TESIS
Oleh:
Oleh:
Tesis :
Nama : Indah Dwi Aryani
Judul : Hubungan ASI Ekslusif Dengan Status Gizi Anak Usia 6-
24 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Benteng Tahun
2019
NIM : 17.05.005
Peminatan : Kesehatan Reproduksi
Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II
i
HALAMAN PENGESAHAN
Tesis dengan Judul
ii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar keserjanaan disuatu perguruan tinggi
dan sepanjang sepengetahuan saya tidak terdapat karya/pendapat yang pernah
ditulis/diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah
ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
RiwayatPekerjaan
1.-
Pekanbaru, Agustus 2019
Yang Menyatakan
iv
KATA PENGANTAR
v
Penulis menyadari bahwa Tesis ini masih banyak kekurangan, dan
masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran
dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan dan kesempurnaan
Tesisini. Semoga Tesis ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Semoga ALLAH SWT memberikan rahmat dan karunia Nya kepada kita
semua. Amin.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halama
n PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................... ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................. iii
KATA PENGANTAR .............................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xi
ABSTRAK ................................................................................................. xii
ABSTRACK............................................................................................... xiii
vii
2. Analisis Bivariat ........................................................... 38
3. Analisis Multivariat...................................................... 38
H. Etika Penelitian ..................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Pola pemberian ASI dan MPASI untuk bayi dan anak.....................21
Tabel 2.2 Jenis dan Frekuensi Pemberian Makanan Pendamping ASI
umur jenis dan pemberian frekuensi/ hari.........................................22
Tabel 2.3 Sokongan Hipotesis terhadap beberapa variabel Independen
yang berhubungan dengan status gizi anak Usia 6-24 bulan............30
Tabel 3.1 Pengambilan Jumlah Sampel Dalam Penelitian................................33
Tabel 3.2 Definisi Operasional..........................................................................34
Tabel 3.3 Pengumpulan Data dalam penelitian.................................................35
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi.........................................................................42
Tabel 4.2 Hubungan Beberapa Variabel Dengan Status Gizi..........................43
Tabel 4.3 Hasil Seleksi Bivariat Variabel – Variabel Independen....................45
Tabel 4.4 Analisa Multivariat ( Pemodelan 1 ).................................................46
Tabel 4.5 Perubahan Nilai POR setelah Analisa Multivariat............................46
Tabel 4.6 Analisa Multivariat ( Pemodelan 2 ).................................................47
Tabel 4.7 Perubahan Nilai POR setelah Analisa Multivariat............................47
Tabel 4.8 Analisa Multivariat ( Pemodelan 3)...................................................48
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar2.1 Kerangka Teori Hubungan ASI Eksklusifdengan
Status gizi anak usia 6-24 bulan ................................................ 27
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Hubungan ASI Eksklusif dengan
Status gizi anak usia 6-24 bulan ................................................. 28
Gambar 3.1 Desain Penelitian Studi Penampang ........................................... 30
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
STIKes HANG TUAH PEKANBARU
PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT
KESEHATAN REPRODUKSI
Hubungan Asi Eksklusif dengan Status Gizi Anak Usia 6 – 24 Bulan di Wilayah
Kerja Puskesmas Benteng Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2019
ABSTRAK
Status gizi dapat diartikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan
antara kebutuhan dan masukan zat gizi. Status gizi sangat ditentukan oleh ketersediaan
zat gizi dalam jumlah cukup dan dalam kombinasi waktu yang tepat di tingkat sel tubuh
agar berkembang dan berfungsi secara normal. Tujuan Penelitian ini di ketahuinya
hubungan ASI eksklusif dengan status gizi anak usia 6 – 24 bulan di Wilayah Kerja
Puskesmas Benteng Kabupaten Indragiri Hilir tahun 2019. Penelitian ini bersifat
Kuantitatif analitik observasional dengan jenis desain Studi Penampang Analitik.
penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni s/d Juli tahun 2019. Analisa data dilakukan
secara bertahap meliputi analisis univariat, analisis bivariat dan analisis multivariat.
Prosedur pengambilan sampel yang dilakukan secara Purposive Sampling dengan Quota
Sampling dengan besar sampel 220 balita. Hasil analisis multivariat, variabel yang paling
berpengaruh adalah ASI eksklusif ( POR=5,263, CI 95% = 2,519-10,994)..
Pendidikan (POR=4,146, CI 95% = 2,031-8,463). Pendapatan kelurga (POR=2,190,
CI 95% = 1,068-4,491). Kesimpulan dalam penelitian ini adalah ASI eksklusif,
pendidikan, dan pendapatan berhubungan dengan status gizi. Diharapkan kepada ibu yang
mempunyai balita untuk lebih memahami dan meningkatkan informasi dan pengetahun
tentang ASI eksklusif dan juga tentang asupan gizi dan nutrisi pada anak balita usia 6-24
bulan.
Kata Kunci : ASI eksklusif, Status Gizi, Wilayah Kerja Puskesmas Benteng
Indragiri Hilir
DaftarPustaka : 44 (2010 – 2018)
xii
STIKes HANG TUAH PEKANBARU
STUDY PROGRAM MASTER OF PUBLIC HEALTH
REPRODUCTIONAL HEALTH
ABSTRACT
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Status gizi dapat diartikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh
keseimbangan antara kebutuhan dan masukan zat gizi. Status gizi sangat
ditentukan oleh ketersediaan zat gizi dalam jumlah cukup dan dalam
kombinasi waktu yang tepat di tingkat sel tubuh agar berkembang dan
berfungsi secara normal. Status gizi ditentukan oleh sepenuhnya zat gizi yang
diperlukan tubuh dan faktor yang menentukan besarnya kebutuhan,
penyerapan, dan penggunaan zat-zat tersebut. Masa bayi dimulai dari usia 0-
12 bulan yang ditandai dengan pertumbuhan dan perubahan fisik yang cepat
disertai dengan perubahan dalam kebutuhan zat gizi (Notoatmodjo, 2012).
Status gizi global adalah utama Penentu kesehatan dan kesejahteraan di
antara anak-anak yang harus dipelajari dalam kaitannya dengan dimensi
spasial dan temporal.Menurut UNICEF dan WHO (2016) gizi merupakan
faktor utama kematian anak, penyakit dan kecacatan. Faktor yang
berhubungan dengan gizi berkontribusi sekitar 45% dari kematian balita,
diantaranya berat badan lahir rendah, kurang gizi, anak yang tidak diberi Air
Susu Ibu (non ASI) dan lingkungan tidak sehat. Anak kurang gizi memiliki
risiko kematian lebih tinggi akibat infeksi penyakit, seperti diare, pneumonia
dan campak.
Terdapat dua faktor langsung yang dapat mempengaruhi status gizi
individu, yaitu faktor makanan dan penyakit infeksi, dan keduanya saling
mempengaruhi. Faktor penyebab langsung yang pertama adalah konsumsi
makanan yang tidak memenuhi prinsip gizi seimbang. Faktor penyebab
langsung adalah konsumsi makanan yang tidak memenuhi jumlah dan
komposisi zat gizi yang memenuhi syarat gizi seimbang yaitu beragam, sesuai
kebutuhan, bersih, dan aman, misalnya bayi tidak memperoleh ASI
1
2
berusia 6-24 bulan, dan meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24
bulan atau lebih.
Hasil penelitian di India menyatakan bahwa penderita kekurangan gizi
pada anak dibawah lima tahun adalah 41,2%. Kekurangan gizi sangat
berkaitan dengan umur, status sosial, ekonomi, pendidikan ibu, praktek
imunisasi dan makanan. Inisiasi menyusu dini, dan tidak menyusu secara
eksklusif dapat menimbulkan resiko yang signifikan terhadap kasus
kekurangan gizi ( Luthra ea al,2010).
