OLEH:
MUHAMMAD AMIN NASUTION
NIM 177014040
TESIS
OLEH:
MUHAMMAD AMIN NASUTION
NIM 177014040
Telah diuji dan dinyatakan LULUS di depan Komisi Penguji Tesis pada hari
Selasa tanggal tiga puluh bulan Juni tahun dua ribu dua puluh.
Menyetujui:
iv
Universitas Sumatera Utara
PERNYATAAN ORISINALITAS
Dengan ini menyatakan bahwa hasil penelitian pada tesis yang saya buat adalah
asli karya saya sendiri bukan plagiat dan apabila dikemudian hari diketahui tesis
saya tersebut plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi
sanksi apapun oleh Program Studi Magister Ilmu Farmasi Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara. Saya tidak akan menuntut pihak manapun atas
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan sehat.
v
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan karunia dan rahmat-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Penelitian ini bertujuan
untuk melakukan hidrolisis VCO, uji aktivitas sitotoksik, uji produksi Nitric
Oxide dan uji analisis ekspresi gen pada Virgin Coconut Oil (VCO) dan HVCO
terhadap sel RAW 264.7 secara In vitro. Tesis ini diajukan sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar magister farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara.
Pengobatan gejala inflamasi pada umumnya menggunakan obat Non
Steroid AntiIn flammation Drugs (NSAIDs), yang menurut Food Drug
Administration (FDA) NSIADs mempunyai efek samping yang berbahaya bagi
tubuh. Untuk itu penuliis menyarankan penggunaan Virgin Coconut Oil (VCO)
sebagai pengobatan herbal yang mempunyai manfaat sebagai antiinflamasi dan
tidak mempunyai efek samping berbahaya bagi tubuh.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak
Prof. Dr. Jansen silalahi, M. App.Sc., Apt. dan Bapak Prof. Dr. Urip Harahap,
Apt. atas waktu, arahan, dan bimbingan yang diberikan selama penyelesaian Tesis
ini. Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Prof.
Dr. Masfria, M. S., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera
Utara dan Prof. Dr. Urip Harahap, Apt. selaku Ketua Program Studi Magister
Ilmu Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah
memberikan bantuan dan fasilitas selama menjalani pendidikan di Program
Magister Ilmu Farmasi. Kepada kedua orang tua, Ayahanda Alm. Amir Rajab
Nasution dan Ibunda Ennida Hanum Rangkuti tercinta, penulis menyampaikan
terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas semua pengorbanan,
doa, dan dorongannya, sehingga Tesis ini dapat diselesaikan.
vi
Universitas Sumatera Utara
AKTIVITAS ANTIINFLAMASI MINYAK KELAPA MURNI DAN
HASIL HIDROLISISNYA SECARA IN VITRO TERHADAP
SEL RAW 264.7
ABSTRAK
Minyak kelapa murni (Virgin Coconut Oil = VCO) mengandung asam lemak
rantai sedang terutama asam laurat dan komponen bioaktif lain yang mempunyai
sifat antibakteri dan antiinflamasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek toksisitas, penghambatan
produksi Nitric Oxide (NO) dan ekspresi gen TNF-α, IL-6, IL-1β, iNOS, dan COX-2
dari aktivitas antiinflamasi VCO dan hasil hidrolisisnya (Hydrolized Virgin Coconut
Oil=HVCO) terhadap sel RAW 264.7.
VCO dihidrolisis parsial menggunakan enzim lipase dari Rhizomucor miehei
(aktif pada posisi sn-1,3) untuk menghasilkan VCO terhidrolisis (HVCO) yang terdiri
dari asam lemak bebas dan 2-monogliserida. Pengujian aktivitas antiinflamasi dari
VCO dan HVCO terhadap viabilitas sel RAW 264.7 dengan metode MTT [3-(4,5-
dimetiltiazol-2-il)-2,5-difenil tetrazolium bromida]. Pengujian penghambataan NO
Sel RAW 264.7 yang diinduksi dengan LPS menggunakan pereaksi Griess dan
pengujian ekspresi gen TNF-α, IL-6, IL-1β, iNOS, dan COX-2 pada sel RAW 264.7
yang diinduksi dengan lipopolisakarida (LPS) dengan metode Reverse Transcription-
Polymerase Chain Reaction (RT-PCR).
Hasil pengujian menunjukkan bahwa viabilitas sel RAW 264.7 VCO dan
HVCO pada konsenterasi (62,5 µg/mL; 31,5 µg/mL) dengan persentase sel hidup
(>90%) secara berurutan sebesar VCO (101,67 ± 0,6; 99,59 ± 0,39) dan HCVO
(97,74 ± 0,31; 102,31 ± 1,21). Hasil pemeriksaan produksi NO menunjukkan bahwa
pemberian VCO dan HVCO pada konsenterasi (62,5 dan 31,25 μg/mL) terhadap sel
RAW 264.7 yang diinduksi dengan LPS menurunkan kadar NO VCO dan HVCO
terbesar pada konsenterasi (62,5 μg/mL) VCO sebesar 5,88±1,11 μg/mL dan HVCO
sebesar 8,11±1,11 μg/mL, efek tidak berbeda signifikan dengan kontrol positif dan
kontrol normal (p>0,05). Hasil analisis statistik pengujian ekspresi gen iNOS, TNF-α,
IL-6, IL-1β, dan COX-2 dari VCO dan HVCO pada sel RAW 264.7 yang diinduksi
dengan LPS menurunkan nilai densitas VCO dan HVCO. Pada ekspresi iNOS dan IL-
1β menghasilkan nilai densitas paling kecil adalah HVCO (0,72±0,010) dan
(2,40±0,015) menunjukkan efek berbeda secara signifikan dengan kontrol normal,
kontrol positif dan kontrol negatif p<0,05, nilai densitas ekspresi TNF-α paling kecil
pada HVCO (0,76±0,7633) menunjukkan efek berbeda secara signifikan dengan
kontrol negatif dan normal p<0,05, kemudian nilai densitas ekspresi IL-6 paling kecil
pada HVCO (1,16±0,010) menunjukkan efek berbeda secara signifikan dengan
kontrol positif p<0,05, dan nilai densitas ekspresi COX-2 paling kecil pada HVCO
(0,98 ± 0,010) yang menunjukkan efek berbeda secara signifikan dengan kontrol
negatif p<0,05.
Berdasarkan hasil penelitian ini VCO dan HVCO tidak menunjukkan efek
toksik pada sel RAW 264.7 dan dapat menghambat produksi NO serta menghambat
ekspresi gen TNF-α, IL-6, IL-1β, iNOS, dan COX-2 sehingga VCO dan HVCO
efektif memiliki aktivitas Antiinflamasi.
Kata kunci: VCO, HVCO, Sel RAW 264.7, Nitric Oxide, Ekspresi Gen
vii
Universitas Sumatera Utara
ANTIINFLAMMATORY ACTIVITY OF VIRGIN COCONUT AND
HYDROLYSIS IN VITRO TOWARDS RAW 264.7 CELL LINES
ABSTRACT
Virgin coconut oil (VCO) contains medium chain fatty acids, especially
lauric acid and other bioactive components that have antibacterial and anti-
inflammatory properties.
This study aims to see the effects of toxicity, inhibition of Nitric Oxide
(NO) production and TNF-α, IL-6, IL-1β, iNOS, and COX-2 gene expression
from the anti-inflammatory activity of VCO and its hydrolysis results (Hydrolized
Virgin Coconut Oil = HVCO). ) against RAW cells 264.7.
VCO is partially hydrolyzed using the lipase enzyme from Rhizomucor
miehei (active at position sn-1,3) to produce hydrolyzed VCO (HVCO) which
consists of free fatty acids and 2-monoglycerides. Tests for the anti-inflammatory
activity of VCO and HVCO on the viability of RAW 264.7 cells using the MTT
method [3- (4,5-dimethyltiazol-2-il) -2,5-diphenyl tetrazolium bromide]. Testing
for NO inhibition of RAW 264.7 cells induced with LPS using Griess reagent and
testing for TNF-α, IL-6, IL-1β, iNOS, and COX-2 gene expression on RAW 264.7
cells induced with lipopolysaccharide (LPS) by the Reverse Transcription method
-Polymerase Chain Reaction (RT-PCR).
The test results showed that the viability of RAW 264.7 VCO and
HVCO cells was concentrated (62.5 µg / mL; 31.5 µg / mL) with the percentage
of living cells (> 90%) in succession of VCO (101.67 ± 0.6; 99, 59 ± 0.39) and
HCVO (97.74 ± 0.31; 102.31 ± 1.21). The results of the NO production
examination show that the administration of VCO and HVCO in the concentration
(62.5 μg / mL) / mL) of RAW 264.7 cells induced by LPS reduces the largest NO
VCO and HVCO levels in the concentration (62.5 μg / mL) VCO of 5.88 ± 1.11
μg / mL and HVCO of 8.11 ± 1.11 μg / mL, the effect was not significantly
different from positive control and normal control (p> 0.05). The results of the
statistical analysis of iNOS, TNF-α, IL-6, IL-1β, and COX-2 gene expression
from VCO and HVCO on RAW 264.7 cells induced by LPS decreased the VCO
and HVCO density values. In iNOS and IL-1β expression, the lowest density
value was HVCO (0.72 ± 0.010) and (2.40 ± 0.015) showed significantly different
effects from normal control, positive control and negative control p <0.05, the
value the lowest TNF-α expression density at HVCO (0.76 ± 0.7633) showed a
significantly different effect with negative and normal control p <0.05, then the
lowest IL-6 expression density value at HVCO (1.16 ± 0.010) showed a
significantly different effect with a positive control p <0.05, and the lowest COX-
2 expression value in HVCO (0.98 ± 0.010) which showed a significantly
different effect with a negative control p <0.05.
Based on the results of this study, VCO and HVCO do not show toxic
effects on RAW 264.7 cells and can inhibit NO production and inhibit the
expression of TNF-α, IL-6, IL-1β, iNOS, and COX-2 genes so that VCO and
HVCO effectively have anti-inflammatory activity.
Keywords: VCO, HVCO, RAW 264.7 Cells, Nitric Oxide, Gene Expression.
viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
ix
Universitas Sumatera Utara
3.5 Pembuatan Media ................................................................................. 32
3.5.1 Pembuatan Media Pertumbuhan .......................................................... 32
3.5.2 Pembuatan Media Kultur Lengkap ...................................................... 33
3.6 Penumbuhan Sel ................................................................................... 33
3.6.1 Sub Kultur Sel ...................................................................................... 34
3.6.2 Panen Sel .............................................................................................. 34
3.6.3 Perhitungan Sel .................................................................................... 35
3.7 Pembuatan larutan Uji .......................................................................... 36
3.8 Uji Effek VCO dan HVCO Terhadap Viabilitas Sel RAW 264.7 ....... 36
3.9 Uji Aktivitas Antiimflammasi .............................................................. 37
3.9.1 Uji Produksi Nitric Oxide (NO) ........................................................... 37
3.9.2 Pemeriksaan Ekspresi Gen iNOS, TNF-α, IL-6, IL-1β, COX-2,
dan β-actin .......................................................................................... 38
3.9.3 Ekstraksi RNA ..................................................................................... 39
3.9.4 Pembuatan cDNA................................................................................. 40
3.9.5 Analisis Ekspresi gen iNOS, TNF-α, IL-6, IL-1β , COX-2,
dan β-actin .......................................................................................... 41
3.9.6 Elektrofosis .......................................................................................... 42
3.10 Analisis Data ........................................................................................ 42
3.11 Definisi Operasional Penelitian............................................................ 43
x
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
xi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
xii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
xiii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR SINGKATAN
xiv
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
kerusakan atau infeksi sel yang merupakan proses kompleks dan melibatkan sel-
sel inflamasi yang pada dasarnya akan mengidentifikasi jaringan yang terlibat,
sel yang rusak (Agita, 2017; Leveti, et al., 2013). Inflamasi berfungsi untuk
Inflamasi dapat dipicu dari berbagai faktor fisika, kimia, atau agen biologi,
akibat perubahan akibat inflamasi itu sendiri. Aktivasi molekuler gen pro-
hasil kumulatif faktor genetik kerentanan dan beberapa respon meskipun respon
umum gen dan mediator endogen yang terlibat, termasuk faktor pertumbuhan,
LPS ) adalah salah satu komponen utama dari bakteri gram negatif, yang
1
Universitas Sumatera Utara
mensekresi berbagai molekul sehingga meningkatkan proses pelepasan mediator
Antiinflamasi adalah sebutan untuk agen atau obat yang bekerja melawan
atau menekan proses peradangan, obat antiinflamasi yang biasa digunakan dibagi
osteoporosis, atropi otot dan jaringan lemak, meningkatkan tekanan intra okular,
tukak lambung hingga perdarahan, gangguan ginjal, dan anemia (Sumiwi dan
Ramadhani, 2015 ).
