Anda di halaman 1dari 35

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan Ibu dan anak merupakan salah satu target dalam Millenium
Development Goals (MDGs) pada tujuan 4 dan 5 yang telah berakhir sampai
tahun 2015, kemudian dikembangkan menjadi Sustainable Development
Goals (SDGs) dengan target pencapaian sampai tahun 2030, tepatnya pada
tujuan 3 dari 17 tujuan SDG’s yaitu kesehatan yang baik; menjamin
kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang di
segala usia (Kemenkes, 2015).
Tujuan ke-4 MDGs (Millenium Development Goals), yaitu menurunkan
angka kematian anak (UNICEF, 2012). Target MDGs ialah menurunkan
AKABA sebesar dua pertiga antara 1990 dan 2015, dari 90 kematian per
1.000 kelahiran di tahun 1990 menjadi 23 kematian per 1.000 kelahiran di
tahun 2015 (Bappenas, 2012). Di Indonesia berbagai upaya telah dilakukan
untuk menurunkan angka kematian bayi dan balita seperti yang tercantum
MDGs. AKABA menunjukkan penurunan dari 97 kematian per 1.000 pada
periode 1987-1991 kelahiran hidup menjadi 40 kematian per 1.000 kelahiran
untuk 2008-2012 (BPS, 2013). Namun penurunan angka kematian bayi baru
lahir beberapa tahun terakhir cenderung stagnan. Jika hal ini terus berlanjut,
maka target MDGs keempat pada tahun 2015 kemungkinan tidak dapat
tercapai, walaupun tahun-tahun sebelumnya di Indonesia sudah berada pada
arah yang tepat (UNICEF, 2012). AKABA di Indonesia masih tergolong
tinggi jika dibandingkan negara-negara anggota Association of South East
Asia Nations (ASEAN) lainnya.
Kondisi anak yang sehat merupakan salah satu tujuan dari SDGs adapun
tujuan SDGs ke-3 yaitu pada 2030 mengakhiri kematian bayi dan balita yang
dapat dicegah. Targetnya adalah menurunkan angka kematian neonatal

1
2

setidaknya hinga 12 per 1.000 kelahiran hidup dan angka kematian balita 25
per 1.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2015).
Angka Kematian Balita (AKABA) digunakan untuk menilai derajat kesehatan
masyarakat di suatu negara karena berhubungan erat dengan berbagai faktor
seperti kualitas dan akses pelayanan kesehatan, kesehatan ibu dan kondisi
sosial ekonomi (Kementerian Kesehatan, 2013, MacDorman et al., 2008,
Jahan, 2008). Selain itu, AKABA juga digunakan untuk memantau dan
mengevaluasi program serta kebijakan kependudukan dan kesehatan (BPS,
2013).
Berdasarkan Profil Data Kesehatan Indonesia tahun 2012 AKABA di
Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan Malaysia yaitu: 6,5 per 1000
kelahiran hidup, Filipina sebesar 25,4 per1000 kelahiran hidup, dan Thailand
12,3 per 1000 kelahiran hidup (Kementerian Kesehatan, 2013).
Berdasarkan data Dinas Kesehtan Kota Pekanbaru tahun 2017 terdapat
target Standar pelayanan minimal pada program pelayanan kesehatan balita
terdapat bahwa capaian target hanya 67,12% yang mana target nasional 100%.
(Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, 2017).

B. Tujuan Residensi
Tujuan dari Residensi ini adalah untuk mengetahui manajemen Balita
muda dan Balita Sakit (MTBM Dan MTBS) Tahun 2018.

C. Manfaat Residensi
1. Bagi Mahasiswa
a. Dengan adanya Residensi ini mahasiswa mampu menerapkan teori
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang telah diperoleh
selama menjalani perkuliahan.
b. Mendapatkan pengalaman nyata dengan terlibat secara langsung di
lapangan.
3

c. Mendapatkan ide untuk bisa dijadikan sebagai topik dalam penulisan


tesis.

2. Bagi Dinas kesehatan Kota


a. Sebagai masukan, informasi, dan bahan pertimbangan bagi Dinas
Kesehatan Kota Pekanbaru dalam melaksanakan Program untuk
menurunkan AKABA. Terutama dalam melakukan pencapaian
penurunan Angka Kematian Balita (AKABA) di wilayah kerja Dinas
Kesehatan Kota Pekanbaru.
b. Mendapat informasi tentang Program Studi Kesehatan Masyarakat
STIKes Hang Tuah Pekanbaru, sehingga terbuka peluang kerjasama
lebih lanjut dalam bidang penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat.

3. Bagi Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat STIKes Hang


Tuah Pekanbaru
a. Dapat dijadikan acuan untuk melakukan evaluasi pemberian materi
kuliah dan pembekalan kepada mahasiswa, sehingga mempunyai
informasi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
b. Dapat dijadikan sebagai sumber data dan informasi yang lengkap di
tempat residensi dilaksanakan.
c. Terjalinnya hubungan kerjasaam yang saling menguntungkan bagi
Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat dengan instansi
tempat residensi.
d. Mempunyai bahan kajian dan studi kasus yang dapat disajikan
kepada angkatan selanjutnya.
4

BAB II
METODE KEGIATAN

A. Tahap Perencanaan Residensi


1. Pembekalan Residensi
Pembekalan residensi dilakukan sebanyak dua kali. Pembekalan pertama
dilaksanakan pada tanggal 01 November 2018 dan pembekalan kedua
dilaksanakan pada tanggal 30 November 2018.
2. Proses Administrasi
Proses administrasi dilaksanakan oleh Prodi Magister Ilmu Kesehatan
Masyarakat STIKes Hang Tuah Pekanbaru.

B. Tahap Pelaksanaan Residensi


Kegiatan Residensi Mahasiswa Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat
STIKes Hangtuah Pekanbaru dilaksanakan pada hari Senin Tanggal 10
Desember 2018 sampai dengan hari Jumat Tanggal 04 Januari 2018 bertempat
di Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru.

