Disusun Oleh :
Verdyan Nugraha P17331111713
2022
LEMBAR PERSETUJUAN
Pembimbing,
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah
memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan rotasi gizi penyelenggaraan makanan dengan judul “Analisis
Pelaksanaan Produksi Makanan Instalasi Gizi RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung”
tepat pada waktunya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
3.3.4. Distribusi Bahan Makanan ......................................................... 28
LAMPIRAN……………………………………………………………………..38
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Berdasarkan hasil Riset Fasilitas Kesehatan (Rifaskes) Tahun 2019
terdapat 66,7% dari 96,6% instalasi gizi di rumah sakit yang mempunyai
Standar Operasional Prosedur (SOP) pelayanan gizi. RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung sudah memiliki Standar Prosedur Operasional untuk
setiap tahapan dari penyelenggaraan makanan di instalasi gizi. Oleh
karena itu pada analisis kali ini penulis ingin melihat kesesuaian produksi
makanan pasien malnutrisi pada ruangan Fresia 3 di RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung.
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Melakukakan analisis pelaksanaan produksi di Instalasi Gizi
Rumah sakit.
1.2.2. Tujuan Khusus
a. Melakukan analisis pelaksanaan produksi makanan pasien
malnutrisi pada ruangan Fresia 3, meliputi persiapan produksi
makanan.
b. Melakukan analisis pelaksanaan produksi makanan pasien
malnutrisi pada ruangan Fresia 3, meliputi pengelolaan
produksi makanan.
c. Melakukan analisis pelaksanaan produksi makanan pasien
malnutrisi pada ruangan Fresia 3, meliputi distribusi produksi
makanan.
1.2.3. Manfaat
Hasil analisis yang dilakukan pada unit produksi dan
penyaluran makanan dapat dijadikan pertimbangan untuk
perbaikan dan masukan untuk di Instalasi Gizi RSUP Dr Hasan
Sadikin.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
c. Tersedianya peralatan pemasakan bahan makanan
d. Tersedianya aturan dalam menulai hasil masakan
e. Tersedianya prosedur tetap pemasakan
f. Tersedianya peraturan pengguaan Bahan Makanan Tambahan
2.3.3. Pendistribusian Makanan
Distribusi makanan merupakan kegiatan akhir dari proses
penyelenggaraan makanan. Distribusi makanan merupakan kegiatan
menyalurkan makanan sesuai dengan diet pasien dan jumlah porsi
konsumen yang dilayani.
Makanan yang dimasak harus segera dibagikan kepada konsumen.
Yang perlu diperhatikan dalam pembagian makanan, baik institusi rumah
sakit maupun institusi bukan rumah sakit, adalah makanan yang diterima
oleh konsumen dalam keadaan temperatur yang sesuai. Dalam kegiatan
distribusi makanan terbagi menjadi dua kegiatan inti, yaitu pembagian
(pemorsian) makanan dan penyampaian makanan sampai ke konsumen.
Pemorsian adalah suatu cara atau proses mencetak makanan sesuai
dengan porsi yang telah ditetapkan. Sedangkan penyampaian makanan
perlu dipastikan bahwa konsumen atau klien menerima sesuai dengan
permintaan (4).
6
BAB III
HASIL ANALISIS
Tabel
3.1.
Standar Makanan di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
NILAI GIZI
Bahan Makanan Jumlah
Penukar Penukar E
(kkal) P (gr) L (gr) KH (gr)
Protein hewani
Rendah lemak 1 50 7 2
Lemak sedang 1 75 7 5
Tinggi lemak
Protein nabati
Sayuran
gol A
gol B 2 50 2 10
gol C
Buah-buahan
Gula
7
Susu
tanpa lemak
Tinggi lemak
Minyak
tak jenuh&jenuh
Snack Kalori 2
b. Dana/Anggaran
e. Keterampilan tenaga
4. Siklus menu
5. Standar makanan
d. Standar gizi
Standar gizi ditetapkan olehperaturan pemberian makan rumah
sakit dengan komposisi zat gizi pada makanan yaitu 10-15%
protein, 20-30% lemak dan 60-65% karbohidrat. Berdasarkan hasil
perhitungan nilai gizi pada pemberin makan pasien malnutrisi,
persentase nilai gizi yang diberikan adalah sebagai berikut: total
energi 97.8%, protein 11.6%, lemak 22.1 % dan karbohidrat 67.2%
e. Standar makanan
1. S= 1000 kkal,
2. M= 1500 kkal,
3. L= 1900 kkal.
f. Pola menu
10
g. Standar resep
Resep yang telah diuji, dievaluasi dan diatur untuk sistem yang
spesifik dari suatu penyelenggaraan makanan. Standar resep
yang terdiri dari bahan makanan, serta terdapat proses pembuatan
setiap menu yang disediakan. Namun seharusnya dilakukan uji
coba dan dibuat standar porsi dalam porsi yang lebih besar untuk
dapat memperkirakan kebutuhan bumbu.