Upaya untuk mencari obat antiinflamasi yang lebih aman dan tidak
tumbuhan salah satunya dengan menggunakan Virgin Coconut Oil (VCO). Pada
memberikan efek sebagai antiinflamasi, analgesik dan antipiretik, bahkan ada juga
untuk kulit (skin protective) dengan metode secara invivo dan invitro. Tetapi
belum ada yang menguji secara khusus aktivitas antiinflmasi dari VCO dan
peneliti juga menambahkan hasil dari Hydrolysis Virgin Coconut Oil (HVCO)
untuk melihan manakah yang lebih baik dari keduanya (Silalahi dan Surbakri,
aktivitas antiinflamasi VCO dan HVCO secara invitro pada kultur sel RAW 264.7
2
Universitas Sumatera Utara
secara invitro. Pengujian viabilitas sel menggunakan metode MTT assay,
oxide menggunakan pereaksi Griess, dan analisis ekspresi iNOS dan ekspresi
sitokin (COX-2, TNF-α, IL-1β, IL-6, dan β-actin ) menggunakan metode berbasis
ini:
a. apakah pemberian VCO dan hasil hidrolisisnya bersifat toksik terhadap uji
iNOS, IFN-γ, TNF-α, 1L-1β , IL-6 dan β-actin pada sel RAW 264.7?
1.3 Hipotesis
adalah:
a. pemberian VCO dan hasil hidrolisisnya tidak bersifat toksik terhadap uji
IFN-γ, TNF-α, 1L-1β, IL-6 dan β-actin pada sel RAW 264.7
3
Universitas Sumatera Utara
1.4 Tujuan
menghambat produksi nitrit oxide (NO) pada sel RAW 264.7 yang diinduksi
LPS
menghambat ekspresi iNOS, IFN-γ, TNF-α, 1L-1β, IL-6 dan β-actin pada sel
RAW 264.7
1.5 Manfaat
kesehatan khususnya farmasi, bahwa minyak kelapa murni dan hasil hidrolisisnya
aktivitas sitotoksik VCO, HVCO dan Deksametason terhadap sel RAW 264.7.
Tahap analisis dan penentuan komponen sitotoksik dari VCO, HVCO dan
1.1.a). Tahap II, analisis aktivitas antiinflamasi dengan menguji produksi Nitric
Oxide dan Ekspresi gen iNOS, COX-2, TNF-α, IL-1β dan IL-6 secara invitro
(Gambar 1.1.b).
4
Universitas Sumatera Utara
Tahap analisis dan penentuan komponen sitotoksik dari VCO, HVCO dan
1.1.a.
5
Universitas Sumatera Utara
Tahap Analisis aktivitas antiinflamasi dengan metode Nitric Oxide dan
6
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Inflamasi
dari suatu organisme terhadap invasi akibat benda asing, seperti bakteri, parasit
dan virus. Respon inflamasi merupakan suatu reaksi protektif yang penting
terhadap iritasi, luka, atau infeksi, yang ditandai dengan kemerahan, rasa panas,
bengkak, hilangnya fungsi dan rasa sakit (Hamzah, dkk., 2015; Corwin, 2008).
bahan kimia sepeti histamin, serotonin dan bahan kimia lainnya, mengakibatkan
terjadi vasodilatasi pembuluh darah sehingga terjadi peningkatan aliran darah dan
inflamasi, luka dan infeksi tidak akan pernah sembuh dan dapat mengakibatkan
kerusakan jaringan yang berbahaya (Setia dan Tjitaresmi, 2014; Cowin, 2008).
Inflamasi biasanya dibagi dalam 3 fase, yaitu inflamasi akut, respon imun,
dan inflamasi kronis. Inflamasi akut merupakan respon awal terhadap cedera
jaringan, hal tersebut terjadi melalui media rilisnya autakoid yang pada umumnya
didahului oleh pembentukan respon imun. Respon imun terjadi bila sejumlah sel
7
Universitas Sumatera Utara
asing atau substansi antigenik yang terlepas selama respon terhadap inflamasi akut
serta kronis. Akibat respon imun bagi tubuh mungkin menguntungkan, seperti
akibat respon imun tersebut dapat merusak bila menjurus kepada inflamasi kronis
melibatkan keluarnya sejumlah mediator yang tidak menonjol dalam respon akut
Interferon (INF)-c, IL-6, IL-12, dan IL-1β, selain itu Nitric Oxidase dan COX-2
bengkak, dan disfungsi jaringan serta organ merupakan tanda terjadinya inflamasi.
Hal ini merupakan respon protektif yang dilakukan oleh tubuh terhadap kerusakan
jaringan yang disebabkan oleh berbagai stimulus, inflamasi juga merupakan gejala
neutrofil dan eusinofil, dilepaskan oleh leukosit yang menarik sel-sel ke daerah
cedera, selain itu dilepaskan juga prostaglandin. Saat membran sel mengalami
kerusakan, fosfolipid akan diubah menjadi asam arakidonat yang dikatalisis oleh
8
Universitas Sumatera Utara
meningkatkan adhesi leukosit pada pembuluh kapiler selama cedera atau infeksi
(Corwin, 2008).
kompleks terjadi pada tubuh dalam upaya untuk mencegah kerusakan jaringan
reaksiawal atau sebagai acute phase response (APR). Sel yang paling sering
dikaitkan dengan inisiasi proses kaskade selama APR adalah sel makrofag atau
sitokin yang diantaranya interleukin-1 (IL-1) dan tumor necrosis factor (TNF),
memainkan peran dalam memicu reaksi berikutnya yang terjadi secara lokal.
Secara lokal sel-sel stroma, misalnya fibroblas dan sel endotel diaktifkan
menyebabkan pelepasan sitokin yang meliputi IL-6, IL-1 dan TNF. Sitokin ini
McCabe, 2012).
peradangan dan leukosit yang beredar. Sitokin IL-1 dan TNF menginduksi
perubahan besar dalam regulasi dan ekspresi gen, termasuk intrasellular adhesi
leukosit lainnya, memperlambat laju aliran darah, memicu perubahan endotel dan
vaskular juga merupakan fitur awal dari APR. Jaringan yang meradang
melepaskan mediator molekul rendah hingga berat seperti oksigen reaktif, nitrous
9
Universitas Sumatera Utara
oxide dan produk asam arakidonat termasuk prostaglandin. Pelebaran dan
infektif, alergi, keracunan, autoimun, neoplasma dan kondisi etiologi yang tidak
Inflamasi dibagi dalam 3 fase, yaitu inflamasi akut (respon awal terhadap
2, TNF-α, IL-1β, IL-6, dan β-actin. Mekanisme terjadinya inflamasi secara umum
terjadi karena adanya rangsang iritan atau cidera jaringan akan memicu pelepasan
singkat pada arteriola yang diikuti oleh dilatasi pembuluh darah, venula dan
10
Universitas Sumatera Utara
melepaskan sitokin diantaranya IL-1 (interleukin-1),IL-6 dan TNF-α (tumor
necrosis factor-α) yang menginduksi perubahan lokal dan sistemik. Ketiga sitokin
pada sel endotel sedangkan TNF-α akan meningkatkan ekspresi selektin-E yang
juga berperan dalam memacu makrofag dan sel endotel untuk memproduksi
molekul adhesi. IFN-γ (interferon-γ) dan TNF-α akan mengaktifkan makrofag dan
sensitive transcription factor, nuclear factor-kappa B (NF-κB), dan fork head box
proinflamasi seperti COX-2, TNF-α, iNOS dan molekul adhesi pada aorta dan
11
Universitas Sumatera Utara
mediator proinflamasi dan faktor trankripsinya diperlukan dalam pengobatan
2.2 Antiinflamasi
bertanggung jawab pada sebagian besar gejala inflamasi (Tjay dan Rahardja,
2002).
dibagi menjadi dua golongan yaitu golongan steroid dan golongan nonsteroid.
sintesis prostaglandin dan leukotrien dengan cara melepas lipokortin yang dapat
dikatakan bahwa steroid merupakan obat antiinflamasi yang poten. Steroid pada
12
Universitas Sumatera Utara
dasarnya merupakan hormon atau senyawa endogen yang secara alami dapat
dihasilkan oleh tubuh untuk menjaga sistem homeostasis. Ketika terjadi kondisi
stress atau cidera, tubuh akan mensekresi hormon kortisol tetapi terdapat kondisi
tertentu dimana hormon ini tidak cukup untuk mengatasi rasa sakit yang timbul
korteksadrenal yang terletak diatas ginjal. Hormon ini terdiri dari dua macam
sehingga dapat menurunkan agregasi platelet. Pemberian obat pada dosis yang
rendah secara terus-menerus digunakan sebagai terapi pada penderita stroke untuk
13
Universitas Sumatera Utara
mencegah terjadinya stroke berikutnya. Selain itu,penghambatan COX juga
kontraksi pada bronkus sehingga dapat memicu terjadinya asma (Tjay dan
Raharja, 2002).
dari minyak daun Cinnamomum subavenium secara in vitro terhadap sel RAW
264.7 yang distimulasi LPS dan model edema kaki belakang tikus yang diinduksi
14
Universitas Sumatera Utara
karagenan. Hasil yang didapat dengan menganalisis nitric oxide (NO),
prostaglandin E2 (PG E2), TNF-α, IL-6, dan IL-1 secara signifikan dapat menurun
sama juga muncul pada NO dan tumor necrosis (TNF-a) setelah di injeksi
karagenan. Sel-sel imunoreaktif iNOS dan COX-2 dari jaringan kaki menurun
menghambat ekspresi iNOS, COX-2, TNF-, IL-1, dan IL-6 melalui jalur NF-kB
inflamasi.
interleukin (IL) dan tumor necrosis factor (TNF) dan faktor nuklir kappa B (NF-
κB). Curcumin diberikan secara oral dengan dosis 375 mg tiga kali sehari selama
6-22 bulan kepada delapan pasien. Pasien dipantau untuk periode 2 tahun dengan
interval tiga bulan. Lima pasien selesai dalam pengobatan, empat pulih
sepenuhnya dan satu pasien pembengkakan dan keterbatasan gerak. Tidak ada
efek samping yang dicatat salah satu pasien yang mengalami pembengkakan.
Berdasarkan hasil ini peneliti menyarankan curcumin bisa digunakan sebagai obat
dari jamur dengan menggunakan sel makrofag tikus RAW 264.7 yang distimulasi
15
Universitas Sumatera Utara
lipopolysaccharide (LPS) dan diinduksi l-karagenan (Carr) model edema kaki.
