Anda di halaman 1dari 58

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1.

Puskesmas Kedungbanteng Seperti yang kita ketahui bahwa wilayah kerja suatu puskesmas akan berdampak dalam berbagai aspek, terutama dalam pelaksanaan tugas dan fungsi pada pembangunan kesehatan masyarakat dan lingkungannya. Penempatan suatu puskesmas pada suatu daerah pada wilayah kerja pembangunan kesehatan ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan melihat beberapa aspek yaitu: 1. Keadaan geografis 2. Keadaan demografi 3. Sarana transportasi 4. Masalah kesehatan setempat 5. Keadaan sumberdaya 6. Beban kerja puskesmas, dll. Hal-hal seperti ini yang akan menjadi sasaran dalam peninjauan lebih lanjut mengenai wilayah kerja dari puskesmas Kedungbanteng. Puskesmas Kedungbanteng merupakan salah satu puskesmas yang berada dibawah dinas kesehatan daerah Banyumas. a. Keadaan Geografis Puskesmas Kedungbanteng dan Wilayah Kerja Dilihat dari keseluruhan, luas wilayah Kecamatan Kedungbanteng adalah 6024,04 Ha. Dengan batas wilayahnya yaitu: a. Sebelah utara : kawasan perhutani b. Sebelah selatan : Kecamatan Karanglewas c. Sebelah barat : Sungai Logawa (Kec. Karanglewas) d. Sebelah timur : Kecamatan Baturaden Sedangkan untuk gambaran dari wilayah kerjanya bagian utara adalah pegunungan sebanyak 60% dan bagian selatan berupa dataran rendah.

Gambar 4.1. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Kedungbanteng. Secara rinci untuk lokasi puskesmasnya sendiri berada pada dataran rendah yang berada tepat di desa Kedungbanteng dekat dengan Kecamatan Kedungbanteng. Lokasinya sangat strategis untuk di jangkau oleh masyarakat karena tepat berada di jalan raya utama. Kondisi wilayah seperti ini sudah cukup baik dan memungkinkan untuk setiap masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan terutama letaknya berada pada pusat Kecamatan, namun yang harus dikaji lebih dalam dari keberadaan puskesmas ini yaitu letak desa-desa yang terutama berada pada daerah dataran tinggi seperti desa Melung, desa Kutaliman dan desa lainnya akan cukup kesulitan untuk menjangkau Puskesmas karena jaraknya yang cukup jauh. Berdasarkan hasil survey oleh puskesmas Kedungbanteng derajat kesehatan tiap-tiap wilayah berbedabeda hal ini dikarenakan semakin jauh wilayah tersebut maka semakin rendah pula derajat kesehatannya dan juga sebaliknya. Namun wilayah kerja yang seperti itu dapat diatasi dengan adanya akses lain dengan pengadaan program kesehatan untuk mempermudah akses masyarakat

dalam bidang kesehatan, terutama setelah desa Kutaliman memiliki PUSTU yang dapat membantu peranan dari puskesmas dalam pembangunan kesehatan. b. Visi dan Misi puskesmas Kedungbanteng 1) Visi Puskesmas Mampu Memberikan Pelayanan kesehatan yang optimal dan terjangkau bagi masyarakat. 2) Misi Puskesmas Memberikan Yankes menyeluruh, bermutu, dan terjangkau bagi masyarakat. Mengembangkan & meningkatkan mutu Yankes melalui peningkatan SDM, sarana, & prasarana. Meningkatkan kerja sama lintas program & lintas sektoral. c. 1) 2) 3) 4) Fungsi Puskesmas Pusat pembangunan wilayah berwawasan kesehatan Pusat penggerak pemberdayaan masyarakat Pusat pelayanan kesehatan masyarakat primer Pusat pelayanan kesehatan perorangan primer dan kegawatdaruratan

d. Upaya Pelayanan Upaya pelayanan kesehatan yang ada di Puskesmas Kedungbanteng terdiri dari upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan. Upaya kesehatan wajib adalah upaya pelayanan kesehatan yang wajib dilaksanakan karena mempunyai peran yang besar dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Upaya kesehatan wajib yang ada di Puskesmas Kedungbanteng antara lain: a. Upaya promosi kesehatan b. Upaya kesehatan lingkungan c. Upaya kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana

d. Upaya perbaikan gizi masyarakat e. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular f. Upaya pengobatan Sedangkan upaya kesehatan pengembangan adalah beberapa upaya kesehatan pengmbangan yang ditetapkan Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan permsalahan, kebutuhan dan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan yang ada di Puskesmas Kedungbanteng antara lain: a. Upaya kesehatan gigi dan mulut b. Upaya kesehatan jiwa c. Upaya kesehatan mata d. Deteksi kanker leher rahim dengan metode IVA e. Upaya kesehatan sekolah f. Upaya kesehatan usia lanjut g. Upaya kesehatan olahraga h. Upaya kesehatan kerja i. Upaya pembinaan pengobatan tradisional e. Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia Struktur organisasi Puskesmas Kedungbanteng memiliki susunan sebagai berikut.

Sumber daya manusia untuk Puskesmas Kedungbanteng memiliki petugas yang berjumlah 32 orang, dengan rincian: No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Pegawai Dokter Umum Dokter Gigi Perawat Umum Perawat Gigi Bidan Puskesmas Bidan Desa Kesmas/Sanitasi Adminkes Jumlah 1 orang 1 orang 3 orang 1 orang 3 orang 16 orang 2 orang 5 orang

f.

Masalah Kesehatan dan Kesgilut Berdasarkan UU Kesehatan No.23 Tahun 1992 pasal 10 bahwa mewujudkan derajat kesehatan yang optimal diselenggarakan upaya kesehatan dengan dengan pendekatan pemeliharaan anatar lain: peningkatan kesehatan (Promotif), pencegahan (Preventif), penyembuhn (Kuratif) dan pemulihan kesehatan (Rehabilitatif) secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Untuk mewujudkan tercapainya kesehatan umum paa masyarakat di wilayah Kedungbanteng, maka Puskesmas menyediakan beberapa poli antara lain: KIA-KB (Kesehatan Ibu dan Anak- Keluarga Berencana), BP umum, medis, BP gigi, dan gizi. Berdasarkan Kepmenkes No 128 tahun 2004 tentang kebijakan dasar Puskesmas bahwa upaya kesehatan gigi dan mulut merupakan upaya kesehatan pengembangan. Upaya kesehatan gigi dan mulut diharapkan dapat memenuhi standar pelayanan kesehatan gigi dan terselenggaranya pelayanan kesehatan gigi di Puskesmas yang aman, bermanfaat, bermutu dan dapat dipertanggung jawabkan. Standar pelayanan kesehatan gigi di Puskesmas sangat diperlukan dan harus dilaksanakan agar pelayanan kesehatan dapat berkualitas. Pelayanan kesehatan gigi adalah segala upaya

pencegahan dan pengobatan penyakit, serta pemulihan dan peningkatan kesehatan gigi yang dilaksanakan atas dasar hubungan antara dokter gigi dan atau tenaga kesehatan gigi lainnya dengan individu / masyarakat yang membutuhkannya. Jenis pelayanan kesehatan gigi di Puskesmas Kedungbanteng yang ditujukan kepada masyarakat di wilayah kerjanya dan dapat dilaksanakan di dalam Puskesmas dan di luar Puskesmas. Pelayanan kesehatan gigi di dalam Puskesmas yaitu berupa pelayanan kesehatan dasar gigi dan mulut seperti pengobatan, pencabutan, dan pembuatan gigi palsu. Sedangkan pelayanan kesehatan gigi di luar Puskesmas yaitu dengan kegiatan penyuluhan, UKGS dan UKGM. Pelayanan kesehatan gigi ditujukan pada berbagai sasaran, antara lain: a. Pelayanan yang ditujukan kepada komunitas : kampanye kesehatan gigi melalui penyuluhan b. Pelayanan yang ditujukan kepada kelompok : promosi kesehatan gigi dan mulut melalui program pendidikan kepada kelompok tertentu seperti program sikat gigi masal c. Pelayanan yang ditujukan kepada perorangan : pemeriksaan gigi dan mulut, nasehat dan petunjuk kepada perorangan mengenai kebersihan gigi dan mulut g. Pencapaian Program Puskesmas Program yang telah diselenggarakan oleh Puskesmas Kedungbanteng antara lain: a) Program KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) Kegiatan yang dilakukan seperti imunisasi dan kunjungan resti yang dilakukan secara insidental. Kegiatan imunisasi diharapkan dapat memberikan kekebalan bayi terhadap penyakit dan biasanya diselenggarakan di balai desa, di praktek bidan maupun di Puskesmas. Imunisasi yang diberikan adalah polio, BCG, DPT, dan campak. Kunjungan resti merupakan kunjungan yang dilakukan kepada ibu yang beresiko tinggi baik pada

kehamilan maupun persalinannya. Sejauh ini, penyebab resti antara lain adalah karena jumlah anak lebih dari 5, umur yang terlalu muda/ tua, dan jarak antar anak terlalu dekat. Biasanya pada kegiatan ini hanya dilakukan pemantauan atau pemeriksaan, namun jika sudah tidak dapat ditangani oleh bidan desa maka akan langsung dilakukan rujukan ke Rumah Sakit. b) Program KB (Keluarga Berencana) Program KB biasanya dilaksanakan dalam bentuk penyuluhan tingkat kecamatan yang diadakan 1 bulan sekali dan pelayanan KB dengan beberapa jenis alat kontrasepsi. Biaya yang dipungut untuk pasang susuk KB adalah Rp.25.000,c) Program kesehatan anak dan remaja Beberapa program yang dibuat oleh Puskesmas untuk anak usia SD-SMA, antara lain: 1. Penjaringan ke TK (dlakukan 1 kali/ tahun) 2. Pemeriksaan ke sekolah ajaran baru (2 kali/ tahun) 3. Manajemen terpadu balita sakit (2 kali/ tahun) 4. Manajemen terpadu bayi muda (2 kali/ tahun pada bayi yang baru lahir) 5. Stimulasi Interpensi Deteksi Dini Tumbuh Kembang h. Potensi efektif wilayah untuk masalah kesehatan Potensi efektif wilayah setempat untuk mengatasi masalah kesehatan antara lain: 1. Desa Pamsimas Merupakan suatu program penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat (PAMSIMAS) yang diselenggarakan oleh Puskesmas akibat masyarakat kesulitan mendapat air bersih saat musim kemarau. Di Kecamatan Kedungbanteng, yang menjadi desa Pamsimas adalah desa Dawuhan Kulon, Dawuhan Wetan, Kutaliman dan Keniten. Keempat desa tersebut diilih karena mempunyai sumber mata

air dan warganya dinilai kooperatif untuk mensukseskkan tugas ini. Puskesmas bekerjasama dengan PO Cipta Karya untuk menyediakan air bersih dan memasang pipa-pipa kecil yang nantinya disalurkan ke rumah warga. Tugas puskesmas adalah mendukung terlaksananya desa Pamsimas dengan melakukan pemeriksaan pada air layak pakai atau tidak dan pemantauan sanitasinya. 2. Organisasi PKK (Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga) Merupakan strategi PKK dalam upaya menjangkau sebanyak mungkin keluarga, yang dilaksanakan melalui Kelompok Dasawisma, yaitu kelompokyang terdiri dari 10-20 KK yang berdekatan. Ketua Kelompok Dasawisma membina 10 rumah dan mempunyai tugas meyuluh, menggerakan dan mencatat kondisi keluarga yang ada dalam kelompoknya seperti adanya ibu hamil, ibu menyusui, balita, orang sakit, orang buta huruf, dan sebagainya. Informasi ini akan disampaikan kepada kelompok PKK setingkat diatasnya, yang akhirnya akan disampaikan pada Tim Penggerak PKK Desa/Keluarga. Salah satu kegiatan kelompok Dasawisma adalah pemeriksaan jentik nyamuk dan pemberantasan sarang nyamuk secara berkala. 3. PKD (Poliklinik Kesehatan Desa) Merupakan wakil Puskesmas di setiap wilayah yang tidak memiliki Pustu dan Puskesmas. Di PKD hanya memiliki bidan desa yang merangkap sebagai dokter atau mantra. Sasaran pelaksanaan PKD adalah melayani KIA-KB dan pengobatan dasar.

