi/Kesehatan atau S1- Gizi/Kesehatan dengan pendidikan dasar D3-Gizi, atau serendah-rendahnya lulusan D4-Gizi.
40 3) Rumah Sakit kelas C: Lulusan S1-Gizi/Kesehatan dengan pendidikan dasar D3-Gizi, atau lulusan D4-Gizi, atau serendah-rendahnya lulusan D3-Gizi. 2.4.1.3 Supervisor Supervisor bertugas mengawasi dan mengendalikan proses penyelenggaraan pelayanan gizi rumah sakit mulai dari perencanaan sampai dengan pendistribusian dan pelayanan pasca rawat dan rujukan. Bidang tugas yang diawasi mencakup aspek dietetik dan non-dietetik. Untuk dapat melaksanakan tugas-tugas tersebut diatas maka diperlukan tenaga- tenaga supervisor/pengawas dengan klasifikasi pendidikan yang memenuhi kriteria tertentu sebagai berikut : a). Rumah Sakit kelas A : 1) Lulusan S1-Gizi/Kesehatan dengan pendidikan dasar D3-Gizi, 2) Lulusan D4-Gizi, atau serendah-rendahnya lulusan D3 Gizi 3) Lulusan D3-Perhotelan b). Rumah Sakit kelas B : 1) Lulusan S1-Gizi/Kesehatan dengan pendidikan dasar D3-Gizi, 2) Lulusan D4-Gizi, atau serendah-rendahnya lulusan D3 Gizi 3) Lulusan D3-perhotelan c). Rumah Sakit kelas C : 1) Lulusan S1-Gizi/Kesehatan dengan pendidikan dasar D3-Gizi. 2) Lulusan D4-Gizi, atau serendah-rendahnya lulusan D3 Gizi 3) Lulusan D3-perhotelan, atau serendah-rendahnya lulusan SMK-Tataboga + pengalaman dibidang penyelenggaraan makanan minimal selama 3 tahun.
41 2.4.1.4 Pelaksana 1. Juru Masak Juru masak yaitu tenaga pengolah bahan makanan yang bertugas mulai dari persiapan bahan makanan hingga pendistribusian. Pendidikan : 1) Rumah Sakit kelas A : SMK-Tataboga atau SMU + Kursus Masak 2) Rumah Sakit kelas B : SMK-Tataboga atau SMU + Kursus Masak 3) Rumah Sakit kelas C : SMU/SLTP + Kursus Masak 2. Urusan Gudang/Perbekalan Tenaga urusan gudang atau perbekalan bertugas pada unit penyimpanan bahan makanan untuk menjamin ketersediaan dan kesiapan bahan makanan sesuai dengan pesanan harian, serta kondisi fisik bahan makanan yang bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan. Pendidikan : 1) Rumah Sakit kelas A: D3-Gizi, D1-Gizi, atau SMU 2) Rumah Sakit kelas B: D3-Gizi, D1-Gizi, atau SMU 3) Rumah Sakit kelas C: D1-Gizi, SMU, atau yang sederajat 3. Operator Komputer Operator komputer bertugas terutama pada unit perencanaan dan evaluasi untuk mendukung formulasi dan akurasi perencanaan anggaran serta kebutuhan bahan makanan. Selain itu juga diperlukan dalam pengorganisasian data untuk mendukung efektifitas pelaporan. Pendidikan dasar tenaga untuk operator
42 komputer, baik rumah sakit kelas A, kelas B, maupun kelas C adalah SMU atau D3-Gizi + kursus komputer. 4. Tata Usaha Tugas-tugas ketatausahaan meliputi registrasi pesanan, pembukuan keuangan, penyiapan laporan berkala, penyiapan laporan khusus, serta pengaturan hal-hal yang berkaitan dengan kepegawaian. Pendidikan yang diperlukan untuk setiap kelas rumah sakit adalah : 1) D3-Gizi 2) D1-Gizi 3) SMU + kursus administrasi ketatausahaan 4) SMK-administrasi 5. Jurumasak Ruangan Yaitu pelaksana kegiatan penyajian makanan di ruang rawat inap, mulai dari penataan di dapur ruangan sampai menyajikan ke pasien. Pendidikan : 1) Rumah Sakit kelas A: SMK-Tataboga atau SMU + Kursus Masak 2) Rumah Sakit kelas B: SMK-Tataboga atau SMU + Kursus Masak 3) Rumah Sakit kelas C: SMU/SLTP + Kursus Masak 6. Pekarya Yaitu pelaksana yang membantu pelaksanaan tugas-tugas operasional di dapur penyelenggaraan makanan dan dapur ruangan rawat inap.
43 2.4.2 Tugas Dan Tangung Jawab Menurut Buku Pedoman Manajemen Pelayanan Gizi Kelompok (Departemen Kesehatan RI, 1991), tugas dan tanggung jawab tenaga gizi yang bekerja di Instalasi gizi adalah sebagai berikut: 2.4.2.1 Ahli Gizi Seorang ahli gizi (sarjana atau sarjana muda gizi) harus mampu menerapkan pengetahuan gizi dalam mengelola makanan sekelompok orang. Secara umum, maka tugas dan tanggung jawab seorang ahli gizi dalam penyelenggaraan makanan banyak adalah : 1) Merencanakan, mengembangkan, membina, mengawasi dan menilai penyelenggaraan makanan dengan data yang tersedia berdasarkan prinsip gizi dalam usaha menunjang pelayanan rumah sakit terhadap pasien. 2) Mencapai standar kualitas penyelenggaraan makanan yang tinggi, dengan menggunakan tenaga dan bahan makanan secara efisien dan efektif. 3) Merencanakan menu makanan biasa dan makanan khusus sesuai dengan pola menu yang ditetapkan. 4) Membuat standarisasi resep dan makanan khusus sesuai dengan pola menu yang ditetapkan. 5) Membuat standarisasi resep dan mengawasi penggunaannya. 6) Membantu melaksanakan pelaporan manajemen keuangan untuk pengawasan dan perencanaan instalasi gizi. 7) Membantu melaksanaan pelaporan manajemen keuangan.
44 8) Menjaga dan mengawasi sanitasi penyelenggaraan makanan, dan keselamatan kerja pegawai. 9) Merencanakan, mengembangkan, membina, menilaikan kegiatan Pelayanan Gizi Ruang Rawat Inap, Penyuluhan dan Rujukan Gizi, kegiatan Penelitian dan Pengembangan Gizi Terapan. 10) Mengatur pembagian tugas yang sesuai dengan spesifikasi tugas seseorang. 11) Menelaah seluruh kegiatan instalasi gizi termasuk perencanaan dan koordinasi pelayanan gizi. 12) Memberikan bimbingan dan melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap calon sarjana muda Gizi, tenaga menengah Gizi, pegawai kesehatan atau pegawai lain yang mengikuti latihan/ kursus di instalasi Gizi. 2.4.2.2 Tenaga Menengah Gizi Tugas dan tanggung jawab seorang pengatur gizi atau pembantu ahli gizi meliputi: 1) Berkonsultasi dengan sarjana/ sarjana muda gizi dalam melaksanakan kegiatan pengadaan/ penyediaan makanan, kegiatan pelayanan gizi di ruang rawat inap, penyuluhan/ konsultasi dan rujukan gizi, serta penelitian dan pengembangan gizi terapan. 2) Mengawasi dan menilai pegawai di instalasi gizi dan pegawai baru. 3) Memberi pengarahan pada pegawai dalam menggunakan dan memelihara peralatan. 4) Memberi pengarahan pada pegawai dalam menyelenggarakan makanan. 5) Mempersiapkan jadwal waktu dan kerja bagi seluruh pegawai dapur.
45 6) Mengawasi pelaksanaan dan memelihara sanitasi dan kebersihan seluruh instalasi gizi serta pegawainya. 7) Membantu dalam melaksanakan usaha-usaha keselamatan kerja sesuai dengan yang telah ditetapkan. 2.4.2.3 Pemasak Tugas dan tanggung jawab pemasak makanan adalah: 1) Merencanakan cara/ kerja, memasak, waktu agar sesuai dengan menu dan jadwal pembagian makanan yang ditentukan. 2) Mengkonsultasikan cara pemasakan bahan makanan sebelum mulai memasak dengan kepala pemasak ataupun pembantu ahli gizi. 3) Membantu dalam mengawasi, melatih pemasak baru. 4) Mempersiapkan contoh masakan yang dimasak. 5) Membersihkan peralatan, melaporkan kegiatan yang telah dilakukan kepada kepala pemasak. 6) Melakukan penilaian terhadap resep baru serta melaporkannya kepada kepala pemasak. 7) Mengembangkan buku resep untuk dikembangkan. 2.4.2.4 Pelaksana Gizi Ruangan Tugas pelaksana gizi ruangan yaitu: 1) Mengambil makanan dari dapur untuk dibawa ke ruangan 2) Membuat daftar permintaan ruangan 3) Membagi makanan untuk pasien dan karyawan 4) Membersihkan peralatan dan dapur ruangan
46 5) Melaporkan pasien masuk dan pulang kepada pembantu ahli gizi/ sarjana muda gizi yang bertanggungjawab. 6) Melaporkan hal-hal penting. 7) Bekerjasama dengan tenaga di ruangan secara baik. 2.5 Sarana, Peralatan dan Perlengkapan Di Unit Pelayanan Gizi Berdasarkan Buku Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit (Departemen Kesehatan RI, 2006) agar kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit dapat berjalan dengan optimal, maka perlu didukung dengan sarana, peralatan dan perlengkapan yang memadai baik untuk rawat inap maupun ruang di unit pelayanan gizi. Konstruksi sarana fisik, peralatan dan perlengkapan, sangat mempengaruhi kerja, berdasarkan hal tersebut maka fasilitas fisik dan sarana harus tersedia, efisien, bersih dan aman (Departemen Kesehatan RI, 1991). 2.5.1 Ruang Penyelenggaraan Makanan 2.5.1.1 Perencanaan Bangunan, Peralatan Dan Perlengkapan Agar perencanaan makanan dapat berjalan dengan optimal, maka ruangan, peralatan dan perlengkapannya perlu direncanakan dengan baik dan benar. Dalam merencanakan sarana fisik/bangunan untuk unit pelayanan gizi rumah sakit, maka diperlukan kesatuan pemikiran antara perencana dan pihak manajemen yang terkait. Oleh karena itu, diperlukan satu tim yang memiliki keahlian yang berbeda, yang secara langsung akan memanfaatkan hasil perencanaannya, yang terdiri dari arsitek, konsultan manajemen, insinyur bangunan/sipil, listrik, disainer bagian dalam gedung, instalator, ahli gizi serta unsur lain di rumah sakit yang terkait langsung seperti pemilik rumah
47 sakit, direktur rumah sakit serta instalasi prasarana rumah sakit (Departemen Kesehatan RI, 2006). 2.5.1.2 Fasilitas Ruang Yang Dibutuhkan Ruang/tempat yang diperlukan di Unit Pelayanan Gizi terdiri dari : 1) Tempat Penerimaan Bahan Makanan Tempat penerimaan bahan makanan ini digunakan untuk penerimaan bahan makanan dan mengecek kualitas serta kuantitas bahan makanan. Letak ruangan ini sebaiknya mudah dicapai kendaraan, dekat dengan ruang penyimpanan serta persiapan bahan makanan. Luas ruangan tergantung dari jumlah bahan makanan yang akan diterima (Departemen Kesehatan RI, 2006). 2) Tempat/Ruang Penyimpanan Bahan Makanan Ada dua jenis tempat penyimpanan bahan makanan segar (ruang pendingin) dan tempat penyimpanan bahan makanan kering. Luas tempat pendingin ataupun gudang bahan makanan tergantung pada jumlah bahan makanan yang akan disimpan, cara pembelian bahan makanan, dan frekuensi pemesanan bahan (Departemen Kesehatan RI, 2006). 3) Tempat Persiapan Bahan Makanan Tempat persiapan bahan makanan adalah tempat untuk mempersiapkan bahan makanan dan bumbu. Meliputi kegiatan membersihkan, mencuci, mengupas, menumbuk, menggiling, memotong, mengiris, dan lain-lain sebelum bahan makanan dimasak (Departemen Kesehatan RI, 2006).
48 4) Tempat Pemasakan Dan Distribusi Makanan Tempat pemasakan makanan ini dilengkapi dengan cerobong asap di atas kompor. Biasanya makanan dikelompokkan menurut kelompok bahan makanan yang dimasak. Misalnya makanan biasa dan makanan khusus. Kemudian makanan biasa dibagi lagi menjadi kelompok nasi, sayuran, lauk pauk, dan makanan selingan serta buah. Tempat pembagian makanan juga dilengkapi dengan alat pemanas (Departemen Kesehatan RI, 2006). 5) Tempat Pencucian dan Penyimpanan Alat Tempat pencucian peralatan tersebut hendaknya (Departemen Kesehatan RI, 2006) : a). Menyediakan fasilitas pengering/rak dan penyimpanan sementara yang bersih b). Dilengkapi alat untuk mengatasi sumbatan dan vector. c). Dilengkapi air mengalir dalam jumlah cukup dengan tekanan + 15 psi (1,2 Kg/cm 3 ). d). Disediakan sabun dan lap pengering yang bersih. e). Terletak terpisah dengan ruang pencucian bahan makanan. Sedangkan pencucian alat makan disyaratkan sebagai berikut : a). Terletak terpisah dengan ruang pencucian bahan makanan dan peralatan b). Tersedia air mengalir dalam jumlah cukup dengan tekanan +15 psi (1.2 kg/cm 3 ) c). Tersedia air panas dan alat pembersih seperti sabun, deterjen, sikat. 6) Tempat Pembuangan Sampah Diperlukan tempat pembuangan sampah yang cukup untuk menampung sampah yang dihasilkan dan harus segera dikosongkan begitu sampah terkumpul (Departemen Kesehatan RI, 2006).
49 7) Ruang Fasilitas Pegawai Ruang ini adalah ruangan-ruangan yang dibuat untuk tempat ganti pakaian pegawai, istirahat, kantin, kamar mandi dan kamar kecil. Ruangan ini dapat terpisah dari tempat kerja, tetapi perlu dipertimbangkan agar dengan tempat kerja tidak perlu jauh letaknya (Departemen Kesehatan RI, 2006). 8) Ruang Pengawas Diperlukan ruang untuk pengawas melakukan kegiatannya. Hendaknya ruang ini terletak cukup baik, sehingga pengawas dapat mengawasi semua kegiatan di dapur (Departemen Kesehatan RI, 2006). 2.5.1.3 Sarana fisik 1) Letak Tempat Penyelenggaraan Makanan Beberapa hal yang perlu diperhatikan mengenai letak tempat penyelenggaraan makanan suatu rumah sakit, antara lain (Departemen Kesehatan RI, 2006) : a). Mudah dicapai dari semua ruang perawatan, agar pelayanan dapat diberikan dengan baik dan merata untuk semua pasien. b). Kebisingan dan keributan di pengolahan tidak mengganggu ruangan lain disekitarnya. c). Mudah dicapai kendaraan dari luar, untuk memudahkan pengiriman bahan makanan sehingga perlu mempunyai jalan langsung dari luar. d). Tidak dekat dengan tempat pembuangan sampah, kamar jenazah, ruang cuci (laundry) dan lingkungan yang kurang memenuhi syarat kesehatan. e). Mendapat udara dan sinar yang cukup.
50 2) Bangunan Belum ada standar yang tetap untuk sebuah tempat pengolahan makanan, akan tetapi disarankan luas bangunan adalah 1-2 m per tempat tidur. Dalam merencanakan luas bangunan pengolahan makanan harus dipertimbangkan kebutuhan bangunan pada saat ini, serta kemungkinan perluasan sarana pelayanan kesehatan dimasa mendatang. Setelah menentukan besar atau luas ruangan kemudian direncanakan susunan ruangan dan peralatan yang akan digunakan, sesuai dengan arus kerja dan macam pelayanan yang akan diberikan (Departemen Kesehatan RI, 2006). 3) Konstruksi Beberapa persyaratan mengenai konstruksi tempat pengolahan makanan (Departemen Kesehatan RI, 2006) : a). Lantai : harus kuat, mudah dibersihkan, tidak membahayakan/tidak licin, tidak menyerap air dan tahan terhadap asam dan tidak menimbulkan suara keras. b). Dinding : harus halus, mudah dibersihkan, dapat memantulkan cahaya yang cukup bagi ruangan, dan tahan terhadap cairan. c). Langit-langit : harus tertutup, dilengkapi dengan bahan peredam suara untuk bagian tertentu dan disediakan cerobong asap. Langit-langit dapat diberi warna agar serasi dengan warna dinding. Jarak antara lantai dengan langit-langit harus tinggi agar udara panas dapat bersikulasi dengan baik. d). Penerangan dan ventilasi : harus cukup, baik penerangan langsung, maupun penerangan listrik, sebaiknya berkekuatan minimal 200 lux. Ventilasi harus cukup sehingga dapat mengeluarkan asap, bau makanan, bau uap lemak, bau air, dan panas. Untuk itu dapat digunakan exhaust fan pada tempat-tempat tertentu.
51 2.5.1.4 Arus Kerja Arus kerja adalah urutan-urutan kegiatan kerja dalam memproses bahan makanan menjadi hidangan. Hal ini meliputi penerimaan bahan makanan, persiapan, pemasakan, pembagian/distribusi makanan. Yang perlu dperhatikan adalah pekerjaan sedapat mungkin dilakukan searah atau satu jurusan, pekerjaan dapat lancar sehingga energi dan waktu dapat dihemat, bahan tidak dibiarkan lama sebelum diproses, jarak yang ditempuh pekerja sependek mungkin, tidak bolak-balik, ruang dan alat dapat dipakai seefektif mungkin, ongkos produksi dapat ditekan (Departemen Kesehatan RI, 2006).
Gambar 2.2 Arus Kerja Penyelenggaraan Makanan
Penyimpanan Bahan Makanan Segar Dingin Persiapan Pemasakan Pembagian Pencucian Penyimpanan Bahan Makanan Kering Pembuangan Sampah Sementara Pembuangan Sampah Akhir (diluar dapur) Fasilitas Pegawai Penerimaan Sumber : Buku Pedoman PGRS Departemen Kesehatan RI, Depkes Tahun 2006
52 2.5.1.5 Peralatan dan Perlengkapan di Ruang Penyelengaraan Makanan Berdasarkan arus kerja maka macam peralatan yang dibutuhkan adalah : 1) Ruangan penerimaan: Timbangan 100-300 kg, rak bahan makanan beroda, kereta angkut, alat-alat kecil seperti pembuka botol, penusuk beras, pisau dan sebagainya. 2) Ruang penyimpanan bahan makanan kering dan segar: Timbangan 20-100 kg, rak bahan makanan, lemari es, freezer. Tempat bahan makanan dari plastik atau stainless steel. 3) Ruangan persiapan bahan makanan: Meja kerja, meja daging, mesin sayuran, mesin pemarut kelapa, mesin pemotong dan penggiling daging, mixer, blender, timbangan meja, talenan, bangku kerja, penggiling dari batu, bak cuci. 4) Ruang masak: Ketel uap 10-250 lt, tungku masak, oven, penggorengan, mixer, blender, lemari es, meja pemanas, pemanggang sate, toaster, meja kerja, bak cuci, kereta dorong, rak alat, bangku, meja pembagi. 5) Ruang pencuci dan penyimpanan alat: Bak cuci, rak alat, tempat sampah, lemari. 6) Dapur Susu: Meja kerja, meja pembagi, sterilisator, tempat sampah, pencuci botol, mixer, blender, lemari es, tungku, meja pemanas. 7) Ruang pegawai: Kamar mandi, locker, meja kursi, tempat sampah, WC, tempat sholat dan tempat tidur. 8) Ruang perkantoran: Meja kursi, filling cabinet, lemari buku, lemari es, alat peraga, alat tulis menulis, komputer, printer, lemari kaca, mesin ketik, AC, dan sebagainya. 2.5.2 Ruang Perkantoran Ruang perkantoran Unit Pelayanan Gizi rumah sakit sebaiknya terdiri dari : 1) Ruang Kepala Instalasi/Unit Pelayanan Gizi dan Staf
53 2) Ruang administrasi penyelenggaraan makanan 3) Ruang rapat dan perpustakaan 4) Ruang penyuluhan gizi 5) Locker, kamar mandi, dan WC Untuk dapat bekerja dengan baik, setiap orang memerlukan ruang kerja seluas 2m 2 .
2.6 Penyelenggaraan Makanan Menurut Departemen Kesehatan RI tahun (2006), penyelenggaraan makanan rumah sakit adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu sampai dengan pendistribusian makanan kepada konsumen, dalam rangka pencapaian status kesehatan yang optimal melalui pemberian diet yang tepat. Dalam hal ini termasuk kegiatan pencatatan, pelaporan dan evaluasi. Penyelenggaraan makanan di rumah sakit dilaksanakan dengan tujuan untuk menyediakan makanan yang kualitasnya baik dan jumlah yang sesuai kebutuhan serta pelayanan yang layak dan memadai bagi klien atau konsumen yang membutuhkannya. Sasaran penyelenggaraan makanan di rumah sakit adalah konsumen/pasien maupun karyawan. Sesuai dengan kondisi rumah sakit dapat juga dilakukan penyelenggaraan makanan bagi pengunjung (pasien rawat jalan atau keluarga pasien). Proses kegiatan ini meliputi perencanaan anggaran belanja makanan; perencanaan menu; perhitungan kebutuhan bahan makanan; pemesanan dan pembelian bahan makanan; penerimaan, penyimpanan dan penyaluran bahan makanan; persiapan bahan makanan; pengolahan bahan makanan; dan pendistribusian makanan.
54 Bentuk penyelenggaraan makanan di rumah sakit dibedakan menjadi dua macam, yaitu : 1) Penyelenggaraan Makanan Sistem Swakelola Pada penyelenggaraan makanan ini, unit pelayanan gizi rumah sakit bertanggung jawab untuk melaksanakan semua kegiatan penyelenggaraan makanan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. 2) Penyelenggaraan makanan Sistem Out-Sourcing Yaitu penyelenggaraan makanan dengan memanfaatkan perusahaan jasaboga atau catering. Sistem out-sourcing dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu semi out- sourcing dan full out-sourcing. Pada sistem semi out-sourcing, pengusaha jasaboga selaku penyelenggara makanan menggunakan sarana dan prasarana milik rumah sakit, sedangkan pada sistem full out-sourcing pengusaha jasaboga tidak menggunakan sarana dan prasarana milik rumah sakit melainkan milik perusahaannya sendiri. Dalam penyelenggaraan makanan dengan sistem semi out- sourcing maupun full out-sourcing, fungsi ahli gizi rumah sakit adalah sebagai perencana menu, penentu standar porsi dan pemesanan makanan. Selain itu, pada sistem ini ahli gizi berkewajiban untuk mengawasi kualitas dan kuantitas makanan yang dipesan sesuai dengan spesifikasi standar hidangan yang telah ditetapkan dalam kontrak.
55 2.6.1 Perencanaan Anggaran Belanja Makanan Penyusunan anggaran belanja adalah suatu kegiatan penyusunan anggaran biaya yang diperlukan untuk pengadaan bahan makanan bagi konsumen/pasien yang dilayani. Penyusunan anggaran belanja makanan disusun untuk memenuhi kebutuhan macam dan jumlah bahan makanan bagi konsumen/pasien yang dilayani sesuai dengan standar kecukupan gizi (Departemen Kesehatan RI, 2006). Anggaran belanja untuk menyelenggarakan makanan institusi sebaiknya direncanakan setahun sebelumnya, dan dibuat atas dasar pengalaman tahun-tahun sebelumnya. Anggaran tersebut meliputi bahan makanan, peralatan, pemeliharaan dan perawatan alat, buruh dan kebutuhan lain yang direncanakan. Apabila harga pasaran cukup stabil, maka petunjuk harga tahun sebelumnya dijadikan patokan. (Departemen Kesehatan RI, 1991). Dalam menyelenggarakan anggaran belanja untuk peralatan, seyogyanya sudah termasuk pula perbaikan, pemeliharaan serta penggantiannya. Apabila ada penggolongan atau klasifikasi konsumen, maka dalam pencatatan dan pelaporan biaya dipisah menurut golongan sehingga bila diperlukan perhitungan unit cost untuk berbagai macam konsumen, dapat dilakukan secara mudah (Departemen Kesehatan RI, 1991). Prasyarat dalam perencanaan anggaran belanja makanan adalah adanya kebijakan rumah sakit, tersedianya data peraturan pemberian makanan rumah sakit, tersedianya data standar makanan untuk pasien, tersedianya data standar harga bahan makanan, tersedianya data rata-rata jumlah konsumen/pasien yang dilayani, tersedia siklus menu, tersedianya anggaran makanan yang terpisah dari biaya perawatan (Departemen Kesehatan RI, 2006).
56 Langkah perencanaan anggaran belanja makanan adalah kumpulkan data tentang macam dan jumlah konsumen tahun sebelumnya, tetapkan macam dan jumlah konsumen/pasien, kumpulkan harga bahan makanan dari beberapa pasar dengan melakukan survei pasar, kemudian tentukan harga rata-rata bahan makanan, buat standar kecukupan gizi (standar porsi) ke dalam berat kotor, hitung indeks harga makanan perorang perhari sesuai dengan konsumen yang mendapat makan, hitung anggaran belanja makanan setahun untuk masing-masing konsumen/pasien (termasuk pegawai), hasil perhitungan anggaran dilaporkan kepada pengambil keputusan untuk meminta perbaikan, rencana anggaran diusulkan secara resmi melalui jalur administratif. 2.6.2 Perencanaan Menu Menu berarti hidangan makanan yang disajikan dalam suatu acara makan, baik makan siang maupun malam. Namun, menu dapat juga disusun untuk lebih dari satu kali makan, misalnya untuk satu hari yang terdiri menu makan pagi, makan siang, dan makan malam, serta makanan selingan jika ada. Dalam penyelenggaraan makanan institusi, menu dapat disusun untuk jangka waktu yang cukup lama, misalnya untuk tujuh atau sepuluh hari. Menu yang disusun seperti itu disebut menu induk (master menu). Menu induk digunakan sebagai patokan dalam penyelenggaraan makanan (Moehyi, 1992). Keberhasilan dan kegagalan suatu penyelenggaraan makanan ditentukan oleh menu yang disusun dan hidangan yang disajikan. Menu yang terencana dengan baik, dengan penyajian hidangan dalam variasi yang menyegarkan akan membawa keuntungan bagi penyelenggaraan makanan di suatu institusi (Departemen Kesehatan RI, 1991).
57 Perencanaan menu adalah suatu kegiatan penyusunan menu yang akan diolah untuk memenuhi selera konsumen/pasien, dan kebutuhan zat gizi yang memenuhi prinsip gizi seimbang. (Departemen Kesehatan RI, 2006). Perencanaan menu yang baik memepunyai beberapa fungsi diantaranya (Mukrie et al, 1990): 1) Memudahkan pelaksana dalam menjalankan tugasnya sehari-hari. 2) Dapat disusun hidangan yang mengandung zat-zat gizi esensial yang dibutuhkan tubuh. 3) Variasi dan kombinasi hidangan dapat diatur. 4) Menu dapat disusun sesuai dengan biaya yang tersedia. 5) Waktu dan tenaga yang tersedia dapat digunakan sehemat mungkin. Sarat-syarat perencanaan menu, yaitu (Departemen Kesehatan RI, 2006). 1) Peraturan pemberian makan rumah sakit 2) Standar porsi dan standar resep 3) Standar bumbu Menurut Mukrie et al (1990), langkah-langkah dalam perencanaan menu yang harus diperhatikan adalah, menentukan menu yang diinginkan, baik standar atau menu pilihan; menetapkan siklus menu yang akan direncanakan, siklus 5 hari, 7 hari, atau 10 hari atau lebih (jangka waktu/ siklus menu yang lebih lama akan lebih baik, karena mencegah terjadinya pengulangan menu yang terlalu dekat); menentukan waktu siklus yang digunakan (3 bulan, 8 bulan, atau 12 bulan); menetapkan jenis bahan makanan yang akan digunakan dalam suatu siklus menu dan menentukan frekuensi pemakaian tiap jenis bahan makanan, bahan makanan sumber hidrat arang, protein nabati, sayuran,
58 buah, dan makanan selingan; menyusun menu yang meliputi pembuatan format menu, mencantumkan bahan makanan/lauk hewani dan memeriksa kembali menu yang telah disusun. Dalam perencanaan menu perlu diperhatikan beberapa hal seperti berikut : 1) Kebutuhan Gizi Kebutuhan gizi orang yang dilayani harus dipertimbangkan dalam menyusun dan menetapkan standar porsi hidangan. Kebutuhan gizi orang yang dilayani dapat diperkirakan dengan memakai daftar kecukupan gizi untuk orang Indonesia yang dikeluarkan oleh Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI tahun 2004. Untuk menghitung kebutuhan gizi orang sakit dapat digunakan pedoman yang dianjurkan Departemen Kesehatan RI, yaitu buku Penuntun Diet oleh bagian Gizi RSCM dan Persatuan Ahli Gizi Indonesia, seri Dietik. 2) Peraturan dan macam rumah sakit Peraturan ini biasanya menyangkut kebijakan dan anggaran belanja bahan makanan, prosedur, pembelian bahan makanan, penggunaan atau pemakaian bahan makanan. 3) Kebiasaan Makan Menu sedapat mungkin disesuaikan dengan kebiasaan makan bagian terbesar masyarakat yang dilayani. 4) Macam dan Jumlah Orang yang Dilayani Semakin banyak macam dan jumlah orang dilayani, semakin banyak pula variasi dalam menu yang akan disajikan. 5) Peralatan dan Perlengkapan Dapur yang Tesedia
59 Macam dan jumlah peralatan serta perlengkapan dapur yang tersedia juga perlu dipertimbangkan dalam merencanakan/menyusun menu. 6) Macam dan Jumlah Pegawai Hal ini perlu diperhitungkan agar penyelenggaraan makanan dapat diselesaikan tepat pada waktunya. 7) Macam Pelayanan yang Diberikan a. Dalam suatu penyelenggaraan makanan kadang-kadang ada juga dibedakan jenis hidangan atau harga hidangan. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan memilih pada pasien, sehingga keinginannya dapat dipenuhi untuk memberikan kesempatan memilih pada pasien, sehingga keinginanya dapat dipenuhi. b. Kadang-kadang ada perbedaan dalam cara pemberian pelayanan, seperti penyediaan fasilitas makan, pemenuhan kebutuhan pemenuhan pasien, ataupun pemberian pelayanan khusus. Untuk hal ini adakalanya diperlukan menu yang khusus pula. 8) Musim/ lklim dan Keadaan Pasar Keadaan udara dapat mempengaruhi selera dan kebutuhan tubuh. Penyusunan menu harus memperhatikan iklim dan musim karena ada jenis-jenis bahan makanan yang hanya mudah di dapat pada musim atau iklim tertentu. Tersedia atau tidak bahan makanan tertentu akan sangat mempengaruhi harga pasar (Moehyi, 1992). 9) Keuangan yang tersedia Merencanakan menu, harus perlu disesuaikan dengan keuangan yang tersedia. Makanan yang baik bukan berarti makanan yang mahal tetapi kualitas dan kuantitas
60 zat gizinya melengkapi. Harga makanan yang mahal, belum dapat menjamin mutu gizi yang baik. Makanan yang disajikan harus disesuaikan dengan jumlah anggaran yang tersedia. Yang penting adalah pengadaan makanan yang tepat sehingga biaya yang tersedia dapat dimanfaatkan dengan efisien dan efektif untuk bahan makanan yang diperlukan (Moehyi, 1992). Faktor utama dalam penyusunan menu adalah melakukan standarisasi resep. Standar resep sangat diperlukan untuk menciptakan standar mutu yang sama setiap saat (Yahya, 1994). Standar resep ini dapat dikembangkan dari resep-resep yang ada dengan melipatgandakan atau memperkecil jumlah penggunaan bahan makanan yang diperlukan. Kemudian disusun dan disesuaikan dengan penggunaan bumbu yang tepat sehingga dapat diciptakan mutu dan kualitas makanan yang relatif sama cita rasanya untuk setiap penghidangan. Untuk mempermudah pembuatan standar resep diperlukan buku-buku standar resep, majalah-majalah wanita atau majalah masakan, resep baru dari berbagai majalah atau kepustakaan terbaru mengenai masakan populer di masyarakat. 2.6.3 Perhitungan Kebutuhan Bahan Makanan Penghitungan kebutuhan bahan makanan di rumah sakit adalah suatu rangkaian kegiatan untuk menetapkan macam dan jumlah bahan makanan dengan kualitas yang ditetapkan dalam kurun waktu tertentu dalam upaya melaksanakan kegiatan pengadaan makanan di rumah sakit (Departemen Kesehatan RI, 1991). Perencanaan taksiran kebutuhan bahan makanan ini tergantung dari sistem pembelian yang digunakan apakah pembelian dengan rekanan atau langsung ke penjualnya/pasar.
