Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KEPERAWATAN DEWASA ; SISTEM ENDOKRIN,

PERKEMIHAN, DAN IMUNOLOGI


PADA KASUS GANGGUAN GROWTH HORMON (gigantisme dan
kreatinisme)

Dosen Pengampu :
Dr. Rosyidah Arfah, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.,MB

DISUSUN OLEH :
Kelompok 3 - RB

1. Rezky Salsabila - R011221090


2. Atikah Ramadhani Arisiah - R011221102
3. Husnul Khotimah Agama - R011221026
4. Tri Yulianti Habibah -T202320265

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2024
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
penulis kemudahan dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini tepat waktu. Atas segala
limpahan rahmat dan pertolongan-Nya, penulis mampu menyelesaikan makalah yang berjudul
“KEPERAWATAN DEWASA ; SISTEM ENDOKRIN, PERKEMIHAN, DAN
IMUNOLOGI PADA KASUS GANGGUAN GROWTH HORMON (gigantisme dan
kreatinisme)” ini dengan baik. Tidak lupa pula shalawat serta salam tercurahkan kepada
baginda Rasulullah SAW yang syafaatnya kita nantikan kelak. Makalah ini disusun guna
memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Teraupetik Keperawatan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Rosyidah Arfah, S.Kep., Ns.,
M.Kep., Sp.Kep.,MB selaku dosen mata kuliah Keperawatan Dewasa ; Sistem Endokrin,
Perkemihan, dan Imunologi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan. Tanpa bimbingan beliau, penulis bukanlah apa-apa dalam
memahami materi ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.

Harapan penulis semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan
menjadi referensi bagi para pembaca. Oleh karena itu penulis berharap kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersikap membangun, sehingga penulis dapat
memperbaiki makalah ini.

Demikian yang dapat penulis sampaikan. Akhir kata, tak ada jalan yang tak berlubang.
Begitu pula dengan makalah ini, masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, apabila ada
kekeliruan kata atau kalimat, penulis memohon maaf sebesar besarnya.

Makassar, 20 Februari 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. i


DAFTAR ISI .......................................................................................................................... ii
BAB 1.................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................. 1
1. 1 LATAR BELAKANG .................................................................................................. 1
1.2 RUMUSAN MASALAH ................................................................................................ 1
1.3 TUJUAN PENULISAN ................................................................................................. 1
BAB 2.................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN .................................................................................................................... 2
2.1 DEFINISI ..................................................................................................................... 2
2.2 ETIOLOGI................................................................................................................... 2
2.3 MANIFESTASI KLINIS ............................................................................................... 3
2.4 PATOFISIOLOGI ........................................................................................................ 4
2.5 PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN GIGANTISME ................................................. 5
2.6 ASUHAN KEPERAWATAN ......................................................................................... 6
BAB 3.................................................................................................................................. 16
KESIMPULAN.................................................................................................................... 16
3. 1 KESIMPULAN .......................................................................................................... 16
3.2 SARAN ...................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 17

ii
ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1. 1 LATAR BELAKANG

Gigantisme adalah kondisi yang ditandai dengan pertumbuhan linier yang anomali dan
berlebihan pada masa anak-anak, sebelum penutupan lempeng pertumbuhan epifisis.
Fenomena ini disebabkan oleh produksi hormon pertumbuhan (growth hormone) yang
berlebihan, yang umumnya terjadi akibat adanya tumor jinak di kelenjar hipofisis. Dalam
praktek kedokteran, gigantisme merepresentasikan pertumbuhan yang signifikan dan tidak
normal pada anak-anak, yang menyebabkan mereka tumbuh sangat tinggi dan besar sehingga
mirip dengan raksasa. Hal ini disebabkan oleh intervensi hormon pertumbuhan yang tidak
sesuai, baik karena aktivitas hypersekretornya maupun kerusakan fungsional kelenjar hipofisis.
Gigantisme berbeda dengan akromegali, yang merupakan kondisi yang terjadi pada orang
dewasa ketika lembaga epifisis telah tutup, dan ditandai dengan pembesaran ekstremitas dan
ciri wajah yang spesifik.
Penatalaksanaan gigantisme bervariasi, namun umumnya melibatkan bedah,
farmakoterapi, dan radioterapi untuk mengontrol pertumbuhan tumor, menormalisasi kadar GH
dan IGF-1, mengontrol gejala, meningkatkan kualitas hidup, mengontrol komorbiditas, dan
mencegah kematian dini.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1.2.1 Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan growth hormon
(gigantisme dan kreatinisme) ?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1.3.1 Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan growth
hormon (gigantisme dan kreatinisme)