2. Gambaran Umum Geografis Desa Kedungbanteng a. Gambaran umum

Secara administrasi Desa Kedungbanteng masuk kedalam wilayah Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Banyumas, jarak dari kantor Kecamatan Kedungbanteng ke kantor Desa Kedungbanteng 0,2 km. Sedangkan jarak kantor desa Kedungbanteng dengan kantor Kabupaten sekitar 13 km. Desa Kedungbanteng terdiri dart 4 RW dan 22 RT. b. Kondisi Geografis Letak dari Desa Kedungbanteng yang letaknya datar berombak merupakan topografi yang berbukit-bukit dengan kemiringan tanah ratarata 20% -30% dan berada pada ketinggian 400 meter dpl. Beriklim sejuk rata-rata suhu 28C-30C serta curah hujan yang cukup tinggi rata-rata 3000-3500 mm per tahun. 1) Batas Wilayah Desa Kedungbanteng memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut: a) Batas sebelah selatan yaitu berbatasan dengan Desa Pasir Wetan dan Desa Pasir Kulon Kecamatan Karanglewas. b) Sebelah utara berbatasan dengan Desa Keniten

Kecamatan Kedungbanteng. c) Sebelah barat berbatasan dengan Desa Jipang

Kecamatan Karanglewas. d) Sebelah timur berbatasan dengan desa Beji dan Desa Kebocoran. 2) Luas Wilayah Desa Wilayah Desa Kedungbanteng luas wilayahnya sebesar 32.365 Ha terdiri dari a) Pemukiman : 2.750 Ha

b) Sawah

: 27.435 Ha

c) Tegalab Lain-lain : 1.835 Ha Wilayah diatas dibagi kedalam 4 RW dengan pembagian 2 Kadus (Kepala Dusun) yang terdiri dari : Wilayah Kadus I terdiri dari 2 RW dan 11 RT, yaitu: a) Grundul Bojong b) Kedunglemah c) Dukuhanyar

Wilayah Kadus II terdiri dari 2 RW dan 11 RT, yaitu: a) Grumbul Sreong b) Grumbul Brobohan c) Grumbul Kedungbanteng d) Grumbul Gadog

c. Kependudukan Desa Kedungbanteng memiliki 1.337 Kepala Keluarga (KK) namun data KK yang kami dapatkan pada tahun 2012 dari desa yaitu sebanyak 1.328 Kelapa Keluarga. Jumlah penduduk 4.385 jiwa yang terdiri dari 2.405 Laki-laki dan 2.430 perempuan dengan rata-rata setiap keluarga terdiri dari 3 sampai 4 anggota keluarga. 1) Jumlah penduduk awal tahun 2011 yaitu : a) Laki-laki b) Perempuan c) Jumlah keseluruhan : 2.405 orang : 2.430 orang : 4.835 orang

d) Jumlah Kepala Keluarga

: 1.337 KK

2) Pertumbuhan penduduk sepanjang tahun 2011 : a) Jumlah kelahiran b) Jumlah kematian : 136 orang : 43 orang

3) Jumlah penduduk menurut pendidikan : a) Tamat SD b) Tamat SMP c) Tamat SMA d) Diploma I dan II e) S1 f) S2 : 2.812 orang : 701 orang : 745 orang : 43 orang : 76 orang : 1 orang

4) Jumlah penduduk menurut mata pencahariannya : a) Petani b) Buruh c) Pertukangan d) Karyawan swasta e) Pegawai Negri Sipil f) ABRI/POLRI g) Pensiunan h) Jasa i) Wiraswasta j) Pedagang : 1.025 orang : 305 orang : 78 orang : 255 orang : 105 orang : 11 orang : 91 orang : 385 orang : 112 orang : 725 orang

k) Sopir l) Mekanik m) Pembantu Rumah Tangga

: 50 orang : 13 orang : 65 orang

d. Bidang Pemerintahan Pemerintahan Desa Kedungbanteng terdiri dari Pemerintahan Desa dan Badan Perwakilan Desa (BPD). Pemerintahan Desa Kedungbanteng menggunakan pola maksimal yaitu terdiri dari Kepala Desa Sekretaris Desa, 2 orang Kadus Desa, 3 orang Kepala Seksi, 1 orang Kepala Urusan dan 1 orang Pembantu Kepala Seksi. Jumlah RT dan RW berjumlah: 1) Jumlah RT 2) Jumlah RW e. Mental Ideologi Jika melihar kondisi dari Desa Kedungbanteng sendiri untuk masalah ketertiban masyarakat cukup baik dan terkendali. Untuk angka kriminalitas cukup kecil. Semangat gotong royong masih cukup tinggi antra lain terlihat pada perayaan hari-hari besar nasional maupun perayaan hari-hari besar keagamaan serta peristiwa adat seperti;kelahiran, khajatan, pendirian rumah dan lain-lain. Peran serta RT dan RW cukup baik terutama dalam bidang: 1) Keamanan lingkungan, 2) Arisan pada pertemuan, 3) Kerja bakti masal, 4) Iuran masyarakat untuk membantu lingkungan, 5) Kematian, 6) Membantu pemerintah desa di bidang data administrasi kependudukan. : 11 RT : 4 RW

f. Bidang Pembangunan Dalam hasil observasi yang kami lakukan. Pmerintah desa setempat tidak mencatat dan tidak membukukan bidang pembangunan apa yang berkembang di desa Kedungbanteng sehingga sangat sulit untuk mencari data yang valid. Tetapi dari hasil observasi secara langsung pemerintah daerah telah mendirikan septitenk masal namun program tersebut belum mencakup ke seluruh desa Kedungbanteng . g. Kesehatan 1) sarana yankes a) Puskesmas Non Perawatan b) Pustu c) PKD d) Posyandu i. Penimbangan Balita ii. Pemberian Makanan Tambahan iii. Pemberian Vitamin A pada bulan Februari iv. Pembinaan Keluarga Balita v. Penyuluhan KB dan KIA e) BP Swasta f) DPS/BPS g) Kendaraan roda 4(Pusling) h) Kendaraan roda 2 : : : : 2 3/3 1 4 : : : : 1 1 13 84

keegiatan yang telah di laksamnakan di desa Kedungbanteng adalah :

3. Data Observasi dan Kuesioner Data Survei Desa Kedungbanteng Observasi Masalah (yang dr tintin)

Prioritas Masalah No. Bobot 1 2 Kriteria Dan Bobot Maksimum Kegawata Biaya Besar n masalah Reta-rata 8 6 5 pencahay aankuran 2x6=12 3x5=15 g 6x8 = 48 Tempat pembuan 6x8=48 5x6=30 5x5=25 gan sampah Kandang 7x8=56 6x6=36 4x5=20 ternak Merokok 8x8=64 6x6=36 2x5=10 Sampah 8x8=64 6x6=36 5x5=25 dibakar Kandang menempe 5x8=40 6x6=36 4x5=20 l rumah Tidak berolahra 4x8=32 2x6=12 1x5=5 ga Kadangkadang konsumsi 5x8=40 4x6=24 4x5=20 4 sehat 5 sempurna Konsumsi obat 3x8=24 3x6=18 2x5=10 warung Tidak mengubur 5x8=40 6x6=36 2x5=10 barang bekas Tidak menutup 4x8=32 6x6=36 2x5=10 penampu ngan air Tidak ada 3x8=24 5x6=30 2x5=10 asuransi Usia 2x8=16 5x6=30 2x5=10 kehamila Daftar Masalah Kemudahan 6 4x6=24 99 8 Jumlah Skor

Priorita s

6x6=36 5x6=30 6x6=36 6x6=36 5x6=30 2x6=12

139 142 146 161 126 61

4 3 2 1 5 15

3 4 5 6 7 8

4x6=24

108

9 10

3x6=18

70

14

2x6=12

98

11

2x6=12 1x6=6 6x6=36

90 70 92

11 13 10

12 13

14 15

n pertama 19-22 thn Tidak mengetah 3x8=24 ui TT Diare 1x8=8

5x6=30 5x6=30

2x5=10 3x5=15

6x6=36 5x6=30

100 83

7 12

B. Pembahasan 1. Kegiatan Pokok Puskesmas Kedungbanteng a. UpayaKesehatan Puskesmas Kedungbanteng menyediakan layanan klinik untuk kesehatan umum yang dilayani oleh dokter umum. Dokter umum di puskesmas ini masih terbilang baru, sehingga belum mengikuti berbagai kegiatan diluar puskesmas, seperti penyuluhan. Penyuluhan termasuk program keluar yang digalangkan klinik kesehatan umum, baik untuk masyarakat desa maupun anak sekolah. Kegiatan tersebut dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan kesehatan gigi dan mulut, yaitu UKGMD dan UKGS, untuk kesehatan umum di beri nama UKGM dan UKS. Untuk pelaksanaan bersamaan dengan UKGMD dan UKGS. Penyuluhan dilakukan oleh bidan, tetapi untuk hal pemeriksaan kesehatan tetap dilaksanakan oleh dokter umum. Selain kegiatan keluar, dilaksanakan juga kegiatan kedalam,yang merupakan tugas wajib dari upaya kesehatan umum. Kegiatan ini dilayani oleh 1 dokter dan 1 perawat umum. Beberapa fasilitas di puskesmas Kedungbanteng juga tersedia untuk menunjang berbagai pengecekan kesehatan, seperti pengecekan gula darah, asam urat, pemeriksaan TB yang dilakukan di laboratorium puskesmas, selain itu juga terdapat apoteker yang bertugas dalam hal meracik obat-obatan yang akan diberikan kepada pasien. Pasien poli umum dalam sehari bisa mencapai sekitar 60-70 pasien/harinya dengan penyakit terbanyak yang diderita masyarakat adalah ISPA terutama pada anak-anak. Didaerah Kecamatan Kedungbanteng ini sendiri belum pernah dijumpai adanya KLB suatu penyakit tertentu.

Beberapa pelayanan kesehatan medik dasar dapat diberikan oleh tenaga kesehatan di poli umum. Namun, jika terdapat penyakit yang tidak bisa ditangani di poli ini, maka akan dilakukan sistem rujukan. Sistem rujukan ini dapat memanfaatkan jaminan kesehatan yang di miliki oleh pasien. Jika pasien menggunakan jamkesda maka pilihan rujukan dapat ke RSUD. Dr. Margono Soekarjo dan RSUD. Banyumas. Adapun macam penyakit yang sering dilakukan rujukan adalah Stroke, gondok, parkinson, diabetes mellitus. Tabel 4.2. Daftar 10 Penyakit Terbanyak di Kedungbanteng. KASUS BERDASARKAN UMUR 21 - 45 0 - 5 6 - 12 13 - 20 44 TH 2276 421 989 TH 911 276 267 22 TH 713 282 112 161 11 TH 1442 532 240 634 210 330 152 77 39 54 -59 TH 785 268 122 409 504 200 175 41 24 15 60 TH 315 119 34 142 242 65 52 14 2 5

