Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

GIGANTISME

Nama kelompok 4:
1. Deven Fallo

(13110309)

2. Lili Septi Anggraini

(13110334)

3. Novita Riani Ninggtyas

(13110345)

4. Eny Ria Utami

(13110317)

5. Renita Putri Sonia

(13110354)

6. Wahyu Wulan Pangestu (13110363)


7. Ika Nur Cahyani

(13110327)

8. Andika Rifky

(13110300)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SATRIABHAKTI NGANJUK
2014/2015

HALAMAN PENGESAHAN
Judul Makalah

: Makalah Gigantisme

Ketua Kelompok
a. Nama

: Deven Fallo

Anggota Kelompok 4
a. Nama

:
1. Lili Septi Anggraini

(13110334)

2. Novita Riani Ninggtyas

(13110345)

3. Eny Ria Utami

(13110317)

4. Renita Putri Sonia

(13110354)

5. Wahyu Wulan Pangestu

(13110363)

6. Ika Nur Cahyani

(13110327)

7. Andika Rifky

(13110300)

Menyetujui,

Nganjuk, 9 Maret 2015

Dosen Pembimbing,

Ketua Kelompok,

ApriliaChoirunnisa,S.Kep.Ns.

Deven Fallo

NPK.

NIM. 13110312
PJMK Blok Sistem Endokrin,

Erni Tri Indarti, S.Kep., Ns


NPK.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah


melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah yang berjudul Gigantisme. Penulisan makalah ini
merupakan salah satu tugas untuk mendapatkan konsep materi yang sudah
ditentukan didalam modul pembelajaran Sistem Endokrin tahun pelajaran
2014/2015.
Dalam Penulisan makalah ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa
makalah ini tidak dapat terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak yang tidak
mungkin penulis sebutkan satu persatu. Oleh karena itu, sudah selayaknya dan
sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Aprilia Choirunisa, S.Kep.Ns. selaku pembimbing yang telah meluangkan
waktu,tenaga, dan pikiran dalam memberikan pengarahan dorongan dalam
rangka menyelesaikan penyusunan makalah ini.
2. Rekan-rekan semua di Kelas S1 Keperawatan Stikes Satria Bhakti
Nganjuk.
3. Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih kepada keluarga
tercinta yang telah memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian
yang besar kepada penulis, baik selama mengikuti perkuliahan maupun
dalam menyelesaikan makalah ini
4. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah
memberikan bantuan dalam penulisan makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu, kritik dan saran kami harapkan demi
kesempurnaan penulisan makalah berikutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi
kita semua dan bisa dipergunakan dengan semestinya.
Nganjuk, 9 Maret 2015

Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMANJUDUL..........................................................................................

HALAMANPENGESAHAN............................................................................

ii

KATA PENGANTAR........................................................................................ iii


DAFTAR ISI......................................................................................................

iv

BAB I PENDAHULUHAN
A. Latar Belakang.........................................................................................
B. Rumusan Masalah...................................................................................
C. Tujuan Masalah.......................................................................................
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.

Definisi Gigantisme................................................................................
Etiologi Gigantisme................................................................................
Patofisiologi Gigantisme.........................................................................
Manifestasi Klinis Gigantisme................................................................
WOC Gigantisme....................................................................................
Pemeriksaan Diagnostik Gigantisme......................................................
Pemeriksaan Penunjang Gigantisme.......................................................
Penatalaksanaan Gigantisme...................................................................
Komplikasi Gigantisme...........................................................................

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A.
B.
C.
D.

Pengkajian Meningitis.............................................................................
Pemeriksaan Fisik Meningitis.................................................................
Diagnosa Meningitis...............................................................................
Intervensi Meningitis..............................................................................

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................
B. Saran........................................................................................................
DAFTARPUSTAKA

..................................................

1
1
2

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gigantisme merupakan penyakit kronis dan progresif yang ditandai dengan
disfungsi hormonal dan pertumbuhan skeletal yang mengejutkan.
Gigantisme adalah kondisi seseorang yang kelebihan pertumbuhan, dengan
tinggi dan besar diatas normal. Gigantisme disebabkan oleh kelebihan
jumlah hormone pertumbuhan. Tidak terdapat definisi tinggi yang
merujukkan

orang

sebagai

raksasa.

Tinggi

dewasa

yang

mengalamigigantisme dapat setinggi sekitar 2,25 2,40 meter.