Inotilone diuji untuk mengurangi produksi nitric okside (NO) yang dapat di
sintesis (iNOS). Inotilone diuji dalam inhibitor protein kinase teraktivasi mitogen
terminal kinase (JNK), faktor nuklir kappa B (NF-kB), matrix metallo proteinase
(MMP) -9 ekspresi protein dalam sel RAW264.7 yang distimulasi LPS. Ketika sel
RAW 264.7 dan makrofag berada dengan inotilone bersama-sama dengan LPS,
memblokir ekspresi protein iNOS, NF-kB, dan MMP-9 yang di stimulasi oleh
LPS terhadap sel RAW264.7. Inotilone juga menghambat fosforilasi ERK, JNK,
dan p38 yang diinduksi LPS. Inotilone mengurangi pembengkakan edema kaki
pada jam ke-4 dan ke-5 setelah pemberian karagenan (Huang et al., 2012).
edema kaki pada jam ke-5 setelah injeksi karagenan. Inotilone menurunkan kadar
NO dan tumor necrosis factor (TNF-a) pada serum pada jam ke 5 setelah injeksi
2), NF-kB, dan ekspresi MMP-9 pada jam ke-5 di kaki edema. Dengan demikian
berhubungan dengan penurunan kadar MDA, iNOS, COX-2, NF-kB, dan MMP-9
dan meningkatkan aktivitas CAT, SOD, dan GPx dalam edema kaki melalui
16
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Intahphuak et al., (2010),
farmakologis dari minyak kelapa murni (VCO), VCO yang disiapkan tanpa
menggunakan bahan kimia atau pembuatan dengan panas tinggi. Efek anti-
inflamasi, analgesik, dan antipiretik VCO dinilai dengan melihat efek moderat
pada telinga tikus yang diinduksi etil fenilpropiolat dan edema pada kaki tikus
granuloma, dan serum aktivitas alkali fosfatase. VCO juga menunjukkan efek
analgesik moderat pada asam asetat yang diinduksi menggeliat respon serta efek
Hasil penelitian uji efek antiinflamasi dari berbagai bahan alam dapat
17
Universitas Sumatera Utara
2 -Curcumin Diberikan curcumin yang telah diolah Yuan et al.,
dalam bentuk pasta dapat digunakan (2006)
-In vivo sebagai penghilang rasa sakit akibat
peradangan (inflamasi). Aktivitas
antiinflamasi dari curcumin diuji dengan
melakukan perbandingan dengan
fenilbutazon dan plasebo, dihasilkan
curcumin dan fenibutazon memiliki
respon inflamasi yang lebih baik dari
plasebo. Pada penelitian ini curcumin
diberikan secara oral dengan dosis 375
mg selama 3 kali sehari selama 12
minggu.
3 -Phellinus Hasil uji viabilitas sel RAW 264.7 Huang et al.,
linteus dengan metode MTT pada konsenterasi (2012)
(0, 1,56, 3,12, 6,25, 12,5, dan 25 mM)
-In vivo tidak mengalami efek toksisitas. Nilai
IC50 untuk penghambatan nitric oxide
inotilone adalah 10,24 ± 0,35 (26,2–
59,7%), inotilin dapat menghambat level
TNF-α sebesar 10,6-40,3% dan pada
COX-2 sebesar 13,6%.
Minyak kelapa murni Virgin coconut oil (VCO) merupakan salah satu
hasil olahan dari buah kelapa (Cocos nucifera) yang diperoleh tanpa proses
Minyak kelapa adalah lemak jenuh, tetapi asam lemak jenuh di dalamnya terdiri
dari asam lemak jenuh rantai sedang lebih dari 80 persen yang terdiri dari 8
sampai 12 atom karbon dalam persentase yang tinggi, asam lemak rantai pendek
18
Universitas Sumatera Utara
sekitar 10 persen, dan hanya sedikit asam lemak jenuh rantai panjang seperti asam
palmitat (5 persen) yang bersifat aterogenik (Marina et al., 2009; Bawalan dan
Chapman, 2008).
tocotrienols, polyphenols dan flavonoid) dan lemak. Lemak dari VCO terdiri dari
polyunsaturated fatty acid. Saturated fatty acid atau asam lemak jenuh dalam
VCO terdiri dari 90 persen medium chain triglyserides (MCT) yang 44-55
persennya adalah asam laurat dan 10 persen long chain triglyserides (LCT). VCO
maksimum sehingga komponen ini lebih cepat dicerna daripada lemak jenis lain.
Sifat ini disebabkan MCT memiliki ukuran lebih kecil daripada LCT (long chain
triacylglicerols) yang dapat memfasilitasi aksi enzim lipase pankreas dan dibawa
oleh vena porta menuju hepar dan dengan cepat teroksidasi menjadi energi (Fife,
2006).
baik untuk kesehatan, antara lain sebagai anti-inflamasi, antipiretik, anti analgetik,
sebagai antioksidan. Komposisi asam lemak VCO dan minyak kelapa biasa tidak
berbeda. Akan tetapi, VCO dibuat dengan tanpa pemanasan, masih mengandung
atioksidan alami dan zat lainnya sehingga sedikit berbeda dengan minyak kelapa
biasa. Maka VCO biasanva tidak digunakan untuk menggoreng tetapi langsung
19
Universitas Sumatera Utara
diminum sebagai makanan fungsional/ makanan kesehatan (Bawalan dan
Berbagai penyakit yang berasal dari virus dan belum ditemukan obatnya
hepatitis, dan jenis virus lainnya. Bukan itu saja, VCO dapat juga mengatasi
kanker prostat, jantung, darah tinggi dan diabetes. VCO menurunkan kadar
kolesterol total, trigliserida, fosfolipid, low density lipoprotein (LDL), dan very
peroksidase dan efek antitrombotik (Marina et al., 2009; Mansor et al., 2012;
prekusor dari monolaurin yang mana dapat memodulasi proliferasi sel imun.
Asam laurat (C-12) merupakan komponen utama dalam minyak kelapa dapat
mencapai 46,64 - 48,80% (Karouw, dkk., 2016). Komponen alami dari minyak
kelapa ini dapat berfungsi sebagai anti inflamasi, analgesik, dan antipiretik, karena
dan aktivitas serum alkali fosfatase. Proliferasi sel imun, dapat dikatakan bahwa
mampu menekan proses inflamasi yang terjadi di dalam tubuh. Proses inflamasi
20
Universitas Sumatera Utara
antimikroba dan antivirus, tetapi ketika VCO dihidrolisis sebagian, ia akan
menghasilkan asam lemak bebas dan monogliserida, VCO dan hasil dari
nabati lain, karena sebagian besar asam lemak yang terkandung di dalamnya
adalah asam lemak rantai sedang). Berdasarkan panjang rantai atom karbonnya,
maka asam laurat termasuk dalam kelompok asam lemak rantai sedang. Asam
laurat (C-12) merupakan komponen utama dalam minyak kelapa dapat mencapai
46,64 - 48,80% (Korauw, 2016). Asam lemak rantai sedang adalah asam lemak
yang memiliki 6-12 atom karbon. Asam lemak rantai sedang dinyatakan oleh
Food and Drug Administrasion sebagai makanan yang aman untuk dikonsumsi
Proses sintesis untuk menghasilkan asam lemak rantai sedang dari minyak
kelapa melalui beberapa tahap reaksi, yaitu hidrolisis minyak untuk menghasilkan
asam lemak bebas, pemisahakan asam lemak rantai sedang dari asam lemak jenuh
rantai panjang dan asam lemak tak jenuh, serta reaksi re-esterifikasi asam lemak
untuk menghasilkan asam lemak rantai sedang. Proses hidrolisis dapat dilakukan
yaitu suhu yang digunakan relatif rendah < 55°C, bahan kimia yang digunakan
sedikit sehingga produk yang dihasilkan tidak berwarna, aman dikonsumsi dan
proses katalisis enzimatis bersifat regiospesifik (Mer et al., 2000). Karouw et al.,
21
Universitas Sumatera Utara
dari Rhizomucur miehei. Hidrolisis dilakukan pada suhu yang relatif rendah, yaitu
37ºC dan lama reaksi 24 jam, di-hasilkan asam lemak bebas sekitar 30%.
kehidupannya. Oleh karena itu, viabilitas merupakan faktor yang sangat penting
dalam proses pertahanan tubuh guna merespon adanya bakteri. viabilitas sel
didasarkan pada kemampuan sel untuk bertahan hidup terhadap bahan-bahan yang
berasal dari sel prekursor sumsum tulang belakang, dari promonosit yang
imunokompeten (limfosit dan sel plasma). Sel RAW 264.7 yang digunakan dalam
penelitian ini berasal dari Mus musculus, mencit atau yang diinduksi oleh virus
leukemia murine Abelson. Strain sel RAW 264.7 adalah BALB/c. Metode kultur
sel RAW 264.7 menggunakan media pertumbuhan lengkap sebagai media dasar
adalah salah satu uji sitotoksisitas yang bersifat kuantitatif. Uji sitotoksisitas
22
Universitas Sumatera Utara
dengan metode MTT didasarkan pada aktivitas enzim yang dapat diukur secara
kolorimetri. Metode ini cepat, sensitif, akurat dan sejumlah besar sampel dapat
(Freshney, 2000).
sebagai hasil metabolisme suatu substrat oleh sel hidup menjadi produk berwarna.
Pada uji ini digunakan garam MTT. Garam ini akan terlibat pada kerja enzim
suksinat tetrazolium (Gambar 2.1), yang termasuk dalam mitokondria dari sel
Gambar 2.1 Reduksi MTT menjadi Formazan (Kupcsik dan Martin, 2011)
adalah dengan melakukan uji produksi NO. Nitric oxide (NO) adalah molekul
biologi yang bisa terdapat di seluruh tubuh, dihasilkan oleh sejumlah tipe sel yang
berkaitan dengan proses penyakit, dan dapat menimbulkan efek di tingkat seluler
dan vaskuler. Ada tiga isoenzim NOS, yaitu, nNOS (konstitutif dalam jaringan
saraf), eNOS (konstitutif pada sel endotel vaskular) dan iNOS (diinduksi oleh
23
Universitas Sumatera Utara
sitokin dalam makrofag dan hepatosit). Ekspresi konstitutif eNOS dan nNOS
bertanggung jawab untuk kadar fisiologis rendah NO, sedangkan jumlah yang
lebih besar dari NO diproduksi oleh iNOS, iNOS diinduksi oleh produk mikroba,
tumor necrosis factor-α (TNF-α) dan interferon-γ (INF-γ) dalam makrofag dan
inflamasi dan memediasi efek destruktif, karena pentingnya NO yang berasal dari
iNOS pada respon peradangan, ada beberapa upaya penelitian untuk menemukan
Metode yang telah diterapkan untuk deteksi nitrit / nitrat, yaitu kolorimetri
spektrofotometri, yang didasarkan pada pembentukan zat warna azo oleh reaksi
kemudahannya reaksi Griess telah digunakan secara luas pada analisa sampel
biologis seperti plasma, serum, urin, cairan serebrospinal dan saliva. Pada metode
media asam untuk membentuk garam diazonium sementara. Hasil antara ini
untuk membentuk senyawa azo yang stabil. Warna ungu yang dihasilkan
memungkinkan untuk analisa nitrit dengan tingkat sensitivitas yang tinggi (Sun, et
al., 2003).
24
Universitas Sumatera Utara
2.3.5 Analisis Aktvitas Antiinflamasi dengan Metode Ekspresi Gen
Pemeriksaan ekspresi gen iNOS, TNF-α, IL-6, IL-1β, dan COX-2 yang
yang canggih untuk perbanyakan segmen DNA spesifik secara in vitro, melalui
suatu proses enzimatik dengan menggunakan enzim DNA polimerase dan primer
nukleotida yang akan berhibridisasi dengan bagian DNA dari dua arah yang
berlawanan. PCR merupakan metode yang sederhana, cepat, dan sangat potensial
dalam proses perbanyakan DNA terutama pada keadaan jumlah sampel yang
RNA hasil transkripsi yang terdapat dalam jumlah sangat sedikit di dalam sel. Hal
ini karena PCR tidak dapat dilakukan dengan menggunakan RNA sebagai cetakan
proses PCR. Teknik ini digunakan untuk mendeteksi ekspresi gen, untuk
25
Universitas Sumatera Utara
amplifikasi RNA sebelum dilakukan cloning dan analisis, maupun untuk
antigen. Proses ini antigen dielektroforesis melalui gel agrose dan selanjutnya
Teknik kultur sel adalah salah satu teknik yang digunakan untuk
mengembangbiakkan sel diluar tubuh atau dikenal sebagai salah satu teknik in
vitro. Pada teknik kultur, spesifisitas sel harus diperhatikan karena pada awalnya
didalam tubuh, sel-sel bekerja secara integritas dalam suatu jaringan, sedangkan
dalam kultur, sel terpisah-pisah. Selain itu, teknik ini harus dilakukan dalam
kondisi steril karena sel tumbuh lebih lambat dari pada kontaminan (Freshney,
2000).