DIAGNOSIS

Total

ISPA DERMATITIS DIARE DYSPEPSIA HIPERTENSI MYALGIA ARTRITIS REUMATHOID OBS. FEBRIS FARINGITIS AKUT KONJUNGTIVITIS

6442 1898 1764 1368 956 595 379 296 191 150

7 6 12

89 66 34

68 54 30

b. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut Poliklinik kesehatan gigi merupakan salah satu upaya pengembangan yang terdapat di puskesmas Kedungbanteng. Tugas pokok dari poliklinik gigi ini adalah untuk mengupayakan peningkatan derajat kesehatan gigi masyarakat di wilayah kerja puskesmas Kedungbanteng. Poliklinik gigi Kedungbanteng memiliki dua jenis program kerja, yaitu program kerja kedalam dan program kerja keluar. Program interna adalah

program kerja yang dilaksanakan oleh poli kesehatan gigi di dalam gedung puskesmas, sedangkan program kerja eksterna adalah program kerja yang dilaksanakan diluar gedung puskesmas dan merupakan usaha kesehatan masyarakat. Program kerja kedalam pada poliklinik kesehatan merupakan kegiatan pelayanan kesehatan gigi itu sendiri. Dilayani oleh 1 dokter gigi dan 1 perawat gigi. Pelayanan yang dapat dilakukan antara lain meliputi pemeriksaan, pengobatan, tindakan, pembuatan gigi palsu, dan skaling. Namun, karena peralatan dental di puskesmas yang masih terbilang sederhana, sehingga jika dijumpai tindakan yang tidak dapat dilakukan, maka akan dilakukan rujukan, untuk pasien Jamkesda, rujukan bisa ke RSUD. Margono Soekarjo atau RSUD. Banyumas. Skaling yang dapat di layani oleh poli gigi juga terbilang manual, karena belum menggunakan alat skaler. Jumlah pasien gigi yang berobat rata-rata 6-11 orang, dengan tindakan yang paling sering dilakukan adalah cabut gigi dan tambal. Namun masih lebih banyak cabut gigi, hal ini dikarenakan banyak warga yang datang ke dokter gigi dalam kondisi gigi sudah gangren, sehingga harus dilakukan pencabutan. Selain kondisi gigi yang gangren, karies dan penyakit periodontal juga banyak dijumpai pada masyarakat wilayah kerja puskesmas Kedungbanteng. Selain program kerja di dalam gedung puskesmas, juga terdapat program kerja diluar gedung puskesmas. Program kerja ini terdiri dari dua kegiatan, yaitu : a. UKGMD UKGMD atau Unit Kesehatan Gigi Masyarakat Desa adalah kegiatan pelayanan kesehatan gigi masyarakat desa. Pelaksanaan UKGMD ini bersamaan dengan dilaksanakannya pusling atau puskesmas keliling. Interval pelaksanaannya sebulan sekali dan rutenya adalah keliling seluruh desa wilayah kerja puskesmas Kedungbanteng, PKD dan Pustu (puskesmas Pembantu). Pada kegiatan UKGMD hanya dilakukan pemeriksaan gigi dan mulut saja, jika ada tindakan yang harus dilakukan maka warga akan dirujuk ke

puskesmas Kedungbanteng. Selain pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut, dilaksanakan juga pemeriksaan kesehatan umum oleh dokter puskesmas. Dilaksanakan juga penyuluhan, baik tentang kesehatan gigi dan mulut dan kesehatan umum kepada masyarakat desa. b. UKGS UKGS atau Unit Kesehatan Gigi Sekolah adalah kegiatan pelayanan kesehatan gigi yang dilaksanakan di sekolah-sekolah. Bekerjasama dengan UKS, tenaga kesehatan puskesmas termasuk dokter gigi secara berkala setiap tahun ajaran baru akan melakukan pemeriksaan gigi dan penyuluhan kepada siswa sekolah, baik dari SDSMP. Selain dokter gigi, dokter umum juga ikut ambil bagian dalam kegiatan ini, dan melakukan pemeriksaan kesehatan umum pada para murid. Jika dalam pemeriksaan ditemui indikasi untuk dilakukan tindakan, maka siswa akan dirujuk ke puskesmas Kedungbanteng. Dalam melaksanakan program-programnya terdapat beberapa kendala a. Ketika yang dihadapi oleh tenaga untuk kesehatan gigi puskesmas ketika Kedungbanteng, diantaranya: ditemui indikasi dilakukannya tindakan pelaksanaan UKGMD atau UKGS, pasien harus dirujuk ke puskesmas Kedungbanteng karena tenaga kesehatan tidak melakukan tindakan diluar puskesmas, hal ini menjadi kendala karena pasien yang biasanya dirujuk untuk datang ke puskesmas, tidak datang ke puskesmas tersebut, mungkin karena jarak dan transportasi. b. UKGS tidak boleh dilaksanakan kecuali atas ijin orang tua, hal ini jelas menjadi kendala karena tanpa ijin atau persetujuan dari orang tua, kegiatan UKGS ini tidak bisa dilaksanakan, hal ini tentu menghambat penjaringan kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan puskesmas kepada siswa SD-SMP. c. Masyarakat yang berdomisili di pelosok sulit mendapatkan akses ke puskesmas, hal ini bisa disebabkan karena minimnya transportasi dan jauhnya jarak antara tempat tinggal mereka dengan puskesmas Kedungbanteng.

d. Kurangnya fasilitas pelayanan kesehatan gigi di puskesmas, seperti kursi gigi yang masih manual, mikromotor yang telah rusak jelas menjadi penghambat, sehingga dalam memberikan pelayanan kesehatan gigi kurang maksimal. Dalam melakukan pembayaran tindakan kesehatan gigi, dapat dipergunakan juga asuransi kesehatan, seperti Askes dan Jamkesmas. Dua jenis asuransi kesehatan ini yang paling banyak dipergunakan oleh masyarakat sekitar puskesmas Kedungbanteng. Di poli gigi puskesmas ini terdapat dua teknis pembayaran, yaitu pembayaran tanpa askes dan dengan askes. Jika pembayaran dilakukan dengan tanpa askes, pasien registrasi kemudian diberi kwitansi sesuai tindakan yang akan dilakukan kemudian dipergunakan tarif standar dari Dinas Kesehatan. Sedangkan jika menggunakan Askes, pasien hanya membayar saat registrasi. Semua tindakan dokter gigi di poli gigi pembayarannya menggunakan Askes dan Jamkesmas, sedangkan untuk pembayaran dengan askeskin tidak untuk semua tindakan. Tabel 4.3. Data Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas KedungbantengTahun 2011 No NAMA DESA JENIS PELAYANAN GIGI DAN MULUT Tumpatan Gigi Tetap 1 2 3 4 5 6 7 8 KENITEN KD. 5 8 Pencabuta n Tetap 11 22 18 8 17 12 2 11 Rasio n 4:09 3:09 6:18 1:08 2:13 0:12 4:02 3:11 Gigi Tumpatan/Pencabuta

BANTENG KEBOCORAN 6 KR. SALAM 1 KDL BEJI 3 KR. NANGKA 0 DAWUHAN WTN DAWUHAN KLN 4 3

9 10 11 12 13 14

BASEH KALI SALAK WINDUJAYA KALIKESUR KUTALIMAN MELUNG JUMLAH

2 2 4 3 2 0 43

11 4 5 2 6 3 132

1:08 2:04 4:06 3:02 2:06 0:03

c. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana Berdasarkan program puskesmas maka disetiap puskesmas biasanya diberi pendanaan yaitu dengan adanya dana BOK yang digunakan untuk pendanaan seperti: pengkaderan, kunjungan persalinan, posyandu, Imunisasi, bantuan transportasi, perbaikan gizi buruk, dll. Kegiatan seperti ini biasanya dilakukan perbulan namun lebih tepatnya biasa dilakukan secara insidental, biasanya juga para bidan desa ditemani oleh petugas puskesmas untuk melakukan kegiatan-kegiatan itu seperti contoh kecilnya yaitu penyuluhan. Namun sejauh ini diadakannya kegiatan-kegiatan diatas untuk masyarakat hingga saat ini respon masyarakat untuk kesehatan terutama bidang KIA sudah cukup tinggi. Di puskesmas terutama untuk bagian KIA adanya pendataan warga yang dilaporkan oleh para bidan desa yang terdapat disetiap desa ada di 14 desa, hasil pendataan tadi maka pada akhirnya akan disetorkan pada dinas kesehatan. Sedangkan untuk asuransi yang berlaku di puskesmas kedungbanteng yang berkaitan dengan KIA itu ada jamkesmas, jampersal, dan asuransi lainnya sudah banyak digunakan masyarakat. Untuk mekanisme pasien datang ke puskesmas biasanya diawali dengan: pasien datang lalu daftar ke bagian pendaftaran (membayar registrasi, jika ingin langsung membayar seprti biasa harga jika check-up bisa langsung juga tidak perlu diakhir) lalu masuk ke poli KIA untuk diperiksa oleh petugas kesehatan dan bidan lalu jika ada obat yang harus dibeli maka masuk ke bagian apotik, jika pada saatn pemeriksaan dilakukan sebuah tindakan maka pasien diharapkan membayar lagi sesuai biaya tindakan yang

dilakukan, lalu pasien sudah dapat pulang. Biasanya untuk tindakan penambahan itu yang harus bayar kembali seperti tindakan : a. Pasang susuk KB 25.000 b. Karcis pendaftaran 5.000 c. Tindakan lain 20.000 Untuk mekanisme rujukan itu biasanya melalui PKD (Pos kesehatan Desa)/BPS (Bidan Praktek Swasta) biasanya melaporkan adanya resiko harus dilakukannya tindakan yang tidak dapat dilakukan jika di puskesmas, setelah itu langsung ke fasilitas nya seperti rumah sakit rujukan daerah atau yang lainnya untuk dilakukan tindakan, sedang surat rujukan didapat dari puskesmasnya. Data yang masuk hingga saat ini sudah terjadi kematian 1 orang bayi pada tahun 2012 di daerah Karangnangka dan 1 bayi pada tahun 2011 padahal tahun-tahun sebelumnya belum pernah terjadi kematian bayi seperti sekarang. a. Kesehatan Anak Ada program-program yang dibuat oleh puskesmas untuk anak seperti: i. penjaringan ke TK biasa dilakukan 1x / tahun ii. Pemeriksaan ke sekolah ajaran baru 2x / tahun iii. Manajemen terpadu balita sakit 2x/ tahun iv. Manajemen terpadu bayi muda yaitu biasanya dilakukan pemeriksaan pada bayi yang baru lahir 2x/tahun v. Stimulasi Interpensi Deteksi Dini Tumbuh kembang Kegiatan-kegiatan diatas biasanya dilakukan secara rutin, karena respon dari masyarakat juga amat sangat positif. Kegiatan diatas biasanya dilakukan dengan menggunakan pendanaan dai anggaran dana kesehatan dari pusat, dan anggaran dana desa dan biasanya ada dana tambahan dari masyarakat atau swadaya. Untuk program KB biasanya dilakukan penyuluhan tingkat Kecamatan 1 bulan sekali di Desa atau biasanya dilakukan kunjungan Resti (Resiko tinggi) pada ibu yang beresiko tinggi baik untuk kehamilannya maupun kelahirannya. Biasanya kegiatannya hanya

dilakukan pemantauan atau pemeriksaan namun jika sudah tidak dapat ditangani bidan desa langsung dilakukan rujukan ke RS. Sejauh ini kebanyakan yang Resti itu dikarenakan : i. Jumlah anak lebih dari 5 ii. Umur yang terlalu muda/tua iii. Jarak antar anak terlalu dekat, dll Program KB biasanya diadakan penyuluhan atau pelayanan pada hari Rabu alat kontrasepsinya pun berbeda-beda, lalu diadakan juga safari semacam kunjungan untuk program KB namun dilakukannya hanya pada momen tertentu (insidentil).

d. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat Menurut survey yang kami dapatkan, upaya perbaikan gizi di desa Kedungbanteng, yaitu : a. Posyandu balita Kegiatan posyandu balita di Desa Kedungbanteng sudah terlaksana dengan baik. Warga Desa Kedungbanteng cukup memanfaatkan kegiatan posyandu ini untuk meningkatkan gizi balita di desa tersebut. Hanya saja untuk intensitas dan frekuensinya belum didapatkan data yang valid, tetapi dari survey yang kami dapatkan bahwa warga disana sudah memanfaatkan kegiatan posyandu ini, dari kuisioner membuktikan bahwa mereka sudah memfaatkan posyandu untuk menimbang, dan mengimunisasi anak-anaknya ketika balita. Warga disana juga mempunyai catatan kesehatan atau kartu KMS (kartu menuju sehat), yang diberikan posyandu untuk melihat hasil perkembangan kesehatan selama mengikuti kegiatan posyandu, warga disana kebanyakan mengikuti kegiatan posyandu untuk mengetahui perkembangan kesehatan anak-anaknya.

