Anda di halaman 1dari 18

PENUNTASAN ZERO HUNGER DI KABUPATEN KEPULUAN

TALAUD SEBAGAI ASPEK PEMBANGUNAN SOSIAL

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Sosiologi Pembangunan

Dosen Pengampu:
Ibu Thirtawati,S.P,M.SI

Oleh
Kelompok 1 ( Satu )
Indi Rahayu Lestari 05011382025116
Nessya Nuragli Putri 05011382025118

KELAS AGRIBISNIS B PALEMBANG

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN PROGRAM STUDI


AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa
ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ibu Thirtawati,S.P,.M.SI sebagai
dosen pengampu mata kuliah Sosiologi Pembangunan yang telah membantu
memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Palembang, 13 November 2022

Kelompok Satu

2
DAFTAR ISI
BAB I.......................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................4
1.1 Rumusan Masalah..........................................................................................................7
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................................8
BAB II.....................................................................................................................................8
PEMBAHASAN......................................................................................................................8
2.1 Strategi Mewujudkan Zero Hunger................................................................................8
2.2 Pilar Pembangunan Sosial............................................................................................10
2.2 Pilar Pembangunan Lingkungan...................................................................................13
2.3 Pilar Pembangunan Ekonomi.......................................................................................15
2.4 Pilar Sarana dan Prasarana...........................................................................................17
BAB III..................................................................................................................................18
PENUTUP.............................................................................................................................18
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................18
3.2 Saran............................................................................................................................19

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan agenda atau misi Duni
hingga tahun 2030 yang dideklarasikan di New York Amerika Serikat pada 25
September 2015. SDGs memiliki 17 tujuan dan 169 target. Target dan tujuan
yang telah ditetapkan tersebut memiliki 241 indikator yang dapat digunakan
untuk menilai keberhasilan target. Salah satu tujuan SDGs adalah mewujudkan
masyarakat bebas kelaparan (Zero Hunger), mencapai ketahanan pangan dan Gizi,
serta mewujudkan pertanian berkelanjutan.
Indikator keberhasilan tujuan Zero Hunger yang telah dikembangkan antara
lain :
1) Persentase wanita bebas anemia
2) Prevalensi Stunting pada Anak
3) Persentase Bayi dengan Asi Eksklusif
4) Persentase wanita dengan konsumsi lebih dari 5 jenis kelompok pangan
5) Kesenjangan hasil panen pertanian
6) Jumlah penyuluh pertanian per 1000 petani
7) Efisiensi penggunaan pupuk nitrogen.
8) Produktivitas air tanaman
9) Persentase penduduk yang kekurangan Gizi dan Mineral
10) Proporsi bayi yang menerima minimum acceptable diet
11) Persentase bayi lahir rendah
12) Tingkat pertumbuhan hasil panen serelea
13) Kesenjangan hasil ternak
14) Efisiensi penggunaan phosphor dalam

4
15) Proporsi kalori dari bahan pangan non pokok, 15 Persentase energi dari
protein orang dewasa
16) Akses terhadap fasilitas pengeringan, penyimpanan dan pengolahan
17) Keragaman genetik dalam pertanian,
18) Kesenjangan akses irigasi
19) Petani dengan asuransi tanaman yang tepat secara nasional
20) Pengeluaran pemerintah dan swasta di bidang penelitian dan
pembangunan untuk pertanian dan pembangunan pedesaan
21) Indikator volatilitas harga pangan.
Kabupaten Kepulauan Taluad merupakan salah satu kabupaten yang secara
administrasi berada di Provinsi Sulawesi Utara. Kabupaten ini memiliki 19
kecamatan, 142desa dan 11 kelurahan yang tersebar di 3 pulau besar dan 13 pulau
kecil lainnya. Gambar 1. Peta Kabupaten Kepulauan Talaud, Kabupaten Kepulauan
Talaud merupukan salah satu Kabupaten Kepulauan di Sulawesi Utara.

Gambar 1.1.1. Peta Kabupaten Talaud


5
Jumlah penduduk Kabupaten Kepulauan Talaud adalah 91.600 jiwa lebih jelas
piramida penduduk Talaud ditunjukan pada Gambar 1.1.2. berikut. Postur piramida
pertumbuhan penduduk tergolong stationer. Bentuk ini menunjukan bahwa populasi
manusia stabil.