Pada hari pertama pelaksanaan residensi mahasiswa mengikuti acara serah


terima dari pihak kampus pada tempat residen. Mahasiswa mendapat
pengarahan dari Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru mengenai ruangan
residen sesuai dengan peminatan. Selanjutnya mahasiswa diantar ke ruangan
masing-masing. Mahasiswa melapor kepada Kepala Bidang Kesehatan
Masyarakat dan diberikan penjelasan tentang struktur organisasi serta tupoksi
pegawai bidang Kesehatan Masyarakat untuk memudahkan mahasiswa
mendapatkan informasi terkait laporan residensi. Setelah itu mahasiswa
menyampaikan prosedur dan kegiatan yang akan dilakukan guna memperoleh
akurasi informasi data yang dibutuhkan.

4
5

Selanjutnya mahasiswa melakukan observasi (melihat langsung program


kegiatan yang dilakukan), wawancara mendalam kepada beberapa orang staf
bagian Kesehatan Masyarakat untuk memperoleh data tentang masalah
Kesehatan Reproduksi, serta penelusuran dokumen pendukung.

Setelah mahasiswa mendapatkan informasi terkait permasalahan–


permasalahan Kesehatan Reproduksi, mahasiswa menentukan prioritas
masalah yang akan diambil, dan membuat alternatif pemecahan masalah
terkait dengan kebijakan dan program, serta membuat laporan kegiatan.
Laporan kegiatan ini nantinya diharapkan dapat mencapai target sesuai
dengan tujuan residensi. Laporan kegiatan yang sudah selesai dibuat
selanjutnya akan diseminarkan, dan dipublikasikan dalam jurnal nasional
maupun internasional (Prosiding).

C. Tahap Akhir Residensi


Tahap akhir residensi dilakukan dengan penulisan laporan Residensi
dilakukan secara bertahap dimulai dari Bab 1 sampai dengan Bab 8 dengan
melakukan bimbingan dengan pembimbing lapangan, wawancara, observasi,
pengamatan lapangan dan penelusuran dokumen terkait dilakukan beberapa
kali ke staff bagian Kesehatan Masyarakat (Kesmas).
Penulisan laporan residensi mengacu kepada buku panduan yang telah
diberikan oleh bagian Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat
STIKes Hang Tuah Pekanbaru TA 2018/2019, laporan residensi siap untuk
dipresentasikan setelah mendapatkan persetujuan dari pembimbing lapangan
dan pembimbing akademik. Kegiatan terakhir yaitu seminar residensi yang
dilakukan pada tanggal 04 Januari 2018 di kampus STIKes Hang Tuah
Pekanbaru.
6

BAB III
GAMBARAN UMUM

A. Profil Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru

Profil Kesehatan Kota Pekanbaru Tahun 2017 adalah gambaran situasi


kesehatan di Kota Pekanbaru, maksud diterbitkannya profil ini adalah untuk
menampilkan berbagai data tentang kesehatan dan data pendukung lain yang
dideskripsikan dengan analisis dan ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik.
Sedangkan tujuan yang ingin dicapai adalah tersampaikannya informasi
kesehatan yang merupakan pencapaian Pembangunan Kesehatan Tahun 2017.
Profil Kesehatan merupakan gambaran kondisi kesehatan masyarakat
Kota Pekanbaru yang tercermin dari indikator-indikator pembangungan
kesehatan. Indikator-indikator ini dipakai sebagai alat untuk mengukur hasil
pembangunan sektor kesehatan agar memiliki gangguan kesehatan, baik yang
disebabkan karena penyakit maupun lingkungan dan perilaku yang mendukung
untuk hidup sehat.
Profil Kesehatan Kota Pekanbaru Tahun 2017 juga menggambarkan
kinerja institusi kesehatan maupun koordinasi kerjasama antar sector terkait
yang mempunyai peran penting dalam pencapaian Visi Kota Pekanbaru.
Profil Kesehatan Kota Pekanbaru ini dapat dipergunakan dan
dimanfaatkan secara optimal oleh segenap pengguna data dan informasi
kesehatan sebagai bahan perencanaan, pelaksanaan dan sebagai alat melakukan
evaluasi program-program kesehatan.

6
7

B. Visi dan Misi


1. Visi
Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru sebagai salah satuan kerja perangkat
daerah (SKPD) di Pemerintah Kota Pekanbaru mempunyai tugas untuk
membantu kepala daerah dalam penyelenggaraan pemerintah daerah di
bidang kesehatan mempunyai visi yaitu “Masyarakat Sehat, Mandiri dan
Berkeadilan di Kota Pekanbaru”.
2. Misi
a. Untuk mewujudkan misi tersebut maka Dinas Kesehatan Kota
Pekanbaru melaksanakan misi sebagai berikut:
b. Memantapkan manajemen kesehatan yang dinamis dan akuntabel.
c. Meningkatkan derjat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan
masyarakat dan swasta.
d. Melindungi kesehatan masyarakat dengan tersedianya upaya kesehatan
yang paripurna, merata dan berkeadilan
e. Meningkatkan ketersediaan dan pemerataan sumberdaya tenaga
kesehatan.

C. Kedudukan, Tugas, dan Fungsi


Berdasarkan Peraturan Walikota Pekanbaru tahun 2019 tentang
kedudukan, susunan organisasi, tugas dan fungsinya. Maka bidang Kesehatan
Masyarakat dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dipimpin oleh Kepala
Bidang dibantu oleh kepala seksi, yaitu seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi,
Seksi Promosi Kesehatan keluarga dan Gizi, Seksi Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat, Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan
Olahraga.
Bidang Kesehatan Masyarakat mempunyai tugas membantu sebagian
tugas Kepala Dinas dalam melaksanakan sub urusan Kesehatan Masyarakat
menyelenggarakan fungsi:
8

a. Perumusan kebijakan di seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan


Msyarakat, Kesehatan Keluarga dan Gizi, Keshatan Lingkunga, Keshatan
Kerja dan Olahraga.
b. Pelaksanaan kebijakan di seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat, Kesehatan Keluarga dan Gizi, Keshatan Lingkunga, Keshatan
Kerja dan Olahraga.
c. Penyusunan standar, Prosedur, dan Kriteria di seksi Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat, Kesehatan Keluarga dan Gizi, Keshatan
Lingkunga, Keshatan Kerja dan Olahraga.
d. Pemberian bimbingan teknis di seksi Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat, Kesehatan Keluarga dan Gizi, Keshatan
Lingkunga, Keshatan Kerja dan Olahraga.
e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di seksi Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat, Kesehatan Keluarga dan Gizi, Keshatan
Lingkunga, Keshatan Kerja dan Olahraga.
f. Pelaksanaan administrasi di seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat, Kesehatan Keluarga dan Gizi, Keshatan Lingkunga, Keshatan
Kerja dan Olahraga.
g. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai dengan
tugas dan fungsinya.

