Anda di halaman 1dari 7

Nama : Nur Hidayah Khoiriyah

NIM : 2007056
Prodi : S1 Keperawatan
Semester : 3 (Tiga)
Mata Kuliah : Keperawatan Medikal Bedah I

Tugas merangkum hasil seminar leukimia


A. Pengertian

Leukemia, berasal dari bahasa yunani leukos yang artinya putih dan haima yang
artinya darah. Leukemia adalah jenis kanker yang mempengaruhi sumsum tulang
dan jaringan getah bening. Semua kanker bermula di sel, yang membuat darah dan
jaringan lainnya. Sel-sel akan tumbuh dan membelah diri untuk membentuk sel-sel
baru yang dibutuhkan tubuh. Saat sel-sel semakin tua, sel-sel tersebut akan mati
dan sel-sel baru akan menggantikannya. Tapi, terkadang proses yang teratur
ini berjalan menyimpang, Sel-sel baru ini terbentuk meski tubuh tidak
membutuhkannya, dan sel-sel lama tidak mati seperti seharusnya. Kejanggalan ini
disebut leukemia, di mana sumsum tulang menghasilkan sel-sel darah putih
abnormal yang akhirnya mendesak sel-sel lain.

B. Etiologi atau Penyebab

1. Genetik

Meskipun ada faktor risiko genetik yang bisa diturunkan dari orang tua, namun tidak
semua kasus leukemia disebabkan faktor kelainan genetik. Leukemia limfatik salah
satu jenis kanker darah yang dapat diturunkan melalui genetik khususnya pada pria.
Pengidap kanker jenis lainnya yang pernah melakukan pengobatan seperti
kemoterapi atau radioterapi lebih berisiko mengalami kanker darah.

2. Radiasi

Salah satu penyebab penyakit leukimia karena disebabkan oleh radiasi, radiasi
terbesar bisa di dapatkan dari bom atom, namun radiasi yang kecil bukanya tidak
bisa menjadi penyebab penyakit leukimia, karena radiasi kecil jika sering terjadi
lama kelamaan juga akan memberikan dampak buruk oleh tubuh, dan salah satunya
akan menyebabkan sel di dalam tubuh berubah menjadi sel tidak normal sehingga
berdampak untuk terkena penyakit leukimia.

3. Inveksi virus

Salah satu virus yang dapat menyebabkan leukimia adalah Virus Human T-Cell
Leukimia Virus Type 1.

4. Obat-obatan

Obat-obatan anti neoplastik ( misal : alkilator dan inhibitor topoisomere II ) dapat


mengakibatkan penyimpangan kromosom yang menyebabkan AML . Kloramfenikol,
fenilbutazon, dan methoxypsoralen dilaporkan menyebabkan kegagalan sumsum
tulang yang lambat laun menjadi AML.

C. Gejala leukimia

Beberapa gejala ini bisa menjadi tanda untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap
lekumia:

