Anda di halaman 1dari 113

HUBUNGAN ASI EKSKLUSIF DAN DENGAN STATUS GIZI

ANAK USIA 6-24 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS


BENTENG KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
TAHUN 2019

TESIS

Oleh:

INDAH DWI ARYANI


NIM: 1705005

PEMINATAN KESEHATAN REPRODUKSI


PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH PEKANBARU
2019
Tesis ini diajukan sebagai salah satu syarat
Untuk memperoleh gelar
Magister Kesehatan Masyarakat

Oleh:

INDAH DWI ARYANI


NIM: 1705005
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Tesis :
Nama : Indah Dwi Aryani
Judul : Hubungan ASI Ekslusif Dengan Status Gizi Anak Usia 6-
24 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Benteng Tahun
2019
NIM : 17.05.005
Peminatan : Kesehatan Reproduksi

Telah diperiksa, disetujui, dan direvisi sesuai masukanTim Penguji Tesis


Magister Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan (STIKes) Hang TuahPekanbaru.

Pekanbaru, Agustus 2019

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

(Dr.dr. Syamsul Bahri Riva’i, Sp.OG) (Drg. Oktavia Dewi, M. Kes)


NIDN. 8809040017 NIDN.0015107001

i
HALAMAN PENGESAHAN
Tesis dengan Judul

HUBUNGAN ASI EKSLUSIF DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 6 – 24


BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BENTENG KABUPATEN
INDRAGIRI HILIR TAHUN 2019

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :

INDAH DWI ARYANI


NIM.1705005

Telah diuji dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji


Tesis pada tanggal Agustus 2019
dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima

Ketua Penguji Penguji I

(Dr.dr. Syamsul Bahri Riva’i, Sp.OG) (Drg. Oktavia Dewi, M. Kes)


NIDN. 8809040017 NIDN. 00155107001

Penguji II Penguji III

(Nurlisis SKM, M.Kes) (Ika Putri Damayanti, SST, M.Kes)


NIDN: 1004078402 NIDN: 1012068101

Pekanbaru, Agustus 2019


Ketua Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat
STIKes Hang Tuah Pekanbaru

(Dr. Mitra. SKM, MKM)


NIDN. 0029067206

ii
PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Indah Dwi Aryani
Judul : Hubungan ASI Ekslusif Dengan Status Gizi Anak Usia
6-24 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Benteng Tahun
2019
NIM : 17.05.005
Peminatan : Kesehatan Reproduksi

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar keserjanaan disuatu perguruan tinggi
dan sepanjang sepengetahuan saya tidak terdapat karya/pendapat yang pernah
ditulis/diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah
ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Pekanbaru, Agustus 2019


Yang membuat
pernyataan

(Indah Dwi Aryani)

iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

NamaLengkap : Indah Dwi Aryani


Nim : 1705005
TempatTanggalLahir : Pulau Kijang, 31 Juli 1995
Agama : Islam
Status Kawin :-
Jumlah Sodara : 3 Orang
Alamat Rumah : Jl. Sakuntala Harapan Raya
Riwayat Pendidikan :

1. MTS DDI Pulau Kijang,2006


2. SMPN 1 Pulau Kijang, Tahun 2009
3. SMA Pondok Pesantren Babussalam, Tahun
2012
4. DIII Kebidanan STIKes Hang
Tuah Pekanbaru, Tahun 2015
5. DIV Kebidanan STIKes Prima Nusantara
Bukittinggi Tahun 2016

RiwayatPekerjaan
1.-
Pekanbaru, Agustus 2019
Yang Menyatakan

Indah Dwi Aryani

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Karena atas limpahan rahmat-Nya


penulis dapat menyelesaikan Tesis yang Berjudul “Hubungan ASI Eksklusif
Dengan Status Gizi Di Wilayah Kerja Puskesmas Benteng di Kabupaten
Indragiri Hilir Tahun 2019 ”, Ini dapat terselesaikan.

Ucapan terima kasih yang tidak terhingga saya sampaikan kepada


kedua orang tua saya, dan Dr. dr. Syamsul Bahri Rivai, Sp.OG,selaku
pembimbing utama yang dengan kesabaran dan perhatiannya dalam
memberikan bimbingan, semangat, dan saran hingga Tesisini bisa terselesaikan
dengan baik. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada drg. Oktavia
Dewi, M. Kes, selaku pembimbing pendamping yang telah banyak meluangkan
waktu untuk memberikan bimbingan, motivasi dan saran demi kesempurnaan
proposal tesis ini.

Dengan terselesainya Tesis ini, perkenankan saya mengucapkan


terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ahmad Hanafi, SKM., M.Kes., selaku Ketua STIKes Hang Tuah


Pekanbaru.
2. Dr. Mitra, SKM., MKM., selaku Ketua Program Studi Magister Kesehatan
Masyarakat STIKes Hang Tuah Pekanbaru.
3. Nurlisis, SKM, M. Kes., selaku penguji II yang telah banyak memberikan
masukan, arahan dan petunjuk dalam menyelesaikan tesis ini.
4. Ika Putri Damayanti, SST, M.Kes, selaku penguji III yang telah banyak
memberikan masukan, arahan dan petunjuk dalam menyelesaikan tesis ini.
5. Seluruh Dosen dan Staff Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat
STIKes Hang Tuah Pekanbaru.
6. Kedua orang tua penulis hormati dan sayangi yang telah memberikan doa,
kasih sayang, motivasi serta dukungan moril maupun materil kepada
penulis.

v
Penulis menyadari bahwa Tesis ini masih banyak kekurangan, dan
masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran
dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan dan kesempurnaan
Tesisini. Semoga Tesis ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Semoga ALLAH SWT memberikan rahmat dan karunia Nya kepada kita
semua. Amin.

Pekanbaru, Agustus 2019

Penulis

vi
DAFTAR ISI

Halama
n PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................... ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................. iii
KATA PENGANTAR .............................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xi
ABSTRAK ................................................................................................. xii
ABSTRACK............................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1


A. Latar Belakang..................................................................... 1
B. Perumusan Masalah............................................................. 5
C. Tujuan Penelitian................................................................. 5
1. Tujuan Umum............................................................... 5
2. Tujuan Khusus.............................................................. 5
E. Manfaat Penelitian............................................................... 6
F. Ruang Lingkup Penelitian ................................................... 7

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN ............................................... 8


A. Status Gizi Balita................................................................. 8
B. Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi...... 16
C. Kerangka Teori .................................................................... 27
D. Kerangka Konsep ................................................................ 28
E. Hipotesis.............................................................................. 28

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................ 31


A. Jenis dan Desain Penelitian ................................................. 32
B. Lokasi dan Waktu Penelitian............................................... 32
C. Populasi dan Sampel Penelitian........................................... 32
D. Definisi Operasional ............................................................ 34
E. Jenis dan Cara Pengumpulan Data ...................................... 35
F. Pengolahan Data .................................................................. 36
G. Analisis Data ....................................................................... 38
1. Analisis Univariat......................................................... 38

vii
2. Analisis Bivariat ........................................................... 38
3. Analisis Multivariat...................................................... 38
H. Etika Penelitian ..................................................... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN ............................................................... 41


A. Analisa Univariat ................................................................ 42
B. Analisa Bivariat .................................................................. 43
C. Analisa Multivariat.............................................................. 44

BAB V PEMBAHASAN .......................................................................... 49


A. Kekuatan dan keterbatasan penelitian ................................ 49
B. Variabel independen yang berhubungan dengan status gizi
............................................................................................. 52
C. Variabel independen yang tidak berhubungan dengan status
gizi....................................................................................... 57

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN................................................... 59


A. Kesimpulan ........................................................................ 59
B. Saran.................................................................................... 60

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Pola pemberian ASI dan MPASI untuk bayi dan anak.....................21
Tabel 2.2 Jenis dan Frekuensi Pemberian Makanan Pendamping ASI
umur jenis dan pemberian frekuensi/ hari.........................................22
Tabel 2.3 Sokongan Hipotesis terhadap beberapa variabel Independen
yang berhubungan dengan status gizi anak Usia 6-24 bulan............30
Tabel 3.1 Pengambilan Jumlah Sampel Dalam Penelitian................................33
Tabel 3.2 Definisi Operasional..........................................................................34
Tabel 3.3 Pengumpulan Data dalam penelitian.................................................35
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi.........................................................................42
Tabel 4.2 Hubungan Beberapa Variabel Dengan Status Gizi..........................43
Tabel 4.3 Hasil Seleksi Bivariat Variabel – Variabel Independen....................45
Tabel 4.4 Analisa Multivariat ( Pemodelan 1 ).................................................46
Tabel 4.5 Perubahan Nilai POR setelah Analisa Multivariat............................46
Tabel 4.6 Analisa Multivariat ( Pemodelan 2 ).................................................47
Tabel 4.7 Perubahan Nilai POR setelah Analisa Multivariat............................47
Tabel 4.8 Analisa Multivariat ( Pemodelan 3)...................................................48

ix
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar2.1 Kerangka Teori Hubungan ASI Eksklusifdengan
Status gizi anak usia 6-24 bulan ................................................ 27
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Hubungan ASI Eksklusif dengan
Status gizi anak usia 6-24 bulan ................................................. 28
Gambar 3.1 Desain Penelitian Studi Penampang ........................................... 30

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Izin Penelitian Dari STIKes Hang Tuah


Lampiran 2 : Izin Penelitian Dari Puskesmas Benteng
Lampiran 3 : Surat Selesai Penelitian
Lampiran 4 : Surat Kaji Etik
Lampiran 5 : Informed Consent
Lampiran 6 : Kuesioner Penelitian
Lampiran 7 : Master Tabel
Lampiran 8 : Output Analisis Data
Lampiran 9 : Dokumentasi Penelitian

xi
STIKes HANG TUAH PEKANBARU
PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT

KESEHATAN REPRODUKSI

INDAH DWI ARYANI


NIM: 1705005

Hubungan Asi Eksklusif dengan Status Gizi Anak Usia 6 – 24 Bulan di Wilayah
Kerja Puskesmas Benteng Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2019

xiii + 60 halaman, 15 daftar table, 3 daftar gambar, 9 lampiran

ABSTRAK
Status gizi dapat diartikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan
antara kebutuhan dan masukan zat gizi. Status gizi sangat ditentukan oleh ketersediaan
zat gizi dalam jumlah cukup dan dalam kombinasi waktu yang tepat di tingkat sel tubuh
agar berkembang dan berfungsi secara normal. Tujuan Penelitian ini di ketahuinya
hubungan ASI eksklusif dengan status gizi anak usia 6 – 24 bulan di Wilayah Kerja
Puskesmas Benteng Kabupaten Indragiri Hilir tahun 2019. Penelitian ini bersifat
Kuantitatif analitik observasional dengan jenis desain Studi Penampang Analitik.
penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni s/d Juli tahun 2019. Analisa data dilakukan
secara bertahap meliputi analisis univariat, analisis bivariat dan analisis multivariat.
Prosedur pengambilan sampel yang dilakukan secara Purposive Sampling dengan Quota
Sampling dengan besar sampel 220 balita. Hasil analisis multivariat, variabel yang paling
berpengaruh adalah ASI eksklusif ( POR=5,263, CI 95% = 2,519-10,994)..
Pendidikan (POR=4,146, CI 95% = 2,031-8,463). Pendapatan kelurga (POR=2,190,
CI 95% = 1,068-4,491). Kesimpulan dalam penelitian ini adalah ASI eksklusif,
pendidikan, dan pendapatan berhubungan dengan status gizi. Diharapkan kepada ibu yang
mempunyai balita untuk lebih memahami dan meningkatkan informasi dan pengetahun
tentang ASI eksklusif dan juga tentang asupan gizi dan nutrisi pada anak balita usia 6-24
bulan.

Kata Kunci : ASI eksklusif, Status Gizi, Wilayah Kerja Puskesmas Benteng
Indragiri Hilir
DaftarPustaka : 44 (2010 – 2018)

xii
STIKes HANG TUAH PEKANBARU
STUDY PROGRAM MASTER OF PUBLIC HEALTH

REPRODUCTIONAL HEALTH

INDAH DWI ARYANI


NIM : 1705005

The Relationship of Exclusive Content with Nutritional Status of Children 6 -


24 Months in the Work Area of Puskesmas Fortress in Indragiri Hilir
Regency in 2019

xiii + 60 pages, 15 table list, 3 picture list, 9 appendixes

ABSTRACT

Nutritional status can be interpreted as a health status produced by a balance


between nutritional needs and input. Nutritional status is largely determined by
the availability of nutrients in sufficient quantities and in the right combination of
time at the body cell level to develop and function normally. The purpose of this
research is to find out the relationship between exclusive breastfeeding and
nutritional status of children aged 6-24 months in the working area of Benteng
Indragiri Hilir District Health Center in 2019. This research is an observational
analytic quantitative with the type of Analytic Cross-sectional Study design. This
research was conducted in June to July 2019. Data analysis was carried out in
stages including univariate analysis, bivariate analysis and multivariate analysis.
The sampling procedure is done by Purposive Sampling with Quota Sampling
with a sample size of 220 toddlers. The results of multivariate analysis, the most
influential variable was exclusive breastfeeding (POR = 5.263, 95% CI = 2.519-
10.994). Education (POR = 4.146, 95% CI = 2.031-8.463). Family income
(POR
= 2,190, 95% CI = 1,068-4,491). The conclusion in this study is exclusive
breastfeeding, education, and income related to nutritional status. It is expected
that mothers who have toddlers to better understand and improve information and
knowledge about exclusive breastfeeding and also about nutrition and nutrition
for children aged 6-24 months.

Keywords : Breastfeeding, Nutrional Status, Benteng Fort Indragiri Hilir


District Health Center In 2019
Reference : 44 (2010 – 2019)

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Status gizi dapat diartikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh
keseimbangan antara kebutuhan dan masukan zat gizi. Status gizi sangat
ditentukan oleh ketersediaan zat gizi dalam jumlah cukup dan dalam
kombinasi waktu yang tepat di tingkat sel tubuh agar berkembang dan
berfungsi secara normal. Status gizi ditentukan oleh sepenuhnya zat gizi yang
diperlukan tubuh dan faktor yang menentukan besarnya kebutuhan,
penyerapan, dan penggunaan zat-zat tersebut. Masa bayi dimulai dari usia 0-
12 bulan yang ditandai dengan pertumbuhan dan perubahan fisik yang cepat
disertai dengan perubahan dalam kebutuhan zat gizi (Notoatmodjo, 2012).
Status gizi global adalah utama Penentu kesehatan dan kesejahteraan di
antara anak-anak yang harus dipelajari dalam kaitannya dengan dimensi
spasial dan temporal.Menurut UNICEF dan WHO (2016) gizi merupakan
faktor utama kematian anak, penyakit dan kecacatan. Faktor yang
berhubungan dengan gizi berkontribusi sekitar 45% dari kematian balita,
diantaranya berat badan lahir rendah, kurang gizi, anak yang tidak diberi Air
Susu Ibu (non ASI) dan lingkungan tidak sehat. Anak kurang gizi memiliki
risiko kematian lebih tinggi akibat infeksi penyakit, seperti diare, pneumonia
dan campak.
Terdapat dua faktor langsung yang dapat mempengaruhi status gizi
individu, yaitu faktor makanan dan penyakit infeksi, dan keduanya saling
mempengaruhi. Faktor penyebab langsung yang pertama adalah konsumsi
makanan yang tidak memenuhi prinsip gizi seimbang. Faktor penyebab
langsung adalah konsumsi makanan yang tidak memenuhi jumlah dan
komposisi zat gizi yang memenuhi syarat gizi seimbang yaitu beragam, sesuai
kebutuhan, bersih, dan aman, misalnya bayi tidak memperoleh ASI

1
2

Eksklusif.Faktor penyebab langsung kedua adalah penyakit infeksi yang


terkait dengan tingginya kejadian penyakit menular dan buruknya kesehatan
lingkungan. Faktor lain yang juga berpengaruh yaitu ketersediaan pangan di
keluarga, khususnya pangan untuk bayi 0 - 6 bulan (ASI Eksklusif) dan 6 - 24
bulan (MP-ASI), dan pangan yang bergizi seimbang khususnya bagi ibu
hamil. Semuanya itu terkait pada kualitas pola asuh anak. Pola asuh, sanitasi
lingkungan, akses pangan keluarga, dan pelayanan kesehatan, dipengaruhi
oleh tingkat pendidikan, pendapatan, dan akses informasi terutama tentang
gizi dan kesehatan. (Bapenas, 2013)
Usia 0-24 bulan (1.000 hari pertama kehidupan) merupakan masa
pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga sering diistilahkan
sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat
diwujudkan apabila pada masa ini bayi memperoleh asupan gizi yang sesuai
untuk tumbuh kembang optimal. Sebaliknya apabila pada masa ini bayi tidak
memeperoleh asupan makanan sesuai kebutuhan gizinya, maka periode emas
dapat berubah menjadi periode kritis yang akan menganggu tumbuh
kembang, baik pada saaat ini maupun masa selanjutnya (Depkes, 2010).
Delapan puluh persen perkembangan otak anak dimulai sejak dalam
kandungan sampai dengan usia 2 tahun yang dikenal dengan priode emas,
oleh karena itu diperlukan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dan dapat
diteruskan sampai anak berusia 2 tahun. Hal tersebut karena ASI mengandung
protein, karbohidrat, lemak dan mineral yang dibutuhkan bayi dalam jumlah
yang seimbang (Depkes 2010).
ASI eksklusif pada penelitian ini terdiri dari ASI eksklusif frekuensi
menyusu dan lama menyusu pada anak 6-24 bulan. Pemberian makanan yang
tepat dan optimal sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak.
Menurut Global Strategy For Infant And Young Child Feeding,
WHO/UNICEF tahun 2016 adalah menyususi bayi sesegera mungkin setelah
lahir, pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan,
memberikanan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) sejak bayi
3

berusia 6-24 bulan, dan meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24
bulan atau lebih.
Hasil penelitian di India menyatakan bahwa penderita kekurangan gizi
pada anak dibawah lima tahun adalah 41,2%. Kekurangan gizi sangat
berkaitan dengan umur, status sosial, ekonomi, pendidikan ibu, praktek
imunisasi dan makanan. Inisiasi menyusu dini, dan tidak menyusu secara
eksklusif dapat menimbulkan resiko yang signifikan terhadap kasus
kekurangan gizi ( Luthra ea al,2010).
Menurut Data dari Riskesdas tahun 2018 tentang gizi balita di indonesia
adalah 17,7 %,terdiri dari dari balita mengalami gizi buruk sebesar 3,9 %
dan balita mengalam gizi kurang 13,8 % (Kemenkes,RI2018). Menurut
laporan dalam buku profil kesehatan Provinsi Riau tahun 2016 Prevalensi
balita mengalami gizi buruk 1,1 % dan balita mengalami gizi kurang 7,9%.
Dan pada tahun 2016 terdapat Kabupaten Indragiri Hilir merupakan
prevalensi gizi kurang yang tertinggi yakni sebesar 10,4 % diikuti oleh
Kabupaten Kampar 10% dan Kabupaten Indragiri Hulu 9,8%.(Dinkes
Provinsi Riau, 2017)
Menurut laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri Hilir prevalensi
gizi kurangtahun 2018 terdapat 0,83%, dari seluruh jumlah balita yang
ditimbang (Dinkes Kabupaten Indragiri Hilir, 2018). Data dari puskesmas
Benteng pada tahun 2017 dari 450 balita yang ditimbang terdapat 38 orang
7,3% balita dengan status gizi kurang. Dan Pada tahun 2018 dari 588 balita
yang ditimbang dengan status gizi kurang 45 orang7,6% dan dapat dilihat
terjadi peningkatan balita dengan gizi kurang.(Profil Puskesmas Benteng,
2018)
Data dari Profil Kesehatan Indonesia tahun 2017 menunjukkan cakupan
bayi mendapat ASI eksklusif sebesar 61,33%. Presentasepemberian ASI
eksklusif tertinggi menurutt provinsi terdapat di provinsi Nusa Tenggara
Barat (87,35%), sedangkan persentase terendah terdapat pada Papua
(15,32%). (Kemenkes RI, 2017)
4