Fungsi utama media pada teknik kultur sel adalah untuk mempertahankan
pH dan osmolalitas essensial untuk viabilitas sel serta penyedia nutrisi dan energi
26
Universitas Sumatera Utara
berbagai suplemen organik seperti protein, peptida, nukleosida dan lipid serta
hormon dan faktor pertumbuhan. Kultur sel secara in vitro membutuhkan kondisi
lingkungan yang sama dengan keadaan di dalam tubuh. Kondisi tersebut akan
mempengaruhi proses biologis yang terjadi dalam kultur sel, sehingga dapat
fase gas yang sesuai untuk pertumbuhan sel. Pengamatan terhadap proses
vivo antara lain; keadaan lingkungan pertumbuhan dapat stabil karena diamati
secara langsung, selain itu karakteristik dari sel yang ingin ditumbuhkan dapat
Berdasarkan teori yang telah dipaparkan pada tinjauan pustaka maka dapat
mediator inflamasi yaitu TNF-α, IL-1β, IL-6, COX-2 yang dapat merangsang
untuk membunuh mikroba dengan menghasilkan ROS dan RNS. ROS akan
yaitu NO yang disintesis oleh iNOS. NO yang dihasilkan secara berlebihan akan
alami tubuh terhadap antigen tetapi jika aktivasi berlebihan maka akan merespon
sistem imun. Dengan demikian pemberian VCO dan HVCO dapat menghambat
27
Universitas Sumatera Utara
ekspresi TNF-α, IL-1β, IL-6, COX-2, dan iNOS dan dapat menurunkan produksi
NO (Gambar. 2.2).
28
Universitas Sumatera Utara
LPS
Sel Fagosit
(Neutrofil, Makrofag)
VCO
Makrofag
COX-2 teraktivasi
Hidrolisis
VCO
VCO
Mediator Proses
Inflamasi Fagositosis
Hidrolisis
VCO
NOS (iNOS)
NO
Membunuh
mikroba
Inflamasi
Keterangan :
COX-2 : Siklooksigenase 2
LPS : Lipopolisakarida
NO : Nitric Oxide
iNOS : Inducible Nitric Oxide Synthase
IL-6 : Interleukin 6
IL-1β : Interleukin 1 beta
TNF-α : Tumor Necrosis Factor alpha
ROS : Reactive Oxigen Species
RNS : Reactive Nitrogen Species
: Menghambat aktivitas berlebihan
: Mengaktivasi/ Merangsang
: Melepaskan/ Menghasilkan
: Menginduksi pelepasa
29
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODE PENELITIAN
antiinflamasi minyak kelapa murni dan hidrolisisnya secara in vitro pada sel RAW
viabilitas sel, kadar NO dan penentuan ekspresi iNOS, TNF-α, IL-1β, COX-2 , β-
3.2.1 Alat-alat
Scientific), neraca listrik (Vibra AJ), oven (Memmert), penangas air (Yenaco),
30
Universitas Sumatera Utara
3.2.2 Bahan-bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah VCO dan HVCO
(Lampiran 1, hal 61). Bahan kimia yang digunakan kecuali dinyatakan lain adalah
berkualitas pro analisis, yaitu buffer Tris-HCl, n-heksan. Sel RAW 264.7 yang
Scientific), natrium dodesil sulfat (SDS) dalam HCl 0,1 N, total RNa kit
(Geneaid), Rever Tra-Ace (Toyobo), wash buffer, DNase, RNase bebas air, primer
iNOS, primer IL-6, primer TNF-α, primer IL-1β, GoTaq®Green Master Mix
dengan pengaduk magnet dengan kecepatan 200 rpm selama 19 menit setiap 1
jam, kemudian diinkubasi pada suhu 500C selama 10 jam. Setelah waktu hidrolisis
31
Universitas Sumatera Utara
heksan, diekstraksi dan didiamkan beberapa saat hingga terbentuk dua lapisan.
Lapisan atas (fraksi n-heksan) dipisahkan sebagai filtrat I. Lapisan bawah (fraksi
diambil lapisan atas (filtrat II). Filtrat I dan II digabung kemudian ditambahkan
250 mg Na2SO4 anhidrat untuk menjerap sisa air yang tertinggal, dibiarkan selama
15 menit dan disaring. Selanjutnya diuapkan diatas penangas air dalam cawan
untuk uji pengaruh terhadap efek antiinflamasi (Margata, dkk., 2018) (lampiran 2,
hal 64).
Alat-alat yang digunakan dalam uji aktivitas ini, disterilkan terlebih dahulu
gelas dan plastik yang akan digunakan disterilkan di dalam autoklaf pada suhu
32
Universitas Sumatera Utara
Cara pembuatan :
digunakan HCl 1 N (bila larutan terlalu basa) atau NaOH 1 N (bila larutan terlalu
vaccum didalam LAF (Laminar Air Flow), dipasang filter aparatus steril pada
botol duran 1 L steril, lakukan proses penyaringan dengan filter, aliquot media
ditampung dalam botol duran 500 mL, diberi identitas pada botol media (nama
media, tanggal pembuatan, expire date, dan nama pembuat), dan disimpan pada
Cara pembuatan :
Campur semua bahan di atas, dan dilakukan di dalam LAF (Laminar Air
Flow), beri identitas pada botol MK (nama media, tanggal pembuatan, expire
date, dan nama pembuat), simpan pada suhu 2-8ºC (Novycha, et al., 2019)
media DMEM pada tabung konikel 15 mL, ambil ampul dari freezer -80ºC atau
33
Universitas Sumatera Utara
tangki nitrogen dan cairkan pada suhu kamar, ambil suspensi sel dalam ampul,
masukkan tetes demi tetes kedalam media DMEM yang telah disiapkan,
sentrifuge pada 600 rpm selama 5 menit, buang supernatant dan tambahkan 4 mL
microscope. Pastikan sel homogen pada seluruh permukaan flask kultur (tidak
menggerombol pada bagian tertentu). Beri identitas pada flask kultur, kemudian
simpan dalam inkubator CO2 (Novycha, et al., 2019) (lampiran 5, hal 67).
pengerjaan pada LAF. Proses panen sel dilakukan dengan cara mengambil 500 μL
homogenkan. Diinkubasi sel pada inkubator CO2, diamati kondisi sel pada
Persiapkan alat dan kondisikan bahan pada suhu ruangan, amati kondisi
sel. Panen dilakukan apabila sel telah dalam kondisi 80% konfluen, semua
pekerjaan dilakukan pada LAF. Dibuang MK dari flask dengan mikropipet atau
pipet Pasteur, cuci sel 2 kali dengan 5 mL PBS (Phosphate Buffer salin),
menginaktifkan tripsin. Diresuspensi sel dengan mikropipet agar sel terlepas satu-
34
Universitas Sumatera Utara
Diresuspensi sel kembali jika masih ada sel yang menggerombol lalu dipindahkan
sel ke dalam tabung konikel (Doyle dan Griffith, 2000) (lampiran 6, hal 68).
panenan sel dan pipetkan ke dalam hemositometer. Hitung jumlah sel dibawah
hitung (A, B, C, dan D), setiap kamar hitung terdiri dari 16 kotak (Gambar 3.1).
Hitung sel pada 4 kamar hemositometer, sel yang gelap (mati) dan sel
yang berada dibatas luar di sebelah kiri dan atas tidak ikut dihitung. Sel dibatas
kanan dan bawah ikut dihitung. Hitung jumlah sel/mL dengan rumus:
∑ ∑ ∑ ∑
∑ = 4
Hitung jumlah total sel yang diperlukan. Misalnya untuk menanam sel
pada tiap susunan 96-well plate, maka jumlah total sel yang diperlukan adalah
Hitung volume panenan sel yang diperlukan (dalam mL) dengan rumus:
35
Universitas Sumatera Utara
Ambil volume panenan sel, transfer ke tabung konikel baru kemudian tambahkan
MK sampai total volume yang diperlukan (Doyle dan Griffith., 2000) (lampiran 7,
hal 69).
konsentrasi 500 μg/mL, 250 μg/mL, 125 μg/mL, 62,5 μg/mL dan 31,25 μg/mL
konsentrasi 20 μg/mL, 10 μg/mL, 5 μg/mL, 2,5 μg/mL dan 1,25 μg/mL semua
3.8 Uji Effek VCO dan HVCO Terhadap Viabilitas Sel RAW 264.7
streptomisin dan fetal bovin serum (FBS). Sel RAW 264.7 (3x103 sel/well)
ditanam dalam 96-well plate dan diinkubasi selama 24 jam untuk mendapatkan
pertumbuhan yang baik. Setelah 24 jam medium diganti dengan yang baru
kemudian ditambahkan larutan uji (minyak kelapa murni dan hasil hidrolisisnya)
dengan konsentrasi 500; 250; 125; 62,5; 31,25 μg/mL dan deksametason (20; 10;
36
Universitas Sumatera Utara
5; 2,5; 1,25 μg/mL) dan diinkubasi pada suhu 37 oC dalam inkubator CO2 5%
selama 24 jam. Pada akhir inkubasi, media dan larutan uji dibuang kemudian sel
kembali selama 4-6 jam dalam inkubator CO2 5 % pada suhu 37oC. Reaksi MTT
dihentikan dengan reagen stopper (SDS 10% dalam HCl 0,1 N), lalu plate
dibungkus dengan aluminium foil agar tidak tembus cahaya pada suhu kamar dan
dibiarkan selama satu malam. Sel yang hidup bereaksi dengan MTT membentuk
warna ungu. Hasil pengujian dibaca dengan microplate reader pada panjang
Persentase viabilitas sel yang tidak diobati dihitung 100% (Nugroho, et al., 2013;
Zheng, et al., 2017) (lampiran 9, hal 69). Untuk percobaan selanjutnya pada uji
Produksi Nitric Oxide dan pengujian ekspresi gen menggunakan VCO dan HVCO
dengan konsentrasi 62,5 dan 31,25 μg/mL dan deksametason (2,5 μg/mL dan 1,25
Sel RAW 264.7 (3x103 sel/well) ditanam pada 96-well plates yang
37
Universitas Sumatera Utara
sehingga perlu dilakukan pengujian), kemudian diinkubasi selama 24 jam lalu
ditambahkan larutan uji (VCO dan VCO) dengan konsentrasi 62,5 dan 31,25
μg/mL dan deksametason (2,5 μg/mL dan 1,25 μg/mL) sebagai kontrol positif,
diikuti dengan stimulasi menggunakan LPS sebagai konrol negatif (1 μg/mL) lalu
diinkubasi kembali selama 24 jam dalam inkubator CO2 5 % pada suhu 37oC.
Jumlah nitrit dalam media kultur diukur sebagai indikator produksi NO. Jumlah
(0,1% naftil etilen diamin dihidroklorida dalam asam fosfat 2,5% dan
nitrit dihitung dengan menggunakan larutan standar Natrium nitrit (1000 μM),
dibuat pengenceran dengan konsentrasi 100; 50; 25; 12,5; 6,25; 3,125; 1,5625;
0,78125 μM, lalu direaksikan dengan pereaksi Griess dan dibaca absorbansinya
dengan microplate reader. Bagan uji produksi nitric oxide (NO) dapat dilihat pada
3.9.2 Pemeriksaan Ekspresi Gen iNOS, TNF-α, IL-6, IL-1β, COX-2, dan β-
actin
yaitu iNOS, TNF-α, IL-6, IL-1β, COX-2 dan β- actin dilakukan dengan
Reaction). Sel RAW 264.7 (5x105 sel/well) ditanam pada microplate 6 sumuran
dengan jumlah pada tiap sumuran 2 ml kemudian diinkubasi selama 24 jam dalam
inkubator CO2 5 % pada suhu 37oC. Media lama dibuang dan diganti dengan
media baru lalu diinduksi dengan LPS (1 μg/mL) dan diinkubasi kembali selama 6
38
Universitas Sumatera Utara
jam kemudian ditambahkan larutan uji minyak kelapa murni dan hasil
hidrolisisnya dengan konsentrasi 62,5 μg/mL, 31,25 μg/mL dan deksametason 2,5
μg/mL, 1,25 μg/mL kemudian diinkubasi kembali selama 24 jam setelah itu media
dipindahkan dalam tabung konikel dan ditambahkan dengan PBS, kemudian sel-
sel yang mengapung dan melekat dikumpulkan dengan cara memberikan tripsin
0,025% dan kemudian dipindahkan kedalam tabung konikel, sel dicuci sebanyak
dua kali dengan 1 ml PBS dan disentrifugasi 2500 rpm selama 5 menit, lapisan
paling atas dibuang dan endapan dikumpulkan dan diresuspensi dalam PBS dan di
sentrifugasi 3000 rpm selama 3 menit, buang supernatant dan tambahkan dengan
RNA dilakukan dengan tahap lisis sel, pencucian dan elusi RNA (Noviycha, et al.,
2019). Bagan proses ekstraksi RNA dapat dilihat pada lampiran 11, hal 73.