Gigantisme adalah kelainan yang disebabkan oleh karena sekresi
hormone pertumbuhan (Hp) atau Growth Hormone (GH) yang berlebihan.
Gigantisme adalah pertumbuhan abnormal, terutama dalam tinggi badan
(melebihi 2,14 m), akibat kelebihan growth hormone pada anak sebelum
fusi epififis. (Brooker, 2009). Frekuensi gigantisme di Amerika Serikat
sangat jarang, diperkirakan ada 100 kasus yang dilaporkan hingga saat ini.
Tidak ada predileksi ras pada gigantisme. Insiden kejadian gigantisme
tidak jelas. (Eugster & Pescovitz, 2002). Gigantisme biasa terjadi di
Negara barat karena di Negara barat gigantisme bisa terdiagnosis secara
dini, sedangkan di Afrika, amerika selatan dan asia jarang terdiagnosis
secara dini. (Herder, 2008). Hubungan antara gigantisme dan GH telah
diketahui pertama kali sejak tahun 1886 oleh seorang neurolist perancis,
Pierre Marie yang mengatakan sebagai penyakit kronis endokrin. (Eugster
& Pescuvitz, 1998).
Pada orang dewasa kelebihan growth hormone pada pria dan wanita adalah
sama. (Shim,2004). Gigantisme dan akromegali adalah kelainan yang
disebabkan oleh karena sekresi Growth Hormone (GH) yang berlebihan.
Gigantisme terjadi sebelum proses penutupan epifisis. Sedangkan
akromegali terjadi kalau proses tersebut terjadi setelah penutupan epifisis.
Sehingga tampak terjadinya pertumbuhan jaringan lunak dan struktur
tulang yang berlebihan.
5

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian gigantisme ?
2. Bagaimana etiologi dari gigantisme ?
3. Bagaimana Patofisiologi dari gigantisme ?
4. Bagamana manifestasi klinis gigantisme ?
5. BagaimanaWOC dari gigantisme ?
6. Bagaimana pemeriksaan diagnostik dari gigantisme ?
7. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari gigantisme ?
8. Bagaimana penatalaksanaan dari gigantisme ?
9. Apa saja komplikasi dari gigantisme ?
10. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada gigantisme ?
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari gigantisme
2. Untuk mengetahui etiologi dari gigantisme
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari gigantisme
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari gigantisme
5. Untuk mengetahui WOC dari gigantisme
6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dari gigantisme
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari gigantisme
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari gigantisme
9. Untuk mengetahui komplikasi dari gigantisme
10. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada gigantisme

BAB II
KONSEP PENYAKIT
A. Definisi Gigantisme
Gigantisme merupakan penyakit kronis dan progresif yang ditandai dengan
disfungsi

hormonal

dan

pertumbuhan

skeletal

yang

mengejutkan.

Gigantisme adalah kondisi seseorang yang kelebihan pertumbuhan, dengan


tinggi dan besar diatas normal. Gigantisme disebabkan oleh kelebihan
jumlah hormone pertumbuhan. Tidak terdapat definisi tinggi yang
merujukkan

orang

sebagai

raksasa.

Tinggi

dewasa

yang

mengalamigigantisme dapat setinggi sekitar 2,25 2,40 meter.


Gigantisme adalah kelainan yang disebabkan oleh karena sekresi
hormone pertumbuhan (Hp) atau Growth Hormone (GH) yang berlebihan.
B. Etiologi Gigantisme
Gigantisme disebabkan oleh sekresi GH yang berlebihan. Keadaan ini dapat
diakibatkan tumor hipofisis yang menyekresi GH atau karena kelainan
hipotalamus yang mengarah pada pelepasan GH secara berlebihan.
Gigantisme dapat terjadi bila keadaan kelebihan hormone pertumbuhan
terjadi sebelum lempeng epifisis tulang menutup atau masih dalam masa
pertumbuhan. Penyebab kelebihan produksi hormone pertumbuhan terutama
adalah tumor pada sel-sel somatrotop yang menghasilkan hormone
pertumbuhan.
Adenoma hipofisis merupakan penyebab yang paling sering. Tumor pada
umumnya dijumpai di sayap lateral sella tursica, tetapi gigantisme telah
diamati pada anak laki-laki berusia 2,5 tahun dengan tumor hipotalamus
yang mungkin mensekresi GHRH.
Gigantisme terbanyak disebabkan oleh adenoma hipofisis yang mensekresi
GH. Insiden hipersekresi GH dibagi menjadi 2 kategori yaitu primer pada
hipofisis dan peningkatan Growth hormone- Realasing Hormon (GHRH)
atau disregulasi. Kebanyakan insiden gigantisme karena adenoma hipofisis
yang mensekresi GH atau karena hyperplasia. Gigantisme tampak juga pada
keadaan lain seperti: multiple endokrin neoplasma (MEN) tipe satu, MC
Cune-albright syndrome (MAS), Neurofibromatosis, sklerosis tuberrosistas
atau kompleks carney. (Eugster & Pescuvitz, 1998).
C. Patofisiologi Gigantisme
Pada orang muda dengan epifisis terbuka. Produksi GH yang berlebihan
mengakibatkan

gigantisme.Gigantisme

adalah

suatu

kelainan

yang

disebabkan karena sekresi yang berlebih dari GH, bila kelebihan GH terjadi
selama masa anak-anak dan remaja, maka pertumbuhan longitudinal pasien
sangat cepat, dan pasien sangat cepat akan menjadi seorang raksasa. Setelah
pertumbuhan somatic selesai, hipersekresi GH tidak akan menimbulkan
7

gigantisme, tetapi menyebabkan penebalan tulang-tulang dan jaringan


lunak.