61 Kurun waktu dari perencanaan taksiran ini tergantung dari perjanjian jual beli antara rumah sakit dan rekanan. Biasanya perjanjian jual beli bahan makanan ini bervariasi setiap bulan, setiap tiga bulan, setiap enam bulan, ataupun setahun sekali. Perhitungan kebutuhan bahan makanan ini hendaknya dibuat antara dua sampai enam minggu sebelum dilakukan proses jual beli bahan makanan. Syarat dalam melakukan perhitungan kebutuhan bahan makanan antara lain (Departemen Kesehatan, 2006) : 1) Adanya kebijakan rumah sakit. 2) Tersedianya data peraturan pemberian makanan di rumah sakit. 3) Tersedianya data standar makanan untuk pasien, tersedianya harga bahan makanan. 4) Tersedianya siklus menu dan tersedianya data jumlah konsumen/pasien yang dilayani. Cara perhitungan kebutuhan bahan makanan adalah jumlah yang dimakan dikalikan dengan standar porsi dengan memperhitungkan bagian yang tidak dapat dimakan dan dikalikan jumlah hari dalam kurun waktu yang ditetapkan. Hasil akhir dari perhitungan kebutuhan bahan makanan ini dapat pula dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebagai pengecekan silang. Apabila telah disepakati dalam pembelian bahan makanan, maka perhitungan ini perlu dinilai pula untuk dua sampai tiga kali putaran menu, agar pesanan bahan makanan selanjutnya dapat lancar dan cukup (Departemen Kesehatan RI, 1991). 2.6.4 Pemesanan Dan Pembelian Bahan Makanan Pembelian bahan makanan adalah rangkaian kegiatan dalam penyediaan macam dan jumlah serta spesifikasi bahan makanan tertentu dalam kurun waktu tertentu, sesuai
62 dengan ketentuan yang berlaku di institusi. Pembelian bahan makanan merupakan salah satu kewajiban bagi pengelola penyelenggaraan makanan. Kegiatan ini perlu mendapatkan perhatian khusus dari pengelola karena bahan makanan merupakan faktor penentu kualitas makanan yang akan dihasilkan (Departemen Kesehatan RI, 1990). Pembelian bahan makanan juga merupakan langkah penting yang perlu dipertimbangkan dalam pengawasan harga makanan secara keseluruhan. Proses ini dapat dilakukan dengan beberapa prosedur yaitu pembelian langsung ke pasar, pelelangan, pembelian musyawarah, pembelian yang akan datang, serta pembelian tanpa tanda tangan. Semua pesanan, penerimaan, dan pengeluaran uang dan bahan makanan harus dicatat dengan cermat dan kontinyu (Mukrie et al, 1990). Dalam pembelian bahan makanan dapat diterapkan berbagai prosedur, tergantung dari policy, kondisi, besar kecilnya institusi serta kemampuan sumber daya institusi yang bersangkutan (Departemen Kesehatan RI, 2007). Menurut Moehyi (1992), pengadaan bahan makanan yang diperlukan dalam penyelenggaraan makanan institusi dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu: 1) Pengadaan bahan makanan dapat dilakukan dengan cara membeli sendiri bahan makanan yang diperlukan di pasar atau toko-toko. Cara ini mudah dan praktis, tetapi hanya dilakukan apabila jumlah konsumen yang akan dilayani tidak banyak (kurang dari 50 orang) atau jika penyelenggaraan makanan itu hanya berlangsung dalam waktu singkat. Biasanya pengadaan bahan makanan untuk usaha jasa boga dilakukan dengan cara membeli langsung bahan makanan yang diperlukan di pasar-pasar.
63 2) Pengadaan bahan makanan melalui pemasok bahan makanan atau leveransir bahan makanan. Biasanya pengadaan bahan makanan dilakukan melalui pemasok yang dipilih setelah diadakan pelelangan atau tender. Ada tiga bentuk pelelangan untuk memilih pemasok bahan makanan bagi institusi atau rumah sakit, yaitu sebagai berikut : 1) Pelelangan umum, yaitu pelelangan yang terbuka untuk semua pemasok bahan makanan. Pelelangan diumumkan secara luas melalui berbagai media massa sehingga semua pemasok yang berminat dapat mengikuti pelelangan itu. 2) Pelelangan terbatas, yaitu pelelangan yang diikuti oleh rekanan calon pemasok tertentu yang sudah diteliti oleh pihak yang berwenang, seperti Pemerintah Daerah, Departemen Perdagangan. 3) Pelelangan dengan perbandingan penawaran, yaitu beberapa calon pemasok yang sudah diprakualifikasi dan sudah terdaftar sebagai rekanan pemerintah (biasanya paling sedikit tiga calon) diminta mengajukan penawaran harga. 2.6.5 Penerimaan, Penyimpanan dan Penyaluran Bahan Makanan Penerimaan bahan makanan merupakan suatu kegiatan yang meliputi pemeriksaan/penelitian, pencatatan, dan pelaporan tentang macam, kualitas, dan kuantitas bahan makanan yang diterima sesuai dengan pesanan serta spesifikasi yang telah ditetapkan (Departemen Kesehatan RI, 2006). Biasanya penerimaan bahan makanan dilakukan oleh Tim Penerimaan Bahan Makanan yang khusus ditunjuk oleh Pemimpin Institusi. Jumlah anggotanya berkisar antara tiga hingga lima orang (Moehyi, 1992). Cara penerimaan bahan makanan terbagi menjadi dua macam, yaitu (Moekri et al, 1990) :
64 1) Blind Receiving atau bisa disebut dengan cara buta Blind receiving (cara buta) adalah petugas penerimaan tidak menerima spesifikasi bahan makanan serta faktur pembelian dari pihak penjual/leveransir. Petugas penerimaan langsung mengecek, menimbang dan menghitung bahan makanan yang datang diruang penerimaan kemudian mencatat dibuku laporan atau formulir yang telah dilengkapi dengan jumlah, berat, panjang dan spesifikasi lain jika diperlukan. Pihak penjual mengirim faktur pengiriman bahan makanan langsung ke bagian pembayaran, sedangkan bagian penerimaan mengirimkan pula lembar formulir bahan makanan yang diterima untuk dicocokkan oleh bagian pembelian/ pembayaran. 2) Konvensional Cara penerimaaan konvensional adalah petugas penerima bahan makanan menerima faktur dan spesifikasi satuan dan jumlah bahan makanan yang dibeli/dipesan, jika jumlah dan mutu tidak sesuai, petugas penerima berhak mengembalikannya. Namun petugas penerima harus mencatat semua bahan makanan yang diterima dan bahan makanan yang dikembalikan untuk kemudian dilaporkan kepada bagian pembelian atau pembayaran. Menurut Departemen Kesehatan RI tahun 2006, penyimpanan bahan makanan adalah suatu tata cara menata, menyimpan, memelihara keamanan bahan makanan kering dan basah baik kualitas maupun kuantitas di gudang bahan makanan kering dan basah serta pencatatan dan pelaporannya (Departemen Kesehatan RI, 2006). Penyimpanan bahan makanan merupakan suatu kegiatan menempatkan dan memelihara bahan makanan agar siap pakai sesuai dengan macam, jenis, alat serta
65 kemasan sehingga aman untuk digunakan dan tidak mudah rusak atau tahan lama. Untuk semua kelas rumah sakit diperlukan ruang penyimpanan bahan makanan kering (gudang bahan makanan), ruang pendingin, dan ruang pembeku (Departemen Kesehatan RI, 1991). Syarat ruang penyimpanan bahan kering (gudang) adalah sebagai berikut : 1) Bahan makanan harus ditempatkan secara teratur menurut macam, golongan ataupun urutan pemakaian bahan makanan. 2) Menggunakan bahan yang diterima terlebih dahulu (FIFO = First In First Out). Untuk mengetahui bahan makanan yang diterima diberi tanda tanggal penerimaan. 3) Pemasukan dan pengeluaran bahan makanan serta berbagai pembukuan di bagian penyimpanan bahan makanan ini, termasuk kartu stok bahan makanan harus segera diisi tanpa ditunda, diletakkan pada tempatnya, diperiksa dan diteliti secara kontinyu. 4) Kartu/buku penerimaan, stok dan pengeluaran bahan makanan, harus segera di isi dan diletakkan pada tempatnya. 5) Gudang dibuka pada waktu yang telah ditentukan. 6) Semua bahan makanan ditempatkan dalam tempat tertutup, terbungkus rapat dan tidak berlubang. Diletakkan di atas rak bertingkat yang cukup kuat dan tidak menempel pada dinding. 7) Pintu harus selalu terkunci pada saat tidak ada kegiatan serta dibuka pada waktu- waktu yang ditentukan. Pegawai yang masuk keluar gudang juga hanya pegawai yang ditentukan. 8) Suhu ruangan harus kering hendaknya berkisar antara 19-21 C.
66 9) Pembersihan ruangan secara periodik, 2 kali seminggu. 10) Penyemprotan ruangan dengan insektisida hendaknya dilakukan secara periodik dengan mempertimbangkan keadaan ruangan. 11) Semua lubang yang ada digudang harus berkasa, serta bila terjadi pengrusakan oleh binatang pengerat, harus segera diperbaiki. Syarat penyimpanan bahan makanan segar adalah sebagai berikut : Karena bahan makanan segar mudah sekali rusak dalam suhu tinggi atau sinar matahari, maka bahan makananan ini harus disimpan dalam tempat yang dingin sesuai dengan suhu yang diperlukan. Adapun beberapa syarat penyimpanan di ruangan atau lemari pendingin, ialah : 1) Suhu tempat harus betul-betul sesuai dengan keperluan bahan makanan, agar tidak menjadi rusak. 2) Pengecekan terhadap suhu dilakukan dua kali sehari dan pembersihan lemari es/ruangan pendingin dilakukan setiap hari. 3) Pencairan es pada lemari es harus segera dilakukan setelah terjadi pengerasan. 4) Pada beberapa tipe lemari es tertentu pencairan terdapat alat otomatis di dalam alat pendingin tersebut. 5) Semua bahan yang akan dimasukkan ke lemari/ruang pendingin sebaiknya dibungkus plastik atau kertas timah. 6) Tidak menempatkan bahan makanan yang berbau keras bersama bahan makan yang tidak berbau.
67 7) Khusus untuk sayuran, suhu penyimpanan harus betul-betul diperhatikan. Untuk buah-buahan, ada yang tidak memerlukan pendingin, perhatikan sifat buah tersebut sebelum dimasukkan ke dalam ruang/lemari pendingin. Tabel 2.5 Suhu Dan Lama Penyimpanan Bahan Makanan Mentah/Segar No. Jenis Bahan Makanan Lama Waktu Penyimpanan < 3 hari < 1 minggu > 1 minggu 1. Daging, ikan, udang dan hasil olahnya -5 0 C -10 -5 C <-10C 2. Telur, buah dan hasil olahnya 5-7C -5 0 0 C <-5C 3. Sayur, buah dan minuman 10 C 10C 10 C 4. Tepung dan biji-bijian 25 C 25 C 25 C
2.6.6 Persiapan Bahan Makanan Persiapan bahan makanan adalah serangkaian kegiatan dalam rangka Penanganan mempersiapkan bahan-bahan makanan serta bumbu-bumbu sebelum dilakukan kegiatan pemasakan. Kegiatannya meliputi semua perlakuan pada saat bahan makanan diterima, diambil atau dikeluarkan dari tempat penyimpanan untuk kemudian disiangi, dibersihkan bagian-bagian yang tidak dimakan, dicuci, dipotong, direndam bila perlu, diiris tipis, digiling, ditumbuk-tumbuk, dirajang, diaduk, diayak, dibentuk, dicetak panir, sampai saat bahan makanan siap untuk dimasak. Pada saat perlakuan diatas sebaiknya dipertimbangkan faktor-faktor lingkungan yang dapat mengubah, merusak atau mempengaruhi kualitas bahan makanan yang bersangkutan (Mukrie et al, 1990). Sumber: Depkes R1. Penyehatan Makanan/Minuman, Dalam Seri Sanitasi Rumah Sakit. Ditjen PPM & PLP dan Ditjen Yanmed, Depkes R1, Jakarta, 1988 dalam buku pedoman PGRS tahun 2006.
68 Persiapan bahan makanan besar sekali pengaruhnya terhadap standar porsi, standar resep, yang akhirnya dengan prosedur makanan yang ditetapkan dapat mempengaruhi kualitas makanan yang dihasilkan. Persiapan bahan makanan bertujuan untuk : 1) Tersedianya racikan yang tepat dari setiap bahan makanan untuk berbagai masakan dalam jumlah yang sesuai dengan standar porsi, menu yang berlaku dan jumlah klien. 2) Tersedianya berbagai anjuran bumbu masakan sesuai resep, jenis masakan, menu dan jumlah klien (Mukrie et al, 1990). Dalam melakukan kegiatan persiapan bahan makanan terdapat ketentuan yang harus diperhatikan yaitu tersedianya bahan makanan yang akan dipersiapkan, tersedianya peralatan persiapan, tersedianya protap persiapan, dan tersedianya aturan proses-proses persiapan (Departemen Kesehatan RI, 2006). 2.6.6 Pengolahan Bahan Makanan Pengolahan bahan makanan merupakan suatu kegiatan mengubah (memasak) bahan makanan mentah menjadi makanan yang siap dimakan, berkualitas, dan aman untuk di konsumsi. Tujuan pengolahan bahan makanan yaitu untuk mengurangi resiko kehilangan zat-zat gizi bahan makanan, meningkatkan nilai cerna, meningkatkan dan mempertahankan warna, rasa, keempukan dan penampilan makanan serta agar terbebas dari organisme dan zat yang berbahaya untuk tubuh. Sedangkan syarat pengolahan bahan makanan yang baik yaitu tersedianya siklus menu, tersedianya bahan makanan yang akan diolah, tersedianya peralatan pengolahan bahan makanan serta tersedianya aturan penilaian (Departemen Kesehatan, 2006).
69 Hidangan yang dimasak dengan baik dan menarik akan banyak membantu keadaan dan perkembangan kejiwaan pasien dalam mencoba menghabiskan makanan yang disajikan di rumah sakit. Adapun tujuan dari pemasakan makanan adalah untuk mempertahankan nilai gizi makanan, meningkatan nilai cerna bahan makanan, menambah aroma serta membunuh/mematikan kuman-kuman yang berbahaya, atau menghilangkan racun makanan sehingga makanan terjamin untuk dikonsumsi manusia. Ada berbagai proses pemasakan yang dikenal yaitu pemasakan dengan media udara sebagai penghantar panas (oven: 100-120 derajat celcius), menggunakan air sebagai penghantar panas (merebus: 85-120 derajat celcius), menggunakan uap air (mengetim: 85-120 derajat celcius), menggunakan lemak/minyak atau menggoreng (125-200 derajat celcius), pemasakan dengan cara modern yaitu dengan menggunakan radiasi atau metode konduksi melalui alat yang digunakan (alat membuat wafel dan sebagainya) dan juga teknik pemasakan cepat dengan tekanan tinggi (dengan microwave) (Mukrie et al, 1990). Pada umumnya di tempat pemasakan banyak sering digunakan cara pemasakan di atas, bahkan kadang-kadang juga dipakai metode kombinasi seperti pembuatan bistik, dan sebagainya. Karena itu petugas dibagian persiapan dan pemasakan makanan ini, harus banyak memiliki pengetahuan dalam bidang gizi, bahan makanan, proses persiapan dan pemasakan serta cara-cara penyajian makanan yang tepat dan memenuhi syarat kesehatan. Selain itu dalam persiapan dan pemasakan bahan makanan perlu pula diperhatikan seni memotong bahan makanan serta seni memasak bahan makanan agar dapat memenuhi singkat kematangan yang diinginkan.
70 2.6.7 Pendistribusian Makanan Pendistribusian makanan adalah serangkaian kegiatan penyaluran makanan sesuai dengan jumlah porsi dan jenis makanan konsumen yang dilayani (makanan biasa maupun makanan khusus). Tujuannya yaitu agar konsumen mendapat makanan sesuai diet dan ketentuan yang berlaku. Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pendistribusian makanan yaitu: tersedianya standar pemberian makanan rumah sakit, menyangkut standar penyediaan energi dan zat gizi lainnya serta dietetika; tersedianya standar porsi yang ditetapkan rumah sakit; adanya peraturan pengambilan makanan; adanya bon permintaan makanan; tersedianya makanan sesuai ketentuan diet pasien/ kebutuhan konsumen; tersedianya peralatan makan; tersedianya sarana pendistribusian makanan; tersedianya tenaga pramusaji, adanya jadwal pendistribusian makanan di dapur utama (Departemen Kesehatan RI, 2006). Distribusi dan penyajian makanan yang telah dimasak merupakan kegiatan terakhir dalam proses penyelenggaraan makanan. Hal berikut ini perlu diperhatikan dalam pendistribusian dan penyajian makanan kepada konsumen. a. Makanan harus didistribusikan dan disajikan kepada konsumen tepat waktunya. Pada saat pembagian makan siang, maka makanan harus didistribusikan dan disajikan tepat pada waktu makan siang, jadi antara jam 12.00-13.00. Dengan kata lain, makanan untuk makan siang jangan disajikan terlalu awal atau terlalu lambat. b. Makanan yang disajikan harus sesuai dengan jumlah atau porsi yang telah ditentukan. Besar porsi makanan menjadi sangat penting terutama penyelenggaraan makanan bagi orang sakit yang sedang melakukan diet.
71 c. Kondisi makanan yang disajikan juga harus sesuai. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah temperatur makanan pada waktu disajikan. Makanan yang seharusnya dimakan. dalam suhu yang agak hangat hendaklah dimakan dalam keadaan hangat. Sebaliknya, makanan yang seharusnya dimakan dalam keadaan dingin hendaklah disajikan dalam keadaan dingin. Untuk memungkinkan temperatur makanan dapat diterima konsumen dalam keadaan sesuai suhunya, institusi yang menyelenggarakan makanan untuk konsumen yang cukup banyak hendaklah menggunakan alat pembawa barang (conveyor) yang dilengkapi dengan alat pengatur suhu makanan. Alat untuk mengangkut makanan yang demikian itu telah banyak digunakan di rumah-rumah sakit modern sehingga makanan dapat diterima orang sakit dalam keadaan temperatur yang sesuai (Moehyi, 1992). Menurut Departemen Kesehatan RI, 2006 terdapat 2 (dua) sistem penyaluran/ ditribusi makanan yang biasa dilaksanakan di rumah sakit, yaitu: 1) Distribusi makanan yang dipusatkan Cara ini lazim disebut dengan cara distribusi sentralisasi. Dengan ketentuan ini, makanan pasien dibagi dan disajikan dalam alat makan di tempat pengolahan makanan. 2) Distribusi makanan yang tidak dipusatkan Cara ini lazim disebut dengan sistem distribusi desentralisasi. Makanan pasien dibawa dari tempat pengolahan ke dapur ruang perawatan pasien, dalam jumlah banyak/besar, untuk selanjutnya disajikan dalam alat makan masing-masing pasien sesuai dengan permintaan makanan.
72 2.6.8 Pelaporan dan Evaluasi Pelaporan adalah serangkaian kegiatan pengumpulan data dan pengolahan data kegiatan pelayanan gizi rumah sakit dalam jangka waktu tertentu, untuk menghasilkan bahan bagi penilaian kegiatan pelayanan gizi rumah sakit maupun untuk pengambilan keputusan. Pencatatan ini dilakukan pada setiap langkah kegiatan yang dilakukan. Pelaporan dilakukan berkala sesuai dengan kebutuhan Rumah Sakit. Sedangkan Evaluasi bertujuan untuk menilai pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana dan kebijaksanaan yang disusun sehingga dapat mencapai sasaran yang dikehendaki (Departemen Kesehatan RI, 2006).
2.7 Sanitasi Makanan Dan Keselamatan Kerja 2.7.1 Sanitasi Makanan Sanitasi makanan merupakan salah satu upaya pencegahan yang menitik beratkan pada kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman dari segala bahaya yang dapat mengganggu atau merusak kesehatan mulai dari sebelum makanan diproduksi, selama proses pengolahan, penyiapan, pengangkutan, penjualan sampai pada saat makanan dan minuman tersebut siap untuk dikonsumsikan kepada konsumen (Departemen Kesehatan RI, 2006). Salah satu kegiatan dari sanitasi makanan adalah penyehatan makanan dan minuman. Kegiatan ini merupakan upaya untuk mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kuman pada makanan dan minuman. Faktor-faktor tersebut berasal dari proses penanganan makanan, minuman, lingkungan dan orangnya; sehingga
73 makanan dan minuman yang disajikan rumah sakit tidak menjadi mata rantai penularan penyakit (Departemen Kesehatan RI, 2006). Kegiatan penyehatan makanan dan minuman di rumah sakit ditujukan untuk tersedianya makanan yang berkualitas baik dan aman bagi kesehatan konsumen, menurunnya kejadian resiko penularan penyakit atau gangguan kesehatan melalui makanan, terwujudnya perilaku kerja yang sehat dan benar dalam penanganan makanan (Departemen Kesehatan RI, 2006). Prinsip Penyehatan Makanan Dalam Penyelenggaraan Makanan adalah dengan menggunakan tehnik HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) meliputi bahan makanan, penjamah makanan dan cara kerja yang dilakukan serta upaya pengendalian pertumbuhan kuman berbahaya. a. Bahan Makanan (Sumber, Mutu, Cara Penanganan) 1) Sumber bahan makanan: Harus diketahui asal lokasinya secara pasti, tidak tercemar dari sampah atau pupuk yang dipakai, bebas dari insektisida, peptisida atau bahan kimia lainnya. 2) Mutu bahan makanan: Harus dipilih bahan makanan yang bermutu baik, yaitu bahan makanan segar, yang aman, utuh, baik dan bergizi, misalnya : utuh, tidak berlubang/berulat, besar dan bentuk seragam, tidak busuk, tidak kotor dan tidak layu, cukup masak/matang (untuk buah). 3) Cara penanganan bahan makanan: Harus memperhatikan cara penanganan yang tepat dan baik, misalnya : Dengan menggunakan kemasan yang memenuhi syarat, memperhatikan pengangkutan yang layak, dsb.
74 b. Hygiene Tenaga Penjamah Makanan 1) Untuk mewujudkan penyehatan perorangan yang layak dalam penyelenggaraan makanan, diperlukan tenaga penjamah yang memenuhi syarat sbb: 2) Bukti sehat diri dan bebas dari penyakit. 3) Tidak menderita penyakit kulit, penyakit menular, scabies ataupun luka bakar. 4) Bersih diri, pakaian dan seluruh badan. 5) Mengikuti pemeriksaan kesehatan secara periodik. 6) Mengetahui proses kerja dan pelayanan makanan yang benar dan tepat. 7) Mengetahui teknik dan cara menerapkan hygiene dan sanitasi dalam penyelenggaraan makanan. 8) Berperilaku yang mendukung terwujudnya penyehatan makanan. c. Prosedur Kerja Kontaminasi makanan atau kontaminasi ulang dapat disebabkan oleh perilaku si penjamah makanan selama berkerja. Hal ini disebabkan karena pegawai tidak bekerja sesuai dengan prosedur kerja yang ada. d. Upaya Pengendalian Upaya pengendalian faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kuman pada makanan dan minuman, dapat dilakukan dengan pemantauan titik-titik rawan pada jalur penanganan makanan dan minuman yang diperkirakan memudahkan timbulnya bakteri dan fungi. Pengawasan terhadap sanitasi dalam penyelenggaraan makanan meliputi : 1) Penjamah makanan, dengan melakukan pemeriksaan kesehatan dan usap dubur/kulit secara berkala.
75 2) Bahan makanan dan makanan meliputi pemeriksaan kualitas bahan makanan dan makanan melalui berbagai uji, pest-control serta penilaian kualitas makanan melalui metode HACCP. 3) Peralatan dengan melakukan uji sanitasi peralatan misalnya: uji usap meja kerja, peralatan masak, dsb. 4) Lingkungan dengan melakukan uji sanitasi lingkungan misalnya: uji sanitasi lantai, dinding, dll. 2.7.2 Keselamatan Kerja Keselamatan kerja (safety) adalah segala upaya atau tindakan yang harus diterapkan dalam rangka menghindari kecelakaan yang terjadi akibat kesalahan kerja petugas ataupun kelalaian/ kesengajaan (Departemen Kesehatan RI, 2006). Prinsip keselamatan kerja pegawai dalam proses penyelenggaraan makanan sbb : 1) Mencakup pengendalian teknis (tersedianya ruang istirahat untuk pegawai, letak, bentuk dan konstruksi alat sesuai dengan kegiatan dan memenuhi syarat yang telah ditentukan, ruangan dapur cukup luas, denah sesuai dengan arus kerja dan dapur dibuat dari bahan-bahan atau konstruksi yang memenuhi syarat, perlengkapan alat kecil yang cukup disertai tempat penyimpanan yang praktis, penerapan dan ventilasi yang cukup memenuhi syarat). 2) Adanya pengawasan kerja yang dilakukan oleh penanggung jawab dan terciptanya kebiasaan kerja yang baik oleh pegawai. 3) Pekerjaan yang ditugaskan hendaknya sesuai dengan kemampuan kerja dari pegawai.
76 4) Volume kerja yang dibebankan hendaknya sesuai dengan jam kerja yang telah ditetapkan. Dan pegawai diberi waktu untuk istirahat setelah 3 jam bekerja, karena kecelakaan kerja sering terjadi setelah pegawai bekerja > 3 jam. 5) Maintenance (Perawatan) alat dilakukan secara kontinyu agar peralatan tetap dalam kondisi yang layak pakai. 6) Adanya pendidikan mengenai keselamatan kerja bagi pegawai. 7) Adanya fasilitas/peralatan pelindung dan peralatan pertolongan pertama yang cukup. 8) Petunjuk penggunaan alat keselamatan kerja.
77 BAB III ALUR DAN JADWAL KEGIATAN
3.1 Alur Kegiatan Berikut ini merupakan langkah-langkah atau alur kegiatan magang yang merupakan pedoman pada saat melakukan magang di Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia yang dimulai sejak tanggal 11 Februari sampai dengan 19 Maret 2009.