1. Anemia

2. Darah suka membeku

3. Sering mengalami pendarahan seperti mimisan, memar, atau gusi berdarah


Rentan terhadap infeksi

4. Nyeri persendian atau tulang belakang

5. Sering sakit kepala

6. Nafsu makan menurun

7. Penurunan berat badan secara drastis

8. Keringat berlebih pada malam hari

D. Klasifikasi

Leukemia sering diklasifikasikan sesuai jalur sel yang terkena, seperti limfositik atau
mielositik, dan sesuai maturitas sel ganas tersebut, seperti akut (sel imatur) atau
kronis (sel terdeferensiasi).
1. Leukemia limfoblastik akut
Acute lymphoblastic/lymphocytic leukemia (ALL) atau leukemia limfloblastik/limfositik akut
adalah tipe leukemia yang dimulai di sumsum tulang dan memengaruhi limfosit B atau T, yaitu
sel darah putih yang belum matang.
Sel-sel leukemia ini kemudian menyerang darah dengan cukup cepat dan terkadang bisa
menyebar ke bagian lain dari tubuh, seperti kelenjar getah bening, hati, limpa, sistem saraf pusat
(otak dan sumsum tulang belakang), dan testis (pada pria).
Oleh karena itu, pasien dengan tipe leukemia ALL perlu segera mendapat perawatan medis agar
tidak menjadi fatal. Adapun perawatan utama pada tipe leukemia ini, yaitu kemoterapi.
Pengobatan lainnya, seperti terapi target, radioterapi, atau transplantasi stem cell pun bisa saja
diberikan. Dengan berbagai pengobatan ini, pasien dengan leukemia limfoblastik akut masih
mungkin sembuh.
ALL merupakan jenis leukemia yang lebih sering terjadi pada anak, yaitu berusia di bawah 5
tahun. Meski demikian, pada kasus yang jarang, ALL juga bisa terjadi pada orang dewasa.
2. Leukemia mieloid akut

Acute myeloblastic/myeloid leukemia (AML) atau leukemia mieloid/mieloblastik


akut adalah jenis penyakit leukemia akut yang paling umum terjadi. Tipe leukemia
ini dapat terjadi pada anak-anak dan orang dewasa. Namun, AML lebih sering terjadi
pada orang dewasa, dan umumnya ditemukan pada lansia di atas 75 tahun.

AML dimulai dari sumsum tulang dan memengaruhi sel mieloid, sehingga
menyebabkan mieloblast (sejenis sel darah putih yang belum matang) yang tidak
normal. Namun terkadang, AML juga menyebabkan sel darah merah atau trombosit
yang abnormal.

Sama seperti leukemia akut pada umumnya, sel leukemia pada AML pun membelah
dan berkembang dengan cepat. Sel-sel ini kemudian menyerang darah dan mungkin
menyebar ke bagian lain dari tubuh, seperti kelenjar getah bening, hati, limpa, otak
dan sumsum tulang belakang, atau testis.

Oleh karena itu, pasien dengan penyakit AML perlu segera mendapat pengobatan
medis, seperti kemoterapi atau transplantasi sumsum tulang atau stem cell.
Pengobatan lain pun mungkin diberikan sesuai dengan kondisi masing-masing
pasien.

3. Leukemia limfositik kronis

Chronic lymphocytic leukemia (CLL) atau leukemia limfositik kronis adalah jenis
leukemia kronis yang paling sering terjadi pada orang dewasa, terutama pada usia di
atas 65 tahun. Penyakit ini dimulai di sumsum tulang serta memengaruhi sel limfosit
B, dan umumnya memengaruhi sel yang sudah matang.

Tidak seperti leukemia akut, tipe leukemia kronis ini berkembang dengan lambat.
Bahkan, gejala leukemia bisa tidak muncul dalam beberapa tahun. Namun seiring
waktu, sel abnormal ini dapat berkembang dan menyebar ke bagian lain dari tubuh,
seperti kelenjar getah bening, hati, dan limpa.

Pasien leukemia CLL yang tanpa gejala umumnya tidak membutuhkan pengobatan.
Namun, tes darah rutin tetap harus dilakukan untuk meninjau perkembangan
penyakit. Bila dibutuhkan pengobatan, umumnya kemoterapi menjadi pilihan
perawatan pada pasien ini.

4. Leukemia mieloid kronis

CML atau leukemia mieloid kronis adalah jenis leukemia yang jarang terjadi. Hanya
sekitar 10 persen pasien leukemia yang mengidap tipe ini. CML pun lebih sering
terjadi pada orang dewasa dibandingkan anak-anak.

CML adalah jenis leukemia kronis yang dimulai di sel mieloid. Kondisi ini terjadi
ketika sel mieloid berubah menjadi sel kanker yang belum matang. Sel-sel ini
kemudian tumbuh perlahan dan menggantikan sel normal.