Di Provinsi Riau cakupan pemberian ASI eksklusif tahun 2016 sebesar


56,2%, dan pada tahun 2017 sebesar 33,0%. Secara nasional rata-rata
cakupan ASI eksklusif sebesar 54,3%, sekitar 45,7% bayi Indonesia belum
terpenuhi haknya untuk memperoleh ASI eksklusif (INFODATIN, 2014).
Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri Hilir pada tahun 2017
menunjukan cakupan pemberian ASI pada bayi 0-6 bulan 13,1 %, dan
mengalami peningkatan pada tahun 2018 sebesar 17,1%.Berdasarkan data
Profil Puskesmas Bentengcakupan pemberian ASI eksklusif pada tahun 2018
hanya mencapai target sebesar 47%. (Profil Puskesmas Benteng, 2018).Target
capaian cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan minimal 80%
sampai saat ini masih sulit dicapai. Pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0
- 6 bulan menjadi salah satu upaya dalam rangka kesehatan ibu dan bayi,
sehingga pemberian ASI juga menjadi indikator dari penurunan angka
kematian ibu dan bayi (Sri Damayanti, 2015).
Penelitian Dwi (2018), tentang hubungan pemberian ASI Eksklusif
dengan status gizi balita usia 6-24 bulan menunjukkan adanya kecendurungan
bahwa ibu yang memberikan ASI Eksklusif memiliki balita status gizi lebih
baik dari pada ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif.
Dalam Penelitian susanti (2012), di makassar mengungkapkan lama
menyusi dalam sehari juga berhubungan dengan gizi buruk. Ini berarti, balita
yang mendapatkan ASI dengan lam Pemberian rat-rata < 10 menit tiap satu
kali disusui memiliki resiko menderita gizi buruk sebesar 3,75 kali lebih
besar dibandingkan dengan balita yang disusui selam ≥ 10 menit tiap 1 kali.
Dan jika pemberian ASI dapat terlaksana dengan baik, akan dapat
menimbulkan dampak positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak
diusia balita.
Dari survei awal yang telah peneliti lakukan diwilayah kerja puskesmas
Benteng Kabupaten Indragiri Hilir, didapatkan dari 20 orang responden 12
anak usia 6-24 bulan tidak ASI eksklusif dan 5 anak yang mengalami gizi
kurang, dan 8 anak usia 6-24 bulan mendapatkan ASI eksklusif dengan status
gizi baik.
5

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti ingin melakukan penelitian


lebih lanjut tentang hubungan riwayat ASI dengan status gizi anak 6-24 bulan
diwilayah kerja puskesmas Benteng Kabupaten Indragiri Hilir 2019.

B. Perumusan Masalah Penelitian

1. Bagaimana hubungan ASI Eksklusif ( ASI Eksklusif, frekuensi menyusu,


lama menyusu) dengan status gizi anak usia 6-24 bulan ?
2. Bagimana hubungan Pola Asuh Makan dengan status gizi anak usia 6-24
bulan ?
3. Bagaimana hubungan (pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan ibu)
dengan dengan status gizi anak usia 6-24 bulan ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum
Diketahuinya hubungan ASI eksklusif dengan status gizi anak 6-24 bulan
di wilayah kerja Puskesmas Benteng Kabupaten Indragiri Hilir tahun
2019.
2. Tujuan khusus
1. Diketahuinya hubungant pemberian ASI eksklusif dengan status gizi
anak usia 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Benteng Benteng
Kabupaten Indragiri Hilir tahun 2019.
2. Diketahuinya frekuensi menyusu ASI dengan status gizi anak usia 6-
24 bulan di wilayah kerja Puskesmas BentengKabupaten Indragiri
Hilir tahun 2019.
3. Diketahuinya Lama Menyusu ASIdengan status gizi anakusia 6-24
bulan di wilayah kerja Puskesmas Benteng Kabupaten Indragiri Hilir
tahun 2019.
4. Diketahuinya hubungan pola asuh makan dengan status gizi anak
usia6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Benteng Kabupaten
Indragiri Hilir tahun 2019.
6

5. Diketahuinya hubungan pendidikan ibu dengan status gizi anakusia


6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Benteng Kabupaten Indragiri
Hilir tahun 2019.
6. Diketahuinya hubungan pekerjaan ibu dengan status gizi anak usia 6-
24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Benteng Kabupaten Indragiri
Hilir tahun 2019.
7. Diketahuinya hubungan pendapatan ibu dengan status gizi anak usia
6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Benteng Kabupaten Indragiri
Hilir tahun 2019.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi masyarakat
Hasil penelitian dapat memberikan informasi dan menambah wawasan
masyarakat tentang ASI eksklusif dan status gizi anak sehingga hal ini
dapat mendukung program-program pemerintah maupun swasta dalam
menanggulangi masalah gizi.
2. Bagi instansi kesehatan
Memberikan masukan bagi instansi kesehatan dan sebagai informasi
dalam penanganan masalah kekurangan gizi pada anak balita.
3. Bagi program studi
Penelitian ini dapat menjadi tambahan ilmu dan memperluas
pengetahuan dibidang kesehatan dengan adanya hasil-hasil penelitian
4. Peneliti selanjutnya
Dengan terwujudnya hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
sumbangan pemikiran serta referensi bagi rekan-rekan mahasiswa
khususnya para peneliti berikutnya

5. Ruang Lingkup penelitian.

Penelitian ini bersifat kuantitatif analitik observasional, bab-bab berikutnya


dilakukan penelaahan kepustakaan untuk Menyusun kerangka teori
selanjutnya kerangka konsep yang menghasilkan masalah khusus penelitian
7

dan perumusan hipotesis. Kemudian ditentukan untuk pembuktian hipotesis


dengan menggunakan jenis desain study penampang analitik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Status gizi balita


1. Pengertian
Status gizi adalah kondisi tubuh yang diakibatkan oleh konsumsi,
penyerapan dan penggunaan makanan untuk memenuhi kebutuhan gizi
tubuh (Suzzana, 2017). Adapun kategori dari status gizi dibedakan
menjadi tiga, yaitu gizi lebih, gizi baik, dan gizi kurang. Baik buruknya
status gizi dipengaruhi oleh dua hal pokok yaitu, yaitu konsumsi makanan
dan keadaan kesehatan tubuh atau infeksi. (Mardalena, 2017).Menurut
(Marmi, 2013), status gizi dapat pula diartikan sebagai gambaran kondisi
fisik seseorang sebagai refleksi dari keseimbangan energy yang masuk dan
yang dikeluarkan oleh tubuh. Status gizi merupakan suatu keadaan
seseorang tergantung dari asupan gizi dan kebutuhannya, jika antara
asupan gizi dengan kebutuhan tubuhnya seimbang, maka akan
menghasilkan status gizi baik. Kebutuhan asupan gizi setiap individu
berbeda antara individu, hal ini tergantung pada usia, jenis kelamin,
aktivitas, berat badan dan tinggi badan. (Kemenkes RI, 2017). Apabila
konsumsi zat gizi tidak seimbang dengan yang dibutuhkan tubuh maka
akan terjadi gangguan gizi atau malnutrition. Dalam penelitian Pratiwi
(2018), faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita menyatakan
salah satu penyebab rendahnya status gizi pada balita dimulai pada umur 6
bulan karena bayi telah diperkenalkan dengan mp-asi sehinggamutu
makanan yang dikonsumsi bayi sangat bergantung dengan orang tuanya.
Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah kondisi sosial ekonomi orang
tua, dengan kondisi sosial ekonomi yang terbatas biasanya pemenuhan gizi
bayi jadi terabaikan.

8
9

Masalah Gizi merupakan refleksi konsumsi zat gizi yang belum


mencukupi kebutuhan tubuh. Seseorang akan mempunyai status gizi yang
baik apabila asupan gizi sesuai dengan kebutuhan tubuh. Asupan gizi yang
kurang pada makanan dapat menyebabkan kasus kekurangan gizi, dan
seseorang yang asupan gizinya berlebih akan mederita gizi lebih. Status
gizi adalah gambaran individu suatu akibat dari asupan gizi sehari-hari.
Status gizi dapat diketahui melalui pengukuran beberapa parameter, dan
hasil pengukuran tersebut dibandingkan dengan standar atau rujukan.
(Par’i, 2017).

2. Pemeriksaan Status Gizi


1. Pemeriksaan status gizi secara langsung
a. Antropometri
Penilaian status gizi terdiri dari dua jenis, yaitu penilaian
status gizi secara langsung dan tidak langsung. penilaian status gizi
dapat dinilai secara langsung terdiri dari antropometri, klinis,
biokimia, biofisika, sedangkan penilaian status gizi tidak langsung
dapat dilakukan dengan melalui survei konsumsi makanan, statistik
vital, faktor ekologi. Status gizi merupakan salah satu indikator
yang mengambarkan tingkat kesejahteraan. Salah satu cara adalah
dengan penilaian status gizi dengan pengukuran secara
antropometrik. (Mardalena, 2017).Untuk menilai status gizi balita
digunakan Standar Antropometri yang dikeluarkan oleh WHO pada
tahun 2005 atau yang disebut dengan “Standar WHO 2005”,
indikator status gizi yang dipakai adalah BB/U dan angka
prevalensi status “underweight” (gizi kurang dan
buruk).Pengukuran anthropometri merupakan cara yang paling
sering digunakan karena memiliki beberapa kelebihan, di antaranya
(Irianto, 2017) :

a) Alat muda diperoleh


b) Pengukuran bias dilakukan dengan mudah
10

c) Biaya murah
d) Hasil pengukuran mudah disimpulkan
e) Dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah
f) Dapat mendeteksi riwayat gizi masa lalu
Akan tetapi, pengukuran antropometri juga memiliki beberapa
kelemahan atau kekurangan, yaitu :
a) Kurang sensitive
b) Faktor luar seperti penyakit, dan penurunan penggunaan
energy tidak dapat dikendalikan
c) Kesalahan pengukuran akan memengaruhi akurasI
kesimpulan
d) Beberapa kesalahan terkadang terjadi, seperti kesalahan
pengukuran, perubahan hasil pengukuran baik fisik maupun
komposisi jaringan, kesalahan analisis, dan asumsi salah.
Menurut Rieskesdes 2013, ambang batas status gizi secara
antropometrik menggunakan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB yaitu:
b. Berdasarkan indikator BB/U (Berat badan /Umur) :
Indeks BB/U adalah suatu pengukuran total berat badan
termasuk , lemak, air, tulang dan otot. Indeks BB/U adalah
pertumbuhan linear (Supariasa, 2012).
Berdasarkan nilai Z-skor indikator BB/U tersebut ditentukan
yang mana status gizi balita dengan batasan sabagai berikut :
 Gizi buruk : Z – skor <-3,0
 Gizi kurang : Z – skor ≥-3,0 s/d Z-skor < -2
 Gizi baik : Z – skor ≥ -2,0 s/d Z- skor ≤ 2
 Gizi Lebih :Z- skor >2
Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil.
Dalam keadaan yang normal, dimana kesehatan yang baik
dan berkeseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi
terpenuhi dan terjamin, makan berat badan akan
berkembangn mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya
11

dalam keadaan yang abnormal, terdapat 2 kemungkinan


perkembangan berat badan, dapat berkembang dengan cepat
atau lebih lambat dari keadaan normal. Berdasarkan
karakteristik berat badan , maka indeks berat badan menurut
umur dapat digunakan sebagai salah satu cara pengukuran
satatus gizi.

1) Kelebihan indeks BB/U


 Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh
masyarakat umum
 Baik untuk mengukur status gizi akut atau kronis.
 Sangat sensitif terhadap perubahan – perubahan
kecil.
 Dapat mendeteksi kegemukan (over weight)
2) Kelemahan indeks BB/U
 Didaerah perdesaan yang masih terpencil dan
tradisional, umur sering sulit ditaksir secara tepat
karena pencatatan umur yang belum baik.
 Memerlukan data umur yang akurat. Terutama
untuk anak dibawah umur lima tahun.
 Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, seperti
pengaruh pakaian atau gerakan anak pada saat
menimbang.
c. Berdasarkan indikator TB/U (Tinggi badan / Umur)
Berdasarkan nilai Z skor indikator TB/U tersebut ditentukan status gizi
balita dengan batasan :
 Sangat pendek : Z – skor <-3,0
 Pendek : Z – skor -3,0 s/dZ – skor< -2,0
 Normal : Z – skor ≥ -2,0
Pada keadaan normal tinggi badan tumbuh seiring dengan
pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan relatif sensitif
12

terhadapa masalah kekurangan gizi dalam waktu yang


pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan
akan tampak dalam waktu yang relatif lama. Beaton dan
Bengoa (1973) dalam Supariasa 2012menyatakan
bahanindeks TB/U selain memberikan gambaran status masa
lampau juga lebih erat kaitannya dengan status sosial
ekonomi.
1) Kelebihan indeks TB/U
 Baik untuk menilai status gizi masa lampau
 Ukuran panjang dapat dibuat sendiri murah dan
mudah dibawa
2) Kelemahan indeks TB/U
 Tinggi badan tidak cepat naik
 Pengukuran relatif sulit dilakukan karena anak
harus berdiri tegak, sehingga diperlukan 2 orang
untuk melakukannya.
d. Berdasarkan indeks BB/TB (Berat badan/Tinggi badan )
Berdasarkan nilai Z skor indikator TB/U tersebut
ditentukan status gizi balita dengan batasan :
 Sangat kurus : Z – skor <-3,0
 Kurus : Z – skor -3,0 s/d <-2,0
 Normal : Z – skor ≥ -2,0s/dZ – skor ≤ 2,0
 Gemuk : Z – skor > 2
Dalam keadaan yang normal, perkembangan berat badan
akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan
kecepataan tertentu. Indeks BB/TB merupakan indikator
yang baik untuk menilai status gizi saat ini (sekarang ).

1) Kelebihan indek BB/TB


 Tidak memerlukan data umur
13

 Dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal dan


kurus)
2) Kelemahan indeks BB/TB
 Tidak dapat memberikan gambaran apakah anak tersebut
pendek, cukup tinggi badan atau kelebihan tinggi badan
menurut umurnya karena faktor umur tidak
dipertimbangkan.
 Dalam praktek sering mengalami kesulitan dalam
melakukan pengukuran tinggi badan kelompok balita
 Membutuhkan 2 orang dalam melakukan pengukuran
 Sering terjadi kesalahan dalam pembacaan hasil
pengukuran (Supariasa, 2012).
b. Biokimia
Pemeriksaan laboratorium atau biokimia dilakukan melalui
pemeriksaan specimen jaringan tubuh seperti darah, urie, tinja, hati
dan otot. Ini di uji secara laboratories terutama untuk mengetahui
kadar kadar hemoglobin, feritin, glukosa dan kolesterol. Tujuanya
adalah untuk mengetahui kekurangan gizi spesifik.
c. Klinis
Pemeriksaan klinis dapat dilakukan pada jaringan epitel
(supervisial ephitel tissue) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa
oral. Tujuanya adalah untuk mengetahui status kekurangan gizi
dengan melihat tanda-tanda khusus.
d. Biofisik
Pemeriksaan biofisik dapat dilakukan dengan melihat
kemampuan, fungsi serta perubahan struktur jaringan. Tujuanya
adalah untuk mengetahui situasi tertentu, misalnya pada orang yang
buta senja.
2. Pemeriksaan Tidak Langsung
Pemeriksaan tidak lansung dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu:
14

a. Survei konsumsi
Penilaian konsumsi makanan dilakukan dengan wawancara,
kebiasaan makan dan penghitungan konsumsi makanan sehari-hari.
Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi kekuranga dan kelebihan
gizi.
b. Statistik Vital
Pemeriksaan vital dilakukan dengan melakukan analisis data
kesehatan seperti angka kematian, orang sakit, dan kematian akibat
hal-hal yang berhubungan dengan gizi. Tujuannya adalah untuk
menemukan indicator tidak langsung yang berhubungan dengan
status gizi masyaraka.
c. Faktor ekologi
Pemeriksaan vital dilakukan dengan melakukan analisis data
kesehatan seperti angka kematian, orang sakit, dan kematian akibat
hal-hal yang berhubungan dengan gizi. Tujuannya adalah untuk
menemukan indicator tidak langsung yang berhubungan dengan
status gizi masyarakat.

3. Timbulnya Masalah Gizi


Konsep yang dikembangkan oleh United Nation Children’s Fund
(Unicef) tahun 1990 menyatakan bahwa masalah gizi disebabkan oleh
dua faktor utama, yaitu langsung dan tidak langsung. Faktor langsung
menimbulkan masalah gizi adalah kurangnya asupan makan dan
penyakit infeksi. Asupan gizi dan penyakit mempunyai hubungan
yang saling ketergantungan. Kekurangan asupan makan disebabkan
karena tidak tersedianya pangan pada tingkat rumah tangga sehingga
tidak ada makanan yang dapat dikonsumsi. Kekurangan makanan
dapat disebabkan perilaku atau pola asuh orang tua yang kurang baik
pada anak. Dalam rumah tangga tersedia cukup makanan, akan tetapi
distribusi makanan tidak tepat, atau pemanfaatan potensi dalam rumah
15

tangga tidak seperti orang tua lebih mementingkan memakai perhiasan


dibandingkan untuk dapat menyediakan makanan bergizi.
Penyakit infeksi dapat disebabkan oleh kurangnya pelayanan
kesehatan pada masyarakat dan keadaan lingkungan yang tidak sehat.
Tingginya penyakit dapat disebabkan karena pola asuh yang kurang
baik. ( Par’i, 2014).