61 Gambar 3.1 Alur Kegiatan Magang Di RSU Menteng Mitra Afia Tahun 2009 SEBELUM MAGANG 1. Mencari Tempat Magang 2. Mengajukan Surat Permohonan Magang 3. Mengajukan Surat Permohonan Magang ke Instansi yang Terkait 4. Melaporkan Hasil Persetujuan dari Instansi kepada PJ magang SAAT MAGANG 1. Perkenalan dan proses adaptasi dengan staff RSU Menteng Mitra Afia. 2. Mempelajari dokumen mengenai gambaran umum RSU Menteng Mitra Afia. 3. Mempelajari dokumen mengenai gambaran umum Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia. 4. Mengikuti kegiatan penyelenggaraan makanan pasien rawat inap di Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia. 5. Mengikuti kegiatan asuhan gizi pasien rawat inap di RSU Menteng Mitra Afia. SETELAH MAGANG 1. Membuat Laporan Magang 2. Bimbingan Laporan Magang Dengan Pembimbing Fakultas dan Pembimbing Lapangan 3. Mempresentasikan Laporan Magang
78 Berdasarkan gambar 3.1 terlihat bahwa langkah-langkah kegiatan magang penulis terbagi menjadi 3, yaitu sebelum magang, saat magang dan setelah magang. Sebelum magang penulis mencari tempat untuk magang, kemudian mengajukan surat permohonan magang kepada prodi dan menyerahkannya kepada instansi terkait. Setelah disetujui oleh instansi, penulis melaporkan hasil persetujuan dari instansi kepada PJ magang. Saat magang penulis melakukan perkenalan dan proses adaptasi dengan staff RSU Menteng Mitra Afia, lalu mengetahui gambaran umum dengan mempelajari dokumen dan melihat proses pelayanan rumah sakit yang ada dan berjalan di RSU Menteng Mitra Afia mulai dari pelayanan rawat jalan, rawat inap dan pelayanan penunjang medis dan non medis. Setelah mengetahui semua bentuk pelayanan kesehatan di RSU Menteng Mitra Afia, penulis mulai fokus ke tujuan magang yaitu mengetahui Gambaran Pelayanan Gizi Rawat Inap di RSU Menteng Mitra Afia dengan terlebih dahulu mengetahui gambaran umum dengan mempelajari dokumen yang berisi informasi mengenai instalasi gizi dan melihat keberadaan Intalasi Gizi di RSU Menteng Mitra Afia serta melakukan proses adaptasi dengan ahli gizi dan staff agar dapat mudah bekerja sama dalam tim. Kemudian penulis ikut serta dalam kegiatan PGRS yang meliputi asuhan gizi pasien rawat inap dan penyelenggaraan makanan serta mulai mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk laporan magang yang dilakukan dengan mempelajari dokumen, observasi dan wawancara dengan beberapa pasien serta pegawai yang ada di Instalasi gizi terkait pelayanan gizi yang diberikan. Langkah terakhir penulis melakukan penulisan laporan magang berdasarkan data yang diperoleh selama magang dengan membandingkan hasil yang didapat dengan teori
79 PGRS, teori manajemen gizi institusi, teori penyelenggaraan makanan, dan referensi lainnya. Selanjutnya, penulis melakukan bimbingan laporan magang dengan pembimbing fakultas dan pembimbing lapangan guna penyempurnaan laporan menjadi lebih baik. Untuk kemudian laporan magang dipresentasikan kepada program studi. 3.2 Jadwal Kegiatan Magang Kegiatan magang di Instalasi gizi RSU Menteng Mitra Afia Cikini Jakarta Pusat berlangsung mulai tanggal 11 Februari 19 Maret 2009 berlangsung dengan kegiatan sebagai berikut :
80 Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Magang
No.
HARI
TANGGAL KEGIATAN TEMPAT 1. Rabu
11 Februari 2009 a. Perkenalan dan proses adaptasi dengan staf RSU Menteng Mitra Afia (MMA). b. Perkenalan dan proses adaptasi dengan staf Instalasi gizi RSU Menteng Mitra Afia (MMA). c. Memperoleh informasi mengenai gambaran umum RSU Menteng Mitra Afia (MMA). Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia 2. Kamis
12 Februari 2009 a. Ikut serta dalam penerimaan bahan makanan basah. b. Ikut serta dalam persiapan selingan pagi, makan siang, selingan siang, dan makan sore. c. Ikut serta dalam penyajian selingan pagi, makan siang, selingan siang, dan makan sore.
Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia 3. Jumat
13 Februari 2009 Mengikuti kuliah Manajemen Gizi Institusi bersama Pak Bambang P. Cadrana Kampus 4. Sabtu
14 Februari 2009 a. Mengikuti proses perencanaan menu untuk pasien. b. Mengambil data mengenai daftar menu makanan pasien di instalasi gizi RSU Menteng Mitra Afia (MMA). c. Ikut serta dalam persiapan selingan pagi, makan siang, selingan siang dan makan sore. d. Ikut serta dalam penyajian selingan pagi, makan siang, selingan siang dan makan sore. Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia 5. Senin
16 Februari 2009 a. Mengikuti proses penerimaan bahan makanan basah untuk pasien. b. Mengikuti proses penyimpanan bahan makanan basah untuk pasien. c. Ikut serta dalam persiapan selingan pagi, makan siang, selingan siang dan makan sore. d. Ikut serta dalam penyajian selingan pagi, makan siang, selingan siang dan makan sore. Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia
81 No. HARI TANGGAL KEGIATAN TEMPAT 6. Selasa
17 Februari 2009 a. Ikut serta dalam persiapan dan pengolahan selingan pagi, makan siang, selingan siang dan makan sore. b. Ikut serta dalam penyajian selingan pagi, makan siang, selingan siang dan makan sore. c. Pengambilan data struktur organisasi Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia (MMA). d. Mengambil data mengenai daftar tenaga kerja RSU Menteng Mitra Afia (MMA).
Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia 7. Rabu
18 Februari 2009 a. Ikut serta dalam persiapan dan pengolahan selingan pagi, makan siang, selingan siang dan makan sore. b. Ikut serta dalam penyajian selingan pagi, makan siang , selingan siang dan makan sore. c. Konsultasi dengan pembimbing lapangan RSU Menteng Mitra Afia (MMA)
Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia 8. Kamis
19 Februari 2009 a. Ikut serta dalam proses pengadaan bahan makanan kering bagi pasien. b. Ikut serta dalam persiapan dan pengolahan selingan pagi, makan siang, selingan siang dan makan sore. c. Ikut serta dalam penyajian selingan pagi, makan siang, selingan siang dan makan sore. d. Mengambil data mengenai jumlah kunjungan rawat jalan dan rawat inap di RSU Menteng Mitra Afia Tahun 2008.
Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia
9. Jumat
20 Februari 2009 a. Mengikuti kuliah Manajemen Gizi Institusi bersama Pak Bambang P. Cadrana. b. Konsultasi Dosen Pembimbing Fakultas: Evaluasi kegiatan magang minggu I.
Kampus 10. Sabtu
21 Februari 2009 a. Ikut serta dalam persiapan dan pengolahan selingan pagi, makan siang, selingan siang dan makan sore. b. Ikut serta dalam penyajian selingan pagi, makan siang, selingan siang dan makan sore. c. Pengambilan data mengenai jadwal dinas unit gizi bulan februari tahun 2009.
Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia
82 No. HARI TANGGAL KEGIATAN TEMPAT 11. Senin
23 Februari 2009 a. Ikut serta dalam persiapan selingan pagi, makan siang, selingan siang, dan makan sore. b. Ikut serta dalam penyajian selingan pagi, makan siang, selingan, dan makan sore c. Pengambilan data mengenai denah RSU Menteng Mitra Afia (MMA).
Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia 12 Selasa 24 Februari 2009 a. Ikut serta dalam persiapan selingan pagi, makan siang, selingan siang, dan makan sore. b. Ikut serta dalam penyajian selingan pagi, makan siang, selingan, dan makan sore.
Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia 13 Rabu 25 Februari 2009 a. Ikut serta dalam persiapan selingan pagi, makan siang, selingan siang, dan makan sore. b. Ikut serta dalam penyajian selingan pagi, makan siang, selingan, dan makan sore.
Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia 14. Kamis
26 Februari 2009 a. Ikut serta dalam penerimaan bahan makanan basah. b. Ikut serta dalam persiapan dan pengolahan selingan pagi, makan siang, selingan siang dan makan sore c. Ikut serta dalam penyajian selingan pagi, makan siang, selingan siang dan makan sore.
Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia 15. Jumat 27 Februari 2009 a. Ikut serta dalam persiapan selingan pagi, makan siang, selingan siang dan makan sore. b. Ikut serta dalam penyajian selingan pagi, makan siang, selingan siang dan makan sore. c. Konsultasi Dosen Pembimbing Fakultas: Evaluasi kegiatan magang minggu II
Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia Dan Kampus 16. Sabtu
28 Februari 2009 a. Ikut serta dalam persiapan selingan pagi, makan siang, selingan siang dan makan sore. b. Ikut serta dalam penyajian selingan pagi, makan siang, selingan siang dan makan sore. c. Konsultasi dengan pembimbing lapangan RSU Menteng Mitra Afia (MMA).
Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia
83 No. HARI TANGGAL KEGIATAN TEMPAT 17. Senin 2 Maret 2009 a. Ikut serta dalam persiapan selingan pagi, makan siang, selingan siang, dan makan sore. b. Ikut serta dalam penyajian selingan pagi, makan siang, selingan siang dan makan sore. c. Ikut serta dalam kujungan (visit) dan kegiatan konsultasi untuk pasien rawat inap seputar diet yang harus dijalani. d. Konsultasi dengan pembimbing lapangan RSU Menteng Mitra Afia (MMA).
Instalasi Gizi dan Ruang Rawat Inap RSU Menteng Mitra Afia 18. Selasa 3 Maret 2009 a. Ikut serta dalam persiapan dan pengolahan selingan pagi, makan siang, selingan siang dan makan sore. b. Ikut serta dalam penyajian selingan pagi, makan siang, selingan siang makan sore. c. Observasi dan wawancara dengan beberapa pasien rawat inap terkait pelayanan gizi yang diberikan.
Instalasi Gizi dan Ruang Rawat Inap RSU Menteng Mitra Afia 19. Rabu 4 Maret 2009 Kepustakaan
Perpustakaan FKIK 20. Kamis 5 Maret 2009 a. Ikut serta dalam persiapan dan pengolahan selingan pagi, makan siang dan selingan siang dan makan sore. b. Ikut serta dalam penyajian selingan pagi, makan siang dan selingan siang dan makan sore.
Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia 21. Jumat 6 Maret 2009 a. Ikut serta dalam persiapan dan pengolahan selingan pagi, makan siang dan selingan siang dan makan sore. b. Ikut serta dalam penyajian selingan pagi, makan siang dan selingan siang dan makan sore.
Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia 22. Sabtu 7 Maret 2009 a. Ikut serta dalam persiapan selingan pagi, makan siang dan selingan siang dan makan sore. b. Ikut serta dalam penyajian selingan pagi, makan siang dan selingan siang dan makan sore.
Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia
84
No. HARI TANGGAL KEGIATAN TEMPAT 23. Selasa 10 Maret 2009 a. Ikut serta dalam persiapan selingan pagi, makan siang, selingan, dan makan sore. b. Ikut serta dalam penyajian selingan pagi, makan siang, selingan, dan makan sore c. Observasi dan wawancara dengan beberapa pasien rawat inap terkait pelayanan gizi yang diberikan. d. Kujungan (visit) dan kegiatan konseling gizi untuk pasien rawat inap seputar diet yang harus dijalani.
Instalasi Gizi dan Ruang Rawat Inap RSU Menteng Mitra Afia 24. Rabu 11 Maret 2009 a. Ikut serta dalam persiapan selingan pagi, makan siang, selingan, dan makan sore. b. Ikut serta dalam penyajian selingan pagi, makan siang, selingan, dan makan sore c. Observasi dan wawancara dengan beberapa pasien rawat inap terkait pelayanan gizi yang diberikan. d. Ikut serta dalam asuhan gizi rawat inap (diantaranya mengikuti pengkajian status gizi dan penentuan macam serta jenis diet)
Instalasi Gizi dan Ruang Rawat Inap RSU Menteng Mitra Afia 25. Kamis 12 Maret 2009 a. Ikut serta dalam persiapan selingan pagi, makan siang, selingan, dan makan sore. b. Ikut serta dalam penyajian selingan pagi, makan siang, selingan, dan makan sore c. Observasi dan wawancara dengan beberapa pasien rawat inap terkait pelayanan gizi yang diberikan. d. Ikut serta dalam asuhan gizi rawat inap (diantaranya mengikuti penentuan kebutuhan gizi dan penentuan macam serta jenis diet)
Instalasi Gizi dan Ruang Rawat Inap RSU Menteng Mitra Afia 26. Jumat 13 Maret 2009 a. Ikut serta dalam persiapan selingan pagi, makan siang, selingan, dan makan sore. b. Ikut serta dalam penyajian selingan pagi, makan siang, selingan, dan makan sore c. Konsultasi Dosen Pembimbing Fakultas: Evaluasi kegiatan magang minggu III
Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia & Kampus
85
No. HARI TANGGAL KEGIATAN TEMPAT 27. Sabtu 14 Maret 2009 a. Ikut serta dalam persiapan makan pagi, makan siang, selingan, dan makan sore. b. Ikut serta dalam penyajian selingan pagi, makan siang, selingan, dan makan sore c. Observasi dan wawancara dengan beberapa pasien rawat inap terkait pelayanan gizi yang diberikan. d. Ikut serta dalam kegiatan konseling gizi untuk pasien rawat inap.
Instalasi Gizi dan Ruang Rawat Inap RSU Menteng Mitra Afia 28. Senin 16 Maret 2009 a. Ikut serta dalam persiapan makan pagi, makan siang, selingan, dan makan sore. b. Ikut serta dalam penyajian makan pagi, makan siang, selingan, dan makan sore c. Observasi dan wawancara dengan beberapa pasien rawat inap terkait pelayanan gizi yang diberikan. d. Konsultasi dengan pembimbing lapangan RSU Menteng Mitra Afia (MMA)
Instalasi Gizi dan Ruang Rawat Inap RSU Menteng Mitra Afia 30. Selasa 17 Maret 2009 a. Ikut serta dalam persiapan selingan pagi, makan siang, selingan, dan makan sore. b. Ikut serta dalam penyajian selingan pagi, makan siang, selingan, dan makan sore. c. Ikut serta dalam kegiatan konseling gizi untuk pasien rawat inap. d. Pengolahan dan analisis data yang sudah terkumpul.
Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia 31. Rabu 18 Maret 2009 a. Ikut serta dalam persiapan selingan pagi, makan siang, selingan, dan makan sore. b. Ikut serta dalam penyajian makan siang, selingan, dan makan sore. c. Ikut serta dalam kegiatan konseling gizi untuk pasien rawat inap.
Perpisahan dengan staf RSU Menteng Mitra Afia (MMA) khususnya dengan staf Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia (MMA)
Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia
86 Tabel 3.1 merupakan jadwal kegiatan magang yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan magang di Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia. Jadwal ini dibuat untuk memudahkan penulis dalam melakukan kegiatan magang dan memperoleh tujuan yang ingin dicapai dari pelayanan gizi rumah sakit di Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia Cikini Jakarta Pusat tahun 2009.
87 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Umum (RSU) Menteng Mitra Afia Rumah Sakit Umum Menteng Mitra Afia (MMA) merupakan Rumah Sakit tipe C yang awalnya bergerak dalam bidang jasa pelayanan kesehatan bernama Rumah Sakit Khusus Neurologi dan Psikiatri sejak tahun 1997 dan berubah menjadi Rumah Sakit Umum tahun 1999. Rumah Sakit ini berlokasi di Jl. Kali Pasir nomor 9 Cikini Jakarta Pusat. Rumah Sakit Umum Menteng Mitra Afia didirikan dibawah naungan PT. Mitra Menteng Abadi berdasarkan Surat Izin Penyelenggaraan Rumah Sakit yang dikeluarkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor YM.02.04.3.5. Rumah Sakit ini berdiri di atas tanah seluas 1,600 m 2 dengan sebuah bangunan yang terdiri dari 4 lantai dan luas bangunan 3359 m saat ini cukup menarik perhatian masyarakat sekitar karena didukung tenaga yang kompeten dibidangnya. Sejak berdiri, RSU Menteng Mitra Afia terus mengalami perkembangan terbukti dengan dibukanya beberapa unit pelaksana fungsional untuk pelayanan rawat jalan, seperti Unit Gawat Darurat 24 jam, poliklinik penyakit dalam, poliklinik paru, poliklinik mata, poliklinik kebidanan, poliklinik psikiatri, poliklinik THT, poliklinik gigi dan mulut, poliklinik kulit, kelamin & kecantikan, poliklinik neurologi, poliklinik bedah, poliklinik anak. Untuk pelayanan rawat inap, RSU Menteng Mitra Afia menyediakan kapasitas 59 tempat tidur. Terdiri dari 4 kelas perawatan yaitu kelas VIP, kelas I, II dan III. Pihak Rumah Sakit menyediakan 6 kamar untuk kelas VIP, 3 kamar untuk kelas I, 4 kamar
71
88 untuk kelas II, 5 kamar untuk kelas III, dan 1 kamar isolasi. Selain itu, RSU Menteng Mitra afia juga menyediakan fasilitas pelayanan penunjang medis seperti pelayanan Laboratorium, Radiologi, Farmasi, Akupuntur, Perinatologi, Fisiotherapy, Spirometri, Gizi, Psikologi, USG, EMG, EKG, EEG dan lain-lain (Profile RSU Menteng Mitra Afia). RSU Menteng Mitra Afia secara langsung menerima rujukan dari berbagai Puskesmas di wilayah Cikini dan sekitarnya baik untuk rawat jalan dan rawat inap, maupun untuk tindakan operasi. Dan apabila penyakit tidak bisa ditangani oleh RSU Menteng Mitra Afia, maka pasien akan dirujuk langsung ke Rumah Sakit lain. Disamping rujukan medis ke rumah sakit lain, didatangkan juga dokter ahli tamu (konsultan medis) pada kasus-kasus tertentu sehingga pasien tidak perlu ke rumah sakit lain. Untuk pelayanan gizi, RSU Menteng Mitra Afia terfokus pada pelayanan rawat inap dan penyelenggaraan makanan. Pasien rawat inap terbanyak pada RSU Menteng Mitra Afia adalah penduduk sekitar Cikini. RSU Menteng Mitra Afia yang telah beroperasi selama 12 tahun terus berusaha meningkatkan kualitas pelayanan Rumah Sakit. Saat ini konsumen RSU Menteng Mitra Afia terus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari jumlah kunjungan rawat inap dan rawat jalan tahun 2007 sebesar 10949 pasien dan meningkat 29% menjadi 14121 pasien pada tahun 2008 (Laporan Tahunan RSU Menteng Mitra Afia Tahun 2008). Hingga saat ini, RSU Menteng Mitra Afia terus melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam meningkatkan kualitas pelayanan kepada konsumennya (pasien)
89 sehingga RSU Menteng Mitra Afia menjadi Rumah Sakit pilihan masyarakat di Cikini dan sekitarnya. 1. Visi Menjadi Rumah Sakit Yang Memberikan Pelayanan Bermutu, Terpercaya, Mengutamakan Kepuasan Dan Terjangkau Masyarakat Pada Tahun 2013. 2. Misi a. Menerapkan sistem manajemen Rumah Sakit yang berkualitas dan professional. b. Meningkatkan kompetensi, kinerja dan kesejahteraan SDM untuk memberikan pelayanan yang bermutu. c. Membangun tata nilai dan budaya kerja yang fokus pada kepuasan pelanggan. d. Meningkatkan sarana dan prasarana untuk mendukung pelayanan yang bermutu. e. Meningkatkan kerjasama yang saling menguntungkan dengan mitra usaha Rumah Sakit. 3. Motto Tidak Pernah Berhenti Untuk Menjadi Lebih Baik 4. Budaya Kerja Budaya kerja yang ada di RSU Menteng Mitra Afia adalah : a. Profesional b. Peduli c. Disiplin
d. Kerjasama
e. Jujur
90
4.1.1 Struktur Organisasi RSU Menteng Mitra Afia
SK. Nomor : 002/SK-DIR/RS.MMA/V/07 DIREKTUR FARMASI dr. Wahyu M. Sudrajat PT. MITRA MENTENG ABADI DIREKTUR RS. MENTENG MITRA AFIA Dr. Abdillah Hasbi Assadyk, SpTHT WADIR MEDIS & PENUNJANG MEDIS Dr. H. Muhammad Henalsyah KA. RAWAT JALAN - UGD MEDICAL CHECK UP LABORATORIUM & RADIOLOGI Dr. Emmy Susanti KA. RAWAT INAP Dr. Zulkarnaen Barasila, Sp.P KA. KEBIDANAN & PENY. ANAK Dr. Ari Kusuma J., Sp.OG KA. KEPERAWATAN Br. H. Ady Moch. Rozak SEKRETARIAT Irma Sulistiawati, Amd.Perkes HUMAS & PEMASARAN Dra. Syamsiah Yunus Hj. Anna Suhanah, AMK., S.Sos. Hari Cahyadi KA. REHABILITASI MEDIS ( EEG & EMG ) Dr. Eka Musridharta, Sp.S KA. ANASTESI Dr. Ketut Irianta, SpAn KA. REKAM MEDIS Yulis Nurlaeli M., SE KA. GIZI MEDIS Rohani Dolok Saribu, AMG WADIR KEUANGAN & UMUM Sara Aquarina, SS., SE., MBA KA. BAGIAN KEUANGAN Etty Gestariningsih KA. BAGIAN RUMAH TANGGA ( Pantry, Laundry, Linen & Cleaning Service ) Moeljati Soemardji KA. BAGIAN UMUM (Teknisi, Satpam & Sopir ) Drs. Ali Djohan Sikumbang KA. BAGIAN AKUNTANSI Khamelia, SE KA. BAGIAN KEPEGAWAIAN Muhammad, SE KA. KAMAR OPERASI Dr. Soleh A. Assegaff, Sp.B Gambar 4.1 Struktur Organisasi Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia Tahun 2008
91 Struktur organisasi RSU Menteng Mitra Afia, terdiri dari : 1. Direktur Utama selaku dewan direksi PT. Mitra Menteng Abadi 2. Direktur Rumah Sakit Umum Menteng Mitra Afia, membawahi : a. Humas dan Pemasaran b. Sekretariat c. Ka. Bag. Kepegawaian d. Wakil Direktur Medis dan Penunjang Medis e. Wakil Direktur Keuangan dan Umum 3. Wakil Direktur Medis dan Penunjang Medis, membawahi : a. Ka. Rawat jalan UGD, Medical check up, Laboratorium & radiologi b. Ka. Rawat Inap c. Ka. Kebidanan & Penyakit Anak d. Ka. Anastesi e. Ka. Kamar operasi f. Ka. Keperawatan g. Ka. Rehabilitasi medis h. Ka. Rekam medis i. Ka. Gizi Medis 4. Wakil Drektur Keuangan dan Umum, membawahi : a. Ka. Bag. Keuangan b. Ka. Bag. Akuntansi c. Ka. Bag.Rumah Tangga (Pantry, Laundry, Linen & Cleaning Service) d. Ka. Bag.Umum (Teknisi, Satpam & Sopir )
92 Struktur organisasi RSU Menteng Mitra Afia terdiri dari direktur utama selaku dewan direksi PT. Mitra Menteng Abadi, direktur rumah sakit yang membawahi Humas dan Pemasaran, Sekretariat, Ka. Bag. Kepegawaian; Selanjutnya ada Wakil Direktur Medis dan Penunjang Medis yang membawahi Ka. Rawat jalan UGD, Medical check up, Laboratorium & radiology, Ka. Rawat Inap, Ka. Kebidanan & peny. Anak, Ka. Anastesi, Ka. Kamar operasi, Ka. Keperawatan, Ka. Rehabilitasi medis, Ka. Rekam medis, Ka. Gizi Medis. Selain itu juga terdapat Wakil Direktur Keuangan dan Umum yang membawahi Ka. Bag. Keuangan, Ka. Bag. Akuntansi, Ka. Bag.Rumah Tangga (Pantry, Laundry, Linen & Cleaning Service), Ka. Bag.Umum (Teknisi, Satpam & Sopir).
4.1.2 Sarana dan Prasarana RSU Menteng Mitra Afia Dalam menunjang segala kegiatan pelayanan kesehatan rumah sakit baik rawat inap maupun rawat jalan, RSU Menteng Mitra Afia memiliki beberapa sarana dan prasarana kesehatan yang cukup lengkap untuk golongan rumah sakit swasta umum yaitu : 1. Pelayanan Gawat Darurat (Instalasi Gawat Darurat/ IGD) 24 Jam. 2. Pelayanan Rawat Inap, mempunyai kapasitas 59 tempat tidur dengan jumlah ruang perawatan sebanyak 18 buah kamar, yang terbagi menjadi beberapa kelas perawatan antara lain : a. Kelas VIP (6 kamar: R.301, R.302, R.303, R.304, R.308, R.309) dengan kapasitas 1 TT. b. Kelas I (3 kamar: R.305, R.306, R.307 ) dengan kapasitas 2 TT.
93 c. Kelas II (4 kamar: R.201, R.203, R.204, dan R.208/ isolasi) dengan perincian 3 kamar dengan kapasitas 3 TT dan 1 kamar Isolasi dengan kapasitas 1 TT. d. Kelas III (5 kamar: R.202, R.205, R.206, R.207, R.209) yang terdiri dari: 2 kamar dengan kapasitas 4 TT, 2 kamar dengan kapasitas 5 TT, 1 kamar dengan kapasitas 5 TT untuk pasien anak. f. Ruang ICU dengan kapasitas : 2 TT g. Ruang VK (kamar bersalin) dengan kapasitas : 2 TT h. Ruang Perinatologi (Kamar Bayi) yang dilengkapi dengan 10 buah box ba 3. Pelayanan Rawat Jalan, terdiri dari pelayanan poliklinik meliputi : a. Poliklinik Penyakit Dalam b. Poliklinik Paru c. Poliklinik Spesialis Mata d. Poliklinik Kebidanan e. Poliklinik Psikiatri f. Poliklinik THT g. Poliklinik Gigi & Mulut h. Poliklinik Kulit, Kelamin & Kecantikan i. Poliklinik Neurologi j. Poliklinik Bedah k. Poliklinik Anak 4. Medical Check Up a. MCU - Perorangan Uji Kesehatan : Dasar, Standar, Lengkap 1 & 2, Eksekutif, Eksekutif Khusus Wanita, dan Advance. b. MCU Paket Paket pemeriksaan pra-nikah
94 5. Ruang Operasi/ Ruang Bedah Melayani kegiatan pelayanan operasi besar, sedang, kecil dan operasi khusus dengan ditunjang oleh dokter ahli yang berpengalaman dan peralatan modern (seperti : operasi mata, operasi Caesar, operasi khusus). 6. Kamar Bersalin 7. Unit Perinatologi 8. Rekam Medik 9. ICU 10. Penunjang Medis, meliputi : a. Pelayanan Laboratorium b. Pelayanan Radiologi c. Pelayanan Farmasi d. Pelayanan Akupuntur e. Pelayanan Fisiotherapy f. Spirometri g. Pelayanan Gizi h. Pelayanan Psikologi i. USG , EMG , EKG , EEG
95 11. Pelayanan dan Fasilitas lain, meliputi : a. Ambulance 24 Jam b. Instalasi Gizi c. Laundry d. Linen e. Parkir f. Mushola g. Kantin 12. Mitra kerja RSU Menteng Mitra Afia, meliputi : a. Jamsostek b. CAR / Blue Dot c. Telkom d. Mandiri e. B.I. f. PLN g. Credit Suisse h. S.O.S. i. Ad Medika j. Simas k. Ass. AIA Indonesia l. Lippo Medicare m. PT Timah n. AIG Lippo o. Global Assistance p. Nayaka q. Eka Life r. Mega Life s. Manu Life t. Beringin Life u. Tugu Mandiri v. AXA Assistance w. PT PAN Multi Finance
96 4.1.3 Ketenagaan RSU Menteng Mitra Afia RSU Menteng Mitra Afia (MMA) di dukung oleh para dokter umum dan dokter spesialis dari berbagai disiplin ilmu, antara lain : 1. Tenaga Medis berjumlah 48 orang dokter spesialis dan 3 orang dokter umum, dengan perincian sebagai berikut : a. 4 Orang Dokter Penyakit Dalam/ Internist b. 2 Orang Dokter Penyakit Jantung/ Cardiology c. 6 Orang Dokter Bedah/ Surgery d. 5 Orang Dokter Kebidanan dan Kandungan/ Obgyn e. 3 Orang Dokter Kesehatan Anak/ Pediatric f. 3 Orang Dokter Syaraf/ Neurologi g. 3 Orang Dokter Psikiatri h. 1 Orang Dokter THT i. 6 Orang Dokter Mata j. 6 Orang Dokter Gigi dan Mulut k. 1 Orang Dokter Gizi l. 3 Orang Dokter Umum/ Dokter Jaga m. 1 Orang Ahli Fisiotherapi n. 1 Orang Dokter Akupuntur o. 3 Orang Dokter Anestesi p. 1 Orang Dokter Radiologi q. 1 Orang Dokter Patologi Klinik r. 1 Orang Dokter Patologi Anatomi
97 2. Paramedis perawatan yang berjumlah 65 orang dengan perincian : a. 54 orang tenaga perawat b. 9 orang bidan c. 2 pekarya ruang bedah 3. Paramedis Non Perawatan yang berjumlah 14 orang dengan perincian : a. 5 orang tenaga laboratorium b. 4 orang apoteker c. 2 orang tenaga fisioterapi d. 1 orang kepala gizi medis e. 2 orang tenaga radiologi 4. Tenaga Non Medis yang berjumlah 61 orang dengan perincian : a. 1 orang kepala bagian kepegawaian b. 2 orang bag. humas dan pemasaran c. 1 orang kepala bagian keuangan d. 1 orang kepala bagian rumah tangga e. 1 orang kepala bagian umum (teknisi, satpam & sopir) f. 1 orang kepala bagian farmasi g. 1 orang kepala bagian rekam medis h. 5 orang tenaga rekam medis i. 3 orang staff keuangan, 2 orang kasir, dan 1 orang tenaga perpajakan j. 1 orang kepala bagian akuntansi dan 1 orang tenaga adm. Farmasi k. 3 orang staff akuntansi l. 1 orang kepala bagian marketing
98 m. 4 orang operator telepon n. 1 orang staff sekretariat o. 2 orang staff pembelian p. 1 orang koordinator gudang dan logistik dan 1 orang staff logistik q. 1 orang kepala bagian rumah tangga r. 1 orang tenaga teknologi informasi (IT) s. 1 orang koordinator cleaning service dan laundry t. 8 orang tenaga cleaning service u. 3 orang tenaga pelaksana laundry v. 3 orang tenaga keamanan/ Satpam w. 2 orang tenaga tehnisi x. 1 orang driver y. 7 orang tenaga pelaksana Instalasi Gizi Untuk menjalankan kegiatan pelayanan kesehatan, RSU Menteng Mitra Afia memiliki ketenagaan yang cukup terpenuhi untuk menangani setiap pelayanan kesehatan rumah sakit. Ketenagaan yang ada saat ini berjumlah 191 orang yang terdiri dari tenaga medis berjumlah 48 orang dokter spesialis dan 3 orang dokter umum yang terdiri dari Dokter Penyakit Dalam/ Internist, Dokter Penyakit Jantung/ Cardiology, Dokter Bedah/ Surgery, Dokter Kebidanan dan Kandungan/ Obgyn, Dokter Kesehatan Anak/ Pediatric, Dokter Syaraf/ Neurologi, Dokter Psikiatri, Dokter THT, Dokter Mata, Dokter Gigi dan Mulut, Dokter Gizi, Dokter Umum/ Dokter Jaga, Ahli Fisiotherapi, Dokter Akupuntur, Dokter Anestesi, Dokter Radiologi, Dokter Patologi Klinik, Dokter Patologi Anatomi.
