Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENELITIAN TERAPAN

MANAJEMEN PENYELENGGARAAN MAKANAN RUMAH SAKIT

“Faktor -Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kepatuhan Pemakaian


APD
Sebagai Upaya Pelindung Bagi Tenaga Pramubakti di
RSUD Lubuk Sikaping Tahun 2022”

DISUSUN OLEH :

NURAISYAH FATIA (192210670)


SITI FAUZIAH BACHRI (192210683)

PEMBIMBING :
Sri Rahayu Widyastuti, AMG
Delfia Gusni, Amd.Gz

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
2022
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Manajemen Sistem


Penyelenggaraan Makanan (MSPM) di Unit Instalasi Gizi RSUD Lubuk
Sikaping Tahun 2022

Oleh :
Mahasiswa Sarjana Terapan Gizi dan Dietetika

Telah diperiksa dan disetujui oleh Tim Pembimbing Praktek Kerja


Lapangan (PKL) Manajemen Sistem Penyelenggaraan Makanan (MSPM)

Lubuk Sikaping, September 2022


Menyetujui,

Pembimbing Lapangan PKL SPMI


RSUD Lubuk Sikaping

Sri Rahayu Widyastuti, AMG


NIP. 19880315 201001 2 004
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan


rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Penelitian Terapan yang berjudul “Faktor -Faktor yang Mempengaruhi
Tingkat Kepatuhan Pemakaian APD Sebagai Upaya Pelindung Bagi Tenaga
Pramubakti di RSUD Lubuk Sikaping Tahun 2022”.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih
yang sebesar-besarnya atas segala bimbingan, pengarahan, dan tuntunan dari
pembimbing PKL di Instalasi Gizi RSUD Lubuk Sikaping.
Penulis menyadari bahwa Laporan Penelitain Terapan ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritikan dan
saran yang membangun demi kesempurnaan Penelitaian Terapan ini. Akhir
kata penulis berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat kepada
para pembaca dan terutama bagi penulis sendiri. Aamiin.

Lubuk Sikaping, September


2022

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2

DAFTAR ISI......................................................................................................................4

BAB I PENDAHULUAN.................................................Error! Bookmark not defined.

A. Latar Belakang.........................................................Error! Bookmark not defined.

B. Rumusan Masalah.....................................................Error! Bookmark not defined.

C. Tujuan Penelitian......................................................Error! Bookmark not defined.

D. Manfaat Penelitian....................................................Error! Bookmark not defined.

E. Ruang Lingkup Penelitian.........................................Error! Bookmark not defined.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................Error! Bookmark not defined.

A. Instalasi Gizi ...........................................................Error! Bookmark not defined.

B. keselamtan dan kesehatan Kerja ..............................Error! Bookmark not defined.

C. Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan ................Error! Bookmark not defined.

D. Pengetahuan ............................................................Error! Bookmark not defined.

E. Sikap .......................................................................Error! Bookmark not defined.

F. Kerangka Konsep......................................................Error! Bookmark not defined.

G. Definisi Operasional.................................................Error! Bookmark not defined.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN..........................Error! Bookmark not defined.

A. Desain Penelitian......................................................Error! Bookmark not defined.

B. Waktu dan Tempat Penelitian...................................Error! Bookmark not defined.

C. Populasi dan Sampel.................................................Error! Bookmark not defined.

1. Populasi.................................................................Error! Bookmark not defined.

2. Sampel...................................................................Error! Bookmark not defined.

3. Kriteria Inklusi......................................................Error! Bookmark not defined.

4. Kriteria Ekslusi......................................................Error! Bookmark not defined.

D. Jenis Data dan Cara Pengumpulan Data...................Error! Bookmark not defined.

1. Data Primer...........................................................Error! Bookmark not defined.


2. Data Sekunder.......................................................Error! Bookmark not defined.

E. Pengolahan Data dan Analisis Data..........................Error! Bookmark not defined.

1. Pengolahan Data....................................................Error! Bookmark not defined.

2. Analisis Data.........................................................Error! Bookmark not defined.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...........................Error! Bookmark not defined.

A. Hasil.........................................................................Error! Bookmark not defined.

B. Pembahasan..............................................................Error! Bookmark not defined.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN............................Error! Bookmark not defined.

A. Kesimpulan...........................................................Error! Bookmark not defined.

B. Saran.....................................................................Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA.......................................................Error! Bookmark not defined.