kelebihan

hormone

pertumbuhan

ini

terjadi

setelah

masa

pertumbuhan lewat atau lempeng epifisis menutup. Hal ini akan


menimbulkan penebalan tulang terutama pada tulang akral.
D. Manifestasi Klinis
Manusia diakatakan berperawakan raksasa ( gigantisme ) apabila tinggi
badanmencapai 2 meter atau lebih. Ciri utama gigantisme adalah
perwarakan yang tinggihingga mencapai 2 meter atau lebih dengan proposi
tubuh yang normal.
1. Lingkar kepala bertambah
2. Hidung lebar
3. Lidah membesar
4. Wajah kasar
5. Mandibula tumbuh berlebihan
6. Gigi menjadi terpisah pisah
7. Jari dan ibu jari tumbuh menebal
8. Kiposis
9. Kelelahan dan kelemahan gejala awal
10. Hipogonadisme
11. Keterlambatan maturasi seksual
12. Kehilangan penglihatan pada pemeriksaan lapang pandang secara
seksama
E. WOC Gigantisme

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Kepastian diagnosis
pertumbuhan.

dilakukan

Sebagaiuji

dengan

penyaring

pemeriksaan

pemeriksaan

SM-G

hormon
(IGF-1)

kemungkinan dianggap paling baik.


2. CT-Scan kepala. MRI untuk mengetahui adanya tumor hipofisis makro
maupunmikro.
3. Tes supresi hormon pertumbuhan (GH supresin tes) dengan beban
glukosa 100gr.Dinilai abnormal kalau terdapat kegagalan penekanan
sampai dibawah 2g/l.(Rumohargo. 1999).
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan antara lain :
1. Pemeriksaan LaboratoriumPemeriksaan glukosa darah
Gigantisme (+) : glukosa darah meningkat
2. Pemeriksaan Growth Hormone darah atau SM-C (IGF 1)
Gigantisme (+) : peningkatan GH darah atau SM-C (IGF 1)
3. Pemeriksaan Somatostatin
Gigantisme (+) : somatostatin meningkat
4. Pemeriksaan radiologi CT-Scan
MRI (Magnetic Resonance Imaging) untuk melihat ekstensi suprasellar.
H. Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan adalah:


1. Menormalkan tubuh kembali kadar GH atau IGF1/SM-C
2. Memperkecil tumor atau menstabilkan besarnya tumor
3. Menormalkan fungsi hipofisis
4. Mencegah komplikasi akibat kelebihan kadar GH/IFG1 atau SM-C
akibat pembesaran tumor
Dalam hal ini dikenal 3 macam terapi, yaitu:
1. Terapi Pembedahan
Terapi pembedahan adalah cara pengobatan utama. Dikenal 2 macam
pembedahantergantung dari besarnya tumor yaitu bedah makro dengan
melakukan pembedahan pada batok kepala (TC atau Trans Cranial) dan
bedah mikro (TESH/ Tans EthmoidSphenoid Hypophysectomy). Cara
terakhir TESH ini dilakukan dengan cara pembedahan melalui sudut
antara celah intra orbita dan jembatan hidung antara keduamata untuk
mencapai tumor hipofisis.
2. Terapi Radiasi
Indikasi radiasi adalah sebagai terapi pilihan secara tunggal, kalau
tindakan

operasi

tidak

memungkinkan

dan

menyertai

tindakan

pembedahan atau masih terdapat gejala aktif setelah terapi pembedahan


dilakukan. Tindakan radiasi dapat dilaksanakan dalam 2 cara, yaitu:
a. Radiasi secara konversional (Conventinal High Voltage Radiation, 45
69 4500RAD)
b. Radiasi dengan energy tinggi partikel berat (High Energy Particles
Radiation, 15069 15000 RAD)
3. Terapi Medikamentosa
Agosis dopamine
Pada orang normal dopamine atau agosis dopamine dapat meningkatkan
kadar HPtetapi tidak demikian halnya pada pasien akromegali. Pada
akromegali dopamine ataupun agosis dopamine menurunkan kadar HP
dalam darah.Contoh agosis dopamine :
a. Brokriptin
Dianjurkan memberikan dosis 2,5 mg sesudah makan malam, dan
dinaikkansecara berkala 2,5 mg setiap 2-4 hari. Perbaikan klinis yang
dicapai antara lainadalah:
1) Ukuran tangan dan jari mengecil, dan
2) Terjadi perbaikan gangguan toleransi glukosa
Efek samping yang terjadi adalah vaso spasme digital, hipotensi
ortostatik, sesak nafas ringan,nausea, konstipasi, dll
b. Ocreotide (long acting somatostatin analogue)

10

Cara pemberian melalui subkutan. Dosis: dosis rata-rata adalah 100200 mikrogram diberikan setiap 8 jam. Perbaikan klinis yang dicapai:
1) Menurunkan kadar HP menjadi dibawah 5 mikrogram/ 1 pada 50
kasus
2) Menormalkan kadar IGF1/ SM-C pada 50% kasus
3) Penyusunan tumor
Efek samping: ringan dan mempunyai sifat sementara yaitu nyeri
local/ di daerahsuntikan dan kram perut.
I. Komplikasi
Bedah dan radiasi dapat menyebabkan keduanya rendahnya tingkat hormon
hipofisis lainnya, yang dapat menyebabkan:
1. Adrenal insufisiensi
2. Diabetes insipidus (jarang)
3. Hipogonadisme
4. Hypothyroidisme
(A.D.A.M. Encyclopedia medis)