D. Jenis/Program Pelayanan Kesehatan


1. Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi
Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi membantu Kepala Bidang
Kesehatan masyarakat dalam melaksanakan sub urusan Kesehatan
Keluarga dan Gizi menyelenggarakan fungsi:
a. Pembuatan rencana program kerja Kesehatan Keluarga (KIA, KB,
Kesehatan Reproduksi) dan Gizi berdasarkan peraturan perundang-
undangan dan target kinerja.
9

b. Penyiapan bahan-bahan yang diperlukan dalam penyusunan kebijakan,


program dan prosedur kerja, pencatatn hasil kerja, petunjuk tekhnis dan
laporan hasil kegiatan.
c. Penyiapan bahan dan penyusunan rencana program peningkatan
Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat.
d. Penyiapan bahan dan melakukan pembinaan, pengawasan, dan
pengendalian dalam upaya peningkatan Kesehatan Keluarga dan Gizi
Masyarakat.
e. Pelaksaan koordinasi dengan institusi terkait dalam rangka pembinaan
dan pengwasn terhadap program peningkatan Kesehatan Keluarga dan
Gizi Masyarakat.
f. Pelaksanaan, persiapan, pengumpulan bahan yang akan dievaluasi
program peningkatan Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat.
g. Pelaksanaan program pencegahan dan penanggulangan Balita KEP dan
Bumil KEK, kurang vitamin A (KVA), anemia Gizi besi, Gangguan
Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) dan gizi lebih.
h. Pengumpulan bahan dan membuat laporan hasil kegiatan pencegahan
dan penamnggulangan Balita KEP dan Bumil KEK, kurang vitamin A
(KVA), anemia gizi besi, Gangguan Akibat Kekurangan Yodium
(GAKY), dan gizi lebih.
i. Pelaksanaan penyiapan bahan dan penyusunan rencana program
peningkatan upaya Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat. meliput
usaha perbaikan gizi keluarga, system kewaspadaan pangan dan gizi,
usaha perbaikan gizi institusi, penanggulangan rawan pangan, gizi
Keluarga dan Masyarakat.
j. Pengajuan srana-sarana diversifikasi makana bergizi.
k. Pelaksanaan fasilitasi dan penyelenggaraan kegiatan pusat pemulihan
gizi.
l. Pelaksanaa program penurunan AKI, AKB, dan AKABA.
m. Pelasanaan pelaporan program PWS KIA KB.
10

n. Penyiapan bahan dan penyusuanan rencana program KIA dan KB


meliputi kunjungan ibu hamil, inu bersalin, nifas, neonatal, bayi dan
anak balita.
o. Pengumpulan bahan dan mengkaji AMP pada ibu dan anak.
p. Perencanaan dan pelaksanaan pelatiahan kesehatan reproduksi remaja.
q. Perencanaan dan pelaksanaan upaya kesehatan reproduksi anak
prasekolah, anak dan remaja.
r. Pelaksanaan pencatatan dan pelaporan hasil program kesehatan
reproduksi anak pra sekolah, anak dan remaja.
s. Pelaksanaan sosialisasi program kesehatan reproduksi anak pra sekolah,
anak dan remaja.
t. Pembuatan laporan evaluasi kinerja tahunan seksi kesehatan keluarga
dan gizi masyarakat.
u. Pelaksanaan tugs-tuga lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
2. Seksi Promosi Kesehatan dan pemberdayaan Pasyarakat
Seksi promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat membantu
kepala bidang kesehatan masyarakat dalam melaksanakan sub urusan
promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat menyelenggarakan
fungsi:
a. Pembuatan rencana program kerja promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat berdasarkan peraturan perundang-undangan
dan target kinerja.
b. Pelaksanaan advokasi, bina suasana, gerakan dan pemberdayaan dan
kemitraan kepada lintas sector dan stakeholder dalam upaya promosi
kesehatan dam pemberdayaan masyarakat.
c. Perumusan dan fasilitasi kebijakan public berwawasan kesehatan.
d. Pelaksanaan advokasi untuk peningkatan persentase kelurahan yang
memanfaatkan dananya untuk UKBM.
11

e. Pelaksanaan UKBM yang berorientasi pada upaya promotif dan


preventif.
f. Pelaksanaan kemitraan dengan dunia pendidikan dan dunia usaha yang
memanfaatkan CSR nya dalam upaya peningkatan program kesehatan.
g. Pelaksanaan pengembangan media promkes dan mengintegrasikan
kedalam program kesehatan lainnya.
h. Pelaksanaan penyebarluasan informasi kesehatan
i. Pelaksanaan pembinaan pada puskesmas untuk pelaksanaan promosi
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat.
i. Pengumpulan, pengolahan dan penganalisaan laporan kegiatan dan
pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan.
k. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi kegiatan seksi promosi kesehatan
dan pemberdayaan masyarakat.
l. Pelaksanaan tugas-tugas lainyang diberikan oleh pimpinan sesuai denga
tugas dan fungsinya.
3. Seksi kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga
Seksi kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga
membantu kepala bidang kesehata masyarakat dalam melaksanakan sub
urusn kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olah raga
menyelenggarakan fungsi:
a. Pembuatan rencana program kerja kesehatan lingkungan, kesehatan
kerja dan olahraga berdasarkan peraturan perundang-undangan dan
target kinerja.
b. Pelaksanaan program peningkatan kesehatan lingkungan dan hygiene
sanitasi tempat-tempat umum, tempt pengolahan makanan,
penyehatan lingkunag pemukiman dan pengawasan kualitas air,
keseharan kerja, dan olahraga.
c. Pembuatan laporan hasil kegiatan-kegiatan umum, tempat
pengelolaan makanan, penyehatan lingkungan pemukiman dan
pengawasan kualitas air, kesehatan kerja dan olahraga.
12