Sel RAW 264,7 (5x105 sel/well) yang telah dipanen ditambahkan 400 μl
Tambahkan 400 μl dengan etanol 70% yang telah disiapkan dalam ddH2O (DNase
RNAse free water). Dikocok kuat hingga campuran homogen. Siapkan kolom RB
tube 2mL, pindahkan 500 μl campuran pada kolom RB. Sentrifuge dengan
kekuatan 14-16.000 rpm selama 1 menit, lalu filtrat dibuang. Pindahkan campuran
yang tersisa pada kolom RB yang sama, sentrifuge dengan kekuatan 14-16.000
39
Universitas Sumatera Utara
rpm selama 1 menit. Buang filtrat dan tempatkan kolom RB pada tube 2 mL
kekuatan 14-16.000 rpm selama 30 detik. Filtrat dibuang, lalu tambahkan 600 μL
buffer pencuci (pastikan etanol telah ditambahkan) kedalam kolom RB. Sentrifuge
dengan kekuatan 14-16.000 rpm selama 30 detik, lalu filtrat dibuang. Tempatkan
rpm selama 3 menit untuk mengeringkan matriks kolom (Noviycha, et al., 2019).
1,5 mL yang baru. Tambahkan 50 μl RNase bebas air kedalam bagian tengah
kolom matriks. Diamkan selama 1 menit untuk memastikan RNase bebas air telah
untuk mengelusi RNA yang dipurifikasi. Hitung konsentrasi RNA yang dihasilkan
free water hingga volume total 12 μL. Sebanyak 8 μL larutan campuran (5x RT-
buffer 4 μL; random primer 1 μL; dNTP 2 μL; Rever Tra-Ace 1 μL) ditambahkan
pada tiap microtube yang berisi RNA, kemudian diresuspensi dan dilakukan PCR
dengan kondisi 300C selama 10 menit, 420C selama 60 menit, dan 990C selama 5
40
Universitas Sumatera Utara
menggunakan alat Nanodrop (Hadiarto, et al., 2015). Bagan Proses pembuatan
3.9.5 Analisis Ekspresi gen iNOS, TNF-α, IL-6, IL-1β , COX-2, dan β-actin
Ekspresi gen iNOS, TNF-α, IL-6, IL-1β, COX-2 dan β-actin diperiksa
Master Mix (GoTaq®Green 12,5 μL; primer forward 1 μL; primer reverse 1 μL;
DNase RNase free water 9,5 μL). Proses analisis ekspresi gen dapat dilihat pada
Annealing
Gen Primer Sequens Size (bp)
Temp (°C)
F 5’-CGAAACGCTTCACTTCCAA-3’
iNOS 311 60
R 5’-TGAGCCTATATTGCTGTGGCT-3’
F 5’-CCCTGCAGCTGGAGAGTGTGGA-3’
IL-1β 447 62,5
R 5’-TGTGCTCTGCTTGTGAGGTGCTG-3’
F 5’-TGTGCCGCCGCTGTCTGCTTCACGCT-3’
TNF-α 374 55
R 5’-GATGAGGAAAGACACCTGGCTGTAGA-3’
F 5’-GATGCTACCAAACTGGATATAATC-3’
IL-6 269 55
R 5’-GGTCCTTAGCCACTCCTTCTGTG-3’
F 5’- CCTGTGTTCCACCAGGAGT-3’
COX-2 249 58
R 5’- GTCCCTGGCTAGTGCTTCAG-3’
F 5’- TGGAATCCTGTGGCATCCATGAAAC-3’
β-actin 349 55
R 5’- TAAAACGCAGCTCAGTAACAGTCCG-3’
PCR terdiri dari 35 siklus amplifikasi dan setiap siklus dilakukan selama
30 detik pada 95°C (denaturasi), 1 menit pada suhu annealing (55°C untuk TNF-
α, IL-6, COX-2 58°C, β-actin dan 60°C untuk iNOS) dan 45 detik pada 95°C
41
Universitas Sumatera Utara
(denaturasi), 1 menit pada suhu annealing 62,5°C untuk IL-1β.) dan 1 menit pada
3.9.6 Elektroforesis
dipanaskan dalam microwave selama 3-4 menit dan tambahkan flouroVue 4 μL.
Agarosa dituangkan dalam piringan gel dan didinginkan pada suhu ruangan
dengan software Gel Doc (Amanda dan Cartealy, 2015). Bagan pengujian dengan
Sciences (SPSS) versi 22.0. Data disajikan sebagai mean ± standard error means
42
Universitas Sumatera Utara
3.11 Definisi Operasional Penelitian
pada Tabel 3.2 yang meliputi variabel, definisi, alat ukur, cara ukur, hasil ukur
43
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.2 (lanjutan)
sel hidup
44
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengaruh Viabilitas pada VCO dan HVCO Terhadap Sel RAW 264.7
konsentrasi yang bersifat tidak toksik pada VCO dan HVCO terhadap sel RAW
4.1.
Kristal Kristal
formazan formazan
a b
Gambar 4.1 Kristal formazan pada sel RAW 264.7 setelah MTT.
a.VCO, b. HVCO
Hanya sel aktif dan secara metabolik aktif yang dapat mereduksi MTT
semakin banyak sel yang dapat hidup (Yuandani et al., 2016). Metode MTT [3-
konsentrasi aman yang akan digunakan dalam penelitian berikutnya. Uji ini
metabolisme suatu substrat oleh sel hidup menjadi produk berwarna. Pada uji ini
digunakan garam MTT. Garam ini akan terlibat pada kerja enzim dehidrogenase.
MTT akan direduksi menjadi formazan oleh sistem reduktase suksinat tetrazolium
45
Universitas Sumatera Utara
Pada Gambar 4.1 menunjukan terbentuknya kristal formazan yang dilihat
dehidrogenase mitokondria sel yang hidup akan mereduksi warna kuning MTT
membentuk warna ungu. Warna gelap dan berserabut yang nampak pada
banyak sel hidup berarti semakin banyak sel yang aktif melakukan metabolisme
sehingga jumlah kristal formazan yang terbentuk juga semakin banyak. Semakin
ungu semakin meningkat dalam plate. Sel yang mati tidak dapat terwarnai oleh
garam MTT sehingga tidak membentuk warna ungu seperti pada sel hidup.
Akibatnya pada sel mati tidak terbentuk formazan yang berwarna ungu, tetapi
Perlakuan masing-masing VCO dan HVCO 500; 250; 125; 62,5; 31,25
μg/ml. Menunjukkan adanya korelasi antara konsentrasi larutan uji dengan efek
viabilitas sel yang ditimbulkan pada perlakuan dengan deksametason dengan seri
konsentrasi 20; 10; 5; 2,5; μg/mL. Grafik pengaruh pengujian viabilitas sel pada
masing-masing VCO, HVCO dan deksametason terhadap sel RAW 264.7 dapat
dilihat pada Gambar 4.2 dan pengaruh rata-rata % sel hidup dari VCO, HVCO
46
Universitas Sumatera Utara
120
31,25 µg/mL
100
62,5 µg/mL
125 µg/mL
80
250 µg/mL
60 500 µg/mL
1,5 µg/mL
40 2,5 µg/mL
5 µg/mL
20 10 µg/mL
20 µg/mL
0
VCO HVCO Deksametason
Gambar 4.2 Pengaruh VCO, HVCO dan Deksametason tehadap Nilai Viabilitas
Sel RAW 264.7
Tabel 4.1 Pengaruh VCO, HVCO dan Deksametason Terhadap % sel RAW 264.7
yang Hidup
Rata-rata %
Konsen Rata-rata % sel hidup ± SEM
Konsen trasi sel hidup ±
NO trasi (n=3)
(μg/mL) SEM
(μg/mL)
VCO HVCO Deksametason
1 31,25 99,59±0,39 102,31±1,21 1,25 93,47 ± 1,12
2 62,5 101,67±0,66 97,74±0,31 2,5 92,23 ± 0,13
3 125 98,41±0,18 85,09±0,30 5 90,26 ± 0,44
4 250 97,71±0,26 67,01±0,40 10 82,84 ± 0,52
5 500 85,18±0,37 7,07±0,30 20 74,43 ± 0,31
Hasil uji viabilitas sel pada Gambar 4.2 dan nilai viabilitas sel pada Tabel
4.1 menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi maka nilai viabilitas semakin
rendah atau semakin tinggi konsentrasi VCO dan HVCO maka sel yang hidup
semakin sedikit yang berarti semakin tinggi konsentrasi VCO dan HVCO maka
semakin tinggi efek sitotoksiknya terhadap sel kultur yang diuji. Hasil uji
viabilitas sel dari VCO, HVCO dan deksametason sebagai kontrol positif. Hasil
terbaik ditunjukkan pada VCO dengan konsentrasi 31,25; 62,5 dan 125 μg/mL
47
Universitas Sumatera Utara
dan memiliki % sel hidup paling tinggi. Pengujian viabilitas sel menunjukkan
bahwa VCO tidak menyebabkan toksik pada sel RAW 264.7 (Susanto, et al.,
2018; Yuandani, et al., 2017). Dengan hasil ini, konsentrasi sampel yang
dalam media asam untuk membentuk garam diazonium sementara. Hasil antara ini
untuk membentuk senyawa azo yang stabil. Warna ungu yang dihasilkan
memungkinkan untuk analisa nitrit dengan tingkat sensitivitas yang tinggi (Sun, et
al., 2003). Pada pengujian produksi NO pada sel RAW 264.7 diinduksi dengan
LPS (1 μg/mL) dan diberikan perlakuan dengan VCO dan HVCO yaitu pada
dan 2,5 μg/mL. Produksi NO diukur sebagai konsentrasi nitrit dalam media kultur,
ketika dibandingkan dengan kontrol yang tidak diberi perlakuan, sel-sel yang
diinduksi dengan LPS melepaskan kadar NO yang lebih tinggi dalam medium dari
pada yang tidak diberi perlakuan (Joo, et al., 2014). Hasil produksi NO dari
48
Universitas Sumatera Utara
120
100
80
60
40
20
0
KS LPS VCO VCO HVCO HVCO DeksaDeksa
31,25 62,5 31,25 62,5 1,25 2,5
Gambar 4.3 Pengaruh produksi nitric oxide (NO) pada sel RAW 264.7 yang
diinduksi oleh LPS pada VCO dan HVCO. *P<0,05 berbeda
signifikan dengan kelompok kontrol normal (KS) #P<0,05 berbeda
signifikan dengan kelompok kontrol negatif (LPS) ^P<0,05 berbeda
signifikan dengan kelompok kontrol positif (deksametason).