b. Posyandu lansia Dari hasil survey yang kami dapatkan, posyandu lansia disana sudah terlaksana dan dimanfaatkan dengan baik. Hasil kuisioner membuktikan, banyak warrga yang memanfaatkan posyandu lansia untuk pengobatan dan memeriksakan kesehatan mereka. Warga yang mengikuti kegiatan ini, mempunyai catatan kesehatan atau kartu KMS (kartu menuju sehat) untuk mengetahui perkembangan kesehatan mereka, banyak warga yang datang ke ponsyandu lansia ini karena anjuran dari desa, bukan karena kesadaran sendiri. Rata-rata mereka datang hanya ketika mengeluh sakit saja, tetapi ketika mereka tidak merasakan sakit atau tidak ada keluhan sakit mereka tidak datang ke posyandu lansia. e. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular Kegitan pencegahan khusunya untuk penyakit menular sudah di laksanakan oleh puskesmas salah satunya dengan program imunisasi. imunisasi merupakan langkah yang tepat dalam pencegahan penyakit terutama penyakit - penyakit yang berbahaya dan sifatnya fatal bagi kesehatan manusia. Menurut hasil survey yang kita dapatkan dalam pemberantasan penyakit menular belum ada program secara berkelanjutan yang selalu di jalankan oleh pihak puskesmas. Padahal desa Kedungbanteng memiliki potensi yang sangat besar sebagai tempat bersarangnya agent penyakit menular melihat dari kesehatan lingkungan yang masih rendah. f. Upaya Pengobatan Menurut survey yang kami dapatkan, upaya pengobatan di Desa Kedungbanteng, yaitu Puskesmas Utama. Hasil data yang diperoleh, di wilayah desa Kedungbanteng ini mempunyai puskesmas utama. Di puskesmas utama ini sarana dan tenaga kesehatan cukup memadai untuk pengobatan, seperti KIA-KB, balai pengobatan umum, balai pengobatan

gigi, apotek, gizi, promosi kesehatan, bidan desa dan puskesmas pembantu. Dari hasil kuisioner yang kami dapatkan, banyak warga yang belum memanfaatkan puskesmas utama secara maksimal, tetapi meraka lebih memanfaatkan bidan desa dari pada datang ke puskesmas utama, dikarenakan pelayanan di bidan desa lebih cepat dari pada pelayanan di puskesmas utama yang harus menunggu antrian ketika akan berobat, g. System pelaporan dan manajemen puskesma Di era globalisasi ini dengan kemajuan teknologi di bidang telekomunikasi dan informasi pemanfaatan sistem informasi manajemen seharusnya dapat di optimalkan secara maksimal. Dalam pelaksanaan sistem informasi manajemen di puskesmas Kedungbanteng banyak faktor yang mempengaruhi sehingga belum terlaksana dengan baik. Baik faktor dari sisi internal puskesmas maupun faktor dari eksternal puskesmas. Sehingga pengembangan sistem informasi manajemen berbasis teknologi informasi bukan sesuatu yang mudah untuk di laksakan oleh puskesmas Kedungbanteng. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan sistem informasi manajemen puskesmas, yaitu: 1. Manusia/staf puskesmas Keterbatasan sumber daya manusia menjadi kendala utama dalam menjalankan sistem informasi manajemen puskesmas. Di puskesmas kedungbanteng hanya ada satu orang yang dapat menggunakan program program untuk memasukan, memproses dan menyajikan data untuk di jadikan sistem informasi manajemen puskesmas. Berikut ini adalah data tenaga kesehatan di puskesmas Kedungbanteng : a. Dokter Umum b. Dokter Gigi c. Perawat Umum d. Perawat Gigi e. Bidan Puskesmas : 1 orang : 1 orang : 3 orang : 1 orang : 3 orang

f. Bidan Desa g. Kesmas/Sanitasi h. Adminkes 2. Teknologi

: 16 orang : 2 orang : 5 orang

Modal untuk menjalankan sistem informasi kesehatan di puskesmas Kedungbanteng sudah cukup baik. Di puskesmas Kedungbanteng terdapat 2 unit pc computer dan 3 unit laptop. 2 unit pc terdapat di bagian farmasi dan 3 unit laptop dipegang oleh kepala puskesmas, bagian promkes dan bagian yang mengelola jamkesmas. Di puskesmas Kedungbanteng dalam menjalankan sistem informasi manajemen puskesmas masih menggunakan sistem manual. Seluruh bentuk data yang masuk ke puskesmas Kedungbanteng masih menggunakan tulisan. Tulisan tersebut akan di kumpulakan menjadi satu kemudian akan di kumpulkan ke salah satu staf puskesmas untuk di entry, di proses dan di sajikan dalam bentuk data yang lebih mudah untuk di baca. Dalam sistem informasi manajemen puskesmas dinas provinsi meberikan kemudahan dengan memberikan program berupa software excel sehingga dalam proses pengolahannya seluruh puskesmas menyajikan dalam bentuk yang sama. Berikut ini pelaporan yang sudah menggunakan software: a. Laporan penyakit b. Profil puskesmas c. Imunisasi d. KIA e. Kesehatan anak Puskesmas merupakan ujung tombak sumber data kesehatan khususnya bagi dinas kesehatan kota. Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas juga merupakan fondasi dari data kesehatan. Sehingga diharapakan terciptanya sebuah informasi yang akurat, representatif dan reliable yang dapat

dijadikan pedoman dalam penyusunan perencanaan kesehatan. Setiap program akan menghasilkan data. Data yang dihasilkan perlu dicatat, dianalisis dan dibuat laporan. Data yang disajikan adalah informasi tentang pelaksanaan progam dan perkembangan masalah kesehatan masyarakat. Pencatatan dan pelaporan sangat penting untuk di laksanakan. Di puskesmas kedungbanteng sudah menjalankan pencatatan dan pelaporan dengan berbagai mekanisme berbeda untuk tiap bagiannya. Berikut ini merupakan mekanisme pencatatan dan pelaporan yang ada di puskesmas Kedungbanteng: a. Mekanisme pencatatan pelaporan bagian administrasi dan registrasi Seluruh administrasi dan registrasi baik yang menggunakan jaminan pelayananan kesehatan ataupun umum dari tiap balai pengobatan mulai dari balai pengobatan gigi. Umum, KIA-KIB, gizi, imunisasi, dan rekam medis menggunakan sistem tertulis yang kemudian di kumpulkan menjadi satu dan di proses menjadi suatu data yang akan laporkan ke pada dinas kesehatan kabupaten. Laporan jumlah pasien tersebut perminggunya dari puskesmas dan 14 PKD akan di kirimkan ke dinas kesehatan kabupaten melalui SMS. Sedangkan data berupa lampiran laporan software excel akan di kirimkan satu bulan sekali oleh puskesmas ke dinas kesehatan kabupaten. b. Mekanisme pencatatan dan pelaporan dana operasional Pendanaan puskesmas di dapatkan sepenuhnya dari pemerintah. Pemerintah mengeluarkan berupa dana operasional puskesmas. Besar kecilnya dana sebanding dengan berapa jumlah penghasilan puskesmas tiap tahun.

Penghasilan puskesmas di dapatkan dari biaya registrasi kunjungan masyarakat ke puskesmas. Ada juga dana bantuan BOK yang di berikan pemerintah tiap tahunnya sebesar Rp 100.000.000. laporan dana operasioanal di rekap secara pemasukan, pengeluaran dan penggunaan oleh baguan keuangan puskesmas perbulannya. Sedangkan laporan setiap penggunaan dana bantuan BOK di rekap di bagian promkes. Kedua laporan dana operasional dan dan bantuan BOK akan di pertanggung jawabkan LPJnya ke dinas kesehatan kabupaten tiap bulannya. Dana subsidi silang digunakan untuk biaya keperluan yang tak terduga misalnya perbaikan sarana prasarana. Mekanisme pengajuan dana tersebut adalah ketika puskesmas mengajukan dana ke dinas kesehatan kabupaten dana tersebut tidak langsung cair saat itu juga, melainkan ketika puskesmas telah melaporkan pengeluarannya. Dana tersebut dapat di gantikan terlebih dahuli dengan dana bantuan BOK kemudian ketika dan dari dinas kesehatan kabupaten sudah turun makan dana BOK yang telah dipakain dapat di kembalikan. c. Laporan pemasukan dan penggunaan obat (LPLPO) Akan di laporkan tiap bulan sekali ataupun 3 bulan sekali tergantung penggunaan obat tersebut. Pelaporan tersebut di gunakan untuk memenuhi permintaan stok obat di puskesmas.

2.

Masalah Kesehatan Desa Kedungbanteng a. Gambaran Lingkungan 1) Sumber air besih

Sumber

air

yang

dipergunakan

oleh

warga

desa

Kedungbanteng rata-rata berasal dari sumur, berdasarkan hasil kuesioner yang telah dilaksanakan dapat diperoleh data sekitar 6,1 % menggunakan mata air desa, dan 74,5 % menggunakan sumur pribadi sebagai sumber air mereka. Sedangkan untuk penduduk yang menggunakan PDAM masih sangat jarang, hal ini dibuktikan dengan hasil kuesioner sebanyak 5,1 %. dengan Hal ini kemungkinan terjadi karena memang PDAM masih jarang ada didaerah tersebut, sedangkan air tanah mudah didapatkan sehingga banyak warga yang menggunakan sumur. Rata-rata air yang sudah ditampung di bak warga dalam keadaan jernih karena daerah kedungbanteng dekat dengan mata air gunung Slamet. Air sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Perharinya manusia membutuhkan air setindaknya 30-60 liter. Air tersebut digunakan untuk minum, mandi dan keperluan lainnya. Penggunaan air juga perlu diperhatikan kebersihan dan kejernihan air tersebut, karena jika air tersebut kotor, kemungkinan mengandung bibit penyakit terlebih lagi jika jarak sumber air/sumur dengan pembuangan kotoran manusia dekat. Syaratsyarat air yang perlu diperhatikan adalah syarat fisik, bakteriologis dan kimia (Notoamodjo,2003). 2) Kamar mandi atau jamban Sebagian besar warga desa kedungbanteng telah memiliki jamban kamar mandi dan jamban sendiri, berdasarkan survey yang telah dilakukan, sebanyak 69,4 % sedangkan warga yang tidak memiliki jamban dan kamar mandi sebanyak 30,6 % . Walaupun warga telah memiliki jamban sendiri, pembuangan kotoran dari jamban langsung ke kolam atau sungai. Penampungan sumber air warga ditampung pada bak atau penampungan air sebanyak 51,0 %, dengan frekuensi sebanyak 22,4 % menguras seminggu sekali, 15,3 % menguras dua minggu sekali, 8,2 % menguras tiga minggu sekali, 9,2 % tidak menguras

sama sekali dan 40,8 % menguras sesuai dengan kebutuhan. Responden masih kurang sadar dengan kebersihan lingkungannya, mereka memang memiliki jamban sendiri namun saluran pembuangannya menuju ke kolam atau sungai sehingga dapat mencemari air di desa tersebut. 3) Pengolahan sampah Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa sebanyak 83,7 % membuang sampahnya ke pekarangan kemudian membakarnya. Sangat jarang warga yang mengumpulkan sampahnya lalu dibuang ke TPA atau didaur ulang. Pengolahan sampah yang seperti ini dapat berpotensi timbulnya pencemaran lingkungan, seperti asap hasil pembakaran sampah ataupun jika sampah menumpuk dipekarangan dan tidak dibakar dapat menimbulkan bau yang tidak sedap disekitar lingkungan desa. Selain itu, sampah yang tidak diolah dapat menjadi tempat perkembangbiakan pembuangan sampah. Proses pembakaran sampah walaupun skalanya kecil sangat berperan dalam menambah jumlah zat pencemar di udara terutama debu dan hidrokarbon. Zat atau gas polutan ini, tidak hanya berbahaya bagi lingkungan tetapi juga berbahaya langsung terhadap manusia.Polutan yang dihasilkan akibat pembakaran sampah dapat menyebabkan gangguan kesehatan, pemicu kanker (karsinogenik). Sebagai gambaran pembakaran 1 ton sampah akan menghasilkan 30 kg gas CO, gas tersebut jika dihirup akan berikatan sangat kuat dengan haemoglobin darah sehingga dapat menyebabkan tubuh orang yang menghirup akan kekurangan O2 dan menimbulkan kematian. Pembakaran Sampah organik yang masih agak basah seperti daun, ranting, batang, sisa sayuran atau buah jika dibakar tidak akan semua terbakar dan akan agent penyebab penyakit dan dapat menyebabkan kerugian kesehatan penduduk sekitar tempat

menghasilkan partikel-partikel padat yang dapat beterbangan yang mengandung senyawa hidrokarbon berbahaya. Dari hasil penelitian dalam beberapa tahun terakhir ini dikatakan bahwa pembakaran sampah rumah tangga pada kondisi pembakaran dan suhu yang rendah dapat menimbulkan gas racun dioksin. Dioksin merupakan bahan kimia beracun yang bersifat ada terus menerus, terakumulasi secara biologi dan tersebar di dalam lingkungan dalam konsentrasi yang rendah dan efek samping nya terhadap manusia adalah perubahan hormone, perubahan pertumbuhan janin, menurunkan kapasitas reproduksi. Dioksin juga termasuk bahan yang bersifat carcinogen yang bisa meningkatkan resiko terkena kanker terhadap manusia. Pembakaran sampah di dalam udara terbuka juga menimbulkan kabut asap yang tebal yang mengandung bahan lainnya seperti partikel debu yang kecil-kecil yang biasa disebut particulate matter (PM). Dan jika particular matter ini terkontaminasi dengan udara di lingkungan desa sehingga bisa masuk ke dalam paru-paru masyarakat lingkungan tersebut dan bisa mengakibatkan sakit gangguan pernafasan (asma dan radang paru-paru), infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), radang selaput lender mata, alergi, iritasi mata dll. Di desa Kedungbanteng ini masyarakat banyak melakukan pembakaran sampah dikarenakan beberapa faktor; 1. Lahan perkebunan yang yang luas sehingga sampah banyak dan masyarakat menaruh

menumpukannya di perkebunan tersebut 2. Tidak ada nya petugas kebersihan yang selalu mengangkut timbunan sampah setiap harinya bahkan setiap minggu 3. Mudahnya pembakaran sampah karena dianggap dapat menghilangkan sampah secepatnya tanpa memikirkan dampak panjangnya.