4. Akibat Gizi Kurang Pada Proses Tubuh


Akibat kurang gizi terhadap proses tubuh tergantung pada zat-zat
apa saja yang kurang, kekurangan gizi pada umumnya ( mkananan
kurang dalam kuantitas dan kualitas dapat menyebabkan gangguan
pada proses-prose :
a) Pertumbuhan
Akibat kekurangan asupan gizi pada masa pertumbuhan adalah
anak tidak dapat tumbuh oktimal dan pembentukan otot
terhambat. Anak-anak yang berasal dari lingkungan kelurga
yang dengan status sosial ekonomi menengah keatas, rata-rata
mempunyai tinggi badan badan yang lebih tinggi dari pada
anak- anak yang berasal dari sosial ekonomi rendah.
b) Produksi tenaga
Kekuranga zat gizi sebagi sumber tenanga dapat menyebabkan
kekurangan tenaga untuk bergerak, badan lemah, dan
produktivitas menurun.
c) Pertahanan tubuh
Daya tahan terhadap tekanan atau stres menurun, sistim imunitas
dan antibodi berkurang sehingga mudah terserang penyakit,
infeksi, flu, batuk, dan diare.
d) Struktur dan fungsi otak
Kekurangan gizi pada masa janin atau masa balita dapat
berpengaruh pada pertumbuhan otak karena sel-sel otak tidak
dapat berkembang, dan dapat juga berpengaruh terhadap
16

perkembangan mental dan kemampuan berfikir. Otak mencapai


bentuk maksimal pada usia dua tahun. Kekurangan gizi
berakibat terganggunya fungsi otak secara permanen.
e) Prilaku
Anak- anak yang yang kekurangn gizi akan memiliki prilaku
yang tidak tenang, cengeng, dan apatis. (Almatsier,2014)

B. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi


Menurut Kerangka Kebijakan Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan
2013,Masalah Gizi merupakan akibat dari berbagai faktor yang saling
terkait. Terdapat dua faktor langsung yang mempengaruhi status gizi
individu, yaitu faktor makanan dan penyakit infeksi, keduanya saling
mempengaruhi. Faktor penyebab langsung pertama adalah konsumsi
makanan yang tidak memenuhi jumlah dan komposisi zat gizi yang
memenuhi syarat gizi seimbang yaitu beragam, sesuai kebutuhan, bersih,
dan aman, misalnya bayi tidak memperoleh ASI Eksklusif. Faktor
penyebab langsung kedua adalah penyakit infeksi yang terkait dengan
tingginya kejadian penyakit menular dan buruknya kesehatan lingkungan.
Adapun Faktor lain yang juga berpengaruh yaitu ketersediaan pangan
di keluarga, khususnya pangan untuk bayi 0 - 6 bulan (ASI Eksklusif) dan
6 - 24 bulan (MP-ASI), dan pangan yang bergizi seimbang khususnya bagi
ibu hamil. Semuanya itu terkait pada kualitas pola asuh anak. Pola asuh,
sanitasi lingkungan, akses pangan keluarga, dan pelayanan kesehatan,
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, pendapatan, dan akses informasi
terutama tentang gizi dan kesehatan.
Berdasarkan kumpulan beberapa penelitian dan teoritis yang ada dapat
dijelaskan bebrapa variabel yang terkait dengan status gizi balita sebagai
berikut :
a. ASI (Air Susu Ibu) Eksklusif
Pemberian ASI eksklusif diartikan tidak memberikan bayi
makanan atau minuman lain termasuk air putih, selain menyusu
17

(kecuali obat-obatan, vitamin atau mineral tetes, ASI perah juga


diperbolehkan) (Kemenkes RI, 2014). Peratutan Pemerintah Nomor
33 Tahun 2012 pada Ayat 1 menerangkan “Air Susu Ibu Eksklusif
yang selanjutnya disebut ASI Eksklusif adalah ASI yang diberikan
kepada bayi sejak dilahirkan selama enam bulan, tanpa
menambahkan dan atau mengganti dengan makanan atau minuman
lain”. Peraturan Pemerintah Indonesia nomor 33 Tahun 2012
menyatakan pemberian ASI eksklusif adalah wajib, kecuali dalam
tiga kondisi, yaitu: Ibu tidak ada, indikasi medis, serta karena ibu
dan bayi terpisah. Pemberian ASI eksklusif adalah tindakan
memberikan ASI kepada bayi tanpa memberikan cairan atau
makanan lain sejak lahir sampai usia 6 bulan. WHO telah
merekomendasikan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dan
melanjutkannya dengan pemberian MP-ASI dari bahan-bahan lokal
yang kaya akan zat gizi sambil tetap memberikan ASI sampai anak
berusia 2 tahun (Hikmah, 2016).Menurut pedoman internasional,
ASI Eksklusif diberikan kepada bayi hingga berusia 6 (enam) bulan
karena secara ilmiah dapat dibuktikan bahwa ASI sangat besar
manfaatnya bagi bayi dan semua energi dan nutrisi yang dibutuhkan
bayi dapat tercukupi hanya dengan pemberian ASI Eksklusif hingga
usia bayi 6 (enam) bulan.
ASI Ekskusif merupakan makanan terbaik untuk bayi. Untuk
mencapai ASI Eksklusif United Nations International Children’s
Emergency Fund (UNICEF) DAN World Health Organization
(WHO), merekomendasikan anak untuk disusui air susu ibu (ASI)
selama paling sedikit enam bulan. Barulah setelah anak berumur 6
(enam) bulan dapat diberikan makanan padat sambil tetap
melanjutkan pemberian ASI eksklusif sampai anak berumur dua
tahun. Pemberian ASI eksklusif dapat menurunkan kematian dan
kesakitan, karena bayi paling beresiko terhadap berbagai penyakit
(Mardalena, 2017).
18

ASI eksklusif sangat membantu melindungi bayi terhadap penyakit


seperti diare, alergi dan infeksi umun lainya. ASI mengandung
antibodi dan dapat merangsang tumbuh normal. Bila anak tidak
diberikan ASI eksklusif maka akan beresiko terhadap suatu penyakit
infeksi sehinga terjadi penurunan berat badan, dan akan mengalami
gizi kurang (Atikah, 2010).
Hasil penelitian Lestari (2018) dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara pemberian ASI Eksklusif dengan
status gizi pada bayi usia 6-12 bulan. Penelitian Widyastuty(2009)
menyatakan bahwa bayi yang tidak diberi ASI Eksklusif 2,3 kali lebih
beresiko menderita gizi kurang dibandingkan dengan bayi yang
diberikan ASI Eksklusif.

b. Frekuensi Menyusu
Frekuensi Menyusu atau pemberian ASI yang benar adalah sesuka
bayi yang dikenal dengan istilah ondemand. Hal ini berarti pemberian
ASI dilakukan secara tidak terjadwal. Dengan pola pemberian ASI tak
terjadwal ini menuntut penyediaan waktu ibu terhadap bayi secara
utuh (24 jam). Produksi ASI dapat berkurang di akibatkan frekuensi
penyusuan pada bayi yang kurang lama dan terjadwal. Menyusu yang
dijadwal akan berakibatkurang baik, karena isapan bayi sangat

berpengaruh pada rangsangan produksi ASI. Dalam pemberian ASI


meliputi frekuensi pemberian ASI yaitu berapa kali bayi mendapatkan
ASI dalam sehari. Frekuensi Menyusu digolongkan menjadi 2
kategori, yaitu frekuensi kurang apabila bayi mendapatkan ASI
kurang dari 8 kali per hari dan cukup apabila bayi mendapatkan ASI
lebih dari sama dengan 8 kali per haridengan asumsi 2 kali pada pagi
hari, 2 kali pada siang hari, 2 kali pada sore hari, dan 2 kali pada
malam hari. Frekuensi 8 kali ini didasarkan pada asumsi tercukupinya
kebutuhan gizi bayi dengan semakin seringnya bayi disusui
(Hikmah,2016).
19

Dalam penelitian Linda, (2015) dapatkan sebanyak 63% neonatus


denganfrekuensi Menyusu sering mengalami kenaikan berat badan
sedangkan sebanyak 37% neonatus tidak naik berat badannya.
Analisis data menunjukkan bahwa nilai p-value nya (0,015) lebih kecil
dari nilai α (0,05) yang berarti frekuensi Menyusu dan perubahan
berat badan memiliki hubungan yang signifikan

c. Lama Menyusu
Pada awalnya, bayi menyusu hanya 10 menit atau beberapa menit
setiap kalinya. Lama menyusu akan meningkat secara bertahap sampai
produksi ASI benar – benar stabil (Lamanya menyusu biasanya sekitar
5-10 menit tetapi sering ada yang lama sampai setengah jam
tergantung bayi, pemberhentian menyusu sebelum bayi selesai dapat
membuat bayi mungkin tidak mendapatkan susu akhir yang kaya
energi yang diperlukan untuk tumbuh dengan baik (Irianto, 2014).
Pada menit pertama saat menyusu, ASI yang keluar adalah ASI yang
encer (Foremilk) yang bertugas untuk menghilangkan rasa haus bagi
bayi. Menit berikutnya, persisnya setelah refleks turunnya susu, ASI
berubah menjadi lebih kental (Hindmilk), yang mengandung lebih
banyak lemak dan gizi, untuk mengenyangkan bayi (Purwoastuti,
2015).
Lama Menyusu merupakan suatu faktor untuk menentukan
keberhasilan produksi ASI, apabila bayi tidak dapat menyusu dengan
benar, maka stimulus untuk mengeluarkan hormon produksi ASI
terhambat. Semakin sering bayi diberikan ASI akan semakin lancar
dikarenakan produksi hormone prolactine dan oksitosin yang
merangsang kelenjar sekretori untuk mengeluarkan ASI dikelenjar
mamae (kelenjar payudara) akan bekerja semakin optimal. Stimulasi
dari hisapan bayi akan mengirimpesan ke hipotalamus yang
merangsang hipofisis anterior untuk melepas hormone prolactine.
Jumlah prolaktin yang disekresikan dan jumlah ASI yang dihasilkan
20

berkaitan dengan besarnyastimulushisapan, frekuensi, intensitas, dan


lama bayi Menyusu ( Rini, 2015).
Menurut WHO, indikator lama Menyusu 15 menit untuk jumlah
ASI yang dihasilkan ibu yang selaras dengan 60 ml ASI. Lama
Menyusu juga dapat diasumsikan bahwa produksi ASI lancar dan
cukup. Bila produksi ASI lancar dan cukup, bayi akan menyusu
selama minimal 15 menit. Sebaliknya bila produksi ASI tidak lancar
dan tidak cukup maka bayi akan lama menyusu kurang dari 15 menit
(Ashar et. Al, 2008). Lamanya menyusu bayi berbeda-beda, sesuai
dengan hisapan bayi. Sebagai pedoman, susuilah 10 menit pada
payudara yang pertama, karena daya isap masih kuat dan 20 menit
pada payudara yang lain karena daya isap bayi mulai melemah.
Penting bagi ibu untuk membiarkan bayi mengosongkan satu
payudara sebelum menawarkan payudara lainnya. Rata-rata bayi
menyusu selama 10-15 menit per payudara.
Menurut Penelitian yang dilakukan Amanda (2011), menyatakan
bahwa terdapat hubungan lamanya menyusu dengan status gizi anak
usia <2 tahun berdasarkan indikator BB/U dan TB/U.Penelitian
susanti (2012) di Makassar menyatakan lama menyusu berhubungan
dengan kejadian gizi buruk. Ini berarti, balita yang mendapatkan ASI
dengan lama pemberian rata-rata < 10 menit tiap satu kali disusui
maka memiliki resiko menderita gizi buruk sebesar 3,75 kali lebih
besar dibandingkan balita yang disusui selama > 10 menit tiap satu
kali.

d. Pola Asuh Makan


Pola asuh makan pada bayi adalah pemberian gizi yang cukup dan
seimbang melalui pemberian ASI dan MPASI. Pada bayi pemberian
ASI dan MPASI yang tidak benar ditandai sebagai penyebab
tingginya angka kesakitan dan gizi kurang. Manfaat ASI untuk
pertumbuhan dan perkembangan bayi sudah dibuktikan secara akurat
21

yaitu untuk imunitas tubuh, ekonomis, psikologis, praktis dan lain-


lain. Pemberian ASI secara eksklusif yaitu pemberian ASI saja tanpa
makanan lain direkomendasikan selama 6 bulan. Sedangkan MP-
ASIdirekomendasikan setelah usia bayi 6 bulan seiring dengan
bertambahnya kebutuhan gizi bayi dan menurunnya produksi
ASI.Pemberian pola asuh makan yang memadai berhubungan dengan
baiknya kualitas konsumsi makanan balita, yang pada akhirnya
mempengaruhi status gizi balita (Nurkomala, 2017).
ASI dan MP-ASI merupakan makanan bagi anak balita dimana
keduanya saling melengkapi, peranan MP-ASI bukan sebagai
pengganti ASI melainkan untuk melengkapi ASI atau mendampingi
dan juga bukan sebagai makanan utama, oleh karena itu ASI harus
terus diberikan kepada anak sampai umur 2 tahun atau lebih. Setelah
ASI eksklusif 6 bulan bukan berarti pemberian ASIdihentikan, seiring
dengan pengenalan makanan kepada bayi, pemberian ASI tetap
dilakukan, sebaiknya menyusu 2 tahun menurutrekomendasi WHO
(Munawaroh, 2010)
Tabel 2.1
Pola pemberian ASI dan MP ASI untuk bayi dan anak
Umur ASI Makanan Makanan Makanan
(bulan) Lumat Lembik Keluarga
0-6
6-9
9-12
12-24
Sumber : Kemenkes 2014
22

Tabel 2.2
Jenis dan Frekuensi Pemberian Makanan Pendamping ASI
Umur Jenis Pemberian Frekuensi/hari

Umur Jenis pemberian Frekuensi/hari


6-9 bulan ASI dan makanan Usia 6 bulan :
lumat(jagung, gandum, Teruskan ASI dan
nasi, padi-padian, makanan lumat 2 kali
kentang, ubi), pisang atau sehari
kentang yang dilumatkan Usia 7-8 bulan :
Teruskan ASI dan
makanan lumat 3 kali
sehari
9-12 bulan ASI, Buah (pepaya, Teruskan ASI dan
tomat, pisang, jeruk makanan lembik 3 kali
manis) sehari ditambah
Makanan lumat (bubur makanan selingan 2 kali
susu) 2 kali sehari
Makanan nasi lembek
(tim saring) 1 kali
Telur, jus buah
12-24 bulan ASI dan makanan Teruskan ASI dan
keluarga maknan keluarga 3 kali
Nasi tim dengan aneka sehari ditambah
lauk pauk yang dicincang makanan selingan 2 kali
dan lunak ,Jus buah sehari
Finger food
Makanan sama dengan
orang dewasa, tapi
bumbu tidak merangsang
Sumber : paket konseling : pemberian makan anak (UNICEF)

Laju pertumbuhan anak balita lebih cepat dari pada anak usia pra
sekolah, sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif lebih besar.
Sesuai dengan pertumbuhan badan dan perkembangan kecerdasannya,
tubuhnya juga mengalami perkembangan sehingga jenis makanan dan
cara pemberiannya pun harus disesuaikan dengan keadaannya.
Kekurangan gizi pada masa ini dapat menyebabkan gangguan, secara
fisik, mental, sosial, dan intelektual yang sifatnya menetap dan dibawa
terus sampai dewasa. Masa anak usia 6-24 bulan adalah masadimana,
pola makannya harus sangat diperhatikan oleh ibunya dan
23

pengasunya, dimana porsi makan yang diberikan adalah porsi kecil


dengan frekuensi yang sering (Hijra et. al, 2016).
Pola asuh makan merupakan adalah bagian dari pola asuh gizi,
yang mana dapat dilihat dari prilaku ibu dalam pemberiam Air Susu
Ibu (ASI) dan makanan pendamping ASI (MP-ASI). Menurut
penelitian Julaeha (2012) Kabupaten Tangerang, bahwa pola asuh
makan dan ibu yang kurang baik terhadap anaknya maka peluang
anak balita dengan status gizi kurang atau buruk akan lebih besar dan
bila semakin baik pola asuh makan dan ibu maka status gizi anak
balita akan cenderung lebih baik.
Dalam Penelitian Lusia, et al (2017) dari hasil analisis data
menggunakan uji spearman rank didapatkan nilai signifikan sebesar
0,017 (p ≤ 0,05), artinya ada hubungan praktik pemberian makan
keluarga dengan berat badan pada anak usia 2-5 tahun dengan nilai
korelasi 0,569. Orang tua dapat meningkatkan praktik pemberian
makan kepada anak dengan memperhatikan asupan nutrisi yang
seimbang.

e. Pendidikan Ibu
Pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan yang semakin tinggi
akan meningkatkan tingkat ketahanan pangan keluarga, pola
pengasuhan anak semakin baik, dan semakin mengerti waktu yang
tepat dalam pemberian makanan tambahan untuk bayi dan dampak
yang ditimbulkannya (Nadhifah, 2014).
Pendidikan merupakan suatu usaha sadar seseorang untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar
sekolah. Dikatakan pula bahwa tingkat pendidikan rata-rata masih
rendah, khususnya kalanagan wanita merupakan salah satu masalah
pokok yang menjadi pengaruh terhadap masalah kesehatan. Makin
tinggi ktingkat pendidikan seseorang, makin mudah mendapatkan dan
24

menerima informasi pengetahuan mengenai penyediaan makanan


yang baik. (Andriyani & Wirjatmmadi, 2014).
Tingkat pendidikan ibu adalah salah satu faktor yang
melatarbelakangi pengetahuan. Tingginya tingkat pendidikan
menyebababkan luasnya pengetahuan atau akses terhadapa informasi
yang didaptkan. Pendidikan ibu merupakan salah satu faktor yang
sangat penting dalam tumbuh kembang anak. Karena dengan
pendidikan atau pengetahuan yang baik maka orang tua akan
mendapatkan informasi tentang cara pengasuhan anak yang baik,
tentang bagaimana mengasuh dan menjaga kesehatan, pendidikan
anaknya. Tingkat Pendidikan SMA/SMK/MA sudah dianggap dapat
menerima berbagai informasiI tentang gizi bagi anak balita, baik yang
didapat dari bangku sekolah maupun dari media massa elektronik
maupun cetak. Adanya hal tersebut, diharapkan ibu mempunyai
pengetahuan yang lebih mengenai gizi untuk anak balita (Setiaji,
2012).
Pendidikan merupakan salah suatu unsur yang penting untuk
mempengaruhi suatu keadaan gizi karena berhubungan dengan
kemampuan seseorang untuk menerima dan mamahami sesuatu,
karena tingkat pendidikan ibu dapat mempengaruhi pola konsumsi
makanan melalui cara pemilihan makanan pada anak balita.
Menurut penelitian Wati (2018) dari hasil uji statistik Chi Square
diperoleh nilai p value 0,017 (<0,05) yang artinya ada hubungan yang
signifikan antara tingkat pendidikan ibu dengan status gizi anak balita.
Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar anak
balita yang memiliki status gizi tidak normal ibunya berpendidikan
rendah (50%). Hal ini menunjukkan bahwa peran seorang ibu sangat
penting dalam kesehatan dan pertumbuhan anaknya. Seorang anak
dari ibu yang mempunyai latar belakang berpendidikan tinggi maka
akan mendapatkan kesempatan hidup serta tumbuh dan mudah
menerima wawasan yang lebih luas mengenai gizi (Supariasa, 2012).
25

f. Pekerjaan Ibu
Pekerjaan ibu berkaitan dengan pendapatan keluarga, sehingga bisa
dikatakan bahwa jenis pekerjaan juga bisa menentukan seseorang
untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga. Dan pekerjaan ibu juga
berpengaruh terhadap pentingnya pertumbuhan dan perkembangan
anak balita. Ibu yang bekerja memiliki waktu yang lebih sedikit untuk
mengasuh anaknya dibandingkan ibu yang tidak bekerja. Sehingga
akan berpengaruh pada kualitas perawatan anak sehingga
mempengaruhi status gizi anak. Ibu yang bekerja dengan jam kerja
dari pagi sampai sore maka ibu tidak mempunyai banyak waktu untuk
memperhatikan makanan dan kebutuhan nutrisi anaknya. Menurut
Notoatmodjo, (2013) Faktor pekerjaan juga berpengaruh pada
hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan status gizi pada
bayi. Faktor pekerjaan dihubungkan dengan banyak sedikitnya waktu
yang dimiliki umtuk mendapatkan informas. Manusia memerlukan
pekerjaan untuk dapat berkembang dan berubah, seseorang bekerja
bertujuan untuk mencapai suatu keadan yang lebih dari pada keadaan
yang sebelumnya. Dengan bekerja seseorang dapat berbuat sesuatu
yang bernilai, bermanfaat dan memperoleh berbagai pengalaman
(Nafi’ah, 2015).
Dalam penelitian Khasanah (2016), dari hasil uji statistik dengan
menggunakan uji chi Square untuk melihat pengaruh Pekerjaan
dengan status gizi kurang didapatkan pekerjaan ibu (P value 0,017)
dengan hasil tersebut maka pekerjaan berpengaruh pada status gizi
kurang pada anak. Hubungan antara ibu bekerja dengan status gizi dan
kesehatan anak bisa berdampak positif dan bisa pula berdampak
negatif. Dampak positif dari ibu yang bekerja adalah terjadi
peningkatan pendapatan keluarga sehingga terjadi peningkatan asupan
makanan. Sebaliknya, perhatian ibu tidak sepenuhnya untuk mengurus
anak terutama dalam menyiapkan kebutuhan makanan.
26