Dilansir dari Cancer Research UK, sebagian besar pasien CML memiliki kromosom
yang abnormal, yang disebut kromosom Philadelphia. Kromosom Philadelphia
membuat sel menghasilkan protein yang disebut tirosin kinase, yang mendorong sel-
sel leukemia tumbuh dan berkembang biak.

E. Patofisiologi
Leukemia adalah kanker yang terjadi pada jaringan yang menghasilkan leukosit dan terjadi akibat
beberapa faktor diantaranya faktor genetik, radiasi, infeksi virus, bahan kimia, dan obat-obatan.
Dari faktor penyebab tersebut maka terjadilah proliferasi sel kanker, sehingga sel darah putih
menyerang sel kanker dan sel normal, dimana sel yang seharusnya menjadi pelindung/pertahanan
dalam tubuh mengalami keabnormalan, sehingga sel-sel leukemik menyusup ke dalam sumsum
tulang (sebagai tempat produksi sel-sel darah). Sehingga timbul tiga masalah utama yaitU
depresi sumsum tulang, sel kekurangan nutrisi, dan infiltrasi SSP. Akibatnya, mucul masalah-
masalah lain yang menimbulkan tanda-tanda dan gejala klinis dari leukemia itu sendiri seperti
anemia, Berat Badan menurun, Kelelehan, memar tanpa sebab, anoreksia, mual muntah,
pembesaran hepar dan limpe, nyeri abdomen, nyeri otot. Dari munculnya tanda-tanda dan gejala
klinis tersebut maka muncullah masalah keperawatan yang diakangkat sesuai permasalahan yang
ada.
F. Penatalaksanaan
1. Kemoterapi
Sebagian besar pasien leukemia menjalani kemoterapi. Jenis pengobatan kanker ini
menggunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel leukemia. Tergantung pada jenis leukemia,
pasien bisa mendapatkan satu jenis obat atau kombinasi dari dua obat atau lebih.
Pasien leukemia bisa mendapatkan kemoterapi dengan berbagai cara:

1. Melalui mulut
2. Dengan suntikan langsung ke pembuluh darah balik (atau intravena).
3. Melalui kateter (tabung kecil yang fleksibel) yang ditempatkan di dalam
pembuluh darah balik besar, seringkali di dada bagian atas – Perawat akan
menyuntikkan obat ke dalam kateter, untuk menghindari suntikan yang berulang
kali. Cara ini akan mengurangi rasa tidak nyaman dan/atau cedera pada pembuluh
darah balik/kulit.
4. Dengan suntikan langsung ke cairan cerebrospinal – jika ahli patologi
menemukan sel-sel leukemia dalam cairan yang mengisi ruang di otak dan
sumsum tulang belakang, dokter bisa memerintahkan kemoterapi intratekal.
Dokter akan menyuntikkan obat langsung ke dalam cairan cerebrospinal. Metode
ini digunakan karena obat yang diberikan melalui suntikan IV atau diminum
seringkali tidak mencapai sel-sel di otak dan sumsum tulang belakang.

Terdapat tiga fase pelaksanaan kemoterapi :


a. Fase Induksi Dimulasi 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini
diberikan terapi kortikostreroid (prednison), vincristin dan L-asparaginase. Fase
induksi dinyatakan behasil jika tanda-tanda penyakit berkurang atau tidak ada dan
dalam sumsum tulang ditemukan jumlah sel muda kurang dari 5%.
b. Fase Profilaksis Sistem saraf pusatPada fase ini diberikan terapi methotrexate,
cytarabine dan hydrocotison melaui intrathecal untuk mencegah invsi sel
leukemia ke otak. Terapi irradiasi kranial dilakukan hanya pada pasien leukemia
yang mengalami gangguan sistem saraf pusat.
c. Konsolidasi pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan unutk
mempertahankan remisis dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang beredar
dalam tubuh. Secara berkala, mingguan atau bulanan dilakukan pemeriksaan
darah lengkap untuk menilai respon sumsum tulang terhadap pengobatan. Jika
terjadi supresi sumsum tulang, maka pengobatan dihentikan sementara atau dosis
obat dikurangi.
2. Terapi Biologi