Gambar 1.1.2. Piramida populasi Kabupaten Kepulauan Talaud


PDRB Kabupaten Talaud tahun 2014 hingga 2016 mengalami peningkatan
sebagaimana yang ditunjukan pada Tabel 1 berikut, namun Gambar 2 menunjukan
bahwa nilai PDRB ini sangat jauh dibandingkan dengan daerah lain di Sulawesi
Utara. Berdasarkan tabel tersebut, Kabupaten Kepulauan Talaud memiliki
pertumbuhan ekonomi yang meningkat hingga mencapai 5,29%. harga bahan pokok.

Gambar 1.1.2. PDRB Kabupaten kepuluan Talaud

6
Dari potensi yang ada pada Kabupaten Kepuluan Talaud hal tersebut dapat
dimanfaatkan sebagai penggerak untuk menuntaskan permasalahan sosial yang ada di
Kabupaten Kepulauan Talaud, dan mendorong pengimplementasian dari SDG’s

1.1 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada pembahasan penuntasan Zero Hunger di
Kabupaten Talaud sebagai aspek pembangunan sosial adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan 4 pilar pembangunan?
2. Faktor apa saja yang menjadi pendukung dari pembangunan Zero
Hunger?
3. Indikator apa saja yang dapat mendorong penuntasan Zero Hunger di
Kabupaten Kepulauan Talaud?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan pembahasan penuntasan Zero Hunger di Kabupaten Talaud
sebagai aspek pembangunan sosial adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui 4 pilar pambangunan dalam mencapai pembangunan
yang ideal
2. Untuk mengetahui faktor yang menjadi pendukung pembangunan dalam
aspek Zero Hunger
3. Untuk mengetahui indikator yang dapat mendorong penuntasan Zero
Hunger di Kabupaten Kepulauan Talaud

7
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Strategi Mewujudkan Zero Hunger

Zero Hunger adalah strategi pembangunan melalui pendekatan sektor sosial


berfokus pada pemberantasan kelaparan. Zero Hunger sangat berkaitan dengan atau
ketahanan pangan yang dipengaruhi oleh ketersediaan bahan pangan, variasi
kelompok pangan yang sesuai dengan kebutuhan gizi dan mineral, kemudahan akses
dan kemampuan masyarakat mendapatkannya serta dipengaruhi oleh pemahaman
masyarakat tentang nilai kecukupan gizi. Indikator masyarakat bercukupan pangan
adalah terpenuhinya kebutuhan kalori minimal 1.440 kkal/hari, ke 20 indikator
ketahanan pangan lainnya telah dijelaskan pada pendahuluan. Strategi untuk
mewujudkan Zero Hunger, pemerintah harus memastikan :
1) Akses gizi setiap orang terutama distribusi terhadap orang lemah seperti balita,
orang tua, ibu hamil, miskin dan terisolir
2) Meningkatkan produktivitas pertanian, peternakan perikanan yang
berkelanjutan dan Tangguh
3) distribusi bahan pangan yang adil.
Pembangunan Zero Hunger memiliki keterkaitan yang erat dengan tujuan SDGs
lainnya antara lain tujuan No Poverty (tanpa kemiskinan), Good Health and Will-
being (kehidupan sehat dan sejahtera), Quality education (Pendidikan berkualitas),
Clean water and sanitation (Air bersih dan sanitasi), Life water below (Ekosistem
lautan), Reduce inequality (Penurunan kesenjangan sosial) dan Partnership for the
goal (kemitraan untuk mencapai tujuan). Ke 6 tujuan SDGs tersebut tergolong dalam
Pilar Pembangunan Sosial, Pilar Pembangunan Lingkungan, dan Pilar Pembangunan
Ekonomi.

8
Gambar 2.1.1. Skema strategi mewujudkan Zero Hunger

2.2 Pilar Pembangunan Sosial


Pilar pembangunan sosial memiliki 5 tujuan yaitu :
1) Tanpa kemiskinan
2) tanpa kelaparan
3) kehidupan sehat dan sejahtera
4) pendidikan berkualitas
5) keseteraan gender.
Ke-5 tujuan ini memiliki keterkaitan satu dengan lainnya, namun upaya
mewujudkan zero hunger sangat berhubungan dengan 4 tujuan lainnya sebagaimana
Gambar 2.1.1.