1
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
Gigantisme adalah kondisi yang ditandai dengan pertumbuhan linier yang anomali dan
berlebihan pada masa anak-anak, sebelum penutupan lembaga epifisis. Gigantisme disebabkan
oleh produksi hormon pertumbuhan (growth hormone, GH) yang berlebihan, yang umumnya
terjadi akibat adanya tumor jinak di kelenjar hipofisis. Gigantisme adalah kondisi yang
menyebabkan anak-anak tumbuh sangat tinggi dan besar sehingga terlihat seperti raksasa.
Gigantisme merujuk kepada perkembangan fisik yang sangat besar di mana individu
memiliki tinggi lebih dari rata-rata populasi serta proporsi badannya yang disebabkan oleh
gangguan endokrinologi. Kondisi ini biasanya timbul jika glandula pituitary meledak untuk
memproduksi hormon somatotropin (GH), juga dikenal sebagai hormon stimulator
pertumbuhan, secara ekstra. Hormon ini berkontribusi penting bagi pertumbuhan seluruh
sistem organ dan struktur tubuh manusia.
Ketidakseimbangan hormon GH sering disebabkan oleh tumor benigna pada hipofisis,
aliran darah abnormal ke area itu, gen mutasi yang diturunkan, atau faktor lainnya. Tanda-tanda
gigantisme termasuk tingginya yang signifikan lebih dari orang dewasa standarnya, tangan dan
kaki yang luas, hidung bulat, mulut agak besar, rasio antara anggota tubuh yang salah, dan
cekatan matanya yang sedikit rendah. Diagnosis dilakukan melalui analisa pasien, studi
immunohistochemistry, CT scan, MRI, dan uji laboratorium.

Terapi gigantisme biasanya melibatkan operasi neurochirurgie untuk mengeliminasi


massa tumor yang menyebabkan overproduction of growth hormone, radioterapi, obat inhibitor
GH seperti pegvisomant, cabergoline, octreotide, lanreotide, dan bisphosphonate untuk
mencegah keropositas spinal. Prognosis setelah terapi efektif akan memberikan hasil positif,
namun langsung tidak akan mengubah ukuran tubuh yang telah didapat.

2.2 ETIOLOGI
Gigantisme adalah kondisi yang disebabkan oleh produksi hormon somatotropin (GH)
yang melebihi batas normal oleh hipofisis. Etologi utama gigantisme adalah:

2
A. Adenoma Hipofisis : adalah tumor benigna yang terdapat di hipofisis dan merupakan
penyebab terpenting gigantisme. Ada dua macam adenoma yang relevan:
a. Mikroadenoma hipofisis – diameter < 1 cm
b. Makroadenoma –- diameter > 1cm
Dalam hal ini, adenoma tersebut terdiri dari somatotrof (sel yang mensekresi
GH) atau mammosomatotrof (sel yang mensekresi GH dan prolaktin).

B. Mutasi Genetik : Upaya 40% dari tumor-tumor yang terlibat dalam gigantisme dan
akromegali memiliki mutasi yang melibatkan subunit alfa dari protein pengikat
guanosin trifosfat (GTP). Mutasi ini dapat menyebabkan peningkatan persisten cyclic
adenosine monophosphate (cAMP) di somatotrof menghasilkan sekresi GH yang
berlebihan.