99 Untuk tenaga paramedis perawatan berjumlah 65 orang yang terbagi dalam perawat pelaksana poliklinik dan IGD, perawat pelaksana rawat inap, perawat pelaksana ruang bayi, perawat pelaksana ruang bedah, pekarya ruang bedah, perawat pelaksana ruang ICU, bidan pelaksana. Sedangkan untuk tenaga paramedis non perawatan berjumlah 14 orang terdiri dari tenaga Laboratorium, apoteker, fisioterapi, gizi medis, dan radiologi. Dan untuk tenaga non medis berjumlah 61 orang yang terdiri dari Kepala bagian kepegawaian, humas dan pemasaran, kepala bagian keuangan, kepala bagian rumah tangga (pantry, laundry, linen & cleaning servis), kepala bagian umum (teknisi, satpam & sopir), kepala bagian farmasi, kepala bagian rekam medis, tenaga rekam medis, staff keuangan kasir, tenaga perpajakan, kepala bagian akuntansi, tenaga procurnment/adm. Farmasi, staff akuntansi, kepala bagian marketing, operator telepon, staff secretariat, staff pembelian, koordinator gudang dan logistik, staff logistik, kepala bagian rumah tangga, tenaga teknologi informasi (IT), koordinator, cleaning service dan laundry, tenaga cleaning service, tenaga pelaksana laundry, tenaga keamanan/ Satpam, tenaga tehnisi dan driver, serta tenaga pelaksana Instalasi Gizi.
4.1.4 Kinerja Kegiatan RSU Menteng Mitra Afia RSU MMA sudah memiliki Brand Image yang cukup baik di mata masyarakat, khususnya masyarakat daerah Kali Pasir, Cikini Jakarta Pusat. Pelayanan poliklinik/ Medical dengan jenis pelayanan yang lengkap, melayani pasien pada setiap hari kerja dari pukul 07.30 sampai dengan 20.00 WIB ditambah dengan pelayanan UGD selama 24 Jam.
100 Pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan di RSU Menteng Mitra Afia, selain dilakukan oleh dokter-dokter yang bertugas pada poliklinik rawat jalan dan rawat inap, juga dilakukan oleh petugas penunjang medis dan non medis. Peran serta masing-masing petugas yang berperan aktif dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang diberikan kepada konsumen dapat terlihat dari kinerja pelayanan kesehatan RSU Menteng Mitra Afia tahun 2008 yang mengalami peningkatan dari kinerja pada tahun 2007. Hal ini terbukti dari jumlah kunjungan rawat inap dan rawat jalan tahun 2007 sebesar 10949 pasien meningkat 29% menjadi 14121 pasien pada tahun 2008 (Lampiran 5). Berdasarkan indikator pelayanan kesehatan RSU Menteng Mitra Afia tahun 2008 angka BOR (Bed Accupancy Rate/Rata-Rata Penggunaan Tempat Tidur) tahun 2008 adalah 42,63 %, yang artinya presentase efisiensi tempat tidur terisi di RSU Menteng Mitra Afia sebesar 42,63 %, dari tempat tidur yang tersedia. Walaupun angka ini masih kurang dari standar Departemen kesehatan yaitu 60-85%, tetapi pada kenyataannya RSU Menteng Mitra Afia cukup banyak diminati konsumen/pasien terbukti dari jumlah kunjungan rawat inap yang selalu meningkat setiap bulannya. Hal ini juga didukung dengan kondisi bangunan rumah sakit yang sudah diperluas, fasilitas rumah sakit yang memadai, pelayanan yang ramah, kebersihan yang semakin terjaga dan dokter yang menangani merupakan dokter-dokter yang kompeten, terpercaya dan professional dibidangnya.
101 4.2 Gambaran Umum Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan paripurna RSU Menteng Mitra Afia dan merupakan pelayanan penunjang medis yang dibentuk dalam upaya mendukung fasilitas pelayanan rawat inap. Ruang lingkup kegiatan pokok pelayanan gizi di RSU Menteng Mitra Afia terdiri dari asuhan gizi pasien rawat inap dan penyelenggaraan makanan. Instalasi Gizi di RSU Menteng Mitra Afia adalah salah satu unit pelayanan fungsional yang bertugas menyelenggarakan pelayanan gizi rawat inap dan penyelenggaraan makanan untuk pengaturan diet pasien yang sesuai dengan kelas perawatan. Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia dipimpin oleh kepala gizi medis yang bertanggung jawab langsung kepada wakil direktur pelayanan medis dan penunjang medis. Dana untuk penyelenggaraan makanan pasien diberikan langsung oleh pihak rumah sakit dalam hal ini bagian keuangan (wakil direktur keuangan dan umum) kepada bagian Instalasi gizi setiap satu bulan sekali sesuai dengan rencana anggaran yang telah dibuat pihak instalasi gizi. Selanjutnya, ahli gizi akan mengatur pembelian kebutuhan makanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pada saat itu. Anggaran bahan makanan yang telah digunakan selama pelayanan tahun 2008, terdiri dari biaya bahan makanan kering dan basah, biaya peralatan makan, biaya pemakaian gas elpiji, dan biaya pemakaian air (galon). Untuk biaya bahan makanan basah maupun kering dan peralatan diatur oleh ahli gizi melalui pembelian langsung tetapi untuk biaya pemakaian gas elpiji, air galon dan roti pembelian dilakukan melalui rekanan.
102 4.2.1 Struktur Organisasi Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia Struktur organisasi Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia, dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut :
Sumber : Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia
Berdasarkan gambar 4.2 Struktur organisasi Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia adalah Instalasi Gizi dipimpin oleh kepala gizi medis yang bertanggung jawab langsung kepada wakil direktur pelayanan medis dan penunjang medis. Kepala gizi medis yang merupakan penanggung jawab Instalasi Gizi tersebut langsung membawahi juru masak, pramusaji, dan pencuci piring. Wadir Medis & Penunjang Medis Dr. H. Muhammad Henalsyah
Ka. Gizi Medis Rohani Dolok Saribu, AMG
Anggota Instalasi Gizi 1. Juru masak, Belanja dan Tata Usaha : Lianda Tri Larasati & Sri Sumaryani 2. Juru masak : Marlina 3. Pramusaji dan Pemasak snack : Paryani & Sulastri 4. Pencuci Piring : Novianti & Surati
Gambar 4.2 Struktur Organisasi Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia Tahun 2009
103 4.2.2 Ketenagaan Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia 4.2.2.1 Jenis dan Jumlah Tenaga Di Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia, ketenagaan yang ada terdiri dari berbagai kualifikasi pendidikan seperti terlihat pada tabel 4.1 berikut ini : Tabel 4.1 Ketenagaan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum (RSU) Menteng Mitra Afia Tahun 2009 No. PENDIDIKAN JUMLAH (Orang) 1. D3 Gizi 1 2. SMA 1 3. SMEA 1 4. SMK Pariwisata Tata Boga 1 5. SMP 2 6. SD 2 JUMLAH 8 Sumber : Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia Berdasarkan tabel 4.1 ketenagaan di Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia dapat diketahui bahwa tenaga ahli yang tersedia berjumlah 1 orang dengan spesifikasi pendidikan DIII-Gizi dan pegawai yang tidak ahli dengan spesifikasi pendidikan SD- SMA berjumlah 7 orang. Sistem kerja bagi juru masak dan pramusaji di Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia dibagi dalam 2 shift yaitu shift 1 pukul 05.30 - 14.00 WIB dan shift 2 pukul 12.00 20.00 WIB. Masing-masing shift dilakukan oleh 2 orang tenaga pemasak dan 1 orang pramusaji.
104 Sedangkan sistem kerja untuk ahli gizi adalah non-shift yaitu hari Senin-Jumat dari jam 07.30-16.00 WIB tetapi untuk hari Sabtu jam kerja dimulai dari jam 07.30- 14.00 WIB. Kebutuhan tenaga untuk penyelenggaraan makanan merangkap juga sebagai tenaga asuhan gizi rawat inap di Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia saat ini hanya tersedia lulusan D3-Gizi sebanyak 1 orang, sedangkan untuk juru masak makanan pasien sekaligus merangkap sebagai staff tata usaha tersedia sebanyak 2 orang. 1 orang lulusan SMA dan 1 orang lulusan SMK Pariwisata Tata Boga, dan terdapat juru masak yang khusus untuk memasak saja 1 orang dengan kualifikasi pendidikan lulusan SD, sedangkan untuk tenaga pramusaji terdapat 2 orang tenaga diantaranya 1 orang lulusan SMP, dan 1 orang lulusan SMEA. Selanjutnya sebagai tenaga pencuci piring terdapat 1 orang lulusan SMP dan 1 orang lulusan SD. Walaupun masih terdapat pegawai yang tidak sesuai dengan kategori tenaga di Buku Pedoman PGRS yang diterbitkan Depkes (2006), Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia berusaha untuk terus meningkatkan kemampuan pegawainya dengan memberikan arahan dan latihan bagi pegawai Instalasi Gizi yang baru masuk. Sehingga pegawai tersebut dapat menyesuaikan diri dan memiliki keterampilan dalam melakukan tugasnya. Menurut Depkes (2006), kebutuhan tenaga yang diperlukan untuk menunjang kegiatan pelayanan gizi yang ada di rumah sakit meliputi kepala unit pelayanan gizi, koordinator unit-unit, supervisor, pelaksana meliputi juru masak, perbekalan/gudang, pranata komputer, ketatausahaan, penyaji makanan, pekarya. Jumlah tenaga yang
105 diperlukan disesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit sesuai dengan kapasitas tempat tidur dan ruangan. Tenaga yang ada untuk menunjang kegiatan pelayanan gizi rawat inap di rumah sakit ini antara lain kepala unit pelayanan gizi yang sekaligus merangkap sebagai ahli gizi, juru masak merangkap tata usaha, dan pramusaji. Apabila disesuaikan dengan standar Depkes, tenaga yang tidak ada yaitu pranata komputer, pekarya, supervisor dan ketatausahaan. Apabila rumah sakit tersebut menginginkan perubahan tipe rumah sakit pada saat ini menjadi lebih baik, jika terdapat perangkapan tugas sedangkan terdapat peningkatan jumlah kapasitas tempat tidur dan jumlah pasien per hari kemungkinan dapat mengganggu kelancaran pelaksanaan tugas, untuk itu rumah sakit sebaiknya melengkapi kebutuhan tenaga yang dibutuhkan. 4.2.2.2 Kualifikasi Tenaga Gizi Rumah Sakit 1. Kepala Unit Pelayanan Gizi Kepala unit pelayanan gizi rumah sakit bertugas memimpin penyelenggaraan pelayanan gizi di rumah sakit, yang pada umumnya bertanggungjawab kepada Direktur Bidang Penunjang Medis. Kepala unit pelayanan gizi rumah sakit tipe C adalah lulusan S1-Gizi/Kesehatan dengan pendidikan dasar D3-Gizi atau lulusan D4-Gizi, atau serendah-rendahnya lulusan D3-Gizi dengan pengalaman kerja tertentu (Departemen Kesehatan RI, 2006). Saat ini RSU Menteng Mitra Afia memiliki kepala unit pelayanan gizi yang merangkap juga sebagai ahli gizi dengan lulusan D3-Gizi. Kualifikasi kepala unit gizi tersebut telah sesuai dengan buku pedoman PGRS (2006) dan dalam melaksanakan tugas dan fungsi sehari-hari sudah dapat dikategorikan baik. Dimana dalam
106 melaksanakan tugas dan fungsinya, ahli gizi bertanggung jawab langsung kepada wakil direktur medis dan penunjang medis. Tugas dan fungsinya yaitu sebagai penyusun perencanaan pelayanan gizi, penyusun rencana evaluasi pelayanan gizi, melakukan pengawasan dan pengendalian, serta melaksanakan pemantauan. 2. Pelaksana Pelaksana yang dimaksud adalah petugas gizi yang bertugas sebagai ketatausahaan, juru masak, dan pramusaji. a. Tata Usaha Di Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia, tugas-tugas ketatausahaan seperti pembukuan keuangan, penyiapan laporan berkala, registrasi pesanan, pengaturan jadwal dinas kerja Instalasi Gizi, merupakan tanggung jawab staff tata usaha yang merangkap juga sebagai juru masak. Keterbatasan jumlah tenaga di Intalasi Gizi membuat juru masak memiliki tanggung jawab ganda sebagai staff tata usaha. Tugas-tugas ketatausahaan yang dikerjakan oleh juru masak memang bukan menjadi tanggung jawab pokok yang diembannya, melainkan hanya sebuah tugas tambahan yang dikerjakan setelah tugas utamanya sebagai juru masak selesai dikerjakan. Dalam arti bahwa tugas- tugas ketatausahaan dikerjakan diluar jam kerja secara sukarela. Dengan sistem kerja seperti ini tentu saja dapat menyebabkan kinerja tidak maksimal dan akan banyak ditemui kendala seperti terhambatnya pembuatan laporan keuangan maupun kesalahan pencatatan dan pengaturan jadwal dinas antar pegawai (seperti: lembur, cuti, masuk, libur, dll), hingga banyaknya kesalahan dalam pencatatan registrasi daftar pesanan makanan pasien.
107 Selain itu, apabila rumah sakit tersebut mengalami perkembangan dan menginginkan perubahan tipe rumah sakit menjadi lebih baik, jika terdapat perangkapan tugas sedangkan terdapat peningkatan jumlah kapasitas tempat tidur dan jumlah pasien per hari kemungkinan dapat mengganggu kelancaran pelaksanaan tugas. Karena seiring dengan perkembangan yang dicapai oleh rumah sakit maka beban kerja khususnya dalam bidang ketatausahaan di unit Instalasi Gizi juga akan semakin meningkat. Menurut Depkes (2006), tugas-tugas ketatausahaan meliputi registrasi pesanan, pembukuan keuangan, penyiapan laporan berkala, penyiapan laporan khusus, serta pengaturan hal-hal yang berkaitan dengan kepegawaian. Bertambah kompleksnya beban kerja yang akan dihadapi staff tata usaha dalam mendukung pelayanan gizi rumah sakit, manakala rumah sakit tersebut menginginkan perubahan tipe rumah sakit menjadi lebih baik membuat staff tata usaha memiliki peran penting dalam membantu ahli gizi melakukan pembuatan laporan mengenai data status gizi pasien, perkembangan pasien, surat menyurat, pencatatan standar porsi dan standar resep, perubahan diet, registrasi pesanan, hingga pencatatan hasil evaluasi status gizi pasien. Dengan adanya perangkapan tugas seperti yang saat ini terjadi akan membuat pelaksanaan tugas tidak berjalan dengan maksimal sehingga mengganggu kelancaran pelayanan gizi yang diberikan. Selain itu, selama ini tugas-tugas ketatausahaan dikerjakan oleh juru masak dengan pendidikan SMU dan SMK Pariwisata Tata Boga tanpa latar belakang pengetahuan administrasi dan ketatausahaan. Menurut Depkes (2006), agar jenis pekerjaan ketatausahaan dapat dilakukan secara optimal, dibutuhkan tenaga dengan kualifikasi pendidikan D3 Gizi, D1 Gizi, SMU + Kursus administrasi ketatausahaan,
108 SMK Administrasi. Dengan keadaan yang ada saat ini dimana staff tata usaha (merangkap juru masak) yang tersedia tidak sesuai dengan kualifikasi pendidikan menurut standar Depkes (2006). Maka manakala rumah sakit tersebut mengalami perkembangan dan menginginkan perubahan tipe rumah sakit menjadi lebih baik, dikhawatirkan staff tata usaha yang ada sekarang ini, tidak dapat memikul tugas yang semakin kompleks dan membutuhkan konsentrasi penuh. Untuk menghindari terganggunya kinerja dalam bidang tata usaha yang dilakukan oleh pegawai di Instalasi gizi, sebaiknya pihak rumah sakit melengkapi kebutuhan tenaga yang khusus dan fokus menangani bagian tata usaha sesuai dengan kualifikasi pendidikan untuk staff tata usaha menurut standar Depkes. b. Operator Komputer Ketiadaan tenaga/ operator komputer di Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia membuat pekerjaan seperti pembuatan laporan bulanan maupun tahunan masih menggunakan sistem manual (tulisan tangan) lantaran tidak tersedianya komputer dan tenaga untuk mengoperasikannya. Sehingga kerap kali bagian keuangan harus mengetik ulang laporan yang dibuat pihak instalasi gizi tersebut dengan menggunakan komputer. Hal ini menimbulkan ketidakefisienan dalam bekerja dan menghambat serta menambah beban kerja bagian akuntansi (keuangan). Seharusnya disediakan tambahan seorang staff operator komputer dengan latar belakang pendidikan sesuai kualifikasi Depkes (2006) untuk rumah sakit kelas C yaitu SMU atau D3-gizi + kursus komputer. Sehingga tersedia staff/ pegawai yang dapat mengoperasikan komputer untuk melakukan pengorganisasian data dan mendukung efektivitas pelaporan khusus (seperti : laporan keuangan Instalasi Gizi, dsb) agar dapat
109 dilakukan secara mandiri serta mendukung formulasi dan akurasi perencanaan anggaran untuk pengadaan kebutuhan bahan makanan. c. Juru Masak dan Juru Masak Ruangan (Pramusaji) Juru masak yang bertugas di Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia berjumlah 3 orang. Dengan kualifikasi pendidikan diantaranya 1 orang lulusan SMA, 1 orang lulusan SMK Pariwisata tata boga dan 1 orang lulusan SD. Sedangkan, untuk Juru masak ruangan di RSU Menteng Mitra Afia (dikenal dengan sebutan pramusaji) berjumlah 2 orang dengan latar belakang pendidikan diantaranya 1 orang lulusan SMEA dan 1 orang lulusan SMP. Pendidikan yang diperlukan untuk juru masak dan pramusaji pada rumah sakit kelas C adalah SMU/SLTP + Kursus Masak (Departemen Kesehatan RI, 2006). Juru masak dan pramusaji yang ada di Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia telah memenuhi persyaratan kualifikasi pendidikan Depkes (2006) untuk melakukan proses penyelenggaraan makanan mulai dari persiapan bahan makanan sampai pendistribusian makanan ke pasien rawat inap. Walaupun terdapat tenaga yang tidak sesuai dengan kualifikasi pendidikan yang ditentukan Depkes (2006), hal tersebut tidak menjadi kendala karena para pegawai yang di rekrut dan bekerja di Instalasi Gizi sebelumnya telah memiliki pengalaman kerja yang cukup banyak di rumah sakit atau tempat lain. Selain itu, para pegawai yang sekarang ini ada juga telah lama bekerja di RSU Menteng Mitra Afia. Dengan adanya pengalaman seperti ini, proses penyelenggaraan makanan di RSU Menteng Mitra Afia akan menjadi lebih baik karena tenaga Instalasi Gizi telah terlatih dan terampil dalam melakukan pekerjaannya.
110 4.2.2.3 Tugas dan Tanggung Jawab Tenaga Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia 1. Ahli Gizi a. Menyelenggarakan diagnosa/pengkajian dietetik dan pola makan pasien berdasarkan anamnesis diet dan pola makan. b. Menyusun perencanaan pelayanan gizi yang akan diberikan kepada pasien. c. Menterjemahkan preskripsi diet, penyediaan dan pengolahan sesuai dengan kebutuhan dan keadaan pasien. d. Mengelola konseling gizi. e. Mengelola dapur dan gizi yang meliputi jumlah pemberian serta cara pengolahan bahan makanan dan penyaluran makanan. f. Merencanakan jumlah dan macam alat yang dibutuhkan untuk pelayanan gizi. g. Menentukan bentuk pembelian bahan makanan dan peralatan. h. Memberikan bimbingan pada bawahannya dalam meningkatkan mutu pelayanan. i. Mempertimbangkan surat cuti, pindah/berhenti. j. Melakukan pemantauan/controll dan evaluasi terhadap preskripsi diet dan penyajian makanan yang diberikan kepada pasien. 2. Juru Masak a. Melakukan pembelian bahan makanan basah dan kering. b. Merencanakan cara memasak dan memperhitungkan waktu agar sesuai dengan menu dan jadwal pembagian makanan untuk pasien yang telah ditentukan. c. Mempersiapkan peralatan yang akan digunakan untuk memasak. d. Mengambil bahan makanan kering/basah yang akan diolah.
111 e. Melakukan persiapan terhadap bahan makanan yang akan digunakan untuk memasak. f. Memasak bahan makanan sesuai dengan menu yang telah ditentukan. g. Membuat laporan belanja harian untuk pembelian bahan makanan basah dan kering, membuat registrasi pesanan pasien, membuat pembukuan keuangan, pengaturan hal-hal yang berkaitan dengan kepegawaian instalasi gizi meliputi absensi pegawai, daftar dinas. h. Penyediaan barang-barang pecah belah. 3. Pramusaji a. Menyiapkan dan mengantar makanan dan minuman pasien dari Instalasi Gizi untuk dibawa ke ruang pasien. b. Menyajikan makanan untuk pasien. c. Membuat snack (selingan). d. Menyiapkan buah untuk pasien. e. Mengambil peralatan makan pasien yang kotor. f. Melaporkan pasien baru dan pasien yang pulang kepada ahli gizi. g. Mencatat perubahan diet dan mencatat keluhan pasien. h. Bertanggung jawab pada kelengkapan peralatan makan dan minum yang dipakai oleh pasien. i. Melakukan operan kepada pramusaji yang bertugas pada shift berikutnya. j. Melakukan kegiatan penyimpanan bahan makanan basah maupun kering di ruang penyimpanan bahan makanan.
112 4.2.3 Sarana, Peralatan dan Perlengkapan Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia Berdasarkan buku pedoman PGRS yang diterbitkan oleh Depkes (2006) agar kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit dapat berjalan dengan optimal, maka perlu didukung dengan sarana, peralatan dan perlengkapan yang memadai baik untuk rawat inap maupun ruang di unit pelayanan gizi. Peralatan dan sarana memegang peranan penting dalam usaha penyelenggaraan makanan, oleh karena itu perlu perencanaan yang matang mengenai konstruksi sarana fisik, peralatan dan perlengkapan dapur, guna meningkatkan efisiensi kerja berdasarkan hal tersebut maka fasilitas fisik dan sarana harus tersedia, efisien, bersih dan aman (Departemen Kesehatan RI, 1991). 4.2.3.1 Ruang Instalasi Gizi Di ruang Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia, untuk bangunannya memiliki luas 14 m x 5 m maka dapat diketahui bahwa luas bangunan yang tersedia saat ini cukup luas untuk pegawai yang bertugas di Instalasi Gizi sehingga tidak mengalami keterbatasan dan dapat secara leluasa bekerja di ruangan tersebut. Untuk menciptakan pelayanan gizi yang optimal diperlukan peralatan yang memadai seperti tersedianya kompor gas, water heater (aliran air panas dan dingin), bak cuci ganda, meja distribusi, lemari makan gantung, lemari alat-alat, alat pemanas makanan (panci-panci, wajan, dll), alat pengaduk dan gorengan, alat makan (piring, gelas, sendok, mangkok, dll), lemari pendingin, microwave dan kulkas (untuk kelas
113 utama), blender, sarana kebersihan dan tempat sampah tertutup, serta papan tulis (Departemen Kesehatan RI, 2006). Saat ini di ruang Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia telah memiliki ketersediaan peralatan yang memadai seperti tersedianya kompor gas, water heater, trolly, mixer, meja penyajian dll. Namun, terbatasnya ketersediaan terhadap jumlah alat makan pasien akibat banyaknya peralatan makan pasien yang hilang, dibawa pulang, atau tidak layak pakai dapat menyebabkan kelancaran proses pemberian makanan ke pasien menjadi terganggu. Akan tetapi, hal ini selalu diperhatikan, sehingga jika terjadi kekurangan akan langsung dilakukan pembelian. 1. Perencanaan Bangunan, Peralatan Dan Perlengkapan Agar perencanaan makanan dapat berjalan dengan optimal, maka ruangan, peralatan dan perlengkapannya perlu direncanakan dengan baik dan benar. Dalam merencanakan sarana fisik/bangunan untuk unit pelayanan gizi rumah sakit, maka diperlukan kesatuan pemikiran antara perencana dan pihak manajemen yang terkait. Oleh karena itu, diperlukan satu tim yang memiliki keahlian yang berbeda, yang secara langsung akan memanfaatkan hasil perencanaannya, yang terdiri dari arsitek, konsultan manajemen, insinyur bangunan/sipil, listrik, disainer bagian dalam gedung, instalator, ahli gizi serta unsur lain di rumah sakit yang terkait langsung seperti pemilik rumah sakit, direktur rumah sakit serta instalasi prasarana rumah sakit (Departemen Kesehatan RI, 2006). Berdasarkan hasil observasi, Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia berlokasi di lantai dasar tepat di bagian belakang rumah sakit, bersebelahan dengan musholla, kantin,
114 ruang logistik, ruang rapat, ruang direksi rumah sakit dan juga dekat dengan tempat parkir (jalan keluar bagian belakang). Dalam merencanakan bangunan, peralatan dan perlengkapan kepala Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia hanya dilibatkan dalam memberikan masukan berupa penentuan peralatan dan perlengkapan yang diperlukan. Contohnya ahli gizi mengusulkan agar ruang Instalasi Gizi di lengkapi dengan pemasangan blower, exhaust fan, dan water heater untuk menunjang kegiatan penyelenggaraan makanan yang dilakukan di dalam ruangan Instalasi Gizi. Sebagai dampak yang ditimbulkan karena ahli gizi tidak dilibatkan dalam perencanaan bangunan di unit Instalasi gizi, saat ini ditemukan permasalahan dan kendala mengenai kurangnya jumlah ruang/tempat yang di butuhkan. Seperti belum adanya ruang/ tempat penerimaan bahan makanan, ruang fasilitas pegawai dan ruang khusus untuk ahli gizi. Padahal ruang penerimaan, ruang pegawai dan ruang khusus untuk ahli gizi tersebut berfungsi untuk memperlancar kegiatan pelayanan gizi. 2. Fasilitas Ruang Di Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia a. Tempat Penerimaan Bahan Makanan Di Ruang Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia tidak terdapat tempat penerimaan bahan makanan. Padahal adanya tempat penerimaan selain berguna sebagai tempat menerima bahan makanan juga berfungsi untuk tempat mengecek/ memeriksa kualitas serta kuantitas bahan makanan (Departemen Kesehatan RI, 2006). Proses penerimaan dan pengecekan bahan makanan di rumah sakit ini dilakukan di ruang pengolahan bahan makanan. Bahan makanan yang telah diterima sebagian akan
115 disalurkan ketempat persiapan bahan makanan, sebagian lagi langsung diolah, atau disimpan di tempat penyimpanan bahan makanan basah maupun kering. Namun, kegiatan penerimaan bahan makanan yang dilakukan di tempat pengolahan bahan makanan tidak sesuai dengan standar Depkes. Hal ini tentu saja dapat mengganggu arus kerja dan menghambat kelancaran kegiatan pengolahan makanan/selingan untuk pasien yang sedang berlangsung di ruang pengolahan bahan makanan. Karena ruang gerak pegawai di tempat pengolahan menjadi terbatas lantaran bahan makanan yang baru dibeli dari pasar dan diterima di tempat pengolahan diletakkan secara sembarangan dan tidak teratur. Hal ini juga berpotensi menjadi titik rawan terjadinya kecelakaan kerja pada pegawai yang melakukan aktivitas kerja di ruang pengolahan akibat terpeleset, tersandung ataupun terjatuh karena adanya bahan makanan yang diletakkan secara sembarangan. Selain itu, kegiatan penerimaan bahan makanan yang berlangsung di ruang pengolahan juga dapat berpengaruh pada sanitasi makanan yang berada di ruang pengolahan karena berpotensi menimbulkan kontaminasi terhadap makanan/snack yang sedang diolah maupun akan didistribusikan kepada pasien. Sebaiknya perlu disediakan tempat khusus penerimaan bahan makanan yang letaknya mudah dicapai kendaraan, dekat dengan ruang penyimpanan dan persiapan bahan makanan (Departemen Kesehatan RI, 2006). Sehingga proses pengolahan yang berlangsung di ruang pengolahan tidak terganggu dengan aktivitas/kegiatan penerimaan bahan makanan. Hal ini juga sebagai upaya menjaga sanitasi makanan pasien dan keselamatan kerja pegawai di ruang pengolahan bahan makanan.
116 b. Tempat/Ruang Penyimpanan Bahan Makanan Ada dua jenis tempat penyimpanan bahan makanan segar (ruang pendingin) dan tempat penyimpanan bahan makanan kering. Luas tempat pendingin ataupun gudang bahan makanan tergantung pada jumlah bahan makanan yang akan disimpan, cara pembelian bahan makanan, dan frekuensi pemesanan bahan (Departemen Kesehatan RI, 2006). Di ruang Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia saat ini terdapat ruang penyimpanan untuk bahan makanan basah dan kering. Bahan makanan basah ditempatkan pada refrigerator besar dan refrigerator kecil yang dapat dikontrol suhunya, sedangkan bahan makanan kering ditempatkan di lemari kaca dalam satu ruangan. Luas tempat untuk penyimpanan bahan makanan tersebut tidak terlalu besar. Hal ini dikarenakan jumlah bahan makanan yang disimpan tidak terlalu banyak, sehingga luas tempat yang dibutuhkan tidak terlalu besar. Namun demikian, kondisi tempat penyimpanan bahan makanan yang tidak terlalu luas tersebut makin dipersempit lagi dengan adanya tempat/rak serbaguna untuk penyimpanan peralatan masak besar dan perlengkapan juru masak untuk memasak (seperti panci, wajan, termos, nurse cap, Masker, celemek, dll). Selain itu, ruangan penyimpanan bahan makanan ini juga menyatu dengan lynen (tempat penyimpanan pakaian, spray, selimut pasien yang telah di cuci dan disetrika) membuat ruangan tampak menjadi semakin sempit. Akibat ketidaktersediaan ruang untuk pegawai, lynen juga digunakan sebagai tempat ganti pakaian pegawai. Lynen yang menyatu dengan tempat penyimpanan bahan makanan tentu saja berpotensi menimbulkan efek yang buruk bagi bahan makanan yang disimpan akibat penggunaan pewangi pakaian/deterjen yang dipakai pada kain (seperti: pakaian, selimut, spray,
117 sarung bantal, dst) dapat menguap di udara dan mengkontaminasi bahan makanan yang disimpan dalam satu ruang tersebut. Sehingga sebaiknya lynen tersebut diberi sekat berupa tembok atau papan agar tidak menyatu dengan tempat penyimpanan bahan makanan.