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Biodata Pasien
a. Nama

: An.A

11

b. Umur
: 10 tahun
c. Jenis Kelamin
: Laki-laki
d. No. Register
: 1234 56 78
e. Alamat
: Jl. Senggol Cc
f. Status Perkawinan : Belum Kawin
g. Keluarga terdekat : Ibu
h. Diagnosa Medis
: Gigantisme
2. Anamnese
a. Riwayat Keperawatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
a) Keluhan utama
: Tinggi badannya terus tumbuh dan berat
badannya terus naik
b) Kronologis keluhan : ibu klien mengeluhkan anaknya yan
berusia 10 tahun mengalami ketidak normalan, tinggi badan
terus bertambah 170 cm, Berat badannya terus naik hingga 70
kg , lalu dibawa keklinik.
c) Faktor pencetus
: Kelebihan hormon GH
d) Timbulnya keluhan : ( ) mendadak ( v ) bertahap
e) Lamanya
:2) Upaya mengatasi
:3) Riwayat kesehatan masa lalu
a) Riwayat alergi (obat, makanan, binatang, lingkungan)
Keluarga mengatakan klien tidak mempunyai alergi obat,
makanan, binatang maupun lingkungan
b) Riwayat kecelakaan
Tidak ada
c) Riwayat dirawat di Rumah Sakit (kapan, alasan, berapa lama)
Keluarga klien mengatakan klien tidak pernah dirawat di Rs
sebelumnya
d) Riwayat pemakaian obat
Tidak ada
e) Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada
B. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Fisik Umum
a. Berat badan
: 70 Kg
b. Tinggi badan
: 170 cm
c. Tekanan darah
: 130/90 mmhg
d. Nadi
: 68x/menit
e. Frekuensi nafas
: 24x/menit
f. Suhu tubuh
: 36,5 oc
2. Pemeriksaan Fisik sistem Pernafasan

12

a. Inspeksi
1) Bentuk torak :

( v ) Normal chest
( ) Pigeon chest
( ) Funnel chest
( ) Barrel chest
2) Susunan ruas tulang belakang : ( - ) Kyposis ( - ) Scoliosis ( - )
Lordosis
3) Bentuk dada ( ) simetris ( v ) asimetris
4) Retraksi otot bantu pernafasan : Retraksi intercosta ( - )
5) Retraksi suprastrenal ( - ), Sternomastoid (- ), Pernafasan cuping

hidung ( - )
6) Irama Nafas : ( v ) teratur
( ) tidak teratur
7) Batuk
: ( - ) Ya
( - ) Tidak
8) Sputum : ( - ) putih
( - ) kuning ( - ) hijau
( - ) darah
9) Konsistensi : ( - ) kental
( - ) encer
b. Palpasi
1) Pemeriksaan taktil / vocal fremitus : getaran antara kanan dan kiri
teraba (sama/tidak sama).
2) Lebih bergetar di sisi c. Perkusi
( - ) sonor
( - ) hipersonor
( - ) dullness
d. Auskultasi
1) Suara nafas
- Area Vesikuler : ( bersih / halus / kasar)
- Area Bronchial : ( bersih / halus / kasar)
- Area Bronkovesikuler: ( bersih / halus / kasar)
2) Suara Ucapan
Terdengar : ( - ) Bronkophoni ( - ) Egophoni ( - ) Pectoriloqy
3) Suara tambahan
Rales ( - ), Ronchi ( - ), Wheezing ( - )
3. Pemeriksaan Fisik sIstem Kardiovaskuler
a. Inspeksi
1) Ictus cordis ( - )
Pelebaran ( - ) cm
2) Warna kulit : ( v ) pucat
( - ) cyanosis
3) Pengisian Kapiler : >3 detik
4) Distensi Vena Jugularis : ( ) Ya
( v ) Tidak
b. Palpasi
1) Pulsasi / ictus cordis pada dinding torak teraba :
( v ) lemah
( - ) kuat
( - ) tidak teraba
2) Temperatur kulit : ( - ) hangat ( v ) dingin
3) Edema : ( - ) Ya
( - ) tidak
c. Perkusi
1) Batas-batas jantung normal adalah :
Batas atas: normal ( N = ICS II )
Batas bawah : normal ( N = ICS V )
Batas kiri : normal ( N = ICS V Mid Clavikula Sinistra )
Batas kanan : normal ( N = ICS IV Mid Sternalis Dextra)
2)
Keluhan lain terkait dengan jantung :
Nyeri dada
: ( - ) Ya
13

Timbul saat
Karakteristik

: ( -) Aktifitas
: ( -) seperti ditusuk-tusuk
( - ) seperti terbakar
( - ) seperti tertimpa benda berat
Hilang nyeri saat : ( - ) istirahat
( - ) dengan obat
Durasi nyeri
: ( - ) <30 menit
( - ) >30 menit
Lokasi nyeri
: ( - ) Epigastrum ( - ) Thorax (menjalar dari
dada, punggung, lengan kiri)
4. Pemeriksaan Fisik Sistem Imun Hematologi
a. Gangguan Hematologi
( v ) Pucat
( ) Echimosis
(
(

) Petechie

) Epistaksis

) Pruritus

) Purpura

) Perdarahan Gusi

) Stomatis

) Candidiasis

b. Bibir (MukosaMulut)
( ) Ulserasi (Pecah-Pecah)

a.