Orang dengan jenis penyakit leukemia tertentu menjalani terapi biologi untuk
meningkatkan daya tahan alami tubuh terhadap kanker. Terapi ini diberikan
melalui suntikan di dalam pembuluh darah balik. Bagi pasien dengan
leukemia limfositik kronis, jenis terapi biologi yang digunakan adalah antibodi
monoklonal yang akan mengikatkan diri pada sel-sel leukemia. Terapi ini
memungkinkan sistem kekebalan untuk membunuh sel-sel leukemia di dalam
darah dan sumsum tulang. Bagi penderita dengan leukemia myeloid kronis,
terapi biologi yang digunakan adalah bahan alami bernama interferon untuk
memperlambat pertumbuhan sel-sel leukemia.
3. Terapi Radiasi

Terapi Radiasi (juga disebut sebagai radioterapi) menggunakan sinar berenergi


tinggi untuk membunuh sel-sel leukemia. Bagi sebagian besar pasien, sebuah
mesin yang besar akan mengarahkan radiasi pada limpa, otak, atau bagian lain
dalam tubuh tempat menumpuknya sel-sel leukemia ini. Beberapa pasien
mendapatkan radiasi yang diarahkan ke seluruh tubuh. (Iradiasi seluruh tubuh
biasanya diberikan sebelum transplantasi sumsum tulang.)
4. Transplantasi Sel Induk (Stem Cell)

Beberapa pasien leukemia menjalani transplantasi sel induk (stem cell).


Transplantasi sel induk memungkinkan pasien diobati dengan dosis obat yang
tinggi, radiasi, atau keduanya. Dosis tinggi ini akan menghancurkan sel-sel
leukemia sekaligus sel-sel darah normal dalam sumsum tulang. Kemudian,
pasien akan mendapatkan sel-sel induk (stem cell) yang sehat melalui tabung
fleksibel yang dipasang di pembuluh darah balik besar di daerah dada atau
leher. Sel-sel darah yang baru akan tumbuh dari sel-sel induk (stem cell) hasil
transplantasi ini.

Setelah transplantasi sel induk (stem cell), pasien biasanya harus menginap di
rumah sakit selama beberapa minggu. Tim kesehatan akan melindungi pasien
dari infeksi sampai sel- sel induk (stem cell) hasil transplantasi mulai
menghasilkan sel-sel darah putih dalam jumlah yang memadai.
G. Cara atau tips mencegah leukemia

Belum ada cara yang efektif untuk mencegah leukemia hingga saat ini.
Namun,ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menurunkan risiko terkena
leukemia diantaranya yaitu
1. Menghindari paparan bahan kimia
Paparan bahan kimia, seperti benzena dan formaldehyde, disebut dapat meningkat risiko
seseorang terkena leukemia.
2. Menghindari paparan radiasi yang tidak perlu
Paparan radiasi tingkat tinggi, seperti ledakan bom atom atau bekerja di pabrik senjata
atom dan pembangkit listrik, disebut dapat meningkatkan risiko seseorang terkena
leukemia.
3. Menghindari rokok
Rokok mengandung berbagai zat berbahaya yang dapat menyebabkan kanker, termasuk
leukemia.
4. Menjaga berat badan ideal
Beberapa studi menunjukkan, kegemukan atau obesitas mungkin meningkatkan risiko
leukemia. Oleh karena itu, Anda bisa menurunkan risiko penyakit ini dengan menjaga
berat badan tetap ideal.
5. Mengonsumsi makanan bergizi seimbang
Sebagai pencegahan kanker, termasuk leukemia, Anda perlu mengonsumsi beragam buah
dan sayuran yang kaya antioksidan, kacang-kacangan, biji-bijian, dan yang mengandung
lemak sehat.

Anda mungkin juga menyukai