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat. Sehingga pelayanan pelayanan di rumah sakit harus sesuai
dengan persyaratan fasilitas pelayanan yang diatur oleh peraturan
menteri kesehatan. Instalasi gizi adalah unit penunjang pelayanan
bidang kesehatan pada bidang pemenuhan gizi pasien dan pegawai
atau tenaga pengolah dinas khusus yang memerlukan unit kerja
fungsional berdasarkan kebijakan teknis dan bersifat operasional
dipimpin oleh seorang kepala instalasi gizi. Tugas pokok instalasi gizi
adalah menyelenggarakan dan melaksanakan kegiatan pengolahan,
pengadaan, penyaluran, evaluasi gizi, penyuluhan dan konsultasi gizi,
penelitian dan pengembangan serta rujukan yang dilakukan oleh
tenaga atau pegawai dalam jabatan fungsional berdasarkan kebijakan
teknis yang ditentukan pimpinan rumah sakit. Pemberian makanan
dimaksudkan untuk mencapai kesesuaian diet pasien sehingga
tercapainya kesembuhan pasien, mencegah terjadinya komplikasi,
menurunkan morbiditas dan mortalitas pasien1.
Keberhasilan pelayanan gizi di rumah sakit dalam mendukung
proses penyembuhan penyakit pada pasien, sangat ditentukan oleh
proses pengolahan makanan mulai dari bahan makanan sampai
menjadi makanan jadi yang siap dikonsumsi oleh pasien. Pelayanan
gizi dapat terlaksana dengan baik apabila didukung oleh manajemen
penyelenggaraan makanan yang baik. Penyelenggaraan makanan
adalah rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu sampai
dengan pendistribusian makanan kepada konsumen dalam rangka
pencapaian status kesehatan yang optimal melalui pemberian makanan
yang tepat dan termasuk kegiatan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi.
Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS) yang
dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan telah mengatur segala
macam proses penyelenggaraan makanan. Pengaturan kegiatan
pelayanan gizi berdasarkan PGRS dimulai dari kegiatan pelayanan
asuhan gizi rawat jalan, asuhan gizi rawat inap, penyelenggaraan
makanan sampai dengan penelitian dan pengembangan1.
Peranan instalasi gizi sebagai penyelenggara dalam pengolahan
makanan di rumah sakit harus sesuai dengan peraturan yang berlaku,
karena makanan yang dikonsumsi oleh pasien maupun pegawai rumah
sakit harus memperhatikan keamanan makanan yang meliputi aspek
hygiene dan sanitasi tempat pengolahan makanan, hygiene personal
tenaga pengolah.
Pelaksanaan K3 menjadi salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi kinerja tenaga pengolah, karena rumah sakit dapat
menghasilkan SDM yang lebih produktif. Ketika tenaga pengolah
memiliki rasa aman dan nyaman karena dirinya merasa mendapatkan
perlindungan yang baik dari perusahaan, maka tenaga pengolah
tersebut akan bekerja dengan perasaan yang tenang dan akan
bekerja dengan baik. Tenaga penjamah makanannya pun juga harus
menerapkan prinsip hygiene yaitu menggunakan APD (Alat Pelindung
Diri) dengan lengkap meliputi tutup kepala, masker, celemek, alas
kaki anti selip dan pada kondisi khusus bisa dilengkapi dengan kaca
mata khusus, sarung tangan dan sebagainya.
Kepatuhan terhadap peraturan keselamatan akan semakin
meningkat apabila tenaga pengolah mempersepsi bahwa keselamatan
kerja yang dirasakan sangat mendukung, dimana semakin positif
persepsi subjek terhadap praktek keselamatan, semakin tinggi
kepatuhan subjek terhadap peraturan keselamatan, khususnya
penggunaan alat pelindung diri (APD). Menurut Neal & Griffin,
(2004) di tempat kerja menunjukkan bahwa keselamatan merupakan
faktor penguat dalam lingkungan kerja dengan meningkatkan
kepatuhan terhadap peralatan perlindungan pribadi.
Dari latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk mengambil
penelitian dengan judul “Faktor -Faktor yang Mempengaruhi
Tingkat Kepatuhan Pemakaian APD Sebagai Upaya Pelindung
Bagi Tenaga Pramubakti di RSUD Lubuk Sikaping Tahun 2022”
.
B. Rumusan Masalah
Dari observasi selama satu minggu di Instalasi Gizi RSUD
Lubuk Sikaping ditemukan masalah adanya perbedaan tingkat
kepatuhan pemakaian APD oleh tenaga pengolah (pramubakti).

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor -faktor yang mempengaruhi
tingkat kepatuhan pemakaian APD sebagai upaya pelindung bagi
tenaga pengolah di Instalasi Gizi RSUD Lubuk Sikaping.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan karyawan dalam
pemakaian APD.
b. Untuk mengetahui sikap karyawan dalam pemakaian APD.
c. Untuk mengetahui kondisi APD yang berada di perusahaan.
d. Untuk mengetahui pengawasan dalam pemakaian APD.
e. Untuk mengetahui kepatuhan dalam pemakaian APD.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Peneliti dapat mengaplikasikan ilmu dan metode penelitian
yang telah didapatkan, meningkatkan wawasan seputar
pengetahuan, sikap dan praktik gizi, khususnya dalam
penyelenggaraan makanan dalam pelayanan gizi di Rumah Sakit.
2. Bagi Rumah Sakit
Dapat menjadi saran dan masukan terkait tingkat kepatuhan
tenaga pengolah (pramubakti) dalam pemakaian APD serta dapat
menjadi evaluasi untuk pelayanan khususnya bagian unit gizi.

E. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada tenaga pengolah yang ada di
instalasi gizi RSUD Lubuk Sikaping. Penelitian ini dilakukan untuk
melihat kepatuhan tenaga pengolah (pramubakti) di instalasi gizi
RSUD Lubuk Sikaping.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjuan Pustaka

1. Instalasi Gizi
Instalasi gizi merupakan salah satu fasilitas pelayanan yang penting
di rumah sakit, yang dimulai dari perencanaan, penyediaan,
penyelenggaraan hingga distribusi makanan kepada pasien. Pemberian
makanan dimaksudkan untuk mencapai kesesuaian diet pasien sehingga
tercapainya kesembuhan pasien, mencegah terjadinya komplikasi,
menurunkan morbiditas dan mortalitas pasien.3
Pelayanan pendukung medis seperti instalasi gizi di suatu rumah
sakit merupakan suatu kegiatan yang membantu dalam upaya penyembuhan
dan pemulihan penderita, yang kegiatannya dapat dari usaha dapur sampai
pengolahan diet bagi penderita. Dalam petunjuk tentang ukuran akreditas
rumah sakit, dinyatakan bahwa pelayanan gizi merupakan salah satu fasilitas
dan pelayanan yang harus ada di rumah sakit. Bagian ini harus diatur
dengan mempertimbangkan kebutuhan klinis, kebutuhan masyarakat,
keamanan, kebersihan, sumber-sumber dan manajemen tepat guna. Dimana
dalam proses penyembuhan pasien dibantu dengan adanya makanan yang
memenuhi syarat, baik dari segi kualitas maupun kuantitas.2
Penyelenggaraan makanan di rumah sakit yang meliputi pengadaan
bahan makanan, penyimpanan bahan makanan, pengangkutan makanan
masak, penyimpanan makanan masak dan penyajian makanan, hendaknya
memperhatikan syarat higiene dan sanitasi, mengingat permasalahan dari
suatu makanan ditentukan oleh ada tidaknya kontaminasi terhadap
makanan.2
2. Penyedian APD di Instalasi Gizi
a. Pengertian Alat Pelindung Diri (APD)

Alat pelindung diri (APD) harus digunakan saat seseorang bekerja di


tempat kerja, terutama di tempat-tempat yang akan menimbulkan bahaya
bagi dirinya.4 Menurut OSHA atau Occupational Safety and Health
Administration, pesonal protective equipment atau Alat Pelindung Diri
(APD) didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk melindungi pekerja
dari luka atau penyakit yang diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya
(hazards) di tempat kerja, baik yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik,
elektrik, mekanik dan lainnya.

b. Macam – Macam Alat Pelindung Diri (APD)

Alat Pelindung Diri (APD) ada berbagai macam yang berguna

untuk melindungi seseorang dalam melakukan pekerjaan yang fungsinya

untuk mengisolasi tubuh tenaga kerja dari potensi bahaya di tempat

kerja. Alat pelindung diri yang wajib ada di Instalasi Gizi menurut

Colleer (1990) dan Gisslen (1983) adalah sebagai berikut :

1) Alat Pelindung Kepala

Alat pelindung kepala digunakan untuk mencegah kotoran

dan rambut jatuh. Alat pelindung kepela yang harus ada di

instalasi gizi adalah tudung kepala. Tudung kepala wajib

dipakai oleh tenaga kerja di instalasi gizi pada saat pengolahan

agar dapat mencegah dan melindungi jatuhnya rambut dan

kotoran dari kepala ke dalam makanan pada saat pengolahan

makanan. Sehingga makanan tidak terkontaminasi oleh bakteri

yang jatuh dengan rambut dan kotoran yang ada pada rambut.2

2) Masker

Masker digunakan untuk mengurangi rangsangan bau –

bauan dari masakan yang di masak yang dapat menyebabkan

bersin. Saat bersin masker dapat mencegah kuman – kuman

jatuh ke makanan yang sedang diolah.2


3) Alat Pelindung Tangan

Alat pelindung tangan digunakan untuk melindungi tangan

kontak dengan makanan agar makanan terhindar dari bakteri -

bakteri yang ada di tangan yang akan menyebabkan

makanan terkontaminasi.4 Pelindung tangan juga digunakan saat

memegang bahan makanan setelah diolah untuk mencegah

bakteri yang terdapat pada tangan mencemari makanan yang

diolah. Jenis alat pelindung tangan yang harus ada di instalasi

gizi adalah Sarung tangan rumah tangga (gloves). Sarung tangan

jenis ini bergantung pada bahan-bahan yang digunakan :

a) Sarung tangan yang terbuat dari bahan asbes, katun,

wool untuk melindungi tangan dari api, panas, dan

dingin

b) Sarung tangan dari plastik yang digunakan untuk

mengambil makanan / pada saat tangan kontak

langsung dengan makanan. Sarung tangan ini

bersifat sekali pakai, sehingga setelah dipakai

sarung tangan ini langsung di buang.