Menurut Data dari Riskesdas tahun 2018 tentang gizi balita di indonesia
adalah 17,7 %,terdiri dari dari balita mengalami gizi buruk sebesar 3,9 %
dan balita mengalam gizi kurang 13,8 % (Kemenkes,RI2018). Menurut
laporan dalam buku profil kesehatan Provinsi Riau tahun 2016 Prevalensi
balita mengalami gizi buruk 1,1 % dan balita mengalami gizi kurang 7,9%.
Dan pada tahun 2016 terdapat Kabupaten Indragiri Hilir merupakan
prevalensi gizi kurang yang tertinggi yakni sebesar 10,4 % diikuti oleh
Kabupaten Kampar 10% dan Kabupaten Indragiri Hulu 9,8%.(Dinkes
Provinsi Riau, 2017)
Menurut laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri Hilir prevalensi
gizi kurangtahun 2018 terdapat 0,83%, dari seluruh jumlah balita yang
ditimbang (Dinkes Kabupaten Indragiri Hilir, 2018). Data dari puskesmas
Benteng pada tahun 2017 dari 450 balita yang ditimbang terdapat 38 orang
7,3% balita dengan status gizi kurang. Dan Pada tahun 2018 dari 588 balita
yang ditimbang dengan status gizi kurang 45 orang7,6% dan dapat dilihat
terjadi peningkatan balita dengan gizi kurang.(Profil Puskesmas Benteng,
2018)
Data dari Profil Kesehatan Indonesia tahun 2017 menunjukkan cakupan
bayi mendapat ASI eksklusif sebesar 61,33%. Presentasepemberian ASI
eksklusif tertinggi menurutt provinsi terdapat di provinsi Nusa Tenggara
Barat (87,35%), sedangkan persentase terendah terdapat pada Papua
(15,32%). (Kemenkes RI, 2017)
4
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Diketahuinya hubungan ASI eksklusif dengan status gizi anak 6-24 bulan
di wilayah kerja Puskesmas Benteng Kabupaten Indragiri Hilir tahun
2019.
2. Tujuan khusus
1. Diketahuinya hubungant pemberian ASI eksklusif dengan status gizi
anak usia 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Benteng Benteng
Kabupaten Indragiri Hilir tahun 2019.
2. Diketahuinya frekuensi menyusu ASI dengan status gizi anak usia 6-
24 bulan di wilayah kerja Puskesmas BentengKabupaten Indragiri
Hilir tahun 2019.
3. Diketahuinya Lama Menyusu ASIdengan status gizi anakusia 6-24
bulan di wilayah kerja Puskesmas Benteng Kabupaten Indragiri Hilir
tahun 2019.
4. Diketahuinya hubungan pola asuh makan dengan status gizi anak
usia6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Benteng Kabupaten
Indragiri Hilir tahun 2019.
6
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi masyarakat
Hasil penelitian dapat memberikan informasi dan menambah wawasan
masyarakat tentang ASI eksklusif dan status gizi anak sehingga hal ini
dapat mendukung program-program pemerintah maupun swasta dalam
menanggulangi masalah gizi.
2. Bagi instansi kesehatan
Memberikan masukan bagi instansi kesehatan dan sebagai informasi
dalam penanganan masalah kekurangan gizi pada anak balita.
3. Bagi program studi
Penelitian ini dapat menjadi tambahan ilmu dan memperluas
pengetahuan dibidang kesehatan dengan adanya hasil-hasil penelitian
4. Peneliti selanjutnya
Dengan terwujudnya hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
sumbangan pemikiran serta referensi bagi rekan-rekan mahasiswa
khususnya para peneliti berikutnya
8
9
c) Biaya murah
d) Hasil pengukuran mudah disimpulkan
e) Dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah
f) Dapat mendeteksi riwayat gizi masa lalu
Akan tetapi, pengukuran antropometri juga memiliki beberapa
kelemahan atau kekurangan, yaitu :
a) Kurang sensitive
b) Faktor luar seperti penyakit, dan penurunan penggunaan
energy tidak dapat dikendalikan
c) Kesalahan pengukuran akan memengaruhi akurasI
kesimpulan
d) Beberapa kesalahan terkadang terjadi, seperti kesalahan
pengukuran, perubahan hasil pengukuran baik fisik maupun
komposisi jaringan, kesalahan analisis, dan asumsi salah.
Menurut Rieskesdes 2013, ambang batas status gizi secara
antropometrik menggunakan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB yaitu:
b. Berdasarkan indikator BB/U (Berat badan /Umur) :
Indeks BB/U adalah suatu pengukuran total berat badan
termasuk , lemak, air, tulang dan otot. Indeks BB/U adalah
pertumbuhan linear (Supariasa, 2012).
Berdasarkan nilai Z-skor indikator BB/U tersebut ditentukan
yang mana status gizi balita dengan batasan sabagai berikut :
Gizi buruk : Z – skor <-3,0
Gizi kurang : Z – skor ≥-3,0 s/d Z-skor < -2
Gizi baik : Z – skor ≥ -2,0 s/d Z- skor ≤ 2
Gizi Lebih :Z- skor >2
Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil.
Dalam keadaan yang normal, dimana kesehatan yang baik
dan berkeseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi
terpenuhi dan terjamin, makan berat badan akan
berkembangn mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya
11
a. Survei konsumsi
Penilaian konsumsi makanan dilakukan dengan wawancara,
kebiasaan makan dan penghitungan konsumsi makanan sehari-hari.
Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi kekuranga dan kelebihan
gizi.
b. Statistik Vital
Pemeriksaan vital dilakukan dengan melakukan analisis data
kesehatan seperti angka kematian, orang sakit, dan kematian akibat
hal-hal yang berhubungan dengan gizi. Tujuannya adalah untuk
menemukan indicator tidak langsung yang berhubungan dengan
status gizi masyaraka.
c. Faktor ekologi
Pemeriksaan vital dilakukan dengan melakukan analisis data
kesehatan seperti angka kematian, orang sakit, dan kematian akibat
hal-hal yang berhubungan dengan gizi. Tujuannya adalah untuk
menemukan indicator tidak langsung yang berhubungan dengan
status gizi masyarakat.
b. Frekuensi Menyusu
Frekuensi Menyusu atau pemberian ASI yang benar adalah sesuka
bayi yang dikenal dengan istilah ondemand. Hal ini berarti pemberian
ASI dilakukan secara tidak terjadwal. Dengan pola pemberian ASI tak
terjadwal ini menuntut penyediaan waktu ibu terhadap bayi secara
utuh (24 jam). Produksi ASI dapat berkurang di akibatkan frekuensi
penyusuan pada bayi yang kurang lama dan terjadwal. Menyusu yang
dijadwal akan berakibatkurang baik, karena isapan bayi sangat
c. Lama Menyusu
Pada awalnya, bayi menyusu hanya 10 menit atau beberapa menit
setiap kalinya. Lama menyusu akan meningkat secara bertahap sampai
produksi ASI benar – benar stabil (Lamanya menyusu biasanya sekitar
5-10 menit tetapi sering ada yang lama sampai setengah jam
tergantung bayi, pemberhentian menyusu sebelum bayi selesai dapat
membuat bayi mungkin tidak mendapatkan susu akhir yang kaya
energi yang diperlukan untuk tumbuh dengan baik (Irianto, 2014).
Pada menit pertama saat menyusu, ASI yang keluar adalah ASI yang
encer (Foremilk) yang bertugas untuk menghilangkan rasa haus bagi
bayi. Menit berikutnya, persisnya setelah refleks turunnya susu, ASI
berubah menjadi lebih kental (Hindmilk), yang mengandung lebih
banyak lemak dan gizi, untuk mengenyangkan bayi (Purwoastuti,
2015).