9
Gambar 2.1.2. Hubungan Zero Hunger dengan Pilar Sosial
Pendidikan berkualitas diyakini sebagai landasan dasar yang menentukan
tingkat kehidupan kesejahteraan masyarakat. Pada umumnya masyarakat pesisir
memiliki penghasilan dan pendidikan yang rendah, kondisi ini berdampak terhadap
pola fikir yang hanya memikirkan bagaimana strategi bertahan hidup dan bagaimana
memperoleh bantuan. Peningkatan kualitas pendidikan dapat memacu kemandirian
sebuah masyarakat karena memiliki tingkat kreativitas, inovasi, dan daya saing yang
lebih tinggi. Kemampuan tersebut dapat dikerahkan untuk mendapatkan penghasilan
berupa uang maupun produk yang dapat dikonsumsi ataupun dijual, sehingga
pendidikan merupakan salah satu pokok dalam menentukan indeks pembangunan
manusia.
Beberapa indikator dari tujuan pendidikan yang dapat digunakan sebagai
prasyarakat mewujudkan Zero Hunger antara lain :
1) Rata-rata lama pendidikan,
2) Angka partisipasi kasar Perguruan Tinggi,
3) Proporsi sekolah dengan akses terhadap listrik, internet, komputer, air
minum layak, infrastruktur dan materi pendidikan, serta
4) Persentase guru yang memiliki sertifikat pendidik.

10
Rata-rata lama pendidikan masyarakat di Kabupaten Kepulauan Taluad adalah
8,8 tahun dan angka partisipasi 84.32% pada tahun 2016 atau lebih rendah
dibandingkan pada tahun 2014 dengan partisipasi mencapai 91,90%. Kondisi ini
menunjukan bahwa rata-rata masyarakat hanya mengenyam pendidikan hingga kelas
2 SMP. Melihat kondisi tersebut, upaya yang harus dilakukan adalah dengan program
pendidikan dan pelatihan keahlian yang dapat digunakan masyarakat.
Pada sektor pertanian, masyarakat perlu diajarkan teknik melakukan praktek
pertanian dan peternakan secara integratif. Praktek ini dapat memangkas biaya pupuk
dan mengurangi tingkat pencemaran air akibat limbah peternakan, sehingga aliran
energi dapat dimaksimalkan untuk menghasilkan produk. Produk tersebut akan
meningkatkan kedaulatan pangan masyarakat. Proses ini membutuhkan komitmen
bersama karena dalam penerapan program akan banyak menghadi permasalahan
sektor lain seperti keterbatasan fasilitas, infrasturktur, biaya, bahkan budaya
masyarakat itu sendiri.
Pada tahap selanjutnya, ketika kebutuhan pangan masyarakat dapat terpenuhi,
secara otomatis dapat membantu terpenuhinya indikator keberhasilan tujuan ke 3
SDGs. Tujuan ke 3 yaitu setiap orang memiliki hak untuk mendapatkan jaminan
kehidupan yang sehat dan sejahtera. Walaupun indikator yang digunakan untuk
mengukur kesejahteraan tidak menyebutkan langsung tentang angka kecukupan gizi
dan tanpa kemiskinan, namun faktor penyebab kejadian kematian bayi dan ibu hamil
salah satunya ketidakcukupan gizi.
Ketika angka kecukupan pangan terpenuhi, maka masyarakat akan dapat
memikirkan bagaimana mendapatkan pendidikan yang baik dan bekerja dengan lebih
baik. Pada tahap ini, ketahanan pangan menjadi faktor fundamental untuk dapat
menyerap pendidikan dan berkarya. Ada tingkat hubungan yang sangat kuat antara
tujuan ketahanan pangan – tujuan pengentasan kemiskinan – pendidikan yang
berkualitas. Ketiga tujuan ini membutuhkan enegeri yang sangat kuat. Masyarakat
yang terjebak dalam lingkaran kemiskinan, kebodohan dan kelaparan akan sangat

11
sulit keluar karena generasi yang setelahnya atau anak anaknya akan sulit mendapat
gizi dan pendidikan yang layak sehingga menyebabkan generasi yang tidak memiliki
keahlian. Saat ini masyarakat yang di Indonesia timur memiliki persentase paling
tinggi menghadapi masalah tersebut. Faktor 6 eksternal yang sangat berpengaruh
adalah akses yang sulit sehingga distribusi kemajuan dan fasilitas pembangunan
mengalami hambatan. Kondisi ini menuntut infrastruktur fasilitas dan lapangan
pekerjaan melalui pola kemitraan multisektor dan kerjasama yang solid.