Menurut Yustianingrum dan Adrian (2017) menyatakan bahwa


sebagian besar pekerjaan ibu yang memberikan ASI eksklusif pada
bayinya adalah ibu rumah tangga yakni 82,36%. Ibu yang bekerja
memiliki risiko 4 kali lebih besar untuk menghentikan pemberian ASI
eksklusif jika dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja. Apabila
dilihat dari segi waktu, ibu yang tidak bekerja memiliki banyak waktu
untuk memberikan ASI eksklusif kepada anaknya. Namun pada
hakikatnya keberhasilan dalam pemberian ASI eksklusif tidak terletak
pada seberapa besar waktu luang ibu, tetapi dari kemauan ibu untuk
memberikan pola asuh yang sesuai dan dorongan dari keluarga. Ibu
yang memiliki tekad tinggi untuk memberikan ASI eksklusif pada
anak akan mempersiapkan diri sejak awal dengan informasi mengenai
manajemen laktasi dan mengaplikasikannya.

g. Pendapatan Keluarga
Sosial adalah segala sesuatu yang mengenai masyarakat sedangkan
ekonomi adalah segala usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan
untuk mencapai kemakmuran hidup. Sosial ekonomi merupakan suatu
konsep dan untuk mengukur status sosial ekonomi keluarga dilihat
dari variabel tingkat pekerjaan. Rendahnya ekonomi keluarga, akan
berdampak dengan rendahnya daya beli pada keluarga tersebut. Selain
itu rendahnya kualitas dan kuantitas konsumsi pangan, merupakan
penyebab langsung dari kekurangan gizi pada anak balita. Keadaan
sosial ekonomi yang rendah berkaitan dengan masalah kesehatan yang
dihadapi karena ketidak tahuan dan ketidak mampuan untuk
mengatasi berbagai masalah tersebut. Balita dengan gizi buruk pada
umumnya hidup dengan makanan yang kurang bergizi (Bapenas,
2013).
Keadaan sosial Ekonomi akar masalah terjadinya kurang gizi,
Kemampuan keluarga untuk mencukupi kebutuhan makanan di
pengaruhi oleh tingkatan keluarga itu sendiri. Keluarga yang
27

mampunyai pendapatan relatif rendah sulit mencukupi kebutuhan


makan. Keadaaan seperti ini biasanya terjadi pada anak balita dari
keluarga berpenghasilan rendah, kemampuan keluarga untuk
mencukupi kebutuhan makanan juga bergantung dari bahan makanan.
Dalam penelitian Alamsyah, et al (2015), mengatakan bahwa
pendapatan keluarga rendah buruk terbukti sebagai faktor risiko
kejadian gizi kurang dan gizi buruk pada balita dengan OR 4,20
artinya ibu yang mempunyai balita gizi kurang dan gizi buruk
mempunyai risiko 4 kali untuk menderita gizi kurang dan gizi buruk
bila dibandingkan dengan ibu yang mempunyai balita yang gizi baik
di karnakan tak kecukupan dalam menyediakan makanan (Andriyani
& Wirjatmmadi, 2014)

C. Kerangka Teori
Atas dasar Informasi diatas, maka dilakukan sintesis dan digambarkan
kerangka teori sebagai berikut
Faktor penyebab langsung
1. Timbulnya masalah gizi
2. Akibat gizi kurang
pada proses tubuh

Faktor penyebab tidak langsung Status Gizi Anak


1. Riwayat Status Gizi Usia 6-24 bulan
2. Asi Eksklusif
3. Frekuensi Menyusu
4. Lama Menyusu
5. Pola Asuh Makan
6. Pendidikan Ibu
7. Pekerjaan Ibu
8. Pendapatan Keluarga

Gambar 2.1
Sumber: Kerangka Teori Penelitian Bappenas, 2013 (Modifikasi
UNICEF 1990)
28

D. Kerangka Konsep
Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan dalam teori terkait,
maka peneliti menentukan kerangka konsep penelitian yaitu variabel
independen dan variabel dependen. Variabel independen (variabel bebas)
merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel
dependen (variabel terikat). Variabel independen dalam penelitian ini adalah
ASI eksklusif, lama menyusu, pola asuh, pendidikan ibu dan pekerjaan ibu.
Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah keluhan status gizi
anak usia 6-24 bulan. Sehingga kerangka konsep yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.

Variabel Independent Variabel Dependent


ASI Eksklusif pada
anak Usia 6-24 Bulan
1. ASI Eksklusif
2. Frekuensi menyusu
3. Lama menyusu

Status Gizi Anak


Karakteristik Usia 6-24 bulan
1. Pendidikan ibu
2. Pekerjaan ibu
3. Pendapatan ibu

Pola Asuh Makan

Gambar 2.2
Kerangka Konsep Hubungan Riwayat ASI dengan Status
Gizi Anak Usia 6-24 bulan

E. Hipotesis
1. Pertanyaan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu penelitian. Didalam suatu
penelitian ini berarti jawab sementara penelitian, patokan dugaan atau
29

dalil sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian


tersebut. Melalui pembuktiian hasil-hasil penelitian, maka hipotesis ini
dapat benar atau salah, dapat diterima atau ditolak (Notoadmojo, 2012).
2. Sub Hipotesis
a. Anak umur 6-24 bulan yang tidak mendapat ASI eksklusif lebih
beresiko mempunyai status gizi kurang dari pada anak mendapatkan
ASI eksklusif.
b. Anak umur 6-24 bulan yang frekuensi Menyusu kurang dari 8 kali
lebih beresiko mempunyai status gizi kurang dari pada anak yang
menyusu lebih dari 8 kali
c. Anak umur 6-24 bulan yang lama Menyusu kurang 15 menit lebih
beresiko mempunyai status gizi kurang dari pada anak yang lama
Menyusu lebih dari 15 menit.
d. Anak umur 6-24 bulan yang pola asuh makannya kurang beresiko
mempunyai status gizi kurang dari pada anak yang pola asuh
makannya baik.
e. Anak umur 6-24 bulan yang pendidikan ibu rendah lebih beresiko
mempunyai status gizi kurang dari pada ibu yang pendidikan tinggi.
f. Anak umur 6-24 bulan yang ibunya bekerja lebih beresiko mempunyai
status gizi kurang dari pada ibu yang tidak bekerja.
g. Anak umur 6-24 bulan yang pedapatan kelurga kurang beresiko
mempunyai status gizi kurang dari pada pendapatan keluarga lebih
3. Sokongan Hipotesis
Hipotesis di atas disokong oleh artikel ilmiah yang dimuat pada
jurnal nasional dan internasional, textbook, penelitian terdahulu yang
telah dibahas dalam tinjauan kepustakaan. Sokongan hipotesis itu dapat
dilihat pada tabel di bawah ini
30

Tabel 2.3
Sokongan Hipotesis terhadap Beberapa Variabel Independen yang Berhubungan
dengan Status Gizi anak usia 6-24 bulan

Variabel Independen Sumber


1. ASI Eksklusif Lestari 2018,
Giri, 2013
Widyastuty,2009
2. Frekunsi Menyusu Linda 2015.
3. Lama Menyusui Amanda 2011,
4. Pola Asuh Lusia, at al 2017,
5. Pendidikan Ibu Wati 2018,
6. Pekerjaan keluarga Andriani M, 2012
Khasanah, (2016)
7. Pendapatan alamsyah, et al 2015
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian


Jenis desain penelitian ini bersifat penelitian kuantitatif analitik dengan
menggunakan desain penelitian (cross sectional analitic), yaitu dimana
variabel independen dan variabel dependen diukur dalam waktu yang
bersamaan.

Anak usia 6-24 bulan V. Independen


(1,2,3,45,6,7) +
Statusgizi baik

V. Independen
Sampel anak usi 6-24 bulan
(1,2,3,4,5,6,7) -

V. Independen (1,2,3,4,5,6,7) +

Sataus gizi kurang

V. Independen
Sumber: Lapau, 2015 (1,2,3,4,5,6,7) -

Gambar 3.1
Desain Penelitian Studi Penampang Analitik

Keterangan Variabel :
1. = ASI Eksklusif
2. = Frekuensi Menyusu
3. = Lama Menyusu
4. = Pola Asuh Makan
5. = Pendidikan Ibu
6. = Pekerjaan Ibu
7. = Pendapatan Ibu
+ = berisiko
- = tidak berisiko

31
32

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Benteng


Kabupaten Indragiri Hilir. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Juni – Juli
tahun 2019.

C. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi dan Sampel
a. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak 6-24 bulan yang
ada diwilayah kerja Puskesmas Benteng di Kabupaten Indragiri
Hilir.Populasi pada penelitian ini berjumlah 899 balita.
b. Sampel
Sampel adalah sebagian balita anak usia 6-24 bulan.
a. Penentuan besar sampel
Untuk menentukan ukuran sampel pada jenis desain penelitian studi
penampang analitik di perlukan informasi sebagai berikut:
a) Nilai hipotesis proporsi populasi (Po) : proporsi
berdasarkan penelitian terdahulu
b) Nilai sesungguhnya dari proporsi populasi (Pa) : proporsi
berdasarkan pada hasil yang diinginkan
c) Tingkat signifikasi (alpha) 5%
d) Kekuatan uji 100%-beta 10%
e) Hipotesis : Pa < Po
Maka berdasarkan tabel size for one sampel test of proportion
(level of significance 5%, power 90%, alternative hypothesis 1
sided) besar sampel minimal yang dibutuhkan adalah
(Lapau,2012) :
33

Tabel 3.1
Pengambilan Jumlah Sampel Dalam Penelitian
No Variabeel Po Pa Alfa Beta Ukuran
Independen Sampel
1. Asi Eksklusif 29,6% 19,6% 5% 10% 155
2 Frekuensi Menyusu 84,4% 74,4% 5% 10% 137
3 Lama Menyusu 55,1% 45,1% 5% 10% 212
4 Pola Asuh Makan 42,2% 32,4% 5% 10% 203
5 Pendidikan Ibu 40% 30% 5% 10% 191
6 Pekerjaan Ibu 44,4% 34,4% 5% 10% 203
7 Pendapatan Keluarga 50% 40% 5% 10% 210

Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa ukuran sampel terbesar adalah


212 yaitu variabel lama menyusu, sesuai dengan syarat sampel minimal
menurut Hastono (2007) bahwa minimal sampel untuk masing-masing
variabel adalah 15, maka 7 x 15 = 105. Jadi dalam penelitian ini
minimal sampel diperlukan adalah 212 digenapkan menjadi 220
sampel.
b. Prosedur pengambilan sampel
Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dengan
quota sampling, sampel penelitian ini harus memenuhi beberapa kriteria
penelitian, sebagai berikut :
Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian yang dilakukan
terbagi atas:
1. Kriteria Inklusi
Sampel adalah anak berumur 6 -24 bulan memiliki tanggal lahir,
memiliki buku KIA dan ibu bersedia menjadi responden
2. Kriteria eksklusi
Anak yang mempunya status gizi lebig, BBLR, kelainan bawaan,
anak sakit
34

Pengambilan sampel dilakukan dengan menimbang berat badan


anak usia 6-24 bulan serta kuesioner.Dimana semua variabel dalam
penelitian ini, diperoleh dengan menggunakan instrumen kuesioner,
sehingga data didapatkan dari hasil pengisian kuesioner oleh responden.
Selama pengisian kuesioner yang dilakukan kepada ibu balita peneliti
mendampingi responden agar mempermudah responden dalam
pengisian kuesioner. Di Wilayah kerja Puskesmas Benteng terdapat 10
posyandu. Dari 10 posyandu peneliti hanya 7 posyandu yang diambil
dan dibantu enumerator. Dalam penelitian ini pengambilan data dibantu
oleh 3 (tiga orang) enumerator, enumerator membantu sampai
pengumpulan kuesioner (Editing).

D. Definisi
operasional
Tabel 3.2
Definisi Operasional

el Dependen efinisi Operasional ala Kategori


anak 6-24 Bulan Status gizi yang diperoleh Ordinal 0. Gizi kurang : Z-
berdasarkan indeks skor≥-3,0 s/d Z-
antropometri yang BB/U skor ≤ 2.0
dengan menggunakan Z 1. Gizi baik Z-
score WHO-NCHS.( Par’i, skor≥-2,0 s/d
2014) Z-Skor≤ -2,0

if Pemberian Air Susu Ibu Ordinal 0. Tidak ASI


saja kepada bayinya yang Eksklusif
baru lahir sampai bayinya 1. ASI Ekslusif
berusia 6 bulan, tanpa
diberikan tambahan apapun
pada bayi. Dalam
memberikan ASI eksklusif,
ibu tidak tidak perlu
memberikantambahan
apapun kepada bayinya,
baik air putih, sari buah,
maupun susu formula
(Andriyani &
Wirjatmmadi, 2014)
35

enyusu Frekuensipemberian ASI Ordinal 0. Kurang <8


yaitu berapa kali bayi nuyusu
mendapatkan ASI dalam 1. Baik >8
sehari. (Hikmah,2016). kali/Menyusu
usu Durasi berapa lama bayi Ordinal 0 Kurang <10
mendapatkan ASI dalam menit/menuyus
sekali Menyusui (Ashar et. ui
al, 2008). 1 Baik >10
menit/menyusu
Makan Pengetahuan, sikap, dan Ordinal 0. Kurang
tindakan ibu dalam upaya 1. Baik
pemberian maknana yang
meliputi ASI/MPASI
(Widyaningsih,ea.a 2018)
Ibu Jenjang pendidikan Ordinal 0 Rendah ≤ SLTP
terkahir yang berhasil ibu 1 Tinggi ≥ SLTA
selesaikan

E. Jenis dan Cara Pengumpulan Data


Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan untuk memperoleh
informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Dalam
penelitian ini metode yang digunakan adalah wawancara dengan beberapa
buah pertanyaan didalam kuesioner dan penimbangan berat badan balita
usia6-24 bulan. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian kuantitatif
adalah data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dengan melalui
teknik observasi langsung dan wawancara secara terstruktur menggunakan
kuesioner tertutup.
Tabel 3.3
Pengumpulan Data dalam Penelitian

peroleh Data
r Berat badan anak dengan
timbangan bayi
sif terstruktur
enyusu terstruktur
usu terstruktur
terstruktur
terstruktur
terstruktur
Keluarga terstruktur
36

Pengumpulan data dibantu oleh enumerator sebanyak 3 orang dengan


melalui tahapan sebagai berikut :
1. Pelatihan enumerator
Tujuan pelatihan enumerator adalah persamaan persepsi. Enumerator pada
penelitian ini adalah bidan dengan jenjang pendidikan D3 kebidanan dan
sudah bekerja.
2. Pada waktu pengumpulan data di puskesmas, sebelum kuesioner
dibagiakan kepada responden terlebih dahulu diberikan penjelasan tentang
bagaimana cara pengisian kuesioner sehingga mengurangi kesalahan pada
saat pengisian kuesioner.
3. Setelah diisi oleh responden kuesioner dikumpulkan kembali ke
enumerator pada hari yang sama dan enumerator mengecek kuesioner
apakah sudah terisi lengkap, bila belum lengkap dikembalikan ke
responden.

F. Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan bagian dari rangkaian kegiatan yang
dilakukan setelah pengumpulan data. Untuk kemudahan dalam pengolahan
data maka dipergunakan bantuan program computer. Langkah-langkah
pengolahan data meliputi editing, coding, processing, cleaning dan
tabulating.
1. Editing
Dilakukan editing data atau penyuntingan data untuk memastikan
bahwa data yang diperoleh bersih, yaitu data tersebut semua telah terisi
dan dapat dibaca dengan baik. Hal ini dilakukan dengan meneliti tiap
lembar angket yang diserahkan oleh responden maupun data yang diisi
oleh peneliti, apabila terdapat kesalahan/keganjilan maka akan segera
diperbaiki dan dilengkapi.
2. Coding
Coding yaitu memberikan code berupa data atau simbol yang berupa
angka pada jawaban responden yang diterima. Kegunaan dari
37

codingadalah untuk memudahkan pada saat analisa data dan juga


mempercepat pada saat entry data. Coding yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Status gizi anak 6-24 bulan
1) Gizi kurang : Z-skor≥-3,0 s/d Z-skor ≤ 2.0 : Kode 0
2) Gizi baik : Z-skor≥-2,0 s/d Z-Skor≤ -2,0 : Kode 1
b. ASI eksklusif
1. Tidak ASI eksklusif : Kode 0
2. ASI eksklusif : Kode 1
c. Frekuensi Menyusu
1) Kurang < 8 kali/menyusu : Kode 0
2) Baik > 8 kali/menyusu : Kode 1
d. Lama menyusu
1) Kurang < 10 menit/ menyusu : Kode 0
2) Baik > 10 menit/ menyusu : Kode 1
e. Pola Asuh Makan
1) Kurang : Kode 0
2) Baik : Kode 1
f. Pendidikan Ibu
1) Rendah ≤ SLTP : Kode 0
2) Tinggi ≥ SLTA : Kode 1
g. Pekerjaan Ibu
1) Tidak bekerja : Kode 0
2) Bekerja : Kode 1
h. Pendapatan Keluarga
1) Kurang (< Rp 2.750.618) : Kode 0
2) Cukup (> Rp 2. 750. 618) : Kode 1
3. Entry Data
Entry Data merupakan proses memasukan data ke dalam program
pengolahan data untuk dilakukan analisis menggunakan program
38

statistic dengan computer. Setelah dilakukan pengkodean, maka


peneliti memasukkan data untuk dilakukan proses pengolahan data.
4. Cleaning
Cleaning merupakan kegiatan pembersihan seluruh data supaya
terhindar dari kesalahan sebelum dilakukan proses analisis data.
Peneliti memeriksa kembali seluruh proses mulai dari pengkodean
serta memastikan bahwa data yang diinput tidak terdapat kesalahan
sehingga analisis dapat dilakukan dengan benar. Proses cleaning
dilakukan dengan bantuan program analisis statistic computer.

G. Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisa univariat dilakukan untuk mengetahui proporsi masing-
masing variabel yang diteliti. Untuk data kategorik yang perlu diketahui
untuk melakukan analisa data adalah menggunakan distribusi frekuensi
dengan ukuran persentase proporsi
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui variabel yang diduga
berhubungan atau berkorelasi, meliputi variabel independen dan variabel
dependen.Analisis dari hasil uji statistik yang digunakan adalah Kai
kuadrat (chi square test) dengan menggunakan SPSS jika P≤0,05
Signifikan.
3. Analisis Multivariat
Dalam penelitian ini analisis yang digunakan adalah analisis
regresi logistik, yaitu menganalisis hubungan suatu atau berapa variabel
independen dengan variabel dependen kategorik yang bersifat dikotom.
Adapun langkah–langkahnya adalah sebagai berikut:
a. Analisis faktor dominan
1) Melakukan analisis bivariat antara masing-masing variabel
independen dengan variabel dependen dengan uji regresi
logistik sederhana.
39

2) Pemilihan variabel yang berhubungan dengan status gizi anak


usia 6-24 bulan (variabel dependen). Selanjutnya melakukan
analisis multivariat dengan mengikutkan variabel yang p
valuenya < 0,25.
3) Pemodelan analisis multivariat dilakukan secara bertahap,
dimulai dari semua variabel yang masuk dalam kandidat
multivariat, sampai permodelan terakhir yang dilakukan dengan
mengeluarkan variabel yang memiliki nilai p > 0,05.
4) Pengeluaran variabel independen yang dilakukan secara
bertahap satu persatu dimulai dari variabel yang p value nya
tertinggi.
5) Apabila setelah dikeluarkan variabel tersebut, ternyata
perubahan ini nilai POR <10% maka variabel tersebut layak
untuk dikeluarkan, dan selanjutnya dipilih variabel yang
memiliki p value tertinggi yaitu >0,05.
6) Jika perubahan nilai POR >10% maka variabel yang telah
dikeluarkan dari model dimasukkan kembali kedalam analisis
multivariat.
7) Pengeluaran variabel indpenden dilakukan sampai semua
variabel mempunyai p value<0,05.
8) Penentuan variabel yang paling dominan dilakukan dengan
melalui nilai POR variabel yang mempunyai niai POR tertinggi,
maka disebut sebagai variabel yang paling dominan
berhubungan dengan status gizi pada anak usia 6-24 bulan
diwilayah Kerja Puskesmas Benteng Kabupaten Indragiri Hilir
9) Menentukan probabilitas dari masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen dengan melihat hasil
analisi regresi logistik binary pada summary model
Nagelkerkle(R2).
10) Kemudian variabel terpilih diregresikan dalam regresi binary
logistik untuk melihat kontribusi variabel status gizi pada anak
40

usia 6-24 bulan wilayah Kerja Puskesmas Benteng Kabupaten


Indragiri Hilir dengan melihat summary model Nagelkerkle (R2).

H. Etika Penelitian
Penelitian ini akan melalui prosedur kaji etik yang dilakukan oleh
Komisi Etik Penelitian Kesehatan STIKes Hang Tuah Pekanbaru. Dimana
penelitian ini menjunjung tinggi etika penelitian yang merupakan standar
dalam melakukan penelitian.Adapun prinsip-prinsip etika penelitian ini
adalah:
a) Prinsip menghormati harkat martabat manusia (respect for persons).
Peneliti akan menghormati hak-hak responden yang terlibat dalam
penelitian, termasuk diantaranya hak untuk membuat keputusan untuk
terlibat atau tidak terlibat dalam penelitian dan hak untuk dijaga
kerahasiaannya berkaitan dengan data yang diperoleh selama
penelitian.
b) Prinsip berbuat baik (benneficience).
Penelitian ini pada prinsipnya mengutamakan manfaat bagi
responden yaitu sebagai evaluasi dan pengetahuan awal tentang status
gizi. Penelitian yang dilakukan tidak membahayakan jiwa responden,
sehingga penelitian ini aman dilakukan. Penelitian ini bebas dari
eksploitasi karena peneliti sudah mempertimbangkan manfaat dan
risiko dari penelitian.
c) Prinsip keadilan (justice)
Peneliti akan memperlakukan semua yang terlibat dalam penelitian
secara adil dan tidak membeda-bedakan berdasarkan ras, agama atau
status sosial ekonomi.
Penelitian ini telah mendapatkan persetujuan etik dari Komisi Etik
Penelitian Kesehatan Hang Tuah Pekanbaru Nomor :186/KEPK/Stikes
– HTP/IV/2019.
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Subjek Penelitian


UPT Puskesmas Benteng terletak di Kelurahan Benteng Kecamatan
Sungai Batang Kabupaten Inhil Riau, Kecamatan Sungan Batang adalah
salah satu kecamatan dari 20 Kecamatan yang ada di Kabupaten Inhil.
Puskesmas Benteng didirikan pada tahun 1987, memiliki luas tanah 50 x
100 M² yang terletak di Jl. Pendidikan Parit H. Hasan. Adapun Batas
wilayah Kecamatan Sungai Batang sebagai berikut :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Enok
2. Sebelah Selatan berbatas dengan Kecamtan Reteh
3. Sebelah Barat berbatas dengan Kecamatan Reteh
4. Sebelah Timur berbatas dengan Kecamatan Kuala Enok
Keadaan Alamnya UPT Puskesmas Benteng sebagian besar terdiri
dari tanah liat dan endapan sungai serta rawa – rawa. Hampir semua wilayah
kerjanya dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Sehingga transportasi utama
untuk menjangkau wilayah kerjanya adalah jalan transportasi air. Dan di
beberapa wilayah kerjanya sudah dapat dijangkau dengan kendaraan roda
dua.
UPT Puskesmas Benteng memiliki wilayah kerja yang terdiri dari 8
Kelurahan atau Desa dengan data sebagai berikut :
1. Desa Benteng
2. Desa Benteng Utara
3. Desa Bentang Barat
4. Desa Pasenggerahan
5. Ka. Sungai Batang
6. Ka. Patah Parang
7. Desa Mungomulyo
8. Desa Pandan Sari

41
42

B. Analisis Univariat
Analisis univariat dapat dilihat pada tabel 4.1 dibawah ini sebagai
berikut:
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Variabel Dependen dan Variabel Independen ASI
Eksklusif Dengan Status Gizi Anak 6-24 Bulan Wilayah Kerja
Puskesmas Benteng Kabupaten Indragiri Hilir
Tahun 2019
Variabel Dependen Frekuensi (n=220) Persen (%)
Status Gizi
GiziKurang 52 23,6
GiziBaik 168 76,4
Variabel Independen Frekuensi Presen (%)
ASI Eksklusif
Tidak ASI Eksklusif 95 43,2
ASI Eksklusif 125 56,8
Frekuensi Menyusu
Kurang ( < 8 Kali) 82 37,3
Baik (≥ 8 kali) 138 62,7
Lama Menyusu
Kurang (<10 menit) 57 25,9
Baik (≥ 10 menit) 163 74,1
Pola Asuh Makan
Kurang 127 57,7
Baik 93 42,3
Pendidikan
Rendah 66 30
Tinggi 154 70
Pekerjaan
Tidak Bekerja 125 56,8
Bekerja 95 43,2
Pendapatan Keluarga
Kurang (<Rp 2,750,618) 105 47,7
Cukup (>Rp 2,750,618) 115 52,3

Pada Tabel 4.1 Hasil analisis univariat pada variabel dependen yaitu status
gizi anak 6-24 bulan diwilayah kerja puskesmas Benteng Kabupaten Indragiri
Hilir 2019 menunjukkan bahwa 23,6% anak balita mengalami gizi kurang.
Analisis univariat pada variabel independen menunjukkan bahwa anak balita
usia 6-24 bulan dengan ASI tidak eksklusif sebesar 43,2%, anak balita dengan
frekuensi menyusu kurang sebesar 37,3%, anak balita dengan lama
menyusunya kurang sebesar 25,9%, anak balita dengan pola asuh makan yang
kurang sebesar 57,7%, anak balita dengan pendidikan ibunya rendah sebesar
30%, anak balita yang ibunya tidak bekerja sebesar 56,8% dan anak balita yang
pendapatan keluarganya kurang sebesar 47,7%. terlihat bahwa ada beberapa
43

variabel berisiko (salah satu yang kategori > 50%) adalah variabel pola asuh
anak dan pekerjaan ibu.
Dari hasil kuesioner didapatkan anak balita usia 6-24 bulan yang tidak
ASI eksklusif dengan mengkonsumsi madu sebesar26,31%, susu formula
56,84% air putih 11,57% dan air teh sebesar 5,26%. Frekuensi menyusu kurang
<8 kali sebesar 36,40% dan lama menyusu <10 menit sebesar 30,9% Dari pola
asuh makan, pengasuh bayi ibu terbanyak adalah ibu sebesar 48,18%.
Pemberian makanan utama pada bayi 3 kali sebesar 58,63%.

B. Analisis Bivariat
Tabel 4.2
Hubungan Variabel Independen Dengan Status Gizi Di Wilayah Kerja
Puskesmas Benteng Kabupaten Indragiri Hilir
Tahun 2019

Variabel Status Gizi


Gizi Kurang Gizi Baik Total P POR (95%
Value CI)
n(%) n(%) n(%)
ASI Eksklusif 5,2 (2,649
Tidak Eksklusif 38 (40,0) 57 (60,0) 95 100,0) 0,001 – 10,549)
Ekslusif 14 (1 111 (88,8) 125 (100,0)
1,2)
Frekuensi Menyusu 2,4 (1,306
Kurang ( < 8 Kali) 28(34,1) 54 (65,9) 82 (100,0) 0,008 – 4,644)
Baik (≥ 8 kali) 24 (17,4) 114 (82,6) 138 (100,0)

Lama Menyusu -
Kurang (<10 menit) 14 (24,6) 43 (53,4) 57 (100,0) 0,992
Baik (≥ 10 menit) 38 (23,3) 125 (76,7) 163 (100,0)
PolaAsuh Makan 1 -
Kurang 31 (24,4) 96 (75,6) 27 (100,0) 0,877
Baik 21(22,6%) 72 (77,4) 93 (100,0)
Pendidikanibu 4,4(2,31,3
Rendah 29 (43,9) 37(56,1) 66 (100,0) 0,001 – 8,618)
Tinggi 23 (14,9) 131 (85,1) 154 (100,0)
Pekerjaanibu 2,5 (1,276
TidakBekerja 38 (30,4%) 87 (68,6) 125 (100,0) 0,011 – 5,005)
Bekerja 14 (14,7%) 81 (85,3%) 195 (100,0)
PendapatanKeluarga
Kurang (<Rp 2,750,618) 34(31,4) 71 (67,6) 105 (100,0) 0,006 2,8(1,350 –
Cukup (>Rp 2,750,618) 18 (15,7) 97 (8 115 (100,0) 4,934)
4,3)

Pada tabe l4.2 dapat diketahui dari 7 variabel Independen ada 5 variabel
independen yang behubungan secara signifikan (P<0,05) dengan status gizi anak
yaitu
44

1. Anak balita berusia 6-24 bulan yang ASI tidak eksklusif lebih
berpeluang beresiko 5,2 kali mengalami balita gizi kurang dibandingkan
dengan anak balita yang ASI Eksklusif (CI 95%: OR= 2,649 – 10,549)
2. Anak balita berusia 6-24 bulan yang frekuensi menyusunya kurang
lebih berpeluang berisiko 2,4 kali mengalami balita gizi kurang
dibandingkan dengan anak balita yang frekuensi menyusnya baik (CI
95%: OR=1,306 – 4,644).
3. Anak balita berusia 6-24 bulan yang pendidikan ibunya rendah lebih
berpeluang berisiko 4,4 kali mengalami balita gizi kurang dibandingkan
dengan anak balita yang pendidikan ibunya tinggi (CI 95%: OR=2,31,3
– 8,618).
4. Anak balita berusia6-24bulan yang ibunya tidak bekerja lebih
berpeluang berisiko 2,5kali mengalami balita gizi kurang dibandingkan
dengan anak balita yang ibunya bekerja (CI 95%: OR=1,276 – 5,005).
5. Anak balita berusia 6-24 bulan yang pendapatan keluarganya kurang
lebih berpeluang berisiko 2,5 kali mengalami balita gizi kurang
dibandingkan dengan anak balita yang pendapatan keluarganya cukup
(CI 95%: OR=1,350 – 4,934).

C. Analisis Multivariat
1. Seleksi Bivariat
Seleksi bivariat dilakukan pada masing-masing variabel independen
dengan variabel dependen. Seleksi bivariat bertujuan untuk mengetahui
variabel mana yang dapat menjadi kandidat pemodelan multivariat.
Variabel independen yang terdapat menjadi kandidat pemodelan
multivariat adalah variabel yang mempunyai p-value< 0.25. Apabila p-
value> 0.25 secara substansi variabel tersebut merupakan variabel yang
sangat penting (berhubungan secara substansi) dengan variabel dependen
(Mitra, 2015).
Analisis multivariat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji
Cox Regresi. Berdasarkan seleksi bivariat variabel yang memiliki p < 0,25
adalah sebesar5 variabel yaitu variabel kejadian ASI eksklusif,frekuensi
45

menyusu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu dan pendapatan keluarga.


Sedangkan variabel yang p valuenya> 0,25 ada 2 yaitu variabel lama
menyusu dan pola asuh makan, sehingga kandidat dalam biavariatmenjadi
5 variabel independen yang akan diteruskan kemodel multivariat dapat
dilihat pada Tabel 4.3 sebagai berikut:

Tabel 4.3
Hasil Seleksi Bivariat Antara Variabel Dependen 2019
No Variabel P Value Keterangan
1. ASI eksklusif 0,001 Kandidat
2. Frekuensi menyusu 0,005 Kandidat
3. Lama menyusu 0,849 BukanKandidat
4. Pola asuh makan 0,753 BukanKandidat
5. Pendidikan ibu 0,001 Kandidat
6. Pekerjaan ibu 0,008 Kandidat
7. Pendapatan keluarga 0,004 Kandidat

2. Pemodelan Multivariat
Setelah dilakukan analisis multivariat terhadap ke 7 (tujuh) variabel
variabel independen tersebut dengan status gizi, dihasilkan tabel analisis
multivariat pada pemodelan 1, seperti terlihat pada Tabel 4.3, dimana dapat
dilihat bahwa ada beberapa variabel dengan nilai P > 0,05 yaitu frekuensi
menyusu dan pekerjaan ibu. Variabel yang tertingi nilai p nya dikeluarkan
dari model kemudian dilihat perubahan nilai OR dari tiap pemodelan. Jika
terjadi perubahan POR kurang dari 10% maka variabel tersebut dikeluarkan
dari model. Tapi jika perubahan POR terjadi lebih dari 10% maka variabel
dikembalikan ke dalam model. Selanjutnya dilakukan analisis multivariat
secara bertahap dengan mengeluarkan variabel yang nilai p-nya > 0,05
dimulai dengan nilai p yang tertinggi yaitu Frekuensi Menyusu seperti
terlihat pada tabel 4.4 sebagai berikut.
46

Tabel 4.4
Analisis Multivariat (Pemodelan 1) Hubungan ASI EksklusifDengan Status
GiziAnakUsia 6-24 Bulan di Wilayah Kerja
PuskesmasBenteng Kab. Indragiri Hilir Tahun 2019

No Variabel P Value POR 95% CI


Lower Upper
1. ASI eksklusif 0,001 5,024 2,129 11,852
2. Frekuensimenyusu 0,872 1,070 0,469 2,439
3. Pendidikanibu 0,001 4,057 1,897 8,678
4. Pekerjaanibu 0,847 1,084 0,478 2,455
5. Pendapatankeluarga 0,042 2,152 1,028 4,509

Analisis data multivariat pemodelan ke 1 (satu) seperti pada tabel 4.4


didapatkan informasi bahwa dengan dikelurkanya variabel yang p value
terbesar adalah frekuensi menyusu, perubahan POR dapat dilihat pada tabel
4.5
Tabel 4.5
Perubahandari POR Frekuensi Menyusu (Pemodelan I)

N Variabel POR POR Perubahan


o adavariabelFreku tanpavariab POR
ensimenyusu elfrekuensi
menyusu
1. ASI Eksklusif 5,024 5,204 3,58
2. Frekuensimenyusu 1,070 - -
3. Pendidikanibu 4,057 4,036 0,51
4. Pekerjaanibu 1,084 1,088 0,36
5. Pendapatankeluarga 2,152 2,150 0,09

Analisis data multivariat pemodelan ke 1 (satu) seperti pada tabel


4.5 di atas, diketahui tidak terdapat perubahan POR >10%, sehingga
variabel frekuensi menyusu dikeluarkan dari permodelan multivariate.
Berikut Hasil Pemodelan Multivariat II berikutnya setelah frekuensi
menyusu dikeluarkan.
47

Tabel 4.6
Analisis Multivariat (Pemodelan 2) Hubungan ASI Eksklusif Dengan Status
Gizi Anak Usia 6-24 Bulan di Wilayah Kerja
Puskesmas Benteng Kab. Indragiri Hilir Tahun 2019

Variabel lue R 95% CI


ower er
if 01 4 ,473 51
ibu 01 6 ,892 9
bu 39 8 ,481 2
keluarga 42 0 ,026 3

Analisis data multivariat pemodelan ke 2 (dua) seperti pada tabel 4.6


didapatkan informasi bahwa dengan dikelurkanya variabel yang p value
terbesar adalah pekerjaan ibu sehingga variable pekerjaan ibu perubahan
POR dapat dilihat pada tabel 4.7

Tabel 4.7
Perubahandari POR PekerjaanIbu (Pemodelan II)

Variabel POR POR ahan POR


adavariabelP tanpavariabel
ekerjaanibu Pekerjaanibu
if 5,204 5,263 1,13
ibu 4,036 4,146 2,72
bu 1,088 - -
keluarga 2,150 2,190 1,86

Analisis data multivariat pemodelan ke 2 (dua) tabel di atas,


diketahui tidak terdapat perubahan POR >10%, sehingga variabel pekerjaan
ibu dikeluarkan dari permodelan multivariate. Setelah variabel pekerjaan ibu
di analisis maka tidak ada lagi variabel yang mempunyai p value >0,05.
Oleh karna itu pemodelan terakhir adalah sebagai berikut:
48

Tabel 4.8
Analisis Multivariat (Pemodelan Terakhir)

No Variabel P Value POR 95% CI


Lower Upper
1. ASI eksklusif 0,001 5,263 2,519 10,994
2. Pendidikan ibu 0,001 4,146 2,031 8,463
3. Pendapatan keluarga 0,032 2,190 1,068 4,491
Omnimbus Test = 0,001 nagelkerke R Square = 0,291

Beradasarkan tabel 4.5 yang merupakan pemodelan terakhir dari


analisis multivariat dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1) Hasilomnibus test of model coefficient = 0,001, artinya model yang
dihasilkansudahlayakdigunakan.
2) Nilainagelkerke R Square = 0,291, artinya variabel independen ASI
Eksklusif, frekuensi menyusu, lama menyusu, pola asuh makan,
pendidikan ibu, pekerjaan dan pendapatan. ASI eksklusif,
pendidikanibu dan pendapatan keluarga dapat menjelaskan variabel
status gizi sebesar 29,1%, sisanya dapat dijelaskan oleh variabel lain
yang belum diteliti.
3) Pada tabel di atas menunjukkan ada 3 (tiga) variabel yang berhubungan
sebab akibat:
a) Anak balita usia 6 – 24 bulan yang tidak ASI eksklusif lebihberisiko
5,2 kali terhadap status gizi balita dibandingkan responden yang ASI
eksklusif (POR=5,263, CI 95% = 2,519-10,994).
b) Responden yang memiliki pendidikan rendah lebih berisiko 4,1 kali
terhadap status gizi balita dibandingkan responden yang memiliki
pendidikan tinggi (POR=4,146, CI 95% = 2,031-8,463).
c) Pendapatan keluarga yang kurang lebih berisiko 2,1 kali terhadap
status gizi balita dibandingkan responden dengan pendapatan
keluarga cukup (POR=2,190, CI 95% = 1,068-4,491).
BAB V
PEMBAHASA
N