2.3 MANIFESTASI KLINIS


Manifestasi klinis gigantisme secara lengkap meliputi berbagai ciri fisik dan gejala
yang terkait dengan produksi hormon pertumbuhan (Growth hormone - GH) yang berlebihan.
Berikut adalah detail manifestasi klinis gigantisme:

1. Perawakan tinggi dan berat badan yang melebihi rata-rata. Anak-anak dengan
gigantisme memiliki ukuran tinggi dan berat badan yang signifikan lebih besar dari
rata-rata anak lain.
2. Proporsi tubuh tidak harmoni. Bagian tubuh seperti tangan, kaki, dan jari-jari dapat
lebih tebal dan tidak proporsional mirip dengan anak normal yang lain.
3. Gejala pelayanan hewan. Rahang dan dahi yang menonjol, misalignment dentaria, dan
prognathism (mulut yang maju).
4. Obesitas ringan dan hypertrophy soft tissue. Lemparan lemak yang ringan dan
pertumbuhan hiperbolik pada jaringan lunak.
5. Makrosefali dan fitur wajah kasar. Pinggiran kepala yang lebih besar, frontal bossing
(keluaran tengkorak depan), dan fitur wajah yang kasar.
6. Hiperhidrosis (keringat berlebihan) yang dapat terjadi.
7. Artritis degeneratif dengan risiko yang lebih tinggi.
8. Hipertensi, regurgitasi valve mitral, dan risiko polip kolon.
9. Neurofibromatosis merupakan kelainan genetik yang menyebabkan tumbuhnya tumor
pada sistem saraf.

3
10. Manifestasi neurologis: Sakit kepala, letih, nafsu makan buruk, gangguan penglihatan,
kehilangan pendengaran, periode menstruasi yang tidak normal, dan potensi mental
health issues.

Diagnosis gigantisme melibatkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium


seperti testing IGF-1, oral glucose tolerance test (OGTT), dan magnetic resonance imaging
(MRI) otak atau pituitari. Tratemen gigantisme melibatkan neurochirurgie, radioterapi, dan
farmakoterapi.

2.4 PATOFISIOLOGI
Gigantisme disebabkan oleh adenoma hipofisis, yaitu tumor jinak pada kelenjar
hipofisis yang menghasilkan hormon pertumbuhan secara berlebihan. Tumor ini dapat
merangsang sel-sel hipofisis untuk memproduksi GH (hormon pertumbuhan) secara
berlebihan, sehingga menyebabkan pertumbuhan tubuh yang berlebihan.

GH merangsang sintesis insulin-like growth factor-1 (IGF-1) di liver, IGF-1 adalah


faktor pertumbuhan utama yang bertanggung jawab untuk pertumbuhan tulang dan jaringan
lunak. Peningkatan kadar IGF-1 dapat menyebabkan stimulasi berlebihan pada pertumbuhan
tulang panjang selama pertumbuhan. Selain mempengaruhi pertumbuhan tulang, GH dan IGF-
1 juga dapat merangsang pertumbuhan organ-organ tubuh, termasuk jantung, hati, ginjal, dan
organ dalam lainnya. Hal ini dapat mengakibatkan pembesaran organ yang abnormal.

GH memiliki efek anabolik pada metabolisme, termasuk peningkatan sintesis protein


dan mobilisasi lemak. Hal ini menyebabkan peningkatan massa otot dan redistribusi lemak
tubuh. Selain itu, GH juga dapat meningkatkan glukoneogenesis (pembentukan glukosa dari
substrat non-karbohidrat), yang dapat menyebabkan hiperinsulinemia dan resistensi insulin.

4
2.5 PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN GIGANTISME
Pengobatan gigantisme bertujuan untuk menghentikan atau menghambat produksi
hormon pertumbuhan atau growth hormone (GH) pada anak. Beberapa pilihan pengobatan
yang dapat diberikan oleh dokter untuk mengatasi gigantisme adalah:

5
1. Operasi
Operasi merupakan pengobatan utama yang dapat dilakukan untuk mengatasi
gigantisme. Operasi dilakukan untuk mengangkat tumor hipofisis yang menekan saraf
dan memicu peningkatan produksi hormon pertumbuhan.

2. Obat-obatan
Obat-obatan dapat diberikan sebagai pengobatan pendukung setelah operasi atau jika
operasi tidak dapat dilakukan. Beberapa jenis obat yang dapat diberikan adalah:
● Analog somatostatin, seperti octreotide, lanreotide, dan pasireotide, untuk
menghambat sekresi GH, insulin, dan glukagon
● Antagonis hormon pertumbuhan, seperti pegvisomant, untuk menghambat
kinerja GH dan menurunkan konsentrasi hormon IGF-1
● Dopamine-receptor agonist, seperti bromocriptine dan cabergoline, untuk
menurunkan produksi GH
● Obat dopamine-receptor agonist bisa dikombinasikan dengan analog
somatostatin agar lebih efektif.