Nitric oxide (NO) adalah molekul biologi yang bisa terdapat di seluruh
tubuh, dihasilkan oleh sejumlah tipe sel yang berkaitan dengan proses penyakit,
mempunyai peran penting dalam patogenesis sepsis, dimana akibat pengaruh dari
iNOS, NO akan diproduksi dalam jumlah besar oleh makrofag (Nugroho, dkk.,
2013).
yang distimulasi dengan LPS mengalami peningkatan kadar nitrit dan sebaliknya
pada pemberian VCO dan HVCO mengalami penurunan kadar nitrit, terlihat pada
konsentrasi 62,5 μg/mL kadar nitrit lebih besar dan pada konsentrasi 31,25μg/mL
mengalami penurunan yang berarti VCO dan HVCO dapat menghambat produksi
NO. Dari kedua sampel tersebut VCO memiliki efek penghambatan yang paling
49
Universitas Sumatera Utara
bagus dibandingkan dengan HVCO. Kedua sampel tersebut secara signifikan
distimulasi dengan LPS dan dibandingkan dengan kontrol sel. Konsentrasi yang
paling bagus terlihat pada konsentrasi 62,5 μg/mL untuk sampel dan 2,5 μg/mL
(NSAIDs) dan juga dapat bersifat sebagai imunosupresan (Price, et al., 2010).
kerja metode ini mengamplifikasi RNA. RNA diubah menjadi DNA dengan
RNA dan menghasilkan DNA yang disebut dengan cDNA. Setelah terbentuk
DNA maka dapat diamplifikasi dengan menggunakan PCR (Sudjadi, 2008). Pada
pengujian ini, sel RAW 264.7 diberi perlakuan dengan VCO dan HVCO dengan
pengujian ekspresi gen TNF-α, IL-6, IL-1β, iNOS, COX-2 dan β-actin oleh VCO
pita yang dapat terlihat pada Gambar 4.4 kemudian dikuantifikasi densitas yang
nilai densitas ekspresi gen yang terlihat pada Tabel 4.2 serta penurunannya
50
Universitas Sumatera Utara
IL-6 269 Bp
COX-2 249 Bp
TNF-α 374 Bp
IL-1β 441 Bp
iNOS 311 Bp
β-actin 349 Bp
a b c d e
Gambar. 4.4. Pengaruh ekspresi gen TNF-α, IL-6, IL-1β dan iNOS, terhadap
VCO dan HVCO, a. Kontrol Sel; b. Lipopolisakarida; c. VCO 25
μg/mL; d. HVCO 25 μg/mL; e. Deksametason 2,5 μg/mL
Tabel 4.2 Pengaruh densitas ekspresi gen dari VCO dan HVCO
51
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2 (lanjutan)
Keterangan:
a: Sig (P) <0,05 ada perbedaan yang signifikan dengan kelompok kontrol normal
(KS)
b: Sig (P) <0,05 ada perbedaan yang signifikan dengan kelompok kontrol negatif
(LPS)
c: Sig (P) <0,05 ada perbedaan yang signifikan dengan kelompok kontrol positif
(deksametason)
3.5
2.5 KS
LPS
2
VCO
1.5
HVCO
1 DEKSA
0.5
0
TNF-α IL-6 IL-1β COX-2 iNOS
Gambar. 4.5 Grafik Pengaruh densitas ekspresi gen TNF-α, IL-6, IL-1β, COX-2
dan iNOS terhadap VCO dan HVCO. *p<0,05 berbeda signifikan
dengan kelompok kontrol normal (KS) #p<0,05 berbeda signifikan
dengan kelompok kontrol negatif (LPS). ^p<0,05 berbeda
signifikan dengan kelompok kontrol positif (deksametason).
Hasil pengujian ekspresi gen pada Gambar 4.4 menunjukkan bahwa VCO
dan HVCO dapat menurunkan ekspresi TNF-α, IL-6, COX-2, IL-1β dan iNOS
52
Universitas Sumatera Utara
dibandingkan dengan perlakuan dengan LPS yang menghasilkan pita paling tebal.
LPS merupakan inducer utama yang dapat mengaktivasi makrofag sehingga dapat
meningkatkan ekspresi gen (Yu, et al., 2015; Kim, et al., 2016). Pada perlakuan
dengan deksametason, pita terlihat lebih tipis dari perlakuan yang diberikan
sistem imun tubuh). β-actin digunakan sebagai kontrol internal dalam analisis
ekspresi gen karena ia merupakan Housekeeping gene, yaitu gen yang terus
memiliki tingkat ekspresi yang stabil diberbagai jaringan pada semua tahapan
perkembangan (Dheda, et al., 2004; Libault, et al., 2008; Yoon, et al., 2009). Hasil
antiinflamasi pada sel makrofag RAW 264.7 yang diinduksi dengan LPS.
dengan Post Hoc Test berupa uji Tuckey HSD memberikan hasil bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara kelompok perlakuan dengan kontrol sel sebagai
kontrol negatif (dapat menaikkan ekspresi gen), dan deksametason sebagai kontrol
positif (dapat menurunkan ekspresi gen). Pengaruh ekspresi gen TNF-α, IL-6, IL-
1β, COX-2, iNOS yang diberikan perlakuan (VCO, HVCO) berbeda nyata secara
53
Universitas Sumatera Utara
Pemberian VCO dan HVCO dapat menurunkan ekspresi TNF-α, iNOS,
IL-1β, COX-2 dan IL-6 pada sel RAW 264.7 yang diinduksi Lipopolisakarida
dengan nilai densitas ekspresi TNF-α paling kecil pada HVCO (0,76±0,7633)
yang menunjukkan efek tidak berbeda secara signifikan dengan kontrol positif
p>0,05 dan berbeda secara signifikan dengan kontrol negatif dan kontrol normal
p<0,05 sedangkan nilai densitas ekspresi iNOS paling kecil pada HVCO (0,72 ±
0,010) yang menunjukkan efek berbeda secara signifikan dengan kontrol normal,
kontrol positif dan kontrol negatif p<0,05, selanjutnya nilai densitas ekspresi IL-
1β paling kecil pada HVCO (2,40 ± 0,015) yang menunjukkan efek berbeda
secara signifikan dengan kontrol normal, kontrol positif dan kontrol negatif
p<0,05, kemudian nilai densitas ekspresi IL-6 paling kecil pada HVCO (1,16 ±
0,010) yang menunjukkan efek tidak berbeda secara signifikan dengan kontrol
normal dan negatif p>0,05 serta berbeda secara signifikan dengan kontrol positif
p<0,05, dan nilai densitas ekspresi COX-2 paling kecil pada HVCO (0,98 ±
0,010) yang menunjukkan efek tidak berbeda secara signifikan dengan kontrol
normal dan positif p>0,05 serta berbeda secara signifikan dengan kontrol negatif
p<0,05. Hal ini menunjukkan bahwa VCO dan HVCO memiliki efek
penghambatan ekspresi TNF-α, iNOS, IL-1β, COX-2 dan IL-6 pada sel RAW
signifikan dibandingkan dengan LPS. Pada gen TNF-α, IL-6, IL-1β, COX-2, dan
VCO. TNF-α, IL-6, IL-1β, COX-2 dapat diproduksi dari makrofag sebagai
respons terhadap rangsangan LPS yang berasal dari bakteri, infeksi dan
54
Universitas Sumatera Utara
rangsangan inflamasi. Sitokin tersebut juga memainkan peran penting dalam
sistem kekebalan tubuh dengan membantu efek sitotoksik dan sitostatik pada sel
yang terinfeksi atau sel ganas. TNF-α adalah salah satu faktor utama yang
TNF-α, IL-1β, COX-2 dan IL-6 adalah sitokin aktif pro-inflamasi yang
peradangan (Ryu, et al., 2015; Dewi, et al., 2017). Hasil ini menunjukkan bahwa
VCO dan HVCO dapat menghambat ekspresi gen TNF-α, IL-1β, IL-6, COX-2
dan juga menghambat enzim yang menginduksi peradangan yaitu iNOS. Dengan
penghambatan iNOS maka juga akan menghambat produksi NO. Hal ini
merupakan strategi yang kuat untuk manajemen berbagai penyakit inflamasi serta
gangguan sistem kekebalan tubuh sehingga dapat berfungsi sebagai dasar untuk
55
Universitas Sumatera Utara
BAB V
5.1 Kesimpulan
a. Pemberian VCO dab HVCO tidak bersifat toksik terhadap sel RAW 264.7
dengan nilai persentase sel hidup yang paling aman terlihat pada VCO;
HVCO dengan konsentrasi 31,25 dan 62,5 μg/mL dengan persentase sel
hidup > 90 %.
produksi nitric oxide (NO) yang meningkat (terjadinya inflamasi) pada sel
dibandingkan HVCO pada konsentrasi 31,25 dan 62,5 μg/mL dengan nilai
kadar NO VCO sebesar 5,88 μg/mL yang menunjukkan efek tidak berbeda
secara signifikan terhadap kontrol positif dan kontrol normal p>0,05. Hal
Lipopolisakarida.
IL-1β, COX-2 dan IL-6 pada sel RAW 264.7 yang diinduksi
56
Universitas Sumatera Utara
dengan kontrol negatif dan kontrol normal p<0,05 sedangkan nilai densitas
ekspresi iNOS paling kecil pada HVCO (0,72 ± 0,010) yang menunjukkan
efek berbeda secara signifikan dengan kontrol normal, kontrol positif dan
kecil pada HVCO (2,40 ± 0,015) yang menunjukkan efek berbeda secara
p<0,05, kemudian nilai densitas ekspresi IL-6 paling kecil pada HVCO
dengan kontrol normal dan negatif p>0,05 serta berbeda secara signifikan
dengan kontrol positif p<0,05, dan nilai densitas ekspresi COX-2 paling
kecil pada HVCO (0,98 ± 0,010) yang menunjukkan efek tidak berbeda
secara signifikan dengan kontrol normal dan positif p>0,05 serta berbeda
TNF-α, IL-1β, COX-2 dan IL-6 pada sel RAW 264.7 yang diinduksi
dengan Lipopolisakarida.
5.2 Saran
antiinflamasi pada aktivitas fagositosis dan analisis ekspresi protein COX-2 dan
57
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, A.K., Lichtman, A.H and Pillai, S. (2016). Cellular and molecular
immunology. Elsevier. 2015; 8:1-12.
Adebayo, S. A., Steel, H. C., Shai, L. J., and Eloff, J. N. (2017). Investigation of
the Mechanism of Anti-Inflammatory Action and Cytotoxicity of a
Semipurified Fraction and Isolated Compounds From the Leaf of
Peltophorum africanum (Fabaceae). Journal of Evidence-based
Complementary and Alternative Medicine, 22(4): 840-845.
Agita, A. dan Thaha, M. (2017). Inflamation, Immunity and Hypertension. Acta
Med Indonesia. 159-161.
Amanda, U.D. dan Cartealy, I.C. (2015). Isolasi RNA dari mesokarp buah Elaeis
guineenssis Jacq. var. Tenera. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon, 1(2):
171-176.
Assah. F.Y. (2017). Variasi Campuran Lemak Padat Dan Virgin Coconut Oil
Pada Pembuatan Mentega Putih. Jurnal Penelitian Teknologi Industri
Vol. 9 No. 2 : 141-148.
ATCC. (2017). Product Sheet. RAW 264.7 (ATCC® TIB71™). American Type
Culture Collection. Manassas. VA 20108 USA. Halaman 6-7.
Bawalan, D.D. dan Chapman, K.R. (2006). Virgin Coconut Oil Production
Manual for Micro- and Village-Scale Processing. Bangkok: FAO
Regional Office for Asia and the Pacific. Halaman: 3, 10-12, 15.
Chung, H.Y., Kim, H.J., Kim, K.W., Choi, J.S. and Yu BP (2002). Molecular
inflammation hypothesis of aging based on the anti-aging mechanism of
calorie restriction. Microsc Res Tech 59: 264 272.
Cree, I. A. (2011). Cancer Cell Culture: Methods and Protocols. Edisi Kedua.
New York: Springer Humana Press. Halaman 237–244.
Dewi, K., Widyarto, B., Erawijantari, P. P., and Widowati, W. (2017). In vitro
study of Myristica fragrans seed (Nutmeg) ethanolic extract and quercetin
compound as anti-inflammatory agent. International Journal of Research
in Medical Sciences, 3(9), 2303-2310.
58
Universitas Sumatera Utara
Dheda, K., Huggett, J. F., Bustin, S. A., Johnson, M. A., Rook, G., and Zumla, A.
(2004). Validation of housekeeping genes for normalizing RNA
expression in real-time PCR. Biotechniques, 37(1): 112-119.
Doyle, A. and Griffith, J.B. (2000). Cell and Tissue Culture for Medical
Research. New York: John Willey and Sons. Ltd. Hal: 49.
Fife, B. (2006). Virgin Coconut Oil: Nature’s Miracle Medicine. USA: Piccadilly
Books, Ltd. Halaman: 11-12.
Giustarini. D., Milzani. A., Rossi. R. dan Bonele. D.I. (2008). Nitrite and Nitrate
Measurement by Griess Reagent in Human Plasma: Evaluation of
Interferences and Standardization. Methods in Enzymology. Volume 44.
Hal: 362.