4) Luas ventilasi Berdasarkan data kuesinoner sebanyak 45,9 % ventilasi warga sebesar 5-9% luas lantai, 13,3 % ventilasi sebesar < 5% luas lantai, 13,3 % sebesar 3% luas lantai, dan sekitar 22,5 % sebanyak <3% luas lantai. Dari data tersebut dapat diketauhi bahwa masih banyak warga yang memiliki ventilasi kurang memadai yaitu sekitar % dari luas lantai seluruhnya. Hal ini menandakan warga masih belum peduli terhadap ventilasi rumah. Ventilasi rumah yang kurang dapat menyebabkan keadaan rumah tersebut menjadi lembab dan menjadi tempat pertumbuhan bakteri, selain itu pertukaran okrigen dan karbondioksida juga akan berkurang. kelembaban rumah memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian TB paru. Hal tersebut dapat dipahami karena kelembaban rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan menjadi media yang baik bagi pertumbuhan berbagai mirkoorganisme seperti bakteri, sporoket, ricketsia, virus dan mikroorganisme yang dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara dan dapat menyebabkan terjadinya infeksi pernafasan pada penghuninya. Kuman tuberkulosis dapat hidup baik pada lingkungan yang lembab. Selain itu karena air membentuk lebih dari 80% volume sel bakteri dan merupakan hal yang essensial untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup sel bakteri, maka kuman TB dapat bertahan hidup pada tempat sejuk, lembab dan gelap tanpa sinar matahari sampai bertahun-tahun lamanya. (Lumban, Tonny. 2009) 5) Jarak septitank Warga desa Kedungbanteng sebagian besar belum memiliki septitank, mereka masih membuang kotoran di kolam atau sungai, sebanyak 33,0 % warga berdasarkan kuesioner masih membuang kotoran ke kolam atau sungai, mereka memang memiliki jamban, namun salurannya menuju kolam atau sungai, adapula penduduk

yang buang air besar kekolam atau ke sungai tanpa memiliki jamban dirumahnya. Penduduk yang memiliki septitenk masih sangat sedikit. Hal ini membuktikan bahwa kesadaran masyarakat akan pembuangan kotoran masih kurang. Kurangnya perhatian terhadap pengelolaan tinja, jelas akan mempercepat tejadinya penyebaran penyakit-penyakit yang ditularkan melalui tinja. Karena kotoran manusia (faeces) adalah sumber penyebaran penyakit yang multi kompleks. penyakit yang bersumber pada faeces yang biasa di derita oleh masyarakat adalah diare. Menurut survey masyarakat yang terkena penyakit diare cukup tinggi

6) Letak kandang dan frekuensi pembersihan kandang Berdasarkan kuesioner sebanyak 78,6% memiliki ternak dengan jarak kandang ternak 58,0% menempel pada rumah, 1,4% didalam rumah, 24,6% terletak 3 meter dari rumah, 10,1% terletak 5 meter dari rumah, dan 5,8% terletak 10 meter dari rumah. Jarak letak kandang perlu diperhatikan, karena kandang yang dekat dengan rumah dapat mempercepat transmisi penyakit. Frekuensi pembersihan kandang yang dilakukan oleh warga bedasarkan kuesioner yang dilakukan sebanyak 36,2% dilakukan setiap hari, 17,4% dua hari sekali, 8,7% tiga hari sekali, 24,6% seminggu sekali, dan 2,9% sebulan sekali. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa banyak warga yang membersihkan kandang ternaknya setiap hari. Pembersihan kandang ini harus dilakukan setiap hari, karena jika tidak kotoran hewan dapat menumpuk dan menjadi tempat perkembangbiakan agent penyakit. Selain itu masalah bau yang di timbulkan oleh kotoran hewan ternak dapat menggangu warga dan dapat menurunkan kesehatan lingkungan sekitar. Kotoran yang tidak segera di bersihkan juga dapat di

hinggapi oleh serangga serangga yang memperantari penyakit ke manusia. 7) Genangan air Genangan air jarang ditemukan pada desa kedung banteng ini, sebanyak 82,7% lingkungan rumah warga tidak ditemukan genangan air, sisanya 17,3 % terdapat genangan air. Genangan air ini merupakan tempat yang cocok untuk perkembangbiakan nyamuk, dengan tidak adanya genangan air, potensi warga untuk terkena penyakit yang di transmisikan oleh nyamuk akan menurun. Perlu adanya sosialisasi oleh dinas kesehatan setempat mengenai masalah yang akan timbul akibat genangan air. Selain itu dinas setempat juga memsosialisasikan akan pentingnya kegiatan 3M (Mmenguras, mengubur, membuang)

8) Pencahayaan Penduduk desa Kedungbanteng berdasarkan kuesioner responden dapat diketahui bahwa sebanyak 38,8 % warga memiliki pencahayaan yang cukup, sedangkan sebanyak 61,2 % pencahayaan didalam rumah yang buruk. Pencahayaan yang cukup sangat penting untuk kesehatan rumah warga, karena sinar ultraviolet (UV) sinar matahari dapat membunuh bakteri yang terdapat di dalam rumah, jika pencahayaan kurang, rumah menjadi lembab dan bakteri mudah untuk berkembang biak. Pencahayaan sangat berpengaruh terhadap perkembangan penyakit TB. 9) Lantai kedap air Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dirumah responden sebanyak 79.6 % memiliki lantai yang kedap air, dan 20,4 % dengan lantai yang tidak kedap air. Dari hasil tersebut diketahui

bahwa warga rata-rata telah sadar akan kebersihan lantai rumahnya. Lantai yang tidak kedap air sulit dibersihkan dan menjadi tempat perkembangbiakan mikroorganisme patogen yang dapat menyebabkan penyakit. b. Perilaku iii. Kebiasaan Mandi Dari hasil pengisian kuesioner persentasi yang didapat dari masyarakat Desa Kedungbanteng yaitu 3 kali sehari 17,3 % responden dengan alasan faktor cuaca dan aktivitas. mandi sebanyak 2 kali sehari sebanyak 79,6 %, untuk mandi sehari sekali dan seminggu sekali tidak ditemukan pada masyarakat. Untuk penggunaan sabun mandi, 100% responden sudah menggunakan sabun mandi. Sesuai data tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat sudah memiliki kesadaran diri terhadap kebersihan tubuh dengan cara mandi secara rutin dan menggunakan sabun mandi. Dengan menerapkan perilaku mandi secara rutin, dapat meminimalisir resiko terkena penyakit kulit. iv. Kebiasaan Gosok Gigi Persentase yang didapat dari hasil kuesioner yang menggosok gigi 3 kali sehari 21,4 %, menggosok gigi 2 kali sehari sebanyak 70,4 % biasanya sesuai dengan waktu mandi untuk gosok gigi sehari sekali 4,1 % dan ada pula yang tidak menggosok gigi sebanyak 2,0 %. Di Desa Kedungbanteng kesadaran dalam menggosok gigi cukup tinggi karena dibuktikan dari hasil presentasi.

v.

Kebiasaan Mencuci

Presentasi responden untuk mencuci pakaian sebesar 75,5 % di rumah, dan 5,1 % mencuci di pancuran, dan mencuci di tempat lain sebanyak 19,4 %. Dari hasil tersebut dapat dibuktikan bahwa sudah cukup mengerti akan kebersihan alat-alat rumah tangga. vi. Kebiasaan Menggunakan Alas Kaki Hampir seluruh masyarakat Desa Kedungbanteng

menggunakan Alas kaki dengan presentase 83,7 %, namun masih ada yang belum menggunakan alas kaki sebanyak 16,3 %. Dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh masyarakat mengerti akan kebersihan diri, selain itu dengan pemakaian alas kaki masyarakat dapat terhindar dari penyakit kulit dan cacingan. vii. Kebiasaan Tidur Dari hasil survey, ditemukan sebanyak 35,7 % tidur selama 8 jam, 45,9 % tidur selama < 8 jam, 11,2 % tidur > 8 jam. dan presentase tidur di tempat tidur sebanyak 91,8 %, dan tidur di depan TV sebanyak 4,1 %. Dapat disimpulkan bahwa beberapa responden sudah mengerti akan kesehatan dan pola hidup teratur.

viii.

Kebiasaan Merokok Hasil kuesioner mambuktikan bahwa hampir seluruh KK merokok, dibuktikan dengan hasil presentase sebanyak 85,7 %. dapat disimpulkan bahwa masyarakat Desa Kedungbanteng belum cukup mengerti akan akibat yang ditimbulkan dari merokok, padahal mereka

ix.

Kebiasaan Olahraga Dari hasil pengamatan, didapat hasil bahwa responden yang melakukan olahraga setiap hari sebanyak 16,3 %, satu minggu 2

kali sebanyak 3,1 %, dan satu minggu sebanyak 3 kali sebanyak 4,1 %, dan responden yang sama sekali tidak melakukan olahraga sebanyak 51,0 %. Alasan masyarakat tidak berolah raga di karenakan tidak sempat nya mereka untuk berolahraga sebab menurut beberapa masyarakat, yang kami wawancarai alasan utama mereka tidak berolahraga karena malas dan tidak sempat nya berolahraga karena sibuknya kegiatan sehari-hari yang berat sudah seperti berolahraga. Sebagian besar yang bermata pencaharian buruh ini tidak pernah membiasakan untuk berolahraga, karena berat melakukan olahraga. Kurang nya pengetahuan tentang penting nya olahraga ini yang membuat mereka tidak pernah menyempatkan untuk berolahraga. Dan mereka berpendapat tetap akan sehat-sehat aja apabila tidak berolahraga dan hal ini yang sudah menjadi kebiasaan sehari-hari sehingga mereka sudah terbiasa untuk tidak berolahraga. Oleh sebab itu masyarakat penting sekali diberi pengetahuan tentang penting nya olahraga bagi kesehatan agar masyarakat sadar bahwa penting nya olahraga dapat mencegah beberapa penyakit yang banyak di alami oleh masyarakat semperti salah satu contohnya adalah sering nya beberapa warga yang merasa pegal-pega, sedangkan dengan olahraga hal itu tidak akan terjadi karena pegal- pegal ini justru di karenakan kurangnya pelenturan dan pemanasan. Namun hal ini yang banyak kurang di ketahui tentang penting nya olahraga bagi kesehatan warga. x. Kebiasaan mencuci tangan Dari data survey yang didapat, sebanyak 83,7 % responden melakukan cuci tangan sebelum makan, dan 2,0 % tidak mencuci tangan sebelum makan. Data ini menunjukkan bahwa masyarakat dan padat nya pekerjaan sehari-hari yang tidak menyempatkan mereka untuk