3. Terapi radiasi atau radioterapi


Terapi radiasi umumnya dianjurkan jika kadar GH tidak kunjung normal setelah
dilakukan operasi. Terapi ini biasanya akan membutuhkan waktu beberapa bulan
hingga tahun untuk mendapatkan hasil yang efektif. Salah satu jenis radioterapi yang
bisa dilakukan adalah terapi sinar gamma atau gamma knife radiosurgery

Belum ditemukan cara untuk mencegah gigantisme secara pasti. Sehingga deteksi dini
diperlukan untuk mencegah gejala berat dan komplikasi pada pengidapnya.

2.6 ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Biodata Pasien

Nama : Nn. N

Umur : 20 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Suku : Bugis

Status : Belum menikah

Golongan darah :O

6
B. Anamnesa

Keluhan utama (KU)

Pasien mengeluh pembesaran pada tangan dan telapak kakinya, serta


merasa cepat lelah.

Riwayat penyakit sekarang (RPS)

Pasien mengalami pembesaran pada kaki dan telapak tangan, pasien


mulai merasakan kulit yang melapisi hidung, bibir, dan bagian dari wajah
menjadi tebal dan kasar, rahang menjadi lebih menonjol, kulit lebih berlemak,
lidah kian besar dan suara memberat.

Riwayat penyakit dahulu (RPD): -

Riwayat penyakit keluarga (RPK)

Gigantisme tidak diturunkan dari riwayat keluarga yang memiliki


penyakit gigantisme.

C. Pemeriksaan Fisik
1. Breath (B1)

Biasanya pada pasien gigantisme tidak terjadi perubahan pola nafas.


Bunyi nafas normal. Gangguan nafas biasanya terjadi akibat adanya proses
pembesaran tumor hipofisis.

2. Blood (B2)

Pada gigantisme biasanya tidak terjadi perubahan dalam kerja jantung.

3. Brain (B3)

Pada tumor hipofisis yang mengakibatkan akromegali biasanya terjadi


nyeri kepala bitemporal, gangguan penglihatan disertai hemianopsia bitemporal
akibat penyebaran suprasellar tumor dan penekanan kiasma optikum.

4. Bladder (B4)

Pada gigantisme terjadi pertumbuhan alat kelamin yang tidak sempurna.


Pola BAK biasanya normal. Pada akromegali terdapat penurunan libido,
impotensi, oligomenorea, infertilitas, nyeri senggama pada wanita, batu ginjal.

5. Bowel (B5)

Biasanya pola BAB normal, terjadi deformitas mandibula disertai


timbulnya prognatisme (rahang yang menjorok ke depan) dan gigi geligi tidak

7
dapat menggigit sehingga menyulitkan dalam mengunyah makanan.
Pembesaran mandibula menyebabkan gigi-gigi renggang, lidah juga membesar
sehingga penderita sulit berbicara.

6. Bone (B6)

Pada gigantisme pertumbuhan longitudinal, pembesaran pada kaki dan


tangan perubahan bentuk yang terjadi membesar. Deformitas tulang belakang
karena pertumbuhan tulang yang berlebihan, mengakibatkan timbulnya nyeri
punggung dan perubahan fisiologi tulang belakang. Terdapat nyeri sendi pada
bahu tulang dan lutut.

Atropometri: -

- Inspeksi

Pembesaran pada telapak tangan dan kaki, lidah membesar, dan suara
berat.

- Palpasi

Kulit yang melapisi hidung, bibir, wajah menjadi tebal, kulit berminyak.

- Auskultasi :-
- Perkusi :-
D. Tanda-Tanda Vital

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


Nadi 100 x per menit 60-100 x per menit
Suhu 35°C 36,6-37,5°C
TD 110/70 mmHg 120/80 mmhg
RR 20 x per menit 16-24 x per menit.

