Anda di halaman 1dari 2

KONJUNGTIVITIS

No. ICD-10 : Konjungtivitis infeksi :


H10.9 Conjunctivitis, unspecified
Konjungtivitis alergi :
H10.1 Acute atopic conjunctivitis

No. Dokumen : 440/ /SOP/PKM-LD/ /2018


No. Revisi :0
SOP
Tanggal Terbit : 14 Mei 2018
Halaman : 1/2

Puskesmas ERLESYA, A.Md. Keb


Lebuh Dalem NIP. 197006271991012002

1. Pengertian Konjungtivitis adalah radang konjungtiva yang dapat disebabkan oleh mikroorganisme
(virus, bakteri), iritasi, atau reaksi alergi. Konjungtivitis ditularkan melalui kontak langsung
dengan sumber infeksi. Penyakit ini dapat menyerang semua umur.
2. Tujuan Sebagai penerapan langkah-langkah dalam melakukan diagnosa dan terapi kasus influenza.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas No: 440/02.b/SK/PKM-LD/I/2018 tentang Pelayanan Klinis.

4. Referensi Buku Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama,
Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia, Cetakan II tahun 2017, Hal 118 -120.
5. Prosedur/ 1. Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut antrian.
Langkah- 2. Petugas melakukan anamnesa kepada pasien, dengan menanyakan keluhan : mata merah,
langkah mata terasa ada yang mengganjal, mata terasa gatal dan berair, kadang disertai keluar
sekret, keluhan tidak disertai penurunan tajam penglihatan.
3. Petugas menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan faktor risiko, antara lain : daya
tahan tubuh yang menurun, adanya riwayat atopi, penggunaan kontak lens dengan
perawatan yang tidak baik, higiene personal yang buruk.
4. Petugas melakukan pemeriksaan fisik terhadap pasien, dengan hasil pemeriksaan
didapatkan :
a. Visus normal.
b. Injeksi konjungtival.
c. Dapat disertai edema kelopak, kemosis.
d. Eksudasi; eksudat dapat serous, mukopurulen, atau purulen tergantung penyebab.
e. Pada konjungtiva tarsal dapat ditemukan folikel, papil atau papil raksasa, flikten,
membrane, atau pseudomembran.
5. Petugas melakukan penegakan diagnostik berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan
fisik yang dilakukan terhadap pasien serta menentukan klasifikasi konjungtivitis :
a. Konjungtivitis bakterial : Konjungtiva hiperemis, sekret purulen atau
mukopurulen dapat disertai membran atau pseudomembran di konjungtiva tarsal.
Curigai konjungtivitis gonore, terutama pada bayi baru lahir, jika ditemukan
konjungtivitis pada dua mata dengan sekret purulen yang sangat banyak.
b. Konjungtivitis viral : Konjungtiva hiperemis, sekret umumnya mukoserosa, dan
pembesaran kelenjar preaurikular.
c. Konjungtivitis alergi : Konjungtiva hiperemis, riwayat atopi atau alergi, dan
keluhan gatal.
6. Komplikasi : Keratokonjungtivitis.
7. Petugas memberikan penatalaksanaan terapi berupa pemberian obat mata topikal.
 Pada infeksi bakteri : Kloramfenikol tetes sebanyak 1 tetes 6 kali sehari atau
salep mata 3 kali sehari selama 3 hari.
 Pada alergi : Flumetolon tetes mata dua kali sehari selama 2 minggu.
 Pada konjungtivitis gonore : Kloramfenikol tetes mata 0,5-1% sebanyak 1 tetes tiap
jam dan suntikan pada bayi diberikan 50.000 U/kgBB tiap hari sampai tidak
ditemukan kuman GO pada sediaan apus selama 3 hari berturut-turut.
 Pada konjungtivitis viral : Salep Acyclovir 3%, 5 kali sehari selama 10 hari.
8. Petugas memberikan edukasi kepada pasien, antara lain :
 Konjungtivitis mudah menular, oleh karena itu sebelum dan sesudah membersihkan
atau mengoles obat, penderita harus mencucu bersih tangannya.
 Jangan menggunakan handuk atau lap bersama-sama dengan penghuni rumah lainnya.
 Menjaga keberihan lingkungan rumah dan sekitar.
9. Petugas dapat merujuk pasien ke rumah sakit dengan kriteria rujukan :
a. Jika terjadi komplikasi pada kornea.
b. Bila tidak ada respon perbaikan terhadap pengobatan yang diberikan.
10. Petugas menulis resep.
11. Petugas memberiksan kertas resep kepada pasien.
12. Petugas menulis hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, penatalaksanaan kedalam rekam
medis pasien.

6. Diagram Alir -
7. Unit Terkait Ruang Pemeriksaan Umum, Ruang KIA.

Anda mungkin juga menyukai