Tabel 3.2.
Standar Bumbu
STANDAR BUMBU
STANDAR
NO BAHAN MAKANAN SAT
(1 Kg)
1 Bumbu Balado kg
Cabe merah kg 0,47
Bawang merah kupas kg 0,47
Bawang putih kupas kg 0,12
Minyak goreng kg 0,12
2 Bumbu Kuning kg
Bawang merah kupas kg 0,33
Bawang putih kupas kg 0,08
Kemiri kg 0,25
Kunir kg 0,08
Minyak goreng kg 0,16
3 Bumbu Merah kg
Bawang merah kupas kg 0,37
Bawang putih kupas kg 0,09
Kemiri kg 0,18
cabe merah kg 0,18
Minyak goreng kg 0,14
4 Bumbu Putih kg
Bawang merah kupas kg 0,28
Bawang putih kupas kg 0,07
Kemiri kg 0,28
Minyak goreng kg 0,14
5 Bumbu Sup I kg
Bawang merah kupas kg 0,71
Bawang putih kupas kg 0,35
Minyak goreng kg 0,18
6 Bumbu Sup II kg
Bawang bombay kg 0,71
Bawang putih kupas kg 0,35
Minyak goreng kg 0,18
13
7 Bumbu Tumis I kg
Bawang merah kupas kg 0,74
Bawang putih kupas kg 0,37
8 Bumbu Tumis II kg
Bawang bombay kg 0,74
Bawang putih kupas kg 0,37
14
Tabel 3.3
Standar pemotongan persiapan Hewani & Nabati
15
penyebab kontaminasi silang antara bahan makanan dan alat
persiapan yang digunakan.
Persiapan hewani untuk makan siang biasanya dilakukan satu
hari sebelum makanan diolah oleh petugas pengolahan. Tujuannya
untuk mengefisien dan mengefektifkan waktu kerja pada bagian
persiapan. Kegiatan pada persiapan bahan makanan hewani dimulai
ketika bahan makanan dipotong yang dilanjutkan dengan pencucian
untuk membersihkan, dan disimpan di dalam freezer dengan suhu
maksimum 0oC. Jika bahan makanan hewani akan digunakan maka
akan dikeluarkan dari freezer dan akan melalui proses towing. Usai
bahan makanan melalui proses towing, maka akan dipersiapkan dan
didistribusikan kepada petugas pengolahan makanan. Bahan
makanan hewani yang dipersiapkan pada tanggal 22 mei 2022 untuk
pasien pada kasus malnutrisi adalah telur, daging, dan ayam.
Kegiatan persiapan hewani berjalan sesuai dengan seharusnya baik
untuk pasien kasus malnutrisi. Standar makanan yang digunakan
dalam kegiatan produksi makanan untuk pasien kasus malnutrisi
yang diamati untuk bahan makanan hewani sesuai dengan standar
rumah sakit yang ditetapkan, yaitu 3 penukar dalam satu hari. Untuk
persiapan nabati, bahan makanan akan langsung didistribusikan ke
ruang persiapan untuk dilakukan pemotongan sesuai dengan bentuk
yang diinginkan. Untuk tahu tidak melalui
proses pemotongan.
Bahan makanan yang diterima berlebih pada bagian persiapan,
akan disimpan kembali ke dalam freezer(-7,5oC – (-2,8)oC) dan chiller
(suhu 3,6oC) yang di masukkan ke dalam wadah dan dikelompokkan
sesuai jenis bahan makanannya. Namun, hal ini jarang terjadi karena
penerimaan bahan makanan dari gudang yang biasanya telah
ditimbang dan disesuaikan dengan bon permintaan.