Hamzah. N., Najib. A., Thahir. N. dan Miqawati. I. (2015). Studi Farmakoter
Reseptor COX-2 Sebagai Antiinflamasi. JK IFIK UNAM. Vol. 2 No.3.
Hal: 99-100.
Hao, X., Sun, W., Ke, C., Wang, F., Xue, Y., Luo, Z., et al. (2019). Anti-
Inflammatory Activities of Leaf Oil from Cinnamomum subavenium In
Vitro and In Vivo. BioMed Research International Volume 2019. 10
pages.
Hadiarto, T., Listanto, E., Eny, I. and Riyanti. (2015). Identification of RB gene
cDNA in Genetically Modified Potato Katahdin SP951. Jurnal
AgroBiogen 11(2): 59-64.
Harison, M.A. and Freshney, I.A. (2009). General Techniques of Cell Culture.
London: Cambridge. Hal: 196.
Huang, G. J., Huang, S.S., and Deng, S.S. (2012). Anti-Inflammatory Activities of
Inotilone from Phellinus linteus through the Inhibition of MMP-9, NF-
kB, and MAPK Activation In Vitro and In Vivo. 7 : 1-12.
59
Universitas Sumatera Utara
Joo, T., Kandhasamy, S., Sunghyun, H., Jaehak, L., Sun, Y.Park., Songmun, K.,et
al. (2014). Inhibition of nitric oxide production in LPS-stimulated RAW
264.7 cells by stem bark of Ulmus pumila L. Saudi Journal of Biological
Sciences 21: 427-435.
Kim, G.T., Tran, N.K.S., Choi, E.H., Song, Y.J., Song, J.H, Shim, S.M. et al.
(2016). Immunomodulatory Efficacy of Standardized Annona muricata
(Graviola) Leaf Extract via Activation of Mitogen-Activated Protein
Kinase Pathways in RAW 264.7 Macrophages. Evidence-Based
Complementary and Alternative Medicine: 1-10.
Kupcsik, L., and Martin, J.S. (2011). Mammalian Cell Viability: Methods and
Protocols. New York: Humana Press. Hal. 13-18.
Laveti, D., Kumar, M., Hemalatha, R., Sistla, R., Naidu, V. G., Talla, V., et al
(2013). Anti‐inflammatory Treatments For Chronic Diseases: A review.
Inflammation & Allergy Drug Targets, 12(5). 349–361.
Libault, M., Thibivilliers, S., Bilgin, D.D., Radwan, O., Benitez, M., Clough, S.J.
et al. (2008). Identification of four soybean reference genes for gene
expression normalization. The plant Genome, Hal: 44-45.
Mansor, T. S. T., Che Man, Y. B., Shuhaimi ,M., Abdul, A.M.J, and Ku,
N.F.K.M. (2012). Physicochemical properties of virgin coconut oil
extracted from different processing methods. International Food Research
Journal. 19 (3): 837-845.
60
Universitas Sumatera Utara
Margata, L., Silalahi, J., Harahap, U., dan Satria, D. (2018). The Effect Of Dietary
Oils and Hydrolyzed Coconut Oil On Minerals Absorption In Rats. Asian
J Pharm Clin Res, Vol 11, Issue 1, 2018, Hal: 185-190.
Marina, A.M., Che Man, Y.B., and Amin, I. (2009). Virgin Coconut Oil:
Emerging Functional Food Oil. Trends in Food Sciences & Technology.
20: 481-487.
Mer, F., Sant Anna Jr, G.L. and Nobrega, R. (2000). Enzyme hydrolysis of
babassu oil in a membrane bioreactor. Journal of the American Oil
Chemists’ Society77(10): 1043-1048.
Novycha. A., Rosidah., Yuandani., Suryani. S., and Satria. D. (2019). The
Immunomodulatory Activities of Picria Fel-Terrae Lour Herbs towards
RAW 264.7 Cells. Journal of Medical Science. 7(1): 24-28.
Nugroho, A.E., Hermawan, A., Putri, D.D.P., Novika, A. and Meiyanto, E.,
(2013). Combinational Effects of Hexane Insoluble Fraction of Ficus
septica Burm. F. and Doxorubicin Chemotherapy on T47D Breast Cancer
Cells. Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine. 2: 1-6.
Price, L.C., Montani, D., Tcherakian, C., Dorfmüller, P., Souza, R., Gambaryan,
N., et al. (2010). Dexamethasone reverses monocrotaline - induced
pulmonary arterial hypertension in rats. European Respiratory Journal.
37: 813-822.
Rinayanti, A., Ema D. dan Melisha A.H. (2015). Uji Efek Antiinflamsi Fraksi Air
Daun Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Shecff.) Boerl.) Terhadap
Tikus Putih (Rattus norvegicus L.). Pharm Sci Res 1(2): 78-85.
Ryu, J. H., Park, H. J., Jeong, Y. Y., Han, S., Shin, J. H., Lee, S. J., et al. (2015).
Aged Red Garlic Extract Suppresses Nitric Oxide Production in
Lipopolysaccharide-Treated RAW 264.7 Macrophages Through Inhibition
of NF-κ B. Journal of medicinal food, 18(4): 439-445..
61
Universitas Sumatera Utara
Sudjadi. (2008). Bioteknologi Kesehatan. Kanisius, Yogyakarta, Indonesia.
Halaman: 95-98.
Sun, J., Zhang, X., Broderick, M. and Fein, H. (2003). Measurement of Nitric
Oxide Production in Biological Systems. Sensors. 3: 276-284.
Tjay, T. H., dan Raharja. (2002) Obat Obat Penting. Khasiat, Penggunaan dan
Efek-Efek Samping Edisi V. Jakarta: Penerbit PT. Elex Media
Komputindo Kelompok Gramedia. Halaman: 85-90.
Varma, S.R., Sivaraksam, T.O., Arumugam, I., Dilip, N., Raghuraman., M.,
Pavan, K.B., Rafik, M., and paramesh, R.(2019). In vitro Antiinflamatory
and Skin Protective Properties of Virgin Cocunat Oil. Journal of
Tradisional and Complementary Medicine 9 (2019) : 5-14.
Yoon. J., Park J.M., Jung .S.K., Kim. K.Y., Kim. Y.H. and Min. J. (2009)
Characterization of antimicrobial activity of the lysosomes isolated from
Saccharomyces cerevisiae. Curr Microbiol 59(1): 48-52.
Yu, G. J., Choi, I. W., Kim, G. Y., Kim, B. W., Park, C., Hong, S. H., et al.
(2015). Anti-inflammatory potential of saponins derived from cultured
wild ginseng roots in lipopolysaccharide-stimulated RAW 264.7
macrophages. International journal of molecular medicine, 35(6): 1690-
1698.
62
Universitas Sumatera Utara
Yuan, G., Wahlaqvist, M.L., He, G., Yang, M., and Li, D.(2006). Natural
products and anti-inflammatory activity. Asia Pac J Clin Nutr. 15 (2):
143-152.
Yuandani., Jantan, I., Ilangkovan, M., Husain, K., and Chan, K.M. Inhibitory
effects of compounds from Phyllanthus amarus on nitric oxide production,
lymphocyte proliferation, and cytokine release from phagocytes. (2016).
Drug design, development and therapy. 10:1935-1945.
Zheng, L., Wang, M., Peng, Y. and Li, X. (2017). Physicochemical Characte-
rization of Polysaccharides with Macrophage Immunomodulatory
Activities Isolated from Red Ginseng (Panax ginseng C. A. Meyer).
Journal of Chemistry. 3276430. Hal. 10-14.
63
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN
Lampiran 1. Gambar Sampel VCO dan HVCO
64
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Bagan Alir Hidrolisis VCO
30 gr VCO
Ditambahkan 50 ml n-heksan
Dikocok, didiamkan beberapa saat hingga terlihat
dua lapisan
Dipisahkan
Filtrat Residu
Diuapkan diatas penangas air untuk
Menghilangkan n-heksan
65
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Bagan pembuatan media DMEM
Larutan Media
Media DMEM
66
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Bagan pembuatan media komplit (MK) DMEM
Dicampur
Diberi identitas pada botol MK
Disimpan pada suhu 2-80C
67
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Bagan penumbuhan sel
Konikel
Dibuang supernatant
Ditambahkan 4 mL MK DMEM
Flask
Dihomogenkan
68
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Bagan panen sel
Ditambahkan 4 mL MK
69
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. Bagan perhitungan sel
70
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. Bagan pembuatan larutan uji
Ditimbang sebanyak 5 mg
Divortex
Larutan Uji
71
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. Bagan pengujian viabilitas sel
Dibuang medium
Absorban
% Sel Hidup
72
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. Bagan pengujian produksi NO
Dibuang medium
Absorban
Dihitung kadar NO
Kadar NO
73
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. Bagan ekstraksi RNA
74
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Bagan uji ekstraksi RNA
75
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 12. Bagan pembuatan cDNA
Hasil isolasi
RNA
Sel RAW 264.7
Diatur kondisinya:
- 30 0C selama 10 menit
- 42 0C selama 60 menit
- 99 0C selama 5 menit
cDNA
76
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 13. Bagan analisis ekspresi gen
cDNA
Diatur suhu sesuai kondisi gen (TNFα-, IL-6, β-actin, IL-1β, iNOS):
TNF-α, IL-6, β-actin IL-1β, COX-2 iNOS
D: 95 0C selama 2 menit 95 0C selama 2 menit 95 0C selama 2 menit
95 0C selama 30 detik 95 0C selama 45 detik 95 0C selama 30 detik
A: 55 0C selama 60 detik 62,50C selama 60dtik 60 0C selama 60 detik
0
E: 72 C selama 60 detik 72 0C selama 60 detik 72 0C selama 60 detik
72 0C selama 5 menit 72 0C selama 5 menit 72 0C selama 5 menit
Produk PCR
(TNFα-,IL-6, β-actin,
IL-1β, COX-2
iNOS).
77
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. Bagan pengujian elektroforesis
Produk PCR
(TNFα-, IL-6, β-actin,
IL-1β,COX-2 iNOS)
Gambaran pita
ekspresi gen
Nilai densitas
ekspresi gen
78
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 15. Sel RAW 264.7 dibawah mikroskop
b c
79
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 16. Microplate-96 sumuran pengujian viabilitas sel
b bb
c cc
d dd
ee
e
f
h
hh
Keterangan: microplate-96 sumuran yang berisi sel dan larutan uji serta
deksametason
a. 500 μg/mL
b. 250 μg/mL
c. 125 μg/mL
d. 62,5 μg/mL
e. 31,25 μg/mL
h. Kontrol sel
aa. 20 μg/mL
bb. 10 μg/mL
cc. 5 μg/mL
dd. 2,5 μg/mL
ee. 1,25 μg/mL
hh. Kontrol media
80
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 17. Microplate-96 sumuran pada uji produksi NO
(a)
(b)
80
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 18. Microplate-6 sumuran pada uji ekspresi gen
a b c
d e
81
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 19. Perhitungan pembuatan larutan uji
V1 x C1 =V2 x C2
Keterangan:
V1 : Volume awal
C1 : Konsentrasi awal
V2 : Volume yang akan dibuat untuk pengenceran
C2 : Konsentrasi yang akan dibuat untuk pengenceran
82
Universitas Sumatera Utara
Perhitungan pembuatan larutan Deksametason :
Keterangan:
V1 : Volume awal
C1 : Konsentrasi awal
V2 : Volume yang akan dibuat untuk pengenceran
C2 : Konsentrasi yang akan dibuat untuk pengenceran
83
Universitas Sumatera Utara
Perhitungan pembuatan larutan Lipopolisakarida :
Konsentrasi Lipopolisakarida : 1 mg
LPS 1 mg dilarutkan dalam 1 ml aquadest
Cara kerja :
Dipipet 10 µL LPS ad 1000 µL MK DMEM lalu dimasukkan kedalam masing-
masing sumuran (96-well) inkubasi 24 jam
Konsentrasi Lipopolisakarida : 1 mg
LPS 1 mg dilarutkan dalam 1 ml aquadest
Untuk 6-wellplate :
20 µL konsentrasi (1 µg/µL) + 1980 µl MK DMEM = 2000 µL =2 mL
Konsentrasi : 0,01 µg/µL x 200 µL = 2 µg/µL
Cara kerja :
Dipipet 20 µL LPS ad 2000 µL MK DMEM lalu dimasukkan 1 ml kedalam
masing-masing sumuran (6-well) inkubasi 24 jam
84
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 20. Perhitungan penanaman sel :
Keterangan:
A : Jumlah sel pada bagian A
B : Jumlah sel pada bagian B
C : Jumlah sel pada bagian C
D : Jumlah sel pada bagian D
lalu dihitung jumlah sel yang akan ditanam pada well yang digunakan (96 well
plate) :
Cara kerja :
Dipipet 115 µL sel di ad kan sampai 10 mL dengan MK DMEM lalu dimasukkan
100 µL kedalam masing-masing sumuran (96-well) inkubasi 24 jam.
lalu dihitung jumlah sel yang akan ditanam pada well yang digunakan (96 well
plate) :
Cara kerja :
Dipipet 250 µL sel di ad kan sampai 10 mL dengan MK DMEM lalu dimasukkan
100 µL kedalam masing-masing sumuran (96-well) inkubasi 24 jam.
