BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan Ibu dan anak merupakan salah satu target dalam Millenium
Development Goals (MDGs) pada tujuan 4 dan 5 yang telah berakhir sampai
tahun 2015, kemudian dikembangkan menjadi Sustainable Development
Goals (SDGs) dengan target pencapaian sampai tahun 2030, tepatnya pada
tujuan 3 dari 17 tujuan SDG’s yaitu kesehatan yang baik; menjamin
kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang di
segala usia (Kemenkes, 2015).
Tujuan ke-4 MDGs (Millenium Development Goals), yaitu menurunkan
angka kematian anak (UNICEF, 2012). Target MDGs ialah menurunkan
AKABA sebesar dua pertiga antara 1990 dan 2015, dari 90 kematian per
1.000 kelahiran di tahun 1990 menjadi 23 kematian per 1.000 kelahiran di
tahun 2015 (Bappenas, 2012). Di Indonesia berbagai upaya telah dilakukan
untuk menurunkan angka kematian bayi dan balita seperti yang tercantum
MDGs. AKABA menunjukkan penurunan dari 97 kematian per 1.000 pada
periode 1987-1991 kelahiran hidup menjadi 40 kematian per 1.000 kelahiran
untuk 2008-2012 (BPS, 2013). Namun penurunan angka kematian bayi baru
lahir beberapa tahun terakhir cenderung stagnan. Jika hal ini terus berlanjut,
maka target MDGs keempat pada tahun 2015 kemungkinan tidak dapat
tercapai, walaupun tahun-tahun sebelumnya di Indonesia sudah berada pada
arah yang tepat (UNICEF, 2012). AKABA di Indonesia masih tergolong
tinggi jika dibandingkan negara-negara anggota Association of South East
Asia Nations (ASEAN) lainnya.
Kondisi anak yang sehat merupakan salah satu tujuan dari SDGs adapun
tujuan SDGs ke-3 yaitu pada 2030 mengakhiri kematian bayi dan balita yang
dapat dicegah. Targetnya adalah menurunkan angka kematian neonatal
1
2
setidaknya hinga 12 per 1.000 kelahiran hidup dan angka kematian balita 25
per 1.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2015).
Angka Kematian Balita (AKABA) digunakan untuk menilai derajat kesehatan
masyarakat di suatu negara karena berhubungan erat dengan berbagai faktor
seperti kualitas dan akses pelayanan kesehatan, kesehatan ibu dan kondisi
sosial ekonomi (Kementerian Kesehatan, 2013, MacDorman et al., 2008,
Jahan, 2008). Selain itu, AKABA juga digunakan untuk memantau dan
mengevaluasi program serta kebijakan kependudukan dan kesehatan (BPS,
2013).
Berdasarkan Profil Data Kesehatan Indonesia tahun 2012 AKABA di
Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan Malaysia yaitu: 6,5 per 1000
kelahiran hidup, Filipina sebesar 25,4 per1000 kelahiran hidup, dan Thailand
12,3 per 1000 kelahiran hidup (Kementerian Kesehatan, 2013).
Berdasarkan data Dinas Kesehtan Kota Pekanbaru tahun 2017 terdapat
target Standar pelayanan minimal pada program pelayanan kesehatan balita
terdapat bahwa capaian target hanya 67,12% yang mana target nasional 100%.
(Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, 2017).
B. Tujuan Residensi
Tujuan dari Residensi ini adalah untuk mengetahui manajemen Balita
muda dan Balita Sakit (MTBM Dan MTBS) Tahun 2018.
C. Manfaat Residensi
1. Bagi Mahasiswa
a. Dengan adanya Residensi ini mahasiswa mampu menerapkan teori
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang telah diperoleh
selama menjalani perkuliahan.
b. Mendapatkan pengalaman nyata dengan terlibat secara langsung di
lapangan.
3
BAB II
METODE KEGIATAN
4
5
BAB III
GAMBARAN UMUM
6
7
Tabel 3.2
Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan di Kota pekanbaru
Tahun 2017
Sarana Kesehatan
No Kecamatan RS PKM perawatan PKM Non Pustu
Perawatan
Sukajadi
1. 4 0 2 1
Senapelan
2. 2 0 1 2
Rumbai
3. pesisir 1 1 1 5
Rumbai
4. 0 1 2 2
Limapuluh
5. 1 0 1 4
Pekanbaru
6. Kota 3 0 1 1
Sail
7. 3 0 1 2
Marpoyan
8. Damai 10 1 1 4
Bukit
9. Raya 1 0 1 3
Tenayan
10. Raya 0 1 1 6
Tampan
11. 3 1 2 3
Payung
12 Sekaki 0 0 1 2
Jumlah 28 5 15 35
Tabel 3.4
Nama dan Alamat Puskesmas Pembantu di Kota Pekanbaru
Tahun 2017
Melebung
Ikhlas
Alam raya
10. Marpoyan Garuda Kulim
damai RI Simpang Belimbing
Tiga Gurita
11. Beringin
indah
12. Bukit raya Harapan raya Camar indah
1. Jalan raya
Cemara
Paying Payung Tenteram
sekaki sekaki Labuh baru
barat
Tampan Simpang baru Tampan
Sidomulyo Sidomulyo
RJ Barat
Sidomulyo RI
b. Pembiayaan
Sumber anggaran pembiayaan untuk program Anak dan Balita bulan
berasal dari anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APDB) Provinsi Riau,
dan Anggaran pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) kota Pekanbaru.