Lama Menyusu merupakan suatu faktor untuk menentukan
keberhasilan produksi ASI, apabila bayi tidak dapat menyusu dengan
benar, maka stimulus untuk mengeluarkan hormon produksi ASI
terhambat. Semakin sering bayi diberikan ASI akan semakin lancar
dikarenakan produksi hormone prolactine dan oksitosin yang
merangsang kelenjar sekretori untuk mengeluarkan ASI dikelenjar
mamae (kelenjar payudara) akan bekerja semakin optimal. Stimulasi
dari hisapan bayi akan mengirimpesan ke hipotalamus yang
merangsang hipofisis anterior untuk melepas hormone prolactine.
Jumlah prolaktin yang disekresikan dan jumlah ASI yang dihasilkan
20
Tabel 2.2
Jenis dan Frekuensi Pemberian Makanan Pendamping ASI
Umur Jenis Pemberian Frekuensi/hari
Laju pertumbuhan anak balita lebih cepat dari pada anak usia pra
sekolah, sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif lebih besar.
Sesuai dengan pertumbuhan badan dan perkembangan kecerdasannya,
tubuhnya juga mengalami perkembangan sehingga jenis makanan dan
cara pemberiannya pun harus disesuaikan dengan keadaannya.
Kekurangan gizi pada masa ini dapat menyebabkan gangguan, secara
fisik, mental, sosial, dan intelektual yang sifatnya menetap dan dibawa
terus sampai dewasa. Masa anak usia 6-24 bulan adalah masadimana,
pola makannya harus sangat diperhatikan oleh ibunya dan
23
e. Pendidikan Ibu
Pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan yang semakin tinggi
akan meningkatkan tingkat ketahanan pangan keluarga, pola
pengasuhan anak semakin baik, dan semakin mengerti waktu yang
tepat dalam pemberian makanan tambahan untuk bayi dan dampak
yang ditimbulkannya (Nadhifah, 2014).
Pendidikan merupakan suatu usaha sadar seseorang untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar
sekolah. Dikatakan pula bahwa tingkat pendidikan rata-rata masih
rendah, khususnya kalanagan wanita merupakan salah satu masalah
pokok yang menjadi pengaruh terhadap masalah kesehatan. Makin
tinggi ktingkat pendidikan seseorang, makin mudah mendapatkan dan
24
f. Pekerjaan Ibu
Pekerjaan ibu berkaitan dengan pendapatan keluarga, sehingga bisa
dikatakan bahwa jenis pekerjaan juga bisa menentukan seseorang
untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga. Dan pekerjaan ibu juga
berpengaruh terhadap pentingnya pertumbuhan dan perkembangan
anak balita. Ibu yang bekerja memiliki waktu yang lebih sedikit untuk
mengasuh anaknya dibandingkan ibu yang tidak bekerja. Sehingga
akan berpengaruh pada kualitas perawatan anak sehingga
mempengaruhi status gizi anak. Ibu yang bekerja dengan jam kerja
dari pagi sampai sore maka ibu tidak mempunyai banyak waktu untuk
memperhatikan makanan dan kebutuhan nutrisi anaknya. Menurut
Notoatmodjo, (2013) Faktor pekerjaan juga berpengaruh pada
hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan status gizi pada
bayi. Faktor pekerjaan dihubungkan dengan banyak sedikitnya waktu
yang dimiliki umtuk mendapatkan informas. Manusia memerlukan
pekerjaan untuk dapat berkembang dan berubah, seseorang bekerja
bertujuan untuk mencapai suatu keadan yang lebih dari pada keadaan
yang sebelumnya. Dengan bekerja seseorang dapat berbuat sesuatu
yang bernilai, bermanfaat dan memperoleh berbagai pengalaman
(Nafi’ah, 2015).
Dalam penelitian Khasanah (2016), dari hasil uji statistik dengan
menggunakan uji chi Square untuk melihat pengaruh Pekerjaan
dengan status gizi kurang didapatkan pekerjaan ibu (P value 0,017)
dengan hasil tersebut maka pekerjaan berpengaruh pada status gizi
kurang pada anak. Hubungan antara ibu bekerja dengan status gizi dan
kesehatan anak bisa berdampak positif dan bisa pula berdampak
negatif. Dampak positif dari ibu yang bekerja adalah terjadi
peningkatan pendapatan keluarga sehingga terjadi peningkatan asupan
makanan. Sebaliknya, perhatian ibu tidak sepenuhnya untuk mengurus
anak terutama dalam menyiapkan kebutuhan makanan.
26
g. Pendapatan Keluarga
Sosial adalah segala sesuatu yang mengenai masyarakat sedangkan
ekonomi adalah segala usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan
untuk mencapai kemakmuran hidup. Sosial ekonomi merupakan suatu
konsep dan untuk mengukur status sosial ekonomi keluarga dilihat
dari variabel tingkat pekerjaan. Rendahnya ekonomi keluarga, akan
berdampak dengan rendahnya daya beli pada keluarga tersebut. Selain
itu rendahnya kualitas dan kuantitas konsumsi pangan, merupakan
penyebab langsung dari kekurangan gizi pada anak balita. Keadaan
sosial ekonomi yang rendah berkaitan dengan masalah kesehatan yang
dihadapi karena ketidak tahuan dan ketidak mampuan untuk
mengatasi berbagai masalah tersebut. Balita dengan gizi buruk pada
umumnya hidup dengan makanan yang kurang bergizi (Bapenas,
2013).
Keadaan sosial Ekonomi akar masalah terjadinya kurang gizi,
Kemampuan keluarga untuk mencukupi kebutuhan makanan di
pengaruhi oleh tingkatan keluarga itu sendiri. Keluarga yang
27
C. Kerangka Teori
Atas dasar Informasi diatas, maka dilakukan sintesis dan digambarkan
kerangka teori sebagai berikut
Faktor penyebab langsung
1. Timbulnya masalah gizi
2. Akibat gizi kurang
pada proses tubuh
Gambar 2.1
Sumber: Kerangka Teori Penelitian Bappenas, 2013 (Modifikasi
UNICEF 1990)
28
D. Kerangka Konsep
Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan dalam teori terkait,
maka peneliti menentukan kerangka konsep penelitian yaitu variabel
independen dan variabel dependen. Variabel independen (variabel bebas)
merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel
dependen (variabel terikat). Variabel independen dalam penelitian ini adalah
ASI eksklusif, lama menyusu, pola asuh, pendidikan ibu dan pekerjaan ibu.
Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah keluhan status gizi
anak usia 6-24 bulan. Sehingga kerangka konsep yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
Gambar 2.2
Kerangka Konsep Hubungan Riwayat ASI dengan Status
Gizi Anak Usia 6-24 bulan
E. Hipotesis
1. Pertanyaan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu penelitian. Didalam suatu
penelitian ini berarti jawab sementara penelitian, patokan dugaan atau
29
Tabel 2.3
Sokongan Hipotesis terhadap Beberapa Variabel Independen yang Berhubungan
dengan Status Gizi anak usia 6-24 bulan
V. Independen
Sampel anak usi 6-24 bulan
(1,2,3,4,5,6,7) -
V. Independen (1,2,3,4,5,6,7) +
V. Independen
Sumber: Lapau, 2015 (1,2,3,4,5,6,7) -
Gambar 3.1
Desain Penelitian Studi Penampang Analitik
Keterangan Variabel :
1. = ASI Eksklusif
2. = Frekuensi Menyusu
3. = Lama Menyusu
4. = Pola Asuh Makan
5. = Pendidikan Ibu
6. = Pekerjaan Ibu
7. = Pendapatan Ibu
+ = berisiko
- = tidak berisiko
31
32
Tabel 3.1
Pengambilan Jumlah Sampel Dalam Penelitian
No Variabeel Po Pa Alfa Beta Ukuran
Independen Sampel
1. Asi Eksklusif 29,6% 19,6% 5% 10% 155
2 Frekuensi Menyusu 84,4% 74,4% 5% 10% 137
3 Lama Menyusu 55,1% 45,1% 5% 10% 212
4 Pola Asuh Makan 42,2% 32,4% 5% 10% 203
5 Pendidikan Ibu 40% 30% 5% 10% 191
6 Pekerjaan Ibu 44,4% 34,4% 5% 10% 203
7 Pendapatan Keluarga 50% 40% 5% 10% 210
D. Definisi
operasional
Tabel 3.2
Definisi Operasional
peroleh Data
r Berat badan anak dengan
timbangan bayi
sif terstruktur
enyusu terstruktur
usu terstruktur
terstruktur
terstruktur
terstruktur
Keluarga terstruktur
36
F. Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan bagian dari rangkaian kegiatan yang
dilakukan setelah pengumpulan data. Untuk kemudahan dalam pengolahan
data maka dipergunakan bantuan program computer. Langkah-langkah
pengolahan data meliputi editing, coding, processing, cleaning dan
tabulating.