Gambar 4.5 Tempat Penyimpanan Bahan Makanan Kering Gambar 4.3 Refrigerator Besar Gambar 4.4 Refrigerator Kecil
118
c. Tempat Persiapan Bahan Makanan Di Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia telah tersedia tempat untuk melakukan persiapan bahan makanan (seperti membersihkan, mengupas, memotong, menggiling, menumbuk, dan lain-lain) yang dekat dengan ruang pemasakan. Pemotongan bahan makanan dalam jumlah banyak ini dilakukan di ruangan yang cukup luas sehingga dapat menampung bahan makanan, alat, dan pegawai. Ketersediaan tempat untuk mempersiapkan bahan makanan membuat kegiatan pengolahan bahan makanan/selingan dan distribusi/penyajian berjalan lebih efektif karena proses persiapan dapat dilakukan dengan baik tanpa mengganggu aktivitas lain yang berjalan di ruang pemasakan. d. Tempat Pemasakan Dan Distribusi Makanan Tempat pemasakan makanan di RSU Menteng Mitra Afia saat ini tersedia satu dapur utama dengan 3 buah kompor gas. 2 buah kompor gas terdapat di dapur utama dan 1 kompor lagi terdapat di ruang persiapan bahan makanan. Belum ada perbedaan
Gambar 4.6 Lynen
119 ruangan untuk mengolah makanan biasa, makanan khusus, serta makanan selingan pasien. Hal ini dapat berpotensi menyebabkan kesalahan dalam prosedur/perlakuan pengolahan makanan yang disajikan untuk pasien dengan jenis makanan biasa maupun pasien yang menjalani diet khusus. Untuk mengatasi hal tersebut, maka juru masak dan ahli gizi melakukan pengawasan yang ketat terhadap proses pengolahan makanan. Di tempat pemasakan tersedia blower yang terpasang di atas kompor/tungku masak yang dapat menyerap asap sehingga dapat meminimalisir bau makanan, bau lemak, dan panas yang berasal dari hasil proses pemasakan makanan.
e. Tempat Pencucian dan Penyimpanan Alat Di Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia telah tersedia tempat pencucian yang letaknya terpisah antara tempat pencucian peralatan memasak dan peralatan makan, tempat perendaman alat makan yang dilengkapi dengan sarana air panas (water heater), dan tempat pencucian khusus (untuk sayuran, beras, daging dan bahan makanan lain). Karena tempat pencucian khusus hanya berjumlah 1 buah, terkadang pencucian daging atau bahan makanan lainnya kerap kali dilakukan di tempat pencucian peralatan makan.
Gambar 4.7 Blower yang Berada Diatas Kompor/Tungku Masak
120 Keadaan ini dapat mepengaruhi higienitas bahan makanan yang dicuci karena dikhawatirkan terdapat sisa makanan pasien yang berasal dari peralatan makan pasien menempel di bahan makanan yang ada di tempat pencucian. Hal ini tentu saja dapat berdampak tidak baik, karena bahan makanan dapat terkontaminasi kotoran dan higienitas bahan makanan yang terganggu dapat berakibat buruk bagi pasien. Peralatan memasak dan peralatan makan yang telah dibersihkan akan disimpan di tempat khusus sehingga mudah bagi juru masak, pramusaji, dan pegawai lainnya untuk memakai kembali peralatan tersebut tanpa harus membuang waktu mencari di tempat lain.
Gambar 4.8 Tempat Pencucian Bahan Makanan, Peralatan Makan, dan Tempat Perendaman Air Panas yang Terpisah
121
f. Tempat Pembuangan Sampah Tempat pembuangan sampah sementara yang tersedia di ruang Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia ada 2 buah. Jika sudah penuh, maka sampah akan langsung dibuang ketempat pengumpulan sampah yang tertutup dan berada di luar ruangan Instalasi Gizi. Namun, dalam sehari-hari pembuangan sampah yang ada belum dibedakan antara tempat sampah khusus sampah organik dan anorganik. Sampah organik merupakan sampah yang dapat diurai secara biologi oleh alam atau bakteri pengurai. Sedangkan sampah anorganik adalah sampah yang tidak dapat diurai secara biologi oleh alam atau bakteri pengurai. Sehingga pembuangan sampah harus dibedakan antara sampah organik dengan anorganik agar kerja bakteri pengurai tidak terhambat. Hal ini merupakan salah satu bentuk perwujudan ramah lingkungan. g. Ruang Fasilitas Pegawai Di Ruang Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia belum tersedia ruang fasilitas pegawai seperti tempat ganti pakaian pegawai, locker, dan tempat peristirahatan khusus pegawai Instalasi Gizi, menyebabkan para pegawai menyimpan barang-barang (seperti: Gambar 4.9 Tempat Penyimpanan Peralatan Makan
Gambar 4.10 Tempat Penyimpanan Peralatan Memasak
122 tas, helm, jaket, dsb) di tempat-tempat yang menurut mereka aman seperti di belakang lemari kaca tempat penyimpanan bahan makanan kering, dan lain-lain. Tata letak barang-barang yang ditaro secara sembarangan tersebut membuat ruang penyimpanan terlihat tidak teratur. Selain itu, untuk mengatasi ketidaktersediaan ruang ganti pakaian para pegawai instalasi gizi memilih alternatif untuk mengganti pakaian di tempat lynen. Dimana letak lynen tersebut berada satu ruangan dengan tempat penyimpanan bahan makanan basah dan kering. Akibatnya, banyak pakaian pegawai yang terlihat menggantung di tempat lynen. Keadaan ini membuat ruang penyimpanan memiliki ruang gerak yang terbatas (sempit), tidak rapih dan tidak nyaman. Sebaiknya dilakukan penambahan ruang untuk fasilitas pegawai. 3. Sarana Fisik Konstruksi sarana fisik, peralatan dan perlengkapan sangat mempengaruhi efisiensi kerja pelayanan makanan di rumah sakit. Tenaga gizi harus diikutsertakan dalam proses perencanaan pembuatan ruangan untuk Instalasi gizi. Agar tidak terjadi kesalahan maupun kekurangan dalam pembuatan ruangan. Dan ruangan yang ada dapat digunakan dengan efektif. a. Bangunan Bangunan Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia terlihat sangat kuat, kokoh dan masih terawat keadaanya karena ruang Instalasi Gizi ini baru mulai ditempati pada bulan juni tahun 2008 (lantai dasar) setelah sebelumnya berada di lantai 1 rumah sakit. Ruangan juga selalu dalam keadaan bersih secara fisik dan tidak ada barang-barang sisa atau bekas yang ditempatkan sembarangan. Luas ruangan instalasi gizi RSU Menteng Mitra Afia adalah 14 m x 5 m. Ruangan tersebut dibagi menjadi 3 ruangan yaitu ruang
123 penyimpanan bahan makanan, ruang pengolahan bahan makanan, dan ruang persiapan bahan makanan. Ketiga ruangan yang letaknya terpisah seperti itu membuat pekerjaan menyimpan bahan makanan, mengolah/memasak, dan melakukan persiapan (memotong, mengupas, mencuci) menjadi tidak terganggu antara satu sama lain. b. Konstruksi Berdasarkan pengamatan penulis, lantai di ruang Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia terbuat dari keramik sehingga mudah dibersihkan, tidak membahayakan/tidak licin, tidak menyerap air dan tahan terhadap asam. Setiap selesai melakukan pengolahan makanan dan penyajian makanan pada masing-masing shift yang bertugas, juru masak, pramusaji, pencuci piring membersihkan ruang instalasi gizi yang dibantu juga oleh cleaning service yang sedang bertugas di bagian instalasi gizi pada hari itu. Untuk keadaan permukaan dinding di ruang instalasi gizi RSU Menteng Mitra Afia cukup halus, mudah dibersihkan, dapat memantulkan cahaya yang cukup bagi ruangan, dan tahan terhadap cairan. Semua kabel dan pipa atau instalasi pipa uap berada dalam keadaan terbungkus atau tertanam dalam lantai atau dinding. Selanjutnya, Kondisi langit-langit di ruang Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia terlihat menutupi atap bangunan. Langit-langit terbuat dari triplek dengan warna putih yang serasi dengan dinding. Jarak antara lantai dengan langit-langit cukup tinggi sehingga udara panas dapat tersirkulasi dengan baik. Untuk penerangan di ruangan, penerangan langsung dari cahaya matahari yang ada di ruangan masih harus dibantu dengan pencahayaan yang berasal dari lampu listrik. Selain itu, ventilasi yang terdapat di dalam ruangan Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia kurang memadai dalam pengeluaran asap dan bau makanan, bau uap lemak, serta
124 panas yang dihasilkan dari aktivitas memasak. Walaupun ventilasi yang tersedia dilengkapi dengan exhause fan, namun jumlah ventilasi yang kurang memadai menyebabkan panas dan udara tidak tersirkulasi dengan baik. Sehingga ruangan cenderung terasa panas. Sehingga perlu diberikan penambahan jumlah lubang ventilasi agar sirkulasi udara dapat berjalan dengan baik.
4. Peralatan dan Perlengkapan di Ruang Penyelenggaraan Makanan Jenis dan jumlah peralatan yang digunakan di instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia seperti terlihat pada tabel 4.2 sebagai berikut :
Gambar 4.11 Ventilasi dilengkapi dengan Exhaust Fan
Gambar 4.12 Penerangan Lampu di Ruang Instalasi Gizi
125
No. Alat yang Tersedia Jumlah Kondisi 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
Meja Makan Kursi Panjang Dispenser Kulkas Rak Besi Siku Etalase Container Kabinet Mixer Blender Panggangan Roti Kursi Plastik Bulat Trolly Stanlees Besar Trolly Kecil Tabung Gas Kompor Gas Meja Kayu Hexsos Fan Blower Kursi Plastik Bulat Meja Lipat Kipas angin Kursi Besi Busa Magic jar Trolly Plastik Meja Kompor Kulkas
1 3 1 1 10 1 1 1 2 1 4 2 2 5 4 1 1 1 8 8 1 1 1 1 4 1 Baik Baik Rusak Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Kurang Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Rusak Baik Baik Baik Tabel 4.2 Peralatan Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia
126
Sumber : Daftar Inventarisasi Sebagian Peralatan yang ada di bagian Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia Bulan Agustus Tahun 2008
Berdasarkan tabel 4.2 Instalasi Gizi telah memiliki peralatan masak dan makan yang cukup lengkap. Tetapi ada beberapa peralatan yang sedang dalam kondisi rusak dan belum diperbaiki sehingga dapat mengganggu proses penyelenggaraan makanan. Berikut peralatan-peralatan yang tersedia di Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia : 1. Di ruang penyimpanan bahan makanan kering dan basah terdapat timbangan, lemari kaca, lemari es/refrigerator, tempat bahan makanan dari plastik atau stainless steel, rak penyimpanan peralatan masak. 2. Untuk persiapan bahan makanan tersedia pemarut kelapa, kursi panjang, talenan, pembuka botol, pisau, piller. 3. Di tempat pemasakan terdapat Kompor gas, presto daging, penggorengan, mixer, blender, panggangan roti, pemanggang sate, toaster, trolly kecil, trolly besar, rak alat, bangku, meja penyajian yang dilengkapi dengan laci tempat penyimpanan piring, mangkuk, dan sebagian alat masak, blower, exhaust fun, pest killer, alat pemadam kebakaran, dst. No. Alat yang Tersedia Jumlah Kondisi 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. Kipas angin dinding Rice Box Presser cooker Blender Tea Set Pest Killer Kompor Gas 1 1 1 1 1 1 1 Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
127 4. Di tempat pencucian piring tersedia tempat pencucian alat masak dan alat makan, tempat mencuci sayuran, tempat pembilasan, tempat perendaman air panas, rak penyimpanan peralatan makan dan masak sementara, tempat sampah. 4.2.3.2 Ruang Perkantoran Untuk dapat bekerja dengan baik, setiap orang memerlukan ruang kerja seluas 2 m 2 . Dapat digunakan untuk pekerjaan yang bersifat administratif, seperti: perencanaan anggaran, perencanaaan diet, analisis, monitoring dan evaluasi penyelenggaraan makanan (Departemen Kesehatan RI, 2006). Saat ini ruang perkantoran belum tersedia di ruang Instalasi Gizi sehingga menyebabkan ketidaknyamanan Kepala Instalasi Gizi/ ahli gizi dalam mengerjakan tugas dan tanggungjawabnya karena terganggu dengan adanya suara gaduh dari peralatan masak dan suhu panas yang berasal dari kegiatan pengolahan makanan. Tidak jarang ahli gizi mengerjakan tugasnya di ruangan lain. Untuk mengatasi hal tersebut sebaiknya segera disediakan fasilitas ruang, peralatan dan perlengkapan untuk ahli gizi agar dapat bekerja dengan baik. 4.2.4 Denah Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia Konstruksi sarana fisik sangat mempengaruhi efisiensi kerja pelayanan makanan di rumah sakit. Berdasarkan hasil pengamatan, Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia berlokasi di lantai dasar tepat di bagian belakang rumah sakit, bersebelahan dengan musholla, kantin, ruang logistik, ruang rapat, ruang direksi rumah sakit dan juga dekat dengan tempat parkir (jalan keluar bagian belakang). Denah ruang Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia dapat dilihat pada gambar 4.13 berikut ini :
128
Keterangan : 1a : Pintu masuk ruang Instalasi Gizi 1b : Pintu ruangan penyimpanan bahan makanan 1c : Pintu gudang arsip 1d : Pintu gudang penyimpanan detergen, tissue, pewangi, dll. 7 8 9
11 12
11 6 5 4
2 14a 10 15 14b 3a 1a 1c 1d 1e 1f 13
3 3a 1b 16
20 17a 17b
18
19 1g 21 22
23 Runag Serbaguna Gambar 4.13 Denah Ruang Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia
129 1e : Pintu keluar ruang Instalasi Gizi 1f : Pintu menuju ruangan serba guna 1g : Pintu keluar ruangan serba guna 2 : Meja Kepala Instalasi Gizi 3 : Meja Penyajian 3a : Rak penyimpanan alat-alat makan, peralatan memasak, baki, dll. 4 : Rak penyimpanan alat-alat makan 5 : Tempat penyimpanan peralatan makan sementara yang telah di cuci 6 : Tempat perendaman alat-alat makan dengan air panas 7 : Tempat pembilasan peralatan makan dan masak 8 : Tempat pencucian peralatan makan dan masak 9 : Tempat pencucian sayuran dan bahan makanan yang hendak di masak 10 : Tempat tabung gas 11 : Tempat memasak (Kompor gas) 12 : Cerobong Asap 13 : Keran sumber air PAM 14a : Papan daftar makan pasien rawat inap 14b : Papan Informasi dan Jadwal dinas unit gizi 15 : Tempat tabung pemadam kebakaran 16 : Tempat penyimpanan beras (cosmos) 17a : Refrigerator kecil untuk sayuran 17b : Refrigerator besar untuk buah-buahan, minuman, puding, dll 18 : Lynen 19 : Tempat penyimpanan bahan makanan kering 20 : Rak serba guna untuk penyimpanan peralatan masak seperti panci, wajan, termos, nurse cap, Masker, dll. 21 : Meja untuk tempat persiapan pengolahan bahan makanan 22 : Tempat untuk memasak (Kompor Gas) 23 : Tempat untuk menjahit dan menyetrika pakaian
130 Standar sarana fisik Instalasi Gizi harus memperhatikan beberapa persyaratan (Departemen Kesehatan RI, 2006). a). Mudah dicapai dari semua ruang perawatan, agar pelayanan dapat diberikan dengan baik dan merata untuk semua pasien. b). Kebisingan dan keributan di pengolahan tidak mengganggu ruangan lain disekitarnya. c). Mudah dicapai kendaraan dari luar, untuk memudahkan pengiriman bahan makanan sehingga perlu mempunyai jalan langsung dari luar. d). Tidak dekat dengan tempat pembuangan sampah, kamar jenazah, ruang cuci (laundry) dan lingkungan yang kurang memenuhi syarat kesehatan. e). Mendapat udara dan sinar yang cukup. Apabila dibandingkan dengan teori PGRS (2006), denah Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia yang terlihat pada gambar 4.13 dinilai cukup memenuhi standar PGRS. Letaknya mudah dicapai dari semua ruang perawatan karena tersedia lift untuk memudahkan dalam proses pendistribusian. Instalasi Gizi berdekatan dengan tempat parkir sehingga mudah dicapai kendaraan dari luar untuk memudahkan pengiriman bahan makanan. Kebisingan dan keributan dari proses pengolahan yang sedang berlangsung tidak mengganggu ruangan lain disekitarnya. Terdapat jalan langsung keluar dan jalan masuk dapur yang terpisah sehingga tidak menyulitkan lalu lintas pengiriman bahan makanan dan tidak mengganggu konsumen/pasien. Tidak dekat dengan tempat pembuangan sampah, kamar jenazah, ruang cuci (laundry). Untuk penerangan di ruangan, penerangan yang berasal dari listrik (lampu) lebih banyak digunakan untuk membantu memberikan penerangan dalam melakukan aktivitas
131 atau kegiatan di dalam ruangan karena jika hanya mengandalkan pencahayaan dari sinar matahari saja terlihat kurang terang. Ventilasi yang dilengkapi exhaust fan yang terdapat di dalam ruangan Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia dirasa kurang memadai dalam pengeluaran asap, bau makanan, dan panas yang dihasilkan dari aktivitas memasak serta kurangnya pencahayaan yang berasal dari matahari. Sehingga perlu diberikan penambahan jumlah lubang ventilasi agar sirkulasi udara dapat berjalan dengan baik. Tersedia blower yang terpasang di atas kompor/tungku masak yang dapat menyerap asap dan bau makanan yang berasal dari hasil proses pemasakan makanan. Pada denah terlihat bahwa letak tempat pengolahan makanan berhadapan dengan gudang penyimpanan sabun (seperti deterjen, pewangi, dll). Hal tersebut tentu saja dapat menyebabkan terjadinya kontaminasi makanan oleh zat-zat kimia. Namun hal ini tidak mengganggu kegiatan penyelenggaraan makanan karena untuk mengantisipasi terjadinya kontaminasi, gudang tersebut selalu berada dalam keadaan tertutup dan terkunci apabila kegiatan penyelenggaraan makanan sedang berlangsung, dan dibuka hanya pada saat kegiatan penyelenggaraan makanan telah selesai dan dibuka hanya dalam waktu singkat. Selain itu, letak gudang/ tempat penyimpanan bahan makanan basah dan kering yang tidak terlalu luas terlihat menyatu dengan lynen. Hal ini tentu saja juga dapat menimbulkan efek yang buruk bagi bahan makanan yang disimpan akibat pewangi pakaian/deterjen yang dipakai pada kain (seperti: pakaian, selimut, sarung bantal, dst) dapat menguap di udara dan mengkontaminasi bahan makanan yang disimpan di ruangan tersebut. Berdasarkan gambar 4.13, dapat dilihat bahwa denah ruang instalasi gizi yang ada saat ini membuat alur kerja penyelenggaraan makanan sesuai dengan tahap-tahapnya
132 dan tidak berbenturan dengan alur kerja lain. Selain itu untuk mempermudah alur kerja, Instalasi gizi mempunyai tiga buah pintu yaitu pintu masuk untuk lalu lintas pegawai memasuki ruang instalasi gizi setelah melakukan aktivitas seperti distribusi makanan, mengambil peralatan kotor dari ruang perawatan, dst. Pintu keluar untuk mengirim makanan yang sudah siap untuk didistribusikan. Dan pintu belakang untuk mengeluarkan sampah/sisa proses pemasakan dan persiapan, serta berguna juga untuk jalan masuk bahan makanan yang telah dibeli dari pasar ataupun dipesan. Alur kerja dimulai dari penerimaan bahan makanan segar/dingin dan bahan makanan kering yang masuk melalui pintu belakang, lalu bahan yang diterima disimpan di tempat penyimpanan bahan makanan kering dan basah. Tempat penyimpanan bahan makanan ini dekat dengan tempat pengolahan bahan makanan sehingga bila bahan makanan mau langsung digunakan, juru masak dapat langsung mengambilnya di tempat penyimpanan untuk dilakukan pengolahan. Tempat persiapan terletak disebelah ruang pengolahan/pemasakan, ditempat persiapan juga terdapat tempat pemasakan. Di depan tempat pemasakan terdapat tempat penyajian makanan untuk dilakukan pemorsian makanan, kemudian makanan yang sudah tersaji didistribusikan ke pasien. Sampah dari sisa persiapan dan pemasakan di buang ke tempat sampah melalui pintu belakang dan setelah makanan didistribusikan, peralatan dan perlengkapan memasak dicuci hingga bersih di tempat pencucian yang sudah terpisah antara pencucian bahan makanan, peralatan, dan perendaman. Terdapat kelemahan pada pembagian ruang Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia yakni saat ini masih mengalami kekurangan fasilitas ruangan, sehingga diperlukan penambahan jumlah ruangan untuk memenuhi kebutuhan ruangan yang belum tersedia
133 diantaranya ruang penerimaan bahan makanan, ruang fasilitas pegawai, ruang untuk ahli gizi, dan lynen yang harus disekat dengan tembok atau papan agar tidak menyatu dengan tempat penyimpanan bahan makanan. Selain itu, diperlukan juga penambahan sumber pencahayaan serta sirkulasi udara seperti ventilasi sehingga dapat berfungsi dengan baik untuk pertukaran udara dari dalam ruangan ke luar ruangan sehingga mengurangi panas dan menambah penerangan matahari.
4.3 Pelayanan Gizi Rawat Inap RSU Menteng Mitra Afia Pelayanan Gizi Rawat Inap RSU Menteng Mitra Afia meliputi : 4.3.1 Asuhan Gizi Pasien Rawat Inap 4.3.1.1 Tim Asuhan Gizi RSU Menteng Mitra Afia Asuhan gizi yang dilaksanakan di RSU Menteng Mitra Afia memiliki tujuan utama untuk memenuhi kebutuhan zat gizi pasien secara optimal berupa pemberian makanan pada saat pasien masuk dalam rawat inap. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan kerjasama tim yang terdiri dari unsur terkait untuk melaksanakan urutan kegiatan dalam mekanisme asuhan gizi rumah sakit. Tim Asuhan Gizi di RSU Menteng Mitra Afia terdiri dari dokter, analis, ahli gizi dan perawat. Dokter bertanggung jawab dalam aspek gizi yang terkait dengan keadaan klinis, diagnosa masalah gizi pasien dan menentukan diet pasien bersama ahli gizi, serta memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarganya tentang peranan terapi gizi, melakukan pemantauan, dan evaluasi berkala bersama anggota tim selama pasien dalam masa perawatan.
134 Ahli gizi bertugas mengkaji status gizi pasien berdasarkan data rujukan, melakukan anamnesis riwayat diet pasien, menerjemahkan rencana diet kedalam bentuk makanan yang disesuaikan dengan kebiasaan makanan serta keperluan terapi, memberikan saran kepada dokter berdasarkan hasil pemantauan atau evaluasi terapi gizi, memantau masalah yang berkaitan dengan asuhan gizi kepada pasien, bersama dengan perawat ruangan, melakukan kunjungan keliling (visite) baik sendiri maupun bersama dengan tim asuhan gizi kepada pasien, melakukan pemantauan terhadap asupan makanan dan bila perlu melakukan perubahan diet pasien berdasarkan hasil diskusi dengan tim asuhan gizi, mengkomunikasikan hasil terapi gizi kepada semua anggota tim asuhan gizi, berpartisipasi aktif dalam pertemuan/diskusi dengan dokter, perawat, anggota tim asuhan gizi lain, pasien dan keluarganya, menentukan rencana diet awal/sementara bilamana belum ada penentuan diet dari dokter, melakukan pemantauan interaksi obat dan makanan bersama dengan tim asuhan gizi lainnya. Sedangkan perawat sebagai tim asuhan gizi bertanggung jawab dalam melakukan kerjasama dengan dokter dan ahli gizi dalam memberikan pelayanan gizi pada pasien, membantu pasien pada waktu makan, melakukan pengukuran antropometri, menentukan status gizi pasien, bersama dengan ahli gizi memantau masalah yang berkaitan dengan asuhan gizi kepada pasien, melakukan pemantauan, mencatat, dan melaporkan asupan makanan dan respon klinis pasien terhadap diet yang diberikan. Untuk analis, bertanggung jawab pada hasil pemeriksaan laboratorium. 4.3.1.2 Alur Pelayanan Gizi Rawat Inap RSU Menteng Mitra Afia Alur pelayanan gizi yang menjadi acuan dalam menjalankan asuhan gizi pasien rawat inap di RSU Menteng Mitra Afia adalah sebagai berikut :
135
Pengkajian Diet Pengolahan Diet Khusus Perencanaan Diet Biasa Ruang Rawat Inap Penyajian Diet Biasa
Pasien Masuk RS Pengolahan Diet Biasa
Pemantauan Asupan Makanan
Perencanaan Diet Khusus Pasien Beresiko Masalah Gizi Penyajian Diet Khusus Diet Tetap Konseling Gizi Penyesuaian Diet Masalah Gizi Ya Diet Tetap Tidak Ya Tidak Ya Pemantauan Asupan Makanan
Tahap Penapisan Tahap Pengkajian Gambar 4.14 Alur Pelayanan Gizi Pasien Rawat Inap RSU Menteng Mitra Afia
Tidak
136 Gambar 4.14 menerangkan alur kegiatan pelayanan gizi rawat inap yang ada di Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia. Pada saat pasien masuk ruang rawat inap, maka dokter akan menetapkan terapi diet untuk pasien berdasarkan hasil pengkajian status gizi yang meliputi pemeriksaan fisik, antropometri, hasil pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan lainnya yang diperlukan. Terdapat dua jenis penanganan diet pada pasien yaitu pasien dengan diet khusus dan pasien dengan diet biasa. 1. Jika pasien berisiko mengalami masalah gizi maka diperlukan penanganan diet secara khusus dan akan dilakukan intervensi berupa : a. Dokter akan menentukan diet khusus yang harus dijalani oleh pasien sesuai dengan keadaan fisik, psikis, penyakit, kebiasaan makan dan nafsu makan pasien. b. Perawat akan melaporkan diet khusus yang dijalani pasien ke bagian Instalasi Gizi. c. Diet khusus yang telah dipesan dari Instalasi Gizi akan didistribusikan ke ruang perawatan. Di ruang perawatan diet khusus disajikan ke pasien. d. Selama dirawat, pasien akan memperoleh konseling gizi dari ahli gizi agar pasien memahami dan menjalankan diet dengan baik sesuai dengan instruksi dokter dan ahli gizi. Dalam memberikan konseling gizi kepada pasien, ahli gizi akan melihat status pasien terlebih dahulu untuk mengetahui status gizi dan penyakit yang dideritanya. Dalam melakukan penyuluhan ahli gizi akan memberikan daftar bahan makanan yang direkomendasikan untuk dikonsumsi dan bahan makanan yang harus dihindari. e. Selanjutnya, pasien dipantau oleh ahli gizi dan perawat ruang rawat inap secara fisik, laboratorium, nafsu makan, asupan makan pasien dan lain-lain. Kemudian hasil pemantauan tersebut dilaporkan pada dokter yang menangani pasien untuk
137 menentukan langkah selanjutnya yang harus dijalani pasien, apakah pasien memerlukan penyesuaian diet atau tidak. f. Bila pasien memerlukan penyesuaian diet maka perawat akan melaporkan pada bagian Instalasi Gizi. g. Bila pasien tidak memerlukan penyesuian diet, pasien akan mendapatkan penyuluhan gizi sebelum keluar rumah sakit. 2. Jika pasien tidak berisiko mengalami masalah gizi maka akan dilakukan intervensi berupa : a. Dokter akan menetapkan diet biasa kepada pasien. b. Perawat akan melaporkan diet biasa bagi pasien ke bagian Instalasi Gizi. c. Dari Instalasi Gizi makanan akan didistribusikan ke ruang perawatan dan disajikan ke pasien oleh pramusaji. d. Selama dirawat pasien yang menginginkan konseling gizi akan mendapatkan penyuluhan mengenai gizi umum tentang makanan seimbang untuk meningkatkan kesehatan akan dikunjungi oleh ahli gizi. e. Pasien dipantau oleh perawat ruang rawat inap secara fisik, laboratorium, nafsu makan, asupan makan pasien dan lain-lain. Hasil pematauan dilaporkan pada dokter yang merawat pasien untuk menentukan apakah pasien memerlukan penyesuaian diet atau tidak. f. Bila tidak, pasien tetap memperoleh diet biasa sampai pasien pulang. g. Bila perlu terapi diet, prosesnya sama dengan bila pasien dari semula memerlukan terapi diet.