) Spider Navy

) Sianosis

) Stomatitis (Sariawan)

( ) Merah Pucat
(

) Gingivitis

5. Pemeriksaan Fisik Sistem Neurobehavior


Penilaian Tingkat Kesadaran
1) PenilaianKualitatif
( v ) Compos Mentis
( ) Sopor
( ) Apatis
( ) Koma
( ) Somnolen
( ) Soporcoma
2) Penilaian Kuantitatif (GCS/Glasgow Coma Scale)

Membuka Mata (E)


Spontan
Dengan di AjakBicara
Dengan Rangsangan Nyeri
TidakMembuka
Respon Verbal (V)
TerdapatKesadarandan Orientasi
BerbicaraTanpaKacau
BerkataTanpaArti
HanyaMengerang
Tidak Ada Suara
ResponMotorik (M)
SesuaiPerintah
:6
Terhadap Rangsangan Nyeri :
Timbul Gerakan Normal
:5
Fleksi Cepat dan Abduksi Bahu
:4

14

:4
:3
:2
:1
:5
:4
:3
:2
:1

Fleksi Lengan Dengan Abduksi Bahu : 3


Ekstensi Lengan, Adduksi, Endorotasi
Bahu, Pronasi Lengan Bawah
:2
Tidak Ada Gerakan
:1
Setelah Dilakukan Scoring MakaDapat di Ambil Kesimpulan :
( Compos Mentis / Apatis / Somnolen / Delirium / Sporo Coma /
Coma)
6. Dasar Data Pengkajian Pasien
a. Aktivitas/ Istirahat
Gejala: lemah, letih
Tanda: letargi/ disorientasi
b. Sirkulasi
Gejala: kaji adanya riwayat hipertensi
Tanda: perubahan tekanan darah postural, nadi yang menurun, lipatan
kulit kasar
c. Integritas Ego
Gejala: stres, tergantung pada orang lain, masalah financial yang

d.
e.
f.
g.
h.

berhubungan dengankondisi
Tanda: ansietas, peka rangsanga
.Eliminasi
Tanda: urine encer juga kuning
Makanan/ Cairan
Gejala: sering terjadi kehilangan nafsu makan
Tanda: kulit tebal, turgor jelek, basah dan berminyak
Neurosensori
Gejala: pusing/ pening, sakit kepala hebat, gangguan penglihatan
Tanda: disorientasi; mengantuk, letargi
Nyeri/ Kenyamanan
Tanda: wajah meringis apabila terjadi sakit kepala hebat
Keamanan
Gejala: kulit tebal, basah, dan berminyak
Tanda: menurunnya kekuatan umum atau rentang gerak, kulit rusak/

turgor kulit jelek


C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial
2. Resiko cedera berhubungan dengan pertumbuhan tulang ekstremitas
berlebihan
3. Gangguan nutrisi berhubungan dengan metabolisme meningkat
4. Perubahan sensori perseptual berhubungan dengan tekanan kiasma
optikum
5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pelebaran & penebalan
hidung, bibir, lidah, telinga, pembesaran tangan & kaki. Kulit tebal,
basah, & berminyak.
15

6. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pelebaran & penebalan


hidung, bibir, lidah, telinga, pembesaran tangan & kaki. Kulit tebal,
basah, & berminyak.
7. Dehidrasi berhubungan dengan gangguan hormonal
D. Intervensi dan Rasional
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial
Tujuan : dalam waktu 1 6 jam nyeri berkurang
Kriteria hasil: 1. Pasien menjelaskan kadar dan karakteristik nyeri, 2. Pasien menilai nyeri
dengan mengguanakan skala 1-10, 3. Pasien menjelaskan faktor-faktor yang mengintensifkan
nyeri, 4. Pasien mencoba metode nonfarmalogis untuk mengurangi nyeri, 5. Pasien
mengungkapkan perasaan nyaman berkurangnya nyeri, 6. Pasien menjelaskan intervensi yang
tepat untuk mengurangi nyeri
Intervensi
Kaji jenis dan tingkat nyeri pasien. Tentukan Pengkajian

Rasional
berkelanjutan

apakah nyerinya kronis atau akut. Selain itu, meyakinkan


kaji faktor yang dapat mengurangi atau memenuhi

bahwa

membantu

penanganan

kebutuhan

pasien

dapat
dalam

memperberat; lokasi, durasi, intensitas, dan mengurangi nyeri.


karakteristik nyeri; tanda-tanda dan gejala
psikologis.
Yakinkan bahwa komuniukasi verbal dan Pasien yang mengalami nyeri sensitif untuk
nonverbal anda dengan psien adalah positif menjadi terhakimi. Pesan negatif (baik
dan mendukung

verbal atau nonverbal) akan mengganggu

komunikasi terbuka
Minta pasien untuk menggunakan sebuah Unmtuk memfasilitasi

pengkajian

yang

skala1 sampai 10 untuk menjelaskan tingkat akurat tentang tingkat nyeri pasien
nyerinya (dengan nilai 10 menandakan
tingkat nyeri paling berat)
Berikan obat yang dianjurkan

untuk Untuk menentukan keefektifan obat

mengurangi nyeri bergantung pada gambaran


nyeri pasien. Pantau adanya reaksi yang tidak
diinginkan terhadap obat. Sekitar 30 sampai
40 menit setelah pemberian obat, minta
pasien untuk menilai kembali nyerinya
dengan skala1 sampai10
Atur periode istirahat tanpa terganggu