1. Editing
Dilakukan editing data atau penyuntingan data untuk memastikan
bahwa data yang diperoleh bersih, yaitu data tersebut semua telah terisi
dan dapat dibaca dengan baik. Hal ini dilakukan dengan meneliti tiap
lembar angket yang diserahkan oleh responden maupun data yang diisi
oleh peneliti, apabila terdapat kesalahan/keganjilan maka akan segera
diperbaiki dan dilengkapi.
2. Coding
Coding yaitu memberikan code berupa data atau simbol yang berupa
angka pada jawaban responden yang diterima. Kegunaan dari
37
G. Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisa univariat dilakukan untuk mengetahui proporsi masing-
masing variabel yang diteliti. Untuk data kategorik yang perlu diketahui
untuk melakukan analisa data adalah menggunakan distribusi frekuensi
dengan ukuran persentase proporsi
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui variabel yang diduga
berhubungan atau berkorelasi, meliputi variabel independen dan variabel
dependen.Analisis dari hasil uji statistik yang digunakan adalah Kai
kuadrat (chi square test) dengan menggunakan SPSS jika P≤0,05
Signifikan.
3. Analisis Multivariat
Dalam penelitian ini analisis yang digunakan adalah analisis
regresi logistik, yaitu menganalisis hubungan suatu atau berapa variabel
independen dengan variabel dependen kategorik yang bersifat dikotom.
Adapun langkah–langkahnya adalah sebagai berikut:
a. Analisis faktor dominan
1) Melakukan analisis bivariat antara masing-masing variabel
independen dengan variabel dependen dengan uji regresi
logistik sederhana.
39
H. Etika Penelitian
Penelitian ini akan melalui prosedur kaji etik yang dilakukan oleh
Komisi Etik Penelitian Kesehatan STIKes Hang Tuah Pekanbaru. Dimana
penelitian ini menjunjung tinggi etika penelitian yang merupakan standar
dalam melakukan penelitian.Adapun prinsip-prinsip etika penelitian ini
adalah:
a) Prinsip menghormati harkat martabat manusia (respect for persons).
Peneliti akan menghormati hak-hak responden yang terlibat dalam
penelitian, termasuk diantaranya hak untuk membuat keputusan untuk
terlibat atau tidak terlibat dalam penelitian dan hak untuk dijaga
kerahasiaannya berkaitan dengan data yang diperoleh selama
penelitian.
b) Prinsip berbuat baik (benneficience).
Penelitian ini pada prinsipnya mengutamakan manfaat bagi
responden yaitu sebagai evaluasi dan pengetahuan awal tentang status
gizi. Penelitian yang dilakukan tidak membahayakan jiwa responden,
sehingga penelitian ini aman dilakukan. Penelitian ini bebas dari
eksploitasi karena peneliti sudah mempertimbangkan manfaat dan
risiko dari penelitian.
c) Prinsip keadilan (justice)
Peneliti akan memperlakukan semua yang terlibat dalam penelitian
secara adil dan tidak membeda-bedakan berdasarkan ras, agama atau
status sosial ekonomi.
Penelitian ini telah mendapatkan persetujuan etik dari Komisi Etik
Penelitian Kesehatan Hang Tuah Pekanbaru Nomor :186/KEPK/Stikes
– HTP/IV/2019.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
41
42
B. Analisis Univariat
Analisis univariat dapat dilihat pada tabel 4.1 dibawah ini sebagai
berikut:
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Variabel Dependen dan Variabel Independen ASI
Eksklusif Dengan Status Gizi Anak 6-24 Bulan Wilayah Kerja
Puskesmas Benteng Kabupaten Indragiri Hilir
Tahun 2019
Variabel Dependen Frekuensi (n=220) Persen (%)
Status Gizi
GiziKurang 52 23,6
GiziBaik 168 76,4
Variabel Independen Frekuensi Presen (%)
ASI Eksklusif
Tidak ASI Eksklusif 95 43,2
ASI Eksklusif 125 56,8
Frekuensi Menyusu
Kurang ( < 8 Kali) 82 37,3
Baik (≥ 8 kali) 138 62,7
Lama Menyusu
Kurang (<10 menit) 57 25,9
Baik (≥ 10 menit) 163 74,1
Pola Asuh Makan
Kurang 127 57,7
Baik 93 42,3
Pendidikan
Rendah 66 30
Tinggi 154 70
Pekerjaan
Tidak Bekerja 125 56,8
Bekerja 95 43,2
Pendapatan Keluarga
Kurang (<Rp 2,750,618) 105 47,7
Cukup (>Rp 2,750,618) 115 52,3
Pada Tabel 4.1 Hasil analisis univariat pada variabel dependen yaitu status
gizi anak 6-24 bulan diwilayah kerja puskesmas Benteng Kabupaten Indragiri
Hilir 2019 menunjukkan bahwa 23,6% anak balita mengalami gizi kurang.
Analisis univariat pada variabel independen menunjukkan bahwa anak balita
usia 6-24 bulan dengan ASI tidak eksklusif sebesar 43,2%, anak balita dengan
frekuensi menyusu kurang sebesar 37,3%, anak balita dengan lama
menyusunya kurang sebesar 25,9%, anak balita dengan pola asuh makan yang
kurang sebesar 57,7%, anak balita dengan pendidikan ibunya rendah sebesar
30%, anak balita yang ibunya tidak bekerja sebesar 56,8% dan anak balita yang
pendapatan keluarganya kurang sebesar 47,7%. terlihat bahwa ada beberapa
43
variabel berisiko (salah satu yang kategori > 50%) adalah variabel pola asuh
anak dan pekerjaan ibu.
Dari hasil kuesioner didapatkan anak balita usia 6-24 bulan yang tidak
ASI eksklusif dengan mengkonsumsi madu sebesar26,31%, susu formula
56,84% air putih 11,57% dan air teh sebesar 5,26%. Frekuensi menyusu kurang
<8 kali sebesar 36,40% dan lama menyusu <10 menit sebesar 30,9% Dari pola
asuh makan, pengasuh bayi ibu terbanyak adalah ibu sebesar 48,18%.
Pemberian makanan utama pada bayi 3 kali sebesar 58,63%.
B. Analisis Bivariat
Tabel 4.2
Hubungan Variabel Independen Dengan Status Gizi Di Wilayah Kerja
Puskesmas Benteng Kabupaten Indragiri Hilir
Tahun 2019
Lama Menyusu -
Kurang (<10 menit) 14 (24,6) 43 (53,4) 57 (100,0) 0,992
Baik (≥ 10 menit) 38 (23,3) 125 (76,7) 163 (100,0)
PolaAsuh Makan 1 -
Kurang 31 (24,4) 96 (75,6) 27 (100,0) 0,877
Baik 21(22,6%) 72 (77,4) 93 (100,0)
Pendidikanibu 4,4(2,31,3
Rendah 29 (43,9) 37(56,1) 66 (100,0) 0,001 – 8,618)
Tinggi 23 (14,9) 131 (85,1) 154 (100,0)
Pekerjaanibu 2,5 (1,276
TidakBekerja 38 (30,4%) 87 (68,6) 125 (100,0) 0,011 – 5,005)
Bekerja 14 (14,7%) 81 (85,3%) 195 (100,0)
PendapatanKeluarga
Kurang (<Rp 2,750,618) 34(31,4) 71 (67,6) 105 (100,0) 0,006 2,8(1,350 –
Cukup (>Rp 2,750,618) 18 (15,7) 97 (8 115 (100,0) 4,934)
4,3)
Pada tabe l4.2 dapat diketahui dari 7 variabel Independen ada 5 variabel
independen yang behubungan secara signifikan (P<0,05) dengan status gizi anak
yaitu
44
1. Anak balita berusia 6-24 bulan yang ASI tidak eksklusif lebih
berpeluang beresiko 5,2 kali mengalami balita gizi kurang dibandingkan
dengan anak balita yang ASI Eksklusif (CI 95%: OR= 2,649 – 10,549)
2. Anak balita berusia 6-24 bulan yang frekuensi menyusunya kurang
lebih berpeluang berisiko 2,4 kali mengalami balita gizi kurang
dibandingkan dengan anak balita yang frekuensi menyusnya baik (CI
95%: OR=1,306 – 4,644).