d. Peneerbiatan rekomendasi kesehatan dan laik hygiene sanitasi tempat


usaha bagi usaha tempat-tempat umum, tempat pengelolaan
makanan, penyehatan lingkungan pemukiman dan pengawasan
kualitas air, pengendalian vector dan mobil tinaj.
e. Pengawasan dan pembinaan terhadap kesehatan terhadap kesehatan
lingkungan dan hygiene sanitasi dari tempat-tempat umum, tempat
pengelolaan makanan, penyehatan lingkungan pemukiman dan
pengawasan kualitas air, pengelolaan pestisida, pembuangan air
limbah dan tempat pembuangan akhir sampah.
f. Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat masyarakat melalui program
sanitasi total berbasis masyarakat.
g. Pelaksanaan program penyelenggaraan kota sehat.
h. Pelaksanaan strategi adaptasi dampak akibat perubahan iklim.
i. Penyiapan dan perumusan kegiatan di seksi kesehatan ligkungan,
kesehatan kerja dan olahraga.
j. Penyiapan dan pelaksanaan kegiatan di seksi kesehatan ligkungan,
kesehatan kerja dan olahraga.
k. Pelaksanaan kegiatan penguatan fasilitas pelayanan kesehatan primer
di tempat kerja.
l. Pelaksanaan penggalangan gerakan pekerja perempuan sehat
produktif.
m. Pelaksanaan pembinaan kesehatan dan keselamatan kerja di tempat
kerja.
n. Pelaksanaan kegiatan untuk peningkatan kesehatan kerja pada
kelompok rentan (nelayan, TKI)
o. Pelaksanaan pembinaan kesehatan olahraga di masyarakat.
p. Pengumpulan,pengolahan, dan penganalisaan laporan kegiatan
kesehatan lingkungan, kesehatan kerja, dan olahraga berdasarkan
peraturan undang-undang dan target kinerja.
13

q. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi kegiatan seksi kesehatan


lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga berdasarkan peraturan
perundang-undangan dan target kinerja.
r. Pembuatan laporan evaluasi kinerja seksi kesehatan lingkungan,
kesehatan kerja dan olahraga berdasarkan peraturan perundang-
undangan dan target kinerja
s. Pelaksaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai
dengan tugas dan fungsinya.

E. Struktur Organisasi dan Ketenagaan


Jumlah tenaga kerja yang ada di Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru sebanyak
100 orang terdiri:
Tabel 3.1
Jumlah Tenaga Kerja Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru Tahun 2017

No Tenaga kerja Jumlah


1 S2 kesehatan 11
2 Dokter umum 8
3 Dokter gigi 2
4 Sarjana kesehatan masyarakat 24
5 Kesehatan lingkungan 2
6 Perawat 15
7 Bidan 10
8 Analis 2
9 Perawat gigi 4
10 Farmasi 7
11 Fisika medic 1
12 Rekam medis 2
13 Tenaga non kesehatan 12

F. Sarana dan Prasarana


1. Sarana Pelayaanan Kesehatan
Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat sangat ditentukan oleh
tersedianya sarana pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas
perawatan dan perawataan serta puskesmas pembantu. Sarana pelayanan
kesehatan di kota pekanbaru dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
14

Tabel 3.2
Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan di Kota pekanbaru
Tahun 2017
Sarana Kesehatan
No Kecamatan RS PKM perawatan PKM Non Pustu
Perawatan
Sukajadi
1. 4 0 2 1
Senapelan
2. 2 0 1 2
Rumbai
3. pesisir 1 1 1 5
Rumbai
4. 0 1 2 2
Limapuluh
5. 1 0 1 4
Pekanbaru
6. Kota 3 0 1 1
Sail
7. 3 0 1 2
Marpoyan
8. Damai 10 1 1 4
Bukit
9. Raya 1 0 1 3
Tenayan
10. Raya 0 1 1 6
Tampan
11. 3 1 2 3
Payung
12 Sekaki 0 0 1 2
Jumlah 28 5 15 35

Pada Tahun 2017 Kota Pekanbaru telah memiliki tambahan 1


Puskesmas yang ada di Wilayah Puskesmas Harapan Raya yaitu Puskesmas
Sapta Taruna, Namun Puskesmas tersebut masih dalam proses Registrasi di
Kementerian. Dan Kegiatan di Puskesmas Sapta Taruna Baru berjalan ditahun
2018.
Tabel 3.3
Nama dan Alamat Puskesmas di Kota Pekanbaru
Tahun 2017

No Nama Puskesmas Kecamatan Alamat


1. Pusk. Langsat Sukajadi Jl. Langsat No.
2. Pusk. Melur Sukajadi Jl. Melur
3. Pusk. Payung Paying Jl. Fajar No.21
4. sekaki Sekaki Jl. Sumber Sari No.
5. Pusk. Lima puluh Lima 118
6. Pusk. Pekanbaru puluh Jl. Tamtama np. 121
7. kota Pekanbaru Jl. Jati no. 4
8. Pusk. Senapelan kota Jl. Sekolah no. 52
9. Pusk. Rumbai Senapelan Jl. Gabus raya no. 03
10. Pusk. Karya Rumbai Jl. Purnama sari no.1
11. Wanita(RI) pesisir Jl. Lintas pekanbaru-
12. Pusk. Umban Sari Rumbai Duri
13. Pusk. Muara Fajar pesisir Jl. Kaharudin Nasution
14. Pusk. Simpang Rumbai np.46
15. Tiga(RI) Rumbai Jl. Harapan no. 40
16. Pusk. Harapan Marpoyan Jl. Hangtuah
17. Raya(RI) damai komp.indah sari
15