A. Kekuatan dan Keterbatasan Penelitian


Aspek metodologis meliputi kekuatan dan keterbatasan penelitian
terdiri dari akurasi data mencakup relevansi data, validitas data dan
reliabilitas data.
a. Relevansi Data
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya relevansi data karena
adanya kesesuaian antara data yang dikumpulkan dengan pencapaian
tujuan khusus dan pembuktian hipotesis yaitu :
a) Diketahuinya Proporsi anak balita usia 6 – 24 bulan yang status
gizikurang sebanyak 52 orang yaitu (23,6%) dari 220 orang anak
balita.
b) Diketahuinya variabel yang berhubungan (riwayat ASI, Frekuensi
menyusu, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan keluarga) dengan
status gizi balita pada anak usia 6 – 24 bulan.
c) Diketahuinya variabel yang tidak berhubungan ( lama menyusu dan
pola asuh ) dengan status gizi pada anak balita usia 6 – 24 bulan.
b. Validitas Data
Validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrument
bersangkutan yang mampu mengukur apa yang diukur. Validitas dibagi
menjadi dua yaitu validitas internal dan eksternal.
1) Validitas Internal
Validitas internal adalah validitas data dalam sampel
(bagian dari populasi) yang diteliti, atau dalam populasi yang
seluruhnya diteliti. Validitas internal terdiri dari random error dan
systematic error yang terdiri dari :
a) Kesalahan random (Random Error)
Kesalahan random/kesalahan sampling terdiri dari alfa error
dan beta error, dalam penelitian sudah ditetapkan α error =

49
50

5% dan β error = 10% sehingga didapatkan besar sampel 212,


di bulatkan menjadi 220responden. Cara mendapatkan sampel
220 adalah dengan menggunakan rumus Lemeshow.
b) Kesalahan Sistematis/Bias
Kesalahan sistematis disebut bias yang terdiri dari bias seleksi,
bias informasi dan confounding bias/bias pengacau (Lapau,
2015).
a. Bias Seleksi
Bias seleksi dapat terjadi dan tak bisa dihindari.
Bias seleksi penelitian ini karena pengumpulan data
untuk kerangka sampel didapatkan dari data kunjungan
posyandu sehingga masih ada anak 6-24 bulan yang tidak
hadir ke posyandu.
b. Bias Informasi.
Bias informasi atau bias pengukuran tidak dapat dihindari
karena perbedaan sistematik dalam mutu dan cara
pengumpulan data. Bias informasi terdiri dari bias
klasifikasi, bias diagnostik, bias instrument, interviewer
bias, dan sebagainya (Lapau, 2012).
Bias informasi atau pengukuran tidak dapat dihindari
kerena peneliti mendapatkan data langsung dengan
wawancara menggunakan kuesioner, bias informasi dapat
terjadi apabila responden lupa berapa kali menyusu kan
anaknya dan lupa mengingat makanan apa saja yang
sudah diberikan untuk anak. Bias informasi dapat juga
terjadi akibat pewawancara terlalu memaksa responden
untuk menjawab atau mengiring jawaban responden
terhadap sesuatu yang diinginkanya interviewer bias.
Dalam hal ini peneliti juga dibantu oleh rekan rekan
bidan desa atau enumerator dalam pengumpulan data.
51

c. Confounding Bias
Confounding Bias atau bias pengacau dapat terjadi jika
dalam suatu analisis terdapat variabel confounding.
Variabel confounding adalah variabel independen yang
berhubungan variabel dependen, namun juga berhubungan
dengan faktor risiko lainnya. Dalam penelitian ini tidak
ditemukan Confounding Bias pada variabel.
d. Realiabilitas Data
Reliabilitas adalah konsistensi dari hasil alat uji menurut
waktu dan orang, artinya alat uji dipergunakan beberapa
kali akan menghasilkan data yang sama, maka data
tersebut dapat dikatakan reliable (Lapau, 2012). Dalam
penelitian contoh alat uji yang digunakan adalah
kuesioner, bila pengukuranya dilakukan dua kali dan
hasilnya tidak berubah maka data tersebut dapat dikatakan
reliable. Pada penelitian ini, pengukuran kuesioner hanya
dilakukan satu kali, maka realibilitas tidak dapat diketahui.
2) Validitas Eksternal
Validitas eksternal adalah jawaban dari pertanyaan apakah hasil
penelitian dari sampel dapt digeneralisasikan ke populasi yang lebih
lias teruta dari man populasi itu berasal (Lapau, 2012). Validitas
eksternal dari suatu penelitian adalah bila sampel penelitian diambil
dengan non probability sampling, dengan demikian hasil penelitian
tidak bisa digenerelisasikan kepada populasi dari mana sampel itu
diambil. Pada penelitian ini data diambil dengan menggunakan
teknik purposive sampling dengan quota sampling, dengan
demikian ada validitas ekternal pada penelitian ini adalah
representatif dari populasi anak 6-24 bulan di wilayah kerja
Puskesmas Benteng sehingga tidak dapat digeneralisasikan kepada
populasi anak 6-24 bulan diwilayah kerja Puskesmas Benteng
Indragiri Hiliri.
52

B. Pembahasan Hasil Penelitian


1. Variabel Independen yang Berhubungan dengan Status Gizi
Variabel independen yang paling berhubungan sebab akibat dengan
status gizi adalah ASI eksklusif, pendidikan ibu dan pendapatan keluarga.
a. ASI eksklusif
Pada penelitian ini, hasil analisis multivariat menunjukkan variabel
ASI eksklusif secara statistik berhubungan dengan status gizi balita
dengan nilai OR5,286 kali (CI 95%: OR= 2,649 – 10,549). Artinya
anak yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif memiliki peluang 5,2
kali lebihbesarmengalami status gizi kurang dibandingkan dengan
anak yang mendapatkan ASI eksklusif.
ASI Eksklusif diberikan kepada bayi hingga berusia 6 (enam)
bulan karena secara ilmiah dapat dibuktikan bahwa ASI sangat besar
manfaatnya bagi bayi dan semua energi dan nutrisi yang dibutuhkan
bayi dapat tercukupi hanya dengan pemberian ASI Eksklusif hingga
usia bayi 6 (enam) bulan. Hasil dari ASI eksklusif yang didapatkan
pada penelitian ini menunjukan bahwa dari 220 anak balita usia 6-24
bulan yang tidak ASI eksklusif dengan status gizi kurang sebesar
(40,0%) dan (60,0%). Sedangkan Anak balita yang ASI eksklusif
mengalami status gizi kurangsebesar (11,2%) dan (88,8%) dengan
status gizi balita baik.
Hasil analisis dengan menggunakan uji statistik Chi Square
didapatkan nilai p value = 0,001 (<0,05) yang artinya ada hubungan
yang signifikan antara ASI eksklusif dengan status gizi anak balita
usia 6-24 bulan. Dari analisis peneliti anak balita yang ASI eksklusif
lebih banyak status gizinya baik dibandingkan dengan anak yang tidak
ASI eksklusif. Dalam penelitian ini didapatkan hasil pada kuesioner
yang tidak ASI eksklusif status gizinya kurang memberikan makanan
selain ASI (Air susu ibu ) sebelum usia 6 bulan.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kurnia (2013), tentang
hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan status gizi balita usia 6-24
53

bulan di Kampung Kajanan, Buleleng, menunjukkan adanya


kecendurungan bahwa ibu yang memberikan ASI Eksklusif memiliki
balita status gizi lebih baik dari pada ibu yang tidak memberikan ASI
Eksklusif. Hal ini terlihat ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif
sebanyak 9% memiliki balita diatas garis merah dan 1,3% memiliki
status gizi dibawah garis merah. Sedangkan pada ibu yang
memberikan ASI Eksklusif sebanyak 74,4% memiliki balita dengan
status gizi diatas garis merah dan 15,4% memiliki balita dengan status
gizi dibawah garis merah. ASI eksklusif sangat membantu melindungi
bayi terhadap penyakit seperti diare, alergi dan infeksi umun lainya.
ASI mengandung antibodi dan dapat merangsang tumbuh normal. Bila
anak tidak diberikan ASI eksklusif maka akan beresiko terhadap suatu
penyakit infeksi sehinga terjadi penurunan berat badan, dan akan
mengalami gizi kurang (Atikah, 2010).
Oleh karena itu direkomendasikan agar tidak mengalami satus gizi
kurang, pada anak usia 6-24 bulan maka diharapkan pemberian ASI
eksklusif selama 6 bulan tanpa pemberian makanan atau minuman
selain ASI dan pada usia 6-24 bulan diberikan MP-ASI yaitu makanan
atau minuman yang mengandung gizi, diberikan guna memenuhi gizi
selain ASI.

b. Pendidikan Ibu
Pada penelitian ini, hasil analisis multivariat menunjukkan variabel
Pendidikan Ibu secara statistik berhubungan dengan status gizi balita
dengan nilai POR=4,146, CI 95% = 2,031-8,463). Artinya responden
yang memiliki pendidikan rendah memiliki peluang 4,1 kali lebih
besar mengalami status gizi balita dibandingkan dengan responden
yang memiliki pendidikan tinggi.
Hasil pendidikan ibu yang didaptkan pada penelitian ini
menunjukan bahwa dari 220 responden. Pendidikan ibu rendah yang
mengalami status gizi balita kurang sebanyak (43,9%), sedangkan
54

responden yang pendidikan rendah yang mengalami status gizi balita


baik sebanyak (56,1%). Sedangkan ibu yang berpendidikan tinggi
dengan status gizi balita kurang sebanyak (14,9%) dan sebanyak
(85,1%) dengan status gizi balita baik.
Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square diperoleh p value 0,001
(<0,05) yang artinya ada hubungan yang signifikan antara pendidikan
ibu dengan status gizi anak balita. Dari hasil penelitian menunjukan
bahwa sebagian besar anak balita yang mengalami status gizi tidak
normal adalah ibunya yang berpendidikan rendah (43,9%). Artinya
bahwa peran ibu sangat penting dalam kesehatan dan pertumbuhan
anaknya. Seorang anak yang mempunya ibu dengan latar belang
pendidikan tinggi maka akan mendapatkan kesempatan hidup serta
tumbuh dan mudah menerima wawasan yang lebih luas mengenai gizi.
(Suprariasa, 2012)
Menurut penelitian Nur Azikin, (2016) hasil penelitian ini
menunjukan hasil yang signifikan dengan p = 0,001. Artinya terdapat
peran pendidikan ibu terhadap status gizi balita. Hasil serupa juga
dilakukan oleh Zulhijah dkk di Kabupaten Tenmuna Sulawesi dengan
hasil p = 0,000 selain itu Rona dkk juga mendapatkan dan teori yang
ada menunjukan bahwa pendidikan berhubungan dengan status gizi
karena pendidikan yang tinggi, kemungkinan pendapatan akan
meningkat.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Miftakhul
Jannah dan Siti Maesaroh (2014) yang menyatakan adanya hubungan
antara tingkat pendidikan ibu dengan status gizi balita di posyandu
bangunsari semin gunung kidul. Penelitian ini juga sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Ranityas Kinasih, Era Revika dan Diyah
Yuliantina (2016) yang menyatakan adanya hubungan tingkat
pendidikan ibu dengan status gizi balita di puskesmas pleret.
Oleh karena itu agar tidak terjadi status gizi kurang pada anak
balita usia 6-24 bulan, direkomndasikan kepada ibu yang
55

berpendidikan kurang dapat meningkatkan pengetahuan dan


kemampuan ibu dalam memberikan dan menyediakan pangan dalam
jumlah dan jenis yang cukup.

c. Pendapatan Keluarga
Pada penelitian ini, hasil analisis multivariat menunjukkan variabel
pendapatan keluarga secara statistik berhubungan dengan status gizi
balitadengan nilaiPOR=2,190, CI 95% = 1,068-4,491). Artinya
responden yang pendapatan keluarga kurang memiliki peluang 2,1
kali lebih besar mengalami status gizi dibandingkan dengan
pendapatan keluarga cukup.
Hasil dari pendapatan keluarga yang didaptakan dalam penelitian
ini menunjukan bahwa dari 220 responden yang berpendapatan kurang
dengan status gizi balita kurang sebesar (31,4%) dan sebesar (67,6%)
dengan status gizi baik. Sedangkan responden yang berpendaptanan
cukup dengan status gizi balita kurang sebesar (15,7%) dan sebesar
(84,3%) dengan status gizi balita baik.
Hasil analisis dengan menggunakan uji statistik Chi Square
didapatkan nilai p value = 0,006 (<0,05) yang artinya ada hubungan
yang signifikan antara pendapatan keluarga dengan satutus gizi balita
anak usia 6-24 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten
Indragiri Hilir. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendapatan
keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi
anak balita. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Handini , Ichsan dan Nirlawati (2013) yang menyatakan adanya
hubungan tingkat pendapatan orangtua dengan status gizi balita di
wilayah kerja puskesmas kalijambe
Keadaan sosial Ekonomi akar masalah terjadinya kurang gizi,
Kemampuan keluarga untuk mencukupi kebutuhan makanan di
pengaruhi oleh tingkatan keluarga itu sendiri. Keluarga yang
mampunyai pendapatan relatif rendah sulit mencukupi kebutuhan
56

makan. Keadaaan seperti ini biasanya terjadi pada anak balita dari
keluarga berpenghasilan rendah, kemampuan keluarga untuk
mencukupi kebutuhan makanan juga bergantung dari bahan makanan.
Hasil penelitian lain yang dilakukan Suhendri, 2012 sebanyak 107
responden dengan hasil 56,2% balita yang menderita gizi kurang lebih
banyak dialami oleh keluarga yang berpendapatan rendah. Pendapatan
keluarga dapat mempengaruhi status gizi pada balita, jika suatu
keluarga memiliki pendapatan yang besar serta cukup untuk
memenuhi kebutuhan gizi anggota keluarga maka dijamin kebutuhan
gizi pada balita akan terpenuhi.
Dari hasil penelitian Mulazimah menunjukan bahwa pendapatan
keluarga mempunyai hubungan yang bermakna secara statistik dengan
status gizi balita. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan pendapatan
keluarga mempunya keluarga mempunyai hubungan yang signifikan
terhadap status gizi balita p = 0,014 (0,05). Pada keluarga mampu
biasanya akan mengeluarkan sebagian besar pendapatan tambahan
untuk membeli makanan pokok. Sedangkan pada keluarga mampu,
semakin tinggi pendapatan semakin bertambah besar persentase
pertambahan pengeluaran untuk buah-buahan, sayur-sayuran dan jenis
makanan lainya. Faktor sosial ekonomi berhubungan dengan
kemampuan keluarga untuk mencukupi kebutuhan zat gizi. Oleh
karena itu agar tidak terjadi status gizi kurang pada anak balita usia 6-
24 bulan direkomndasikan agar orang tua dapat meningkatkan
pendapatan mereka.

2. Variabel Independen Yang Tidak Berhubungan Dengan status gizi anak


6 - 24 bulan
a. Frekuensi Menyusu
Dalam penelitian ini Frekuensi menyusu tidak terlihat hubungan
signifikan dengan status gizi, di karenakan kemungkinan bias
informasi, ibu responden tidak mengerti pertanyaan yang ada dalam
57

kuesioner. Untuk itu di sarankan kepada peneliti selanjutnya untuk


pemilihan pertanyaan yang bisa dimengerti oleh responden.
b. Lama menyusu
Lama menyusu diukur dengan melakukan wawancara dengan
ibu responden. Namun mungkin ada kesalahan dalam menjawab atau
kekurang pahaman dari ibu responden dalam menjawab pertanyaan
sebab dalam kuesioner tersebut ditanya lama waktu menyusu dalam
menit. Sementara ibu responden tidak pernah mengukur berapa lama
menyusu bayinya setiap kali menyusu. Saran untuk peneliti
selanjutnya untuk observasi sehingga peneliti dapat mengukur berapa
lama anak menyusu.
c. Pola Asuh
Dalam penelitian ini tidak terlihat hubungan signifikan antara
pola asuh dengan status gizi anak, kemungkinan indikator penilaian
pola asuh yang diberikan kepada responden kurang tepat atau belum
memenuhi sasaran. Perlu dikaji ulang lagi pertanyaan yang
menyangkut indikator penilaian pola asuh baik realibilitas maupun
validitasnya.
d. Pekerjaan ibu
Dari hasil penelitian didapatkan hubungan yang tidak signifikan
antara ibu yang bekerja dan tidak bekerja dengan status gizi anak. Hal
tersebut mungkin dikarenakan ibu yang bekerja yang mendapatkan
penghasilan dari pekerjaan, sehingga tidak terlihat hubungan. Saran,
agar dibuat di definisi operasional pekerjaan diluar rumah.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab hasil penelitian dan bab pembahasan maka
dengan ini penelitian mengambil keputusan :
1. Proporsi anak balita usia 6–24 bulan yang status gizi kurang yang
berada diwilayah kerja Puskesmas Benteng sebanyak 52 orang yaitu
(23,6%) dari 220 orang anak balita.
2. Anak balita berusia 6- 24 bulan yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif
memiliki peluang 5,2 kali lebih besar mengalami status gizi kurang
dibandingkan dengan anak yang mendapatkan ASI eksklusif
POR=5,263.
3. Ibu yang memiliki pendidikan rendah lebih berisiko 4,1 kali terhadap
status gizi balita dibandingkan responden yang memiliki pendidikan
tinggi POR=4,146.
4. Pendapatan keluarga yang kurang lebih berisiko 2,1 kali terhadap status
gizi balita dibandingkan responden dengan pendapatan keluarga cukup
POR=2,190.
5. Variabel yang tidak memiliki hubungan sebab akibat dengan status gizi
adalah variabel frekuensi menyusu, lama menyusu, Pola Asuh dan
Pekerjaan ibu.