138 4.3.1.3 Pengkajian Status Gizi Pada Pelayanan Gizi Rawat Inap Pengkajian status gizi yang dilakukan pada pasien meliputi pengukuran antropometri, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan riwayat gizi. 1. Pengukuran Antropometri Pengukuran antropometri pada pasien dilakukan oleh perawat pada saat pasien baru masuk ruang rawat inap. Pengukuran antropometri meliputi penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, dan tinggi lutut. Pengukuran antropometri bertujuan untuk menghitung dosis obat dan diperlukan juga untuk menilai perkembangan status gizi pasien pada saat masuk yang akan dibandingkan dengan status gizi pasien pada saat pasien pulang. Menurut Depkes (2006), setiap pasien akan diukur data antropometri, berupa Tinggi Badan (TB), Panjang Badan (PB), Berat Badan (BB), Tinggi lutut, tebal lemak bawah kulit (skin fold technic), Lingkar Lengan Atas (LiLA), dan lain lain sesuai dengan kebutuhan. Namun, pengukuran antropometri kadang tidak dilakukan pada pasien yang masuk ruang rawat inap. Penetapan ukuran antropometri (seperti: BB dan TB) pasien, sering menggunakan data lama pasien yang tertulis pada data status pasien yang tersimpan pada rekam medik. Bukan data antropometri yang diperoleh dari pengukuran langsung pada saat pasien masuk. Karena banyak diantara pasien yang baru masuk ruang rawat inap adalah pasien lama yang pada tahun/ waktu sebelumnya pernah dirawat di rumah sakit tersebut. Sehingga data antropometri yang digunakan adalah data lama bukan data up date pasien dimana ukuran antropometri pasien bisa berubah secara signifikan dari waktu ke waktu. Padahal pengukuran antropometri bisa berpengaruh terhadap ketepatan penentuan status gizi pasien yang bisa terkait langsung terhadap
139 penentuan angka kebutuhan gizi pasien dan dosis obat. Selain itu, pengukuran antropometri yang dilakukan juga masih kurang tepat dalam pelaksanaannya yaitu pengukuran hanya dilakukan kepada pasien yang berkeadaan khusus saja. Sebaiknya pengukuran antropometri dilakukan pada setiap pasien yang baru masuk dan tidak hanya pada pasien yang berkeadaan khusus untuk menunjang ketepatan terhadap penentuan status gizi pasien yang bisa terkait langsung terhadap penentuan angka kebutuhan gizi pasien, perkiraan kebutuhan energi dan zat gizi lainnya, penentuan dosis obat, dan pada akhirnya diperlukan untuk penentuan intervensi berupa jenis diet yang dijalani pasien yang bisa berpengaruh pada peningkatan kesembuhan pasien. 2. Pemeriksaan Fisik Pasien yang baru masuk akan melalui tahap pemeriksaan secara klinis oleh dokter. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan klinis yang berhubungan dengan gangguan gizi atau untuk menegakkan diagnosis penyakit, serta menentukan terapi obat dan rencana diet yang akan dijalani pasien. Pemeriksaan fisik yang dilakukan terhadap pasien meliputi tanda-tanda klinis kurang gizi (kurus, pucat, bengkak), atau gizi lebih, gangguan pencernaan, gangguan pernapasan, gangguan ginjal, dan sebagainya. Menurut Depkes (2006), pemeriksaan fisik meliputi kesan klinis keadaan gizi, jaringan lemak subkutan, trofi otot dan defisiensi zat gizi lainnya. Pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh dokter yang bertanggung jawab menangani pasien sudah tepat, pemeriksaan fisik sangat berpengaruh signifikan dalam mendiagnosa penyakit berdasarkan kelainan klinis pasien yang berkaitan dengan
140 masalah gizi, maupun menentukan obat yang digunakan serta menetapkan rencana diet yang harus dijalani oleh pasien. 3. Pemeriksaan Laboratorium Dalam rangka mendukung diagnosa penyakit serta menegakkan masalah gizi pasien untuk mendeteksi adanya kelainan biokimia maka perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium dilakukan berdasarkan rekomendasi dari dokter yang bertanggung jawab menangani pasien tertentu. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan meliputi pemeriksaan yang berhubungan dengan status gizi dan penyakit seperti kadar albumin darah, Hb, kadar glukosa darah, trigliserida, kolesterol total, HDL, LDL, trombosit, oksalat, asam urat, creatine, creatinin, dan sebagainya. Hasil pemeriksaan laboratorium digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menetapkan adanya perubahan diet atau tidak. Menurut Depkes (2006), Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk menentukan intervensi gizi dan memonitor/mengevaluasi terapi gizi. Data pemeriksaan laboratorium yang berhubungan dengan status gizi dan penyakit misalnya kadar Hb, albumin darah, glukosa, profil lipid, creatinin, kolesterol total, HDL, LDL, gula darah, ureum, creatine, asam urat, trigliserida, dan Feces. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan kepada pasien sudah baik dalam mendukung diagnosa penyakit dan menegakkan masalah gizi guna menentukan intervensi gizi dan menetapkan diet pasien agar sesuai dengan kondisi dan kebutuhan gizi pasien.
141 4. Riwayat Gizi Pada pasien yang baru masuk, ahli gizi akan melakukan anamnesis riwayat gizi dengan menanyakan asupan zat gizi, pola dan frekuensi makan serta pantangan makan. Menurut Depkes (2006), setiap pasien rawat inap akan dianalisis mengenai kebiasaan makan sebelum dirawat. Asupan zat gizi diukur dengan menggunakan model makanan (food model) dan selanjutnya dianalisis zat gizinya dengan menggunakan daftar analisa bahan makanan atau daftar bahan makanan penukar. Kajian data gizi dapat juga dilakukan melalui penggunaan perangkat lunak (software), contohnya "NutriClin" yang dapat memberi informasi tentang status gizi, hasil anamnesis dibandingkan dengan angka kecukupan gizi (AKG). Asupan zat gizi diukur dengan perkiraan dari pola makan pasien yaitu frekuensi makan dan makanan yang dikonsumsi, disesuaikan dengan angka kebutuhan gizi. Hal ini dapat menyebabkan hasil yang diperoleh tidak akurat. Pengukuran asupan makanan pasien tidak dilakukan dengan menggunakan food model dikarenakan tidak tersedianya sarana tersebut di Instalasi Gizi. Untuk mendapatkan hasil penghitungan asupan makanan yang tepat pada pasien sebaiknya dilakukan dengan menggunakan food recall. Kemudian dihitung asupan zat gizinya berdasarkan daftar analisa bahan makanan atau daftar bahan makanan penukar yang kemudian dibandingkan antara asupan dengan kebutuhan gizi. Selain itu, kegiatan anamnesis terhadap riwayat gizi pasien belum dilakukan secara maksimal karena anamnesis riwayat gizi pasien belum dilakukan secara penuh oleh ahli gizi dikarenakan padatnya tugas yang harus dilakukan oleh ahli gizi. Selain itu belum dilakukannya pencatatan terhadap semua data antropometri, klinis, laboratorium
142 dan hasil wawancara riwayat gizi yang didapat dengan menggunakan formulir riwayat gizi. Apabila tidak dilakukan pencatatan maka keadaan gizi pasien tidak dapat dibandingkan dengan keadaan sebelumnya untuk mengetahui perkembangan keadaan yang dialami pasien. Keadaan gizi pasien dapat berpengaruh terhadap peningkatan kesembuhan pasien. Sebaiknya ahli gizi perlu melakukan skrining/pengkajian gizi yang meliputi semua data antropometri, klinis dan laboratorium serta hasil wawancara riwayat gizi pada pasien baru masuk untuk mengetahui keadaan gizi pasien terutama status gizi dan menentukan apakah memerlukan terapi gizi atau tidak yang dituliskan pada formulir riwayat gizi (Lampiran 11). 4.3.1.4 Penentuan Diet Penentuan kebutuhan gizi pasien dilakukan oleh dokter penanggung jawab pasien. Penentuan kebutuhan gizi diberikan berdasarkan pemeriksaan klinis, antropometri dan hasil pemeriksaan laboratorium pasien. Dokter menghitung perkiraan kebutuhan energi dan menuliskan jenis diet yang akan dijalani oleh pasien serta bentuk/konsistensi makanan yaitu (makanan lunak, makanan saring, makanan cair, Tim, makanan biasa). Dokter akan memberitahukan diet tersebut kepada perawat, dan perawat akan menuliskan diet tersebut ke dalam status pasien dan papan white board yang terpasang di ruang nurse station, serta menginformasikan diet tersebut kepada ahli gizi. Ahli gizi akan mempelajari dan menyusun rencana diet dan bila sudah sesuai selanjutnya akan menterjemahkan ke dalam menu dan porsi makanan serta frekuensi makan yang akan diberikan. Hal yang dipertimbangkan dalam penentuan kebutuhan gizi pasien adalah kondisi pasien, penyakit yang diderita, fungsi organ tubuhnya, kebutuhan untuk
143 penggantian zat gizi, kebutuhan harian, kebutuhan tambahan karena kehilangan serta untuk pemulihan jaringan atau organ. Ahli gizi melakukan pemantauan penentuan kebutuhan gizi dan diet pasien berdasarkan keadaan pasien, apabila dirasakan perlu penyesuaian maka ahli gizi rumah sakit akan mengkonsultasikannya dengan dokter. Menurut Departemen Kesehatan RI (2006), setelah dokter menentukan diet pasien tersebut, dietesien akan mempelajari menyusun rencana diet dan bila sudah sesuai selanjutnya akan menterjemahkan ke dalam menu dan porsi makanan serta frekuensi makan yang akan diberikan. Makanan diberikan dalam berbagai bentuk/konsistensi, (biasa, lunak, cair, dsb) sesuai dengan kebutuhan dengan memperhatikan zat gizi yang dibutuhkan serta macam dan jumlah bahan makanan yang digunakan. Apabila dari rencana diet tersebut diperlukan penyesuaian, maka dietesien akan mengkonsultasikannya kepada dokter. Penentuan diet sudah tepat, diet pertama kali ditentukan oleh dokter yang juga mencantumkan konsistensi makanan, pencantuman kebutuhan energi dan zat-zat gizi dilakukan pada pasien yang bekeadaan khusus. 4.3.1.5 Konseling Gizi Konseling gizi dilakukan kepada pasien di ruang rawat inap oleh ahli gizi. Ahli gizi akan memberikan konseling gizi kepada pasien yang membutuhkan terapi gizi. Kegiatan konseling dilakukan kepada pasien dan juga pihak keluarga yang sedang menunggui pasien. Sehingga diharapkan pasien dan pihak keluarga memperoleh pengetahuan, ikut mengawasi dan mendukung pelaksanaan diet selanjutnya. Ahli gizi mendapatkan informasi tentang pasien baru dan pasien lama beserta diagnosa awal dari dokter penanggung jawab melalui status pasien dan informasi dari perawat.
144 Sebelum melakukan konseling, ahli gizi rumah sakit mempelajari keadaan pasien dengan membaca data pasien yang ada di status pasien yang berisi pemeriksaan, diagnosis, tindakan, pengobatan, diet, file rekam medis, serta hasil tes laboratorium. Konseling dilakukan dengan memberikan penjelasan diet yang dijalani pasien sesuai dengan penyakit yang diderita pasien, dan juga mengenai makanan yang harus dihindari atau tidak boleh dikonsumsi. Ahli gizi memberikan penjelasan dengan cara mengkomunikasikan secara lisan tanpa menggunakan sarana seperti food model. Dikarenakan tidak tersedianya food model ataupun leaflet tentang diet serta daftar bahan makanan penukar. Sebaiknya dalam melakukan kegiatan konseling, pasien di berikan media berupa gambar atau food model atau leaflet, brosur agar pasien dapat memahami dengan baik penjelasan yang diberikan ahli gizi. Kegiatan konseling dilakukan setelah 2- 3 hari pasien dirawat, dan pada saat sebelum pulang jika pasien membutuhkan konseling, maka ahli gizi akan memberikan konseling gizi. Menurut Departemen Kesehatan RI (2006), sebelum melaksanakan kegiatan konseling gizi, terlebih dahulu dibuat rencana konseling yang mencakup penetapan tujuan, sasaran, strategi, materi, metode, penilaian, dan tindak lanjut. Tujuan dari konseling gizi adalah membuat perubahan perilaku makan pada pasien. Hal ini akan terwujud melalui penjelasan diet yang perlu dijalankan oleh pasien, yang diperlukan untuk proses penyembuhan; kepatuhan pasien untuk melaksanakan diet yang telah ditentukan; pemecahan masalah yang timbul dalam melaksanakan diet tersebut. Pelaksanaan konseling gizi yang dilakukan oleh ahli gizi belum berjalan dengan maksimal. Hal ini dikarenakan belum dilakukannya pencatatan terhadap hasil konseling gizi pasien menjadi laporan khusus hasil konseling gizi. Sebaiknya, ahli gizi melakukan
145 pencatatan dan pembuatan laporan konseling gizi pasien untuk dijadikan bahan perbandingan dan evaluasi kegiatan yang sudah dilaksanakan. Sehingga diketahui tingkat keberhasilan pelaksanaan konseling tersebut bagi pasien. 4.3.1.6 Pemantauan 1. Pemantauan Diet Pemantauan diet dilakukan oleh ahli gizi rumah sakit. Apabila ahli gizi rumah sakit merasa diet yang diberikan oleh dokter yang bertanggung jawab tidak sesuai dengan kondisi pasien, ahli gizi akan memberitahukan kepada perawat untuk kemudian dikonsultasikan kepada dokter penanggung jawab. Perubahan diet dilihat dari pemeriksaan laboratorium dan perkembangan keadaan pasien. Dokter memberitahukan perubahan diet pasien kepada perawat, kemudian perawat memberi informasi tersebut ke bagian Instalasi Gizi secara lisan atau melalui telepon. Selain itu perubahan diet juga ditulis oleh perawat di white board yang dipasang di nurse station. Perawat melalui telepon memberitahukan informasi tentang pasien masuk, pasien pulang, pindah kamar, dan perubahan diet pasien. 2. Pemantauan Konsumsi Makanan Pemantauan konsumsi makan pasien dilakukan setiap hari oleh ahli gizi. Dengan memperhatikan perubahan diet dan kondisi pasien. Ahli gizi rumah sakit biasanya menanyakan mengenai makanan yang disajikan kepada pasien apakah ada masalah/keluhan atau tidak, terhadap makanan yang disajikan dalam hal citarasa, penampilan dan sebagainya, kemampuan mencerna makanan apakah terjadi mual dan muntah, alergi terhadap makanan tetentu. Apabila terdapat pasien yang mengalami masalah dalam mengkonsumsi makanan maka akan segera ditangani dengan merubah
146 konsistensi makanan agar mudah dicerna atau merubah menu makanan dengan mengkonsultasikannya terlebih dahulu pada dokter yang menangani pasien tersebut. 3. Pemantauan Status Gizi Pemantauan status gizi perlu dilakukan pada pasien yang berdiet khusus, sesuai dengan kebutuhan dan kondisinya. Menurut Depkes (2006), tujuan pemantauan/ monitoring adalah untuk menentukan seberapa jauh rencana diet sudah dibuat dan tujuan dari terapi gizi medis sudah tercapai. Pemantauan dilakukan untuk mengukur status gizi dan kesehatan pasien apakah sudah sesuai dengan rencana diet yang diberikan berdasarkan diagnosis gizi, rencana intervensi dan dampaknya, ahli gizi harus terus berkomunikasi dengan dokter penanggung jawab pasien agar setiap perubahan rencana diet dapat terus dipantau dan dilaksanakan secara tepat. Pemantauan terhadap status gizi pasien khususnya yang berdiet khusus belum dilakukan dengan maksimal oleh ahli gizi karena pengukuran terhadap berat badan pasien belum dilakukan secara rutin/berkala. Sehingga perkembangan ataupun penurunan yang terjadi pada pasien tidak diketahui secara tepat. Pemantauan status gizi perlu dilakukan secara baik sesuai dengan kebutuhan dan kondisinya agar dapat dilakukan evaluasi terhadap status gizi untuk mengetahui perbandingan status gizi awal pasien dengan status gizi setelah dilakukan pelayanan gizi untuk mengetahui berhasilnya pelayanan gizi yang diberikan serta mengetahui tingkat kesembuhan pasien dilihat dari status gizinya.
147 4.3.2 Penyelenggaraan Makanan Menurut Departemen Kesehatan RI tahun 2006, penyelenggaraan makanan rumah sakit adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu sampai dengan pendistribusian makanan kepada konsumen, dalam rangka pencapaian status kesehatan yang optimal melalui pemberian diet yang tepat. Dalam hal ini termasuk kegiatan pencatatan, pelaporan dan evaluasi. Salah satu bentuk penyelenggaraan makanan di rumah sakit adalah penyelenggaran makanan sistem Swakelola. Pada penyelenggaraan makanan ini, unit pelayanan gizi rumah sakit bertanggung jawab untuk melaksanakan semua kegiatan penyelenggaraan makanan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Departemen Kesehatan RI, 2006). Penyelenggaraan makanan di RSU Menteng Mitra Afia dilaksanakan dengan tujuan untuk menyediakan makanan yang kualitasnya baik dan jumlah yang sesuai kebutuhan serta pelayanan yang layak dan memadai bagi pasien rawat inap. RSU Menteng Mitra Afia menggunakan bentuk penyelenggaraan makanan dengan sistem Swakelola karena RSU Menteng Mitra Afia memiliki unit khusus penunjang medis yang disebut Instalasi Gizi untuk melakukan semua kegiatan penyelenggaraan makanan sendiri. Selain itu peralatan, tenaga dan dana untuk penyelenggaraan makanan telah disiapkan oleh rumah sakit dan rumah sakit siap menanggung risiko untuk segala kemungkinan seperti perbaikan dan penggantian peralatan penyelenggaraan makanan. Dengan memakai sistem swakelola ini pihak Instalasi Gizi dapat melakukan pemantauan secara langsung terhadap semua kegiatan penyelenggaraan makanan yang berlangsung di Instalasi Gizi, sehingga apabila terdapat kendala dalam pelaksanaannya
148 dapat langsung diatasi dan diselesaikan dengan cepat. Selain itu dengan memakai sistem ini, seluruh pegawai yang ada di Instalasi Gizi merasa memiliki tanggung jawab penuh dalam memelihara semua sarana dan prasarana yang ada, serta termotivasi untuk memberikan pelayanan gizi terbaik kepada pasien, sehingga mereka bekerja secara optimal demi kepuasan pasien. Proses kegiatan penyelenggaraan makanan di RSU Menteng Mitra Afia merupakan suatu rangkaian kegiatan yang meliputi delapan kegiatan yaitu: perencanaan anggaran belanja makanan; perencanaan menu; penghitungan kebutuhan bahan makanan; pemesanan dan pembelian bahan makanan; penerimaan, penyimpanan dan penyaluran bahan makanan; persiapan bahan makanan; pengolahan bahan makanan; dan pendistribusian makanan. 4.3.2.1 Perencanaan Anggaran Belanja Makanan Menurut Departemen Kesehatan RI (2006), penyusunan anggaran belanja adalah suatu kegiatan penyusunan anggaran biaya yang diperlukan untuk pengadaan bahan makanan bagi pasien yang dilayani. Penyusunan anggaran belanja makanan disusun untuk memenuhi kebutuhan macam dan jumlah bahan makanan bagi pasien yang dilayani sesuai dengan standar kecukupan gizi. Dalam menyusun anggaran belanja makanan, Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia memiliki kebijakan untuk memberikan kewenangan bagi Ahli Gizi dalam membuat standar bahan makanan untuk pasien kelas VIP, I, II dan III dengan memperhitungkan komponen-komponen sebagai berikut : beras, lauk hewani (telur, daging, ayam dan ikan), lauk nabati (tahu/tempe), sayur, roti, buah, bumbu, minyak goreng, gula pasir, susu bubuk, snack, gas/listrik/air , pembelian peralatan makan, dll.
149 Menurut Departemen Kesehatan RI (1991), anggaran belanja untuk menyelenggarakan makanan institusi sebaiknya direncanakan setahun sebelumnya, dan dibuat atas dasar pengalaman tahun-tahun sebelumnya. Anggaran tersebut meliputi bahan makanan, peralatan, pemeliharaan dan perawatan alat, buruh dan kebutuhan lain yang direncanakan. Apabila harga pasaran cukup stabil, maka petunjuk harga tahun sebelumnya dijadikan patokan. Perencanaan anggaran belanja makanan di Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia dilakukan pertahun dan dibuat berdasarkan laporan penggunaan anggaran bahan makanan tahun sebelumnya dengan mempertimbangkan fluktuasi harga dan fluktuasi pasien. Kebutuhan anggaran belanja pertahun diserahkan kepada bagian keuangan dan direktur untuk penentuan keputusan. Setelah disetujui anggaran tersebut diberikan kepada wakil direktur keuangan dan umum. Setiap satu bulan sekali dana untuk instalasi gizi akan dikeluarkan oleh Wakil direktur umum dan keuangan sesuai dengan rencana anggaran yang telah dibuat instalasi gizi. Ahli gizi di RSU Menteng Mitra Afia bertugas memantau bahan makanan yang sudah mulai habis stoknya dan membelinya secara langsung tanpa melalui rekanan kecuali untuk pembelian beras, gas elpiji, air galon dan roti. Pelaporan anggaran belanja makanan dibuat tiap bulannya dan dilaporkan setiap tahun kepada wakil direktur keuangan dan umum. Perencanaan anggaran belanja bahan makanan yang dilakukan sudah sesuai dengan kebutuhan bahan makanan yang dibutuhkan selama periode tertentu yaitu periode 1 tahun. Perencanaan tersebut digunakan untuk mengetahui perkiraan anggaran bahan makanan selama periode 1 tahun dengan mempertimbangkan jumlah
150 pasien dan perkembangan harga. Hal ini membuat pengeluaran yang terjadi lebih efektif dan efisien karena terencana dengan baik. 4.3.2.2 Perencanaan Menu Menurut Departemen Kesehatan RI (2006), perencanaan menu adalah suatu kegiatan penyusunan menu yang akan diolah untuk memenuhi selera konsumen/pasien, dan kebutuhan zat gizi yang memenuhi prinsip gizi seimbang. Syarat-syarat perencanaan menu, yaitu peraturan pemberian makan rumah sakit, standar porsi dan standar resep, standar bumbu. Perencanaan menu di Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia dinilai kurang sesuai dengan syarat perencanaaan menu dalam PGRS (2006) dikarenakan ketiadaan standar resep dan standar porsi secara tertulis. Standar resep dan standar porsi yang digunakan hanya berdasarkan perkiraan. Ketiadaan standar resep tersebut dapat berdampak pada tidak diketahuinya kandungan gizi tiap porsi masakan, unit cost tiap porsi masakan tidak bisa diketahui, hasil masakan yang konsisten pada tiap pemasak sulit untuk diperoleh, proses penyusunan menu terhambat, dan proses pengolahan masakan pun akan menjadi sulit karena tidak ada acuan (Yahya, 1994). Perencanaan menu di Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia untuk pasien tanpa komplikasi dan dengan komplikasi dibuat berdasarkan standar menu dengan siklus 10 hari plus 1 (Lampiran 6). Tidak ada pilihan menu dikarenakan kebijakan rumah sakit yang tidak memberikan pelayanan menu khusus. Waktu penggunaan siklus menu yang telah disusun hanya akan dipergunakan untuk jangka waktu 3 bulan. Berdasarkan pengamatan, menu makanan yang diberikan kepada pasien telah memenuhi prinsip gizi seimbang, yaitu terdiri dari karbohidrat, lauk hewani, lauk nabati,
151 sayuran, dan buah serta makanan kudapan (snack). Menurut ahli gizi jumlah kalori yang diberikan untuk menu satu hari sebesar 1700-1900 Kkal, namun dalam penyajian belum terjamin apakah mencapai jumlah tersebut atau mungkin melebihi jumlah tersebut karena Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia tidak memiliki standar porsi tertulis. Menurut Mukrie et al (1990), standar porsi adalah berat berbagai macam bahan makanan untuk suatu hidangan yang dicantumkan dalam berat bersih. Pedoman menu berat bahan makanan ini dikonversikan kedalam berat kotor. Selengkapnya kerangka menu penyelenggaraan makanan di RSU Menteng Mitra Afia dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut. Tabel 4.3 Menu Pasien Sehari RSU Menteng Mitra Afia Cikini Jakarta Pusat Tahun 2009 Tanggal Waktu Makan Menu 8 Maret 2009 07.00 WIB Roti Semir Susu + Telur rebus (VIP, I, II) Teh Manis 10.00 WIB Teh Manis Bubur Kacang Ijo 12.00 WIB Ayam Goreng Tahu Bumbu Paprika Sayur Asem Buah segar 15.00 WIB Teh Manis Pastel (VIP, I, II) 18.00 WIB Daging Giling Kecap Cah Putren+sosis+Bakso Sup Kembang Tahu (VIP, I, II) Buah segar Sumber: Standar Menu Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia Tahun 2009
152 Berdasarkan tabel 4.3 diatas, dalam satu hari pasien diberikan 3 kali makan utama, yaitu pada jam 07.00 WIB, 12.00 WIB, dan 18.00 WIB serta 2 kali snack, yaitu pada pukul 10.00 WIB dan 15.00 WIB. Perbedaan menu makanan antara kelas VIP, I, II dan III terletak pada : 1. Makan Pagi a). Untuk kelas VIP, I, dan II mendapatkan makan pagi, teh manis dengan tambahan telur + susu pada pagi hari. b). Untuk kelas III hanya mendapatkan makan pagi dan teh manis saja. 2. Selingan siang a). Untuk kelas VIP, I, dan II mendapatkan selingan siang berupa teh manis dan snack (puding, pastel, pisang bakar, dst). b). Untuk kelas III hanya mendapatkan selingan siang berupa teh manis. 3. Makan Malam a). Untuk kelas VIP, I dan II mendapatkan makan malam lengkap berupa lauk hewani, nabati (cah), sayur, dan buah segar. b). Untuk kelas III hanya mendapatkan makan malam berupa lauk hewani, sayur dan buah segar tanpa nabati (cah). Setiap harinya Instalasi Gizi menyediakan 3 porsi makanan cadangan untuk pasien baru. Jika ada pasien yang masuk di luar jam makan maka pasien tetap mendapatkan makanan dengan menu yang ada saat itu (makanan cadangan). Tanggapan atau keluhan maupun masukan pasien terhadap menu makanan yang disajikan disampaikan kepada ahli gizi ketika mengadakan kunjungan pasien. Sehingga pihak
153 Instalasi Gizi dapat mengetahui kepuasan pasien terhadap penyajian menu yang diberikan dan lebih meningkatkan pelayanan gizi selanjutnya. Keunggulan dalam perencanaan menu adalah menu dibuat dengan siklus 10 hari plus 1 dan waktu penggunaan siklus menu yang telah disusun hanya akan dipergunakan untuk jangka waktu 3 bulan. Hal ini membuat makanan menjadi lebih variatif. Kelemahan yang terdapat pada kegiatan perencanaan menu adalah : 1) Ketiadaan standar resep dan standar porsi secara tertulis. Standar resep dan standar porsi yang digunakan hanya berdasarkan perkiraan. 2) Tidak ada pilihan menu dikarenakan kebijakan rumah sakit yang tidak memberikan pelayanan menu khusus. Alternatif solusi yang dapat dilakukan adalah : 1) Membuat dan menentukan standar resep (Lampiran 7) dan standar porsi sehingga dapat diciptakan mutu dan kualitas makanan yang relatif sama cita rasanya untuk setiap penghidangan serta diketahuinya kandungan zat gizi makanan (Lampiran 8). 2) Disediakan pilihan menu khusus sehingga pasien dapat memilih menu sesuai seleranya, namun tetap pilihan menu yang diberikan harus disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan pasien tersebut. 4.3.2.3 Perhitungan Kebutuhan Bahan Makanan Menurut Departemen Kesehatan RI (1991), penghitungan kebutuhan bahan makanan di rumah sakit adalah suatu rangkaian kegiatan untuk menetapkan macam dan jumlah bahan makanan dengan kualitas yang ditetapkan dalam kurun waktu tertentu dalam upaya melaksanakan kegiatan pengadaan makanan di rumah sakit.
154 Dalam penghitungan kebutuhan bahan makanan di instalasi gizi RSU Menteng Mitra Afia, ahli gizi melakukannya secara taksiran/perkiraan, perkiraan tersebut berdasarkan jumlah pasien dan lama hari rawat. Karena berdasarkan perkiraan maka seringkali bahan makanan yang ada mengalami kekurangan akibat ketidaktepatan dalam merencanakan bahan makanan, sehingga ahli gizi harus membeli ke swalayan/toko sayuran dan buah terdekat. Berdasarkan teori, cara yang digunakan oleh ahli gizi dalam menghitung kebutuhan bahan makanan dinilai tidak sesuai. Hal ini tentu saja dapat mengganggu kelancaran terlaksananya pengadaan bahan makanan di Instalasi Gizi. Sebaiknya cara penghitungan kebutuhan bahan makanan adalah dengan menjumlahkan makanan yang dimakan dikalikan dengan standar porsi dengan memperhitungkan bagian yang tidak dapat dimakan dan dikalikan jumlah hari dalam kurun waktu yang ditetapkan (Departemen Kesehatan RI, 1991). Hasil akhir dari penghitungan ini dapat dipakai sebagai perbandingan dengan tahun sebelumnya sebagai pengecekan silang. Penilaian terhadap hitungan ini harus dinilai pula tiap dua sampai tiga kali putaran menu, agar pembelian bahan makanan selanjutnya dapat berjalan lancar dan sesuai dengan kebutuhan. 4.3.2.4 Pemesanan dan Pembelian Bahan Makanan Menurut Moehyi (1992), pengadaan bahan makanan yang diperlukan dalam penyelenggaraan makanan institusi dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu pengadaan bahan makanan dapat dilakukan dengan cara membeli sendiri bahan makanan yang diperlukan di pasar atau toko-toko atau pengadaan bahan makanan dilakukan melalui pemasok bahan makanan atau leveransir bahan makanan.