18. Pusk. Rejosari Bukit raya Jl. Hang jebat no. 15


19. Pusk. Sail Tenayan Jl. Budi luhur
20. Pusk. Tenayan raya Pekanbaru
Raya(RI) Sail Jl. Garuda no.12
Pusk. Garuda Tenayan Jl. Delima panam
Pusk. Sidomulyo raya Jl. HR. Subrantas
(RI) Marpoyan Panam
Pusk. Sidomulyo damai Jl. Kamboja Panam
Pusk. Simpang Tampan Jl. Sri Palas
Baru Tampan
Pusk. Rumbai Tampan
Bukit Rumbai

Tabel 3.4
Nama dan Alamat Puskesmas Pembantu di Kota Pekanbaru
Tahun 2017

N0. Kecamatan Nama Puskesmas


Puskesmas Pembantu
1. Rumbai Rumbai bukit Palas
Umban sari Sri meranti
2. Rumbai RI muara
pesisir fajar Meranti
Rumbai pandak
RI karya Limbungan
wanita Lembah
damai
3. Okura
Senapelan Geringging
4. Senapelan Kampong
Sukajadi dalam
5. Melur Padang bulan
6. Pekanbaru Langsat Kampung
kota Pekanbaru melayu
7. Sail kota
Sail Suka ramai
Lima Suka maju
puluh Luma puluh Cinta raja
8. Tanjung
RHU
Pesisir
Tenayan Rejosari Rintis
raya RI Tenayan Sekip
Raya Rejosari
9. Sail
16

Melebung
Ikhlas
Alam raya
10. Marpoyan Garuda Kulim
damai RI Simpang Belimbing
Tiga Gurita
11. Beringin
indah
12. Bukit raya Harapan raya Camar indah
1. Jalan raya
Cemara
Paying Payung Tenteram
sekaki sekaki Labuh baru
barat
Tampan Simpang baru Tampan
Sidomulyo Sidomulyo
RJ Barat
Sidomulyo RI

b. Pembiayaan
Sumber anggaran pembiayaan untuk program Anak dan Balita bulan
berasal dari anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APDB) Provinsi Riau,
dan Anggaran pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) kota Pekanbaru.
Maka Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru melakukan sosialisasi dengan
menghimbau puskesmas-puskesmas yang berada di wilayah dinas kesehatan kota
pekanbaru untuk melakukan program MTBS.
17

BAB IV

ANALISIS SITUASI UNIT KERJA

A. Gambaran Program / Kegiatan seksi


Dalam merencanakan suatu program kesehatan reproduksi pihak Dinas
Kesehatan bersama penanggung jawab program akan melaksanakan pertemuan
pegawai, perencanaan ini dilakukan untuk membahas program yang telah
ditetapkan. Adapun kegiatan program kesehatan reproduksi yang ada di Dinas
Kesehatan kota Pekanbaru :
A. Kesehatan Ibu dan Anak
Cakupan kunjungan ibu hamil P4k ( program perencanaan persalinan
dan pencegahan komplikasi ) adalah cakupan ibu hamil yang telah
memperoleh pelayanan antenatal sesuai standar paling sedikit 4 kali di suatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Standar pelayanan minimal 1 kali
pada triwulan pertama, minimal 1 kali pada triwulan kedua, minimal 2 kali
pada triwulan ketiga. Adapun target pada tahun 2017 sebesar 80%.
18

Cakupan Pemeriksaan Kehamilan Terintegrasi (ANC Ter integrasi) oleh


tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan adalah ibu hamil yang
mendapat pertolongan oleh tenaga yang memiliki kompetensi kebidanan di
satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Adapun target pada tahun 2017
yaitu 98,23%.
Cakupan pelayanan nifas adalah pelayanan kepada ibu dan neonatal
pada masa 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan sesuai standar. Standar
pelayanan KN 1 pada masa 6 jam – 3 hari setelah persalinan, KN 2 pada masa
8 – 14 hari setelah persalinan, KN 3 pada masa 36 – 42 hari setelah
persalinan. Adapun target pada tahun 2017 yaitu 70%.
Cakupan pelayanan pada kelas ibu hamil oleh tenaga kesehatan yang
memiliki kopetensi adalah semua ibu hamil yang mendapatkan arahan kelas
ibu hamil di suatu wilayah kerja dinas kesehatan kota pekanbaru adapun target
pada tahun 2017 yaitu 98,48%
17
Cakupan pelayanan pada Program MTBS oleh tenaga kesehatan yang
memiliki kopetensi adalah semua Bayi dan Balita yang mendapatkan arahan
pada saat penyuluhan di suatu wilayah kerja dinas kesehatan kota pekanbaru
adapun target pada tahun 2017 yaitu 64,1%
Cakupan pelayanan pada program SDIDTK oleh tenaga kesehatan yang
memiliki kopetensi adalah semua bayi dan balita yang mendapatkan arahan
pada saat penyuluhan di suatu wilayah kerja dinas kesehatan kota pekanbaru
adapun target pada tahun 2017 yaitu pada usia ( 0 – 3 tahun 82%) (3 – 4 tahun
85% ) (4 -6 tahun 79,9% )
B. Kesehatan Balita
Cakupan Manajemen Terpadu Balita Muda Dan Balita Sakit (Mtbm dan
Mtbm), yaitu suatu program yang bersifat menyeluruh dalam menangani
balita muda dan balita sakit yang datang kepelayanan kesehatan dasar.
Adapun target pada tahun 2017 yaitu 67,12%.
Cakupan Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang
(SDIDTK) adalah pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan
19

berkualitas melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini


penyimpangan tumbuh kembang pada masa 5 tahun pertama kehidupan.
Adapun target tahun 2017 yaitu 82.3 %.