3. Anak balita berusia 6-24 bulan yang pendidikan ibunya rendah lebih
berpeluang berisiko 4,4 kali mengalami balita gizi kurang dibandingkan
dengan anak balita yang pendidikan ibunya tinggi (CI 95%: OR=2,31,3
– 8,618).
4. Anak balita berusia6-24bulan yang ibunya tidak bekerja lebih
berpeluang berisiko 2,5kali mengalami balita gizi kurang dibandingkan
dengan anak balita yang ibunya bekerja (CI 95%: OR=1,276 – 5,005).
5. Anak balita berusia 6-24 bulan yang pendapatan keluarganya kurang
lebih berpeluang berisiko 2,5 kali mengalami balita gizi kurang
dibandingkan dengan anak balita yang pendapatan keluarganya cukup
(CI 95%: OR=1,350 – 4,934).
C. Analisis Multivariat
1. Seleksi Bivariat
Seleksi bivariat dilakukan pada masing-masing variabel independen
dengan variabel dependen. Seleksi bivariat bertujuan untuk mengetahui
variabel mana yang dapat menjadi kandidat pemodelan multivariat.
Variabel independen yang terdapat menjadi kandidat pemodelan
multivariat adalah variabel yang mempunyai p-value< 0.25. Apabila p-
value> 0.25 secara substansi variabel tersebut merupakan variabel yang
sangat penting (berhubungan secara substansi) dengan variabel dependen
(Mitra, 2015).
Analisis multivariat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji
Cox Regresi. Berdasarkan seleksi bivariat variabel yang memiliki p < 0,25
adalah sebesar5 variabel yaitu variabel kejadian ASI eksklusif,frekuensi
45
Tabel 4.3
Hasil Seleksi Bivariat Antara Variabel Dependen 2019
No Variabel P Value Keterangan
1. ASI eksklusif 0,001 Kandidat
2. Frekuensi menyusu 0,005 Kandidat
3. Lama menyusu 0,849 BukanKandidat
4. Pola asuh makan 0,753 BukanKandidat
5. Pendidikan ibu 0,001 Kandidat
6. Pekerjaan ibu 0,008 Kandidat
7. Pendapatan keluarga 0,004 Kandidat
2. Pemodelan Multivariat
Setelah dilakukan analisis multivariat terhadap ke 7 (tujuh) variabel
variabel independen tersebut dengan status gizi, dihasilkan tabel analisis
multivariat pada pemodelan 1, seperti terlihat pada Tabel 4.3, dimana dapat
dilihat bahwa ada beberapa variabel dengan nilai P > 0,05 yaitu frekuensi
menyusu dan pekerjaan ibu. Variabel yang tertingi nilai p nya dikeluarkan
dari model kemudian dilihat perubahan nilai OR dari tiap pemodelan. Jika
terjadi perubahan POR kurang dari 10% maka variabel tersebut dikeluarkan
dari model. Tapi jika perubahan POR terjadi lebih dari 10% maka variabel
dikembalikan ke dalam model. Selanjutnya dilakukan analisis multivariat
secara bertahap dengan mengeluarkan variabel yang nilai p-nya > 0,05
dimulai dengan nilai p yang tertinggi yaitu Frekuensi Menyusu seperti
terlihat pada tabel 4.4 sebagai berikut.
46
Tabel 4.4
Analisis Multivariat (Pemodelan 1) Hubungan ASI EksklusifDengan Status
GiziAnakUsia 6-24 Bulan di Wilayah Kerja
PuskesmasBenteng Kab. Indragiri Hilir Tahun 2019
Tabel 4.6
Analisis Multivariat (Pemodelan 2) Hubungan ASI Eksklusif Dengan Status
Gizi Anak Usia 6-24 Bulan di Wilayah Kerja
Puskesmas Benteng Kab. Indragiri Hilir Tahun 2019
Tabel 4.7
Perubahandari POR PekerjaanIbu (Pemodelan II)
Tabel 4.8
Analisis Multivariat (Pemodelan Terakhir)
49
50
c. Confounding Bias
Confounding Bias atau bias pengacau dapat terjadi jika
dalam suatu analisis terdapat variabel confounding.
Variabel confounding adalah variabel independen yang
berhubungan variabel dependen, namun juga berhubungan
dengan faktor risiko lainnya. Dalam penelitian ini tidak
ditemukan Confounding Bias pada variabel.
d. Realiabilitas Data
Reliabilitas adalah konsistensi dari hasil alat uji menurut
waktu dan orang, artinya alat uji dipergunakan beberapa
kali akan menghasilkan data yang sama, maka data
tersebut dapat dikatakan reliable (Lapau, 2012). Dalam
penelitian contoh alat uji yang digunakan adalah
kuesioner, bila pengukuranya dilakukan dua kali dan
hasilnya tidak berubah maka data tersebut dapat dikatakan
reliable. Pada penelitian ini, pengukuran kuesioner hanya
dilakukan satu kali, maka realibilitas tidak dapat diketahui.
2) Validitas Eksternal
Validitas eksternal adalah jawaban dari pertanyaan apakah hasil
penelitian dari sampel dapt digeneralisasikan ke populasi yang lebih
lias teruta dari man populasi itu berasal (Lapau, 2012). Validitas
eksternal dari suatu penelitian adalah bila sampel penelitian diambil
dengan non probability sampling, dengan demikian hasil penelitian
tidak bisa digenerelisasikan kepada populasi dari mana sampel itu
diambil. Pada penelitian ini data diambil dengan menggunakan
teknik purposive sampling dengan quota sampling, dengan
demikian ada validitas ekternal pada penelitian ini adalah
representatif dari populasi anak 6-24 bulan di wilayah kerja
Puskesmas Benteng sehingga tidak dapat digeneralisasikan kepada
populasi anak 6-24 bulan diwilayah kerja Puskesmas Benteng
Indragiri Hiliri.
52
b. Pendidikan Ibu
Pada penelitian ini, hasil analisis multivariat menunjukkan variabel
Pendidikan Ibu secara statistik berhubungan dengan status gizi balita
dengan nilai POR=4,146, CI 95% = 2,031-8,463). Artinya responden
yang memiliki pendidikan rendah memiliki peluang 4,1 kali lebih
besar mengalami status gizi balita dibandingkan dengan responden
yang memiliki pendidikan tinggi.
Hasil pendidikan ibu yang didaptkan pada penelitian ini
menunjukan bahwa dari 220 responden. Pendidikan ibu rendah yang
mengalami status gizi balita kurang sebanyak (43,9%), sedangkan
54
c. Pendapatan Keluarga
Pada penelitian ini, hasil analisis multivariat menunjukkan variabel
pendapatan keluarga secara statistik berhubungan dengan status gizi
balitadengan nilaiPOR=2,190, CI 95% = 1,068-4,491). Artinya
responden yang pendapatan keluarga kurang memiliki peluang 2,1
kali lebih besar mengalami status gizi dibandingkan dengan
pendapatan keluarga cukup.