2.2 Pilar Pembangunan Lingkungan


Upaya meraih ketahanan pangan dalam upaya menekan angka kelaparan
hingga 0% membutuhkan prasyarat dari sektor lingkungan. Lingkungan menjadi
pondasi yang menentukan kestabilan dan resilienci berbagai sistem termasuk
sosial. Ketahanan pangan tidak akan berkelanjutan ketika lingkungan mengalami
berbagai persoalan seperti pencemaran udara, air dan tanah serta mengalami
tekanan akibat aktivitas yang bersifat eksploitatif.
Masyarakat pulau kecil memiliki kerentanan yang tinggi terhadap degradasi
sumber daya alam. Ekosistem dan lingkungan yang buruk akan memicu persoalan
pada demensi lain seperti konflik sosial, penyakit dan rusaknya kegiatan
perekonomian. Sumber daya air tawar pada pulau kecil memiliki kapasitas yang
rendah dibandingkan di pulau besar, sehingga rata-rata masyarakat lebih banyak
memilih kehidupan dari laut dibandingkan daratan/pertanian. Sumber daya air dan
hasil laut termasuk dalam tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs). Adapun
hubungan antara kedua tujuan tersebut dan tujuan bebas kelaparan diilustrasikan
sebagai berikut:

12
Gambar 2.1.3. Hubungan tujuan SDG’s untuk menuju Zero Hunger
Setiap orang berhak untuk mendapatkan air bersih untuk dikonsumsi dan untuk
keperluan. Air konsumsi yang dimaksud memiliki syarat kualitas yang telah diatur
dalam Permenkes no 429/Menkes/Per/IV/2010 tentang kualitas air minum. Salah
satunya Zero Hunger Air bersih dan sanitasi layak Ekosistem lautan Kehidupan sehat
dan sejahtera 7 memenuhi 4 aspek yaitu kuantitas, kualitas, kontinuitas dan
keterjangkauan. Keterjangkauan air bersih bagi individu maksimal berjarak 1 km atau
membutuhkan waktu 30 menit. Air minum tersebut harus terlindungi dan jauh dari
kontaminan.
Setiap orang memilik hak untuk mendapatkan air untuk keperluan sehari-hari
seperti mandi, mencuci, ibadah dan peturasan. Sistem penyedian air telah diatur
dalam PP No 122/2015 tentang Sistem Penyedian Air Minum. Air limbah keperluan
sehari hari harus dilakukan pengolahan karena air tersebut sumber berbagai penyakit.
Air terkontaminasi akan bermuara di laut. Air yang terkontaminasi sangat mudah
masuk ke dalam tubuh organisme melalui bahan makanan. Makanan yang memiliki
kandungan nutrisi tinggi menjadi tidak bisa dimakan ketika terkontaminasi. Program
percepatan pembangunan sanitasi untuk pemukiman di kota besar telah dilakukan.
Pada tahun 2008, pemerintah telah menginisiasi program Sanitasi Total berbasis
Masyarakat yaitu prorgam yang dilakukan melalui pendekatan mengubah perilaku.
Salah satu luaran program ini adalah menurunnya kejadian diare.
13
2.3 Pilar Pembangunan Ekonomi

Pembangunan yang berkelanjutan yang diagendakan dalam SDGs memiliki


berbagai keterbatasan pada setiap daerah. Keterbatasan tersebut karena setiap
daerah memiliki sumber daya manusia, keterbatasan daya dukung lingkungan,
kegiatan ekonomi, sehingga setiap daerah/negara memiliki tantangan yang
spesifik. Kaitannya dengan tujuan bebas kelaparan, Pemerintah Kabupaten
Kepulauan Talaud harus memfokuskan pada penurunan kesenjangan fasilitas
antara dipusat pemerintahan dan daerah terpencil 8 termasuk di pulau – pulau
kecil, diversifikasi jenis makanan dan mata pencaharian. Semakin beragaman
jenis pangan lokal dan mata pencaharian masyarakat memiliki potensi
meningkatkan ketahanan pangan dan kesejahteraan dari segi ekonomi karena
adanya transaksi diantara masyarakat yang dapat berjalan. Skema hubungan
antara pembangunan berkelanjutan dengan tujuan bebas kelaparan dan
pengurangan kesenjangan serta kemitraan untuk mencapai tujuan.