b. Gambaran Program / Kegiatan Pilihan Permasalahan dalam Pelaksanaan


Program Pelayanan Anak Balita
Dalam pelaksanaan program pelayanan kesehatan balita masih ditemukan
adanya permasalahan baik pada saat pelaksanaan kegiatan maupun pada tahap
evaluasi program. Adapun permasalahan yang masih ditemui selama pelaksanaan
program pelayanan kesehatan balita tahun 2017 yaitu masih rendahnya cakupan
program MTBM dan MTBS sehingga perlu adanya monitoring terhadap
kebijakan maupun program dari Dinas Kesehatan Kota untuk menangani maslah
tersebut.
Dari permasalahan ini masih rendahnya angka cakupan MTBM dan MTBS yang
masih di bawah target, dimana target nasional adalah 100% sedangkan target
yang dicapai oleh provinsi Riau yaitu hanya 67,12% % artinya belum mencapai
target renstra. Program program MTBM dan MTBS masih mengalami hambatan
karena masih kurangnya sosialisasi, penyuluhan dan kesadaran Masyarakat
tentang memahami Manajemen Terpadu Balita Muda dan Balita Sakit (MTBM
dan MTBS). Program kesehatan anak yang ada di Dinas Kesehatan Kota
Pekanbaru yang menjalankan MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit) yaitu :
Analisis rendahnya cakupan pelayanan Manajemen Terpadu Balita Muda
dan Balita Sakit (MTBM dan MTBS) di Pekanbaru terlihat belum tercapai. Oleh
karena masih redahnya cakupan maka penyuluhan dan sosialisasi penyampaian
informasi tentang MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit) terutama pada
kelompok ibu yang mempunyai balita di wilayah kerja dinas kesehatan kota
pekanbaru.
20

BAB V
IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH

5.1 Identifikasi Masalah


Berdasarkan dari alur proses kegiatan yang dilakukan melalui proses
wawancara maka didapatkanlah beberapa identifikasi masalah terhadap
program kesehatan Anak, maka didapatkan identifikasi masalah sebagai
berikut:
Tabel 5.1
Identifikasi Masalah
N Upaya Masalah
O

1 Belum Penyuluhan dan sosialisasi


optimalnya mtbm dan mtbs masih kurang
Penyuluhan dalam masyarakat.
Mtbm Dan Mtbs

2 Petugas program Petugas program mtbm dan


Mtbm dan Mtbs mtbs yang belum merata
disetiap puskesmas dan ada
petugas merangkap tugas lain

3 Pencatatan dan Pencatatan dan pelaporan yang


21

pelaporan belum baik

5.2 Prioritas Masalah


Untuk menetapkan prioritas masalah digunakan metode USG. Cara semi
kualitatif ini adalah dengan memperhatikan urgensinya, keseriusannya dan
adanya kemungkinan berkembangnya (meluasnya) masalah yang sering di
singkat dengan metode USG yaitu:
1. Urgensi (Urgensi)
Di lihat tersedianya waktu, mendesak atau tidaknya masalah tersebut
untuk di selesaikan.
2. Keseriusan (Seriousness)
Melihat dampak masalah tersebut terhadap produktifitas kerja,
pengaruhnya terhadap keberhasilan, membahayakan sistem yang ada
atau tidak dan sebagainya.

20
3. Berkembangya Masalah (Growth)
Apakah masalah berkembang sedemikian rupa sehingga sulit atau tidak
bisa di cegah.
Dari identifikasi masalah dapat di simpulkan empat masalah yaitu
sebagai berikut :

1 Penyuluhan mengenai mtbm dan mtbs masih kurang

2 Petugas program mtbm dan mtbs yang belum merata disetiap


puskesmas

3 Pencatatan dan pelaporan yang belum baik


Tabel 5.2
Matriks Kriteria Penetapan Prioritas Masalah

Maslah U S G T R
o a
t n
22

a g
l ki
n
g

1Belum optimalnya 5 5 4 1 2
Penyuluhan 4
mengenai mtbm
dan mtbs masih
kurang
2Petugas program mtbm 5 5 5 1 1
dan mtbs yang 5
belum merata
disetiap puskesmas

3 Pencatatan 4 5 3 1 3
dan 3
pelaporan
yang
belum
baik

Keterangan: Berdasarkan skala likert 1=5 (5 = sangat besar, 4=besar, 3=


sedang, 2=kecil, 1=sangat kecil)

Berdasarakan tabel 5.2 penetapan prioritas masalah dengan metode USG di


dapatkan prioritas masalah yaitu masih rendahnya jumlah cakupan pencapian
program Pelayanan MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit) oleh karena itu
perlu dibuat usulan untuk pemecahan masalah tersebut.

BAB VI
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

Dalam proses memprioritaskan masalah akan dilakukan dengan


dengan cara pembobotan yang memperhatikan aspek Urgency (U), Seriousness
23

(S), Growth (G). berdasarkan dari hasil yang didapatkan dari pembobotan pada
setiap identifikasi masalah yang dilakukan maka masalah yang menjadi
prioritas dan akan dibuat usulan pemecahan masalahnya adalah :

A. Fish Bone Analysis (Analisis Tulang Ikan)


Sebelum penulis menentukan alternatif pemecahan masalah terlebih
dahulu yang dilakukan adalah membuat fish bone analysis (analisis tulang ikan)
yang dimana pada setiap tulang yang ada akan menggambarkan penyebab dari
timbulnya masalah. Fish Bone Analysis dari prioritas masalah yang didapat bisa
dilihat pada diagram berikut ini:

23
24

METHODE
MAN

Kurangnya pelatihan unutk


Kurangnya penyuluhan
pelayanan kegiatan mtbm dan
terhadap masyarakat tentang
mtbm
Mtbm dan Mtbs

Kurangnya kemampuan petugas, Belum efektifnya waktu Petugas program


dalam pelayanan kegiatan mtbm pelaksanaan MTBM dan
MTBS. mtbm dan mtbs
dan mtbs
yang belum merata
disetiap puskesmas