Hasil dari pendapatan keluarga yang didaptakan dalam penelitian
ini menunjukan bahwa dari 220 responden yang berpendapatan kurang
dengan status gizi balita kurang sebesar (31,4%) dan sebesar (67,6%)
dengan status gizi baik. Sedangkan responden yang berpendaptanan
cukup dengan status gizi balita kurang sebesar (15,7%) dan sebesar
(84,3%) dengan status gizi balita baik.
Hasil analisis dengan menggunakan uji statistik Chi Square
didapatkan nilai p value = 0,006 (<0,05) yang artinya ada hubungan
yang signifikan antara pendapatan keluarga dengan satutus gizi balita
anak usia 6-24 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten
Indragiri Hilir. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendapatan
keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi
anak balita. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Handini , Ichsan dan Nirlawati (2013) yang menyatakan adanya
hubungan tingkat pendapatan orangtua dengan status gizi balita di
wilayah kerja puskesmas kalijambe
Keadaan sosial Ekonomi akar masalah terjadinya kurang gizi,
Kemampuan keluarga untuk mencukupi kebutuhan makanan di
pengaruhi oleh tingkatan keluarga itu sendiri. Keluarga yang
mampunyai pendapatan relatif rendah sulit mencukupi kebutuhan
56
makan. Keadaaan seperti ini biasanya terjadi pada anak balita dari
keluarga berpenghasilan rendah, kemampuan keluarga untuk
mencukupi kebutuhan makanan juga bergantung dari bahan makanan.
Hasil penelitian lain yang dilakukan Suhendri, 2012 sebanyak 107
responden dengan hasil 56,2% balita yang menderita gizi kurang lebih
banyak dialami oleh keluarga yang berpendapatan rendah. Pendapatan
keluarga dapat mempengaruhi status gizi pada balita, jika suatu
keluarga memiliki pendapatan yang besar serta cukup untuk
memenuhi kebutuhan gizi anggota keluarga maka dijamin kebutuhan
gizi pada balita akan terpenuhi.
Dari hasil penelitian Mulazimah menunjukan bahwa pendapatan
keluarga mempunyai hubungan yang bermakna secara statistik dengan
status gizi balita. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan pendapatan
keluarga mempunya keluarga mempunyai hubungan yang signifikan
terhadap status gizi balita p = 0,014 (0,05). Pada keluarga mampu
biasanya akan mengeluarkan sebagian besar pendapatan tambahan
untuk membeli makanan pokok. Sedangkan pada keluarga mampu,
semakin tinggi pendapatan semakin bertambah besar persentase
pertambahan pengeluaran untuk buah-buahan, sayur-sayuran dan jenis
makanan lainya. Faktor sosial ekonomi berhubungan dengan
kemampuan keluarga untuk mencukupi kebutuhan zat gizi. Oleh
karena itu agar tidak terjadi status gizi kurang pada anak balita usia 6-
24 bulan direkomndasikan agar orang tua dapat meningkatkan
pendapatan mereka.
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab hasil penelitian dan bab pembahasan maka
dengan ini penelitian mengambil keputusan :
1. Proporsi anak balita usia 6–24 bulan yang status gizi kurang yang
berada diwilayah kerja Puskesmas Benteng sebanyak 52 orang yaitu
(23,6%) dari 220 orang anak balita.
2. Anak balita berusia 6- 24 bulan yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif
memiliki peluang 5,2 kali lebih besar mengalami status gizi kurang
dibandingkan dengan anak yang mendapatkan ASI eksklusif
POR=5,263.
3. Ibu yang memiliki pendidikan rendah lebih berisiko 4,1 kali terhadap
status gizi balita dibandingkan responden yang memiliki pendidikan
tinggi POR=4,146.
4. Pendapatan keluarga yang kurang lebih berisiko 2,1 kali terhadap status
gizi balita dibandingkan responden dengan pendapatan keluarga cukup
POR=2,190.
5. Variabel yang tidak memiliki hubungan sebab akibat dengan status gizi
adalah variabel frekuensi menyusu, lama menyusu, Pola Asuh dan
Pekerjaan ibu.
B. Saran
1. Saran Dalam Signifikansi Sosial
a. Diharapkan kepada Pihak puskesmas, tenaga kesehatan, kader dan
stakeholder dapat kerjasama untuk meningkatkan pemberian ASI
eksklusif pada balita usia 6 – 24 bulan, untuk meningkatkan status
gizi di wilayah Kerja Puskesmas Benteng.
b. Diharapkan kepada tenaga kesehatan dapat memberikan
penyuluhan maupun konseling kepada ibu hamil dan ibu yg
58
59
Alamsyah, Dedi, et all. 2015. Beberapa faktor risiko gizi kurang Dan gizi buruk
pada balita12 - 59 bulan. jurnal vokasi Kesehatan, Volume I Nomor 5
September 2015, hlm. 131 – 135
Amanda G. (2011). Hubungan lamanya pemberian ASI dengan status gizi anak
usia kurang dari 2 tahun di kecamatan kartasura. [Skripsi]. Sukoharjo (ID):
Fakultas kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Dinkes. Provinsi Riau. (2017). Profil Dinkes Provinsi Riau 2017. Pekanbaru:
Dinkes Provinsi Riau
Dinkes. Kabupaten indargiri hilir. (2012). Profil Dinkes Kabupaten indargiri hilir
2018. Pekanbaru: Dinkes Kabupaten indargiri hilir
Giri, MKW,I W Muliatra N.P Dwi Sri Wahyuni. (2013). Hubungan pemberian
ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan oleh ibu-ibu di perdesaaan di Kabupaten
Hulu Sungai Selatan vol 34- no 4 (hal 39-43)
Handayani, Tuty. (2013). ApotikHidup. Jakarta :Padi
Hikmah,Nurul. (2016). Riwayat Pemberian Asi, Susu Formula, Dan Mp-Asi Pada
Anak Balita Dengan Risiko Gizi Lebih Di Kecamatan Majalengka.Skripsi.
Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Irianto, Djoko pekik. 2017. Pedoman gizi lengkap keluarga & olahragawan.
Yogyakarta
Julaeha, Siti. (2012). Gambaran Pola Asuh Makan Pada Anak Usia Bawah Dua
Tahun (Baduta) Gizi Kurang Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamulya
Kabupaten Tanggerang Tahun 2012. Skripsi.Departemen Ilmu Gizi
Fakultas Kedokteran. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Lestari Dwi Anggun, (2018). Hubungan Antara Pemberian Asi Eksklusif Dengan
Status Gizi Pada Bayi Usia 6 – 12 Bulan Di Desa Kesambirampak
Kecamatan Kapongan Kabupaten Situbondo. MID-Z Jurnal Vol. 01, No. 1,
November 2018.
Lusia, et al. (2017). Hubungan antara praktik pemberian makan keluarga dengan
berat badan pada anak usia 2-5 tahun di posyandu mawar kelurahan
tlogomas kecamatan owokwaru kota malang. Nursing News Volume 2,
Nomor 2, 2017
Luthra ea.al (2010) Epidemiologi of under nutrition in children between 0-5 years
from rural areas of Dehradun. Jurnal vol 21 nomor 2, vol 22 nomor 1, july
2009-June 2010.
Mardalena, Ida, (2017). Dasar - dasar ilmu gizi dalam keperawatan. Yogyakarta.
Pustaka Baru Press
Nafi’ah, S. (2015). Gambaran Karakteristik Ibu Balita Yang Memiliki Gizi Kurang Di
Desa Sambungwangan Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora. Stikes Ngudi
Waluyo.
Par’i, Holil Muhammad. 2017. Penilaian status gizi. Jakarta: buku kedokteran
EGC
Purwani, T., & Darti, N. A. (2007). BAYI DI POLIKLINIK BERSALIN.
Rini, T. (2015). Faktor yang Berhubungan dengan Produksi ASI pada Ibu Nifas
(Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Gandusari). Skripsi.Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Airlangga, Surabaya.