4) Baju Pelindung (Body Potrection)


Baju pelindung digunakan untuk melindungi seluruh atau sebagian
tubuh dari percikan api, suhu panas atau dingin, cairan bahan kimia,
dll. Jenis baju pelindung antara lain:
a) Pakaian kerja
Pakaian kerja adalah pakaian yang disediakan oleh pihak
rumah sakit dan diseragamkan. Bila rumah sakit tidak
menyediakan pakaian kerja sebaiknya pakaian yang
digunakan untuk bekerja dibedakan dengan pakaian yang
dipakai sehari – hari. Pakaian kerja yang digunakan sebaiknya
tidak bermotif disarankan berwarna terang. Hal ini dilakukan
agar pengotoran pada pakaian mudah terlihat. Pakaian kerja
harus dicuci secara periodik untuk menjaga kebersihan.
b) Celemek

Celemek wajib digunakan tenaga kerja pada

saat pengolahan makanan agar pakaian kerja tidak

kotor. Celemek yang digunakan pekerja harus bersih

dan tidak boleh digunakan sebagai lap tangan.

Celemek harus ditanggalkan bila pekerja

meninggalkan ruang pengolahan. Celemek harus

dicuci secara periodik untuk menjaga kebersihan.

5) Alat Pelindung Kaki

Alat pelindung kaki digunakan untuk melindungi kaki dan

bagian lainnya dari benda-benda keras, benda tajam, logam/kaca,

benda panas. Selain itu juga dapat menghindarkan dari bahaya

terpeleset. Jenis alat pelindung kaki yang harus ada di instalasi gizi

adalah :

a. Sepatu Boot

Sepatu ini lebih disarankan untuk dipakai di

instalasi gizi karena sepatu ini tidak terbuka pada

bagian jari – jari kakinya. Sepatu boot juga lebih

dapat menghindarkan pekerja dari bahaya terpeleset

di dapur. Akan tetapi penggunaan sepatu boot dinilai


kurang afektif karena bentuknya yang tidak nyaman

menurut pekerja di instalasi gizi.

b. Sendal Jepit

Sandal jepit digunakan sebagai alternatif bila di

instalasi gizi tidak menyediakan sepatu boot. Akan

lebih baiknya dipilih sepatu yang tidak terbuka pada

bagian jari – jari kakinya. Oleh karena itu sepatu boot

disarankan untuk dipilih sebagai alat pelindung kaki

di instalasi gizi.

B. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

a. Pengertian Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja (safety) adalah segala upaya atau tindakan yang

harus diterapkan dalam rangka menghindari kecelakaan yang terjadi

akibat keselahan kerja petugas ataupun kelalaian/ kesengajaan.

b. Tujuan Keselamatan Kerja

Syarat – syarat keselamatan kerja meliputi seluruh aspek perkerjaan

yang berbahaya, dengan tujuan :

1) Mencegah dan mengurangi kecelakaan

2) Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran

3) Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat

kerja, baik fisik,psikis,keracunan,infeksi dan penularan.

4) Memelihara kerbersihan, kesehatan dan ketertiban

c. Penyebab dan Pencegahan Kecelakaan Kerja


Kejadian – kejadian yang telah terjadi pada berbagai peristiwa yang

dapat menimbulkan kecelakaan kerja, menurut Bangun (2012) terdapat

tiga penyebab timbulnya kecelakaan kerja, antara lain:

a. Perilaku karyawan itu sendiri

Sering terjadi perlakuan karyawan, seperti mengerjakan

pekerjaan denganceroboh, tidak mematuhi peraturan kerja, tidak

mematuhistandard operation procedure (SOP), dan tidak

menggunakan alatpelindung diri, yang kebanyakan sebagai

penyebab timbulnya kecelakaankerja.

b. Kondisi yang tidak aman

Kondisi yang tidak aman merupakan penyebab terjadinya

kecelakaankerja yang bersumber dari lingkungan pekerjaan.

Faktor faktor tersebutantara lain peralatan yang rusak, peralatan

yang tidak diamankan denganbaik, penerangan yang tidak baik,

tempat penyimpanan barang atauperalatan yang tidak aman, dan

penempatan letak barang atau peralatanyang tidak aman.