Kurangnya pelayanan sesuai Kurangnya promosi


Standar Operasional prosedur kesehatan tentang Kurangnya kerjasama
pelaksanaan kegiatan lintas sektor
pelayanan mtbm dan mtbs

Material Machine
Lingkungan

Gambar 6.1
Fish Bone Analysis

24
25

B. Alternatif Pemecahan Masalah


Dari hasil gambaran fish bone analysis (analisis tulang ikan) diatas dapat
dirumuskan alternatif pemecahan masalah sebagai berikut:

Tabel 6.1
Alternatif Pemecahan Masalah

Masalah Penyebab Alternatif


Masalah Pemecahan
Masalah
1 Man 1. Kurangnya pelatihan 1
untuk pelayanan pelatihan tenaga
kegiatan mtbm dan keshatan untuk
mtbs pelayanan kegiatan
2. Kurangnya mtbm dan mtbs.
kemampuan tenaga 2
kesehtaan dalam kemampuan tenaga
pelayanan kegiatan kesehatan ,dalam
mtbm dan mtbs manajemen
tatalaksana mtbm dan
mtbs
2. Methode 1. Kurangnya 1. Kurangnya
penyuluhan terhadap penyuluhan terhadap
masyarakat tentang masyarakat tentang
mtbm dan mtbs mtbm dan mtbs
2. Meningkatkan
2. Belum efektifnya efektifitas waktu
waktu pelaksanaan dalam melaksanakan
atau pelayanan MTBM pelayanan mtbm dan
dan MTBS. mtbs sesuai prosedur
tatalaksana mtbm dan
mtbs
b. Material Kurangnya Meningkatkan tenaga
pelayanan sesuai kesehatan
SOP dalam memberikan
pelayanan akan
terarah
dengan jelas dan berjalan
efektif.

c. Machine Kurangnya alat Memaksimalkan dan


penunjang meningkatan alat
pelaksanaan penunjang kegiatan
kegiatan mtbm pelayanan mtbm dan
dan mtbs mtbs
26

d. Lingkungan Kurangnya kerja Meningkatkan kerjasama


sama linta sektor lintas sektor untuk
mengsosialisasikan
kegiatan pelayanan
mtbm dan mtbs
27

BAB VII
RENCANA INTERVENSI (Plan of Action)

A. Matrik Rencana Intervensi


Dari Hasil Identifikasi Masalah yang sudah dilakukan dan kemudian
menentukan prioritas masalah dari beberapa masalah yang ditemukan kemudian
dilanjutkan dengan perencanaan intervensi yang dibuat dalam bentuk matrik
rencana intervensi sebagai berikut:

MTBM adalah pelayanan terhadap bayi sakit umur 1 hari sampai 2 bulan

dengan menggunakan metode managemen terpadu bayi muda sakit yang mana

dalam penerapan nya petugas diajarkan untuk memperhatikan secara cepat

semua gejala anak sakit sehingga segera dapat ditentukan apakah anak dalam

keadaan sakit berat dan perlu segera dirujuk atau penyakitnya tidak parah dan

hanya perlu pengobatan saja dan pemberian konseling.

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) merupakan salah satu


program pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan
petugas, memperkuat sistem kesehatan serta meningkatkan kemampuan
perawatan oleh keluarga dan masyarakat. (Trisna Citra, Asfian 2017)
B. Tujuan

Sebagai pedoman petugas dalam mengklasifikasi penyakit dan

memberikan pengobatan yang sesuai

C. Prosedur Penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)

a. Prosedur Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)

Prosedur penerapan manajemen terpadu balita sakit meliputi persiapan

penerapan MTBS, Penerapan MTBS, dan Pencatan dan pelaporan hasil

27
28

pelayanan

1. Persiapan penerapan MTBS

a) Diseminasi

Informasi MTBS kepada seluruh petugas puskesmas kegiatan

diseminasi informasi MTBS kepada seluruh petugas pelaksana

puskesmas dilaksanakan dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh

seluruh petugas yang meliputi perawat, bidan, petugas gizi, petugas

imunisasi, petugas obat, pengelola SP2TP, pengelola P2M, petugas

loket dan lain-lain.

2. Penyiapan logistic

a) Sebelum penerapan MTBS perlu diperhatikan adalah penyiapan

obat, alat, formulir MTBS dan Kartu Nasehat Ibu (KNI).Secara

umum obat-obatan yang digunakan dalam MTBS telah termasuk

dalam Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dan Laporan

Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) yang

digunakan di Puskesmas.

3. Penerapan MTBS di Puskesmas

Dalam memulai penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit

(MTBS), tidak ada patokan khusus besarnya persentase kunjungan

Balita sakit yang ditangani dengan pendekatan Manajemen.

Terpadu Balita Sakit (MTBS). Tiap Puskesmas perlu memperkirakan

kemampuannya mengenai seberapa besar balita sakit yang akan


29

ditangani pada saat awal penerapan dan kapan akan dicapai cakupan

100% penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di

Puskesmas secara bertahap dilaksanakan sesuai dengan keadaan di

puskesmas (Depkes RI, 2008). Sebagai acuan dalam pentahapan

penerapan adalah sebagai berikut:

a) Puskesmas yang memiliki kunjungan balita sakit < 10 orang

per hari perhari pelayanan Manajemen Terpadu Balita Sakit

(MTBS) dapat diberikan langsung kepada seluruh balita.

b) Puskesmas yang memiliki kunjungan balita sakit 10 – 25

orang per hari, berikanlah pelayanan Manajemen Terpadu

Balita Sakit (MTBS) kepada 50% kujungan balita sakit pada

tahap awal dan setelah 3 bulan pertama diharapkan telah

seluruh balita sakit mendapatkan pelayanan Manajemen

Terpadu Balita Sakit (MTBS).

c) Puskesmas memiliki kunjungan balita sakit 21 – 50 orang per

hari, berikanlah pelayanan Manajemen Terpadu Balita Sakit

(MTBS) kepada 25 % kunjungan balita sakit pada tahap awal

dan setelah 6 bulan pertama diharapkan seluruh balita sakit

mendapat pelayanan Manajemen Terpadu Balita Sakit

(MTBS).

d) Pencatatan dan pelaporan Hasil Pelayanan. Pencatatan dan

pelaporan di puskesmas yang menerapkan MTBS sama

dengan Puskesmas yang lain yaitu menggunakan Sistem


30

Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2PT).