Tindakan

16

ini

meningkatkan

kesehatan,

kesejahteraan

dan

peningkatan

tingkat

energi, yang penting untuk pengurangan


nyeri
Bantu pasien untuk mendapatkan posisi yang Untuk menurunkan ketegangan atau spasme
nyaman, dan gunakan bantal untuk membebat otot dan untuk mendistribusikan kembali
atau menokong daerah yang sakit, bila tekanan pada bagian tubuh
diperlukan
Pada saat tingkat nyeri tidak terlalu kentara, Teknik nonfarmakologis pengurangan nyeri
implementasikan teknik mengendalikan nyeri akan efektif bila nyeri pasien berada pada
alternatif.

tingkat yang dapat ditoleransi.

a. Gunakan teknik panas dan dingin

a. Untuk

sesuai anjuran
b. Lakukan tindakan kenyamanan untuk

mengurangi nyeri
b. Tindakan
tersebut

meningkatkan

relaksasi,

seperti

meminimalkan

ketegangan

atau

atau

mengurangi
spasme

otot,

pemijatan, mandi, mengatur posisi,

mendistribusikan kembali tekanan

dan teknik relaksasi

pada bagian tubuh, dan membantu


pasien memfokuskan pada subjek

c. Rencanakan
bersama

aktivitas

pasien,

mmembuat

sperti

kerajinan,

distraksi

pengurang nyeri
c. Untuk membantunya memfokuskan

membaca,
menonton

televisi, atau melakukan kunjungan


d. Berikan informasi kepada pasien

pada

masalah

yang

tidak

berhubungan dengan nyeri


d. Untuk membantu meningkatkan
toleransi terhadap nyeri. Tindakan ini
dapat

mendidik

mendorongnya

pasien

untuk

dan

mencoba

tindakan pengurang nyeri alternatif


Lanjutkan untuk memberikan obat yang Untuk meyakinkan pengurangan nyeri yang
dianjurkan sesuai indikasi
Anjurkan pasien untuk

adekuat
menggunakan Untuk meningkatkan kualitas hidupnya

aktivitas pengalihan atau rekreasional, dan


dan tindakan pengurang nyeri noninvasif
Ciptakan suatu rencana penatalaksanaan nyeri Untuk

memberikan

penguatan

untuk pasien. Jelaskan rencana kepadanya meningkatkan kekuatan terhadap rencana


dan berikan salinan yang tertulis

17

dan

2. Resiko cedera berhubungan dengan pertumbuhan tulang ekstremitas


berlebihan
Tujuan: dalam waktu 1 24 jam pasian tidak mengalami cedera
Kriteria hasil:
1. Pasien mengidentifikasi factor-faktor yang dapat meningkatkan kemungkinan
cidera.
2. Pasien membantu mengidentifikasi dan menerapkan tindakan keamanan untuk
mencegah cidera.
3. Pasien mengoptimalkan aktivitas hidup sehari-hari dengan keterbatasan sensori
motorik.
Intervensi
1. Observasi factor-faktor yang dapat 1. Untuk
berkonstribusi terhadap cidera

pasien,

Rasional
meningkatkan
anggota

kesadaran

keluarga

dan

pemberian asuhan.
2. Tingkat

keamanan

sesuai keperluan :
a. Orientasikan

lingkungan

pasien

pada

lingkungan. Kaji kemampuan


pasien untuk menggunakan bel
panggil,

penghalangan

tempat

tidur,

mengendalikan
posisi.

sisi

Tindakan tersebut akan membantu


pasien melakukan koping terhadap
keadaan sekitar yang tidak familier.

dan
pengaturan

Pertahankan

tempat

tidur dengan ketinggian paling


rendah

dan

lakukan

pemantauan pada malam hari.


b. Ajarkan kepada pasien dan
keluarga
penerangan
Sarankan

tentang

Untuk mengurangi silau.


Tindakan
tersebut

akan

meningkatkan diskriminasi visual.

perlunya

yang

aman.

pasien

untuk

memakai kaca mata. Sarankan


menggunakan perabotan rumah

Untuk membantu pasien dengan


penurunan sensitifitas taktil.

tangga dengan warna kontras.

18

c. Test bantalan penghangat dan


air mandi sebelum digunakan;
kaji ekstremitas setiap hari dari
adanya cidera.
d. Untuk pasien yang mengalami
tuli,

anjurkan

menggunakan

Untuk meminimalkn deficit.


Untuk menurunkan potensi cidera.

alat bantu dengar.


e. Ajarkan pasien dengan gaya
berjalan

yang

tidak

stabil

tentang penggunaan peralatan


adaptif.
3. Berikan pendidikan

tambahan

Pendidikan

kesehatan

dapat

kepada pasien bila diperlukan.

membantu

Topic yang memungkinkan dapat

langkah untuk mencegah cidera.

meliputi

keamanan

pasien

mengambil

dirumah,

berkendaraan, dan pejalan kaki.