16
c. Persiapan sayur dan Buah
Kegiatan pada persiapan sayur dan buah merupakan untuk
melakukan proses persiapan pada bahan sayur dan buah sesuai
dengan jumlah permintaan yang diterima dari gudang menggunakan
bon permintaan. Petugas persiapan sayur bertanggungjawab untuk
memenuhi kebutuhan untuk pengolahan makan siang, makan sore
dan makan pagi untuk esok hari. Sementara itu petugas persiapan
buah bertugas untuk memenuhi kebutuhan makan siang dan makan
sore untuk hari itu.
17
makanan untuk pasien kelas I, II, dan III, pegawai dan dokter jaga.
Makanan diolah sesuai dengan standar resep, menu, pedoman menu,
dan siklus menu yang berlaku di instalasi gizi. Siklus yang digunakan
yaitu siklus 10+1 Hari untuk tanggal 31 dan setiap proses pengolahan
harus memperhatikan SOP yang ditetapkan. Makanan yang diolah di
dapur pengolahan diantaranya terdiri dari 2 bagian; dapur non diet dan
dapur diet
18
kematangan dilihat secara fisik (letupan), jika belum yakin baru akan
dmenggunakan thermometer.
Makanan pokok yang diolah di dapur non diet, yaitu nasi untuk pasien
makanan biasa dan bubur untuk makanan lunak. Proses pengolahan dimulai
ketikan petugas menerima beras dari gudang bahan makanan kering (BMK).
Dalam pembuatan nasi, beras dicuci terlebih dahulu menggunakan alat
khusus selama kurang lebih lima belas menit, dikarenakan jika hanya
sebentar dikhawatirkan beras tidak akan bersih. Alat yang digunakan untuk
mengolah makanan pokok yaitu boiling pan. Terdapat tiga buah boiling, yang
memiliki fungsi yang berbeda, yaitu satu boiling pan untuk membuat bubur
nasi dan dua lainnya untuk membuat nasi.
Bahan makanan hewani dan nabati yang diolah di dapur non diet ada
berbagai macam, dan dibedakan untuk makanan biasa dan makanan lunak.
Untuk makan siang, proses pengolahan hewani biasanya dilakukan lebih
pagi, karena proses pemasakannya memerlukan waktu yang lumayan lama.
Sedangkan untuk makan pagi, hidangan hewani dan nabati, dimasak pada
hari sebelumnya, khusus menu yang membutuhkan proses yang lama.
Setelah itu makanan makan akan dikemas dan dilabeli sebelum disimpan di
19
chiller makanan matang. Keesokan harinya makanan dipanaskan kembali
lalu didistribusikan.
Menu lauk hewani yang diolah di dapur non diet diolah sesuai dengan
kebutuhan pasien, seperti dikukus dan direbus, sedangkan pemotongannya
dalam bentuk cincangan untuk lauk pauk giling (LPG) dan potongan sesuai
standar. Proses pengolahan lauk hewani mulai diolah setelah dilakukan
persiapan terlebih dahulu. Jika makanan hewani sudah diolah maka lauk
hewani siap untuk di distribusikan ke petugas pramusaji ruangan dengan
menggunakan wadah. Terlampir jumlah standar porsi lauk hewani :
Tabel 3.4.
Standar Porsi Lauk Hewani
1. Daging Sapi 50 gr
2. Ayam Potong 100 gr
3. Dada Ayam Fillet 50 gr
4. Ikan 40 gr
b. Dapur diet
Pasien yang diberikan diet khusus lebih sedikit daripada pasien yang
diberikan makanan non-diet sehingga luas dapur diet lebih kecil dibandingkan
dapur non diet. Bahan makanan yang diolah harus sesuai dengan bon
permintaan diet.
Makanan pokok yang diolah di dapur diet yaitu nasi tim dan formula
enteral. Pengambilan bahan makanan yang akan diolah diambil dari gudang
bahan makanan kering kemudian jumlah yang akan digunakan harus sesuai
dengan kebutuhan bahan makanan pada saat akan diolah. Prosedur sebelum
dilakukannya pengolahan makanan pokok nasi tim, beras harus dicuci terlebih
dahulu menggunakan air mengalir sampai bersih.
Pada sub pengolahan di dapur diet, terdapat wadah yang digunakan
untuk memisahkan antara makanan yang dapat digunakan pasien diet lainnya
dengan pasien diet RG, lalu jika ada penggunaan gula atau kecap pada
pengolahan makanan, makan akan dipisahkan juga untuk pasien diet lainnya
dengan pasien dengan diet DM.