Dengan demikian semua pencatatan dan pelaporan yang

digunakan tidak perlu mengalami perubahan.Perubahan yang

perlu dilakukan adalah konversi klasifikasi MTBS ke dalam

kode diagnosis dalam SP2PT sebelum masuk ke dalam sistem

pelaporan.
31

Tabel 7.1
Matrik Rencana Intervensi

No Upaya Program Kegunaan Tujuan Sasaran Target Waktu Hasil Diharapkan


Pemenuha
n sarana
Meningkatkan pelatihan yang
Dapat Meningkatkan
tenaga keshatan untuk dibutuhkanAgar optimalnya
kualitas mutu pelayanan ttg
1. pelayanan kegiatan bagi pelayanan mtbm Tenaga kesehatan 100% 2-3x setahun
pengobatan pd program
mtbm dan mtbs. kelancaran dan mtbs
mtbm dan mtbs
program
mtbm dan
mtbs
Tenaga kesehatan
Kurangnya
bisa melaksanakan Meningkatkan kemampuan
kemampuan tenaga Agar optimalnya
MTBS sehingga tenaga kesehatan ,dalam
2. kesehtaan dalam pelayanan Mtbm Tenaga kesehatan 100% 1 Tahun
cakupan pelayanan manajemen tatalaksana
pelayanan kegiatan dan mtbs
meningkat mtbm dan mtbs
mtbm dan mtbs
Memaksim Agar
alkan pelayanan
promosi MTBS
Tenaga kesehatan bisa
kesehatan terlaksana
Agar terlaksanya melaksanakan mtbm dan
untuk dengan
3. program pelayanan Tenaga kesehatan 100% 1 Tahun mtbs dengan efektif
mendukun baik maka
mtbm dan mtbs sehingga cakupan
g kegiatan perlu
pelayanan meningkat
pelayanan ditingkatka
mtbm dan n
mtbs sosialisasi
32

Meningkat
kan
efektifitas
waktu
dalam
Meningkatkan prioritas
melaksana Terpenuhinya
Agar optimalnya program sehingga tujuan
kan efektifitas waktu
4. pelayanan mtbm Tenaga kesehatan 100% 1 Tahun akhir program
pelayanan pelayanan mtbm
dan mtbs dapat terwujud secara
mtbm dan dan mtbs
efektif dan efisien
mtbs sesuai
prosedur
tatalaksana
mtbm dan
mtbs
Agar pelayanan
Meningkatkan tenaga MTBS terlaksana
kesehatan dengan baik maka
Sebagai acuan Agar terlaksanya
dalam memberikan perlu ditingkatkan
untuk program pelayanan
pelayanan akan sosialisasi SOP yang
5. meningkatkan mtbm dan mtbs Tenaga kesehatan 100% 6 bulan sekali
terarah disertai pelatihan
pelaksanaan mybm sesuai standar
dengan jelas dan berjalan yang merata untuk
dan mtbs oprasional prosedur
efektif. semua petugas serta
supervisi
yang spesifik pada MTBS
Memaksimalkan dan
Sebagai acuan
meningkatan alat
untuk Agar terlaksanya
6.
penunjang kegiatan meningkatkan program pelayanan
Puskesm
100% 1-2x setahun
Berjalannya pelaksanaan
pelayanan mtbm as mtbm dan mtbs
pelaksanaan mybm mtbm dan mtbs
dan mtbs dan mtbs

7. Meningkat Meningkatkan Mempermudah Perangkat dusun 100% 6 bulan sekali Berjalanya mtbm dan mtbs
kan minat kepada sosialisasi Agar yang efektif
Tokoh masyarakat
kerjasama masyarakat terlaksanya
lintas program
33

sektor
untuk
mengsosia
lisasikan pelayanan mtbm
kegiatan dan mtbs
pelayanan
mtbm dan
mtbs
34

BAB VIII

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil penulisan laporan diatas maka dapat disimpulkan hasil sebagai berikut:
1. Identifikasi masalah program manajemen terpadu bayi muda dan balita
sakit (MTBM dan MTBS) adalah sebagai berikut :
a. Kurangnya pelatihan untuk pelayanan kegiatan mtbm dan mtbs
b. Kurangnya kemampuan tenaga kesehtaan dalam pelayanan
kegiatan mtbm dan mtbs.
c. Kurangnya penyuluhan terhadap masyarakat tentang mtbm dan
mtbs
d. Belum efektifnya waktu pelaksanaan atau pelayanan MTBM dan
MTBS.
e. Kurangnya pelayanan sesuai standar operasional prosedur
f. Kurangnya alat penunjang pelaksanaan kegiatan
g. Kurangnya kerjasama lintas sektor.
2. Penetapan prioritas masalah yang didapatkan dengan menggunakan
metode USG adalah Petugas program mtbm dan mtbs yang belum merata
disetiap puskesmas.

B. Rekomendasi
1. Mengusulkan pelatihan untuk tenaga kesehatan pelayanan kegiatan mtbm
dan mtbs
2. Meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan ,dalam manajemen tatalaksana
mtbm dan mtbs.
3. Membuat program promosi kesehatan untuk kegiatan pelayanan mtbm dan
mtbs
4. Meningkatkan efektifitas waktu dalam melaksanakan pelayanan mtbm dan
mtbs sesuai prosedur tatalaksana mtbm dan mtbs

32
35

5. Meningkatkan tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan akan terarah


dengan jelas dan berjalan efektif.
6. Membuat usulan penambahan alat penunjang kegiatan pelayanan mtbm dan
mtbs
7. Mengusulkan kerjasama lintas sektor untuk mengsosialisasikan kegiatan
pelayanan mtbm dan mtbs

Anda mungkin juga menyukai