Gambar 2.1.4. Hubungan tujuan SDG’s Zero Hunger dengan kemitraan untuk
mencapai tujuan dan penurunan tingkat kesenjangan
Salah satu kunci dalam memberantas kelaparan adalah tingkat kepedulian
masyarakat. Pada masyarakat tradisional, saling memberi, berbagi dan gotong royong

14
masih dilestarikan, dan hampir setiap suku memiliki kebiasan gotong royong
termasuk di Kabupaten Kepulauan Talaud.
Pada tujuan Kemitraan untuk mencapai tujuan, Pemerintah harus mampu
menyediakan data sensus pendudukan dan perumahan pada tahun 2020 dan
persantase layanan akses telekomunikasi universal dan internet di kabupaten
terluar/tertinggal/terdepan. Database dan fasilitas ini dapat meningkatkan kepedulian
dan kerjasama diantara masyarakat. Saat ini, sebagian besar kecamatan di Kabupaten
Kepulauan Talaud belum memiliki layanan internet dan listrik. Selain itu akses dari
pulau besar ke pulau kecil yang ada di Kabupaten Kepulauan hanya tersedia setiap 5
s.d 10 hari menggunakan kapal yang layak, selebihnya bisa menggunakan perahu
nelayan yang bisa di sewa. Namun demi pelayarannya tergantung kondisi cuaca dan
gelombang laut. Kondisi ini menyebabkan bahan sembako di beberapa pula kecil
mengalami kelangkaan dan harganya naik.
Kemitraan akan sangat berpengaruh terhadap penurunan kesenjangan, sedangkan
kesenjangan sosial dapat diatas melalui kepedulian sosial dan melakukan kerjasama
antar Zero Hunger Reduce Inequalities Partnership for the goals 9 lapisan
masyarakat. Sebagian besar masyarakat di Kabupaten Kepulauan Talaud masih
berpegang teguh terhadap sistem adat dan aturan gereja. Berdasarkan hasil
inventarisasi yang penulis lakukan pada tahun 2017, program kegiatan yang ada di
Desa selalu melibatkan 4 lembaga. Tiga lembaga kunci yaitu Pemerintah desa,
lembaga adat dan gereja sebagai promotor yang menentukan kebijakan di suatu desa.
Selanjutnya dalam implementasi program dilapangan selalu melibatkan kelompok
masyarakat seperti kelompok tani, kelompok ibu-ibu, kelompok pemuda atau
kelompok lainya tergantung dari bentuk program yang dijalankan. Sistem ini harus
dipandang sebagai potensi dalam upaya menurunkan angka kelaparan dan
kekurangan gizi di Kabupaten Talaud.