desa Kedungbanteng memiliki kesadaran yang tinggi akan kebersihan tangan karena tangan adalah organ tubuh yang cukup sering berinteraksi dengan mulut. xi. Kebiasaan Ketika Sakit Responden yang meminum obat ketika sakit sebanyak 76,5 %, yang kadang-kadang meminum obat sebanyak 16,3 %, dan yang tidak meminum obat sebanyak 7,1%. Responden yang membeli obat di warung sebanyak 42,1 %, membeli di apotek sebanyak 22,3 %, membeli obat ke dokter sebanyak 11,6 %. Responden yang tidak mengkonsumsi obat beranggapan bahwa hanya dengan istirahat saja sudah cukup untuk memulihkan kondisi tubuhnya. xii. Kebiasaan melakukan 3M Untuk kebiasaan menutup barang-barang bekas di Desa Kedungbanteng memang bekum terlaksana, hal ini terlihat dari perhitungan prioritas masalah bahwa tidak mengubur barangbarang bekas menjadi prioritas utama ke 9 dengan skor 98. Jika kita telaah memang di Desa Kedungbanteng kurang tersedianya sebuah TPA sehingga mereka lebih sering membakar sampah atau barang-barang bekas. Hal ini yang mendasari menjadi kebiasaan dan tidak membiasakan mengubur barang-barang bekas. xiii. KEP (Kekurangan Energi dan Protein) Selama observasi tidak ditemukannya tanda dan gejala dari anak yang mengalami kekurangan protein dan energi. Dapat dibuktikan sebanyak 75,5 % responden tidak memiliki anak dengan gejala tersebut, ini berarti warga desa kedungbanteng telah memahami pentingnya memenuhi gizi pada anak dengan cara mengkonsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna.

xiv. Merokok Persentase jumlah sampel yang merokok adalah 85,7%. Dilihat dari tingginya persentase, maka rokok merupakan prioritas permasalahan kedua yang ada di Desa Kedungbanteng. Merokok sudah menjadi kebiasaan yang sangat umum dan meluas di masyaraka. Kebiasaan merokok ini sulit dihilangkan dan jarang diakui orang sebagai suatu kebiasaan buruk. Bila ditelaah, responden yang merokok mengaku tidak bisa menghentikan kebiasaannya tersebut. Disamping itu faktor pekerjaan yang berat membuat mereka menjadi sangat tergantung dengan rokok. Hal ini wajar, karena rata-rata pekerjaan responden adalah sebagai petani dan buruh. Mereka membutuhkan rokok untuk doping agar tubuh dan pikiran mereka segar dan tidak mengantuk. Kurangnya kesadaran untuk tidak merokok dapat juga dipengaruhi karena ketidaktahuan responden tentang bahaya merokok. Dukungan dari orang-orang terdekat sangat penting agar perokok menghentikan kebiasaannya tersebut. Sayangnya, orangorang terdekatnya pun juga belum menyadari sepenuhnya bahaya dari merokok. Apabila kebiasaan merokok tidak segera di hentikan akan menimbulkan efek yang berbahaya untuk kesehatan dirinya dan orang di sekitarnya. Asap rokok mengandung kurang lebih 4000 zat kimia beracun dan 200 diantaranya dinyatakan berbahaya bagi tubuh. Zat kimia yang dikeluarkan ini terdiri dari 85% gas dan 15% sisanya adalah partikel. Nikotin, gas karbonmonoksida, nitrogen oksida, hidrogen sianida, amoniak, akrolein, asetilen, benzaldehid, urethan, benzen, methanol, kumarin, 4-etilkatekol, ortokresol dan perylene adalah sebagian contoh zat kimia yang ada di dalam rokok.

Pemerintah sudah menghimbau bahaya merokok dengan mencantumkan peringatan rokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, serta gangguan kehamilan dan janin tetapi hal ini belum diindahkan oleh masyarakat. Jika digalakkan terus menerus, sosialisasi tentang bahaya merokok adalah hal sederhana yang dapat berefek besar. Untuk langkah awal jika ingin berhenti merokok, sebaiknya masyarakat mengganti rokok dengan mengkonsumsi permen atau permen karet. Tetapi jika memang masyarakat benar-benar tidak bisa menghentikan kebiasaan buruknya tersebut, alangkah baiknya jika merokok tidak di dalam rumah atau di areal sekitar rumah yang padat penduduknya. Hal ini harus dilakukan supaya jumlah perokok pasif dapat ditekan sehingga morbiditas karena asap rokok berkurang.

xv.

Kebiasaan Meludah Sembarangan Berdasarkan hasil observasi sebanyak 94,9 % responden tidak meludah sembarangan. Ini menunjukkan masyarakat telah memahami arti kebersihan, sedangkan masih ada beberapa yang meludah sembarangan sebanyak 5,1 %. Kebiasaan meludah sembarangan mengganggu kesehatan lingkungan dan juga mengganggu estetis.

xvi. Kuku tidak panjang Berdasarkan data observasi sebanyak 62,8 % responden berkuku pendek, walaupun masih ada beberapa yang berkuku panjang 37,8 %, ini berarti sebagian besar responden merawat dan menyadari kebersihan dirinya. Kuku panjang dapat melukai diri sendiri dan dapat menyebabkan penyakit diare karena kumankuman akan berkumpul pada bagian dalam kuku yang panjang.

2. Pelayanan Kesehatan b. Pelayanan kesehatan merupakan salah satu bagian penting dalam pengukuran tingkat kesehatan di suatu daerah. Dengan kata lain semakin banyak masyarakat yang memanfaatkan pelayanan kesehatan maka jumlah orang yang mengerti akan pentingnya kesehatan semakin meningkat. Seperti di Desa Kedungbanteng, hasil survey membuktikan masyarakat desa ini mendatangi tempat pelayanan kesehatan seperti puskesmas (41,8%), bidan (27,6%), dokter/dokter gigi (25,5%), dan lain-lain (5,1%). Adapun hasil persentasi mengenai sejumlah orang yang lebih mempercayai berobat ke puskesmas sesuai hasil persentasi sebanyak 41,8%. Selain itu masyarakat beralasan datang ke pelayanan kesehatan tersebut karena faktor kepercayaan dengan persentase tertinggi (27,6%) dan tenaga kesehatan melayani dengan ramah (87,8%). Selain sejumlah pelayanan kesehatan yang disediakan, beberapa penyuluhan pernah dilakukan di Desa Kedungbanteng seperti penyuluhan mengenai Kesehatan Ibu Anak (KIA), Keluarga Berencana (KB), kesehatan umum, dan lain-lain. Menurut hasil survey pengadaan penyuluhan ini diadakan sebayak satu bulan sekali dengan persentase tertinggi (62,0%) c. Puskesmas Kedungbanteng sebagai tempat pelayanan kesehatan di tingkat kecamatan Desa Kedungbanteng ini letaknya tidak jauh dari pusat desa yaitu sekitar 1-3km dari tiap KADUS. Biasanya mereka memanfaatkan Puskesmas sebagai jasa pengobatan (88,2%). Kebanyakan responden (51,5%) menyatakan tarif di Puskesmas termasuk murah yaitu Rp 5000,00. Di Puskesmas ini juga menerima pengguna asurasi kesehatan seperti askes, jamkesmas, dan JPKM. Namun sangat disayangkan hanya sebesar 43,9% masyarakat menggunakan asurasi kesehatan, dengan hasil survey pengguna askes (27,9%), dan jamkesmas (58,1%), dan lain-lain (14,0%). d. Program kesehatan Keluarga Berencana di Desa Kedungbanteng sudah banyak diterapkan oleh beberapa responden sebanyak 90,8%. Dari

beberapa pemakai sebanyak 42,7% mengeluhkan efek samping dari alat kontrasepsi seperti menstruasi yang tidak lancar, dan penambahan berat badan. Sehingga jumlah anak dari tiap responden bervariasi, untuk yang memiliki kurang dari 3 anak 48,0% KK, berjumlah 3-5 anak 39,8% KK, dan yang memiliki anak lebih dari 5 anak 7,1% KK. e. Dalam pemeliharaan kesehatan ibu hamil, diterapkan standar minimal dan maksimal usia ibu hamil yang bertujuan melindungi janin dan kondisi ibu. Di Desa Kedungbanteng sebagian besar kehamilan pertama di usia 19-22 tahun (39,8%), 22 tahun (17,3%), dan 25 tahun (17,3%). Namun masih ada beberapa responden yang hamil di usia muda yaitu pada usia 15-18 tahun (7,1%), dan lain-lain (18,4%). Pada kehamilan terakhir sebanyak 35,7% melahirkan di usia 30-35 tahun, 35-40 tahun (20,2%), kurang dari 30 tahun (34,5%), usia 45 tahun (2,4%) dan lebih dari 40 tahun (4,8%). Dapat disimpulkan sebagian besar kehamilan pertama ibu hamil di usia 19-22 tahun dan kehamilan terakhir di usia 30-35 tahun. f. Hampir seluruh ibu hamil di Desa Kedungbanteng sudah mengerti akan kesehatan tubuh mereka dan calon bayinya. Sesuai dengan hasil survey 20,4% memeriksakan kandungan sebanyak 5 kali, dan lebih dari 5 kali (62,2%). Kebanyakan dari mereka memeriksakan kehamilan di bidan (78,6%), karena faktor kepercayaan dan edukasi mengenai seputar kehamilan, sedangkan yang memeriksakan ke puskesmas (12,2%) dan dokter (6,1%). Sudah banyak ibu hamil yang mengkonsumsi tablet besi untuk penambah darah, yaitu sekitar 93,9%. Ibu hamil yang mengetahui pentingnya imunisasi hanya sebanyak 75,5%, dan sisanya belum mengetahui. Namun hanya sebanyak 46,9% yang mengetahui imunisasi TT (tetanus toxoid). Beberapa ibu hamil mengalami komplikasi sebanyak 26,5% dan sisanya 73,5% tidak mengalami komplikasi saat kehamilan. Walaupun begitu hampir seluruh ibu hamil menggunakan jasa bidan saat persalinan dengan jumlah 57,1%, sedangkan yang lainnya dukun bayi (26,5%), dan rumah sakit (13,3%).

g. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) merupakan salah satu kegiatan

kesehatan sosial yang melibatkan partispasi masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat yang dilaksanakan oleh kader-kader kesehatan yang telah mendapat pendidikan dan pelatihan dari puskesmas mengenai pelayanan kesehatan dasar. Posyandu sudah sering diadakan di Desa Kedungbanteng ini, dan sudah banyak masyarakatnya memanfaatkan pelayanan yang diberikan seperti menimbang berat badan (77,2%), imunisasi (20,7%), dan sisanya tidak mendatangi posyandu (6,1%). Dari sejumlah anak yang mendapat imunisasi secara lengkap (94,9%) dan sisanya hanya sebagian.
h. Posyandu juga tersedia untuk para lansia yang dinamakan Posyandu

lansia khusus orang lanjut usia yang berusia 60 tahun ke atas. Namun hanya sekitar 68,4% masyarakat Desa Kedungbanteng mengetahui dan memanfaatkan pelayanan kesehatan di Posyandu Lansia. Beberapa alasan yang dikemukakan para lansia ini yaitu lokasi yang sulit dijangkau karena kondisi tubuh mereka, kurangnya pelayanan kesehatan, dan beberapa lansia tidak begitu memahami pentingnya keikutsertaan mereka di posyandu lansia. Adapun sejumlah fasilitas yang dimanfaatkan oleh lansia yang mengunjungi posyandu tersebut, yaitu pengobatan (32,1%), pemeriksaan kesehatan (64,3%), dan lainlain (3,6%). 1. Genetik Berdasarkan hasil pengamatan pada masyarakat di Desa Kedungbanteng menggunakan metode kuesioner dan wawancara, maka beberapa ulasan data mengenai penyakit yang berkembang di daerah tersebut antara lain : 1) Penyakit Genetik Penyakit keturunan adalah penyakit akibat keabnormalan genetik yang diturunkan oleh orang tuanya. Penyakit menurun merupakan penyakit yang tidak