B. Saran
1. Saran Dalam Signifikansi Sosial
a. Diharapkan kepada Pihak puskesmas, tenaga kesehatan, kader dan
stakeholder dapat kerjasama untuk meningkatkan pemberian ASI
eksklusif pada balita usia 6 – 24 bulan, untuk meningkatkan status
gizi di wilayah Kerja Puskesmas Benteng.
b. Diharapkan kepada tenaga kesehatan dapat memberikan
penyuluhan maupun konseling kepada ibu hamil dan ibu yg

58
59

mempunyai bayi balita tentang cara pemberian makanan bayi serta


pentingnya ASI eksklusif yang dilakukan secara berkala dan
berkelanjutan
c. Diharapkan kepada tenaga kesehatan untuk membentuk kelas ibu
hamil dan ibu yg mempunyai bayi balita sebgai lahan diskusi
kesehatan khususnya untuk makanan bayi
d. Diharapkan kepada ibu untuk perlu peningkatan kesadaran tentang
pentingnya pemberian ASI eksklusif bagi bayi dan balita untuk
menunjang pertumbuhan

2. Saran Dalam Signifikansi Ilmiah


Bagis peneliti selanjutnya
Sebagai bahan masukan untuk referensi penelitian
selanjutnya mampu mengembangkan penelitian dengan
menggunakan variabel yang lain terkait dengan pemberian ASI
eksklusif atau variabel lain yang belum diteliti seperti umur,
dukungan keluarga, dan motivasi.
DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, Dedi, et all. 2015. Beberapa faktor risiko gizi kurang Dan gizi buruk
pada balita12 - 59 bulan. jurnal vokasi Kesehatan, Volume I Nomor 5
September 2015, hlm. 131 – 135

Amanda G. (2011). Hubungan lamanya pemberian ASI dengan status gizi anak
usia kurang dari 2 tahun di kecamatan kartasura. [Skripsi]. Sukoharjo (ID):
Fakultas kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Andriani, R., Wismaningsih, E. R., & Indrasari, O. R. (2015). Hubungan


Pemberian Asi Eksklusif Dengan Kejadian Status Gizi Kurang Pada Balita
Umur 1 – 5 Tahun Correlation Between Exclusive Breastfeeding Provision
With Toddler ’ S Malnutrition Status Age 1 – 5 Years Old. 44–47.
Andriyani & wirjatmadi. (2014). Gizi dan kesehatan balita. Jakarta

Apriaji, WH. (2011). GiziKeluarga, Seri KesejahteraanKeluarga. Jakarta : PT


PenebarSwadaya
Atikah, P & Eni,R. (2010). Kapita Selekta ASI dan Menyusui. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Bappenas. (2013). Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2011-2015. Retrieved
Maret 13, 2019 from www.bappenas.go.id.
Depkes, RI. (2010). Buku pedoman startegi KIE Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)
Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

Dewi, Endah. (2017). PolaPemberianMakananTerhadap Status Giziusia 12-24


BulanPadaIbuBekerja.Public Health PerspectiveVol 2 (155 – 167)

Direktorat Bina Gizi Masyarakat. (2012). KerangkaKebijakan Gerakan Sadar


Gizi Dalm Rangka 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK). Jakarta :
Departemen Kesehatan RI

Dinkes. Provinsi Riau. (2017). Profil Dinkes Provinsi Riau 2017. Pekanbaru:
Dinkes Provinsi Riau
Dinkes. Kabupaten indargiri hilir. (2012). Profil Dinkes Kabupaten indargiri hilir
2018. Pekanbaru: Dinkes Kabupaten indargiri hilir
Giri, MKW,I W Muliatra N.P Dwi Sri Wahyuni. (2013). Hubungan pemberian
ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan oleh ibu-ibu di perdesaaan di Kabupaten
Hulu Sungai Selatan vol 34- no 4 (hal 39-43)
Handayani, Tuty. (2013). ApotikHidup. Jakarta :Padi
Hikmah,Nurul. (2016). Riwayat Pemberian Asi, Susu Formula, Dan Mp-Asi Pada
Anak Balita Dengan Risiko Gizi Lebih Di Kecamatan Majalengka.Skripsi.
Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Hijra et.al (2016). Inappropriate complementary feeding practice increases


risk of stunting in children aged 12-24 months. Jurnal vol 35 nomer 3,
September-Desember 2016
INFODATIN, 2014. Situasi dan analisis ASIeksklusif. Kemenkes RI. Jakarta

Irianto, Djoko pekik. 2017. Pedoman gizi lengkap keluarga & olahragawan.
Yogyakarta

Julaeha, Siti. (2012). Gambaran Pola Asuh Makan Pada Anak Usia Bawah Dua
Tahun (Baduta) Gizi Kurang Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukamulya
Kabupaten Tanggerang Tahun 2012. Skripsi.Departemen Ilmu Gizi
Fakultas Kedokteran. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Kemenkes RI, (2017) Penilaian Status Gizi. Jakarta:Kementrian Kesehatan


Republik Indonesia.

Khasanah, N. A., & Sulistyawati, W. (2018). Karakteristik Ibu dengan Kejadian


Gizi Kurang pada Balita 6-24 Bulan di Kecamatan Selat , Kapuas Tahun
2016. 7(1), 1–8

Lapau, Buchari. (2015). Metode Penelitian Kesehatan.Metode Ilmiah Penulisan


Skripsi Tesis dan Disertasi, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Lestari Dwi Anggun, (2018). Hubungan Antara Pemberian Asi Eksklusif Dengan
Status Gizi Pada Bayi Usia 6 – 12 Bulan Di Desa Kesambirampak
Kecamatan Kapongan Kabupaten Situbondo. MID-Z Jurnal Vol. 01, No. 1,
November 2018.

Linda, Trio E, F Nadhiroh,dan Siti Rahayu. (2015). Hubungan frekuensi dan


lama menyusu denganperubahan berat badan neonatus di wilayah
KerjaPuskesmas Gandusari Kabupaten Trenggalek. Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia

Lusia, et al. (2017). Hubungan antara praktik pemberian makan keluarga dengan
berat badan pada anak usia 2-5 tahun di posyandu mawar kelurahan
tlogomas kecamatan owokwaru kota malang. Nursing News Volume 2,
Nomor 2, 2017

Luthra ea.al (2010) Epidemiologi of under nutrition in children between 0-5 years
from rural areas of Dehradun. Jurnal vol 21 nomor 2, vol 22 nomor 1, july
2009-June 2010.
Mardalena, Ida, (2017). Dasar - dasar ilmu gizi dalam keperawatan. Yogyakarta.
Pustaka Baru Press

Marmi. (2013). Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Munawaroh, L, Melati, W, Wahyuni, D. (2010). Hubungan Pengetahuan Ibu


TentangPenyapihan ASI Praktik Penyapihan Pada Anak Balita Di Dusun
KwayunNolokertoKawalingu Kendal.Skripsi. Fakultas Ilmu Keperawatan
Dan Kesehatan. Universitas Muhammadiyah, Semarang.

Mulazaimah, (2015). Hubungan Pendapatan Keluarga Dengan Status Gizi Balita


Desa Ngadiluwih Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri. Skripsi. Akbid
Kebidanan PGRI Kediri. Kediri.

Nafi’ah, S. (2015). Gambaran Karakteristik Ibu Balita Yang Memiliki Gizi Kurang Di
Desa Sambungwangan Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora. Stikes Ngudi
Waluyo.

NurAzikin. (2016). Peranan Pendidikan, Pekerjaan Ibu DanPendapatan Keluarga


Terhadap Status Gizi Balita Di Posyandu Rw 24 Dan 08 Wilayah Kerja
Puskesmas Nusukan Kota Surakarta.NaskahPublikasi

Nurkomala Siti, (2017). Praktik pemberian mpasi (makanan pendampingair susu


ibu) pada anak stunting dan tidakstunting usia 6-24 bulan di Kabupaten
Cirebon.Skrips. Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran . Universitas
Diponegoro: Semarang

Notoatmodjo S. (2012). Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar


Jakarta: Rineka Cipta

Puskesmas, Benteng. (2018). Profil Puskesmas Benteng 2018. Benteng :


Puskesmas Bentang

Par’i, Holil Muhammad. 2017. Penilaian status gizi. Jakarta: buku kedokteran
EGC
Purwani, T., & Darti, N. A. (2007). BAYI DI POLIKLINIK BERSALIN.
Rini, T. (2015). Faktor yang Berhubungan dengan Produksi ASI pada Ibu Nifas
(Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Gandusari). Skripsi.Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Airlangga, Surabaya.
Puskesmas, Benteng (2017). Profil Puskesmas Benteng 2017. Benteng:
Puskesmas Benteng
Purwoastuti,E., & Walyani, E.s. (2015). Panduan Materi KesehatanReproduksi
dan Keluarga Berencana.Yogyakarta : Pustaka Baru Press.
Pertumbuhan, D., & Perkembangan, D. A. N. (2017). Hubungan riwayat
pemberian asi dan mp-asi dengan pertumbuhan dan perkembangan balita
usia 24-36 bulan di bogor shelvi sasmita.
Setiaji, A. P. (2012). Tentang Gizi Dengan Status Gizi Pada Anak Usia Pra
Sekolah Di.
Sujiyatini, dkk.(2010). AsuhanIbuNifasAskeb III.Jakarta :Cyrillius Publisher

Supariasa, IDW, dkk. (2012). Penilaian Status Gizi. ; Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Suzanna, Indah Budiastutik dan Marlenywati. (2017). Analisis Faktor Yang
Berhubungan Dengan Status Gizi Anak Usia 6 - 59 Bulan. Jurnal Vokasi
Kesehatan http://ejournal.poltekkes-pontianak.ac.id/index.php/JVK.

Sri, D., Nurdianti dan Kamrin. (2015). Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi
di Wilayah Kerja PuskesmasKemaraya Kota Kendari. Jurnal
Kesehatan Masyarakat. Vol.1, N0.
Linda, T., Endra, F., & Nadhiroh, S. R. (2015). Hubungan Frekuensi Dan Lama
Menyusu Dengan. 38–43.
Wati, S. P., Studi, P., Gizi, I., Kesehatan, F. I., & Surakarta, U. M. (2018). DAN
Pendapatan Orangtua Dengan Status Gizi Anak Balita Usia 1-5 Tahun Di Desa
Duwet.

WHO.and UNICEF. (2016). Regional Report on Nutrition Security in Asean.


Volume 2.

Widuri Hesti, (2013). Cara Mengelola ASI Eksklusif Bagi Ibu Bekerja.;
Yogyakarta :Penerbit Gosyen KDT.

Widyastuti, E. (2009). Universitas Indonesia Hubungan Riwayat Pemberian Asi


Eksklusif Dengan Status Gizi Bayi 6-12 Bulan Di Provinsi Nusa Tenggara Barat
( Ntb ) Program Studi Epidemiologi Universitas Indonesia.

Widyaningsih, N. N., & Anantanyu, S. (2018). Jurnal Gizi Indonesia Keragaman


pangan , pola asuh makan dan kejadian stunting pada balita usia 24-59
bulan. 7(1).

Warnani, A. I. (2013). Pengaruh penyapihan anak usia (1-6 bulan) terhadap


pertumbuhan di kelurahan sragen kulon kecamatan sragen kabupaten sragen.

Widyastuti, E. (2009). Universitas Indonesia Hubungan Riwayat Pemberian Asi


Eksklusif Dengan Status Gizi Bayi 6-12 Bulan Di Provinsi Nusa Tenggara Barat
( Ntb ) Program Studi Epidemiologi Universitas Indonesia.
Yuanta, Y., Tamtomo, D. G., & Hanim, D. (2018). Hubungan riwayat pemberian
asi dan pola asuh ibu dengan kejadian gizi kurang pada anak balita di
kecamatan wongsorejo banyuwangi

Yustianingrum, L. N., & Adriani, M. (2017). Perbedaan Status Gizi dan Penyakit
Infeksi pada Anak Baduta yang Diberi ASI Eksklusif dan Non ASI Eksklusif
The Differences of Nutritional Status and Infection Disease in Exclusive
Breastfeed and Non Exclusive Breastfeed Toddlers. 415–423.
https://doi.org/10.20473/amnt.v1.i4.2017.415-423
Lampiran 1
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Dengan hormat
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah Mahasiswa Magister
Kesehatan Masyarakat STIKes Hang Tuah Pekanbaru :
Nama : Indah Dwi Aryani
NIM 1705005
No Hp 082278133171
Pekerjaan : Mahasiswa Magister Kesehatan Masyarakat STIKes Hang
Tuah Pekanbaru.
Akan mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan ASI Dengan
Status Gizi Anak Usia 6-24 Bulan Dipuskesmas Benteng Kabupaten
Indragiri Hilir Tahun 2019”. Dengan melakukan penelitian ini peneliti
berharapa dapat menyelesaikan dan mendapatkan Gelar Magister Kesehatan
Masyarakat, dan yang mana hasil penelitian ini nantinya dapat memberikan
informasi dan menambah wawasan masyarakat tentang ASI Eksklusif, pola asuh
makan dan status gizi anak sehingga hal ini dapat mendukung perogram-program
pemerintah maupun swasta dalam menanggulangi masalah gizi.
Untuk ini saya meminta kesediaan ibu untuk menjadi responden dalam
penelitian ini kurang lebih 5 menit. penelitian ini tidak akan merugikan ibu
sebagai responden dan kerahasiaan semua informasi yang ibu berikan akan dijaga
dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Dan peneliti nantinya akan
memberikan mainan edukatif kepada anak responden sebagai ucapan terimakasih
dalam partisipasi penelitian ini.
Bersama surat ini saya mohon kesediaan ibu untuk menjawab petanyaan
sesuai dengan apa yang ibu ketahui dan ibu laksanakan. Demikianlah permohonan
ini saya sampaikan, atas partisipasinya yang ibu berikan, saya ucapkan terima
kasih.

Peneliti

(Indah Dwi Aryani )


Lampiran 2

SURAT PERNYATAANKESEDIAN MENJADI RESPONDEN


(INFORMEN CONSENT)

Setelah mengetahui maksud dari penelitian, saya:

Nama :

Umur :

No Hp :

Tanggal penelitian :

Berdasarkan menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh saudari “


Indah Dwi Aryani” Mahasiswa Magister Kesehatan Masyarakat STIKes Hang
Tuah Pekanbaru. Dengan judul “ Hubungan ASI Dengan Status Gizi Anak
Usia 6-24 Bulan Dipuskesmas Benteng Kabupaten Indragiri Hilir Tahun
2019”
Jawaban dari setiap pertanyaan yang diberikan berdasarkan atas hal yang
sebenar- benarnya. Dengan persetujuan ini saya bertanda tangan di bawah ini
dengan sekuarela tanpa paksaan dan tekanan dari siapapun.

Responden

( )
KUESIONER

HUBUNGAN ASI EKSKLUSIF DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 6-24


BULAN DI PUSKESMAS BENTENG KABUPATEN
INDRAGIRI HILIR TAHUN 2019

Tanggal Wawancara / Pengukuran

Kecamatan
Desa
No sampel
Alamat

DATA ANAK

1 Nama anak
2 Jenis kelamin
3 Tanggal lahir/ Umur bulan
4 Anak ke
5 Berat badan sekarang BB/U
6 Berat badan lahir Kg

DATA ANGGOTA KELUARGA

7 Pendidikan ibu
8 Pekerjaan ibu
9 Pendaptan keluarga
10 Jumlah pengeluaran dalam sebulan
Kuesioner Riwayat Asi Dan Menyusu dan Pola Asuh Makan
(diisi oleh peneliti dan digunakan sebagai pedoman wawancara)

ASI Dan Menyusu

1 Apakah ibu memberikan ASI saja a. Tidak.


kepada anak ibu, dan sampai usia b. Ya.
berapa bulan ?

nak ibu diberi makanan atau a. Ya. Pada usia .... bln ( jika ya
minuman lain selain ASI (Air lanjut ke pertanyaan no 3)
Susu Ibu) ? b. Tidak ( jika tidak lanjut ke
pertanyaan no 4.)
Jika “iya”, makanan/minuman a. Air putih
selain ASI apa yang ibu berikan b. Susu formula
kepada bayi ibu saat berusia 0-6 c. Madu
bulan ? d. Air teh
e. Lain-lain
n (…................................)

Berapa kali ibu menyusui ASI a. Kurang dari 8 kali


(Air Susu Ibu) dalam sehari? b. Lebih dari 8 kali

Berapa lama waktu yang a. Kurang dari 10 menit


diperlukan bayi menyusui dalam b. Lebih dari 10 menit
satu kali ? c. Sesuai keinginan anak

Pola Asuh Makan


Pertanyaan Jawaban Kode
Siapakah yang mengasuh bayi a. Ibu
ibu? b. Nenek
c. Pengasuh

li ibu memberi makan utama pada a. 3 kali


anak dalam satu hari ? b. ≥ 3 kali
c. ≤ 3 kali
u selau menyiapkan makanan untuk a. Selalu
anak ibu? b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah

ada perlakuaan khusus untuk a. Selalu


makanan anak dari pada anggota b. Kadang-kadang
keluarga lain? c. Tidak pernah

u membiasakanpemberian waktu a. Teratur


makan secara teratur? b. Kadang-kadang teratur
c. Tidak pernah teratur

enu makanan anak bervariasi antara a. Selalu


pagi sampai sore setiap hari? b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
pa tindakan ibu bila anak berhenti a. Tunggu sebentar dan tawarkan
makan ? lagi
b. Membiarkan dan
meninggalkannya agar anak
mandiri
c. Memarahi anak

ibu lakukan jika anak ibu merasa a. Memberikan variasi pada


bosan dengan menu yang anda makanan
beikan ? b. Membiarkan anak untuk tidak
memakannya
c. Memaksa anak untuk tetap
memakannya.

Bagaimana reaksi anak setiap a. Senang (menunjukkan


makan? keteratrikan terhadap makanan
b. Kadang senag, kadang menangis
c. Menangis (tidak mau makan)

setiap makan anak selalu a. Dihabiskan


mennghabiskan ? b. Kadang-kadang habis
c. Tidak pernah habis
Apakah ibu mengawasi atau a. Selalu
mengontrol anak ibu setaip kali b. Kadang-kadang
makan? c. Tidak pernah
g ibu lakukan jika bayi tidak suka a. Menggantinya dengan bahan
pada bahan makanan tertentu? makanan lain, namun sejenis
b. Tetap memberikannya
namun diolah/dimasak
dengan cara berbeda
c. Memaksanya agar dimakan

ibu lakukan jika ibu sedang sibuk a. Memberikan makan dengan segera
dan anak anda minta b.Menyelesaikan pekerjaan
makan atau menangis karena kemudian baru memberikan
lapar ? makan
c. Membiarkan dan tidak
menghiraukan
Sumber : (Sasmita, 2017)
ANALISA UNIVARIAT

1. FREKUENSI

Statistics

Status Frekuensi Lama Pendidika Pendapatan


Gizi Anak Riw ayat ASI Menyusui Menyusui Pola Asuh n Ibu Pekerjaan Ibu Keluarga
N Valid 220 220 220 220 220 220 220 220
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0

Status Gizi Anak

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Gizi Lebih 59 26.8 26.8 26.8
Gizi Baik 110 50.0 50.0 76.8
Gizi Kurang 44 20.0 20.0 96.8
Gizi Buruk 7 3.2 3.2 100.0
Total 220 100.0 100.0

Riw ayat ASI

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak ASI Ekslusif 95 43.2 43.2 43.2
ASI Ekslusif 125 56.8 56.8 100.0
Total 220 100.0 100.0

Frekuensi Menyusui

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 82 37.3 37.3 37.3
Baik 138 62.7 62.7 100.0
Total 220 100.0 100.0

Lama Menyusui

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 57 25.9 25.9 25.9
Baik 163 74.1 74.1 100.0
Total 220 100.0 100.0
Pola Asuh

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 127 57.7 57.7 57.7
Baik 93 42.3 42.3 100.0
Total 220 100.0 100.0

Pendidikan Ibu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 66 30.0 30.0 30.0
Tinggi 154 70.0 70.0 100.0
Total 220 100.0 100.0

Pekerjaan Ibu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Bekerja 122 55.5 55.5 55.5
Bekerja 98 44.5 44.5 100.0
Total 220 100.0 100.0

Pendapatan Keluarga

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 105 47.7 47.7 47.7
Cukup 115 52.3 52.3 100.0
Total 220 100.0 100.0
ANALISA BIVARIAT

1. Hubungan Status Gizi Dengan Riwayat ASI

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Riw ayat ASI *
220 100.0% 0 .0% 220 100.0%
Status Gizi Anak

Riw ayat ASI * Status Gizi Anak Crosstabulation


Status Gizi Anak
Gizi Lebih Gizi Baik Gizi Kurang Gizi Buruk Total
Riw ayat Tidak ASI Ekslusif Count 19 38 32 6 95
ASI % within Riwayat 20.0% 40.0% 33.7% 6.3% 100.0%
ASI 8.6% 17.3% 14.5% 2.7% 43.2%
% of Total
ASI Ekslusif Count 40 72 12 1 125
% within Riwayat 32.0% 57.6% 9.6% .8% 100.0%
ASI 18.2% 32.7% 5.5% .5% 56.8%
% of Total
Total Count 59 110 44 7 220
% within Riwayat 26.8% 50.0% 20.0% 3.2% 100.0%
ASI
% of Total 26.8% 50.0% 20.0% 3.2% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 27.058a 3 .000
Likelihood Ratio 27.616 3 .000
Linear-by-Linear
20.032 1 .000
Association
N of Valid Cases 220
a. 2 cells (25.0%) have expected count less than 5.
The minimum expected count is 3.02.
2. Hubungan Status Gizi Dengan Frekuensi Menyusui