155 Pembelian bahan makanan di Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia dilakukan setiap hari secara langsung ke penjualnya/pasar tanpa melalui rekanan, kecuali untuk pengadaan gas elpji, air gallon, roti, dan beras. Hal ini dilakukan untuk memastikan pemilihan bahan makanan basah maupun kering yang berkualitas (segar, aman, utuh, baik dan bergizi, serta tidak ada bahan makanan dan minuman yang membusuk/kadaluarsa yang akan digunakan dalam proses pengolahan makanan). Cara pembelian seperti ini dinilai cukup baik untuk saat ini, karena Instalasi gizi RSU Menteng Mitra Afia setiap hari hanya melayani pasien rata-rata kurang dari 50 orang perhari, sehingga beban penyediaan bahan makanan masih cukup mampu diatasi. Selain itu dengan cara pembelian seperti ini, ahli gizi dapat langsung mengawasi kualitas bahan makanan yang akan dipakai. Sehingga, sejauh ini pada pelaksanaannya pembelian barang secara langsung di pasar tidak terdapat masalah karena selain letak pasar yang dekat dengan rumah sakit juga dapat dilakukan untuk melakukan survey harga bahan makanan. Frekuensi pembelian untuk setiap golongan bahan makanan berbeda-beda, untuk golongan lauk pauk hewani seperti daging sebaiknya dibeli 1-2 kali seminggu, ikan 2-7 kali seminggu, ayam 2-4 kali seminggu dan telur 2-3 kali seminggu. Untuk golongan sayuran sebaiknya dibeli 3-4 kali seminggu, golongan buah-buahan segar sebaiknya dibeli harian kecuali untuk buah sejenis pepaya, semangka dapat tahan 3-4 hari. Untuk golongan gula dan minyak di beli 1-2 minggu sekali (Moekri et al, 1990). Bila dibandingkan dengan teori, pembelian bahan makanan yang dilakukan oleh Instalasi Gizi sudah sesuai dengan ketentuan frekuensi pembelian bahan makanan. Pembelian untuk lauk hewani, lauk nabati, sayuran, buah dilakukan setiap hari
156 disesuaikan menu yang ditentukan untuk pasien pada hari tersebut. Pembelian bumbu dilakukan 1-3 kali seminggu. Sementara itu roti, air gallon, beras dikirim melalui rekanan. Waktu pembelian dilakukan pagi hari tepatnya pukul 07.00-08.30WIB. Pembelian dilakukan oleh juru masak yang bertugas pada shift pagi itu. Pembelian disesuaikan dengan kebutuhan bahan makanan untuk pembuatan menu yang ditentukan pada hari tersebut serta berdasarkan hasil pemantauan ahli gizi terhadap stok barang yang habis. Untuk kebutuhan peralatan di Instalasi Gizi, ahli gizi akan memantau peralatan apa saja yang sudah rusak/hilang lalu akan membelinya kembali pada saat membeli kebutuhan bahan makanan. Saat ini peralatan yang ada di Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia seringkali mengalami kehilangan/kurang, hal ini dikarenakan peralatan tersebut dipinjam dan tidak dikembalikan oleh pasien/karyawan. Sehingga untuk menutupi kekurangan tersebut, pihak Instalasi Gizi melakukan pembelian terhadap sejumlah peralatan makan tersebut hanya dalam rentang waktu sebulan sekali. Agar hal ini tidak terulang terus menerus, sebaiknya dibuat catatan peralatan yang dimiliki dan dibuat pula catatan peminjaman. Sehingga setiap ada yang melakukan peminjaman harus menulis catatan peminjaman dan bila belum dikembalikan bisa dicek pada kolom keterangan catatan inventaris dan ditindak lanjuti. Keunggulan yang ada pada kegiatan pembelian bahan makanan yang dilakukan secara langsung adalah cara pembelian langsung ke pasar dinilai cukup baik untuk saat ini (jumlah pasien <50 orang), karena ahli gizi dapat langsung mengawasi kualitas bahan makanan yang akan dipakai. Pembelian untuk lauk hewani, lauk nabati, sayuran, buah dilakukan setiap hari disesuaikan menu yang ditentukan untuk pasien pada hari tersebut.
157 Pembelian bumbu dilakukan 1-3 kali seminggu. Hal ini membuat setiap bahan makanan yang diolah selalu segar. 4.3.2.5 Penerimaan, Penyimpanan dan Penyaluran Bahan Makanan Menurut Departemen Kesehatan RI (2006), penerimaan bahan makanan merupakan suatu kegiatan yang meliputi pemeriksaan/penelitian, pencatatan, dan pelaporan tentang macam, kualitas, dan kuantitas bahan makanan yang diterima sesuai dengan pesanan serta spesifikasi yang telah ditetapkan. Menurut Mukrie et al (1990), salah satu cara penerimaan bahan makanan adalah cara penerimaan konvensional dimana petugas penerima bahan makanan menerima faktur dan spesifikasi satuan dan jumlah bahan makanan yang dibeli/dipesan, jika jumlah dan mutu tidak sesuai, petugas penerima berhak mengembalikannya. Namun petugas penerima harus mencatat semua bahan makanan yang diterima dan bahan makanan yang dikembalikan untuk kemudian dilaporkan kepada bagian pembelian atau pembayaran. Pembelian bahan makanan di Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia dilakukan tanpa melalui rekanan akan tetapi dilakukan secara langsung di pasar kuitang, atau swalayan/toko, kecuali pembelian beras, air gallon, dan roti dikirim melalui rekanan. Maka kegiatan penerimaan seperti memeriksa atau meneliti, melihat kuantitas dan kualitas, serta spesifikasi bahan makanan dilakukan secara konvensional langsung oleh pegawai pada saat melakukan pembelian. Apabila tidak sesuai maka akan langsung dikembalikan dan ditukar. Setiap pembelian terhadap jenis bahan makanan tertentu, selalu memakai nota sebagai bukti transaksi. Setelah itu, bahan makanan yang telah diterima di Instalasi Gizi akan dicek/diperiksa kembali, ketika pengecekan selesai bahan
158 makanan akan disalurkan ke ruang penyimpanan. Selanjutnya, nota pembelian dikumpulkan, setelah itu bahan makanan yang telah dibeli di catat oleh petugas yang melakukan pembelian (berdasarkan nama bahan makanan, spesifikasi satuan dan jumlah serta harga bahan makanan yang diterima) sesuai nota pembelian ke dalam pembukuan penerimaan bahan makanan. Setelah selesai melakukan pencatatan kemudian nota pembelian diserahkan ke kasir. Cara penerimaan bahan makanan di Instalasi Gizi di RSU Menteng Mitra Afia dinilai sudah cukup baik dan sesuai dengan ketentuan yang ada pada penerimaan secara konvensional. Penyimpanan bahan makanan adalah suatu tata cara menata, menyimpan, memelihara keamanan bahan makanan kering dan basah baik kualitas maupun kuantitas di gudang bahan makanan kering dan basah serta pencatatan dan pelaporannya (Departemen Kesehatan RI, 2006). Penyimpanan bahan makanan merupakan suatu kegiatan menempatkan dan memelihara bahan makanan agar siap pakai sesuai dengan macam, jenis, alat serta kemasan sehingga aman untuk digunakan dan tidak mudah rusak atau tahan lama. Untuk semua kelas rumah sakit diperlukan ruang penyimpanan bahan makanan kering (gudang bahan makanan), ruang pendingin, dan ruang pembeku (Departemen Kesehatan RI, 1991). Untuk penyimpanan bahan makanan, Instalasi gizi RSU Menteng Mitra Afia sudah cukup baik karena memiliki ruang penyimpanan bahan makanan untuk penyimpanan bahan makanan kering (lemari kaca). Bahan makanan kering yang disimpan di lemari kaca antara lain berupa susu bubuk, teh, minyak goreng, gula, tepung terigu, dan lain-lain. Sedangkan tempat penyimpanan bahan makanan basah berupa
159 (refrigerator) berukuran besar untuk buah, puding, minuman, dan lain-lain, serta refrigerator yang berukuran kecil yang khusus untuk daging (freezer) dan sayuran. Setelah bahan makanan yang memenuhi syarat diterima, maka akan segera dibawa ke ruang penyimpanan, dipilah dan ditempatkan di tempat penyimpanan bahan makanan kering maupun basah (refrigerator/freezer). Apabila bahan makanan akan langsung digunakan, maka bahan makanan akan segera dibawa ke ruang persiapan bahan makanan untuk kemudian diolah. Penyimpanan bahan makanan dilakukan dengan cara FIFO (First In First Out), bahan makanan yang diterima lebih dulu digunakan terlebih dahulu. Di ruang Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia saat ini masih terdapat lynen (tempat penyimpanan pakaian, spray, selimut pasien yang telah di cuci dan disetrika) membuat ruangan tampak menjadi semakin sempit karena hanya memberikan sisa space yang kecil. Hal tersebut dikarenakan ruangan yang dahulu digunakan untuk lynen sekarang digunakan sebagai gudang arsip. Lynen yang menyatu dengan tempat penyimpanan bahan makanan tentu saja berpotensi menimbulkan efek yang buruk bagi bahan makanan yang disimpan akibat penggunaan pewangi pakaian/deterjen yang dipakai pada kain (seperti: pakaian, selimut, spray, sarung bantal, dst) dapat menguap di udara dan mengkontaminasi bahan makanan yang disimpan dalam satu ruang tersebut. Sehingga sebaiknya lynen tersebut diberi sekat berupa tembok atau papan agar tidak menyatu dengan tempat penyimpanan bahan makanan. Selain itu, ketidaktersediaan ruang fasilitas pegawai seperti locker, kamar ganti, dan tempat peristirahatan khusus pegawai Instalasi Gizi. Hal ini menyebabkan mereka menyimpan tasnya di tempat- tempat yang menurut mereka aman seperti di belakang lemari kaca tempat penyimpanan
160 bahan makanan kering, sedangkan untuk mengatasi ketidaktersediaan ruang ganti pakaian mereka memilih alternatif untuk mengganti pakaian di tempat lynen yang ruangannya menyatu dengan tepat penyimpanan bahan makanan, hal ini menyebabkan banyaknya pakaian menggantung yang membuat ruangan terkesan tidak teratur. Keunggulan yang ada dalam penyimpanan bahan makanan di Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia diantaranya : 1) Ruang penyimpanan berada dekat dengan ruang pengolahan makanan (memasak) sehingga mudah dijangkau untuk mengambil bahan makanan yang kurang saat proses pengolahan. 2) Bahan makanan ditempatkan secara teratur menurut macam, golongan ataupun urutan pemakaian bahan makanan. 3) Menggunakan prinsip FIFO (First In First Out) sehingga memperkecil resiko bahan makanan yang ada mengalami kebusukan atau kadaluarsa. 4) Semua bahan makanan ditempatkan dalam tempat tertutup dan terbungkus rapat sebelum disimpan di refrigerator atau di lemari tempat bahan makanan kering. 5) Bahan makanan basah baik sayuran maupun sumber protein hewani berada pada ruangan penyimpanan paling lama 1-2 hari, sehingga selalu terjaga kesegarannya. Kendala yang dihadapi di ruang penyimpanan Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia antara lain : 1) Tidak ada ventilasi udara di ruang penyimpanan bahan makanan, sehinga sirkulasi udara hanya berasal dari pintu yang dibuka yang langsung berhadapan dengan dapur.
161 2) Penataan ruangan yang kurang baik, hal ini disebabkan di dalam ruang penyimpanan bahan makanan tersebut masih terdapat tempat yang dipergunakan sebagai lynen yang tidak disekat dengan tembok ataupun papan. 3) Belum tersedianya ruang fasilitas pegawai seperti locker, kamar ganti, dan tempat peristirahatan khusus pegawai Instalasi Gizi. Hal ini menyebabkan mereka menyimpan tasnya di tempat-tempat yang menurut mereka aman seperti di belakang lemari kaca tempat penyimpanan bahan makanan kering, sedangkan untuk mengatasi ketidaktersediaan ruang ganti pakaian mereka memilih alternatif untuk mengganti pakaian di tempat lynen yang ruangannya menyatu dengan tepat penyimpanan bahan makanan, menyebabkan banyaknya pakaian menggantung yang membuat ruangan terkesan tidak teratur. Alternatif solusi yang dapat diambil untuk mengatasi kendala tersebut adalah : 1) Agar sirkulasi udara berjalan dengan baik sebaiknya dipasang exhaust fan, sehingga udara didalam ruang penyimpanan tidak pengap. 2) Apabila ruang penyimpanan menyatu dengan lynen, sebaiknya dibuat sekat permanent agar pewangi/detergen pakaian tidak mengkontaminasi bahan makanan. 3) Disediakan ruang fasilitas pegawai agar ruangan penyimpanan bahan makanan tidak disalahgunakan sebagai ruang ganti pakaian muapun sebagai penyimpanan tas. Sehingga ruang penyimpanan bahan makanan lebih teratur dan pegawai pun lebih nyaman. 4.3.2.6 Persiapan Bahan Makanan Menurut Mukrie et al (1990), persiapan bahan makanan adalah serangkaian kegiatan dalam rangka mempersiapkan bahan-bahan makanan serta bumbu-bumbu
162 sebelum dilakukan kegiatan pemasakan. Pada saat perlakuan diatas sebaiknya dipertimbangkan faktor-faktor lingkungan yang dapat mengubah, merusak atau mempengaruhi kualitas bahan makanan yang bersangkutan Persiapan bahan makanan bertujuan untuk tersedianya racikan yang tepat dari setiap bahan makanan untuk berbagai masakan dalam jumlah yang sesuai dengan standar porsi, menu yang berlaku, dan jumlah klien serta tersedianya berbagai anjuran bumbu masakan sesuai resep, jenis masakan, menu dan jumlah klien. Dalam proses persiapan bahan makanan di Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia, bahan makanan terlebih dahulu dicuci. Hal ini sudah sesuai dengan prosedur, karena proses pencucian bahan makanan memang seharusnya dilakukan sebelum proses pemotongan, agar bahan makanan lebih terjaga kebersihannya. Kegiatan dalam persiapan bahan makanan meliputi semua perlakuan pada bahan makanan yaitu disiangi, dibersihkan bagian-bagian yang tidak dimakan, dipotong, direndam bila perlu, diiris tipis, digiling, ditumbuk-tumbuk, dirajang, diaduk, diayak, dibentuk, dicetak, sampai saat bahan makanan siap untuk dimasak. Persiapan bahan makanan di Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia sudah cukup baik, juru masak yang bertugas melakukan persiapan pemasakan diatas meja persiapan bahan makanan tidak dilakukan dibawah atau dekat dengan lantai. Untuk membuat menu makanan, jumlah bahan makanan yang dibutuhkan dalam membuat menu tidaklah sedikit, sehingga dibutuhkan tenaga ekstra dalam proses persiapannya, namun terbatasnya jumlah tenaga di Instalasi gizi dalam proses persiapan bahan makanan membuat para pegawai lain bahkan ahli gizi harus ikut membantu menyelesaikan pekerjaan tersebut, padahal mereka telah memiliki tugas masing-masing.
163 Hal ini dapat menghambat pelaksanaan tugas lainnya sehingga berpengaruh pada proses yang berkaitan dengan penyelenggaraan makanan di Instalasi Gizi. Sebaiknya segera dilakukan penambahan tenaga (pekarya) khusus persiapan di Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia untuk menghindari terjadinya beban kerja berlebih. Keunggulan yang ada dalam persiapan bahan makanan di Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia adalah persiapan bahan makanan dilakukan di atas meja dan memperhatikan hygiene dan sanitasi makanan. Kelemahan yang ada dalam persiapan bahan makanan di Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia adalah kurangnya tenaga dalam proses persiapan bahan makanan, sehingga pegawai lain bahkan ahli gizi harus ikut terlibat. Hal ini menyebabkan kinerja bisa terganggu serta menghambat tugas karyawan lain. Alternatif solusi yang dapat diambil adalah dengan mengevaluasi ulang akan kebutuhan tenaga kerja beserta tugasnya masing-masing. Jika memang dibutuhkan karyawan tambahan, makan seyogyanya segera dipenuhi. 4.3.2.7 Pengolahan Bahan Makanan Menurut Departemen Kesehatan RI (2006), tujuan pengolahan bahan makanan yaitu untuk mengurangi resiko kehilangan zat-zat gizi bahan makanan, meningkatkan nilai cerna, meningkatkan dan mempertahankan warna, rasa, keempukan dan penampilan makanan serta agar terbebas dari organisme dan zat yang berbahaya untuk tubuh. Sedangkan syarat pengolahan bahan makanan yang baik yaitu tersedianya siklus menu, tersedianya bahan makanan yang akan diolah, tersedianya peralatan pengolahan bahan makanan serta tersedianya aturan penilaian.
164 Ada berbagai proses pemasakan yang dikenal yaitu pemasakan dengan media udara sebagai penghantar panas (oven: 100-120 derajat celcius), menggunakan air sebagai penghantar panas (merebus: 85-120 derajat celcius), menggunakan lemak/minyak atau menggoreng (125-200 derajat celcius). Tujuan dari pemasakan makanan adalah mempertahankan nilai gizi makanan, meningkatkan nilai cerna bahan makanan, menambah aroma, serta membunuh kuman yang berbahaya sehingga terjamin aman untuk dikonsumsi manusia (Mukrie et al, 1990). Pengolahan bahan makanan di Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia dilakukan dengan cukup baik, terlihat dari cara juru masak dalam pemasakan yang berusaha mempertahankan nilai gizi makanan dengan mempertimbangkan waktu pemasakan, suhu pembakaran dan jenis bahan makanan yang digunakan. Misalnya dalam memasak sayur, juru masak menggunakan api sedang dan sayur dimasak tidak terlalu lama agar masih terlihat segar dan tidak layu. Sebelum melakukan pengolahan makanan, ahli gizi akan memberikan arahan kepada juru masak, makanan apa saja yang akan disajikan untuk pasien diet atau bukan diet. Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia memiliki 7 tenaga kerja. Adapun pembagian tugasnya adalah sebagai berikut : 1) Shift 1 : Pukul 05.30-14.00 WIB, terdiri dari 4 orang pegawai. 2) Shift 2 : Pukul 12.00-20.00 WIB, terdiri dari 3 orang pegawai. Sedangkan proses pemasakan dilakukan pukul 05.30-06.30 (untuk makan pagi), pukul 08.30-11.00 (untuk selingan pagi dan makan siang), pukul 15.00-17.30 (untuk selingan siang, makan sore dan persiapan makan pagi untuk keesokan harinya).
165 Makanan yang telah disiapkan untuk makan pagi disimpan di lemari es kemudian keesokan harinya hanya perlu diberi bumbu. Pengolahan yang dilakukan oleh juru masak terhadap bahan makanan yang dilakukan di Instalasi Gizi disesuaikan dengan diet yang dijalani pasien. Untuk pasien dengan diet rendah garam (RG) maka dalam pengolahannya akan berbeda dengan diet biasa. Dalam pengolahan makanan untuk jenis diet RG akan diperhatikan terutama dalam masalah penggunaan bumbu seperti garam, kecap dan gula. Untuk diet rendah garam digunakan kecap rendah natrium dan garam diet (Nutrisalin) Sedangkan untuk diet DM digunakan gula diet (rendah kalori). Dan untuk pembuatan makanan cair dilakukan oleh pramusaji atas arahan ahli gizi. Setiap makanan yang telah diolah akan dilakukan tes terhadap citarasa terlebih dahulu oleh ahli gizi. Jika sudah sesuai maka layak untuk disajikan kepada pasien. Pembuatan makanan selingan pasien rawat inap dipersiapkan dan diolah oleh seorang pramusaji. Dengan proses persiapan yaitu pramusaji melihat siklus menu makanan selingan pasien kemudian mempersiapkan bahan-bahan makanan yang akan digunakan. Kemudian pramusaji tersebut bertanggung jawab terhadap proses pemasakan dan menyiapkan makanan selingan yang akan disajikan. Dan bagi pasien yang memiliki pantangan/ alergi terhadap makanan yang disajikan akan diberikan menu pengganti yang disesuaikan dengan keadaannya. Keunggulan yang ada dalam proses persiapan dan pengolahan bahan makanan adalah telah dibedakan proses pemasakan antara pasien biasa dengan pasien diet khusus; telah dibedakan pemberian bumbu antara pasien biasa dan pasien diet khusus; dan minyak goreng yang digunakan untuk memasak hanya satu kali pakai.
166 Kendala yang dihadapi pada proses pengolahan makanan saat ini adalah belum dibedakannya tenaga pemasak berdasarkan kelas rawat inap. Karena untuk memberikan pelayanan serta kepuasan yang lebih pada pasien yang dirawat di ruang rawat VIP dan I, II, III. Maka sebaiknya Instalasi Gizi menetapkan pemasak khusus untuk pengolahan makanan pasien di ruang VIP dan I, II, III. 4.3.2.8 Pendistribusian Makanan Menurut Departemen Kesehatan RI (2006), pendistribusian makanan adalah serangkaian kegiatan penyaluran makanan sesuai dengan jumlah porsi dan jenis makanan konsumen yang dilayani (makanan biasa maupun makanan khusus). Tujuannya yaitu agar konsumen mendapat makanan sesuai diet dan ketentuan yang berlaku. Terdapat 2 (dua) sistem penyaluran/ ditribusi makanan yang biasa dilaksanakan di rumah sakit, yaitu: 1) Distribusi makanan yang dipusatkan, cara ini lazim disebut dengan cara distribusi sentralisasi. Dengan ketentuan ini, makanan pasien dibagi dan disajikan dalam alat makan di tempat pengolahan makanan. 2) Distribusi makanan yang tidak dipusatkan, cara ini lazim disebut dengan sistem distribusi desentralisasi. Makanan pasien dibawa dari tempat pengolahan ke dapur ruang perawatan pasien, dalam jumlah banyak/besar, untuk selanjutnya disajikan dalam alat makan masing-masing pasien sesuai dengan permintaan makanan. Distribusi makanan di RSU Menteng Mitra Afia dilakukan dengan sistem sentralisasi yaitu penyaluran makanan yang dipusatkan di dapur utama. Pertimbangan melakukan sistem sentralisasi adalah karena keterbatasan tenaga yang ada, pengawasan dapat dilakukan dengan mudah dan teliti, pekerjaan dapat dilakukan lebih cepat karena
167 jarak antara dapur dan ruangan dipersingkat dengan menggunakan lift, maka makanan dapat disajikan masih dalam suhu yang hangat. Walaupun sebenarnya ada kelemahan yang juga dimiliki yaitu memerlukan tempat, peralatan dan perlengkapan yang lebih banyak dan biaya pemeliharaan yang harus diperhitungkan. Distribusi makanan dilakukan oleh pramusaji. Untuk mencegah terjadinya kesalahan pemberian diet kepada pasien, dalam penyajian dan pendistribusian makanan pramusaji harus teliti dalam melihat data diet yang dijalani pasien di Rekapitulasi Daftar Menu Pasien Rawat Inap (Lampiran 9) yang ditulis di white board berdasarkan nama pasien, usia, ruangan/kelas perawatan, dokter yang menangani, tanggal masuk ruang perawatan, jenis diet dan keterangan perubahan diet dan informasi pasien yang pulang. Semua data diperoleh dari ruang perawatan melalui perawat yang menghubungi pihak instalasi gizi via telepon atau perawat datang secara langsung ke ruang Instalasi Gizi dan melaporkannya ke ahli gizi. Urutan kegiatan distribusi di Instalasi Gizi adalah apabila keseluruhan proses pengolahan makanan telah selesai, pramusaji akan meletakkan baki diatas meja persiapan dilanjutkan dengan meletakkan sendok dan garpu (yang dibungkus tissue) serta peralatan makan lain yang terbuat dari keramik berupa tempat nasi, mangkuk sayur, tempat buah, tempat lauk hewani, tempat lauk nabati diatas baki yang telah dipersiapkan. Kemudian pramusaji akan mencetak nasi dengan ukuran porsi berdasarkan perkiraan, disusul dengan meletakkan lauk hewani, nabati, sayur dan buah. Penampilan makanan selanjutnya dipercantik dengan pemberian garnish. Kemudian makanan yang telah lengkap dan disusun rapih dalam baki ditutup dengan menggunakan plastik wrapping. Dan untuk memastikan makanan tidak tertukar, maka di atas makanan yang
168 akan disajikan akan ditempelkan etiket yang berisi nama pasien, ruang dan kelas perawatan, serta jenis diet yang dijalani. Kemudian makanan diletakkan/disusun pada trolley pengangkut. Setelah semua makanan siap, pramusaji akan langsung mendistribusikan makanan ke ruang perawatan. Jadwal distribusi makanan ke ruang perawatan di Instalasi Gizi adalah sebagai berikut: a). Makan pagi : Pkl. 06.30-07.30 WIB b). Selingan Pagi : Pkl. 09.30-10.30 WIB c). Makan Siang : Pkl. 11.30-12.30 WIB d). Selingan Siang : Pkl. 14.30-15.30 WIB e). Makan Sore : Pkl. 17.30-18.30 WIB Sedangkan jadwal untuk pengangkutan peralatan kotor adalah pada pkl. 08.00- 09.00 WIB (setelah makan pagi), pkl. 13.00-14.00 WIB (setelah makan siang), dan pkl. 19.00-20.00 WIB (setelah makan sore). Distribusi makanan yang dilakukan di Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia sudah tepat dilakukan meskipun terdapat keunggulan dan kelemahan dalam pelaksanaanya. Keunggulan yang ada dalam proses penyajian dan distribusi makanan adalah sebagai berikut : 1) Distribusi dengan sistem sentralisasi membuat pengawasan dapat dilakukan dengan mudah dan teliti, lebih hemat, pekerjaan dapat dilakukan lebih cepat. 2) Petugas penyaji dan distribusi makanan sudah cukup tanggap dalam menjalankan tugasnya karena dapat memberikan pelayanan dengan cepat terhadap permintaan
169 pasien baik masalah makanan maupun minuman dan segera merespon semua keluhan pasien. 3) Tersedianya makanan sesuai ketentuan diet pasien, selain itu bagi pasien yang memiliki pantangan terhadap bahan makanan tertentu diberikan makanan pengganti. 4) Tersedianya rekapitulasi daftar menu pasien rawat inap yang ditulis di white board berdasarkan nama pasien, usia, ruangan/kelas perawatan, dokter yang menangani, tanggal masuk ruang perawatan, jenis diet dan keterangan perubahan diet dan informasi pasien yang pulang. Hal ini untuk meminimalisasi kesalahan dalam pendstribusian makanan kepada pasien. Kendala yang dihadapi dalam proses distribusi adalah : 1) Belum adanya lift khusus untuk menghantarkan makanan, sehingga pendistribusian makanan saat ini dapat mengganggu kenyamanan pasien atau keluarga pasian yang akan menggunakan lift tersebut. 2) Pemorsian makanan masih dilakukan berdasarkan perkiraan, sehingga porsi makanan yang diberikan kepada pasien berpotensi mengakibatkan terjadinya kelebihan atau kekurangan asupan zat gizi yang dibutuhkan pasien dan akan berdampak kepada proses penyembuhan pasien. Alternative solusi yang dapat diambil adalah 1) Disediakannya lift khusus barang di RSU Menteng Mitra Afia untuk menghindari ketidaknyamanan pasien/keluarga pasien ketika menggunakan lift secara bersamaan dengan petugas penyaji makanan yang membawa trolley makanan.
170 2) Dilakukannya pemorsian secara tepat. Bila perlu lakukan penimbangan terhadap makanan yang disajikan untuk pasien berdasarkan diet yang dijalani agar makanan yang disajikan sesuai dengan rekomendasi dokter dan kebutuhan gizi pasien. 4.3.2.9 Pelaporan Dan Evaluasi Penyelenggaraan Makanan Kegiatan pelaporan dan pencatatan adalah serangkaian kegiatan pengumpulan dan pengolahan data kegiatan pelayanan gizi rumah sakit dalam jangka waktu tertentu (Departemen Kesehatan RI, 2006). Pencatatan dan pelaporan dilakukan setiap hari oleh ahli gizi dibantu juru masak yang merangkap sebagai tata usaha di Instalasi Gizi untuk kemudian diserahkan kepada wakil direktur umum dan keuangan. Pencatatan dan pelaporan meliputi pencatatan tentang pengadaan bahan makanan, permintaan bahan makanan, penggunaan bahan makanan harian, dan pembuatan laporan belanja harian untuk makan pasien. Berdasarkan wawancara, evaluasi sistem penyelenggaraan makanan dilakukan setiap 1 bulan sekali. Evaluasi dilakukan dengan memberikan lembaran angket pasien kepada pasien yang dirawat (lampiran 10). Angket pasien dikumpulkan kepada perawat kemudian diberikan pada bagian humas rumah sakit, selanjutnya bagian humas rumah sakit akan mengolah angket tersebut dan hasilnya akan diperlihatkan kepada direktur Rumah Sakit untuk dilakukan tindakan dan kebijakan. Dalam angket pasien tersebut terdapat komponen yang berisi pertanyaan berkaitan dengan evaluasi makanan menyangkut variasi menu, cara penyajian, besar porsi, cita rasa, keramahan petugas, dan penampilan petugas. Evaluasi penyelenggaraan makanan secara detail sangat diperlukan untuk mengetahui bagaimana tingkat kepuasan pasien terhadap penyelenggaraan makanan.