menular, tidak dapat disembuhkan dan akan diwariskan pada keturunannya. Hasil pada masyarakat Kedungbanteng sejumlah 18,4% sedangkan yang tidak memiliki penyakit genetik sebanyak 81,6%. Penyakit genetik juga dapat disebabkan orangtua yang hanya bertindak sebagai pembawa sifat (carrier) saja dan penyakit ini baru muncul setelah dipicu oleh lingkungan dan gaya hidupnya. Penyakit keturunan/ diwariskan ini dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu: i. Penyakit keturunan/ kelainan muncul semenjak lahir yang semata-mata karena faktor genetis. Kelaianan cacat yang disebabkan oleh faktor genetis, menimbulkan gangguan fungsional dan memerlukan tindakan rehabilitasi. Patokan bagi kelainan cacat bawaan adalah: bila terdapat cacat bawaan multipel, berat badan lahir rendah, keterlambatan pertumbuhan dalam kandungan, kepala kecil (mikrosefal), kelainan rajah tangan, dan retardasi mental. ii. Penyakit keturunan/ Kelainan yang muncul dapat setelah dewasa yang dipengaruhi oleh faktor genetis didukung oleh faktor lingkungan. Faktor genetik atau faktor yang menyebabkan cacat pada keturunan digolongkan menjadi 2, yaitu: i. Gangguan kromosom. Kelainan ini merupakan mutasi spontan. ii. Gangguan gen tunggal (yang diwariskan secara hukum mendel), menunjukkan pada tiga pola; penurunan secara autosomal dominan dan resesif (kelainannya pada autosom bukan pada kromosom penanda kelamin) (www.infokedokteran.com). Masyarakat Desa Kedungbanteng sebanyak 38,9% penyakit genetika diturunkan dari keluarga suami, sedangkan 61,1% diturunkan oleh keluarga istri, dan 22,2% diantaranya mengakibatkan kematian.

2) Penyakit Kronis Menurut Adelman & Daly (2001) penyakit kronis adalah penyakit yang membutuhkan waktu yang cukup lama, tidak terjadi secara spontan, dan biasanya tidak dapat disembuhkan dengan sempurna. Untuk persentase penderita penyakit berat atau kronis yang berada di Desa Kedungbanteng sebanyak 19,4% sedangkan yang tidak memiliki penyakit kronis atau sehat 80,6%. Penyakit kronis terbanyak yang diderita oleh masyarakat di Desa Kedungbanteng antara lain: i. Hipertensi Hipertensi atau lebih dikenal masyarakat awam sebagai penyakit darah tinggi adalah keadaan dimana tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg (Wilson, 1995). Normalnya tekanan darah manusia adalah 120/80 mmHg). Sistolik adalah tekanan darah pada saat jantung memompa darah ke dalam pembuluh nadi (saat jantung mengkerut). Diastolik adalah tekanan darah pada saat jantung mengembang dan menyedot darah kembali (pembuluh nadi mengempis kosong/relaksasi). Hipertensi dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu: a) Hipertensi primer Hipertensi primer tidak disebabkan oleh faktor tunggal dan khusus. Hipertensi ini disebabkan berbagai faktor yang saling berkaitan. b) Hipertensi sekunder Hipertensi sekunder disebabkan oleh faktor primer yang diketahui yaitu seperti kerusakan ginjal, gangguan obat tertentu, stres akut, kerusakan vaskuler dan lain-lain. Risiko relatif hipertensi tergantung pada jumlah dan keparahan dari faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor-faktor yang tidak dapat dimodifikasi antara lain faktor genetik,

umur, jenis kelamin, dan etnis. Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi meliputi stres, obesitas dan nutrisi (Yogiantoro M, 2006). Hipertensi memiliki gejala seperti kacau/bingung, pandangan kabur, sianosis, pusing, kelelahan, edema pada pergelangan kaki atau paha, kulit dan bibir kebiru-biruan, telinga mendengung, mual dan muntah, susah bernafas. Faktor dan kondisi yang dapat meningkatkan resiko, antara lain jenis kelamin, keturunan, kegemukan dan umur (Sherwood, 2001). Penyakit hipertensi patut mendapat perhatian khusus. Kebanyakan penderita hipertensi tidak menyadari jika dirinya terkena hipertensi karena ciri-ciri penyakit ini hamper mirip dengan orang yang kelelahan. Disamping itu kurangnya pengetahuan tentang penyakit hipertensi mengakibatkan tingginya angka penyakit tersebut. Jumlah penderita hipertensi di Desa Kedungbanteng ada sebanyak 7,1% dari responden pernah atau memiliki penyakit hipertensi dan dikeluarganya yang memiliki atau pernah mengalami penyakit hipertensi sebanyak 42,1%. Kebanyakan penderita hipertensi adalah lansia. Posyandu lansia merupakan program dari Puskesmas Kedungbanteng yang diharapakan dapat menaikkan derajat kesehatan pada lansia. Seseorang yang terkena hipertensi harus rutin memeriksa tekanan darahnya agar selalu terkontrol. Melalui posyandu lansia, para lansia dapat memanfaatkan dan menerima pelayanan kesehatan yang meliputi pemeriksaan tekanan darah, penyuluhan tentang pengertian, bahaya, dan penyebab hipertensi, maupun pengobatan yang biasanya disediakan oleh Dokter Puskesmas atau Bidan Desa. Selain posyandu lansia, program gizi masyarakat yang ada di Puskesmas juga membantu masyarakat Kedungbanteng untuk mencegah maupun mengontrol hipertensi. Kader Puskesmas Kedungbanteng akan menyarankan pola makan yang baik serta perubahan gaya hidup agar didapat kondisi tensi yang terkontrol. Berikut ini adalah kebiasaan yang harus diterapkan penderita hipertensi untuk mengontrol tekanan darahnya:

a) Diet rendah garam, yang terdiri dari diet ringan (konsumsi garam 3,75-7,5 gram/hari), menengah (1,25-3,75 gram /hari) dan berat (kurang dari 1,25 gram/ hari). b) Diet rendah kolesterol dan lemak terbatas. c) Diet tinggi serat. d) Diet rendah energi bagi mereka yang kegemukan. e) Hindari alkohol dan jangan merokok. f) Istirahat dan olahraga cukup. g) Perbanyak konsumsi air putih. ii. Diabetes Mellitus Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan di Desa Kedungbanteng didapatkan penderita Diabetes Mellitus sebesar 1,0% dan sejumlah 10,5% keluarga mereka menderita penyakit Diabetes Mellitus. Diabetes Mellitus adalah gangguan kronis yang ditandai dengan metabolism karbohidrat dan lemak yang diakibatkan karena kekurangan insulin atau secara relatif kekurangan insulin. Pada penderita Diabetes Mellitus organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh (Tucker, 1998). Berikut ini adalah tipe-tipe dari Diabetes Mellitus : a) DM Tipe 1 DM jenis ini disebabkan oleh rusaknya sel beta pankreas sebagai penghasil insulin sehingga penderita sangat kekurangan insulin. Akibatnya, yang bersangkutan harus disuntik insulin secara teratur. Tipe ini diderita 1 dari 10 penderita DM yang kebanyakan terjadi sebelum usia 30 tahun. Para ilmuwan percaya bahwa faktor lingkungan (berupa infeksi virus atau faktor gizi pada masa kanak-kanan atau dewasa awal) menyebabkan

kerusakan sistem kekebalan pada sel beta pankreas. DM tipe 1 ini memiliki kecenderungan untuk menular secara genetik. b) DM Tipe 2 DM jenis ini disebabkan oleh gangguan sekresi insulin dan resitensi insulin sehingga tubuh penderita tidak merespon secara normal insulin yang dihasilkan tubuh dan membentuk kekebalan tersendiri sehingga terjadi kekurangan insulin relative. Tipe ini biasanya terjadi pada usia di atas 30 tahun dan sekitar 80% penderita mengalami obesitas. c) DM Tipe Spesifik DM jenis ini disebabkan oleh faktor genetik (kerusakan genetik sel beta pankreas) juga akibat konsumsi obat-obatan maupun bahan-bahan kimia. d) DM Kehamilan DM jenis ini terjadi pada sekitar 2-5% dari semua kehamilan, namun sifatnya hanya sementara dan akan sembuh setelah melahirkan. Namun demikian, ia berpotensi merusak kesehatan ibu hamil maupun janinnya, meningkatkan resiko kelahiran serta cacat pada janin dan penyakit jantung bawaan pada bayi. Selain itu, sekitar 4050% dari penderita tipe ini menjadi penderita DM tipe 2 di kemudian hari. Menurut Askandar (1998) seseorang dapat dikatakan menderita Diabetes Mellitus apabila menderita dua dari tiga gejala yaitu a) Keluhan TRIAS: Banyak minum, Banyak kencing dan Penurunan berat badan.

b) c)

Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl

Sedangkan menurut Waspadji (1996) keluhan yang sering terjadi pada penderita Diabetes Mellitus adalah: Poliuria, Polidipsia, Polifagia, Berat badan menurun, Lemah, Kesemutan, Gatal, Visus menurun, Bisul/luka, Keputihan. Yang harus dilakukan oleh kader kesehatan untuk membantu masyarakat memerangi DM adalah dengan melakukan edukasi seputar DM. Edukasi dapat meliputi pengenalan DM, ciri-ciri DM, penyebab DM, serta gaya hidup yang baik untuk mencegah ataupun mengontrol DM. Sedangkan untuk masyarakat Desa Kedungbanteng yang menderita DM, maka yang harus dilakukan adalah:
a) Minum obat/insulin

Bila pengaturan makan dan aktivitas fisik dirasa tidak berhasil, dokter akan memberikan terapi obat yang cocok.
b) Monitoring gula darah

Selalu cek kadar gula darah saat puasadan saat 2 jam setelah makan.
c) Latihan fisik.

Dari

hasil

survey,

penduduk

Desa

Kedungbanteng mengaku tidak rutin berolahraga. Hal inilah yang dapat memberi risiko lebih tinggi untuk menderita DM. Olahraga penting untuk membakar kalori sehingga kadar gula darah dapat turun dan kerja pankreas tidak berlebihan untuk menghasilkan insulin. Lakukan aktivitas fisik 3-4 kali seminggu selama 30 menit untuk mendapatkanhasil yang optimal, seperti berolahraga

d) Pengaturan pola makan.

Untuk menjaga gula darah tetap seimbang, penderita DM dianjurkan pola makan dengan gizi seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori. Dengan rincian karbohidrat sebanyak 60-70%, protein sebanyak 10-15%, dan lemak sebanyak 2025%. Pada diet DM yang harus diperhatikan adalah jumlah kalori, jadwal makan, dan jenis makanan yang harus dikonsumsi. Menurut Askandar (1998) penentuan gizi penderita dilakukan dengan menghitung persentase Relative Body Weight yang dibedakan menjadi 1). Kurus : berat badan relatif : <90% 2). Normal : berat badan relatif : 90-110% 3). Gemuk : berat badan relatif : >110 % 4). Obesitas : berat badan relatif : >120 % a). Obesitas ringan 120130 % b) Obesitas sedang 130140 % c). Obesitas berat 140200 % d). Obesitas morbid > 200 % Apabila sudah diketahui relative body weight-nya maka jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk penderita DM adalah sebagai berikut : 1). Kurus : BB x 40-60 kalori / hari 2). Normal ; BB x 30 kalori / hari 3). Gemuk : BB x 20 kalori / hari 4). Obesitas : BB x 10-15 kalori / hari
iii. Asma

Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan bahwa untuk penyakit asma didapatkan sebanyak 5,1 % pernah dan memiliki penyakit asma sedangkan sebanyak 94,9% tidak pernah atau memiliki asma.

Asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran napas yang disebabkan oleh reaksi hiperresponsif sel imun tubuh sperti mast sel, eosinophils, danT-limfosit terhadap stimulus tertentu dan menimbulkan gejala dyspenea, wheezing, dan batuk akibat obstruksi jalan napas yang bersifat reversible dan terjadi secara berulang (Brunner & Suddarth, 2001). Menurut The Lung Asscociation of Canada, ada dua faktor yang menjadi pencetus asma: n) Pemicu Asma (Trigger) Pemicu asma dapat mengakibatkan mengencang atau menyempitnya saluran pernapasan (bronkokonstriksi). Gejala-gejala dan bronkokonstriksi yang diakibatkan oleh pemicu cenderung timbul seketika, berlangsung dalam waktu pendek dan relative mudah diatasi dalam waktu singkat. Umumnya pemicu mengakibatkan bronkrokonstriksi termasuk stimulus sehari-hari, seperti perubahan cuaca dan suhu udara, polusi udara, asap rokok, infeksi saluran pernapasan, ganguan emosi, dan olahraga yang berlebihan. o) Penyebab Asma (Inducer) Penyebab asma dapat menyebabkan inflamasi sekaligus hiperresponsivitas dari saluran pernapasan. Penyebab asma dapat menimbulkan gejalas-gejala yang umumnya berlangsung lebih lama (kronis) dan lebih sulit diatasi. Umumnya penyebab asma adalah allergen yang tampil dalam bentuk ingestan yaitu allergen yang masuk ke dalam tubuh melalui hidung, mulut, dan allergen yang didapat melalui kontak dengan kulit. Contoh dari allergen adalah obat-obatan atau jenis makanan tertentu yang dapat menimbulkan reaksi alergi pada penderita. Jika dilihat dari banyak keadaan ternak lingkungan yang Desa Kedungbanteng, penempatan

kandangnya masih berada di lingkup perumahan warga.

Selain itu, penduduk Desa Kedungbanteng lebih sering mengolah sampah dengan cara dibakar. Penduduk juga masih banyak yang merokok di dalam maupun sekitar rumah. Tiga hal inilah yang bersifat sebagai pemicu bagi penderita asma. iv. Penyakit Jantung Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan didapatkan penderita penyakit jantung sebesar 2,0% dan sebanyak 10,5% keluarga mereka terkena penyakit jantung. Penyakit jantung adalah sebuah kondisi yang menyebabkan jantung tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Hal-hal tersebut antara lain dapat disebabkan oleh otot jantung yang lemah dan / atau adanya celah antara serambi kanan dan serambi kiri dari jantung. Penyakit jantung berhubungan dengan sistem kardiovaskuler, suatu sistem yang mengatur organ jantung beserta pembuluh-pembuluh darahnya. Penyakit jantung bisanya menyerang tiba-tiba dikarenakan pembuluh arteri yang tersumbat, yang menghambat penyaluran oksigen dan nutrisi ke jantung(Guyton and Hall, 1997). 3) Penyakit Akut Penyakit akut adalah penyakit yang terjadi secara tiba-tiba, timbulnya cepat dan berlangsung dalam jangka waktu yang relative pendek seperti dalam hitungan jam, hari, hingga minggu. Penyakit ini biasanya menujukkan adanya gangguan yang serius. Untuk hasil dari perhitungan didapatkan jumlah sebanyak 46,9 % menderita penyakit akut sedangkan sebanyak 53,1 % tidak memiliki penyakit akut atau sehat. Penyakit akut terbanyak yang diderita oleh masyarakat di Desa Kedungbanteng dalam enam bulan terakhir adalah : i. Diare

Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan didapatkan penderita diare sejumlah 28,6 % dan sebanyak 71,4% dinyatakan sehat atau tidak pernah terkena diare selama 6 bulan terakhir. Menurut WHO, diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari. Apabila frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya serta berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu maka hal ini disebut diare akut. Diare dapat disebabkan oleh virus, bakteri, maupun parasit. Kebersihan merupakan faktor penyebab terbesar dalam penyakit ini, misalnya ketika akan makan tanpa cuci tangan yang bersih, minum air mentah, makan makanan yang dihinggapi lalat serta lingkungan rumah yang kumuh dan kotor (Sherwood, 2001). Prinsip penatalaksanaan penderita diare merupakan upaya standarisasi, disebut dengan LINTAS DIARE yakni Lima Langkah Tuntaskan Diare, yang terdiri atas: a) Pemberian Oralit dengan Osmolaritas rendah untuk mencegah dehidrasi dianjurkan lebih banyak memberikan cairan rumah tangga yang mempunyai osmolaritas rendah, seperti: air tajin, kuah sayur dan air matang. b) Pemberian Tablet suplemen Zinc diberikan dengan dosis untuk anak berumur kurang dari 6 bulan diberikan 10 mg (1/2 tablet) per hari, untuk anak berumur lebih dari 6 bulan diberikan 20 mg (1 tablet) per hari, diteruskan selama 10 hari. c) Teruskan pemberian ASI dan makanan tambahan untuk memberikan gizi agar tetap kuat, dan mencegah berkurangnya berat badan. d) Pengobatan dengan antibiotika harus selektif, hanya atas indikasi khususnya untuk diare berdarah (disentri atau kolera) e) Penjelasan dan pemberian nasihat untuk tetap memberikan cairan tambahan dan kapan harus berkunjung kembali ke puskesmas. (Pedoman Pengendalian Penyakit Diare, Depkes RI, 2009).

Untuk pertolongan pertama dirumah, yang dapat dilakukan adalah membuat LGG (larutan gula garam) yang nantinya akan diberikan pada penderita. LGG merupakan solusi pengganti oralit. Untuk upaya promotif, kader kesehatan dapat memberikan penyuluhan tentang pola hidup bersih dan sehat (PHBS) dan sosialisasi penggunaan jamban yang memenuhi syarat. Hal-hal sederhana yang dapat dilakukan untuk menghindari diare adalah dengan selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum maupun sesudah makan. Selalu mengkonsumsi air yang sudah dimasak. Menggunakan tudung saji untuk mencegah kontaminasi makanan dengan udara terbuka dan lalat. Lalat merupakan vektor dari berbagai macam bakteri penyebab diare, diantaranya adalah bakteri Clostridium difficile, Clostridium botulinum, E.coli dan Salmonella gastro. Bakteri-bakteri ini hidup di udara dan dapat dibawa oleh lalat yang hinggap di makanan. ii. ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan) Penduduk Desa Kedungbanteng yang menderita ISPA sebesar 7,1% dan sebanyak 92,9% tidak terkena ISPA selama 6 bulan terakhir.. Menurut Depkes RI (2000) istilah ISPA mengandung tiga unsur, yaitu infeksi, saluran pernafasan dan akut. Pengertian atau batasan masingmasing unsur adalah sebagai berikut: a) Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. b) Saluran pernapasan adalah organ yang mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Dengan demikian ISPA secara otomatis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran pernafasan. Dengan batasan ini maka jaringan paru-paru termasuk dalam saluran pernafasan (respiratory tract).

c) Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari ini. Batas 14 hari ini diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongakan ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari (Suhandayani, 2007). Gejala awal yang timbul biasanya berupa batuk pilek, yang kemudian diikuti dengan napas cepat dan napas sesak. Pada tingkat yang lebih berat terjadi kesukaran bernapas, tidak dapat minum, kejang, kesadaran menurun dan meninggal bila tidak segera diobati. ISPA merupakan penyakit yang dapat menyerang semua golongan umur, mulai usia anak di bawah lima tahun (balita) hingga manusia lanjut usia (manula). Meskipun begitu, usia Balita adalah kelompok yang paling rentan dengan infeksi saluran pernapasan. Angka morbiditas dan mortalitas akibat ISPA, masih tinggi pada balita di negara berkembang. Upaya tenaga kesehatan Puskesmas Kedungbanteng untuk menanggulangi ISPA adalah dengan memberikan penyuluhan tentang bahaya merokok dan sosialisasi pengelolaan sampah yang baik sehingga penduduk Desa Kedungbanteng dapat menemukan solusi pengelolaan sampah selain dibakar. Upaya penanggulangan ISPA sangat bergantung dengan kerjasama penduduk Desa Kedungbanteng untuk merubah perilakunya agar tercipta udara yang bersih. iii. DBD (Demam Berdarah Dengue) Responden Desa Kedungbanteng yang dalam 6 bulan terakhir menderita DBD sebanyak 1,0% dan 99,0% tidak menderita penyakit tersebut. Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue haemorrhagic fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopeniadan diathesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan

hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok (Suhendro, 2006). Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk dalam genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Penduduk Desa Kedungbanteng harus aktif melaksanakan gerakan 3M yakni, menutup tempat penyimpanan air, menguras bak mandi dan mengubur barang-barang yang tidak terpakai. Ini merupakan cara yang dianggap paling praktis guna mencegah merebaknya nyamuk DBD pada lingkungan. iv. Malaria Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi, anak balita, ibu hamil, selain itu malaria secara langsung menyebabkan anemia dan dapat menurunkan produktivitas kerja. Penyakit ini juga masih endemis di sebagian besar wilayah Indonesia. Plasmodium penyebab malaria yang ada di Indonesia terdapat beberapa jenis yaitu plasmodium falsifarum, plasmodium vivax, plasmodium malariae, plasmodium ovale dan yang mix atau campuran. Berdasarkan hasil survey didapatkan bahwa untuk penderita penyakit malaria selama 6 bulan terakhir ini yaitu sebanyak 2,0%. a. Anak Kembar Berdasrkan hasil survey dari responden maka didapatkan yang memiliki keturunan kembar di Desa Kedungbanteng sebanyak 12,2 %. Kembar atau anak kembar adalah dua atau lebih individu yang membagi uterus yang sama dan biasanyadilahirkan dalam hari yang sama. Kembar dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu: 1) Kembar dizigot Sekitar dua pertiga dari kembar adalah kembar dizigot atau kembar fraternal dan insidensinya, 7-11 per 1000 kelahiran, meningkat sesuai

dengan usia ibu. Jenis kembar dizigot terjadi karena pengeluaran dua oosit dan pembuahan oleh dua spermatozoa yang berlainan. Karena kedua zigot mempunyai susunan genetic yang sama sekali berlainan, kedua bayi yang lahir tak ubahnya seperti kakak beradik. Jenis kelamin mereka bisa saja berbeda dan mungkin pula berbeda. Masing-masing zigot berimplentasi sendiri pada rahim, dan masing-masing membentuk plasenta, amnion, dan kantong korionnya sendiri. Tapi kadang-kadang kedua plasenta terletak sangat berdekatan sehingga terjadi penyatuan. Demikian pula dinding kantong korion dapat sangat berdekatan dan menyatu. Kadang-kadang masing-masing bayi pada kembar dizigotik memiliki sel darah merah yang berbeda golongan (mosaikisme eritrosit), yang membuktikan bahwa penyatuan kedua plasenta sangat erat sehingga terjadi pertukaran sel-sel darah merah (Sadler, 1997). 2) Kembar monozigot Jenis kembar monozigot berasal dari satu telur yang dibuahi. Angka kejadian kembar monozigot 3-4 per 1000. Kembar ini adalah hasil pembelahan zigot pada berbagai tingkat perkembangan. Pemisahan yang paling dini diyakini terjadi pada tingkat dua sel, sehingga akan berkembang dua buah zigot yang berbeda. Kedua blastokista berimplantasi secara terpisah masing-masing mudigah mempunyai plasenta dan kantong korionnya sendiri. Walaupun susunan selaput janin kembar ini mirip dengan susunan selaput pada kembar dizigot, keduanya dapat dikenali sebagai pasangan monozigot karena sangat miripnya golongan darah, sidik jari, jenis kelamin, dan bentuk luar tubuh seperti mata dan warna rambut (Sadler, 1997). Pada kebanyakan kasus, pemisahan terjadi pada tingkat blastokista dini. Massa sel dalam terpecah menjadi dua kelompok sel yang terpisah di dalam rongga blastokista yang sama. Kedua mudigah mempunyai satu plasenta dan rongga korion, tetapi rongga amnion terpisah. Pada beberapa kasus pemisahan ini terjadi pada tingkat cakram mudigah berlapis dua tepat sebelum terbentuknya alur primitive. Cara pemisahan ini mengakibatkan pembentukan dua mudigah dengan satu plasenta, rongga

korion, serta kantong amnion yang dipakai secara bersama-sama. Sekalipun kembar ini mempunyai satu plasenta, pembagian darah kepada tiap-tiap janin biasanya seimbang (Sadler, 1997). 3. Prioritas Masalah Kesehatan di Desa Kedungbanteng

Anda mungkin juga menyukai