Puskesmas, Benteng (2017). Profil Puskesmas Benteng 2017. Benteng:
Puskesmas Benteng
Purwoastuti,E., & Walyani, E.s. (2015). Panduan Materi KesehatanReproduksi
dan Keluarga Berencana.Yogyakarta : Pustaka Baru Press.
Pertumbuhan, D., & Perkembangan, D. A. N. (2017). Hubungan riwayat
pemberian asi dan mp-asi dengan pertumbuhan dan perkembangan balita
usia 24-36 bulan di bogor shelvi sasmita.
Setiaji, A. P. (2012). Tentang Gizi Dengan Status Gizi Pada Anak Usia Pra
Sekolah Di.
Sujiyatini, dkk.(2010). AsuhanIbuNifasAskeb III.Jakarta :Cyrillius Publisher
Supariasa, IDW, dkk. (2012). Penilaian Status Gizi. ; Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Suzanna, Indah Budiastutik dan Marlenywati. (2017). Analisis Faktor Yang
Berhubungan Dengan Status Gizi Anak Usia 6 - 59 Bulan. Jurnal Vokasi
Kesehatan http://ejournal.poltekkes-pontianak.ac.id/index.php/JVK.
Sri, D., Nurdianti dan Kamrin. (2015). Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi
di Wilayah Kerja PuskesmasKemaraya Kota Kendari. Jurnal
Kesehatan Masyarakat. Vol.1, N0.
Linda, T., Endra, F., & Nadhiroh, S. R. (2015). Hubungan Frekuensi Dan Lama
Menyusu Dengan. 38–43.
Wati, S. P., Studi, P., Gizi, I., Kesehatan, F. I., & Surakarta, U. M. (2018). DAN
Pendapatan Orangtua Dengan Status Gizi Anak Balita Usia 1-5 Tahun Di Desa
Duwet.
Widuri Hesti, (2013). Cara Mengelola ASI Eksklusif Bagi Ibu Bekerja.;
Yogyakarta :Penerbit Gosyen KDT.
Yustianingrum, L. N., & Adriani, M. (2017). Perbedaan Status Gizi dan Penyakit
Infeksi pada Anak Baduta yang Diberi ASI Eksklusif dan Non ASI Eksklusif
The Differences of Nutritional Status and Infection Disease in Exclusive
Breastfeed and Non Exclusive Breastfeed Toddlers. 415–423.
https://doi.org/10.20473/amnt.v1.i4.2017.415-423
Lampiran 1
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Dengan hormat
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah Mahasiswa Magister
Kesehatan Masyarakat STIKes Hang Tuah Pekanbaru :
Nama : Indah Dwi Aryani
NIM 1705005
No Hp 082278133171
Pekerjaan : Mahasiswa Magister Kesehatan Masyarakat STIKes Hang
Tuah Pekanbaru.
Akan mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan ASI Dengan
Status Gizi Anak Usia 6-24 Bulan Dipuskesmas Benteng Kabupaten
Indragiri Hilir Tahun 2019”. Dengan melakukan penelitian ini peneliti
berharapa dapat menyelesaikan dan mendapatkan Gelar Magister Kesehatan
Masyarakat, dan yang mana hasil penelitian ini nantinya dapat memberikan
informasi dan menambah wawasan masyarakat tentang ASI Eksklusif, pola asuh
makan dan status gizi anak sehingga hal ini dapat mendukung perogram-program
pemerintah maupun swasta dalam menanggulangi masalah gizi.
Untuk ini saya meminta kesediaan ibu untuk menjadi responden dalam
penelitian ini kurang lebih 5 menit. penelitian ini tidak akan merugikan ibu
sebagai responden dan kerahasiaan semua informasi yang ibu berikan akan dijaga
dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Dan peneliti nantinya akan
memberikan mainan edukatif kepada anak responden sebagai ucapan terimakasih
dalam partisipasi penelitian ini.
Bersama surat ini saya mohon kesediaan ibu untuk menjawab petanyaan
sesuai dengan apa yang ibu ketahui dan ibu laksanakan. Demikianlah permohonan
ini saya sampaikan, atas partisipasinya yang ibu berikan, saya ucapkan terima
kasih.
Peneliti
Nama :
Umur :
No Hp :
Tanggal penelitian :
Responden
( )
KUESIONER
Kecamatan
Desa
No sampel
Alamat
DATA ANAK
1 Nama anak
2 Jenis kelamin
3 Tanggal lahir/ Umur bulan
4 Anak ke
5 Berat badan sekarang BB/U
6 Berat badan lahir Kg
7 Pendidikan ibu
8 Pekerjaan ibu
9 Pendaptan keluarga
10 Jumlah pengeluaran dalam sebulan
Kuesioner Riwayat Asi Dan Menyusu dan Pola Asuh Makan
(diisi oleh peneliti dan digunakan sebagai pedoman wawancara)
nak ibu diberi makanan atau a. Ya. Pada usia .... bln ( jika ya
minuman lain selain ASI (Air lanjut ke pertanyaan no 3)
Susu Ibu) ? b. Tidak ( jika tidak lanjut ke
pertanyaan no 4.)
Jika “iya”, makanan/minuman a. Air putih
selain ASI apa yang ibu berikan b. Susu formula
kepada bayi ibu saat berusia 0-6 c. Madu
bulan ? d. Air teh
e. Lain-lain
n (…................................)
ibu lakukan jika ibu sedang sibuk a. Memberikan makan dengan segera
dan anak anda minta b.Menyelesaikan pekerjaan
makan atau menangis karena kemudian baru memberikan
lapar ? makan
c. Membiarkan dan tidak
menghiraukan
Sumber : (Sasmita, 2017)
ANALISA UNIVARIAT
1. FREKUENSI
Statistics
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Gizi Lebih 59 26.8 26.8 26.8
Gizi Baik 110 50.0 50.0 76.8
Gizi Kurang 44 20.0 20.0 96.8
Gizi Buruk 7 3.2 3.2 100.0
Total 220 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak ASI Ekslusif 95 43.2 43.2 43.2
ASI Ekslusif 125 56.8 56.8 100.0
Total 220 100.0 100.0
Frekuensi Menyusui
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 82 37.3 37.3 37.3
Baik 138 62.7 62.7 100.0
Total 220 100.0 100.0
Lama Menyusui
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 57 25.9 25.9 25.9
Baik 163 74.1 74.1 100.0
Total 220 100.0 100.0
Pola Asuh
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 127 57.7 57.7 57.7
Baik 93 42.3 42.3 100.0
Total 220 100.0 100.0
Pendidikan Ibu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 66 30.0 30.0 30.0
Tinggi 154 70.0 70.0 100.0
Total 220 100.0 100.0
Pekerjaan Ibu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Bekerja 122 55.5 55.5 55.5
Bekerja 98 44.5 44.5 100.0
Total 220 100.0 100.0
Pendapatan Keluarga
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 105 47.7 47.7 47.7
Cukup 115 52.3 52.3 100.0
Total 220 100.0 100.0
ANALISA BIVARIAT
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Riw ayat ASI *
220 100.0% 0 .0% 220 100.0%
Status Gizi Anak
Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 27.058a 3 .000
Likelihood Ratio 27.616 3 .000
Linear-by-Linear
20.032 1 .000
Association
N of Valid Cases 220
a. 2 cells (25.0%) have expected count less than 5.
The minimum expected count is 3.02.