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


HD 12,8 12-16
Leukosit 5900 4500-13.500
Hit 35% 35%-52%
Eritrosit 4,31 3,9-5,4 juta/mikroliter
Trombosit 2,25 150.000-450.000

E. Intervensi Keperawatan
1. Analisis Masalah Keperawatan

8
No. Data Fokus Etiologi

1 DO: Sekresi GH
- Struktur tubuh berubah contohnya ↓
Pembesaran pada telapak tangan
dan kaki, lidah membesar, dan Lempeng Epifiseal
suara berat. belum menutup
- Fokus berlebihan pada perubahan ↓
tubuh.
Gigantisme
DS: ↓
- Mengungkapkan tentang
perubahan bagian tubuh. Pertumbuhan tulang
- Pasien mengaku tidak percaya diri dan organ tubuh lain
dan malu dengan kondisi yang sangat cepat
tubuhnya. ↓

Gangguan Citra
Tubuh

2 Faktor Risiko: Gigantisme


- Faktor mekanis (mis. penekanan, ↓
gesekan).
- Penekanan pada tonjolan tulang. Kulit tebal dan licin
- Kurang terpapar informasi tentang (berminyak)
upaya ↓
mempertahankan/melindungi
integritas jaringan. Risiko Gangguan
Integritas Kulit

3 DO: Sekresi GH
- Pasien tampak lesu. ↓
DS:
- Mengeluh cepat lelah Lempeng epifiseal
belum menutup

Gigantisme

Kelelahan

Intoleransi Aktivitas

2. Diagnosa Keperawatan

9
NO Diagnosa Luaran Intervensi
Keperawatan Keperawatan

1 Gangguan Citra Setelah dilakukan Promosi Citra


Tubuh (D. 0083) intervensi Tubuh (L.09305):
berhubungan dengan keperawatan selama
adanya pertumbuhan 3x24 jam, maka Citra Observasi:
organ-organ yang Tubuh (L.09067) - Identifikasi
berlebihan. dapat teratasi dengan harapan citra
kriteria hasil: tubuh
- Validasi berdasarkan
perasaan tahap
negatif tentang perkembangan.
perubahan - Identifikasi
tubuh budaya, agama,
menurun. jenis kelamin,
- Fokus pada dan umur
bagian tubuh terkait citra
menurun. tubuh.
- Identifikasi
perubahan citra
tubuh yang
mengakibatkan
isolasi sosial.
- Monitor
frekuensi
pernyataan
kritik terhadap
diri sendiri
- Monitor
apakah pasien
bisa melihat
bagian tubuh
yang berubah.

Terapeutik
- Diskusikan
perubahan
tubuh dan
fungsinya.
- Diskusikan
perbedaan
penampilan
fisik terhadap
harga diri.
- Diskusikan
perubahan
akibat
pubertas,

10
kehamilan, dan
penuaan.
- Diskusikan
kondisi stress
yang
mempengaruhi
citra tubuh
(mis: luka,
penyakit,
pembedahan).
- Diskusikan
cara
mengembangk
an harapan
citra tubuh
secara realistis.
- Diskusikan
persepsi pasien
dan keluarga
tentang
perubahan citra
tubuh.

Edukasi
- Jelaskan
kepada
keluarga
tentang
perawatan
perubahan citra
tubuh.
- Anjurkan
mengungkapka
n gambaran
diri sendiri
terhadap citra
tubuh.
- Anjurkan
menggunakan
alat bantu (mis:
pakaian, wig,
kosmetik).
- Anjurkan
mengikuti
kelompok
pendukung
(mis:
kelompok
sebaya).

11
- Latih fungsi
tubuh yang
dimiliki.
- Latih
peningkatan
penampilan
diri (mis:
berdandan).
- Latih
pengungkapan
kemampuan
diri kepada
orang lain
maupun
kelompok.

2 Risiko Gangguan Setelah dilakukan Perawatan


Integritas Kulit dan intervensi Integritas Kulit
Jaringan (D.0139) keperawatan selama (I.11353) :
ditandai dengan kulit 3x24 jam, maka
menebal dan licin Integritas Kulit dan Observasi
(berminyak). Jaringan - Identifikasi
(L.14125) meningkat penyebab
dengan kriteria gangguan
hasil: integritas kulit
- Kerusakan (mis:
lapisan kulit perubahan
menurun. sirkulasi,
perubahan
status nutrisi,
penurunan
kelembaban,
suhu
lingkungan
ekstrim,
penurunan
mobilitas).