Dapur diet digunakan untuk persiapan makanan formula atau enteral
komersil dan non-komersil yang diperuntukan kepada pasien yang
membutuhkan makanan cair, kegiatan ini dilakukan setiap hari. Dapur susu
biasanya digunakan untuk melakukan pemorsian susu dan formula enteral
21
berdasarkan kebutuhan diet pasien.
c. Snack
Pada proses pengolahan di Instalasi Gizi, tidak dilakukan pengolahan
snack untuk pasien, melainkan snack yang diperuntukkan untuk pasien
seperti puding diet, roti, dan kue basah dibeli melalui pihak ketiga.
3.3.4. Distribusi Bahan Makanan
Dalam penyenggaraan makanan di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
memiliki dua kegiatan inti, yaitu pemorsian makanan dan penyampaian makanan
ke pasien. Pemorsian merupakan salah satu cara atau proses mencetak
makanan sesuai dengan porsi yang ditetapkan. Kegiatan penyampaian
makanan merupakankegiatan yang perlu dipastikan
terkait pasien menerima makanan sesuai dengan permintaan. Proses distribusi
di instalasi gizi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung dimulai dengan penerimaan
daftar pendistribusian makanan dari unit DPMP (Daftar Permintaan Makanan
Pasien). Selanjutnya petugas pendistribusian bahan makanan menyiapkan
danmembersihkan alat yang akan digunakan seperti wadah makanan, centong,
sendok sayur, dan piring plato. Kegiatan distribusi makanan mengunakan
metode kombinasi
dari sentralisasi dan desentralisasi.
Metode sentralisasi digunakan untuk distribusi pasien diet, pasien, rawat
inap kejiwaan, ruang nuklir, dan rawat inap pasien infeksi seperti Covid-19. Pada
proses pendistribusiannya akan dibedakan setiap ruangan dan jenis dietnya.
Distribusi makanan dengan sistem sentralisasmakanan langsung diporsi
menggunakan plato. Plato yang digunakan berasal dari pantry ruangan. Plato
tersebut telah diberi label sesuai dengan jenis diet, sehingga petugas melakukan
pemorsian sesuai dengan jenis diet yang tertera dalam etiket pasien tersebut.
23
Metode desentralisasi digunakan untuk mendistribusikan makanan untuk
pasien non-diet. Petugas distribusi makanan menerima daftar pendistribusian
dariles makanan. Setelah makanan matang, petugas akan mengambil makanan
di loket untuk melakukan distribusi makanan le setiap ruangan dan disesuaikan
dengan jumlah pasien yang ada di ruangan tersebut. Alat yang digunakan untuk
tempat makanan yaitu termos makanan dan alat kelontong plastik untuk
makanan.
25
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Analisa proses pelaksanaan produksi makanan pasien kasus yang
ditugaskan, berdasarkan observasi dan wawancara pelaksanaan
kegiatan produksi pada tanggal 22 Mei 2022, yaitu:
a. Persiapan produksi makanan sebagian besar sesuai dengan PGRS
yaitu, makanan diproduksi terpisah berdasarkan jenis bahan
makanan, ruang persiapan hewani-nabati, sayur, dan bumbu , serta
adanya alat kontrol suhu ruang dan tempat penyimpanan sementara.
Hal yang belum sesuai dengan SPO persiapan adalah penggunaan
talenan dan pisau pada unit pengolahan hewani yang belum terpisah
jenis bahan makanannya berdasarkan warna alat yang tersedia.
b. Pengelolaan produksi makanan sebagian besar sudah sesuai dengan
PGRS dan SPO yang tertera di instalasi gizi RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung. Proses produksi makanan dibagi menjadi dapur utama
untuk makanan biasa dan lunak,daput diet dan dapur susu.
c. Kegiatan distribusi yang berjalan pada kasus malnutrisi dilakukan
secara desentralisasi. Pada pasien kasus tugas resiko malnutrisi,
makanan lakukan di dapur PPM dan lauk-pauk di pantry ruangan.
4.2. Rekomendasi
Rekomendasi untuk mengadakan pelatihan terkait penerapan SPO pada
petugas sub persiapan bahan hewani yang dipisahkan berdasarkan jenis
bahan makanan.
26
DAFTAR PUSTAKA
27
LAMPIRAN
28