15
2.4 Pilar Sarana dan Prasarana
Berdasarkann indikator keberhasilan dari tujuan yang saling berkaitan diatas,
konsekuensi infrastruktur yang harus disedikan agar dapat menjamin ketahanan
pangan menuju Zero Hunger antara lain :
1. Sosialasasi tentang pentingnya diversifikasi pangan dan dampaknya terhadap
kesehatan dan pertumbuhan seseorang, melalui berbagai media dan melalui dunia
pendidikan di tingkat SD s.d SMA serta melalui penyuluhan seperti Posyandu,
PKK, dan kegiatan keagamaan.
2. Revitalisasi sarana pertanian seperti irigasi, bantuan benih unggul dan
diversifikasi komoditi pagi, singkong, ubi dan sagu yang menjadi bahan pangan
pokok masyarakat Kabupaten Kepulauan Talaud.
3. Integrasi pengelolaan pertanian dengan sektor lain seperti penerapan sistem
agroforestry, minapadi, silvopasture dan lain sebagainya sehingga siklus energi
pada suatu ekosistem dapat dioptimalkan. Selain itu pembanguan sanitasi limbah
rumah tangga yang dapat dimanfaatkan sebagai potensi untuk pertanian
terintegrasi. Upaya ini membutuhkan kerjasama dengan Kementerian Pertanian,
Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat).
4. Pemerintah Kabupaten Kepulauan Talaud harus melakukan koordinasi dengan
Kementerian Perhubungan, Pelni dan Swasta yang bergerak di sektor transportasi
laut untuk meningkatkan layanan akses seperti peningkatan intensitas pelayaran
Manado – Talaud menjadi setiap hari, dan Talaud ke beberapa pulau kecil dapat
dicover dengan kapal yang standar minimal 2 kali seminggu.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Konsep pembangunan berkelanjutan yang direkomendasikan dunia (SDG’s)
memiliki 17 tujuan yang menjadi target pembangunan hingga 2030. Ke-17
tujuan diterjemahkan dalam 4 pilar pembangunan yaitu pembangunan sosial,
pembangunan ekonomi, pembangunan lingkungan dan pembangunan hukum
dan tata kelola (Sarana Prasarana)
2. Pembangunan berkelanjutan dengan tujuan mencapai Zero Hunger pada
masyarakat membutuhkan dan mempengaruhi tujuan pembangunan dari
konsep SDG’s yang lain dan lintas pilar dikarenakan untuk mencapai tujuan
Zero Hunger tidaklah bisa dengan dukungan hal itu sendiri dibuthkan hal lain
untuk menunjang keberhasilan dari suatu tujuan.
3. Prasyarat tercapainya 21 indikator keberhasilan Zero Hunger di Kabupaten
Kepulauan Talaud adalah tercapainya beberapa indikator keberhasilan dari
tujuan No Poverty, kualitas pendidikan, pengelolaan ekosistem laut
berkelanjutan, penyedian air bersih dan sanitasi, penurunan kesenjangan sosial
dan kemitraan untuk mencapai tujuan Zero Hunger
4. Dengan potensi yang dimiliki oleh Kabupaten Kepuluan Talaud, tujuan
SDG’s sangatlah bisa tercapai hal tersebut hanyalah tergantung pada
penerapan kebijakan yang dilakukan di daerah tersebut, jika pelaksanaan dari
kebijakan penunjang keberhasilan dair Zero Hunger berjalan dengan baik
maka Zero Hunger di daerah tersebut dapat tercapai dalam waktu yang dekat.

17
3.2 Saran
1. Untuk faktor Pendidikan haruslah sangat diperhatikan di daerah Kabupaten
Kepuluan Talaud, hal tersebut dikarenakan dengan Pendidikan dapat
membuka mata masyarakat yang buta akan Zero Hunger sangatlah penting
untuk di kehidupan yang akan mendatang, dengan Pendidikan juga dapat
mendorong faktor=faktor tujuan SDG’s lainnya tercapai.
2. Pemerintah harus lebih memperhatikan pemerataan pemabangunan fasilitas
sarana dan prasarana antara di pusat dengan di daerah, hal tersebut bertujuan
untuk menunjang pembangunan, baik secara sosial, ekonomi, maupun
lainnya, termasuk sebagai penunjang keberhasilan dari SGD’s terkhususnya
Zero Hunger.

DAFTAR PUSTAKA
[1] BPS, Statistik Daerah Kabupaten Kepulauan Talaud 2012. Melonguane: Badan
Pusat Statitistik, 2012.
[2] KemenPPN/Bappenas, Metadata Indikator Pilar Pembangunan Lingkungan.
Jakarta: Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional / BAPPENAS, 2017
[3] N. Kurniasari and E. Reswati, “Memaknai program pemberdayaan ekonomi
masyarakat pesisir,” Bul. Sosek Kelaut. dan Perikan., vol. 6, no. 1, pp. 7–13, 2011.
[4] Y. Koondoko, I. N. D. Putra, and S. A. Paturusi, “Pengembangan pariwisata
Kabupaten Kepulauan Talaud Provinsi Sulawesi Utara.,” J. Jump., vol. 4, no. 1, pp.
136–150, 2017.

18

Anda mungkin juga menyukai