Terapeutik
- Ubah posisi
setiap 2 jam
jika tirah
baring.
- Lakukan
pemijatan pada
area
penonjolan
tulang, jika
perlu.

12
- Bersihkan
perineal
dengan air
hangat,
terutama
selama periode
diare.
- Gunakan
produk
berbahan
petroleum atau
minyak pada
kulit kering.
- Gunakan
produk
berbahan
ringan/alami
dan hipoalergik
pada kulit
sensitive.
- Hindari produk
berbahan dasar
alkohol pada
kulit kering.

Edukasi
- Anjurkan
menggunakan
pelembab (mis:
lotion, serum).
- Anjurkan
minum air
yang cukup.
- Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi.
- Anjurkan
meningkatkan
asupan buah
dan sayur.
- Anjurkan
menghindari
terpapar suhu
ekstrim.
- Anjurkan
menggunakan
tabir surya SPF
minimal 30
saat berada di

13
luar rumah.
- Anjurkan
mandi dan
menggunakan
sabun
secukupnya.

3 Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan Manajemen


(D. 0056) intervensi Energi (I.05178) :
berhubungan keperawatan selama
dengan kelemahan 3x24 jam, maka Observasi
Toleransi Aktivitas - Identifikasi
(L. 05047) gangguan
meningkat dengan fungsi tubuh
kriteria hasil: yang
- Keluhan Lelah mengakibatkan
menurun kelelahan.
- Perasaan lemah - Pantau
menurun. kelelahan fisik
dan emosional.
- Pantau pola
dan jam tidur.
- Pantau lokasi
dan
ketidaknyaman
an selama
melakukan
aktivitas.

Terapeutik
- Sediakan
lingkungan
nyaman dan
stimulus
rendah (mis:
cahaya, suara,
kunjungan).
- Lakukan
latihan rentang
gerak pasif
dan/atau aktif.
- Berikan
aktivitas
gangguan yang
menenangkan.
- Fasilitasi
duduk disisi
tempat tidur,
jika tidak dapat

14
berpindah atau
berjalan.

Edukasi
- Anjurkan tirah
baring.
- Anjurkan
melakukan
aktivitas secara
bertahap.
- Anjurkan
menghubungi
perawat jika
tanda dan
gejala
kelelahan tidak
berkurang.
- Ajarkan
strategi koping
untuk
mengurangi
kelelahan.

Kolaborasi
- Kolaborasi
dengan ahli
gizi tentang
cara
meningkatkan
asupan
makanan.

15
BAB 3
KESIMPULAN
3. 1 KESIMPULAN
Gigantisme adalah kondisi medis langka yang memengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan seseorang secara berlebihan. Penyebabnya dapat bervariasi, mulai dari
gangguan kelenjar hipofisis hingga faktor genetik. Diagnosis dan pengobatan gigantisme
melibatkan serangkaian tes medis dan terapi yang disesuaikan dengan kondisi individu.

3.2 SARAN
Saran yang dapat diberikan berdasarkan makalah ini adalah pentingnya kesadaran dan
pemahaman yang lebih luas tentang gigantisme di kalangan masyarakat dan tenaga medis.
Diperlukan edukasi yang lebih baik tentang gejala, diagnosis, dan pengobatan gigantisme agar
kondisi ini dapat dideteksi dan dikelola dengan lebih baik. Selain itu, penelitian lebih lanjut
juga diperlukan untuk memahami lebih dalam tentang faktor risiko, pencegahan, dan
pengobatan yang lebih efektif untuk gigantisme.

16
DAFTAR PUSTAKA

Bogusławska, A., & Korbonits, M. (2021). Genetics of Acromegaly and Gigantism.


Journal of Clinical Medicine, 10(7), pp. 1377.

R. A. Schwartz, Gigantism and Acromegaly, Medscape, 2021.


https://emedicine.medscape.com/article/925446-overview.

17

Anda mungkin juga menyukai