Kebanyakan pekerja yang mengalami kecelakaan kerja adalah

tidak menggunakan alat pelindung dan peralatan yang

semestinya digunakan, kecerobohan, bekerja tidak sesuai

prosedur kerja, dan kurangnya pengetahuan dan pengalaman

kerja. Supervisor dituntut agar dapat mengawasi pekerja untuk

melakukan seluruh petunjuk kerja dalam mengurangi risiko

kecelakaan kerja.

c. Tindakan tidak aman


Faktor ini merupakan tindakan manusia sebagai penyebab

kecelakaankerja.Kebanyakan karyawan mengalami kecelakaan kerja

diakibatkan oleh tindakan manusia atau karyawan itu sendiri, seperti

dalam melaksanakan pekerjaan tidak mengikuti petunjuk penggunaan

alat atau material, tidak menggunakan pelindung diri, membuang benda

sembarangan, tidak mengamankan peralatan dengan baik, bekerja pada

posisi dan kecepatan tidak aman, dan bekerja dengan ceroboh.Menurut

uraian penyebab timbulnya kecelakaan kerja di atas, Suatu keharusan

bagi setiap perusahaan untuk melakukan pencegahan atas kecelakaan

kerja dalam menjamin keamanan dan kenyamanan kerja. Menurut

Bangun (2012) terdapat 6 tindakan mencegah kecelakaan kerja, yaitu:

a. Pendidikan Karyawan

Tujuan utama bidang keselamatan kerja adalah mencegah

timbulnya kecelakaan kerja yang dialami karyawan.Karyawan perlu

diberikan pendidikan untuk mengetahui prosedur kerja yang benar

dan memahami peraturan – peraturan tentang keselamatan

kerja.Kebanyakan karyawandi Indonesia mengalami kecelakaan

kerja disebabkan kurangnyapengetahuan tentang pekerjaan,

sehingga kurang memahami prosedurkerja dan penggunaan

peralatan dengan baik.

b. Mengurangi kondisi yang tidak aman

Kebanyakan timbulnya kecelakaan kerja diakibatkan situasi di

lingkungan kerja, seperti menggunakan peralatan yang tidak layak

pakai,kondisi gudang yang tidak aman, kurangnya penerangan, dan


lain sebagainya. Kondisi seperti ini berkaitan dengan kondisi

fisik,merupakan tanggung jawab supervisor dan manajer

memperbaiki untuk memperkecil tingkat kecelakaan.

c. Kualitas supervisor

Pengawasan atas pekerjaan karyawan dalam perusahaan sangat

menentukan hasil kerja dan keamanan kerja karyawan.Tidak sedikit

bahwa kurangnya kualitas supervisor dapat menyebabkan timbulnya

kecelakaan kerja. Karyawan sangat membutuhkan bimbingan dan

arahan dari supervisor untuk dapat memahami pekerjaan mereka.

d. Prosedur Keselamatan Kerja

a. Baju kerja, celemek dan topi terbuat dari bahan yang tidak

panas, tidak licin dan enak dipakai, sehingga tidak menganggu

gerak pegawai sewaktu kerja

b. Menggunakan sandal yang tidak licin bila berada dilingkungan

dapur ( jangan menggunakan sepatu yang berhak tinggi)

c. Menggunakan cempal/ serbet pada tempatnya

d. Tersedia alat sanitasi yang sesuai misalnya air dalam keadaan

bersih dan jumlah yang cukup,sabun,alat pengoring dsb.

e. Tersedia alat pemadam kebakaran yang berfungsi baik ditempat

yang mudah dijangkau

f. Tersedia alat/obat P3K yang sederhana

C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan

Adapun yang menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian


alat pelindung diri (APD) adalah :

1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan salah satu faktor dalam komponen

person pada teori safety triad yang akan mempengaruhi kepatuhan.

Teori safety triad iniberarti menjelaskan bahwa pengetahuan

seharusnya memiliki hubungan yangsignifikan dengan kepatuhan

tenaga kerja dalam menggunakan APD (Geller, 2001).Pengetahuan

merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau

kognitifmerupakan domain yang sangat penting dalam membentuk

tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan adalah hal apa

yang diketahui oleh orang atau responden terkait dengan sehat dan

sakit atau kesehatan, misal: tentang penyakit (penyebab,cara

penularan, cara pencegahan), gizi, sanitasi, pelayanan kesehatan

kesehatan lingkungan, keluarga berencana, dan sebagainya

(Nototmodjo, 2014).

2. Tingkat Pengetahuan di dalam Domain Kognitif

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif

mempunyai 6Tingkatan:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajarisebelumnya.Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat

ini adalah mengingatkembali (recall) sesuatu yang spesifik dari

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah


diterima.Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan

yang paling rendah.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secarabenar tentang objek yang diketahui, dan

dapat menginterprestasikan materitersebut secara benar.

c. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telahdipelajari pada situasi atau

kondisi real (sebenarnya).

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu objekkedalam komponen-komponen, tetapi

masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya

satu sama lain.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi ataupenilaian terhadap suatu materi atau

objek (Notoadmodjo, 2014).