Rujuk pasien ke sumber yang tepat
(polisi,

pemadam

asosiasi

keperawatan

dirumah)

untuk

kebakaran,
kesehatan

mendapatkan

informasi lebih lanjut.


3. Gangguan nutrisi berhubungan dengan metabolisme meningkat
Tujuan : dalam waktu 1 24 jam tidak terjadi gangguan nutrisi
Kriteria hasil:
-

Berat badan dapat dipertahankan/ditingkatkan


Hb dan albumin dalam batas normal
Intervensi

Rasional

Tentukan kemampuan klien dalam Untuk menetapkan jenis makanan


mengunyah,

menelan,

dan

reflek yang akan diberikan pada pasien

batuk
Letakkan posisi kepala lebih tinggi Agar klien lebih mudah untuk menelan

19

pada waktu, selama dan sesudah karena gaya gravitasi


makan
Stimulasi bibir untuk menutup dan Membantu dalam melatih kembali
membuka mulut secara maual dengan sensori dan meningkatkan kontrol
menekan ringan diatas bibir/dibawah muskuler
dagu jika dibutuhkan
Letakkan makanan pada daerah mulut Memberikan
yang tidak terganngu

stimulasi

sensori

(termasuk rasa kecap) yang dapat


mencetuskan usaha untuk menelan dan
meningkatkan masukan

Berikan makan dengan berlahan pada Klien


lingkungan yag tenang

dapat

mekanisme

berkonsentrasi
makan

tanpa

pada
adanya

distraksi/gangguan dari luar


Mulailah untuk memberikan makan Makan lunak/cairan kental mudah
peroral setengah cair, makan lunak untuk mengendalikannya dalam mulut,
ketika klien dapat menelan air

menurunkan terjadinya aspirasi

Anjurkan klien menggunakan sedotan Menguatkan


meminum cairan

menelan

otot

dan

fasial

dan otot

menurunkan

resiko

terjadinya tersedak
Anjurkan klien untuk berpartisipasi Dapat
dalam program latihan/kegiatan

endorfin

meningkatkan
dalam

pelepasan
otak

yang

meningkatkan nafsu makan


Kolaborasi dengan tim dokter untuk Mungkin diperlukan untuk memberika
memberikan cairan melalui IV atu cairan pengganti dan juga makanan jka
makanan melalui selang

klien tidak mampu untuk memasukkan


segala sesuatu melalui mulut

4. Perubahan sensori perseptual berhubungan dengan tekanan kiasma


optikum
Tujuan : dalam waktu 1 24 jam eningkatkan ketajaman penglihatan dalam
batas situasi individu, mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap

20

perubahan
Kriteria hasil:
a. Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
b. Mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.
Intervensi
Rasional
Tentukan ketajaman penglihatan, Penemuan dan penanganan awal
kemudian catat apakah satu atau dua komplikasi dapat mengurangi resiko
mata terlibat. Observasi tanda-tanda kerusakan lebih lanjut.
disorientasi.
Orientasikan

klien

lingkungan.
Perhatikan tentang

tehadap Meningkatkan keamanan mobilitas


suram

dalam lingkungan
atau Cahaya yang kuat menyebabkan rasa

penglihatan kabur dan iritasi mata, tak nyaman setelah penggunaan tetes
dimana

dapat

terjadi

menggunakan tetes mata.


Letakkan
barang
dibutuhkan/posisi

bel

bila mata dilator


yang Komunikasi yang disampaikan dapat

pemanggil lebih mudah diterima dengan jelas.

dalam jangkauan/posisi yang tidak


dioperasi.
5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pelebaran & penebalan
hidung, bibir, lidah, telinga, pembesaran tangan & kaki. Kulit tebal,
basah, & berminyak.
Tujuan:
Pengurangan kecemasan pasien.
Kriteria hasil:
Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk
menghadapi penyakit, perubahan hidup dan kemungkinan keterbatasan.
Intervensi
Rasional
Dorong mengungkapkan mengenai Mendorong mengungkapkan masalah
masalah tentang proses penyakit

tentang

proses

penyakit

memberikan

kesempatan

untuk
Ikut

sertakan

merencanakan

pasien
perawatan

mengidentifikasi

rasa takut.
dalam Mengikut sertakan
dan memenentukan
21

dan

pasien

dalam

perawatan

untuk

membuat jadwal aktivitas.

meningkatkan perasaan kompetensi /


harga

diri

dan

mendorong

kemandirian.
Bantu dengan kebutuhan perawatan Membantu kebutuhan perawatan yang
yang diperlukan.

diperlukan

untuk

mempertahankan

penampilan yang dapat


Berikan bantuan positif.

meningkatkan citra diri.


Memberikan
bantuan
bila
pasien

positif

perlu agar memungkinkan


merasa

senang

terhadap

diri
menguatkan

sendiri,
perilaku

positif,

meningkatkan percaya diri.


6. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pelebaran &
penebalan hidung, bibir, lidah, telinga, pembesaran tangan & kaki. Kulit
tebal, basah, & berminyak.
Tujuan : dalam waktu 3x24 jam klien mampu mempertahankan keutuhan
kulit.
Kriteria hasil : klien mampu berpartisipasi terhadap pencegahan luka,
mengetahui penyebab dan cara pencegahan luka, tidak ada tanda-tanda
kemerahan atau luka.
Intervensi

Rasional

Anjurkan untuk melakukan latihan Meningkatkan aliran darah ke semua


ROM

(range

of

monition)

dan daerah.

mobilisasi jika mungkin.