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Frekuensi Menyusui
220 100.0% 0 .0% 220 100.0%
* Status Gizi Anak

Status Gizi Anak * Frekuensi Menyusui Crosstabulation

Frekuensi Menyusui
Kurang Baik Total
Status Gizi Lebih Count 17 42 59
Gizi % within Status Gizi Anak 28.8% 71.2% 100.0%
Anak
% of Total 7.7% 19.1% 26.8%
Gizi Baik Count 36 74 110
% within Status Gizi Anak 32.7% 67.3% 100.0%
% of Total 16.4% 33.6% 50.0%
Gizi Kurang Count 24 20 44
% within Status Gizi Anak 54.5% 45.5% 100.0%
% of Total 10.9% 9.1% 20.0%
Gizi Buruk Count 5 2 7
% within Status Gizi Anak 71.4% 28.6% 100.0%
% of Total 2.3% .9% 3.2%
Total Count 82 138 220
% within Status Gizi Anak 37.3% 62.7% 100.0%
% of Total 37.3% 62.7% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 11.885a 3 .008
Likelihood Ratio 11.617 3 .009
Linear-by-Linear
9.810 1 .002
Association
N of Valid Cases 220
a. 2 cells (25.0%) have expected count less than 5.
The minimum expected count is 2.61.
3. Hubungan Lama Menyusui Dengan Status Gizi

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Lama Menyusui *
220 100.0% 0 .0% 220 100.0%
Status Gizi Anak

Lama Menyusui * Status Gizi Anak Crosstabulation


Status Gizi Anak
Gizi Lebih Gizi Baik Gizi Kurang Gizi Buruk Total
Lama Menyusui Kurang Count 13 30 12 2 57
% within Lama Menyusui 22.8% 52.6% 21.1% 3.5% 100.0%
% of Total 5.9% 13.6% 5.5% .9% 25.9%
Baik Count 46 80 32 5 163
% within Lama Menyusui 28.2% 49.1% 19.6% 3.1% 100.0%
% of Total 20.9% 36.4% 14.5% 2.3% 74.1%
Total Count 59 110 44 7 220
% within Lama Menyusui 26.8% 50.0% 20.0% 3.2% 100.0%
% of Total 26.8% 50.0% 20.0% 3.2% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square .637a 3 .888
Likelihood Ratio .651 3 .885
Linear-by-Linear
.420 1 .517
Association
N of Valid Cases 220
a. 1 cells (12.5%) have expected count less than 5.
The minimum expected count is 1.81.
4. Hubungan Pola Asuh Dengan Status Gizi

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pola Asuh *
220 100.0% 0 .0% 220 100.0%
Status Gizi Anak

Pola Asuh * Status Gizi Anak Crosstabulation

Status Gizi Anak


Gizi Lebih Gizi Baik Gizi Kurang Gizi Buruk Total
Pola Asuh Kurang Count 37 61 26 3 127
% within Pola Asuh 29.1% 48.0% 20.5% 2.4% 100.0%
% of Total 16.8% 27.7% 11.8% 1.4% 57.7%
Baik Count 22 49 18 4 93
% within Pola Asuh 23.7% 52.7% 19.4% 4.3% 100.0%
% of Total 10.0% 22.3% 8.2% 1.8% 42.3%
Total Count 59 110 44 7 220
% within Pola Asuh 26.8% 50.0% 20.0% 3.2% 100.0%
% of Total 26.8% 50.0% 20.0% 3.2% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 1.501a 3 .682
Likelihood Ratio 1.498 3 .683
Linear-by-Linear
.609 1 .435
Association
N of Valid Cases 220
a. 2 cells (25.0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 2.96.
5. Hubungan Pola Asuh Dengan Status Gizi
Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pendidikan Ibu *
Status Gizi Anak 220 100.0% 0 .0% 220 100.0%

Pendidikan Ibu * Status Gizi Anak Crosstabulation

Status Gizi Anak


Gizi Lebih Gizi Baik Gizi Kur
Pendidikan Rendah Count 16 24
Ibu % within Pendidikan Ibu 24.2%
% of Total 7.3
Tinggi Count
% within Pendidik
% of To
Total

Chi-Square Tests

Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 14.685a 3 .002
Likelihood Ratio 13.939 3 .003
Linear-by-Linear
6.401 1 .011
Association
N of Valid Cases 220
a. 2 cells (25.0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 2.10.
6. Hubungan Pekerjaan Dengan Status Gizi

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pekerjaan Ibu *
220 100.0% 0 .0% 220 100.0%
Status Gizi Anak

Pekerjaan Ibu * Status Gizi Anak Crosstabulation

Status Gizi Anak


Gizi Lebih Gizi Baik Gizi Kurang Gizi Buruk Total
Pekerjaan Tidak Bekerja Count 33 53 29 7 122
Ibu % within Pekerjaan Ibu 27.0% 43.4% 23.8% 5.7% 100.0%
% of Total 15.0% 24.1% 13.2% 3.2% 55.5%
Bekerja Count 26 57 15 0 98
% within Pekerjaan Ibu 26.5% 58.2% 15.3% .0% 100.0%
% of Total 11.8% 25.9% 6.8% .0% 44.5%
Total Count 59 110 44 7 220
% within Pekerjaan Ibu 26.8% 50.0% 20.0% 3.2% 100.0%
% of Total 26.8% 50.0% 20.0% 3.2% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 9.931a 3 .019
Likelihood Ratio 12.592 3 .006
Linear-by-Linear
3.427 1 .064
Association
N of Valid Cases 220
a. 2 cells (25.0%) have expected count less than 5.
The minimum expected count is 3.12.
1. Hubungan Pendapatan Keluarga Dengan Status Gizi

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pendapatan Keluarga
220 100.0% 0 .0% 220 100.0%
* Status Gizi Anak

Pendapatan Keluarga * Status Gizi Anak Crosstabulation

Status Gizi Anak


Total
Gizi Lebih Gizi Baik Gizi Kurang Gizi Buruk
Pendapatan Kurang Count 32 38 29 6 105
Keluarga % w ithin Pendapatan
30.5% 36.2% 27.6% 5.7% 100.0%
Keluarga
% of Total 14.5% 17.3% 13.2% 2.7% 47.7%
Cukup Count 27 72 15 1 115
% w ithin Pendapatan
23.5% 62.6% 13.0% .9% 100.0%
Keluarga
% of Total 12.3% 32.7% 6.8% .5% 52.3%
Total Count 59 110 44 7 220
% w ithin Pendapatan
26.8% 50.0% 20.0% 3.2% 100.0%
Keluarga
% of Total 26.8% 50.0% 20.0% 3.2% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 18.543a 3 .000
Likelihood Ratio 19.148 3 .000
Linear-by-Linear
2.736 1 .098
Association
N of Valid Cases 220
a. 2 cells (25.0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 3.34.
ASI EKSKLUSIF

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients


Chi-square df Sig.
Step 1 Step 25.074 1 .000
Block 25.074 1 .000
Model 25.074 1 .000

Model Summary
Cox & Snell R Nagelkerke R
Step -2 Log likelihood Square Square
1 215.541a .108 .162
a. Estimation terminated at iteration number 5 because
parameter estimates changed by less than .001.

Classification Tablea
Predicted
Status Gizi Anak
Percentage
Observed Gizi Kurang Gizi Baik Correct
Step 1 Status Gizi Anak Gizi Kurang 0 52 .0
Gizi Baik 0 168 100.0
Overall Percentage 76.4
a. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)


Step 1a Riwayat_ASI 1.665 .353 22.303 1 .000 5.286
Constant -1.260 .506 6.200 1 .013 .284
a. Variable(s) entered on step 1: Riwayat_ASI.

Variables in the Equation

95% C.I.for EXP(B)


Lower Upper
Step 1a Riwayat_ASI 2.649 10.54
9

a. Variable(s) entered on step 1: Riwayat_ASI.


FREKUENSI MENYUSU

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients


Chi-square df Sig.
Step 1 Step 7.804 1 .005
Block 7.804 1 .005
Model 7.804 1 .005

Model Summary
Cox & Snell R Nagelkerke R
Step -2 Log likelihood Square Square
1 232.810a .035 .052
a. Estimation terminated at iteration number 4 because
parameter estimates changed by less than .001.

Classification Tablea
Predicted
Status Gizi Anak
Percentage
Observed Gizi Kurang Gizi Baik Correct
Step 1 Status Gizi Anak Gizi Kurang 0 52 .0
Gizi Baik 0 168 100.0
Overall Percentage 76.4
a. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)


Step 1a Frekuensi_Menyusui .901 .324 7.762 1 .005 2.463
Constant -.245 .517 .224 1 .636 .783
a. Variable(s) entered on step 1: Frekuensi_Menyusui.

Variables in the Equation

95% C.I.for EXP(B)


Lower Upper
Step 1a Frekuensi_Menyusui 1.306 4.64
4

a. Variable(s) entered on step 1: Frekuensi_Menyusui.


LAMA MENYUSU

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients


Chi-square df Sig.
Step 1 Step .036 1 .849
Block .036 1 .849
Model .036 1 .849

Model Summary
Cox & Snell R Nagelkerke R
Step -2 Log likelihood Square Square
1 240.579a .000 .000
a. Estimation terminated at iteration number 4 because
parameter estimates changed by less than .001.

Classification Tablea
Predicted
Status Gizi Anak
Percentage
Observed Gizi Kurang Gizi Baik Correct
Step 1 Status Gizi Anak Gizi Kurang 0 52 .0
Gizi Baik 0 168 100.0
Overall Percentage 76.4
a. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)


Step 1a Lama_Menyusui .069 .359 .036 1 .849 1.071
Constant 1.054 .643 2.687 1 .101 2.868
a. Variable(s) entered on step 1: Lama_Menyusui.

Variables in the Equation


95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a Lama_Menyusui .530 2.165

a. Variable(s) entered on step 1: Lama_Menyusui.


POLA ASUH MAKAN

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients


Chi-square df Sig.
Step 1 Step .100 1 .752
Block .100 1 .752
Model .100 1 .752

Model Summary
Cox & Snell R Nagelkerke R
Step -2 Log likelihood Square Square
1 240.515a .000 .001
a. Estimation terminated at iteration number 4 because
parameter estimates changed by less than .001.

Classification Tablea
Predicted
Status Gizi Anak
Percentage
Observed Gizi Kurang Gizi Baik Correct
Step 1 Status Gizi Anak Gizi Kurang 0 52 .0
Gizi Baik 0 168 100.0
Overall Percentage 76.4
a. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)


Step 1a Pola_Asuh Makan .102 .323 .099 1 .753 1.107
Constant 1.02 .482 4.556 1 .033 2.797
9
a. Variable(s) entered on step 1: Pola_Asuh.

Variables in the Equation


95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a Pola_Asuh .588 2.084
Makan
Variables in the Equation
95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a Pola_Asuh .588 2.084
Makan
a. Variable(s) entered on step 1: Pola_Asuh. Makan
PENDIDIKAN IBU

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients


Chi-square df Sig.
Step 1 Step 20.245 1 .000
Block 20.245 1 .000
Model 20.245 1 .000

Model Summary
Cox & Snell R Nagelkerke R
Step -2 Log likelihood Square Square
1 220.370a .088 .132
a. Estimation terminated at iteration number 4 because
parameter estimates changed by less than .001.

Classification Tablea
Predicted
Status Gizi Anak
Percentage
Observed Gizi Kurang Gizi Baik Correct
Step 1 Status Gizi Anak Gizi Kurang 0 52 .0
Gizi Baik 0 168 100.0
Overall Percentage 76.4
a. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)


Step 1a Pendidikan_Ibu 1.496 .336 19.874 1 .000 4.464
Constant -1.252 .545 5.279 1 .022 .286
a. Variable(s) entered on step 1: Pendidikan_Ibu.

Variables in the Equation


95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a Pendidikan_Ibu 2.313 8.618
a. Variable(s) entered on step 1: Pendidikan_Ibu.
PEKERJAAN IBU

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients


Chi-square df Sig.
Step 1 Step 7.619 1 .006
Block 7.619 1 .006
Model 7.619 1 .006

Model Summary
Cox & Snell R Nagelkerke R
Step -2 Log likelihood Square Square
1 232.996a .034 .051
a. Estimation terminated at iteration number 4 because
parameter estimates changed by less than .001.

Classification Tablea
Predicted
Status Gizi Anak
Percentage
Observed Gizi Kurang Gizi Baik Correct
Step 1 Status Gizi Anak Gizi Kurang 0 52 .0
Gizi Baik 0 168 100.0
Overall Percentage 76.4
a. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)


Step 1a Pekerjaan_Ibu .927 .349 7.069 1 .008 2.527
Constant -.099 .485 .041 1 .839 .906
a. Variable(s) entered on step 1: Pekerjaan_Ibu.

Variables in the Equation

95% C.I.for EXP(B)


Lower Upper
Step 1a Pekerjaan_Ibu 1.276 5.005

a. Variable(s) entered on step 1: Pekerjaan_Ibu.


PENDAPATAN IBU

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.
Step 1 Step 8.589 1 .003
Block 8.589 1 .003
Model 8.589 1 .003

Model Summary
Cox & Snell Nagelkerke R
Step -2 Log likelihood R Square Square
1 232.026a .038 .058
a. Estimation terminated at iteration number 4 because
parameter estimates changed by less than .001.

Classification Tablea
Predicted
Status Gizi Anak
Percentage
Observed Gizi Kurang Gizi Baik Correct
Step 1 Status Gizi Anak Gizi Kurang 0 52 .0
Gizi Baik 0 168 100.0
Overall Percentage 76.4
a. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig.


Step 1a Pendapatan_Keluarga .948 .331 8.218 1 .004
Constant -.212 .490 .187 1 .666
a. Variable(s) entered on step 1: Pendapatan_Keluarga.

Variables in the Equation

95% C.I.for EXP(B)


Exp(B) Lower Upper
Step 1a Pendapatan_Keluarga 2.581 1.35 4.934
Constant .809 0

a. Variable(s) entered on step 1: Pendapatan_Keluarga.


MODEL 1

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients


Chi-square df Sig.
Step 1 Step 47.436 5 .000
Block 47.436 5 .000
Model 47.436 5 .000

Model Summary
Cox & Snell R Nagelkerke R
Step -2 Log likelihood Square Square
1 193.179a .194 .292
a. Estimation terminated at iteration number 5 because
parameter estimates changed by less than .001.

Classification Tablea
Predicted
Status Gizi Anak
Percentage
Observed Gizi Kurang Gizi Baik Correct
Step 1 Status Gizi Anak Gizi Kurang 22 30 42.3
Gizi Baik 11 157 93.5
Overall Percentage 81.4
a. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig.


Step 1a Riwayat_ASI 1.614 .438 13.586 1 .000
Frekuensi_Menyusui .068 .420 .026 1 .872
Pendidikan_Ibu 1.400 .388 13.033 1 .000
Pekerjaan_Ibu .080 .417 .037 1 .847
Pendapatan_Keluarga .767 .377 4.129 1 .042
Constant -4.777 1.060 20.328 1 .000
a. Variable(s) entered on step 1: Riwayat_ASI, Frekuensi_Menyusui, Pendidikan_Ibu,
Pekerjaan_Ibu, Pendapatan_Keluarga.

Variables in the Equation


95% C.I.for EXP(B)
Exp(B) Lower Upper
Step 1a Riwayat_ASI 5.024 2.129 11.852
Frekuensi_Menyusui 1.070 .469 2.439
Pendidikan_Ibu 4.057 1.897 8.678
Pekerjaan_Ibu 1.084 .478 2.455
Pendapatan_Keluarga 2.152 1.028 4.509
Constant .008
a. Variable(s) entered on step 1: Riwayat_ASI, Frekuensi_Menyusui,
Pendidikan_Ibu, Pekerjaan_Ibu, Pendapatan_Keluarga.
MODEL 2

Block 1: Method = Enter


Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 47.410 4 .000
Block 47.410 4 .000
Model 47.410 4 .000

Model Summary
Cox & Snell R Nagelkerke R
Step -2 Log likelihood Square Square
1 193.205a .194 .292
a. Estimation terminated at iteration number 5 because
parameter estimates changed by less than .001.

Classification Tablea
Predicted
Status Gizi Anak
Percentage
Observed Gizi Kurang Gizi Baik Correct
Step 1 Status Gizi Anak Gizi Kurang 21 31 40.4
Gizi Baik 10 158 94.0
Overall Percentage 81.4
a. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig.


Step 1a Riwayat_ASI 1.649 .380 18.878 1 .000
Pendidikan_Ibu 1.395 .386 13.034 1 .000
Pekerjaan_Ibu .085 .416 .041 1 .839
Pendapatan_Keluarga .765 .377 4.117 1 .042
Constant -4.720 .995 22.479 1 .000
Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig.


Step 1a Riwayat_ASI 1.649 .380 18.878 1 .000
Pendidikan_Ibu 1.395 .386 13.034 1 .000
Pekerjaan_Ibu .085 .416 .041 1 .839
Pendapatan_Keluarga .765 .377 4.117 1 .042
Constant -4.720 .995 22.479 1 .000
a. Variable(s) entered on step 1: Riwayat_ASI, Pendidikan_Ibu, Pekerjaan_Ibu,
Pendapatan_Keluarga.

Variables in the Equation


95% C.I.for EXP(B)
Exp(B) Lower Upper
Step 1a Riwayat_ASI 5.204 2.473 10.951
Pendidikan_Ibu 4.036 1.892 8.609
Pekerjaan_Ibu 1.088 .481 2.462
Pendapatan_Keluarga 2.150 1.026 4.503
Constant .009
a. Variable(s) entered on step 1: Riwayat_ASI, Pendidikan_Ibu,
Pekerjaan_Ibu, Pendapatan_Keluarga.

MODEL 3

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients


Chi-square df Sig.
Step 1 Step 47.369 3 .000
Block 47.369 3 .000
Model 47.369 3 .000

Model Summary
Cox & Snell R Nagelkerke R
Step -2 Log likelihood Square Square
1 193.246a .194 .291
a. Estimation terminated at iteration number 5 because
parameter estimates changed by less than .001.
Classification Tablea
Predicted
Status Gizi Anak
Percentage
Observed Gizi Kurang Gizi Baik Correct
Step 1 Status Gizi Anak Gizi Kurang 22 30 42.3
Gizi Baik 12 156 92.9
Overall Percentage 80.9
a. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig.


Step 1a Riwayat_ASI 1.661 .376 19.521 1 .000
Pendidikan_Ibu 1.422 .364 15.261 1 .000
Pendapatan_Keluarga .784 .366 4.577 1 .032
Constant -4.689 .984 22.699 1 .000
a. Variable(s) entered on step 1: Riwayat_ASI, Pendidikan_Ibu, Pendapatan_Keluarga.

Variables in the Equation

95% C.I.for EXP(B)


Exp(B) Lower Upper
Step 1a Riwayat_ASI 5.263 2.519 10.994
Pendidikan_Ibu 4.146 2.031 8.463
Pendapatan_Keluarga 2.190 1.068 4.491
Constant .009
a. Variable(s) entered on step 1: Riwayat_ASI, Pendidikan_Ibu,
Pendapatan_Keluarga.
DOKUMENTASI PENELITIAN

Anda mungkin juga menyukai