Pengetahuan tentang kesehatan dapat di ukur berdasarkan jenis


penelitiannya. Berdasarkan penelitian kuantitatif, pada umumnya akan

mencari jawabanatas fenomena yang menangkut berapa banyak, berapa

sering, berapa lama, dan sebagainya, maka biasanya menggunakan

metode wawancara dan angket (self administered):

 Wawancara tertutup atau wawancara terbuka, dengan

menggunakan instrument(alat pengukur/pengumpul data)

kuesioner. Wawancara tertutup adalah suatuwawancara dimana

jawaban responden atas pertanyaan yang diajukan telah. Tersedia

dalam opsi jawaban, responden tinggal memilih jawaban mana yang.

Mereka anggap paling benar dan paling tepat. Sedangkan

wawancara terbuka,dimana pertanyaan-pertanyaan yang di ajukan

bersifat terbuka, responden boleh menjawab apa saja sesuai dengan

pendapat atau pengetahuan responden sendiri.

D. Sikap

Menurut teori perilaku belum yang menjelaskan bahwa

perilakumerupakan fungsi dari faktor predisposisi yaitu faktor yang ada

dalam diriindividu yang ada didalamnya terdapat sikap dari individu.

Sikap responden mempengaruhi tindakan responden dalam

menggunakan APD di tempat kerja.

Sikap adalah taraf positif dan negatif dari efek terhadap suatu obyek

yangmenyatakan bahwa sikap merupakan konstruk hipotetik yang tidak

dapat diukursecara langsung, oleh karenanya harus disimpulkan dari

respon-respon pengukuran yang dapat diamati. Respon sikap dapat


diklasifikasikan menjadi 3yaitu : kognitif, afektif, dan konatif. Respon

kognitif adalah respon yangmenggambarkan persepsi dan informasi

tentang obyek sikap.Respon afektifadalah respon yang menggambarkan

penilaian dan perasaan terhadap obyek sikap.Sedangkan respon konatif

merupakan kecenderungan perilaku, intensi, komitmen,dan tindakan

yang berhubungan dengan obyek sikap.Dengan demikian yangdimaksud

dengan sikap terhadap keselamatan kerja adalah taraf kognitif,

afektif,dan konatif seseorang pekerja terhadap keselamatan kerja

(Winarsunu, 2008).

Cara mengukur sikap juga dapat dilakukan berdasarkan jenis atau

metode penelitian yang digunakan. Pengukuran sikap dalam penelitian

kuantitatif jugadapat menggunakan dua cara seperti pengukuran

pengetahuan, yakni :

 Wawancara

Metode wawancara untuk mengukur sikap sama dengan

wawancara untuk mengukur pengetahuan. Bedanya hanya pada

substansi pertanyaannya saja.Apabila pada pengukuran

pengetahuan pertanyaan-pertanyaan nya menggali jawaban apa

yang diketahui responden. Tetapi pada pengukuran sikap

pertanyaan-pertanyaan

menggali pendapat atau penilaian responden terhadap objek.

Sikap mempunyai karakteristik, yaitu :

a. Selalu ada objek

b. Biasanya bersifat evaluative


c. Relatif mantap

d. Dapat diubah
E. Defenisi Operasional

No Variabel Alat Ukur Skala Ukur Hasil Ukur


1. Kepatuhan Pemakaian Kuesioner Nominal 1. Patuh
APD 2. Tidak patuh
2. Pengetahuan Kuesioner Ordinal 1. Baik, jika
≥50% dari
totalskor.
2. Tidak
Baikjika<50%
dari total skor
3. Sikap Kuesioner Ordinal 1. Baik, jika
≥50% dari
totalskor.
2. Tidak
Baikjika<50%
dari total skor
4. Kondisi APD Kuesioner Ordinal 1. Baik, jika
≥50% dari
totalskor.
2. Tidak
Baikjika<50%
dari total skor
F. Kerangka Teori

Pengaruh
Kepatuhan Lingkungan sosial Interpersonal

Pengetahuan Sikap Kondisi APD Pengawasan

Proses adopsi Sikap positif Kenyamanan Pengamatan


perilaku /negatif memakai APD Dan Evaluasi

sumber : Maharanny Puspaningrum (2016)

G. Kerangka Konsep

Pengetahuan

Kepatuhan Alat
Pelindung Diri

Sikap
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu


menentukan pemakaian alat pelindung diri (APD) sebagai
upaya perlindungan bagi tenaga pramumasak di RSUD Lubuk
Sikaping

B. Waktu dan Tempat


Penelitian ini di laksanakan pada tanggal 12 – 14 bulan
September tahun 2022. Lokasi penelitian dilaksanakan di ruangan
Instalasi Gizi RSUD Lubuk Sikaping.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek yang memenuhi
karakteristik yang telah memenuhi kriteria dan bisa menjadi
subjek. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh tenaga
pengolah di Instalasi Gizi RSUD Lubuk Sikaping yang
berjumlah 10 orang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik
yang ada untuk diteliti. Pada penelitian ini tidak
menggunakan total sampeling karena jumlah populasi berada
di bawah 30.
D. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer dari penelitian ini adalah dengan melalui
pengumpulan data dengan melakukan pengisian kuesioner
oleh tenaga pengolahan , observasi, dan wawancara.
Pengetahuan, sikap dan kondisi APD pada pekerja
permanen diukur melalui 10 pertanyaan dengan memilih
jawaban yang disediakan dengan ketentuan sebagai berikut
(Arikunto,2009):