171 Keunggulan adanya evaluasi adalah hasil dari kegiatan evaluasi dapat dijadikan masukan oleh pihak rumah sakit untuk meningkatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit secara keseluruhan baik yang bersifat medis maupun non medis. 4.3.2.10 Arus Kerja Penyelenggaraan Makanan Arus kerja penyelenggaraan makanan adalah urutan-urutan kegiatan kerja dalam memproses bahan makanan menjadi hidangan. Hal ini meliputi penerimaan bahan makanan, persiapan, pemasakan, pembagian/distribusi makanan (Departemen Kesehatan RI, 2006). Arus kerja (gambar 4.15) di Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia dimulai dari pembelian/pembelanjaan bahan makanan basah (seperti lauk hewani, lauk nabati, sayuran, buah) dilakukan setiap hari secara langsung di pasar kuitang. Pembelian bahan makanan disesuaikan dengan menu yang akan dibuat pada hari tersebut, dengan mempertimbangkan persediaan bahan makanan basah dan kering serta mempertimbangkan jumlah pasien yang dirawat kemudian melihat siklus menu. Pemeriksaan jumlah, jenis dan spesifikasi terhadap bahan makanan dilakukan langsung ditempat pembelian. Apabila tidak sesuai akan langsung dikembalikan dan ditukar. Sedangkan pembelian bahan makanan kering hanya dilakukan jika persediaan telah habis. Pembelian bahan makanan kering sering dilakukan di pertokoan (swalayan) jika tidak tersedia di pasar. Sedangkan untuk pembelian roti, beras dan air galon dilakukan melalui rekanan. Selanjutnya diteruskan dengan proses penerimaan bahan makanan basah dan bahan makanan kering. Pada proses penerimaan bahan makanan yang telah dibeli, dilakukan pemeriksaan jumlah, jenis dan pengecekan kembali terhadap hasil pembelian
172 untuk menghindari adanya kerusakan bahan makanan maupun sejumlah barang yang tidak terbeli guna membuat menu makanan untuk hari tersebut. Kemudian dilakukan pencatatan harga dan total biaya pengeluaran untuk pembelian/pembelanjaan bahan makanan pada pembukuan penerimaan bahan makanan. Selanjutnya dilakukan proses penyimpanan bahan makanan yang dibagi menjadi dua yaitu penyimpanan bahan makanan basah dan kering. Untuk bahan makanan basah seperti lauk hewani (ikan, daging sapi, daging ayam, telur, dll), lauk nabati (tempe, tahu, dll), sayur dan buah sebagian tidak disimpan, akan tetapi langsung diolah. Dan sebagian sayuran yang akan digunakan untuk makan sore akan disimpan dalam refrigerator khusus untuk sayuran dan refrigerator lain berukuran besar yang khusus untuk bahan makanan selain sayuran (seperti buah, puding, minuman, dan lain-lain) yang dapat diatur suhunya. Sedangkan untuk bahan makanan kering seperti beras, gula, susu disimpan di lemari kaca yang terletak di gudang penyimpanan bahan makanan kering. Kemudian dilanjutkan dengan proses persiapan bahan makanan. Persiapan meliputi pengerjaan bahan makanan sejak diterima sampai siap untuk dimasak (menyiangi, membersihkan, mencuci, memotong, merendam, mengiris, menggiling, menumbuk, merajang, mengaduk, mengayak, membentuk, dst). Persiapan dilakukan oleh para tenaga pemasak, pramusaji, dan pencuci piring dengan pembagian tertentu dan tidak tetap. Sisa-sisa bahan makanan hasil persiapan dan pemasakan makanan akan langsung di buang ke tempat pembuangan sampah sementara. Bahan makanan yang telah melalui proses persiapan kemudian diolah dan dimasak oleh juru masak dengan pembagian tenaga pemasak khusus menangani sayuran, tenaga pemasak khusus lauk hewani dan nabati, dan tenaga pemasak khusus nasi, bubur dan tim. Proses pemasakan
173 dilakukan tiga kali dalam satu hari untuk tiga kali makan yaitu pukul 05.30-06.30 WIB untuk makan pagi, pukul 08.30-11.00 WIB untuk makan siang, untuk makan sore dan persiapan untuk makan pagi (untuk keesokan harinya) pukul 15.00-17.30 WIB. Makanan yang telah disiapkan untuk makan pagi disimpan di lemari khusus kemudian keesokan harinya hanya perlu diberi bumbu. Itupun tergantung menu untuk keesokan paginya, jika menu yang diberikan hanya roti manis atau roti semir maka langsung dipersiapkan pada pagi hari itu juga. Pencucian terhadap peralatan dan perlengkapan bekas memasak dilakukan langsung setelah proses pemasakan makanan telah selesai. Makanan yang telah diolah didistribusikan dengan cara sentralisasi. Penyajian dilakukan oleh seorang pramusaji. Penyajian makanan yang akan dilaksanakan oleh penyaji makanan yang terlebih dahulu melihat siklus menu untuk membedakan antara menu pasien umum dengan diet makanan biasa dan pasien dengan diet makanan khusus. Makanan yang telah siap kemudian di distribusikan ke pasien. Pengambilan peralatan makan dilaksanakan setelah pasien selesai makan. Kemudian dilaksanakan pencucian peralatan makan kotor. Setelah peralatan makan bersih kemudian disimpan untuk digunakan kembali pada jam makan pasien berikutnya. Arus Kerja Penyelenggaraan Makanan di Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia dapat dilihat pada gambar 4.15 berikut ini :
174
Pembelian Bahan Makanan Kering Bahan Makanan Basah Penerimaan Tempat Penyimpanan Bahan Makanan Kering Tempat Penyimpanan Bahan Makanan Basah 1.Bahan Lauk Hewani (Freezer) 2.Bahan Lauk Nabati 3.Sayuran
Refrigerator kecil 1.Buah 2.Minuman 3.Puding, dst Refrigerator Besar Persiapan Pengolahan Penyajian Makanan Distribusi Makanan Pengambilan Peralatan Makan Kotor Pencucian Peralatan Makan Kotor Peralatan Makan Bersih Penyimpanan Peralatan Makan Pembuangan Sampah Sementara Sisa makanan di buang Siklus Menu Gambar 4.15 Arus Kerja Penyelenggaraan Makanan Di RSU Menteng Mitra Afia
1. Persediaan BM basah dan Kering 2. Jumlah Pasien VIP, I, II, III 3. Siklus Menu
175 4.4 Sanitasi Makanan Dan Keselamatan Kerja 4.4.1 Sanitasi Makanan Menurut Departemen Kesehatan RI (2006), sanitasi makanan merupakan salah satu upaya pencegahan yang menitikberatkan pada kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman dari segala bahaya yang dapat mengganggu atau merusak kesehatan mulai dari sebelum makanan diproduksi, selama proses pengolahan, penyiapan, pengangkutan, penjualan sampai pada saat makanan dan minuman tersebut siap untuk dikonsumsikan kepada konsumen. Pelaksanaan sanitasi makanan di Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia dalam penyelenggaraan makanan sudah cukup baik, hal ini terlihat dari mutu bahan makanan yang dipilih dari bahan makanan yang segar, aman, utuh, baik dan bergizi, serta tidak ada bahan makanan dan minuman yang membusuk dan kadaluarsa yang akan digunakan dalam proses pengolahan makanan. Di ruang instalasi gizi juga tersedia air bersih dan air panas otomatis dengan saluran pembuangan limbah yang aman dari binatang pengganggu. Untuk menjaga ruangan tetap bersih, pembersihan ruang dapur/instalasi dilakukan sebelum dan setelah selesai pekerjaan. Proses pembersihan meliputi ruang, lantai, dan dinding. Pencucian alat masak dilakukan setiap kali selesai masak, dengan cara membuang sisa makanan yang melekat pada alat, bila sisa makanan yang melekat susah dihilangkan maka perlu direndam dengan air panas, disabun, kemudian dibilas dengan air. Sedangkan untuk pencucian alat makan pasien dilakukan dengan langkah-langkah diantaranya dengan membuang sisa makanan yang melekat pada alat makan, dicuci dengan sabun, diberi desinfektan, kemudian dibilas dan direndam dengan air panas. Fasilitas pencucian bahan
176 makanan (seperti daging, sayuran, dst) dan peralatan masak maupun peralatan makan berada ditempat yang berbeda untuk dapat mengurangi risiko penularan kuman dari sisa makanan yang berasal dari peralatan makan yang dicuci ke makanan. Menurut Departemen Kesehatan RI (2006), kegiatan penyehatan makanan dan minuman di rumah sakit ditujukan untuk tersedianya makanan yang berkualitas baik dan aman bagi kesehatan konsumen, menurunnya kejadian resiko penularan penyakit atau gangguan kesehatan melalui makanan, terwujudnya perilaku kerja yang sehat dan benar dalam penanganan makanan. Tenaga penjamah makanan yang bekerja di ruang Instalasi Gizi selalu menerapkan hygiene dan sanitasi dalam penyelenggaraan makanan. Namun, masih terdapat kekurangan dalam pelaksanaan sanitasi makanan di Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia yaitu tidak adanya pemeriksaan kesehatan berupa usap dubur/kulit secara berkala untuk penjamah makanan guna menghindari risiko penularan penyakit dari manusia ke makanan. Sebaiknya pihak rumah sakit melakukan pemeriksaan fisik secara periodik terhadap tenaga penjamah makanan. 4.4.2 Keselamatan Kerja Keselamatan kerja (safety) adalah segala upaya atau tindakan yang harus diterapkan dalam rangka menghindari kecelakaan yang terjadi akibat kesalahan kerja petugas ataupun kelalaian/ kesengajaan (Departemen Kesehatan RI, 2006). Pelaksanaan keselamatan kerja di Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia sudah cukup baik, terlihat dari tersedianya baju seragam khusus kerja yang di disain sedemikian rupa agar nyaman dikenakan dan tidak mengganggu gerak pegawai sewaktu kerja, celemek, surgical hat, dan sandal yang tidak licin. Perlengkapan tersebut selalu
177 digunakan oleh para tenaga pemasak pada saat mengolah makanan. Sedangkan untuk para pramusaji, diharuskan memakai surgical mask (masker) dan hand skun (sensi gloves) pada saat menyajikan makanan ke ruang perawatan pasien. Namun para pramusaji kerap kali tidak menggunakan peralatan safety dengan alasan lupa dan tidak terbiasa. Hal ini dapat menyebabkan para pramusaji rentan terhadap penularan penyakit. Sebaiknya dilakukan pengawasan yang ketat dan perlu adanya prosedur atau berupa aturan tertulis beserta sanksi yang akan didapat bagi pramusaji yang tidak mematuhi peraturan. Sehingga, para pramusaji dapat lebih disiplin dalam menggunakan peralatan safety tersebut agar kondisi kesehatan tetap terjaga. Ventilasi yang dilengkapi exhaust fan yang terdapat di dalam ruangan Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia dirasa kurang memadai dalam pengeluaran asap dan bau makanan serta panas yang dihasilkan dari aktivitas memasak. Sehingga perlu diberikan penambahan jumlah lubang ventilasi agar sirkulasi udara dapat berjalan dengan baik. Untuk ruangan kerja yang tidak menggunakan pendingin harus memiliki lubang ventilasi minimal 15% dari luas lantai (Kepmenkes nomor 1405/menkes/SK/XI/2002). Untuk membantu pencahayaan digunakan penerangan yang berasal dari lampu. Dan tersedia blower yang terpasang di atas kompor/tungku masak yang dapat menyerap asap. Fasilitas peralatan pelindung, dan pertolongan pertama sudah cukup baik dengan tersedianya obat-obatan P3K dan alat pelindung diri berupa alat pemadam kebakaran seperti tabung dry chemical yang tersedia 1 buah dilengkapi petunjuk penggunaan di ruang Instalasi Gizi. Maintenance (perawatan) alat dilakukan secara kontinyu setiap tiga bulan sekali agar peralatan tetap dalam kondisi baik dan layak pakai.
178 BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan 1. RSU Menteng Mitra Afia merupakan Rumah Sakit tipe C yang awalnya bergerak dalam bidang jasa pelayanan kesehatan bernama Rumah Sakit Khusus Neurologi dan Psikiatri sejak tahun 1997 dan berubah menjadi Rumah Sakit Umum tahun 1999. Didirikan dibawah naungan PT. Mitra Menteng Abadi berdasarkan Surat Izin Penyelenggaraan Rumah Sakit yang dikeluarkan melalui Kepmenkes RI nomor YM.02.04.3.5. 2. Instalasi Gizi di RSU Menteng Mitra Afia adalah salah satu unit pelayanan fungsional yang bertugas menyelenggarakan pelayanan gizi rawat inap berupa asuhan gizi pasien rawat inap dan penyelenggaraan makanan untuk pengaturan diet pasien yang sesuai dengan kelas perawatan. Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia dipimpin oleh kepala gizi medis yang merangkap juga sebagai ahli gizi dengan pendidikan terakhir D3-Gizi. Ahli gizi bertanggung jawab langsung kepada wakil direktur pelayanan medis dan penunjang medis. Terdapat kelemahan pada pembagian ruang Instalasi Gizi yakni saat ini masih mengalami kekurangan fasilitas ruangan, sehingga diperlukan penambahan jumlah ruangan untuk memenuhi kebutuhan ruangan yang belum tersedia. Selain itu, diperlukan juga penambahan sumber pencahayaan serta sirkulasi udara berupa ventilasi untuk pertukaran udara, mengurangi panas dan menambah penerangan matahari.
162
179 3. Asuhan Gizi pasien rawat inap di Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia meliputi pengkajian status gizi (pengukuran antropometri, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan riwayat gizi), penentuan diet, konseling gizi, dan pemantauan (meliputi pemantauan diet, konsumsi makanan, dan status gizi). Tim Asuhan Gizi di RSU Menteng Mitra Afia terdiri dari dokter, analis, ahli gizi dan perawat. Terdapat kekurangan dalam pelaksanaan asuhan gizi ruang rawat inap yaitu : a). Pengukuran antropometri kadang tidak dilakukan pada pasien yang masuk ruang rawat inap. Penetapan ukuran antropometri pasien, sering menggunakan data lama pasien yang tertulis pada data status pasien yang tersimpan pada rekam medik. Bukan data antropometri yang diperoleh dari pengukuran langsung pada saat pasien masuk. Selain itu, pengukuran antropometri yang dilakukan juga masih kurang tepat dalam pelaksanaannya yaitu pengukuran hanya dilakukan kepada pasien yang berkeadaan khusus saja. b). Belum dilakukannya pencatatan terhadap semua data antropometri, klinis, laboratorium dan hasil wawancara riwayat gizi yang didapat dengan menggunakan formulir riwayat gizi oleh ahli gizi. Sehingga tidak dapat dibandingkan dengan keadaan sebelumnya untuk mengetahui perkembangan keadaan yang dialami pasien. Keadaan gizi pasien dapat berpengaruh terhadap peningkatan kesembuhan pasien. c). Pelaksanaan konseling gizi yang dilakukan oleh ahli gizi belum berjalan dengan maksimal dikarenakan belum dilakukannya pencatatan terhadap hasil konseling gizi pasien menjadi laporan khusus hasil konseling gizi. d). Pemantauan terhadap status gizi pasien khususnya yang berdiet khusus belum dilakukan dengan maksimal oleh ahli gizi karena pengukuran terhadap berat badan
180 pasien belum dilakukan secara rutin/berkala. Sehingga perkembangan ataupun penurunan yang terjadi pada pasien tidak diketahui secara tepat. 4. Kegiatan penyelenggaraan makanan di RSU Menteng Mitra Afia merupakan suatu rangkaian kegiatan yang meliputi delapan kegiatan yaitu: perencanaan anggaran belanja makanan; perencanaan menu; penghitungan kebutuhan bahan makanan; pemesanan dan pembelian bahan makanan; penerimaan, penyimpanan dan penyaluran bahan makanan; persiapan bahan makanan; pengolahan bahan makanan; dan pendistribusian makanan. a). RSU Menteng Mitra Afia menggunakan bentuk penyelenggaraan makanan dengan sistem swakelola. b). Perencanaan anggaran belanja makanan dilakukan pertahun dan dibuat berdasarkan laporan penggunaan anggaran bahan makanan tahun sebelumnya dengan mempertimbangkan fluktuasi harga dan fluktuasi pasien. c). Perencanaan menu untuk pasien dibuat berdasarkan standar menu dengan siklus 10 hari plus 1. Namun, perencanaan menu dinilai kurang sesuai dengan syarat perencanaaan menu dalam PGRS (2006) dikarenakan ketiadaan standar resep dan standar porsi secara tertulis. Standar resep dan standar porsi yang digunakan hanya berdasarkan perkiraan. Ketiadaan standar resep tersebut dapat berdampak pada tidak diketahuinya kandungan gizi tiap porsi masakan, hasil masakan yang konsisten pada tiap pemasak sulit untuk diperoleh, dan proses pengolahan masakan pun akan menjadi sulit karena tidak ada acuan. d). Dalam penghitungan kebutuhan bahan makanan, ahli gizi melakukannya secara taksiran/perkiraan, perkiraan tersebut berdasarkan jumlah pasien dan lama hari
181 rawat. Karena berdasarkan perkiraan maka seringkali bahan makanan yang ada mengalami kekurangan akibat ketidaktepatan dalam merencanakan bahan makanan. e). Penerimaan dilakukan secara konvensional langsung oleh pegawai pada saat melakukan pembelian. f). Penyimpanan bahan makanan dilakukan dengan cara FIFO (First In First Out), bahan makanan yang diterima lebih dulu digunakan terlebih dahulu. g). Persiapan bahan makanan sudah memperhatikan hygiene dan sanitasi makanan. Telah dibedakan proses pemasakan antara pasien biasa dengan pasien diet khusus. h). Distribusi dengan sistem sentralisasi membuat pengawasan dapat dilakukan dengan mudah dan teliti, lebih hemat, pekerjaan dapat dilakukan lebih cepat. Pemorsian makanan masih dilakukan berdasarkan perkiraan, sehingga porsi makanan yang diberikan kepada pasien berpotensi mengakibatkan terjadinya kelebihan atau kekurangan asupan zat gizi yang dibutuhkan pasien dan akan berdampak kepada proses penyembuhan pasien. 5. Tenaga penjamah makanan yang bekerja di ruang Instalasi Gizi selalu menerapkan hygiene dan sanitasi dalam penyelenggaraan makanan. Namun, masih terdapat kekurangan dalam pelaksanaan sanitasi makanan yaitu tidak adanya pemeriksaan kesehatan berupa usap dubur/kulit secara berkala untuk penjamah makanan secara berkala guna menghindari risiko penularan penyakit dari manusia ke makanan. Pelaksanaan keselamatan kerja di Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia sudah cukup baik, terlihat dari tersedianya baju seragam khusus kerja, celemek, surgical hat, dan sandal yang tidak licin, surgical mask (masker) dan hand skun (sensi gloves) bagi juru masak maupun pramusaji. Fasilitas peralatan pelindung, dan
182 pertolongan pertama sudah cukup baik dengan tersedianya obat-obatan P3K dan alat pelindung diri berupa alat pemadam kebakaran seperti tabung dry chemical. 5.2 Saran 1. Perlu segera disediakan ruangan perkantoran secara khusus untuk meningkatkan kenyamanan ahli gizi agar dapat bekerja dengan baik, efektif, dan efisien. Selain itu perlu disediakan pula ruang fasilitas pegawai seperti kamar ganti pakaian, locker, dan lain-lain, agar ruangan penyimpanan bahan makanan tidak disalahgunakan sebagai ruang ganti pakaian maupun tempat penyimpanan tas. Sehingga ruang penyimpanan bahan makanan lebih teratur dan pegawai pun lebih nyaman. 2. Perlu dilakukan penambahan jumlah pegawai yang disesuaikan dengan kualifikasi ketenagaan yang dibutuhkan unit Instalasi Gizi sesuai standar PGRS (2006) seperti : staff bagian tata usaha, operator komputer, dan pekarya untuk tenaga persiapan bahan makanan. 3. Dibutuhkan penambahan sumber pencahayaan serta ventilasi sirkulasi udara sehingga dapat berfungsi dengan baik untuk pertukaran udara dari dalam ruangan ke luar ruangan Instalasi Gizi sehingga mengurangi panas dan menambah penerangan matahari. 4. Sebaiknya dibuat sekat sementara atau batas pemisah permanent berupa dinding yang terbuat dari papan atau tembok dari batu bata di ruang penyimpanan. Sehingga tempat penyimpanan bahan makanan tidak menyatu dengan lynen agar pewangi/detergen yang digunakan pada pakaian tidak mengkontaminasi bahan makanan.
183 5. Dilakukannya pemorsian makanan secara tepat dengan melakukan penimbangan berat makanan menggunakan timbangan bahan makanan digital atau manual ataupun menggunakan pemorsian dengan ukuran rumah tangga (URT) terhadap makanan pasien terutama pasien dengan diet khusus. Agar tidak terjadi kelebihan maupun kekurangan gizi pada pasien. 6. Sebaiknya pengukuran antropometri dilakukan secara langsung pada setiap pasien yang baru masuk dan tidak hanya pada pasien yang berkeadaan khusus untuk menunjang ketepatan terhadap penentuan status gizi pasien yang bisa berpengaruh pada peningkatan kesembuhan pasien. 7. Pemantauan status gizi perlu dilakukan secara baik sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien yaitu dengan melakukan pengukuran terhadap berat badan pasien secara rutin/berkala agar dapat dilakukan evaluasi terhadap status gizi untuk mengetahui perbandingan status gizi awal pasien dengan status gizi setelah dilakukan pelayanan gizi untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelayanan gizi yang diberikan serta mengetahui tingkat kesembuhan pasien dilihat dari status gizinya. 8. Dilakukannya pencatatan dan pembuatan laporan hasil konseling gizi pasien untuk dijadikan bahan perbandingan dan evaluasi kegiatan yang sudah dilaksanakan. Sehingga diketahui tingkat keberhasilan pelaksanaan konseling tersebut bagi pasien. 9. Sebaiknya dalam melakukan kegiatan konseling, pasien di berikan media berupa gambar atau food model atau leaflet, brosur agar pasien dapat memahami dengan baik penjelasan yang diberikan ahli gizi.
184 10. Sebaiknya ahli gizi membuat dan menentukan standar resep dan standar porsi sehingga dapat diciptakan mutu dan kualitas makanan yang relatif sama cita rasanya untuk setiap penghidangan serta diketahuinya kandungan zat gizi makanan. 11. Diadakannya pemeriksaan kesehatan dan usap dubur pada petugas masak secara berkala guna menghindari risiko penularan penyakit dari manusia ke makanan. 12. Perlu disediakan lift khusus barang di RSU Menteng Mitra Afia untuk menghindari ketidaknyamanan pasien/keluarga pasien ketika menggunakan lift secara bersamaan dengan petugas penyaji makanan yang membawa trolley makanan. 13. Perlu adanya prosedur atau berupa aturan tertulis beserta sanksi yang akan didapat kepada pramusaji apabila tidak mematuhi peraturan. Sehingga pramusaji dapat lebih disiplin dalam menggunakan peralatan safety (seperti: surgical mask (masker) dan sensi gloves (hand skun)) pada saat menyajikan makanan ke ruang perawatan pasien.
Arminanto, Devi. Faktor-faktor Pelayanan Gizi yang Berhubungan Dengan Kepuasan Pasien Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek Propinsi Lampung Tahun 2003. Skripsi : FKM UI Depok, 2003
Departemen Kesehatan RI. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, 1990
Departemen Kesehatan RI. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, 2006
Departemen Kesehatan RI. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, 2003
Departemen Kesehatan RI. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta: Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Direktorat Rumah Sakit Khusus dan Swasta, 1991
Departemen Kesehatan RI. Pedoman Penyelenggaraan Makanan Rumah Sakit. Jakarta: Direktorat Bina Pelayanan Medik Dasar Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik, 2007.
Humas RSU Menteng Mitra Afia. Sekilas Tentang Rs.Menteng Mitra Afia Dan Perkembangannya. http://www.rsmentengmitraafia.com/jadwal/infoumum.php. Diakses pada tanggal 12 Februari 2009
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan industri. Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002.
186 Levey S. and Loomba PN, Health Care Administration : A Managerial Prespective, JP. Lippinott Comp., Phil, 1973
Blum H. L. Planning for Health, Development and Application of Social Change Theory. New York: Human Science Press, 1974
Mukrie, A Nursiah et al. Manajemen Pelayanan Gizi Institusi Dasar. Jakarta: Proyek Pengembangan Pendidikan Tenaga Gizi Pusat Bekerjasama Dengan Akademi Gizi, Departemen Kesehatan RI, 1990.
Muchatob, Elmiar et al. Buku Pedoman Manajemen Pelayanan Gizi Makanan Kelompok. Jakarta: Proyek Pengembangan Pendidikan Tenaga Gizi Pusat Bekerjasama dengan SPAG Departemen Kesehatan RI, 1991
Moehyi, Sjahmien. Penyelenggaraan Makanan Institusi dan Jasa Boga. Jakarta: Bhratara, 1992
Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan
Yahya, Gunarti. Sistim Pelayanan Gizi Di Rumah Sakit. Jakarta: Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No.91, 1994
187
188
LAMPIRAN 1
189
LAMPIRAN 2
190
DAFTAR MENU MAKANAN PASIEN INSTALASI GIZI RSU MENTENG MITRA AFIA MENU KE- TANGGAL
PAGI
SNACK PAGI
SIANG
SNACK SIANG
MALAM
07.00 WIB 10.00 WIB 12.00 WIB 15.00 WIB 18.00 WIB 1. 1, 11 dan 21 Nasi Goreng, Susu + Telur rebus (VIP, I, II) Teh Manis Teh Manis Nutrijel
Ikan Kembung Goreng Tumis Kac. Panjang + Tempe Sup Oyong + Soun Buah segar
Teh Manis Makaroni Panggang Aseh Daging Cah Kailan+Jagung Manis (VIP, I, II) Sup Kembang Kol+Wortel Buah Segar 2. 2, 12 dan 22 Roti Panggang Susu + Telur rebus (VIP, I, II) Teh Manis Teh Manis Sagu Ambon Telur Rendang Tahu Paprika Sup Jagung Berawan Buah Segar Teh Manis Pastel Cumi Goreng Tepung Brokoli Saos Tiram (VIP, I, II) Sup Makaroni+Wortel Buah Segar
3. 3, 13 dan 23 Tim Ayam + Jamur Merang Susu + Telur rebus (VIP, I, II) Teh Manis
Teh Manis Agar-Agar Ayam Rica-Rica Bakwan Jagung Sup Sawi Putih+Wortel Buah segar
Teh Manis Pisang Rebus Ikan Patin Cah Boxcay+Sosis (VIP, I, II) Sup Tahu+Jamur Kuping+Wortel Buah Segar
LAMPIRAN 6
191 4. 4, 14 dan 24 Sandwich Susu + Telur rebus (VIP, I, II) Teh Manis Teh Manis Bubur Kacang Ijo
Daging Balado Tempe Bacem Sup Sayuran Buah segar
Teh Manis Risol
Telur Puyung Bumbu Kuning Cah Slada Air + Jagung Manis (VIP, I, II) Sup Kacang Merah+Sosis Buah Segar 5. 5, 15 dan 25 Bubur Ayam Susu + Telur rebus (VIP, I, II) Teh Manis Teh Manis Puding Ikan Bakar Perkedel Kentang Sup Sawi Ijo+Bakso Buah segar
Teh Manis Pisang Bakar Udang Paprika Brokoli Saos Tiram (VIP, I, II) Sup Jagung+Wortel Buah Segar 6. 6, 16 dan 26 Roti Manis Susu + Telur rebus (VIP, I, II) Teh Manis Teh Manis Bubur Mutiara
Ati saus tiram+bawang bombay Bakwan Sayuran+udang Cap Cay Kuah Buah segar
Teh Manis Pisang Kroket Ayam Panir Cah Kangkung+ebi (VIP, I, II) Sup Kacang Merah+Wortel Buah Segar 7. 7, 17 dan 27 Nasi Uduk Susu + Telur rebus (VIP, I, II) Teh Manis Teh Manis Agar-Agar
Telur Ceplok Balado Tempe Bacem Sayur Kare Buah segar
Teh Manis Setup Pisang Ati Sapi Kecap Cah kac.Panjang + daging giling (VIP, I, II) Sup Oyong berawan Buah segar 8. 8, 18 dan 28 Roti Semir Susu + Telur rebus (VIP, I, II) Teh Manis Teh Manis Bubur Kacang Ijo
Ayam Goreng Tahu Bumbu Bali Sayur Asem Buah segar
Teh Manis Pastel Daging Giling Kecap Cah Putren+sosis+Bakso Sup Kembang Tahu (VIP, I, II) Buah segar
192 9. 9, 19 dan 29 Bubur Sop Susu + Telur rebus (VIP, I, II) Teh Manis Teh Manis Puding Buah
Daging Empal Kentang Bumbu Kecap Kimlo Buah segar
Teh Manis Pisang Goreng Sate Sosis Tofu (VIP, I, II) Sup Jamur Merang Buah segar
10. 10, 20 dan 30 Roti Panggang Susu + Telur rebus (VIP, I, II) Teh Manis Teh Manis Bubur Mutiara Ikan Pesmol Tempe Mendoan Sup Sawi Ijo+Bakso Buah segar
Teh Manis Arem-Arem Mie Ati Ampela Paprika Setup Wortel+Buncis (VIP, I, II) Sup Bola-Bola Daging Buah segar
11. 31 Nasi Kuning Susu + Telur rebus (VIP, I, II) Teh Manis Teh Manis Bubur Sum- Sum Tahu Telur Martabak Daging giling Sayur Asem-asem Buah segar
Teh Manis Pisang Bakar
Udang Goreng Tepung Cah Slada Air+Orak Arik Telur (VIP, I, II) Sup Makaroni+Wortel Buah segar
193 LAMPIRAN 7
STANDAR RESEP MAKANAN
Nama Masakan : Jumlah : Konsistensi : Rasa : No. Nama Bahan Makanan Berat (gr) URT Harga (Rp) Prosedur Pengolahan
No. Keterangan :
194 LAMPIRAN 8
KANDUNGAN ZAT GIZI MASAKAN .. JUMLAH 50 PORSI No. Nama Bahan Makanan Berat (Gr) URT Kalori (Kkal) Protein (Gr) Lemak (Gr) Hidrat Arang (Gr)
Jumlah
Rata-Rata Per Porsi
195 DAFTAR REKAPITULASI MENU DIET PASIEN RAWAT INAP RSU MENTENG MITRA AFIA No. Nama Pasien Umur Ruang/ Kelas Perawatan Dokter Tanggal Masuk Diet Ket.
LAMPIRAN 9
196
LAMPIRAN 10
197
CONTOH FORMULIR RIWAYA GIZI ANTROPOMETRI NAMA :
No. REG : Jenis L/P Umur
Th T.B
cm Berat Badan Kg IMT Agama Pendidikan TK SD SLTP SLTA PT Pekerjaan Aktivitas Status Gizi Dokter yang mengirim :
Diagnosa : Diet : Pemeriksaan Lab/ Klinik Penting :
Pengobatan :
KETERANGAN TENTANG MAKANAN Diet Sebelumnya : Alergi Terhadap Makanan/ Pantangan/ Suka/ Tidak Suka : Keterangan Lain : POLA MAKANAN (beri tanda x pada jawaban yang benar)
L e b i h
1
x
s e h a r i
1
x
s e h a r i
3 - 6
x
s e m i n g g u
1 - 2
s e m i n g g u
K u r a n g
1
x
s e m i n g g u
T a k
P e r n a h
L e b i h
1
x
s e h a r i
1
x
s e h a r i
3 - 6
x
s e m i n g g u
1 - 2
s e m i n g g u
K u r a n g
1
x
s e m i n g g u
T a k
P e r n a h
Beras Sayuran tomat/wortel Jagung Sayuran lain Mi Pisang Roti Pepaya Biskuit/kue Jeruk Kentang Buah segar lain Singkong Buah diawet Ubi Rambat Susu segar Tempe Susu kental manis Tahu Susu kental tak manis Oncom Susu tepung whole Kacang Kering Susu tepung skim Ayam Keju Daging Minyak goreng-gorengan Daging diawet Kelapa/santan Hati/limpa/otak/ Usus/paru Margarine/mentega Telur Ayam/bebek Teh manis Ikan Basah Kopi Manis Ikan Kering Sirop Udang Kering Minuman Sayuran daun hijau Minuman alkohol Sayuran kacang- kacangan