Maka Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru melakukan sosialisasi dengan
menghimbau puskesmas-puskesmas yang berada di wilayah dinas kesehatan kota
pekanbaru untuk melakukan program MTBS.
17
BAB IV
BAB V
IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH
20
3. Berkembangya Masalah (Growth)
Apakah masalah berkembang sedemikian rupa sehingga sulit atau tidak
bisa di cegah.
Dari identifikasi masalah dapat di simpulkan empat masalah yaitu
sebagai berikut :
Maslah U S G T R
o a
t n
22
a g
l ki
n
g
1Belum optimalnya 5 5 4 1 2
Penyuluhan 4
mengenai mtbm
dan mtbs masih
kurang
2Petugas program mtbm 5 5 5 1 1
dan mtbs yang 5
belum merata
disetiap puskesmas
3 Pencatatan 4 5 3 1 3
dan 3
pelaporan
yang
belum
baik
BAB VI
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
(S), Growth (G). berdasarkan dari hasil yang didapatkan dari pembobotan pada
setiap identifikasi masalah yang dilakukan maka masalah yang menjadi
prioritas dan akan dibuat usulan pemecahan masalahnya adalah :
23
24
METHODE
MAN
Material Machine
Lingkungan
Gambar 6.1
Fish Bone Analysis
24
25
Tabel 6.1
Alternatif Pemecahan Masalah
BAB VII
RENCANA INTERVENSI (Plan of Action)
MTBM adalah pelayanan terhadap bayi sakit umur 1 hari sampai 2 bulan
dengan menggunakan metode managemen terpadu bayi muda sakit yang mana
semua gejala anak sakit sehingga segera dapat ditentukan apakah anak dalam
keadaan sakit berat dan perlu segera dirujuk atau penyakitnya tidak parah dan
27
28
pelayanan
a) Diseminasi
2. Penyiapan logistic
digunakan di Puskesmas.
ditangani pada saat awal penerapan dan kapan akan dicapai cakupan
(MTBS).
pelaporan.
31
Tabel 7.1
Matrik Rencana Intervensi
Meningkat
kan
efektifitas
waktu
dalam
Meningkatkan prioritas
melaksana Terpenuhinya
Agar optimalnya program sehingga tujuan
kan efektifitas waktu
4. pelayanan mtbm Tenaga kesehatan 100% 1 Tahun akhir program
pelayanan pelayanan mtbm
dan mtbs dapat terwujud secara
mtbm dan dan mtbs
efektif dan efisien
mtbs sesuai
prosedur
tatalaksana
mtbm dan
mtbs
Agar pelayanan
Meningkatkan tenaga MTBS terlaksana
kesehatan dengan baik maka
Sebagai acuan Agar terlaksanya
dalam memberikan perlu ditingkatkan
untuk program pelayanan
pelayanan akan sosialisasi SOP yang
5. meningkatkan mtbm dan mtbs Tenaga kesehatan 100% 6 bulan sekali
terarah disertai pelatihan
pelaksanaan mybm sesuai standar
dengan jelas dan berjalan yang merata untuk
dan mtbs oprasional prosedur
efektif. semua petugas serta
supervisi
yang spesifik pada MTBS
Memaksimalkan dan
Sebagai acuan
meningkatan alat
untuk Agar terlaksanya
6.
penunjang kegiatan meningkatkan program pelayanan
Puskesm
100% 1-2x setahun
Berjalannya pelaksanaan
pelayanan mtbm as mtbm dan mtbs
pelaksanaan mybm mtbm dan mtbs
dan mtbs dan mtbs
7. Meningkat Meningkatkan Mempermudah Perangkat dusun 100% 6 bulan sekali Berjalanya mtbm dan mtbs
kan minat kepada sosialisasi Agar yang efektif
Tokoh masyarakat
kerjasama masyarakat terlaksanya
lintas program
33
sektor
untuk
mengsosia
lisasikan pelayanan mtbm
kegiatan dan mtbs
pelayanan
mtbm dan
mtbs
34
BAB VIII
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penulisan laporan diatas maka dapat disimpulkan hasil sebagai berikut:
1. Identifikasi masalah program manajemen terpadu bayi muda dan balita
sakit (MTBM dan MTBS) adalah sebagai berikut :
a. Kurangnya pelatihan untuk pelayanan kegiatan mtbm dan mtbs
b. Kurangnya kemampuan tenaga kesehtaan dalam pelayanan
kegiatan mtbm dan mtbs.
c. Kurangnya penyuluhan terhadap masyarakat tentang mtbm dan
mtbs
d. Belum efektifnya waktu pelaksanaan atau pelayanan MTBM dan
MTBS.
e. Kurangnya pelayanan sesuai standar operasional prosedur
f. Kurangnya alat penunjang pelaksanaan kegiatan
g. Kurangnya kerjasama lintas sektor.
2. Penetapan prioritas masalah yang didapatkan dengan menggunakan
metode USG adalah Petugas program mtbm dan mtbs yang belum merata
disetiap puskesmas.
B. Rekomendasi
1. Mengusulkan pelatihan untuk tenaga kesehatan pelayanan kegiatan mtbm
dan mtbs
2. Meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan ,dalam manajemen tatalaksana
mtbm dan mtbs.
3. Membuat program promosi kesehatan untuk kegiatan pelayanan mtbm dan
mtbs
4. Meningkatkan efektifitas waktu dalam melaksanakan pelayanan mtbm dan
mtbs sesuai prosedur tatalaksana mtbm dan mtbs
32
35