1. Jawaban benar : 1
2. Jawaban salah : 0

Dengan demikian, total skor tertinggi adalah 10 dan


skor terendah adalah 0. Skala pengukuran yang dilakukan
untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
pemakaian APD yaitu pengetahuan dalamhal ini dibagi
dalam 2 kategori sebagai berikut :

a. Baik apabila subjek mampu menjawab dengan


benar ≥50% dari seluruh pertanyaan atau skor
nilai 5-10.

b. Tidak baik apabila subjek mampu menjawab


dengan benar<50% dari seluruh pertanyaan atau skor
nilai ≤ 4. Dengan demikian, total skor tertinggi adalah
10 dan skor terendah adalah 0.

2. Data Sekunder
Sumber data sekunder diperoleh dari studi
kepustakaan, serta SOP tentang ketentuan penggunaan Alat
Pelindung Diri.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi yaitu dengan pengamatan langsung di lapangan
untuk mengetahui macam – macam Alat Pelindung Diri dengan
kesesuaian terhadap SOP yang berlaku.
2. Wawancara
Wawancara yaitu dilakukan dengan wawancara langsung
dengan pekerja d a n s t a f , beserta Clinical Instucture (CI) MSPM
Rumah Sakit.
3. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan yaitu mencari informasi melalui
perpustakaan, arsip – arsip terutama yang berhubungan dengan alat
pelindung diri.

F. Metode Analisis
Proses pengolahan data pada perangkat lunak, dilakukan

dengan

Mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :

a. Menyunting data (data editing)

Lembar kuesioner yang telah terisi akan diperiksa kembali

untuk mengetahui apakah terdapat kekurangan dalam pengisian. Bila

ada data yang tidak lengkap atau kurang, maka peneliti akan

melengkap data tersebut dengan turun kelapangan.

b. Mengkode data (data coding)

Semua data yang telah lengkap dari kuesioner diberi kode.

Kode yang diberikan konsisten untuk tiap-tiap nomor data.

c. Memasukkan data (data entry)

Data yang telah diberi kode dimasukkan kedalam perangkat

lunak computer.

d. Membersihkan data (data cleaning)

Pada tahap ini, data dimasukkan melalui perangkat lunak

computer dan diperiksa kembali. Jika ada data yang salah

dimasukkan, maka dilakukan perbaikan. Setelah tahap ini selesai,


maka dilanjutkan dengan analisis data. Analisis data yang akan

dilakukan adalah bersifat univariat dan bivariat. Kegiatan ini

dilaksanakan dengan bantuan perangkat lunak komputer.

G. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Analisis bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan


sikap dan pengetahuan tentang kepatuhan alat pelindung diri untuk
pramubakti di RSUD Lubuk Sikaping

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap variabel yang diduga


berhubungan atau berkorelasi dengan menggunakan uji Chi Square.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Responden dalam penelitian ini adalah tenaga pengolah


(pramubkati) di Instalasi Gizi RSUD Lubuk Sikaping berjumlah 4
orang. Pengumpulan data diambil dengan cara penisian kuesioner
oleh responden. Pengumpulan data dilakukan dengan cara
pemberian kuesioner kepada responden kemudian diisi secara
mandiri oleh responden. Berikut ini adalah hasil kuesioner mengenai
deskripsi responden berdasarkan Umur, jenis kelamin, pendidikan
terakhir, pengetahuan, sikap, penggunaan APD dan pengawasan
serta tingkat kepatuhan adalah tenaga pengolah (pramubkati) di
Instalasi Gizi RSUD Lubuk Sikaping.

1. Responden Berdasarkan Umur

Tabel 1.1. Responden berdasarkan umur


No Umur Frekuensi Presentasi (%)
1 20-30 tahun 1 25%
2 31-40 tahun 0 0%
3 41-50 tahun 3 75%
Jumlah 4 100%
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa umur responden yang
berumur 20-30 tahun sebanyak 1 orang (25%), responden yang 41-50
tahun sebanyak 3 orang (75%).

2. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 2.1. Responden berdasarkan jenis kelamin


No Jenis Kelamin Frekuensi Presentasi (%)
1 Pria 0 0%
2 Wanita 4 100%
Jumlah 4 100%
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa jenis kelamin
responden Wanita ialah 4 orang (100%) dan pria tidak ada.

3. Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tabel 3.1. Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan


No Tingkat Pendidikan Frekuensi Presentasi (%)
1 SLTP sederajat 0 0%
2 SLTA sederajat 4 100%
Jumlah 4 100%
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa tingkat pendidikan
responden SLTA sederajat ialah 4 orang (100%).