Ubah posisi tiap 2 jam.

Menghindari

tekanan

dan

meningkatkan aliran darah.


Gunakan bantal air atau pengganjal Menghindari tekanan yang berlebih
yang lunak dibawah daerah-daerah pada daerah yang menonjol.
yang menonjol.
Lakukan masase pada daerah yang Menghindari kerusakan kapiler.

22

menonjol

yang

baru

mengalami

tekanan pada waktu berubah posisi.


Observasi

terhadap

eritema

dan Hangat dan pelunakan adalah tanda

kepucatan dan palpasi area sekitar kerusakan jaringan.


terhadap kehangatan dan pelunakan
jaringan tiap mengubah posisi.
Jaga kebersihan kulit dan seminimal Mempertahankan keutuhan kulit.
mungkin

hindari

trauma,

panas

terhadap kulit.

7. Dehidrasi berhubungan dengan gangguan hormonal


Tujuan : dalam waktu 1x24 dehidrasi berkurang
Kriteria hasil: 1. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, 2. Asupan cairan pasien melebihi
haluaran, 3. Pasien menyatakan pemahaman tentang perlunya mempertahankan asupan cairan
yang adekuat, 4. Pasien mendemonstrasikan ketrampilan dalam mengukur berat badan sendiri
secara akurat dan mencatat berat badan, 5. Pasien melakukan dan mencatat sendiri asupan
dan haluarannya
Intervensi
Rasional
Pantau turgor kulit setiap giliran jaga dan Turgor kulit buruk merupakan suatu tanda
catat penurunannya
dehidrasi
Periksa membran mukosa mulut setiap giliran Membran mukosa yang kering merupakan
jaga
suatu tanda dehidrasi
Uji berat jenis urine setiap giliran jaga. Peningkatan
kadar

hematokrit

dan

Pantau nilai laboratorium dan laporkan hemoglobin juga mengindikasikan dehidrasi


temuan yang tidak normal kepada dokter.
Peningkatan

berat

jenis

urine

dapat

mengindikasikan dehidrasi
Pantau tanda-tanda vital setiap 4jam

Takikardi, hipotensi, dispnea, atau demam

dapat mengndikasikan defisit volume cairan


Ukur berat badan pasien setiap hari dan catat Pengukuran berat badan setiap dapat
hasilnya

membantu

memperkirakan

status

cairan

tubuh
Berikan dan pantau cairan parenteral, sesuai Untuk mengembalikan kehilangan cairan

23

anjuran
Tentukan cairan atau minuman kesukaan Untuk meningkatan asupan
pasien
Simpan cairan oral pada tempat yang mudah Tindakan

ini

memudahkan

pasien

dijangkau disisi tempat tidur pasien dan mengontrol asupan cairan dan tambahan
anjurkan pasien untuk minum
asupan cairan parenteral
Pertahankan pencatatan asupan dan haluaran Untuk membantu perkiraan keseimbangan
yang akurat
cairan pasien
Ajarkan pasien cara mempertahankan asupan Tindakan ini dapat mendorong partisipasi
cairan yang benar, termasuk mencatat berat pasien dan pemberi asuhan dalam perawatan
badan setiap hari, mengukur asupan dan dan meningkatkan kontrol pasien
haluarannya, mengenali tanda-tanda dehidrasi
Pantau nilai elektrolit dan laporkan Kehilangan

cairan

dapat

menyebabkan

ketidaknormalannya
ketidakseimbangan elektrolit signifikan
Berikan dan pantau pengobatan, seperti Untuk mencegah kehilangan cairan
antiemetik, dan antidiare

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gigantisme merupakan penyakit kronis dan progresif yang ditandai dengan
disfungsi hormonal dan pertumbuhan skeletal yang mengejutkan.

24

Gigantisme adalah kondisi seseorang yang kelebihan pertumbuhan, dengan


tinggi dan besar diatas normal. Gigantisme disebabkan oleh kelebihan
jumlah hormone pertumbuhan. Tidak terdapat definisi tinggi yang
merujukkan

orang

sebagai

raksasa.

Tinggi

dewasa

yang

mengalamigigantisme dapat setinggi sekitar 2,25 2,40 meter.


Gigantisme adalah kelainan yang disebabkan oleh karena sekresi
hormone pertumbuhan (Hp) atau Growth Hormone (GH) yang berlebihan
B. Saran
Kita sebagai perawat sebaiknya memahami dan dapat mengaplikasikan
segala sesuatu yang terdapat dimakalah ini agar terciptanya perawat yang
professional dalam menerapkan asuhan keperawatan secara komprehensif

DAFTAR PUSTAKA
M. Taylor, Cynthia. 2011. Diagnossis Keperawatan dengan Rencana Asuhan.
Jakarta : EGC.
https:// www. scribd. com / doc / 131779831 / makalah - asuhan keperawatan
pada klien gigantisme docx
https://www.scribd.com/doc/139371862/Bab-i-Askep-Gigantisme

25

26

Anda mungkin juga menyukai