2. Hubungan Status Gizi Dengan Frekuensi Menyusui
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Frekuensi Menyusui
220 100.0% 0 .0% 220 100.0%
* Status Gizi Anak
Frekuensi Menyusui
Kurang Baik Total
Status Gizi Lebih Count 17 42 59
Gizi % within Status Gizi Anak 28.8% 71.2% 100.0%
Anak
% of Total 7.7% 19.1% 26.8%
Gizi Baik Count 36 74 110
% within Status Gizi Anak 32.7% 67.3% 100.0%
% of Total 16.4% 33.6% 50.0%
Gizi Kurang Count 24 20 44
% within Status Gizi Anak 54.5% 45.5% 100.0%
% of Total 10.9% 9.1% 20.0%
Gizi Buruk Count 5 2 7
% within Status Gizi Anak 71.4% 28.6% 100.0%
% of Total 2.3% .9% 3.2%
Total Count 82 138 220
% within Status Gizi Anak 37.3% 62.7% 100.0%
% of Total 37.3% 62.7% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 11.885a 3 .008
Likelihood Ratio 11.617 3 .009
Linear-by-Linear
9.810 1 .002
Association
N of Valid Cases 220
a. 2 cells (25.0%) have expected count less than 5.
The minimum expected count is 2.61.
3. Hubungan Lama Menyusui Dengan Status Gizi
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Lama Menyusui *
220 100.0% 0 .0% 220 100.0%
Status Gizi Anak
Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square .637a 3 .888
Likelihood Ratio .651 3 .885
Linear-by-Linear
.420 1 .517
Association
N of Valid Cases 220
a. 1 cells (12.5%) have expected count less than 5.
The minimum expected count is 1.81.
4. Hubungan Pola Asuh Dengan Status Gizi
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pola Asuh *
220 100.0% 0 .0% 220 100.0%
Status Gizi Anak
Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 1.501a 3 .682
Likelihood Ratio 1.498 3 .683
Linear-by-Linear
.609 1 .435
Association
N of Valid Cases 220
a. 2 cells (25.0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 2.96.
5. Hubungan Pola Asuh Dengan Status Gizi
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pendidikan Ibu *
Status Gizi Anak 220 100.0% 0 .0% 220 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 14.685a 3 .002
Likelihood Ratio 13.939 3 .003
Linear-by-Linear
6.401 1 .011
Association
N of Valid Cases 220
a. 2 cells (25.0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 2.10.
6. Hubungan Pekerjaan Dengan Status Gizi
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pekerjaan Ibu *
220 100.0% 0 .0% 220 100.0%
Status Gizi Anak
Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 9.931a 3 .019
Likelihood Ratio 12.592 3 .006
Linear-by-Linear
3.427 1 .064
Association
N of Valid Cases 220
a. 2 cells (25.0%) have expected count less than 5.
The minimum expected count is 3.12.
1. Hubungan Pendapatan Keluarga Dengan Status Gizi
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pendapatan Keluarga
220 100.0% 0 .0% 220 100.0%
* Status Gizi Anak
Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 18.543a 3 .000
Likelihood Ratio 19.148 3 .000
Linear-by-Linear
2.736 1 .098
Association
N of Valid Cases 220
a. 2 cells (25.0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 3.34.
ASI EKSKLUSIF
Model Summary
Cox & Snell R Nagelkerke R
Step -2 Log likelihood Square Square
1 215.541a .108 .162
a. Estimation terminated at iteration number 5 because
parameter estimates changed by less than .001.
Classification Tablea
Predicted
Status Gizi Anak
Percentage
Observed Gizi Kurang Gizi Baik Correct
Step 1 Status Gizi Anak Gizi Kurang 0 52 .0
Gizi Baik 0 168 100.0
Overall Percentage 76.4
a. The cut value is .500
Model Summary
Cox & Snell R Nagelkerke R
Step -2 Log likelihood Square Square
1 232.810a .035 .052
a. Estimation terminated at iteration number 4 because
parameter estimates changed by less than .001.
Classification Tablea
Predicted
Status Gizi Anak
Percentage
Observed Gizi Kurang Gizi Baik Correct
Step 1 Status Gizi Anak Gizi Kurang 0 52 .0
Gizi Baik 0 168 100.0
Overall Percentage 76.4
a. The cut value is .500
Model Summary
Cox & Snell R Nagelkerke R
Step -2 Log likelihood Square Square
1 240.579a .000 .000
a. Estimation terminated at iteration number 4 because
parameter estimates changed by less than .001.
Classification Tablea
Predicted
Status Gizi Anak
Percentage
Observed Gizi Kurang Gizi Baik Correct
Step 1 Status Gizi Anak Gizi Kurang 0 52 .0
Gizi Baik 0 168 100.0
Overall Percentage 76.4
a. The cut value is .500
Model Summary
Cox & Snell R Nagelkerke R
Step -2 Log likelihood Square Square
1 240.515a .000 .001
a. Estimation terminated at iteration number 4 because
parameter estimates changed by less than .001.
Classification Tablea
Predicted
Status Gizi Anak
Percentage
Observed Gizi Kurang Gizi Baik Correct
Step 1 Status Gizi Anak Gizi Kurang 0 52 .0
Gizi Baik 0 168 100.0
Overall Percentage 76.4
a. The cut value is .500
Model Summary
Cox & Snell R Nagelkerke R
Step -2 Log likelihood Square Square
1 220.370a .088 .132
a. Estimation terminated at iteration number 4 because
parameter estimates changed by less than .001.
Classification Tablea
Predicted
Status Gizi Anak
Percentage
Observed Gizi Kurang Gizi Baik Correct
Step 1 Status Gizi Anak Gizi Kurang 0 52 .0
Gizi Baik 0 168 100.0
Overall Percentage 76.4
a. The cut value is .500
Model Summary
Cox & Snell R Nagelkerke R
Step -2 Log likelihood Square Square
1 232.996a .034 .051
a. Estimation terminated at iteration number 4 because
parameter estimates changed by less than .001.
Classification Tablea
Predicted
Status Gizi Anak
Percentage
Observed Gizi Kurang Gizi Baik Correct
Step 1 Status Gizi Anak Gizi Kurang 0 52 .0
Gizi Baik 0 168 100.0
Overall Percentage 76.4
a. The cut value is .500
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 8.589 1 .003
Block 8.589 1 .003
Model 8.589 1 .003
Model Summary
Cox & Snell Nagelkerke R
Step -2 Log likelihood R Square Square
1 232.026a .038 .058
a. Estimation terminated at iteration number 4 because
parameter estimates changed by less than .001.
Classification Tablea
Predicted
Status Gizi Anak
Percentage
Observed Gizi Kurang Gizi Baik Correct
Step 1 Status Gizi Anak Gizi Kurang 0 52 .0
Gizi Baik 0 168 100.0
Overall Percentage 76.4
a. The cut value is .500
Model Summary
Cox & Snell R Nagelkerke R
Step -2 Log likelihood Square Square
1 193.179a .194 .292
a. Estimation terminated at iteration number 5 because
parameter estimates changed by less than .001.
Classification Tablea
Predicted
Status Gizi Anak
Percentage
Observed Gizi Kurang Gizi Baik Correct
Step 1 Status Gizi Anak Gizi Kurang 22 30 42.3
Gizi Baik 11 157 93.5
Overall Percentage 81.4
a. The cut value is .500
Model Summary
Cox & Snell R Nagelkerke R
Step -2 Log likelihood Square Square
1 193.205a .194 .292
a. Estimation terminated at iteration number 5 because
parameter estimates changed by less than .001.
Classification Tablea
Predicted
Status Gizi Anak
Percentage
Observed Gizi Kurang Gizi Baik Correct
Step 1 Status Gizi Anak Gizi Kurang 21 31 40.4
Gizi Baik 10 158 94.0
Overall Percentage 81.4
a. The cut value is .500
MODEL 3
Model Summary
Cox & Snell R Nagelkerke R
Step -2 Log likelihood Square Square
1 193.246a .194 .291
a. Estimation terminated at iteration number 5 because
parameter estimates changed by less than .001.
Classification Tablea
Predicted
Status Gizi Anak
Percentage
Observed Gizi Kurang Gizi Baik Correct
Step 1 Status Gizi Anak Gizi Kurang 22 30 42.3
Gizi Baik 12 156 92.9
Overall Percentage 80.9
a. The cut value is .500