4. Responden berdasarkan Pengetahuan

Tabel 4.1. Responden berdasarkan Pengetahuan


No Tingkat Pengetahuan Frekuensi Presentasi (%)
1 Benar 3 75%
2 Salah 1 25%
Jumlah 4 100%
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa tingkat pengtahuan
responden benar ialah 3 orang (75%) dan salah 1 orang (25%).
Dimana pertanyaan pada kuesioner bagian pengetahuan, apabila
benar ≥8 dikategorikan benar dan apabila <8 dikategorikan salah dan
apabila dijawab tidak tahu dikategorikan salah.

5. Responden berdasarkan Sikap

Tabel 5.1. Responden berdasarkan Sikap


No Sikap Frekuensi Presentasi (%)
1 Setuju 4 100%
2 Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 4 100%
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa sikap responden
setuju ialah 4 orang (100%). Dimana pertanyaan pada kuesioner
bagian sikap, apabila benar ≥8 dikategorikan setuju dan apabila <8
dikategorikan tidak setuju.

6. Responden berdasarkan penggunaan APD

Tabel 6.1. Responden berdasarkan penggunaan APD


No penggunaan APD Frekuensi Presentasi (%)
1 Digunakan 4 100%
2 Tidak digunakan 0 0%
Jumlah 4 100%
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa sikap responden
setuju ialah 4 orang (100%). Dimana pertanyaan pada kuesioner
bagian penggunaan APD, apabila digunakan semua APD
dikategorikan digunakan, dan apabila ada salahsatu tidak digunakan
maka dikategorikan tidak digunakan.

7. Responden berdasarkan kepatuhan

Tabel 7.1. Responden berdasarkan kepatuhan


No kepatuhan Frekuensi Presentasi (%)
1 tutup kepala / jilbab 4 100%
2 masker 4 100%
3 celemek 4 100%
4 Baju kerja khusus 4 100%
5 Handscoon 4 100%
6 Sepatu boot 1 25%
Jumlah 4
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa kepatuhan
responden dalam memakai penutup kepala / jilbab ialah 4 orang
(100%), memakai masker ialah 4 orang (100%), memakai celemek
ialah 4 orang (100%), memakai baju kerja khusus ialah 4 orang
(100%), memakai handscoon ialah 4 orang (100%), dan memakai
sepatu boot ialah 1 orang (25%).
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil pengamatan di Rumah Sakit RSUD Lubuk

Sikaping dan perumusan masalah yang telah dibuat, maka

penulis dapat mengambil kesimpulan RSUD Lubuk Sikaping

menyediakan alat pelindung diri yang dibutuhkan di instalasi

gizi diantaranya pakaian kerja, celemek, korpus, masker, sarung

tangan plastik dan sandal tertutup dari karet.

Untuk gambaran kepatuhan tenaga pramumasak di Instalasi

RSUD Lubuk Sikaping dalam pemakaian Alat Pelindung Diri

(APD) secara umum sudah mematuhi aturan penggunaan APD

yang ada. Namun masih ada di temukan beberapa tenaga kerja

yang tidak menggunakan APD lengkap seperti masker dan

sarung tangan plastik yang tidak selalu terpasang saat mengelola

makanan dan distribusian makanan berlangsung seperti tidak

menggunaan sepatu boot tetapi lebih memilih sendal karet.

B. Saran

Perlu dilakukan sosialisasi secara rutin tentang pentingnya

pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) kepada tenaga kerja

dengan pemasangan stiker tentang Standar Operasional Prosedur

(SOP) tentang pemakaian Alat Pelindung Diri, gambar Alat

Pelindung Diri yang wajib ada di Instalasi Gizi. Karena masih


ada beberapa tenaga kerja yang tidak mamatuhi prosedur tetap

tentang kewajiban pemakaian alat pelindung diri secara lengkap.

DAFTAR PUSTAKA

1. Wardhana, A. S. & Dewi Marfuah. Analisis Faktor Yang


Mempengaruhi Keputusan Penggunaaan Alat Pelindung Diri (APD)
di Instalasi Gizi RSUD Kota Salatiga. Media Publ. Penelit. 19, 54–60
(2021).

2. Poppy Cyntia Devita Sari. Pemakaian Alat Pelindung Diri ( Apd )


Sebagai Upaya Perlindungan Bagi Tenaga Kerja Di Instalasi Gizi.
Lap. Tugas Akhir 44 (2012).

3. Adhyka, N. & Machmud, R. Upaya Peningkatan Pelayanan


Pengolahan Makanan di Instalasi Gizi RSUD X Kota Solok. J. Ris.
Hesti Medan Akper Kesdam I/BB Medan 5, 149 (2020).

4. Sumiati, I. T. et al. Sanitasi Hygiene dan Keselamatan Kerja Bidang


Makanan. (2013).

5. Kementerian Kesehatan RI, Pedoman PGRS Pelayanan Gizi Rumah


Sakit (2013)

Anda mungkin juga menyukai