85
Universitas Sumatera Utara
Perhitungan sel untuk uji ekspresi gen
lalu dihitung jumlah sel yang akan ditanam pada well yang digunakan (6 well
plate) :
Cara kerja :
Dipipet 2,82 mL sel di ad kan sampai 12 mL dengan MK DMEM lalu
dimasukkan 2 ml kedalam masing-masing sumuran (6-well) inkubasi 24 jam
86
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 21. Perhitungan Viabilitas sel
Sampel VCO
Absorbansi Rata-rata
1 2 3 Absorbansi
Kontrol Sel 1,295 1,282 1,290 1,289
Kontrol Media 0,131 0,142 0,132 0,135
Sampel HVCO
Konsentrasi Absorbansi % Sel Hidup % Sel Hidup
(µg/µL) 1 2 3 1 2 3 Rata-rata
500 0,207 0,209 0,210 7,77 7,95 8,04 7,92
250 0,206 0,193 0,192 7,68 6,23 6,41 6,77
125 1,182 1,214 1,093 95,87 98,76 93,61 96,08
62,5 1,305 1,306 1,259 106,98 107,07 102,83 105,63
31,25 1,406 1,361 1,374 116,11 112,02 113,22 113,79
Deksametason
Absorbansi Rata-rata
1 2 3 Absorbansi
Kontrol Sel 1,232 1,217 1,234 1,228
Kontrol Media 0,204 0,215 0,244 0,221
87
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 22. Perhitungan Viabilitas sel dengan SPSS
Descriptives
95% Confidence
Std. Interval for Mean Mini
N Mean Std. Error Maximum
Deviation Lower Upper mum
Bound Bound
VCO 31.25 3 199.5956 .39075 .22560 98.6249 100.5663 99.22 100.00
62.50 3 101.3420 .79176 .45712 99.3752 103.3088 100.82 102.25
125.00 3 98.4113 .18039 .10415 97.9632 98.8594 98.27 98.61
250.00 3 97.8683 .33434 .19303 97.0378 98.6989 97.49 98.11
500.00 3 85.1820 .37772 .21808 84.2437 86.1203 84.75 85.44
Total 15 96.4799 5.98856 1.54624 93.1635 99.7962 84.75 102.25
HVCO 31.25 3 113.7952 .2.09269 1.20821 108.5967 93.4600 112.05 116.11
62.50 3 105.6325 2.42636 1.40086 99.6051 91.4846 102.83 107.08
125.00 3 96.0843 2.58177 1.49058 89.6709 86.9210 93.61 98.77
250.00 3 6.7785 .78630 .45397 4.8252 84.2992 6.24 7.68
500.00 3 7.9217 .13803 .07969 7.5788 68.5062 7.77 8.04
Total 15 66.0425 49.96891 12.90192 38.3706 88.9622 6.24 116.11
Deksametason
95% Confidence
Std. Interval for Mean
N Mean Std. Error Minimum Maximum
Deviation Lower Upper
Bound Bound
1.25 3 100.6623 3.34275 1.92994 92.3584 108.9661 96.85 103.11
2.50 3 94.7020 4.24410 2.45033 84.1591 105.2449 91.59 99.54
5.00 3 92.4503 1.74996 1.01034 88.1032 96.7975 91.39 94.47
10.00 3 92.0530 2.89674 1.67243 84.8571 99.2489 88.71 93.77
20.00 3 86.1258 2.27611 1.31412 80.4716 91.7800 84.14 88.61
Total 15 93.1987 5.48524 1.41628 90.1611 96.2363 84.14 103.11
88
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 23. Perhitungan pengujian produksi NO
Keterangan:
V1 : Volume awal
C1 : Konsentrasi awal
V2 : Volume yang akan dibuat untuk pengenceran
C2 : Konsentrasi yang akan dibuat untuk pengenceran
89
Universitas Sumatera Utara
Hasil nilai absorbansi Larutan standar nitrit :
0.14
0.12
y = 0.0009x + 0.0327
0.1 R² = 0.995
Absorbansi
0.08
0.06
0.04
0.02
0
0 20 40 60 80 100 120
Konsenterasi
90
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 24. Perhitungan pengujian produksi NO dengan SPSS
Descriptives
Kadar NO
95% Confidence
Std. Std. Interval for Mean
N Mean Minimum Maximum
Deviation Error Lower Upper
Bound Bound
VCO 62.5 3 20.7036 2.79628 1.61443 13.7573 27.6499 18.11 23.67
VCO 31.25 3 23.6667 2.93975 1.69727 16.3639 30.9694 20.33 25.89
HVCO 62.5 3 38.8518 .64149 .37037 37.2583 40.4454 38.11 39.22
HVCO 31.25 3 28.8518 .64144 .37033 27.2584 30.4452 28.11 29.22
Deksametason
3 15.5185 .64149 .37037 13.9250 17.1121 14.78 15.89
2.5
Deksametason
3 19.2222 1.92448 1.11110 14.4415 24.0029 18.11 21.44
1.25
LPS 3 98.8520 3.39474 1.95995 90.4190 107.2850 95.89 102.56
KS 3 44.0371 2.56598 1.48147 37.6628 50.4113 42.56 47.00
Total 24 36.2130 26.01150 5.30957 25.2293 47.1967 14.78 102.56
Homogeneous Subsets
Kadar NO
a
Tukey HSD
Subset for alpha = 0.05
Perlakuan N 1 2 3 4 5
Deksametason 2,5 3 15.5185
Deksametason 1.25 3 19.2222 19.2222
VCO 62.5 3 20.7036 20.7036
VCO 31.5 3 23.6667 23.6667
HVCO 31.25 3 28.8518
HVCO 62.5 3 38.8518
KS 3 44.0371
LPS 3 98.8520
Sig. .148 .283 .148 .148 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
91
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 25. Perhitungan pengujian ekspresi gen
Rumus :
Rumus : V1 x C1 =V2 x C2
Keterangan:
V1 : Volume awal
92
Universitas Sumatera Utara
C1 : Konsentrasi awal
V2 : Volume yang akan dibuat untuk pengenceran
C2 : Konsentrasi yang akan dibuat untuk pengenceran
93
Universitas Sumatera Utara
Hasil nilai densitas ekspresi gen
94
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 26. Perhitungan analisis ekspresi gen dengan SPSS
Descriptives
95%
Confidence
Std. Std. Interval for
N Mean Mean Minimum Maximum
Deviation Error
Lower Upper
Bound Bound
Beta-Actin KS 3 1.0000 .00000 .00000 1.0000 1.0000 1.00 1.00
LPS 3 1.0233 .01528 .00882 .9854 1.0613 1.01 1.04
VCO 3 1.0067 .01528 .00882 .9687 1.0446 .99 1.02
HVCO 3 1.0200 .01000 .00577 .9952 1.0448 1.01 1.03
Dexa 3 .9667 .01528 .00882 .9287 1.0046 .95 .98
Total 15 1.0033 .02350 .00607 .9903 1.0163 .95 1.04
TNF-Alpha KS 3 1.0000 .00000 .00000 1.0000 1.0000 1.00 1.00
LPS 3 1.1800 .01000 .00577 1.1552 1.2048 1.17 1.19
VCO 3 .9100 .01000 .00577 .8852 .9348 .90 .92
HVCO 3 .7633 .01528 .00882 .7254 .8013 .75 .78
Dexa 3 .7000 .01000 .00577 .6752 .7248 .69 .71
Total 15 .9107 .17746 .04582 .8124 1.0089 .69 1.19
IL-6 KS 3 1.0000 .00000 .00000 1.0000 1.0000 1.00 1.00
LPS 3 1.4933 .01528 .00882 1.4554 1.5313 1.48 1.51
VCO 3 1.2333 .01528 .00882 1.1954 1.2713 1.22 1.25
HVCO 3 1.1600 .01000 .00577 1.1352 1.1848 1.215 1.17
Dexa 3 .8733 .01528 .00882 .8354 .9113 .86 .89
Total 15 1.1520 .21932 .05663 1.0305 1.2735 .86 1.51
COX-2 KS 3 1.0000 .00000 .00000 1.0000 1.0000 1.00 1.00
LPS 3 1.2233 .01528 .00882 1.1854 1.2613 1.21 1.24
VCO 3 1.0200 .01000 .00577 .9952 1.0448 1.01 1.03
HVCO 3 .9800 .02000 .01155 .9303 1.0297 .96 1.00
Dexa 3 .7700 .01000 .00577 .7452 .7948 .76 .78
Total 15 .9987 .14937 .03857 .9159 1.0814 .76 1.24
iNOS KS 3 1.0000 .00000 .00000 1.0000 1.0000 1.00 1.00
LPS 3 1.4933 .01528 .00882 1.4554 1.5313 1.48 1.51
VCO 3 .9033 .01528 .00882 .8654 .9413 .89 .92
HVCO 3 .7200 .01000 .00577 .6952 .7448 .71 .73
Dexa 3 .4767 .01528 .00882 .4387 .5146 .46 .49
Total 15 .9187 .35024 .09043 .7247 1.1126 .46 1.51
IL-1 KS 3 1.0000 .00000 .00000 1.0000 1.0000 1.00 1.00
Beta LPS 3 3.3800 .01000 .00577 3.3552 3.4048 3.37 3.39
VCO 3 2.4700 .01000 .00577 2.4452 2.4948 2.46 2.48
HVCO 3 2.4033 .01528 .00882 2.3654 2.4413 2.39 2.42
Dexa 3 1.7000 .01000 .00577 1.6752 1.7248 1.69 1.71
Total 15 2.1907 .82763 .21369 1.7323 2.6490 1.00 3.39
Homogeneous Subsets
95
Universitas Sumatera Utara
TNF-Alpha
Subset for alpha = 0.05
Sampel N
1 2 3 4 5
Tukey HSDa Dexa 3 .7000
HVCO 3 .7633
VCO 3 .9100
KS 3 1.0000
LPS 3 1.1800
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
IL-6
Subset for alpha = 0.05
Sampel N
1 2 3 4 5
Tukey HSDa Dexa 3 .8733
HVCO 3 1.0000
VCO 3 2.4033
KS 3 2.4700
LPS 3 3.3800
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
IL-1Beta
Subset for alpha = 0.05
Sampel N 1 2 3 4 5
a
Tukey HSD KS 3 1.0000
Dexa 3 1.7000
HVCO 3 1.8000
VCO 3 2.3333
LPS 3
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
COX-2
Subset for alpha = 0.05
Sampel N
1 2 3 4
Tukey HSDa Dexa 3 .7700
HVCO 3 .9800
VCO 3 1.0000 1.0000
KS 3 1.0200 1.2333
LPS 3
Sig. 1.000 .377 .377 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
96
Universitas Sumatera Utara
iNOS
Subset for alpha = 0.05
Sampel N
1 2 3 4 5
a
Tukey HSD Dexa 3 .4767
HVCO 3 .7200
VCO 3 .9033
KS 3 1.0000
LPS 3 1.4933
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000 1.0000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
97
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 27. Gambar alat
b c
d
Keterangan: a. Laminar Air Flow
b. Inkubator CO2
c. Microscope inverted
d. Microplate reader
98
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan lampriran Gambar alat
a b
99
Universitas Sumatera Utara